Upload
echa-bungin
View
162
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
biologi
Citation preview
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan Judul “Percobaan Lazzaro
Spallanzani” disusun oleh :
Nama : Ira Andi Salu
NIM : 1213141014
Kelas / Kelompok : B / II (dua)
Jurusan : Kimia
telah diperiksa oleh asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.
Makassar, November 2012
Koordinator Asisten, Asisten,
Muh. Riswan Ramli Andi Asrini Nurani Ulfah NIM. 081404038 NIM. 101414049
Mengetahui,Dosen Penanggung Jawab
Andi Rahmat Saleh S.Pd, M.Pd.NIP.1985 10 10 2008 12 1 004
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanyaan “Apakah hidup itu” dan “Dari manakah asal kehidupan?” telah
berusaha dijawab dengan berbagai macam teori dan percobaan. Antara lain adalah
percobaan Lazzaro Spallanzani atas keraguan dan kebenaran dari teori
Abiogenesis atau Generatic Spontanea dari Aristoteles. Aristoteles (384-322 SM)
mengemukakan Teori Abiogenesis yang menyatakan bahwa makhluk hidup yang
pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati. Paha mini bertahan
cukup lama yaitu semenjak zaman Yunani Kuno hingga pertengahan abad ke-17,
Antonic Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop, maka kebenaran dari teori
Abiogenesis mulai diuji. Tokoh pertama yaitu Francesco Redi (1626-1697)
melakukan percobaan menggunakan daging dan dia berhasil membuktikan
kebenaran teori Biogenesis.
Pada saat terjadi revolusi Amerika, seorang ahli dari Italia Bernama Lazzaro
Spallanzani (1729-1799) melakukan percobaan dengan menggunakan air kaldu
yang diberi beberapa perlakuan yang berbeda dan dari hasil percobaannya
Spallanzani juga berhasil menggoyahkan kebenaran tentang teori Abiogenesis,
kemudian ahli ketiga yang menguji kebenaran teori Abiogenesis yaitu Louis
Pasteur (1822-1895) melakukan percobaan menggunakan bahan air kaldu dengan
alat labu untuk menyempurnakan percobaan Spallanzani, dari hasil percobaannya
Pasteur kembali menggoyangkan teori Abiogenensis. Berdasarkan hasil percobaan
Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis,
dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal
dengan teori Biogenesis.
Pada percobaan kali ini, kita juga secara langsung akan membuktikan
sendiri mengenai asal usul kehidupan. Apakah sesuai dengan teori Abiogenesis
atau Biogenesis.
B. Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan member kesempatan kepada mahasiswa mengikuti
jalan pikiran dan langkah-langkah yang pernah dilakukan para ilmuwan/peneliti
dalam memecahkan masalah biologi, khususnya menjawab pertanyaan “dari
manakah asal kehidupan?”
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah kita dapat
membuktikan sendiri jawaban mengenai asal-usul kehidupan melalui salah satu
langkah percobaan yang pernah dilalukan oleh ilmuwan pada masa lampau dengan
menggunakan teori Biogenesis maupun Abiogenesis.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Proses pembentukan bumi dan asal usul kehidupan belum sepenuhnya dari
sudut ilmu pengetahuan. Pertanyaan “Apakah hidup itu?” dan “Dari manakah asal
usul kehidupan?” serta bagaimanakah “Asal kehidupan?” merupakan masalah dari
abad ke abad. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai asal usul kehidupan
antara lain: Teori Abiogenesis, Biogenesis Cozmotic, penciptaan naturalis dan
biokimia (Tim penyusun, 2003).
Aristoteles (384-322 SM) seorang filosof dan ahli sains dari Yunani kuno
menyatakan makhluk hidup yang pertama berasal dari makhluk tak hidup atau benda
mati. Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan
menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan
hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari lumpur. Bagaimana cara terbentuknya makhluk
tersebut ? Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi
begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini
disebut juga paham generation spontaneae yang disebut juga teori Abiogenesis. Jadi,
kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, maka
pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut
dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :ikan dan katak
berasal dari Lumpur, cacing berasal dari tanah, dan belatung berasal dari daging yang
membusuk. Namun Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van
Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk
mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air
rendaman jerami, maka validitas kebenaran dari teori ini mulai diuji. Louis Pasteur
berhasil menumbangkan teori itu, dia menyatakan bahwa “Omne Vivum ex Ovo,
Omne Vivum ex Vivo” yang artinya setiap makhluk hidup berasal dari telur dan telur
berasal dari makhluk hidup (Slamet, 2005).
