29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian, transportasi, bahkan sampai industri. Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Air sebagai pelarut universal, memiliki kemampuan untuk melarutkan berbagai zat, mulai fase gas dari udara, fase cair dari berbagai larutan, fase padat dan juga mikroorganisme. Oleh karena itu air banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut, sehingga air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni. Sumber air alami yang berupa air permukaan dan air tanah pada dasarnya hanya dapat diperoleh kalau lingkungan alamnya tidak terganggu atau berubah fungsi. Jadi ketersediaan dan keberlangsungan sumber air itu juga amat

LAPORAN LABLING

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN LABLING

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh

proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air. Air

dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan

rumah tangga, pertanian, transportasi, bahkan sampai industri.

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-

limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia

relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor.

Air sebagai pelarut universal, memiliki kemampuan untuk melarutkan berbagai zat,

mulai fase gas dari udara, fase cair dari berbagai larutan, fase padat dan juga

mikroorganisme. Oleh karena itu air banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut

maupun tidak terlarut, sehingga air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni.

Sumber air alami yang berupa air permukaan dan air tanah pada dasarnya hanya dapat

diperoleh kalau lingkungan alamnya tidak terganggu atau berubah fungsi. Jadi

ketersediaan dan keberlangsungan sumber air itu juga amat tergantung pada

kesungguhan dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya yang berkaitan dengan

keberadaan sumber air bersih. Sumber air bersih yang baik, yaitu yang dapat memenuhi

persayaratan air besih (kualitas) dan lainnya yaitu kuantitasnya (debit air per detik).

Oleh karena itu, perlu adanya analisa kualitas air tersebut. Agar analisa terbukti secara

akurat, perlu adanya tata cara pengambilan sampel yang baik dan benar.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk

mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang

mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai

hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumber daya air telah mengalami

Page 2: LAPORAN LABLING

penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi

kebutuhan yang terus meningkat.

Apabila kandungan berbagai zat tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka

air dianggap bersih. Air dikatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas

air, dimana kandungan berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas kadar

zat dalam air berbeda-beda untuk jenis air sesuai peruntukannya. Misalnya kadar zat

untuk air minum berbeda ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri. Hal

ini telah diatur oleh pemerintah atau pihak berwenang yang telah dibakukan dalam

sebuah surat keputusan.

Pada praktikum kali ini akan mengetahui bagaimana cara pengukuran parameter-

parameter yang ada pada air permukaan. Praktikum sampling air kali ini akan

mempelajari tata cara pengambilan sampel yang baik dan benar. Adapun yang

melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum kali ini agar praktikan dapat mengetahui

teknik pengambilan sampel air dengan benar.

Oleh karena itu, dengan adanya praktikum ini, diharapkan kedepannya mahasiswa dapat

menganalisa kualitas air dengan akurat, karena diawali dengan teknik pengambilan

sampel yang benar dan representatif.

1.2 Tujuan Praktikum

- Mengetahui teknik atau tata cara dalam pengambilan sampel yang baik dan benar

menurut Standard Operation Procedure

- Mengetahui jenis-jenis sampling

- Mengetahui maksud dan tujuan cara-cara pengambilan air sampel

Page 3: LAPORAN LABLING

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Air

Persyaratan kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang

tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis. Adanya penyebab

penyakit di dalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit-

penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam

air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Jujubandung,

2012).

Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan

apakah air itu layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang

harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional, maupun

standar perusahaan. Di dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82

Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu

air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan

untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan

tersebut.

2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana rekreasi

air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang

persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut (Jujubandung, 2012).

H2O merupakan rumus kimia air yang hanya berlaku untuk air bersih seperti akuades,

akuademin, dan sebagainya. Sedang untuk air alami yang berada di dalam sungai,

Page 4: LAPORAN LABLING

kolam, laut, danau, dan sumber-sumber lainnya akan menjadi H2O ditambah dengan

faktor yang bersifat biotik dan faktor yang bersifat abiotik (Jujubandung, 2012).

