LAPORAN kuliah lapanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kuliah lapangan di taman nasional gunung rinjani

Citation preview

Laporan Hasil Kuliah Lapangan Taksonomi Tumbuhan IIDi Taman Nasional Gunung Rinjani,Kembang Kuning Lombok Timur

Disusun Oleh Ahmad Hapiz Erlin Purnama Kusuma Wardani Mila Rohmi Nurul Hidayat Ni Made Dwividia Oktavianti Widya iswantari

Program Studi BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Mataram2014KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.WbSyukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi ini dengan baik dan lancar.Laporan ini disusun dengan mendapatkan arahan-arahan ataupun penjelasan dari pembimbing. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:1. Bapak Sukiman, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi3. Kakak-kakak asisten 4. Rekan-rekan semua yang telah memberi dorongan semangat kepada kami5. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu yang juga telah ikut membantu kami atas arahan dan bimbingan yang bermanfaat hingga terwujudnya laporan ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penulisan laporan yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin-min Ya Robbalalamin.Wassalamualaikum Wr.Wb

Mataram, 10 juli 2014

Kelompok I

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1.2 Tujuan.................................................................................................... 1.3 Manfaat..................................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 2.1 Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah................................................. 2.2 Iklim Daerah Tropik............................................................................... 2.3 Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah........................................

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................... 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 3.3 Langkah Kerja.....................................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................ 4.1 Hasil dan Pembahasn..................................................................... BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. Kesimpulan.......................................................................................... Saran DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menemukan berbagai macam Tumbuhan yang secara sengaja atau tidak sengaja kita lihat. Tumbuhan tersebut adalah sesuatu yang tidak asing bagi kita. Walau pun demikian namun terkadang ada kalanya kita tidak mengetahui nama-nama dari Tumbuhan tersebut baik secara nama local atau nama ilmiahnya. Hal ini mungkin karena kita masih kurang peduli dengan hal tersebut.Tumbuhan tersebut tidak bukan hanya kita temukan di sekitar kita tidak jarang di antara kita sudah sering menggunakannya. namun karena kita tidak mengetahui nama atau sesuatu yang berkaitan dengan Tumbuhan tersebut, kita tidak mampu menggunakannya secara maksimal atau terkadang kita tidak pernah menggunakannya karena kita menganggap bahwa Tumbuhan tersebut tidak ada manfaatnya.Oleh karena itu, di hutan taman Nasional gunung renjani,Kembang kuning Jeruk manis kita belajar tentang mengenal spesies-spesies dari berbagai family, mengetahui nama local atau pun nama ilmiahnya serta sistematika, morfologi dan manfaatnya. Kunjungan ini tidak terbatas pada pengidentifikasian Tumbuhan-tumbuhan yang termasuk gymnospermae saja. Tetapi juga kita akan belajar tentang tata cara mengherbarium tanaman dengan benar.

1.2 Tujuan1. Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium.2. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Taman Nasional Gunung Rinjani,Kembang Kuning,Jeruk Manis dan mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.

1.3 ManfaatManfaat dilaksanakan kuliah kerja lapangan ini untuk mengetahui macam-macam dari tumbuhan berbiji yang ada di Taman Nasional Gunung Rinjani Kembang Kuning, serta dapat mengklasifikasikan dari beberapa famili dengan berbagai macam spesies.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sruktur Vegetasi Hutan Tropika BasahHutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun2. Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 40 m.3. Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)6. Di daerah tropis umumnya temperaturnya tinggi dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan dua faktor tersebut dilahirkan berbagai zonasi atau pengelompokan vegetasi dengan cara-cara yang berbeda.Klasifikasi berdasarkan kedua hal tersebut dilakukan antara lain oleh : - de Martone (1926)- Koeppen (1936) - Koeppen dan Trewartha (1943) dan - Lauer (1952).Klasifikasi menurut Koeppen (1936), Koeppen dan Trewartha (1943) merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan. Sistem ini didasarkan pada pengaruh iklim terhadap pertumbuhan vegetasi yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima kelompok besar yaitu :

-IklimHutan Tropis (A)-Iklim Tropis Kering (B)-Iklim Savana -Iklim Stepa - Iklim Gurun