Fransisco Redi menyatakan serangkaian percobaan dengan bahan daging yang
dimasukkan kedalam delapan stoples yang berbeda. 4 toples pertama diisi dengan
daging segar dan dibiarkan terbuka, 4 toples yang lain diisi daging segar dan ditutup
rapat dengan menggunakan lilin. Setelah beberapa hari, Redi mendapatkan hasil
ternyata ada larva pasa stoples yang dibiarkan terbuka sedangkan pas stoples yang
tertutup rapat tidak ditemukan larva. Redi berkesimpulan bahwa larva bukan berasal
dari daging melainkan dari lalat yang bertelur dan hinggap di daging. Redi
mengadakan percobaan kedua karena pemegang teori Abiogenensis masih menentang
hasil percobaan itu, karena menurut mereka dengan ditutupnya toples maka vital
force tidak dapat masuk. Pada percobaan Redi kembali melakukan percobaan seperti
diatas teteapi dengan menambakan perlakuan lain pada topples yaitu dua buah toples
ditutup dengan menggunakan kain kasa. Pada kedua toples yang ditutup dengan
menggunakan kain kasa daging didalamnya mebusuk namun tidak ditemukan adanya
belatung (Kimball, 1988).
Setelah bertahan cukup lama, paham Abiogenensis mulai diragukan. Beberapa
ahli kemudian mengemukakan paham biogenesis salah satunya Spallanzani yang
menentang pendapat John Needham (penganut Abiogenesis), menurutnya kehidupan
yang terjadi pada air kaldu disebabkan oleh pemanasan yang tidak sempurna.
Kesimpulan percobaan Spallanzani adalah: pada tabung terbuka terdapat kehidupan
yang berasal dari udara, pada tabung tertutup tidak terdapat kehidupan, hal ini
membuktikan bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu. Namun ketidakpuasan
para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun
Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang
asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain: Harold Urey, Stanley
Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali
di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami
evolusi menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera,
Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain (Anonim, 2012).
Selain itu, Louis Pasteur memperbaiki percobaan Lazzaro Spallanzani, Dalam
percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu dan pipa kaca
berbentuk leher angsa. Melalui perangkat percobaannya Pasteur berhasil
membuktikan ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara
spontan. Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka
tumbanglah paham Abiogenesis (Tim Pengajar, 2003).
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini diadakan pada :
Hari / Tanggal : Rabu, 13 November 2010
Waktu : Pukul 14.00-16.00 Wita
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Timur FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a) 3 buah tabung reaksi
b) 1 buah rak tabung reaksi
c) 2 buah sumbat gabus/karet yang sesuai
d) 1 buah lampu spiritus
e) 1 buah klem kayu
2. Bahan
a) 30 mL kaldu cair
b) 1 poong lilin
C. Prosedur Kerja
1. Mengisi ketiga tabung reaksi dengan kaldu masing-masing 10 ml
2. Tabung I, disumbat dengan tutup gabus/karet dan ditetesi lilin cair antara
sela mulut tabung dengan tutup.
3. Tabung II, didihkan kaldunya di atas api lampu spiritus selama 2 menit, dan
tabung dibiarkan terbuka (tanpa tutup).
4. Tabung III, didihkan kaldunya di atas api lampu spiritus selama 2 menit, dan
dengan cepat menutup tabung dengan gabus dan ditetesi lilin cair antara sela
mulut tabung dengan tutupnya.
5. Meletakkan semua tabung percobaan pada rak tabung reaksi dan simpan di
atas meja kerja, mengusahakan agar terhindar dari gangguan hewan, cahaya
matahari langsung, dan summber panas lainnya.