Dalam hal ini kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam

peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen

yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Kualitas tersebut menyangkut:

a) Kualitas fisik

Yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa. Kekeruhan air dapat

ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di

dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi

estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh

air buangan.

b) Kualitas kimia

Yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di

samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti residu pestisida.

Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa, dan warna air

akan berubah, seperti umum yang disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada

saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, dan Zn tidak diharapkan

kehadirannya di dalam air.

c) Kualitas biologi

Berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen pencemar (terutama bakteri colli)

dan penghasil toksin. Untuk mengetahui adanya pencemaran oleh fecal colli dapat

digunakan coliform indeks, yaitu indeks untuk menyatakan kualitas air dari segi

hygiene. Dalam 1 gram feaces biasanya rata-rata terdapat sejumlah coliform bakteria.

Standardisasi bakteriologis air ditentukan dengan perkiraan terdekat jumlah kuman

golongan colli dalam setiap 100 mL contoh air, yaitu yang biasa disebut degan istilah

Most Probable Number of Coliform Organisme (MPN) (Sujahjo, 2008).

2.2 Perencanaan Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila suatu substansi,

bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel yang representatif dari

keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus mewakili kumpulannya dan

Page 5: LAPORAN LABLING

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: perencanaan pengambilan sampel, petugas

pengambil sampel, prosedur pengambilan sampel, peralatan pengambil sampel yang

digunakan, frekuensi pengambilan sampel, keselamatan kerja dan dokumentasi terkait

pengambilan sampel. Proses pengambilan sampel jika tidak dilakukan secara

benar, maka secanggih apapun peralatan yang dipergunakan tidak akan menghasilkan

data yang dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya (Sujahjo, 2008).

Pengambilan sampel harus memenuhi kesesuaian terhadap standar baku yang telah

diakui baik secara internasional maupun nasional, seperti standar EPA, WHO, maupun

SNI, jika tidak akan mengakibatkan langkah-langkah selanjutnya seperti pengawetan,

transportasi, penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di laboratorium, akan sia-sia

serta membuang waktu dan biaya (Sujahjo, 2008).

Maksud pengambilan contoh uji (sampling) adalah mengumpulkan volume contoh uji

yang akan diteliti dengan jumlah sekecil mungkin, tetapi masih mewakili

(representatif), yaitu masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sumber contoh

tersebut (misal badan air/sungai, danau/waduk, mata air, sumur, dan lain-lain) (Sujahjo,

2008).

Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung

pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap

awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil

pekerjaan pada berikutnya (Anonim, 2011).

Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan,

pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality Control

(QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil sampel sebelum ke lapangan

adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen yang membantu dalam setiap

tahapan pengambilan sampel secara jelas dan sistematik (Anonim, 2011).

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah :

a) Menentukan tujuan pengambilan sampel

Page 6: LAPORAN LABLING

b) Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai

c) Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau

peraturan tertentu

d) Menentukan metode analisis

e) Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan secara

random atau acak

f) Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel

g) Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel

h) Menentukan frekuensi sampling

i) Menyiapkan pengendalian mutu

j) Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan sampel, formulir

rekaman dat pengambilan sampel, laporan pengambilan sampel).

k) Pengamanan sampel terdiri dari :

- Identifikasi/pengkodean sampel

- Pengemasan sampel

- Penyegelan wadah sampel, bila diperlukan

- Penyimpanan sampel di laboratorium (Anonim, 2011).

2.3 Wadah Sampel

Persyaratan wadah penyimpan sampel, sebagai berikut :

- Terbuat dari bahan gelas atau plastik polyethylene (PE) atau polypropylene (PP)

atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);

- Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;

- Bersih dan bebas kontaminan;

- Tidak mudah pecah atau bocor;

- Tidak berinteraksi dengan sampel.

Wadah sampel sebelum digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan/dicuci dan

tergantung dari jenis sampel uji (Anonim, 2010).

Page 7: LAPORAN LABLING

2.4 Pengawetan Sampel

Pengawetan sampel meliputi perlakuan pendinginan, pengaturan pH, penambahan

bahan kimia untuk mengikat polutan yang akan dianalisis.

a) Perlakuan pendinginan

Perlakuan pendinginan sampel dengan menggunakan dry ice dalam ice box pada

suhu 4°C ± 2°C, kemudian wadah sampel ditutup rapat sehingga tidak ada

pengaruh udara dari luar.

b) Perlakuan pengaturan pH

Perlakuan pengaturan pH bertujuan untuk cross check penambahan bahan kimia

sebagai bahan pengawet pada sampel yang ditentukan berdasarkan parameter uji

(sesuai persyaratan).

c) Perlakuan penambahan bahan kimia

Perlakuan penambahan bahan kimia dilakukan setelah sampel diambil, untuk tetap

memelihara keutuhan dan memastikan tidak terkontaminasi, atau mencegah

terjadinya perubahan. Bahan kimia yang digunakan untuk pengawetan harus

memenuhi persyaratan parameter uji untuk analisis dan tidak mengganggu atau

mengubah kadar zat yang akan di uji, dengan tujuan menghambat aktivitas

mikroorganisme dan mengurangi penguapan gas serta bahan-bahan organik, yang

dilakukan mulai dari lokasi pengambilan sampel sampai analisis di laboratorium.

Batas penyimpanan maksimum sampel tergantung pada karakteristik sampel, sifat

parameter uji dan teknik pengawetan (Anonim, 2010).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan pereaksi untuk pemeriksaan

contoh air sebagai berikut:

- Tidak menyimpan bahan kimia terlalu banyak dan terlalu lama (maksimal

penyimpanan 3 bulan). Karena zat tersebut dapat menua.

- Tidak membuat larutan kerja yang terlalu banyak karena zat kimia yang terlarut

lebih sulit diawetkan.

- Tempat penyimpanan harus selalu ditutup dengan baik supaya zat kimia tidak

terkena kelembaban udara dan jamur tidak dapat tumbuh.

Page 8: LAPORAN LABLING

- Apabila bahan kimia mengandung kristal, air harus dihitung bersama dengan unsur

pokok senyawa, dalam kasus ini tawas, karena air terikat dan tidak lenyap selama

pengeringan dalam oven pada 105°C.

- Bahan kimia yang mengandung air kristal atau yang dapat berubah bentuknya pada

105°C sebaiknya dikeringkan pada 60°C saja, kemudian didinginkan dalam

desikator atau dikeringkan selama beberapa hari di dalam desikator (Anonim,

2010).

2.5 Jenis Contoh Uji

Ada 3 (tiga) jenis contoh uji sampel, yaitu:

a) Sampel Sesaat atau Grab Sample

Contoh uji yang diambil di satu titik dan di suatu saat atau volume contoh uji yang

diambil langsung dari badan air yang sedang diteliti.

b) Sampel Sesaat Terpadu atau Integrated Sample

Contoh uji yang diambil dari beberapa aliran pada saat atau waktu yang sama.

pengambilan contoh uji dengan cara ini adalah untuk mewakili seluruh badan air

pada saat yang sama, misal untuk mengetahui beban pencemaran aliran-aliran

bagian terhadap sungai induk. Contoh uji terdiri dari n (n= aliran bagian), dimana

volume setiap contoh uji sebanding dengan debit aliran masing-masing aliran

bagian, yaitu:

Volumecontohbagian iVolume contohterpadu

= Debit aliranbagiani

Debit total

(i = 1,2,3,....n)

c) Sampel Campuran atau Composite Sample

Contoh uji yang diambil di satu titik pada beberapa saat. Jenis contoh uji cara ini

adalah dimaksudkan untuk mewakili secara merata perubahan parameter pada suatu

badan air yaang sedang diteliti selama masa yang cukup panjang secara mendetail

dengan pekerjaan yang terbatas. Contoh campuran meliputi x menit dan terdiri dari

y contoh bagian yang diambil setiap x/y menit, dengan volume tiap contoh uji

sesuai dengan volume air yang mengalir melalui titik pengambilan contoh dalam

waktu x/y menit (sekitar pengambilan contoh tersebut) sehingga:

Page 9: LAPORAN LABLING

Volumeconto h bagianiVolume contoh terpadu

= Volume air selama

xy

menit

Seluru h volume air selama xmenit

Untuk pengambilan sampel campuran biasanya digunakan alat pengambilan sampel

otomatis yang dilengkapi dengan pengukur debit. Tetapi bila alat tersebut tidak ada,

maka contoh bagian diambil dengan volume yang diperkirakan cukup, kemudian debit

air dihitung secara manual (penampamg sungai x kecepatan aliran). Dengan rumus di

atas maka volume setiap sampel bagian dapat dihitung untuk digabungkan/dicampur

menjadi sampel campuran (Anonim, 2010).

Page 10: LAPORAN LABLING

BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

3.1.1 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012. Pada pukul

10.00 - 11.20 WITA.

3.1.2 Tempat Pelaksanaan

Lokasi tempat pengambilan sampel disamping Gedung III Fakultas Teknik Universitas

Mulwarman, parit depan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, dan kolam depan

Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

- Botol dengan volume 100 ml

- Tali rafia

- Batu (pemberat)

- Kayu

- Bunsen

- Korek api

- Kamera

3.2.2 Bahan

1. Air sampel

2. Alumunium foil

Page 11: LAPORAN LABLING

3. Kapas

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Sampling Pada Air Kran

1. Dipilih kran yang memiliki hubungan langsung dengan sambungan utama.

2. Dipastikan kran tidak mengalami kebocoran dan dalam keadaan baik.

3. Dipastikan tidak ada aksesoris yang ada pada mulut kran (karet).

4. Dibuka kran selama 1 menit dan setelah itu ditutup.

5. Kran disterilisasi (dipanaskan) dengan menggunakan bunsen.

6. Setelah itu dibuka kembali kran selama 1 menit.

7. Botol sampel disterilisasi (dipanaskan) juga menggunakan bunsen.

8. Diambil air dari kran (tidak menyentuh mulut kran).

9. Ditunggu sampai air yang ada dalam botol tersebut meluap.

10. Dibuang sebagian air sampai di dalam botol tersisa 3/4 bagian.

11. Kemudian disterilisasi kembali botol.

12. Langsung ditutupi kapas dan dilapisi lagi dengan alumunium foil.

3.3.2 Air Permukaan Langsung

1. Botol disterilisasi dan dipegang bagian bawah botol.

2. Dicelupkan botol sedalam lebih kurang 20 cm dengan mulut botol menghadap

bawah kemudian di arahkan mulut botol dengan arah melawan arus aliran.

3. Ditunggu sampai tidak ada gelembung yang terlihat.

4. Diangkat dan dibuang air sampai memenuhi 3/4 bagian tersisa.

5. Disterilisasi botol (dipanaskan) menggunakan bunsen.

6. Ditutupi dengan kapas di mulut botol dan dilapisi dengan alumunium foil.

3.3.3 Air Permukaan Tidak Langsung

1. Botol disterilisasi, tapi sebelumnya sudah diikat botol bagian bawah dengan batu

dan diikat dengan tali.

2. Diturunkan perlahan-lahan botol dengan memegang talinya.

3. Dibiarkan sejenak sampai tidak ada gelembung yang terlihat.

Page 12: LAPORAN LABLING

4. Setelah tidak ada terlihat gelembung diangkat dan dibuang sebagian air

sampai memenuhi 3/4 bagian botol yang tersisa.

5. Disterilisasi botol (dipanaskan).

6. Ditutup dengan kapas dan dilapisi dengan alumunium foil.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

REKAMAN DATA PENGAMBILAN

SAMPEL LINGKUNGAN

1. Nama Pengambilan Sampel : Pengambilan contoh air untuk analisa

mikrobiologi

2. Tanggal Pengambilan Sampel : 13 Oktober 2012

3. Jam Pengambilan Sampel : - 10.30 WITA (sampling kran)

- 10.50 WITA (sampling air permukaan

langsung)

- 11.10 WITA (sampling air kran tidak langsung)

4. Lokasi Pengambilan Sampel : - Kran air utama Gedung III Fakultas Teknik

Universitas Mulawarman (sampling air kran)

- Parit di depan Fakultas Teknik Universitas

Mulawarman (sampling permukaan langsung)

- Kolam di depan Fakultas Teknik Universitas

Mulawarman (sampling air tidak langsung)

5. Uraian Sampel : Air kran, air parit, dan air kolam

6. Tipe Sampel :

Gabungan Waktu Gabungan Tempat Sesaat

1) Interval Waktu : ± 20 menit

Page 13: LAPORAN LABLING

2) Volume Sub Sampel : 75 ml

3) Total waktu yang dibutuhkan : 1 jam

4) Sampel tidak diambil pada jam :

7. Acuan metode pengambilan sampel : - Metode sampling air kran

- Metode sampling air permukaan langsung

- Metode sampling air permukaan tidak

langsung

No.

Urut

Titik Pengambilan Sampel

(bila diperlukan gunakan

koordinat)

Diagram/sketsa/foto lokasi/pengambilan

sampel

1 Pengambilan sampel air kran

di Gedung III Fakultas

Teknik Universitas

Mulawarman

2 Pengambilan sampel air

permukaan langung di parit

depan Fakultas Teknik

Universitas Mulawarman

Page 14: LAPORAN LABLING

3 Pengambilan sampel air

permukaan tidak langsung di

kolam Fakultas Teknik

Universitas Mulwarman

Rincian kondisi lingkungan selama

pengambilan sampel yang dapat

mempengaruhi intepretasi hasil

pengujian:

1. Metode Sampling Kran

Kran yang digunakan berada di

Gedung III Fakultas Teknik.

Kran yang biasanya digunakan

untuk mencuci tangan.

2. Metode Sampling Air

Permukaan Langsung. Air parit

tersebut berasal dari

pembuangan Fakultas Teknik

Universitas Mulawarman.

3. Metode Sampling Air

Permukaan Tidak Langsung

Percobaan ini dilakukan di

danau depan Fakultas Teknik

Unmul. Di samping danau

tersebut terdapat asrama

mahasiswa Universitas

Mulawarman.

Hasil pengukuran parameter lapangan

Page 15: LAPORAN LABLING

4.2 Pembahasan

Kendala-kendala yang dialami pada saat praktikum kali ini adalah di sesi sampling air

kran, bunsen susah dinyalakan. Karena sumbu bunsen terkena air. Sehingga

memerlukan waktu untuk menyalakannya. Yang pada akhirnya langsung menggunakan

korek api untuk mensterilisasi botol sampel. Kemudian di sesi sampling air permukaan

langsung yang harusnya air permukaan tersebut memiliki aliran, pada kenyataannya

tidak ada aliran yang bergerak. Sehingga praktikan membuat sendiri aliran dari balok

kayu yang digerakkan. Dan pada sesi sampling air tidak langsung, seharusnya pemberat

dan botol sampel tidak menyatu. Jadi pada saat mengambil botol sampel, pemberat

tidak ikut terangkat. Hal ini dilakukan dikarenakan waktu yang mendesak. Selain itu,

selama praktikum tidak ada yang mendokumentasikannya. Sehingga, setelah

berakhirnya praktikum, para praktikan kembali ke rute awal praktikum untuk

mendokumentasikannya. Yang pada akhirnya dokumentasi atau foto-foto yang diambil

tidak maksimal.

Pengambilan sampel sesi sampling kran pertama-tama dipilihlah kran yang memiliki

hubungan langsung dengan sambungan utama dan memastikan bahwa kran dalam

keadaan baik dan tidak mengalami kebocoran. Kemudian, dipastikan bahwa tidak ada

aksesoris yang menempel pada mulut kran. Setelah semua dipastikan dengan baik

langsung dibuka kran selama 1 - 2 menit dan ditutup kembali. Setelah ditutup krannya,

disterilisasi kran dengan cara dipanaskan menggunakan bunsen. Setelah disterilisasi

dibuka kembali kran air dan ditunggu selama 1 - 2 menit. Selagi menunggu kran air

yang dibuka, botol sampel disterilisasi dengan cara dipanaskan. Langsung diambil

sampel air tanpa mengenai krannya langsung. Ditungggu sampai air meluap keluar dari

botol sampel. Dibuang sebagian isi air sampai di dalam botol sampel tersisa 3/4 bagian

botol sampel. Setelah itu, disterilisasi mulut botol sampel. Akhirnya mulut botol sampel

ditutup dengan kapas dan dilapisi atasnya dengan alumunium foil.

Pada sesi sampling air permukaan langsung, pertama-tama botol disterilisasi terlebih

dahulu dan dipegang bagian bawah botol sampel. Dicelupkan botol sedalam lebih

kurang 20 cm dengan mulut botol sampel menghadap bawah pada awalnya. Setelah

Page 16: LAPORAN LABLING

beberapa saat langsung diarahkan melawan aliran arus air permukaan. Ditunggu sampai

tidak ada gelembung yang keluar dari botol sampel. Diangkat setelah penuh kemudian

dibuang sebagian air dalam botol sampel hingga tersisa 3/4 bagian saja yang tersisa.

Disterilisasi mulut botol sampel dengan cara dipanaskan. Ditutup dengan kapas di

bagian mulut botol dan dilapisi bagian atasnya dengan alumunium foil.

Pada sesi sampling air permukaan tidak langsung, pertama-tama disterilisasi botol

sampel, namun sebelumnya botol sampel sudah diikat bersama pemberat (batu).

Kemudian perlahan-lahan diturunkan talinya ke dalam air dengan memegang tali.

Setelah masuk ke dalam air dibiarkan sejenak sampai tidak ada gelembung yang keluar

dari botol sampel. Setelah tidak ada terlihat gelembung yang keluar, diangkat botol

sampel dan dibuang sebagian air sampai tersisa 3/4 bagian dari botol sampel. Setelah

itu, disterilisasi mulut botol sampel dengan cara dipanaskan. Ditutup bagian atas mulut

botol sampel dengan kapas dan dilapisi bagian atasnya dengan alumunium foil.

Botol sampel perlu disterilisasi sebagai usaha untuk membebaskan alat atau bahan dari

segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba atau bebas dari segala mikroba baik

pathogen maupun tidak. Disterilkan dengan cara dipanaskan/dibakar untuk

menghasilkan kondisi yang benar-benar steril.

Tujuan dari pengambilan sampel di sesi sampling air kran yaitu merupakan salah satu

bagian yang tak terpisahkan dari sistem pengukuran kualitas air, yaitu untuk

mendapatkan data kualitas air yang akurat dan valid. Pada pengambilan sampel air,

yang dilakukan pada praktikum kali ini menggunakan sampel air kran dimana cara

pengambilan tersebut haruslah berdasarkan prinsip aseptis begitu pula dengan

pengukuran air permukaan langsung dan permukaan tidak langsung tujuan

dilakukannya adalah untuk mengumpulkan sebagian material/bahan dalam volume yang

cukup kecil yang mewakili material/bahan yang akan diperiksa secara tepat/teliti untuk

dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di laboratorium. Hal ini berarti bahwa

perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat dari semua komponen dalam sampel

akan sama seperti dalam material yang disampling. Serta tidak mengalami perubahan-

perubahan yang berarti dalam komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.

Page 17: LAPORAN LABLING

Praktikum air permukaan langsung maupun tidak langsung dengan benar di kolam

depan Fakultas Teknik Universitas Mulwarman.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Teknik sampling yang dilakukan ada 3 metode cara kerja antara lain, pada sesi

pengambilan sampel di kran metode kerja yang dilakukan tidak rumit. Cukup

mengisi botol sampel dengan cara menghadapkan botol sampel ke arah kran.

Kemudian sesi pengambilan sampling air permukaan langsung metode kerja yang

dilakukan cukup menyelupkan botol sampel menggunakan tangan sedalam 20 cm

dengan arah melawan arus aliran air permukaan. Yang terakhir sesi pengambilan

sampling air permukaan tidak langsung. Disini membutuhkan pemberat dan tali

dikarenakan jangkaun air permukaan yang sulit dijangkau. Dengan menurunkan tali

beserta pemberat dan botol sampel ke air permukaan dan ditunggu sampai tidak ada

gelembung udara yang keluar.

- Ada 3 jenis sampling, antara lain:

- Sampel Sesaat atau Grab Sample

Contoh uji yang diambil di satu titik dan di suatu saat atau volume contoh uji

yang diambil langsung dari badan air yang sedang diteliti.

- Sampel Sesaat Terpadu atau Integrated Sample

Page 18: LAPORAN LABLING

Contoh uji yang diambil dari beberapa aliran pada saat atau waktu yang sama.

pengambilan contoh uji dengan cara ini adalah untuk mewakili seluruh badan air

pada saat yang sama, misal untuk mengetahui beban pencemaran aliran-aliran

bagian terhadap sungai induk.

- Sampel Campuran atau Composite Sample

Contoh uji yang diambil di satu titik pada beberapa saat. Jenis contoh uji cara ini

adalah dimaksudkan untuk mewakili secara merata perubahan parameter pada

suatu badan air yaang sedang diteliti selama masa yang cukup panjang secara

mendetail dengan pekerjaan yang terbatas.

- Pada percobaan dengan menggunakan metode sampling air permukaan secara

langsung dan tidak langsung, botol hanya diisi 3/4 bagian dari ukuran botol, ini

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi air sampel dengan tutup

botol atau kapas penutup. Pengambilan sampel pada air permukaan air

langsung yaitu berlawanan arah arus sungai, agar bakteri yang terlarut dalam aliran

air dapat ditangkap dalam botol sampel.

5.2 Saran

- Sebaiknya peralatan di laboratorium lebih dilengkapi lagi agar kinerja praktikan

pada saat praktikum lebih optimal.

- Sebaiknya lokasi praktikum tidak hanya di sekitaran kampus saja, namun juga

berada di luar Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.

Page 19: LAPORAN LABLING

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2010. Teknik Pengambilan Sampel Air.

http://dc195.4shared.com/doc/FcY99a5c/preview.html. Diakses pada tanggal 13

Oktober 2012 pada pukul 13:49 WITA

2. Anonim. 2011. Cara Pengambilan Contoh Air Untuk Pengujian Fisika Kimia.

http://xa.yimg.com/kq/groups/16123388/1129336008/name/

Buku+Panduan+KSEP.pdf. Diakses pada tanggan 13 Oktober 2012 pada pukul

14:17 WITA

3. Jujubandung. 2012. Pengambilan Contoh Air.

http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/pengambilan-contoh-air-2/.

Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pada pukul 14:00 WITA

4. Sujahjo, Nurhasanah. 2008. Pengambilan Contoh Air Dan Pengujian Kualitas

Air. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Teknik+sampling+

%26+Analisis+Kualitas+Air&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CDgQFjAE

&url=http%3A%2F%2Flecturer.poliupg.ac.id%2F~aksanjamal

%2F05.%2520Pengambilan%2520Contoh%2520dan%2520Kualitas

%2520Air.doc&ei=MwN5UMTICcurrAeozoDYCw&usg=AFQjCNH5lBIENvc

Page 20: LAPORAN LABLING

m_VFNpt9Y8nMZds12Vg. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pada pukul

14:05 WITA