Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA)
Oleh :
Golongan D/Kelompok 4
1. Muhammad Fachrur R. (161510501107)
2. Afifa Mayrefi Widyastuti (161510501118)
3. Lisa Prastuti Anggraeni (161510501155)
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga tersebar luas keberadaanya di permukaan bumi, tergolong dalam
filum Arthropoda. Serangga memiliki sebutan lain yaitu insekta atau hecapoda
dan terbagi atas berbagai ordo beberapa diantaranya ordo diptera, orthoptera,
isoptera, homoptera, thysanoptera, hemiptera, lepidoptera, hymenoptera, dan
coleoptera.. Pertanian mengenal serangga dengan fungsi sebagai polinator,
predator, hama maupun vektor penyakit pada tumbuhan. Terbagi atas 3 bagian
tubuh penting yang terdiri dari kepala, thorak, dan abdomen menyebabkan
serangga dapat dibedakan atas beberapa jenis berdasar tipe alat mulut, tipe
metamorfosis, tipe larva , tipe pupa dan jumlah sayap, serta tipe antenna. Bagian
kepala terdapat alat mulut, antenna dan mata yang dapat digunakan sebagai
pembeda saat menentukan klasifikasi serangga. Thorak terbagi atas segmen
tempat melekatnya sayap dan tungkai, bagian abdomen dibagi atas beberapa
segmen sebagai tempat tumbuhnya alat reproduksi, spiracel, alat pencernaan dan
peredaran darah. Antenna pada serangga memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai
pembau dan sensor yang dapat mendeteksi konsentrasi air dan kelembapan pada
udara.
Serangga dibedakan menjadi 2 berdasar jenis alat mulut yang dimiliki. Tipe
mandibulata dan tipe haustelalata. Jenis alat mulut serangga memiliki fungsi yang
berbeda beda tergantung pada alat mulut yang dimiliki terdapat alat mulut dengan
fungsi menggigit dan mengunyah ataupun menusuk dan menghisap. Tipe
metamorfosis yang tidak sama menyebabkan serangga memiliki urutan
pertumbuhan yang berbeda. Setiap serangga memiliki proses segala bentuk
perubahan yang terjadi selama pertumbuhan atau biasa disebut morphogenesis
salah dilakukan dengan cara melepaskan eksoskleteon yang disebut sebagai
proses molting. Laporan ini akan membahas mengenai struktur dasar tubuh
serangga, metamorfosis pada serangga dan tipe larva serta pupa serangga.
2
1.2 Tujuan
1. Memahami dan mengenal struktur dasar tubuh serangga
2. Memahami metamorfosis
3. Memahami tipe larva dan tipe pupa
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Serangga memiliki peranan terhadap tanaman yaitu sebagai pollinator,
parasit, hama serta predator atau musuh alami pada serangga lainnya. Serangga
yang menjadi pollinator dapat membantu tanaman dalam proses penyerbukan dan
serangga predator atau biasa disebut dengan musuh alami, nantinya akan dapat
membantu manusia pada proses pembudidayaan tanaman yang dlilakukan dan
dikelola untuk menghindari adanya serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Serangga terdapat beberapa jenis ordo diantaranya yakni ordo lepidoptera,
hymenoptera, diptera, hemiptera, coleoptera, orthoptera, dan beberapa serangga
lainnya.
Contoh spesies lepidoptera yaitu Danaus chrysippus dan Zizina Otis,
spesies hymenoptera yaitu Xylocopa aruana dan Amegilla cingulata, spesies
diptera yaitu Parasetigena silvestris, spesies hemiptera yaitu Lygaeus sp dan
Leptoglossus sp, spesies coleopteran yaitu Coccinella transversalis, dan contoh
spesies orthoptera yaitu Locusta sp dan Neoconocephalus sp, beberapa spesies
tersebut diantaranya ada yang menjadi hama bagi tanaman pepaya (Suartini dkk.,
2015) Menurut Lala dkk. (2013), keberagaman serangga dapat mempengaruhi
makhluk hidup yang lain pada suatu ekosistem. Beragamnya serangga
menyebabkan adanya fungsi dan peranan yang berbeda-beda pada masing-masing
serangga, sehingga dapat mempengaruhi stabilitas suatu ekosistem. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan berpengaruhnya serangga pada perkembangbiakan
burung insektivora karena serangga belalang pada ordo orthoptera merupakan
makanan bagi burung insektivora yaitu burung L. schach, sehingga apabila jumlah
belalang menurun maka burung L. schach jumlahnya akan menurun pula akibat
kekurangan makanan.
Keanekaragaman serangga terutama belalang dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban serta ketinggian tempat, dibuktikan
dengan adanya penelitian bahawa faktor lingkungan tersebut berdampak negatif
pada banyaknya serangga dalam suatu ekosistem (Prakoso, 2017).
4
Serangga terdapat yang mempunyai kaki berjumlah enamatau biasa
disebut dengan Hexapoda, hexapoda tersebut lebih setengah dari jumlah semua
spesies serangga yang mendominasi terestrial. Ekosistem air tawar sangat dapat
memahami proses makroevolusi yang nantinya akan menghasilkan kekayaan, ini
dibutuhkan sejarah yang perspektif, namun catatan fosil hexapoda tidak dapat
merata dan tidak dapat secara lengkap. Filogenies molekuler memberikan sebuah
perspektif alternatif yang nantinya pada waktu divergensi dan telah digabungkan
dengan model kematian hingga kelahiran untuk dapat disiimpulkan pola-pola
diversifikasi di berbagai kelompok taksonomi (Rainford et al., 2014).
Keanekaragaman serangga juga memiliki banyak spesifikasi dalam fitur
morfologinya yang ditemukan pada aparatus kunyah P. americana, dalam
morfologi tersebut terdapat adanya mola yang nantinya akan dikombinasikan
dengan distal incisivi, Ukuran otot yang ditemui relatif kecil dan sudut serat
perantara dapat dipahami sebagai adaptasi gaya hidup pada omnivoranya
(Weihmann et al., 2015) Berbagai serangga mengakibatkan kerusakan yang
terjadi pada tanaman sayuran tahap pertumbuhan yaitu aphid, thrip, lalat putih,
wereng, dua tungau laba-laba, serangga squash, kumbang labu, kumbang kutu,
hadda atau epilachna kumbang. Sebagian besar pada sayuran rentan dengan
kerusakan hama, benih, akar, batang dan pada daun serta buah juga dapat terkena
sasarannya (Sarwar, 2014).
Menurut Bubak et all. (2014), metamorphosis serangga berbeda-beda
setiap ordonya, diantaranya yaitu holometabola. Metamorphosis holometabola
atau sering disebut metamorforsis sempurna, biasanya siklusnya terdiri dari telur,
larva, pupa, dan serangga dewasa. Semua sumber nutrisi yang ada pada larva jenis
metamorphosis homometabola digunakan untuk perkembangan struktur bentuk
tubuh yang dilakukan pada saat menjadi pupa, sehingga saat proses pembentukan
serangga dewasa struktur tubuhnya terbentuk dengan sempurna. Salah satu jenis
metamorphosis lainnya yaitu metamorphosis tidak sempurna atau hemimetabola.
Metamorphosis hemimetabola yaitu proses perkembangbiakan serangga tanpa
adanya pupa atau kepompong, contohnya yaitu pada kepik yang siklus hidupnya
terdiri dari telur, nimfa, dan serangga dewasa (Nurhakim, 2014).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi Organisme Pengganggu Tanaman acara 1 tentang
“Pengenalan Biologi Dasar OPT (Serangga)” dilaksanakan pada hari Jum’at, 6
Oktober 2017 pukul 08.50-09.50 WIB di Laboratorium Hama Dan Penyakit
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pinset
2. Loup
3. Mikroskop stereo
4. Kuas
5. Cawan petri plastik
3.2.2 Bahan
1.Spesimen serangga Freshly killed
a. Belalang Kayu
b. Kepik
c. Larva Kumbang
d. Pupa Kumbang
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Struktur Tubuh Serangga
1. mengamati belalang untuk memahami tubuh serangga, silahkan difoto dari
samping (lateral) menggunakan kamer mobilephone (ada tanda makro),
kemudian amati segmentasi tubuh belalang dengan seksama (kepala,
thorak, dan abdomen).
2. mengamati alat tambahan (apsepndages) pada masing masing segmen/ruas
tubuh.
6
3. mengamati tipe mulut pada masing masing serangga (belalang, kupu kupu,
kepik) yang dibawa dengan memisahkan kepala dari tubuh serangga,
kemudian pisahkan bagian bagian alat mulut tersebut dan memfoto secara
close up dan pelajari perbedaan masing masing alat mulut serangga.
4. mengamati tipe antenna pada masing masing serangga (kumbang, lalat,
kupu kupu, belalang) yang dibawa dengan mengambil menggunakan
pinset antena pada masing masing serangga kemudian memfoto secara
close up dan amati serta pelajari perbedaan masing masing tipe antenna
serangga dan definisikan tipe antennanya.
3.3.2 Metamorfosis Serangga
1. Mengamati tipe metamorfosis pada serangga yang dikoleksi (kupu kupu/
kumbang, kepik) dengan memfoto dan pelajari perbedaannya.
2. Mengamati tipe larva (ulat, uret,set) amati dengan teliti perbedaannya
dengan melihat bentuk tubuh, kepala, tungkai thorakl, tungki abdominal.
3. Mengamati tipe pupa (pupa kupu kupu, pupa lalat rumah, dan pupa
kumbang) pelajari apakah alat tambahan (appendages) melekat atau tidak
pada pupa
3.4 Variabel Pengamatan
1. Segmentasi tubuh serangga
a. Alat mulut serangga
Penentuan jenis alat mulut serangga dilakukan dengan melakukan
pengamatan pada bagian kepala serangga yang telah dibawa.
b. Tipe antenna serangga
Penentuan jenis alat mulut serangga dilakukan dengan melakukan
pengamatan pada bagian kepala serangga yang telah dibawa.
c. Tipe metamorfosis serangga
Penentuan tipe metamorfosi serangga dapat dilihat berdasarkan bentuk
pupa serangga
d. Tipe larva
Penentuan tipe larva dapat ditentukan melalui pengamatan bentuk larva.
7
e. Tipe pupa
Tipe pupa dapat ditenukan berdasarkan pengamatan bentuk pupa.
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Data Serangga Kelompok
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Gambar belalang secara utuh
Klasifikasi:
Filum : artrhopoda
Ordo : orthoptera
Belalang terbagi atas bagian
Kepala, Thorak, dan abdomen
Kepala
Antena : filiform
Mata : ocelli
Mulut : menggigit mengunyah
Thorak
Tungkai : 3 pasang
Sayap : 2 pasang
Abdomen
Alat reproduksi : ovipositor
(betina)
Spiracel: 7 pasang
2 Gambar kepik secara utuh Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Ordo : Hemiptera
Kepik terbagi atas 3 bagian
kepala, thorak, abdomen
Kepala
Antena: filiform
Mata : mata majemuk
Mulut : penggigit penghisap
9
Thorak
Tungkai : 3 pasang
Sayap : 2 pasang
Abdomen
Jumlah ruas: 5
Spiracle : 5 pasang per ruas
Data Golongan
No kelompok Gambar keterangan
1 9 Larva kupu-kupu (ulat)
Tipe larva: eruciform
Tipe metamorfosis:
Holometabola
5 Larva kupu-kupu (ulat)
Tipe larva: eruciform
Tipe metamorfosis:
Holometabola
2 1 Larva lalat (set)
Tipe metamorfosis:
Holometabola
Tipe larva : vermiform
10
6 Larva lalat (set)
Tipe metamorfosis:
Holometabola
Tipe larva : vermiform
3 4 Larva kumbang (uret)
Tipe metamorfosis:
Holometabola
Tipe larva: scerabeiform
2 Larva kumbang (uret)
Tipe metamorfosis:
Holometabola
Tipe larva: scerabeiform
4 6 Pupa lalat
Tipe metamorfosis:
holometabola
Tipe pupa: Koartata
2 Pupa lalat
Tipe metamorfosis:
holometabola
Tipe pupa: Koartata
11
5 5 Pupa kupu kupu
Tipe metamorfosis:
holometabola
Tipe pupa: obteta
8 Pupa kupu kupu
Tipe metamorfosis:
holometabola
Tipe pupa: obteta
6 4 Pupa kumbang
Tipe metamorfosis:
holometabola
Tipe pupa: coartata
4 Pupa kumbang
Tipe metamorfosis:
holometabola
Tipe pupa: obtect
4.1.1 Data Serangga Kelompok
Tabel diatas dipaparkan bagian tubuh dari serangga yaitu belalang dan
kepik. Tubuh belalang terbagi atas 3 bagian utama yaitu kepala, thorak, dan
abdomen. Kepala terbagi atas antenna, mata ocelli dan alat mulut. Belalang
memiliki antena dengan tipe filiform, bagian mata ocelli dan tipe alat mulut
penggigit pengunyah. Bagian thorak terbagi atas tungkai dan sayap. Bagian
12
abdomen dapat diamati spiracel, dan alat reproduksi. Kepik dapat dibagi atas 3
bagian sama seperti pada belalang yaitu kepala, thorak, dan bagian abdomen.
Bagian kepala pada kepik terdiri atas antena filiform, mata majemuk, mulut
penghisap. Bagian thorak terdiri atas 3 pasang tungkai dan 2 pasang sayap. Bagian
abdomen kepik terdiri atas spiracle.
4.1.2 Data golongan
Larva kupu kupu memiliki tipe larva eruciform. Larva lalat memiliki tipe
larva vermiform pada larva kelompok 1 ataupun larva lalat kelompok 6. Larva
kumbang atau uret pada kelompok 4 dan kelompok 2 memiliki tipe larva
scerabeiform dan tipe metamorfosis holometabola. Tipe pupa kumbang kelompok
4, pada kumbang koksi memiliki pupa dengan tipe koartata dan pada kumbang
tanduk memiliki bentuk pupa obtek. Pupa lalat pada kelompok 6 dan kelompok 2
memiliki jenis pupa yang sama yaitu tipe koartata. Pupa kupu kupu pada
kelompok 5 dan 9 memiliki bentuk pupa yang sama yaitu obteta.
4.2 Pembahasan
Serangga yang diamati pada praktikum ini yaitu belalang dan kepik
(walang sangit). Serangga belalang pada umumnya manjadi serangga hama yang
merusak tanaman, tetapi ada jenis belalang tertentu yang berperan sebagai
predator. Menurut Setford (2005), serangga adalah hewan yang tidak memiliki
tulang belakang yang mempunyai sayap untuk terbang sebagai ciri khasnya,
sehingga serangga belalang dan serangga lainnya termasuk hewan yang unik
karena memiliki sayap. Serangga belalang memiliki 3 bagian tubuh diantaranya
yakni kepala, thorak, dan abdomen, pada bagian thorak terdiri atas tungkai dan
sayap, pada bagian kepala terdapat mata antenna dan mulut, sedangka pada bagian
abdomen terdiri dari jantung, sistem pencernaan, dan organ reproduksi. Bagian
kepala belalang memiliki antena dengan tipe filiform yang memiliki bentuk
menyerupai benang beruas dan memiliki ukuran yang sama. Tipe mata belalang
yaitu ocelli. Tipe alat mulut belalang yaitu menggigit dan mengunyah. Bentuk alat
mulut memberikan informasi mengenai kebiasan pola makan dari serangga.
13
Tungkai terdiri atas 3 pasang dan pada sayap terdapat 2 buah. Sayap pada
belalang memiliki fungsi untuk terbang sayap belakang berbentuk seperti selaput.
Bagian abdomen dari belalang terdiri atas spiracle dengan jumlah 7 pasang dan
ovipositor yang mencirikan serangga betina. Belalang milik kelompok 3 memiliki
ciri yang sama kecuali pada alat reproduksinya yaitu terdapat cerci yang
mencirikan sebagai jantan.
Menurut Tjahjadi (1989) kepik atau walang sangit memiliki nama latin
Leptocorixa acuta dan Stenocoris apicalis. Serangga walang sangit merupakan
serangga hama yang dapat menyerang atau merusak daun. Metamorphosis walang
sangit yaitu metamorphosis paurometabola atau metomorfosis tidak sempurna
yakni telur menjadi nimfa kemudian menjadi imago atau serangga dewasa.
memiliki 3 bagian tubuh sama seperti belalang yaitu kepala, thorak dan abdomen.
Kepik memiliki tipe antenna filiform sama seperti belalang, memiliki mata
majemuk serta memiliki tipe alat mulut menggigit menghisap. Tungkai yang
terdapat pada thorak berjumlah 3 pasang yang berfungsi untuk berlari dan berjalan
serta memiliki 2 pasang sayap pada sayap depan setengah keras dan setengah
lunak yang disebut hemiltron, sedangkan sayap belakang berbentuk selaput,
sedangkan, abdomen terdapat 5 bagian ruas dan 5 ruas spracle.
Menurut Nurhakim (2014), larva kumbang atau sering dikenal sebagai uret
adalah serangga yang termasuk kedalam ordo coleoptera karena memiliki sayap
besar yang menyelubungi tubuhnya. Seranga ini termasuk serangga hama yang
mengganggu tanaman. Metamorphosis atau siklus hidup uret dan atau kumbang
adalah holometabola atau metamorphosis sempurna yakni terdiri dari telur, larva,
pupa, dan imago atau serangga dewasa. Tipe larva dari uret atau larva kumbang
yakni scarabaeiform yaitu memiliki ciri seperti bentuk huruf c, kepala
berkembang sempurna, mempunyai kaki thorakal dan tidak punya proleg
abdomen. Larva kumbang berubah menjadi pupa kumbang sangat terlihat
perbedaannya, sedangkan perubahan karakter pupa kumbang menjadi imago sama
sekali tiddak terlihat perbedaannya.
14
Tipe pupa kumbang koksi yaitu koartata. Tipe pupa koartata adalah tipe
pupa yang kulit terakhirnya berubah mengeras menjadi sebuah kokon atau
puparium. Tipe pupa kumbang tanduk adalah obtect yang dapat dicirikan dengan
sayap, antenna, dan tungkai melekat pada tubuh pupa. Bagian tubuh dasar
serangga dapat diamati dan melekat pada tubuh pupa.
15
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Struktur dasar tubuh serangga terdiri atas kepala, thorak dan abdomen.
Kepala memiliki bagian antenna yang umumnya pada serangga memiliki
fungsi yang sama. Bentuk mulut serangga memiliki dampak terhadap pola
makan serangga dan pola gigitan yang berbeda beda.
2. Terdapat 3 jenis metamorfosis pada serangga .
3. Terdapat berbagai macam tipe larva dan tipe pupa berdasarkan ciri yang
nampak.
5.2 Saran
Pada serangga yang berukuran kecil sangat disarankan untuk menggunakan
kamera mikro agar nampak lebih jelas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bubak, A. N., J. L. Grace, M. J. Watt, K. J. Renner, and J. G. Swallow. 2014.
Neurochemistry As A Bridge Between Morphology And Behavior:
Perspectives On Aggression In Insects. Current Zoology, 60(6): 778-790.
Lala, F., F. X. Wagiman, dan N. S. Putra. 2013. Keanekaragaman Serangga Dan
Struktur Vegetasi Pada Habitat burung Insektivora Lanius scach Linn. Di
Tanjungsari, Yogyakarta. Entomologi Indonesia, 10(2): 70-77.
Nurhakim, S. 2014. Dunia Burung Dan Serangga: Mengenal Fakta Sains Dan
Keunikannya. Jakarta: Penerbit Bestari.
Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera) Pada
Agroekosistem (Zea mays l.) Dan Ekosistem Hutan Tanaman Di Kebun
Raya Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34(2): 80-88.
Rainford, J. L. et al. 2014. Phylogenetic Distribution Of Extant Richness Suggests
metamorphosis is a key innovation driving diversification in insects. Plos
One, 9(9): e109085-e109092
Sarwar, M. 2014. International Journal Of Sustainable Agricultural Some Insects
Pests (Arthropoda : Insecta ) Of Summer Vegetables, Their Identification,
Occurrence, Damaged And Adoption Of Management Practices.
Conscientia Beam. 1(4): 108-117
Steford, S. 2005. Intisari Ilmu Hewan Merayap. Jakarta: Erlangga.
Suartini, N. M., N. W. Sudatri, dan N. L. Watiniasih. 2015. Diversitas Serangga
Pada Perkebunan Pepaya (Carisa papaya L.) Di Daerah Sanur, Denpasar,
Bali. Metamorfosa, 2(2): 82-89.
Tjahjadi, N. 1989. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Weihmann, T. et al. 2015. Functional morphology of the mandibular apparatus in
the cockroach Periplaneta americana( Blattodea, arthropod Systematics &
Phylogeny, 73(3): 477-488
17
LAMPIRAN
DATA
Gambar 1. Lembar acc halaman 2
18
Gambar2. Lembar acc halaman 3
19
Gambar 3. Lembar acc halaman 4
20
Gambar 4. Lembar acc halaman 5
21
Gambar 5. Lembar acc halaman 6
22
FLOWCHART
Gambar 6. Flowchart M. Fachrur
23
Gambar 7. Flowchart M. Fachrur
24
Gambar 8. Flowchart Afifa Mayrefi
25
Gambar 9. Flowchart Afifa Mayrefi
26
Gambar 10. Flowchart Lisa Prastuti
27
Gambar 11. Flowchart Lisa Prastuti
28
DOKUMENTASI
Gambar 12. Belalang tampak samping
Gambar 13. Belalang tampak atas
29
Gambar 14. Larva kumbang (uret)
Gambar 15. Pupa kumbang koksi
30
LITERATUR
Bubak, A. N., J. L. Grace, M. J. Watt, K. J. Renner, and J. G. Swallow. 2014.
Neurochemistry As A Bridge Between Morphology And Behavior:
Perspectives On Aggression In Insects. Current Zoology, 60(6): 778-
790.
31
Lala, F., F. X. Wagiman, dan N. S. Putra. 2013. Keanekaragaman Serangga Dan
Struktur Vegetasi Pada Habitat burung Insektivora Lanius scach Linn. Di
Tanjungsari, Yogyakarta. Entomologi Indonesia, 10(2): 70-77.
32
Nurhakim, S. 2014. Dunia Burung Dan Serangga: Mengenal Fakta Sains Dan
Keunikannya. Jakarta: Penerbit Bestari.
33
Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera) Pada
Agroekosistem (Zea mays l.) Dan Ekosistem Hutan Tanaman Di Kebun
Raya Baturaden, Banyumas. Biosfera, 34(2): 80-88.
34
Rainford, J. L. et al. 2014. Phylogenetic Distribution Of Extant Richness Suggests
metamorphosis is a key innovation driving diversification in insects. Plos
One, 9(9): e109085-e109092
35
Sarwar, M. 2014. International Journal Of Sustainable Agricultural Some Insects
Pests (Arthropoda : Insecta ) Of Summer Vegetables, Their Identification,
Occurrence, Damaged And Adoption Of Management Practices.
Conscientia Beam. 1(4): 108-117
36
Steford, S. 2005. Intisari Ilmu Hewan Merayap. Jakarta: Erlangga.
37
Suartini, N. M., N. W. Sudatri, dan N. L. Watiniasih. 2015. Diversitas Serangga
Pada Perkebunan Pepaya (Carisa papaya L.) Di Daerah Sanur, Denpasar,
Bali. Metamorfosa, 2(2): 82-89.
38
Tjahjadi, N. 1989. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
39
Weihmann, T. et al. 2015. Functional morphology of the mandibular apparatus in
the cockroach Periplaneta americana ( Blattodea, arthropod Systematics &
Phylogeny, 73(3): 477-488