6. Melakukan pengamatan dan pencatatan setiap hari, selama 5 hari.
BAB IVHASIL DAN PEBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
TabungPerlakuan
tabungSifat
Pengamatan hari ke-
1 2 3 4 5
I
Tidak
dipanaskan
dan ditutup
Warna BeningAgak
keruhKeruh
Keruh
kehijauan
Keruh
kehijauan
Bau - - - - -
Endapan - -Sedikit
endapan
Sedikit
endapan
Sedikit
endapan
IIDipanaskan
terbuka
Warna BeningAgak
keruhKeruh Keruh Keruh
Bau Kaldu Kaldu - - -
Endapan - -Ada
endapan
Ada
endapan
Ada
endapan
IIIDipanaskan
dan ditutup
Warna - - - - -
Bau - - - - -
Endapan - -Ada
endapan
Ada
endapan
Ada
endapan
IV
Tidak
diberi
perlakuan
apapun
Warna BeningAgak
keruh
Agak
keruh
Agak
kehijauan
Agak
kehijauan
Bau Kaldu KalduMenyen
gat
Menyeng
at
Menyenga
t
Warna - -
Ada
sedikit
endapan
Ada
sedikit
endapan
Ada
sedikit
endapan
B. Pembahasan
1. Tabung I
Pada hari pertama tabung I yang diberi perlakuan tidak dipanaskan dan di
tutup keadaan air kaldu masih jernih, tidak terdapat endapan, dan tidak berbau
hal ini menandakan belum ada aktivitas mikroorganisme didalam tabung. Hari
kedua warna air kaldu ulai mengeruh, tetapi masih belum mengeluarkan bau dan
belum terbentuk endapan hal ini menunjukkan mulai adanya kegiatan
mikroorganisme dalam air kaldu. Hari ketiga warna air mulai mengeruh, tetapi
tidak berbau namuin terdapat sedikit endapan. Hari keempat air mulai berwarna
kehijau-hijauan, terdapat sedikit endapan tapi tidak berbau. Hari terakhir air
kaldu berwarna hijau terdapat sedikit endapan tetapi tidak mengeluarkan bau.
2. Tabung II
Pada hari pertama tabung II yang diberi perlakuan dipanaskan dan dibiarkan
terbuka keadaan air kaldunya masih jernih, tidak terdapat endapan dan masih
berbau kaldu menandakan bahwa masih belum terdapat aktivitas
mikroorganisme. Hari kedua air kaldu masih berwarna bening, berbau kaldu, dan
belum terdapat endapan hal ini menunjukkan air kaldu masih tetap tidak
terkontaminsasi oleh mikroorganisme. Hari ketiga belum terdapat perubahan
apapun pada kaldu tetapi pada hari hari keempat dan kelima mulai terdapat
endapan di atas air kaldu.
3. Tabung III
Pada hari pertama pengamatan tabung III yang diberi perlakuan dipanaskan
dan ditutup air kaldu yang adadi dalamnya masih terlihat jernih, tidak terdapat
endapan, dan tidak berbau. Pada hari kedua air kaldu masih berwarna bening,
tidak berbau, dan tidak terbentuk endapan hal ini juga menunjukkan bahwa air
kaldu masih belum terkontaminasi oleh mikroorganisme. Hari ketiga airnya
mengeruh terdapat endapan tetapi belu tercium bau dari air kaldu begitu juga
pada hari keempat dan hari kelima.
4. Tabung IV
Pada hari pertama pengamatan tabung IV yang tidak diberi perlakuan apapun
keadaan air kaldunya juga sama seperti keadaan air kaldu pada tabung I, II, dan
III yaitu jernih, tidak terdapat endapan, dan masih berbau kaldu. Hari kedua air
kaldu mulai mengeruh, tetapi belum terbentuk endapan dan masih berbau kaldu.
Hari ketiga air kaldu berubah warna jadi kehijau-hijauan, mengeluarkan bau yang
menyengat dan terdapat sedikit endapan begitu pula pada pengamatan hari
keempat dan hari kelima.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum biologi tentang percobaan Lazzaro Spallanzani, dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Percobaan Lazzaro Spallanzani berhasil membuktikan bahwa teori
abiogenenesis keliru.
2. Makhluk hidup bukan berasal dari benda mati atau timbul dengan sendirinya
melainkan berasal dari makhluk hidup yang telah ada sebelumnya
B. Saran
Untuk kelancaran praktikum berikutnya maka disarankan agar :
1. Praktikum, dalam melaksanakan pengamatan hendaknya dilakukan bersama-
sama dan serempak agar seluruh praktikan dapat memahami juga perubahan-
perubahan yang terjadi pada air kaldu dengan seksama.