2.2 Iklim Daerah TropikTropika adalah daerah di permukaan bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Tropis adalah bentuk ajektivanya.Area ini terletak di antara 23.5 LU dan 23.5 LS, dan mencakup seluruh bagian Bumi yang dalam setahun mengalami dua kali saat Matahari tepat berada di atas kepala (di utara GBU dan di selatan GBS Matahari tidak pernah mencapai ketinggian 90 atau tepat di atas kepala). Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti "berputar", karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang disebut tahun.Tumbuhan dan hewan tropis adalah spesies yang hidup di daerah tropis tersebut. Istilah tropis juga kadangkala digunakan untuk menyebut tempat yang hangat dan lembap sepanjang tahun, walaupun tempat itu tidak terletak di antara dua garis balik. Tumbuhan daerah tropis biasanya berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau jika memiliki perilaku peluruh mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah. Wilayah tropis di seluruh dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis ("seluruh tropis"), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua, seperti Amerika tropis, atau Asia tropis.Tropis dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isoterm 20 C di sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23 lintang utara dan 23 lintang selatan. Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim tropis dapat dibedakan menjadi daerah tropis kering yang meliputi padang pasir, stepa, dan savana kering dan daerah tropis lembap yang meliputi hutan tropis, daerah-daerah dengan angin musim dan savana lembap.Daerah Tropis Kering Meliputi :1. Padang pasir dan stepa Daerah-daerah di sekitar garis lintang 15 dan 30 utara dan selatan merupakan daerah-daerah yang termasuk tropis kering termasuk negara-negara sahara, Timur Tengah, Iran, Pakistan, Nambibia, dan pedalaman Australia. Keadaan lansekap yang berupa padang pasir dan setengah padang pasir menjadikan kondisi di daerah ini kering dan tandus, kurang vegetasi.

2. Daerah savana kering Daerah ini merupakan daerah peralihan dari tropika lembap ke tropika kering meliputi pegunungan Brasilia, Paraguay, Senegal, Sudan selatan, Zimbabwe, dan Tanzania. Ciri khusus lansekapnya berupa stepa semak belukar dan padang rumput, padang pasir sampai hutan rimba dengan rumput tinggi. Hutan berduri yang rendah dan semak berduri merupakan ekosistem yang ada di daerah ini. Terdapat tiga musim yaitu panas, dingin, dan hujan, dimana kondisi bulan terpanas, sangat panas dan lembap dan kondisi bulan terdingin panas dan kering.3. Daerah pegunungan Daerah daerah dataran tinggi dan pegunungan di atas 1500 m yang terletak di antara garis isoterm meliputi Etiophia, Peru, dan Nepal. Keadaan lansekapnya hijau dalam musim lembap dan coklat sampai merah dalam musim kering. Ciri vegetasi berupa pohon-pohon hijau yang tidak terlalu tinggi dan terdapat berbagai jenis rumput. Daerah tropis lembap meliputi :a. Daerah musim dan savana lembap Termasuk daerah ini adalah wilayah massa daratan yang besar di sekitar garis balik meliputi India, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan. Lansekapnya berupa daerah hutan dan belukar yang selalu hijau dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan erosi. Terdapat tiga musim yaitu panas-kering, panas-lembap, dan dingin-kering. Langit biru selama musim kering dan awan hujan tebal selama musim hujan.

b. Daerah hutan hujan tropis Daerah hutan hujan tropis berada di sekitar garis khatulistiwa sampai 15 lintang utara dan selatan. Daerah ini meliputi lembap sungai Amazon, Afrika tengah, Malaysia, dan Indonesia. Kondisi lansekap berupa daerah hutan hujan di sekitar pantai dan di daratan rendah khatulistiwa. Daerah ini memiliki vegetasi yang lebat dan bervariasi berupa lumut, ganggang, jamur, semak-belukar yang tak dapat ditembus, pohon-pohon tinggi (hutan, rimba, hutan bakau). Kondisi tanah sangat lembap, muka air tanah yang tinggi (kadang mencapai permukaan) dan merupakan tanah laterit merah dan coklat. Perbedaan musim sangat kecil di mana bulan terpanas, panas dan lembap sampai basah, sedangkan bulan terdingin panas sedang dan lembap sampai basah.(http://id.shvoong.com).

Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.

2.3 Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah2.3.1 Pengertian Plasma Nutfah Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.

2.3.2 Luas Area Dan Keragaman Plasma Nutfah Indonesia termasuk wilayah propinsi botani Malaysia yang keseluruhannya meliputi semenanjung Malya, kepulauan Philipina, Indonesia dan Papua Nugini tanpa pulau-pulau Colomon, luasnya mencapai 3.000.000 km2, meliputi sepertujuh panjang katulistiwa, kebanyakan daerahnya lembab. Secara biologi daerah propinsi ini termasuk kaya karena diduga dihuni oleh 35.000 jenis tumbuhan atau sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan yang hidup di dunia saat sekarang. Kekayaan di daerah ini dapat dibuktikan dengan membandingkan antara pulau Jawa dan Inggris raya yang luasnya 4 x Pulau Jawa hanya dihui oleh 1.500 tumbuhan. Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae, Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain.Di kawasan Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain. Dasar pengetahuan botani atau untuk dapat dikenal secara botani, daerah seluas 100 km2 diperlukan koleksi herbarium sebanyak 100 nomor. Di Propinsi Malaesia sudah terkumpul 1.000.000 nomor koleksi. Ini berarti bahwa untuk dapat dikatakan kekayaan yang ada dapat dikenal secara sempurna masih diperlukan 2.000.000 nomor koleksi lagi, dan koleksi ini kebanyakan bersifat koleksi botani, maksudnya untuk tanaman-tanaman budidaya dan kultivar-kultivarnya masih belum ditangani.

2.3.3 Bentuk Wadah Dan Macam Plasma Nutfah Wadah plasma nutfah secara alami berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat berupa hutan, savana, semak, padang rumput, semi padang pasir dan sebagainya. Macam plasma nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif, varietas pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan varietas unggul masa kini.1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu :- Jenis-jenis yang mungkin mempunyai nilai ekonomi, tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.- Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.- Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian dibudidayakan dan dimanfaatkan.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat : Minggu 22 Juni 2014 Taman Nasional Gunung Rinjani,Kembang Kuning,jeruk Manis

Alat dan Bahan :

Cutter Plastik Lebel Termohigro Termometer batang Sasak Koran Langkah kerjaAdapun langkah kerja dalam praktikum ini pengumpulan spesimen dengan penjelajahn,menjelajah dan mengumpulkan spesimen

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Datura metel

Deskripsi

Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun. Sebagai anggota suku Solanaceae, tumbuhan ini masih sekerabat dengan datura, tumbuhan hias dengan bunga berbentuk terompet yang besar. Kecubung biasanya berbunga putih dan atau ungu, namun hibridanya berbunga aneka warna. Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai obat-obat pada abad kesepuluh. Kecubung ada yang berasal dari Asia Tenggara, namun ada juga yang berasal dari Benua Amerika.Kecubung tumbuh di tempat yang beriklim panas dan dibudidayakan di seluruh belahan dunia karena khasiat yang dikandungnya dan juga untuk tanaman hias. Pertama kali diperkenalkan oleh Linnaeus pada tahun 1753, tapi secara botani masih belum tepat mengenai gambaran dan penjelasan tentang kecubung. Wilayah asal yang menjadi sumber tanaman ini tidak dapat diketahui secara pasti.[1] Bagian-bagian kecubung, tetapi terutama bijinya, mengandung alkaloid yang berefek halusinogen

Piper caninum

KlasifikasiKingdom : PlantaePhylum : Tracheophyta Class : Spermatopsida Order : Piperales Family : PiperaceaeGenus : Piper Spesies : Piper caninum

DeskripsiStemA slender vine not exceeding a stem diameter of 2 cm.LeavesLeaf blades about 9-18 x 3.5-12 cm, petioles about 0.5-4 cm long with a triangular scar extending from the base almost to the apex. Lower surface of the leaf blade clothed in erect hairs, upper surface glabrous. Stipules caducous, about 0.5-2 cm long, sheathing the terminal bud. Leaves slightly aromatic when crushed.FlowersMale flowers: Inflorescence a dense spike about 3-6 cm long, peduncle about 10-15 mm long, leaf-opposed or at least not axillary. Flowers very small, about 0.6-0.8 mm diam., consisting of a petal scale and stamens. Stamens about 0.6-1 mm long. Anthers about 0.2-0.25 mm long, filaments about 0.4-0.75 mm long. Female flowers: Inflorescence a dense spike about 15 mm long, peduncle about 8-10 mm long, leaf-opposed. Flowers small, difficult to discern, consisting of a peltate bract about 0.8 mm diam. and an ovary. Ovary about 0.8 mm long, surrounded by multicellular short hairs. Stigmas small, glandular and elongated. Ovules 1.FruitInfructescence about 6-13 cm long, on a peduncle about 1.5 cm long. Individual fruits ellipsoidal, about 6-8 x 6 mm. Pedicels about 2-3 mm long. Seeds ellipsoidal, about 5-6 x 3.5-4 mm. Embryo linear, about 0.7 -1.5 x 0.4 mm, enclosed in a conical structure. Radicle longer and wider than the cotyledons.SeedlingsCotyledons +/- reniform or orbicular-cordate, about 20-27 x 21-26 mm, petioles densely clothed in hairs. Cotyledon apex broadly mucronate or abruptly acuminate, base +/- truncate. Cotyledons hairy or almost glabrous on the upper surface, lower surface densely clothed in hairs. First leaves cordate, +/- 5-veined at the base. Both surfaces of the leaf blades clothed in hairs, the lower surface more densely clothed. Leaf blades and cotyledons very pale, almost white on the lower surface. At the tenth leaf stage: leaf blade ovate, apex acuminate, base cordate with the lobes +/- overlapping, 3-7-veined close to the base but becoming penninerved towards the apex. Underside of the leaf blade clothed in pale, erect hairs, upper surface with hairs +/- confined to the main veins. Midrib raised on the upper surface. Stipules caducous, glabrous, about 6-15 mm long, enclosing the terminal bud and attached to the adaxial surface of the petiole. Adventitious roots present at most nodes. Roots emit a spicy odour when crushed.Distribution and EcologyOccurs in CYP, NEQ and southwards as far as south-eastern Queensland. Altitudinal range from near sea level to 1100 m. Grows in lowland and upland rain forest. Also found in SE Asia and Malesia.Natural HistoryThis species may have medicinal properties. The antibacterial compound, bornyl coumarate has been isolated from it. (http://chemistry.uah.edu/Faculty/setzer/natprod.h

Piper dilatatum

oKlasifikasiKingdom : PlantaePhylum : Tracheophyta Class : Spermatopsida Order : Piperales Family : PiperaceaeGenus : Piper Spesies : Piper dilatatum

Deskripsi Umum Family PiperaceaeHerba, liana, jarang berkayu Akar pelekat, minyak atsiri Daun tunggal, tulan daun paralel, stipula/tdk Bunga majemuk (amentum)/bulir atau spadik, uniseksual tanpa hiasan bunga P0 A3+3 G1, superior Sebaran: tropik

Chloranthus oficinalis

oKlasifikasiKingdom : PlantaePhylum : Tracheophyta Class : Spermatopsida Order : Piperales Family : ChlorantaceaeGenus : Chloranthus Spesies : Choloranthus oficinalis

Deskripsi UmumHerba atau semak, toleran naungan,Daun tunggal berhadapan, margin bergerigi, stipula interpetiolar,Bunga spika majemuk/panicula, terminal tanpa perianthium,Buah drupa

BAB VPENUTUP

Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa : Di dapatkan lumayang banyak spesies namun hanya 4 yang mampu kami identifikasi yaitu ( Piper caninum,Piper dilatatum,Datura metel dan Choloranthus oficinalis ) Kami dapat membuat herbarium walau hasilnya belum sempurna

Saran Di perlukan Buku identifikasi sebagai pendamping dalam pengidentifikasin spesimen

DAFTAR PUSTAKA

Beccari, odoardo.1904.Wandering Of In The Great Floreset Of Borneo. Newyork: Newyork Public LibraryGratiana, Emmy.2004.Informasi Singkat Benih. Bandung: Direktorat Perbenihan tanaman HutanMus. 2010.http:www.plantamorf.com. Yogyakarta: diakses tanggal 10 April 2012Samedi, dan I. Kurniati. 2002. Kajian Konservasi Eboni. Berita BiologiVol. 6 No. 2. Sunaryo. 2002. Konservasi Eboni (Diospyros celebicaBakh.).Vol: 6No (2).Diakses tanggal 12 april 2012Tjitrosoepomo, Gembong. 2010.Taksonomi Tumbuhan spermatophyte. Yogyakarta: UGM pressWaluyo, E. B. 2002. Gatra Etnobotani Eboni (Diospyros celebicaBakh.).Berita BiologiVol. 6 No. 2. Edisi khusus manajemen Eboni. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jakarta.http://www.dephut.go.id/informasi/hutkot. Diakses Tanggal 10 April 2012http://fp.uns.ac.id/hamasains/ekotan.9.htm. Diakses Tanggal 10 April 2012http://iklim.dirgantara-lapan.or.id. Diakses Tanggal 10 April 2012http://bpthsulawesi.net. Diakses Tanggal 10 april 2012http://www.irwantoshut.net/tipe_tipe_hutan_tropis.html . Diakses Tanggal 10 April 2012