2. Asisten, hendaknya asisten selalu setia mendampingi praktikan dalam
pengamatan tiap hari agar jika praktikan memiliki pertanyaan, praktikan dapat
langsung menanyakannya kepada asisten dan agar pengamatan dapat
terkoordinasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Asal Usul Kehidupan. http://annilasyiva.multiply.com/ journal/ item/37. Diakses tanggal 17 November 2012.
Kimball, J.W. 1988. Biologi Universitas. Jakarta : Erlangga.
Slamet, 2005. Pegangan Biologi 2. Jakarta : Erlangga.
Tim Pengajar, 2003. Biologi Dasar. Bandung : Grafindo.
Tim Penyusun, 2003. Biologi Umum. Makassar : FMIPA UNM.
Pertanyaan dan jawaban
1. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan kaldu pada percobaan
tersebut di atas?
Jawab : Yang menyebabkan terjadinya perubahan kaldu pada percobaan tersebut
adalah adanya kegiatan mikroorganise dari udara yang mengkontaminasi
air kaldu.
2. Dari manakah datangnya makhluk hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan
kaldu tersebut ?
Jawab : Yaitu berasal dari udara luar yang masuk kedalam tabung.
3. Perubahan kaldu pada percobaan tersebut di atas terjadi pada tabung yang
diperlakukan bagaimana? Mengapa bisa demikian?
Jawab : Yaitu pada tabung I, IV karena mikroorganisme yang ada didalamnya
tidak mati dan mikroorganisme diudara dapat bebas mengkontaminasi
air kaldu.
4. Pada tabung yang diperlakukan bagaimana yang kaldunya tidak mengalami
perubahan? Mengapa tidak terjadi perubahan warna dan bau?
Jawab : Yaitu pada tabung III yang air kaldunya dipanaskan dan ditutup, karena
dengan demikian air kaldu tidak dapat dikonaminasi oleh mikroba yang
berasal dari udara bebas.
5. Mungkinkah dari bahan kaldu itu secara tiba-tiba muncul makhluk hidup baru?
Jawab : Tidak mungkin.
6. Hasil percobaan di atas dapatkan digunakan sebagai bukti yang kuat untuk
menyangkal pendapat Generatio Spontanea? Jelaskan.
Jawab : Hasil percobaan tersebut dapat digunakan untuk menyangkal teori
Generatio Spontanea karena dari hasil percobaan tidak terbukti bahwa
makhluk hidup bersala dari benda mati dan terjadi begitu saja.
ASAL USUL KEHIDUPAN( THE BEGINNING OF LIFE )
EPILOG
Sampai saat ini belum ada seorang ilmuwan pun yang berhasih memecahkan masalah bagaimana asal-usul kehidupan di bumi ini. Banyak teori atau paham-paham yang dikemukakan oleh ilmuwan mengenai masalah tersebut, tetapi semuanya belum dapat memberikan jawaban yang memuaskan.Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap masalah asal usul kehidupan tersebut. Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos saja. Berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang asal usul makhluk hidup.
TEORI ABIOGENESIS
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur. Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut pengzanut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
- ikan dan katak berasal dari Lumpur.- Cacing berasal dari tanah, dan- Belatung berasal dari daging yang membusuk. Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno
(Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17. Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka
TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. A) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut : · Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.· Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.· Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Danhasilnya sebagai berikut:
· Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
· Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit. B) percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya
sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna. Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut : · Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.· Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut : · Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah
keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
· Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan
bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea. C) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani.
Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut : · Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan
gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
· Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
· Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme
yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan : omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, danOmne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan
paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul kehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut : Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
TEORI EVOLUSI KIMIA
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain :
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-8.000oC. pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H2O), Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun sekitar 100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam
keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ? Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller. A) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey. Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut : a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan
hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumib) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih kompleks).
B) Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey. Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai
pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnay membentuk senyawa yang merupakan komponen sel. TEORI EVOLUSI BIOLOGI
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut :
A. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
B. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya;
C. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
D. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi.
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut :
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnay. Denagndemikian, perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin akan mnghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh paar Ilmuwan. Namun, tidak sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut masalah replikas; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori asal usul kehidupan yang menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut.