Upload
nararya-gunadharma
View
93
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KEGIATAN
KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI BUTON SULAWESI TENGGARA
Nararya Gunadharma
I. LATAR BELAKANG
Sulawesi dikenal sebagai pulau yang memiliki keanekaragaman ketiga tertinggi di Indonesia
setelah Papua dan Kalimantan. Selain itu letak Sulawesi yang dibatasi oleh garis Wallacea
membuat pulau ini memiliki potensi satwa endemik yang cukup tinggi. Sulawesi seperti
disampaikan dalam Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020 sebagai pulau di
Indonesia yang memiliki tingkat keendemisan kedua tertinggi setelah Papua.
Pulau Buton merupakan sebuah pulau yang terletak di provinsi Sulawesi Tenggara. Terpisahnya
pulau Buton dari pulau utama Sulawesi membuat pulau ini menjadi tujuan para peneliti lokal
dan peneliti asing untuk mendapatkan data-data terbaru di pulau ini, terutama dalam hal
keendemisannya. Data mengenai Keanekaragaman hayati Pulau Buton sangat minim di
Indonesia, diantaranya data mengenai keanekaragaman spesies kupu-kupu yang sulit untuk
diperoleh.
Kupu-kupu merupakan salah satu satwa yang berpotensi menjadi aset penting bagi Pulau
Buton. Berdasarkan data buku Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia disebutkan bahwa
tercatat ada 1.900 spesies atau 10,69% dari kupu‐kupu dunia di Indonesia. Penelitian Vane-
Wright & de Jong (2003) menyebutkan bahwa tingkat keendemisan tertinggi untuk kupu-kupu
berada di Sulawesi dengan 239 spesies endemik yang beberapa diantaranya ada di Pulau Buton.
Keendemikan spesies kupu-kupu yang terdapat di pulau Buton menjadi daya tarik tersendiri
bagi para peneliti dan juga para kolektor serangga.
Laporan mengenai Keanekaragaman kupu-kupu pada beberapa tipe habitat di Buton ini
dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari kegiatan inventarisasi yang dilakukan pada bulan
Juni hingga Juli 2013. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menghasilkan daftar spesies
kupu-kupu yang dijumpai dan deskripsi spesies tersebut dari sudut pandang peneliti dalam
kegiatan ini sehingga diharapkan dapat mempermudah kegiatan identifikasi spesies pada
kegiatan inventarisasi Kupu-kupu di Buton selanjutnya.
Gambar 1. Kegiatan pengamatan kupu-kupu oleh pelajar-pelajar sekolah Eropa di Buton
II. SEKILAS MENGENAI KUPU-KUPU
Kupu-kupu digolongkan ke dalam kelas serangga bangsa Lepidoptera. Dalam bukunya Corbet &
Pendlebury (1992) membagi Lepidoptera ke dalam dua anak bangsa yaitu Heterocera dan
Rhopalocera dari struktur morfologinya. Sebagai contoh pada beberapa spesies Heterocera
(ngengat) memiliki antena yang kompleks dan menyerupai bulu sedangkan pada Rhopalocera
bentuk antena membesar pada bagian ujung atau membulat, dalam laporan ini kita akan
membahas mengenai anak bangsa Rhopalocera. Penggunaan istilah Indonesia dalam
pengklasifikasian (seperti kelas, bangsa, suku dan seterusnya) dan istilah spesies dalam
mengartikan jenis mengacu pada Peggie, D (2014).
Rhopalocera memiliki dua kelompok suku yaitu Hesperoidea dan Papilionoidea. Anggota
Hesperoidea merupakan spesies kupu-kupu yang memiliki bentuk menyerupai ngengat, atau
lebih dikenal dengan sebutan skipper. Spesies-spesies dalam Hesperoidea memiliki tubuh yang
gemuk dan pendek dengan ukuran yang kecil serta aktivitas terbang yang sangat cepat.
Papilonoidea memiliki jumlah spesies lebih banyak bila dibandingkan dengan Hesperoidea.
Kelompok suku ini dianggap sebagai bentuk kupu-kupu sebenarnya dan memiliki beberapa
suku dengan masing-masing ciri tersendiri. Penelitian ini hanya akan menyajikan data
kelompok suku Papilionoidea dikarenakan sulitnya pengidentifikasian spesies pada kelompok
suku Hesperoidea yang dijumpai di pulau Buton. Penjelasan dalam laporan ini akan diberikan
melalui pengelompokan suku untuk kemudian dijelaskan pada spesies kupu-kupu yang
dijumpai berdasarkan marga dan spesies.
Gambar 2. Salah satu spesies yang merupakan anggota kelompok suku Hesperoidea
A. BAGIAN TUBUH KUPU-KUPU
Tubuh kupu-kupu terdiri atas tiga bagian yaitu bagian kepala, dada dan perut. Bagian kepala
kupu-kupu dilengkapi oleh sepasang antena dan mata majemuk. Kupu-kupu memiliki probosis
yang merupakan bentuk mulut yang membantunya dalam menghisap nektar bunga.
Kupu-kupu memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki yang menempel pada bagian dada.
Corak-corak yang menghiasi sayap pada kupu-kupu merupakan susunan dari sisik-sisik kecil,
beragam corak sayap didapatkan dalam proses penyesuaiannya dengan habitat mereka.
Penjelasan mengenai corak, posisi penciri dan warna pada sayap kupu-kupu akan dijelaskan
secara sederhana dari sudut pandang pengamat selama berkegiatan di lapang.
Gambar 3. Istilah bagian pada sayap kupu-kupu yang digunakan dalam laporan ini
Beberapa spesies kupu-kupu memiliki corak sayap yang berbeda bagi jantan dan betina sebagai
penciri. Sebagai contoh kasus perbedaan corak sayap pada spesies Papilio polytes alcindor.
Adanya perbedaan corak sayap ini dapat dijadikan salah satu kunci untuk pengidentifikasian
spesies. Kupu-kupu memiliki bagian perut yang terbagi menjadi 10 segmen dengan segmen ke
10 berubah fungsi menjadi alat genetalia yang digunakan untuk proses perkawinan.
B. SIKLUS HIDUP
Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami siklus hidup secara sempurna dimulai dari
telur hingga dewasa. Kupu-kupu betina akan meletakan telur pada tumbuhan pakan ulat.
Biasanya kupu-kupu betina akan meletakan telur pada bagian bawah daun yang terlindungi dari
cuaca secara langsung walaupun pada beberapa kasus tidak jarang juga kupu-kupu
meletakannya pada bagian atas daun.
Telur akan menetas menjadi ulat selama beberapa hari. Ulat yang baru menetas akan memakan
cangkang telurnya sebagai makanan pertama untuk kemudian melanjutkan memakan
tumbuhan pakannya. Ulat akan mengalami beberapa kali proses penggantian kulit sebelum
mengeras menjadi kepompong dan kemudian keluar sebagai kupu-kupu dewasa.
III. HABITAT KUPU-KUPU DI BUTON
Kupu-kupu dapat dijumpai pada beragam tipe habitat di Buton mulai dari pemukiman hingga
pantai. Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung pada suatu lokasi
diantaranya adanya tanaman pakan baik pakan kupu-kupu dewasa maupun pakan ulat. Pakan
kupu-kupu dewasa berupa tanaman dan tumbuhan berbunga terutama yang memiliki warna
bunga menarik. Pakan ulat kupu-kupu biasanya lebih bersifat khusus dikarenakan pakan suatu
spesies ulat kupu-kupu akan berbeda dengan pakan ulat spesies kupu-kupu lainnya.
Keberadaan sumber air menjadi faktor yang penting bagi keberadaan kupu-kupu. Seperti
makhluk hidup lainnya kupu-kupu akan mencari sumber air untuk kebutuhan minumnya.
Spesies kupu-kupu dari marga Graphium dijumpai hinggap pada tempat-tempat lembab dan
genangan-genangan air hingga ke tepi pantai untuk mencari mineral.
Terbatasnya waktu inventarisasi membuat kegiatan ini dilakukan hanya pada beberapa tipe
habitat. Adapun tipe habitat yang diambil dalam kegiatan ini yaitu:
1. Pemukiman
Tipe habitat pemukiman diambil karena pada tipe habitat ini biasanya dijumpai tumbuhan dan
tanaman berbunga yang ada di pekarangan tempat tinggal warga. Keberadaan tumbuhan atau
tanaman berbunga sangat berpengaruh terhadap kehadiran kupu-kupu pada pekarangan
rumah warga. Warga bisanya juga menanam tanaman berbuah seperti jeruk, jambu mete,
pisang dan lainnya. Beberapa tanaman berbuah tersebut diantaranya menjadi pakan ulat dari
kupu-kupu.
Beberapa lokasi yang diambil untuk mewakili tipe habitat pemukiman adalah Desa Labundo-
Bundo dan Desa Wagari. Desa Labundo-bundo merupakan lokasi awal yang menjadi basecamp
dari kegiatan inventarisasi. Labundo-bundo berada di Kakenauwe, kecamatan Lasalimu, Buton.
Desa ini dikelilingi oleh perkebunan warga. Setiap rumah biasanya memiliki pekarangan yang
cukup luas dengan diantaranya memiliki tanaman berbunga. Bagian belakang rumah warga
memiliki kebun dengan spesies tanaman yang dimanfaatkan untuk konsumsi harian seperti
tanaman buah dan sayur. Beberapa warga memiliki ternak yang ditempatkan di kandang tidak
jauh dari lokasi rumah mereka.
Desa berikutnya yang mewakili tipe habitat pemukiman adalah desa Wagari. Wagari terletak
tidak jauh dari Labundo-bundo berkisar 2 hingga 3 kilometer. Sekilas kondisi mengenai Wagari
tidak berbeda jauh dengan Labundo-bundo termasuk aktivitas warganya. Desa Wagari juga
dikelilingi perkebunan, perkebunan terdekat dari Wagari adalah perkebunan Toroku.
Gambar 4. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat pemukiman
Kehadiran Kupu-kupu terkadang juga berkaitan dengan aktivitas manusia. Sampah yang
dibuang oleh masyarakat juga dapat menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu. Spesies kupu-kupu
dari suku Nymphalidae menyukai benda-benda berbau busuk seperti sampah, buah busuk,
bangkai dan kotoran.
2. Perkebunan
Perkebunan Toroku terletak berdekatan dengan desa Wagari dan menjadi lokasi yang dipilih
untuk mewakili tipe habitat perkebunan. Perkebunan ini ditumbuhi beragam spesies tanaman
Desa Wagari Desa Labundo-bundo
termasuk spesies-spesies mayoritas pada perkebunan di Buton(kebun campuran). Perkebunan
di sekitar Labundo-bundo dan Kakenauwe juga dipilih untuk mewakili tipe habitat perkebunan.
Gambar 5. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat perkebunan
Pada tipe habitat perkebunan terdapat spesies tanaman yang menjadi pakan ulat dan juga
pakan kupu-kupu dewasa. Ulat biasanya terdapat pada tanaman jeruk, beberapa spesies ulat
yang dapat dijumpai pada tanaman jeruk adalah ulat dari suku Papilionidae. Tanaman lain yang
terdapat di perkebunan yaitu jambu mete, kelapa, kopi, cengkeh dan asam. Beberapa spesies
tumbuhan berbunga juga tumbuh di sekitar perkebunan sehingga menarik kehadiran kupu-
kupu pada tipe habitat ini.
Gambar 6. Ulat Papilionidae yang ditemukan pada tanaman jeruk
3. Hutan
Cagar Alam Kakenauwe merupakan hutan yang lokasinya tidak jauh dari Labundo-bundo
(berkisar 1 km). Aktivitas warga masih sering terlihat di dalam cagar alam ini karena beberapa
warga memiliki kebun di pinggir kawasan cagar alam. Kebun warga yang berada di sekitar
Cagar alam juga menambah peluang perjumpaan kupu-kupu. Cagar alam Kakenauwe memiliki
beberapa plot pengamatan permanen yang telah dibuat oleh tim peneliti dari Operationn
Perkebunan Toroku Salah satu perkebunan di sekitar Kakenauwe
Wallacea, plot ini diantaranya adalah jalan gajah, jalan tarsius dan jalan kodok. Cagar alam
Kakenauwe termasuk kedalam hutan sekunder yang mewakili tipe habitat hutan.
Lokasi lain yang mewakili tipe habitat hutan adalah Camp Lapago. Lapago berada di kawasan
Suaka margasatwa Lambusango. Untuk menuju ke lokasi diharuskan berjalan terlebih dahulu
sepanjang 8 km dari gerbang masuk Suaka margasatwa Lambusango. Kondisi Lapago yang jauh
dari aktivitas manusia membuat lokasi ini berpotensi ditemukannya spesies kupu-kupu yang
berbeda dari tipe habitat lainnya. Lapago juga memiliki aliran sungai yang dapat dimanfaatkan
satwa sebagai sumber air.
Gambar 7. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat hutan
Kedua lokasi yang mewakili tipe habitat hutan memiliki tutupan tajuk yang agak rapat sehingga
adanya kesulitan dalam mencari ruang gerak peneliti untuk melakukan kegiatan inventarisasi
kupu-kupu.
Gambar 8. Peta lokasi kegiatan inventarisasi kupu-kupu di Buton
Hutan Kakenauwe Hutan Lapago
IV. METODA YANG DIGUNAKAN
Kegiatan inventarisasi kupu-kupu ini menggunakan beberapa metoda yang disesuaikan dengan
kondisi di lapang. Beberapa metoda yang digunakan diantaranya:
1. Penangkapan dengan jaring serangga
Kebanyakan kupu-kupu memiliki gerakan yang lincah dan sensitif terhadap pergerakan
disekitarnya, sehingga apabila kupu-kupu merasa terancam maka satwa ini akan terbang
menghindar. Aktivitas terbang satwa ini mempersulit pengamat apabila melakukan
pengidentifikasian secara langsung. Untuk mempermudah kegiatan inventarisasi maka
dilakukan kegiatan penangkapan kupu-kupu menggunakan jaring serangga (sweeping).
Kegiatan penangkapan dilakukan dengan berjalan dijalur sepanjang 1km dengan titik
pemberhentian setiap 200m. Aktivitas pengamatan dan penangkapan pada titik tersebut
dilakukan dengan radius 10 m selama 10 menit. Metoda ini merupakan modifikasi Pollard walk
mengacu pada kegiatan penelitian Crookenden 2012.
Aktivitas penangkapan dilakukan apabila pengamat menemukan kupu-kupu disepanjang jalur
tersebut. Penangkapan kupu-kupu dilakukan apabila pengamat ragu akan spesies kupu-kupu
yang dijumpainya dan ingin lebih memastikan spesies tersebut. Bila kupu-kupu yang dijumpai
sudah dapat dipastikan spesiesnya maka kegiatan penangkapan kupu-kupu menggunakan
jaring tidak dilakukan.
Gambar 9. Modifikasi Pollard Walk yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi kupu-kupu
2. Perangkap Kanopi
Beberapa tipe habitat di Buton memiliki sedikit ruang gerak bagi pengamat untuk melakukan
penangkapan menggunakan jaring serangga. Tipe habitat hutan biasanya dipenuhi oleh
pepohonan besar dengan pancang dan tiang disekitarnya sehingga menyulitkan dalam kegiatan
pengamatan kupu-kupu. Perangkap kanopi digunakan untuk mengatasi masalah ini, pada areal
10m 200m 200m 200m 200m 200m
1km
hutan yang sulit untuk dilakukannya penangkapan menggunakan jaring serangga dipasang
perangkap kanopi untuk kupu-kupu.
Perangkap kanopi diletakan pada dahan-dahan pohon yang tinggi, alat ini dipasang pada
beberapa ketinggian diantaranya 5m, 10m dan 15m. Terdapat 4 pohon yang dipasang
perangkap kanopi, dalam satu pohon tersebut dipasang sebanyak 3 perangkap kanopi dengan
jarak antar pohon sejauh 300m. Sebelum memasang perangkap kanopi, pengamat membuat
umpan untuk diletakan di dalam perangkap. Umpan yang digunakan berupa campuran buah
(pisang) dan cairan manis (sirup dan sejenisnya), umpan tersebut akan dicek dan diganti setiap
harinya. Dikarenakan terbatasnya waktu kegiatan inventarisasi, pemasangan perangkap kanopi
hanya dilakukan pada tipe habitat hutan Kakenauwe.
Gambar 10. Tahapan pemasangan perangkap kanopi
Bahan untuk umpan perangkap kanopi Peletakan umpan pada perangkap kanopi
Pemasangan tali penggantung perangkap kanopi menggunakan ketapel
Perangkap kanopi yang telah terpasang
3. Pendokumentasian dengan kamera
Penggunaan kamera untuk mendokumentasi spesies kupu-kupu yang ditemukan dapat
mengurangi pengambilan spesimen kupu-kupu di alam. Beberapa spesies kupu-kupu juga
memiliki ukuran kecil dan sayap yang rapuh seperti pada suku Lycaenidae. Bila tersentuh atau
terkena gesekan jaring dikhawatirkan akan merusak sayap dari kupu-kupu tersebut.
Pengambilan gambar dengan kamera dapat membantu pengidentifikasian spesies kupu-kupu
tersebut tanpa harus menangkapnya. Gambar kupu-kupu yang diambil juga dapat menjadi
dokumen untuk membantu kegiatan inventarisasi kupu-kupu selanjutnya. Beberapa gambar
terjadi perbedaan warna pada sayap kupu-kupu dikarenakan pengaruh pengambilan gambar
menggunaan pencahayaan kamera (flash)
V. KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU BUTON
Kegiatan inventarisasi keanekaragaman kupu-kupu ini berhasil menemukan 66 spesies kupu-
kupu dari kelompok suku Papilionoidea yang terdiri dari 11 spesies Papilionidae, 6 spesies
Pieridae, 38 spesies Nymphalidae, 1 speseies Riodinidae dan 10 spesies Lycaenidae. Sebanyak
33 spesies kupu-kupu ditemukan pada tipe habitat pemukiman, 44 spesies pada tipe habitat
hutan dan 51 spesies pada tipe habitat perkebunan. Banyaknya spesies yang ditemukan pada
tipe habitat perkebunan dapat dikarenakan tipe habitat ini lebih banyak ditemukan jenis
tanaman pakan baik pakan ulat maupun tumbuhan berbunga yang menjadi pakan kupu-kupu
dewasa. Spesies-spesies yang ditemukan pada kegiatan ini disajikan dalam tabel pada lampiran
1.
Pemasangan perangkap kanopi yang dilakukan pada tipe habitat hutan Kakenauwe berhasil
menangkap 11 spesies kupu-kupu yang keseluruhannya merupakan anggota dari suku
Nymphalidae. Spesies kupu-kupu yang tertangkap perangkap kanopi tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Spesies kupu-kupu yang tertangkap perangkap kanopi
NO JENIS SUKU KETINGGIAN (meter)
5 10 15 1 Faunis menado pleonasma Nymphalidae x - - 2 Amathuxidia plateni iamos Nymphalidae x - - 3 Ariadne merionoides merionoides Nymphalidae x - - 4 Charaxes affinis butongensis Nymphalidae - - x 5 Dophla evelina dermoides Nymphalidae - x x 6 Elymnias hicetas butona Nymphalidae x x - 7 Lexias aeetes butongensis Nymphalidae x x - 8 Melanitis phedima linga Nymphalidae x x - 9 Melanitis velutina ribbei Nymphalidae x x -
10 Pseudergolis avesta nimbus Nymphalidae x - - 11 Vindula erota boetonensis Nymphalidae x - -
Data yang diperoleh dari perangkap kanopi menghasilkan 9 spesies kupu-kupu tertangkap pada
ketinggian 5 meter, 5 jenis pada ketinggian 10 meter dan dua jenis pada ketinggian 15 meter.
Data tersebut menunjukan bahwa hanya beberapa spesies kupu-kupu yang memiliki pola
terbang pada ketinggian dan dapat menjangkau perangkap kanopi. Spesies C. affinis butongensis
dan D. evelina dermoides memiliki pertulangan sayap yang kuat sehingga dapat menjangkau
ketinggian 15 m. Beberapa spesies juga terdata hanya dijumpai pada perangkap kanopi yaitu A.
merionoides merionoides dan P. avesta nimbus.
Spesies yang berhasil diidentifikasidan terdokumentasi pada kegiatan ini akan dideskripsikan
berdasarkan sudut pandang pengamat dan dikelompokan berdasarkan sukunya masing-masing.
Berikut hasil deskripsi dari spesies-spesies kupu-kupu yang terdata dalam kegiatan invetarisasi
ini.
PAPILIONIDAE [Latreille, 1802]
Papilionidae merupakan suku kupu-kupu yang beranggotakan spesies kupu-kupu berukuran
sedang hingga besar. Beberapa spesies diantaranya memiliki sayap yang kuat sehingga dapat
terbang di ketinggian. Ukurannya yang besar membuat anggota suku ini cukup mudah untuk
diidentifikasi. Spesies tertentu memiliki ekor berupa spatula pada sayapnya sehingga beberapa
spesies kupu-kupu yang tergabung ke dalam suku ini mendapatkan sebutan swallow tail.
Marga Papilio Linnaeus, 1758
Marga Papilio mayoritas memiliki anggota spesies yang berukuran besar, ukuran sayap yang
lebar dan kuat membuat marga ini mampu terbang tinggi dengan cepat. Beberapa spesies
dijumpai dengan warna dasar sayap hitam. Spesies yang dijumpai diantaranya P. ascalapus
ascalapus, P. demoleus, P. sataspes sataspes , P. gigon gigon, P. peranthus kransi dan P. polytes
alcindor.
Ulat P. demoleus umum dijumpai di tanaman jeruk warga di lokasi perkebunan, spesies P.
demoleus dikenal oleh warga Buton sebagai ulat jeruk. Spesies P. peranthus kransi merupakan
salah satu spesies endemik di Buton (Vane-Wright & de Jong, 2003) yang cukup menarik
dikarenakan memiliki corak sayap yang indah.
Spesies P.polytes yang dijumpai memiliki perbedaan corak antara jantan dan betina. Jantan P.
polytes memiliki warna dasar sayap dominan kehitaman dengan hiasan corak putih sedangkan
sayap pada betina dihiasi corak putih yang lebih terlihat pada sayap depan dan hiasan corak
merah pada sayap belakang.
Gambar11. Spesies P. ascalapus ascalapus Boisduval, 1836
Gambar 12. Spesies P. demoleus Linnaeus, 1758
Gambar 13. Spesies P. sataspes sataspes C. & R. Felder, 1864
Gambar 14. Spesies P. gigon gigon C. & R. Felder, 1864
Gambar 15. Spesies P. peranthus kransi Jurriaanse & Lindemans, 1920
Gambar 16. Spesies Papilio polytes alcindor Oberthür, 1879
Marga Graphium Scopoli, 1777
Kupu-kupu yang masuk dalam marga Graphium memiliki pola terbang yang sangat gesit. Marga
graphium aktif terbang disaat cukup cahaya matahari dan beraktivitas di sekitar bunga-bunga
terutama Lantana camara. Marga ini umum dijumpai tengah beraktivitas di sekitar kubangan
maupun pada bebatuan lembab untuk mencari mineral. Terdata lima spesies kupu-kupu yang
termasuk ke dalam marga Graphium pada kegiatan ini diantaranya G. agamemnon comodus, G.
deucalion deucalion, G. eurypylus pamphylus, G. meyeri meyeri dan G. milon milon.
Ketiga spesies: G. eurypylus pamphylus, G. meyeri meyeri dan G. milon milon memiliki corak
kebiruan yang hampir mirip. Pembeda pada G. eurypylus pamphylus dan G. meyeri meyeri dapat
ditentukan pada letak barisan corak garis kebiruan pada sisi bawah sayap belakang. Corak garis
yang dimiliki G. eurypylus lebih tebal bila dibandingkan G. meyeri meyeri. Spesies G. meyeri
meyeri merupakan endemik di Buton (Vane-Wright & de Jong, 2003). G. milon milon dapat
dibedakan pada corak merah yang lebih panjang pada sisi bawah sayap belakang.
Gambar 16. Spesies G. agamemnon comodus Fruhstorfer, 1903
Gambar 17. Spesies G. deucalion deucalion Boisduval, 1836
Gambar 18. Spesies G. eurypylus pamphylus C. & R. Felder, 1865
Gambar 19. Spesies G. meyeri meyeri Hopffer, 1874
Gambar 20. Spesies G. milon milon C. & R. Felder, 1864
PIERIDAE [Duponchel 1835]
Spesies kupu-kupu yang masuk ke dalam suku Pieridae dominan memiliki warna dasar sayap
putih, kuning ataupun jingga dengan bentuk sayap polos tanpa ekor, Pieridae umumnya aktif
terbang ditengah terik matahari. Beberapa spesies dijumpai berkelompok diantara genangan
air. Anggota suku Pieridae berukuran kecil hingga sedang.
Marga Eurema Hübner, 1819
Marga Eurema umum dijumpai terbang rendah diantara semak di tiga tipe habitat. Sayap
berwarna dasar kuning menjadi ciri anggota marga ini. Dua spesies yang dijumpai dalam
kegiatan ini adalah E. alitha dan E. tominia tominia. Sekilas keduanya sulit untuk dibedakan,
pembeda dapat anda ketahui dari bercak garis yang dimiliki E. alitha pada tengah sisi bawah ke
dua sayap, sedangkan pada E. tominia tominia cenderung hanya berupa bercak. Betina pada
kedua spesies memiliki warna hitam kecokelatan yang lebih luas pada sisi atas sayap depan.
Gambar 21. Spesies E. alitha C. & R. Felder, 1862
Gambar 22. Spesies E. tominia tominia Vollenhoven, 1865
Marga Pareronia Bingham, 1907
Anggota marga Pareronia yang dijumpai adalah spesies P. tritaea sarasinorum. Spesies P. tritaea
sarasinorum umum dijumpai pada tiga tipe habitat. Memiliki pola terbang yang agak lambat
terkadang terbang pada ketinggian. Kupu-kupu Jantan dan betina memiliki perbedaan warna
pada corak sisi atas sayap, jantan berwarna putih kebiruan sedangkan betina dengan dua warna
yaitu berwarna putih dan kekuningan.
Gambar 23. Spesies P. tritaea sarasinorum Martin, 1913 (Jantan)
Gambar 24. Spesies P. tritaea sarasinorum Martin, 1913 (Betina)
Marga Appias Hübner, 1819
Spesies A. hombroni tombugensis merupakan anggota marga Appias yang berhasil dijumpai
pada kegiatan ini. Spesies ini memiliki pola terbang yang sangat gesit, terutama menjelang siang
hari. Spesies A. hombroni tombugensis dapat dikenali melalui warna dasar sayapnya yang putih.
Sulitnya menemukan spesies ini tengah hinggap, memerlukan bantuan jaring serangga untuk
penangkapan untuk kemudian diidentifikasi.
Gambar 25. Spesies A. hombroni tombugensis Fruhstorfer, 1902
Marga Catopsillia Hübner, 1819
Anggota marga Catopsillia memiliki pola terbang yang sangat gesit dan aktif mencari nektar
bunga hingga di tajuk tinggi. Marga Catopsillia yang terdata pada kegiatan ini adalah C. pomona
flava dan C. scylla asema. Kedua spesies ini sekilas dapat langsung dibedakan melalui warna
dasar sayap. Spesies C. pomona flava memiliki warna dasar sayap hijau pucat dengan beberapa
bercak hitam pada sisi atas sayap depan. Sisi bawah sayap C. scylla asema berwarna kuning
cerah dengan warna dasar putih pada sisi atas sayap depan.
Gambar 26. Spesies C. pomona flava Butler, 1869
Gambar 27. Spesies C. scylla asema Staudinger, 1885
LYCAENIDAE [Leach, 1815]
Suku Lycaenidae memiliki anggota yang terdiri dari kupu-kupu berukuran kecil. Beberapa
spesies memiliki sayap dengan warna menarik seperti putih dan biru metalik. Ukuran tubuhnya
yang kecil membuat Lycaenidae sangat rapuh, Sayap sangat rentan bila terkena sentuhan
langsung sehingga identifikasi menggunakan kamera sangat diperlukan. Beberapa spesies
umum dijumpai terbang rendah pada lantai hutan.
Marga Curetis Hübner, 1819
Anggota marga Curetis yangdijumpai adalah spesies C. tagalica celebensis. Spesies C. tagalica
celebensis sulit untuk diidentifikasi dikarenakan pola terbangnya yang gesit. Kegiatan
inventarisasi ini hanya melakukan perjumpaan sebanyak satu kali dengan spesies C. tagalica
celebensis pada tipe habitat hutan. Spesies ini tengah hinggap pada semak, sebelum terbang
menghindar.
Gambar28. Spesies C. tagalica celebensis C. & R. Felder, 1865
Marga Remelana Moore, 1884
Anggota marga Remelana yang dijumpai adalaha spesies R. jangala orsolina. Spesies R. jangala
orsolina yang dijumpai pada tipe habitat kebun sebanyak satu kali perjumpaan dalam kegiatan
ini. Spesies ini dijumpai tengah hinggap di daun pada tajuk rendah. Sisi bawah sayap berwarna
kuning dengan dua hiasan ekor pada sayap belakang.
Gambar 29. Spesies R. jangala orsolina Hewitson, 1865
Marga Rapala Moore, 1881
Anggota marga Rapala yang dijumpai adalah spesies R. dioetas. Spesies ini dapat dikenali
melalui sisi atas sayap R. dioetas yang didominasi warna kecokelatan dengan corak kemerahan
pada sayap depan, sayap belakang memiliki hiasan ekor. Spesies R. dioetas terbang rendah pada
lantai hutan dan terkadang dijjumpai tengah hinggap pada bebatuan untuk mencari mineral.
Menurut data Operation wallacea spesies ini merupakan endemik di Buton.
Gambar 30. Spesies R. dioetas Hewitson, 1869
Marga Psychonotis Toxopeus, 1930
Anggota marga Psychonotis yang dijumpai adalah spesies P. piepersii. Perjumpa dengan jenis ini
terjadi pada tipe habitat hutan Lapago dengan aktivitas mencari cairan pada lumut-lumut di
batang pohon. Spesies ini hinggap pada jarak yang cukup sulit dijangkau sehingga dilakukan
kegiatan pengambilan gambar untuk membantu proses identifikasi. Spesies ini dapat dikenali
melalui corak putih yang melabar pada sisi bawah sayap.
Gambar 31. Spesies P. piepersii Snellen, 1878
Marga Caleta Fruhstorfer, 1922
Anggota marga Psychonotis yang dijumpai adalah spesies C. caleta caleta. Salah satu perjumpaan
dengan spesies C. caleta caleta terjadi bersamaan dengan perjumpaan spesies P. piepersii di
hutan Lapago. Spesies C. caleta caleta dapat dijumpai pada dua lokasi hutan yang menjadi
tempat kegiatan inventarisasi. Sisi bawah sayap memiliki corak hitam yang lebih abstrak
dibandingkan spesies P. piepersii.
Gambar 32. Spesies C. caleta caleta Hewitson, 1876
Marga Jamides Hübner, 1819
Marga Jamides umum dijumpai terbang rendah pada lantai hutan dan terkadang juga dijumpai
hinggap pada semak berbunga. Anggota marga ini memiliki sayap belakang dengan hiasan ekor.
Kegiatan inventarisai ini berhasil menemukan tiga spesies yang termasuk ke dalam marga
Jamides yaitu J. aratus lunata, J. philatus philatus dan J. festivus festivus . Ketiga spesies yang
dijumpai memiliki sisi atas sayap berwarna metalik pada jantan sedangkan betina dengan
warna lebih kusam.
Pembeda ketiga spesies ini dapat diidentifikasi melalui sisi bawah sayap belakang. Spesies J.
aratus lunata memiliki corak mata panah berbaris pada tepi sayap yang lebih tumpul bila
dibandingkan corak mata panah yang dimiliki J. philatus philatus dan J. festivus festivus. Pada
spesies J. festivus festivus memiliki corak hitam pada tengah tepi sisi bawah sayap belakang.
Spesies J. philatus philatus tidak memiliki garis kuning yang menghiasi corak panah dekat ekor
pada sisi bawah sayap belakang.
Gambar 33. Spesies J. aratus lunata de Nicéville, 1899
Gambar 34. Spesies J. festivus festivus Röber, 1886
Gambar 35. Spesies J. philatus philatus Snellen, 1878
Marga Megisba Hübner, 1819
Anggota marga Megisba yang dijumpai adalah spesies M. malaya sikkima. Spesies M. malaya
sikkima dijumpai pada tipe habitat perkebunan dengan aktivitas terbang rendah diantara
semak. Dengan ukuran tubuh M. malaya sikkima yang kecil, spesies ini memiliki pola terbang
yang lincah. Sisi bawah sayap berwarna putih dengan variasi corak hitam serta sayap belakang
memiliki hiasan ekor kecil.
Gambar 36. Spesies M. malaya sikkima Moore, 1884
Marga Lampides Hübner, 1819
Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies L. boeticus. Perjumpa dengan spesies L.
boeticus terjadi saat aktivitas terbang rendah diantara pekarangan pada tipe habitat
pemukiman. Spesies ini dapat dikenali melalui corak batik kecokelatan pada sisi bawah
sayapnya dengan sayap belakang memiliki hiasan ekor dan dua corak mata.
Gambar 37. Spesies L. boeticus Linnaeus, 1767
Marga Pithecops Horsfield, 1828
Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies P. phoenix. Spesies P. phoenix aktif
terbang menjelang siang hari. Memiliki pola terbang rendah diantara semak serta sesekali
hinggap pada semak berbunga. Sisi sayap bawah didominasi warna putih dengan corak titik
hitam yang mencolok pada tepi sisi bawah sayap belakang.
Gambar 38. Spesies P. phoenix Röber, 1886
RIODINIDAE
[Grote, 1895]
Anggota suku Riodinidae yang djumpai dalam kegiatan ini hanya terdiri dari satu spesies yaitu
Abisara echerius celebica. Suku Riodinidae memiliki bentuk menyerupai suku Lycaenidae
namun biasanya memiliki ukuran lebih besar.
Marga Abisara C. & R. Felder, 1860
Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies A. echerius celebica. Perjumpaandengan
spesies A. echerius celebica terjadi satu kali pada habitat hutan Lapago. Spesies ini memiliki pola
terbang yang gesit dan sangat sensitif terhadap gerakan pengamat. Kegiatan pengidentifikasian
dilakukan dengan pengambilan gambar, dikarenakan beberapa kali perjumpaan dengan spesies
ini tegah hinggap pada tajuk yang tinggi.
Gambar 39. Spesies A. echerius celebica Röber, 1886
NYMPHALIDAE [Rafinesque, 1815]
Menurut catatan terakhir Puslit LIPI dalam Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia (2014),
Nymphalidae merupakan suku kupu-kupu yang memiliki jumlah spesies tertinggi di Indonesia.
Spesies kupu-kupu yang masuk ke dalam anggota suku Nymphalidae memiliki ukuran tubuh
sedang hingga besar. Tungkai kaki bagian depan suku ini tereduksi sehingga Nymphalidae
seolah memiliki 2 pasang kaki. Seluruh spesies yang tertangkap pada perangkap kanopi adalah
anggota suku ini dikarenakan beberapa spesies tertarik oleh bau mencolok yang ada
disekitarnya. Beberapa spesies anggota Nymphalidae juga menyukai benda busuk seperti
bangkai dan sampah.
Marga Faunis Hübner, 1819
Anggota marga Faunis yang dijumpai adalah spesies F. menado pleonasma. Spesies F. menado
pleonasma umum dijumpai terbang rendah di lantai hutan pada lokasi kegiatan inventarisasi.
Spesies F. menado pleonasma sangat sensitive terhadap gerakan dan segera terbang untuk
berlindung ke dalam semak. Spesies ini dapat dikenali melalui warna keemasan yang dominan
pada sisi atas sayapnya.
Gambar 40. Spesies F. menado pleonasma Röber, 1896
Marga Amathuxidia Staudinger, 1887
Anggota marga Amathuxidia yang dijumpai adalah spesies A. plateni iamos pada tipe habitat
hutan. Spesies A. plateni iamos merupakan salah satu spesies yang ditangkap menggunakan
perangkap kanopi. Ukuran tubuh dan sayapnya yang besar membuat spesies ini dapat
menghindar ke dalam hutan dengan cepat bila merasa terganggu. Terkadang dijumpai tengah
hinggap pada batang-batang pohon dan buah-buahan busuk di dalam hutan.
Gambar 41. Spesies A. plateni iamos Brooks, 1937
Marga Melanitis Fabricius, 1807
Anggota marga Melanitis yang dijumpai pada kegiatan ini kurang begitu menyukai cahaya
matahari. Marga ini biasanya terbang rendah pada lantai hutan, bersembunyi diantara semak.
Sangat sensitif terhadap gerakan pengamat dan memiliki pola terbang rendah yang sangat gesit.
Memiliki warna sisi bawah sayap kecokelatan sehingga dapat tersamarkan dengan baik pada
serasah, sangat berguna untuk melindungi diri dari predatornya. Anggota marga Melanitis yang
dijumpai adalah M. phedima linga dan M. velutina ribbei. Kedua spesies dapat dibedakan pada
warna sisi bawah sayap, corak sayap pada spesies M. velutina ribbei memiliki sapuan corak
putih yang jelas sedangkan M. phedima linga lebih tipis dan samar. Spesies M. velutina ribbei
teridentifikasi memiliki perbedaan corak sayap pada jantan dan betina. Sisi atas sayap pada
jantan berwarna cokelat gelap sedangkan sisi atas sayap betina berwarna cokelat keemasan
dengan sapuan cokelat gelap pada tepi sayap depan. Kedua spesies ini juga tertangkap pada
perangkap kanopi di ketinggian 5 dan 10 meter.
Gambar 42. Spesies M. phedima linga Fruhstorfer, 1908
Gambar 43. Spesies M. velutina ribbei Röber, 1886
Marga Elymnias Hübner, 1818
Anggota marga Elymnias yang dijumpai adalah spesies E. hicetas butona. Perjumpaan terjadi
pada aktivitas hinggap di daun dan batang pohon di ketinggian yang tidak terjangkau pengamat.
Spesies ini tertangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5 dan 10 meter. Memiliki warna sisi
sayap atas hitam dengan sapuan corak biru. Pola terbang gesit dan sangat sensitif terhadap
gerakan pengamat.
Gambar 44. Spesies E. hicetas butona Fruhstorfer, 1904
Marga Orsotriaena Wallengren, 1858
Anggota marga Orsotriaena yang dijumpai adalah spesies O. jopas jopas. Perjumpaan terjadi
pada aktivitas terbang dan bersembunyi diantara semak. Dapat dikenali melalui warna sayap
kehitaman dengan barisan corak berupa titik mata pada sisi bawah sayap. Terkadang O. jopas
jopas dijumpai berkumpul pada buah-buahan busuk di habitat perkebunan dan hutan.
Gambar 45. Spesies O. jopas jopas Hewitson, 1864
Marga Mycalesis Wallengren, 1858
Anggota marga Mycalesis yang dijumpai adalah spesies M. janardana opaculus. Perjumpaan
terkadang terjadi saat tengah beraktivitas bersamaan dengan spesies O. jopas jopas, sekilas sulit
untuk membedakan kedua spesies ini. Warna sayap yang dimiliki M. janardana opaculus lebih
terang dengan corak titik mata pada sisi bawah sayap yang lebih banyak dibandingkan dengan
spesies O. jopas jopas.
Gambar 46. Spesies M. janardana opaculus Fruhstorfer, 1908
Marga Lohora Moore, 1880
Anggota marga Lohora yang dijumpai adalah spesies L. opthalmica. Perjumpaan terjadi pada
semua tipe habitat terutama habitat hutan. Spesies ini mudah dikenali melalui warna keemasan
dengan sapuan corak hitam pada sisi atas sayap. Sisi bawah sayap memiliki corak mata yang
dominan dengan dilapisi corak putih. Spesies L. opthalmica dijumpai terbang rendah diantara
semak menjelang siang hari.
Gambar 47. Spesies L. opthalmica Westwood, 1888
Marga Acrophtalmia Felder, 1861
Anggota marga Acrophtalmia yang dijumpai adalah spesies A. leuce. Spesies ini mudah
diidentifikasi dengan adanya corak mata yang cukup besar pada kedua pasang sayap. Sayap
berwarna dasar kecokelatan, dengan ukuran tubuh kecil. Dijumpai terbang rendah pada habitat
pemukiman dan bersembunyi diantara semak pada habitat hutan.
Gambar 48. Spesies A. leuce C. & R. Felder, 1861
Marga Ypthima Hübner, 1818
Marga Yphtima umum dijumpai pada ketiga tipe habitat. Anggota marga ini memiliki pola
terbang rendah diantara semak dan lantai hutan, terkadang dijumpai tengah beraktivitas
berjemur dibawah sinar matahari. Spesies kupu-kupu yang berhasil teridentifikasi anggota
marga Yphtima pada kegiatan ini adalah Y. nynias nynias dan Y. loryma. Sekilas kedua spesies
hampir sulit dibedakan dengan warna sisi atas sayap cokelat keabuan. Pembeda terletak di
jumlah corak mata pada sisi bawah sayap, jumlah corak mata yang dimiliki Y. nynias nynias lebih
banyak dibandingkan jumlah corak mata Y. loryma.
Gambar 49. Spesies Y. nynias nynias Fruhstorfer, 1911
Gambar 50. Spesies Y. loryma Hewitson, 1865
Marga Charaxes Ochsenheimer, 1816
Anggota marga Charaxes yang dijumpai adalah spesies C. affinis butongensis. Data Operation
Wallacea (Opwall) menyatakan bahwa spesies C. affinis butongensis adalah endemik di Buton.
Hanya terjadi satu kali perjumpaan dengan spesies ini yaitu pada habitat Hutan Kakenauwe.
Spesies ini tertangkap perangkap kanopi pada ketinggian 15m. Spesies C. affinis butongensis
memiliki tubuh yang gempal dan sayap yang kuat sehingga dapat membawanya terbang hingga
tajuk yang sangat tinggi. Spesies ini dapat dikenali melalui warna sisi atas sayap yang
didominasi jingga dengan sapuan corak hitam pada tepi sayap.
Gambar 51. Spesies C. affinis butongensis Tsukada, 1991
Marga Cethosia Fabricius, 1807
Anggota marga Cethosia yang dijumpai adalah spesies C. myrina vanbemmeleni. Spesies C.
myrina merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia
dan diatur oleh Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies
Tumbuhan dan Satwa. Pada kegiatan ini spesies yang dijumpai adalah C. myrina van bemmeleni
yang merupakan endemik Buton. Jantan dan betina memiliki warna corak yang berbeda, jantan
C. myrina vanbemmeleni memiliki warna kemerahan sedangkan betina memiliki warna
kecokelatan pada sisi atas sayap. Spesies ini umum ditemukan terbang di sekitar tumbuhan
berbunga menjelang siang hari.
Gambar 52. Spesies Cethosia myrina vanbemmeleni Juriaanse & Lindemans, 1918 (Jantan)
Gambar 52. Spesies Cethosia myrina vanbemmeleni Juriaanse & Lindemans, 1918 (Betina)
Marga Vindula Hemming, 1934
Marga Vindula umum dijumpai terbang dengan gesit pada semua tipe habitat tempat
dilakukannya kegiatan inventarisasi. Marga Vindula dijumpai tenang saat aktivitas hinggap di
semak berbunga maupun saat tengah berkumpul menghisap cairan pada kotoran satwa.
Anggota dari marga ini adalah V. dejone celebensis dan V. erota. Kedua spesies ini memiliki
warna sisi atas sayap cokelat kejinggaan pada jantan. Betina memiliki warna yang berbeda yaitu
cokelat kusam dengan sapuan corak putih pada sisi atas sayap. Pembeda antara V. dejone
celebensis dan V. erota terletak pada corak titik mata sisi atas sayap. Corak titik mata yang
dimiliki V. dejone lebih besar dan jelas terlihat dibandigkan V. erota.
Gambar 53. Spesies V. dejone celebensis Butler, 1883 (Betina)
Gambar 54. SpesiesV. erota boetonensis Jurriaanse & Lindemans, 1920
Marga Cupha Billberg, 1820
Anggota marga Cupha yang dijumpai adalah spesies C. maeonides butungensis. Menurut data
Opwall spesies C. maeonides butungensis merupakan endemik di pulau Buton. Spesies ini
dijumpai padatipe habitat perkebunan pada aktivitas hinggap diantara semak. Dapat dikenali
melalui warna sayap keemasan dengan corak cokelat tua dan jingga. Aktif dijumpai terbang
dengan gerakan yang gesit menjelang siang hari.
Gambar 55. Spesies C. maeonides butungensis Tsukada, 1985
Marga Neptis Fabricius, 1807
Anggota marga Neptis yang dijumpai adalah N. ida liliputa yang umum ditemukan pada seluruh
tipe habitat. Perjumpaan umum pada aktivitas terbang rendah diantara semak berbunga dan
berjemur saat ada cahaya matahari. Pola terbang akan semakin gesit menjelang siang hari.
Spesies N. ida liliputa dikenali melalui warna hitam pada sisi atas sayap dengan corak putih.
Corak ini akan mudah dikenali saat N. ida liliputa berjemur.
Gambar 56. Spesies N. ida liliputa Martin, 1924
Marga Lexias Boisduval, 1832
Anggota marga Lexias yang ditemukan di Buton hanya terdiri dari satu spesies (Vane-Wright, R.
I., & R. de. Jong 2003) yaitu L. aeetes butongensis yang dominan dan umum dijumpai pada ketiga
tipe habitat. Menurut Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong (2003) spesies ini merupakan endemik di
Buton. Spesies ini mudah dikenali melalui warna sayap yang dominan cokelat gelap. Walaupun
memiliki pola terbang yang gesit, spesies ini sering dijumpai menghisap cairan pada bebatuan
lembab maupun genangan air pada siang hari. Spesies L. aeetes butongensisi merupakan salah
satu spesies kupu-kupu yang menyukai buah-buahan busuk, spesies ini juga tertangkap pada
perangkap kanopi.
Gambar 57. Spesies L. aeetes butongensis Tsukada, 1991
Marga Dophla Moore, 1880
Anggota marga Dophla yang dijumpai adalah spesies D. evelina yang ditemukan pada dua tipe
habitat hutan. Spesies kupu-kupu ini memiliki warna sisi atas sayap cokelat dengan sedikit
bercak merah. Sisi bawah sayap memiliki warna lebih kusam. Pola terbang spesies kupu-kupu
ini sangat cepat dan dijumpai hinggap pada batang-batang pohon yang terlindungi oleh
dedaunan lebat. Spesies D. evelina merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang yang
tertangkap pada perangkap kanopi pada ketinggian 10 dan 15 meter.
Gambar 58. Spesies D. evelina dermoides Rothschild, 1892
Marga Athyma Westwood, 1850
Anggota marga Athyma yang dijumpai adalah spesies A. libnites noctesco. Sisi atas sayap
memiliki warna dasar hitam dengan corak putih pada sayap depan dan hiasan corak jingga pada
sayap belakang. Sisi bawah sayap memiliki corak putih dan cokelat dengan warna yang lebih
pucat bila dibandingkan sisi atas sayap. Spesies A. libnites noctesco sangat sukar dijumpai
dikarenakan memiliki pola terbang yang sangat gesit terutama menjelang siang hari. Sesekali
spesies ini dijumpai tengah berjemur, namun sangat sensitif terhadap gerakan pengamat
sehingga akan segera terbang menghindar.
Gambar 59. Spesies A. libnites noctesco Tsukada, 1991
Marga Moduza Moore, 1881
Anggota marga Moduza yang dijumpai adalah spesies M. lycone lyconides. Spesies ini hanya
dijumpai pada tipe habitat hutan Lapago pada kegiatan inventarisasi ini. Sisi atas sayap
memiliki perpaduan corak berwarna jingga dan cokelat, dengan beberapa corak putih dan
hitam berupa titik. Sisi bawah sayap memiliki warna putih kebiruan dengan corak cokelat,
hitam dan jingga. Spesies ini memiliki pola terbang yang sangat gesit, terutama pada siang hari.
Gesitnya pergerakan yang dimiliki M. lycone lyconides membuat spesies ini sulit untuk
diidentifikasi secara langsung.
Gambar 60. Spesies M. lycone lyconides Fruhstorfer, 1913
Marga Ariadne Horsfield, 1829
Anggota marga Ariadne yang dijumpai adalah spesies A. merionoides merionoides. Spesies ini
dijumpai terperangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5m pada tipe habitat hutan
Kakenauwe. Spesies yang berhasil diidentifikasi dan terdokumentasi pada kegiatan ini adalah
betina. Sisi atas sayap memiliki variasi warna krem hingga cokelat dengan warna sisi bawah
sayap lebih pucat.
Gambar 61. Spesies A. merionoides merionoides Holland, 1891
Marga Chersonesia Distant, 1883
Anggota marga Chersonesia yang dijumpai adalah spesies C. rahria celebensis. Spesies C. rahria
celebensis memiliki sisi atas sayap berwarna dasar jingga dan dapat dikenali melalui corak
rantai mendekati tepi sayap. Spesies kupu-kupu ini sangat sensitif terhadap pergerakan
pengamat dan langsung terbang menghindar. Dijumpai tengah hinggap pada daun-daun yang
cukup tinggi, terkadang C. rahria celebensis beristirahat di balik dedaunan pada siang hari.
Gambar 62. Spesies C. rahria celebensis Rothschild, 1892
Marga Cyrestis Boisduval, 1832
Marga Cyrestis sering dijumpai tengah hinggap pada daun-daun yang cukup tinggi. Sekilas bila
melihat anggota marga ini di ketinggian pola pada sisi bawah sayap menyerupai corak
Chersonesia dengan corak rantai mendekati tepi sayap. Anggota marga Cyrestis yang dijumpai
pada kegiatan ini adalah Cyrestis paulinus kransi dan Cyrestis strigata strigata. Spesies Cyrestis
paulinus kransi memiliki corak warna yang lebih pucat bila dibandingkan Cyrestis strigata
strigata, terutama corak rantai yang lebih jelas terlihat pada sayap Cyrestis strigata strigata.
Gambar 63. Spesies C. paulinus kransi Jurriaanse & Lindemans, 1920
Gambar 64. Spesies C. strigata strigata C. & R. Felder, 1862
Marga Pseudergolis C. & R. Felder, 1867
Spesies Pseudergolis avesta merupakan satu-satunya spesies dari anggota marga Pseudergolis
yang ditemukan di Sulawesi (Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003). Menurut Tsukada 1991
dalam Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003 spesies P. avesta nimbus merupakan endemik di
Buton. Pada kegiatan ini spesies P. avesta nimbus terperangkap pada perangkap kanopi di
ketinggian 5 m pada tipe habitat hutan Kakenauwe. Sisi sayap atas P. avesta nimbus memiliki
warna cokelat kejinggaan dengan sisi bawah sayap memiliki warna lebih gelap.
Gambar 65. Spesies P. avesta nimbus Tsukada, 1991
Marga Symbrenthia Hübner, 1819
Anggota marga Symbrenthia yang dijumpai adalah spesies S. hippoclus clauses. Spesies ini dapat
dikenali melalui warna sisi atas sayap perpaduan corak jingga dan cokelat kehitaman. Sisi
bawah sayap memiliki warna dominan jingga. Memilliki pola terbang yang gesit, spesies ini akan
mudah dijumpai pada saat beraktivitas menghisap nektar pada semak berbunga.
Gambar 66. Spesies S. hippoclus clausus Fruhstorfer, 1904
Marga Junonia Hübner, 1819
Anggota marga Junonia yang dijumpai adalah spesies J. hedonia intermedia. Spesies J. hedonia
intermedia memiliki sayap berwarna dominan cokelat tua. Corak bintik mata kejinggaan
berbaris mendekati tepi sayap. Memiliki pola terbang yang gesit, terkadang dijumpai tengah
hinggap di atas tanah dan daun untuk berjemur. Beberapa perjumpaan menemukan spesies ini
tengah hinggap pada tanah maupun batuan lembab untuk mencari mineral.
Gambar 67. Spesies J. hedonia intermedia C. & R. Felder, 1867
Marga Yoma Doherty, 1886
Anggota marga Yoma yang dijumpai adalah spesies Y. sabina nimbus. Spesies Y. sabina nimbus
umum dijumpai menjelang siang hari dengan aktivitas hinggap dan berjemur pada daun. Sangat
sensitif dengan pergerakan pengamat sehingga sulit untuk didekati. Dapat dikenali melalui pita
jingga yang membujur pada sisi atas sayap depan hingga ke sayap belakang dengan warna dasar
sayap kecokelatan.
Gambar 68. Spesies Y. sabina nimbus Tsukada, 1985
Marga Hypolimnas Hübner, 1819
Anggota marga Hypolimnas yang dijumpai adalah spesies H. anomala stellata. Spesies H.
anomala stellata umum dijumpai pada tipe habitat pemukiman. Sekilas spesies ini terlihat
seperti J. hedonia intermedia namun bila dilihat lebih teliti H. anomala stellata memiliki warna
sayap cokelat yang lebih gelap. Corak putih menghiasi tepi sisi bawah sayap dengan barisan
titik-titik putih mendekati tepi sayap. Spesies H. anomala stellata aktif menjelang siang hari
dengan aktivitas pada umumnya berjemur dan hinggap diatas daun.
Gambar 69. H. anomala stellata Fruhstorfer, 1912
Marga Parantica Moore, 1880
Anggota marga Parantica yang dijumpai adalah spesies P. menadensis. Spesies P. menadensis
dapat dikenali melalui warna sayap yang dimilikinya, perpaduan antara hitam dengan corak
kuning. Mendekati tepi sayap terdapat barisan corak titik putih. Spesies ini dijumpai pada tipe
habitat perkebunan dengan aktivitas terbang yang cukup santai. Beberapa perjumpaan
menemukan spesies ini hinggap pada dedaunan yang cukup tinggi.
Gambar 70. Spesies P. menadensis Moore, 1883
Marga Ideopsis Horsfield, 1858
Corak pada anggota marga Ideopsis sekilas menyerupai corak pada Parantica. Marga Ideopsis
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Parantica di Buton. Dikarenakan memiliki pola
terbang yang cukup tenang maka marga ini umum dijumpai pada seluruh tipe habitat di Buton.
Perjumpaan dengan marga ini sering terjadi pada aktivitas menghisap nektar pada tanaman
maupun semak berbunga. Anggota marga Ideopsis yang dijumpai pada kegiatan ini adalah I.
juventa ishma dan I. vitrea arachosia. Spesies I. juventa ishma dapat dikenali melalui pola sayap
perpaduan warna hitam dengan corak berwarna putih. Umumnya spesies I. vitrea arachosia
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan I. juventa ishma. Spesies I. vitrea arachosia
memiliki sayap dengan perpaduan warna putih dan kuning pada corak pita.
Gambar 71. Spesies I. juventa ishma Butler, 1869
Gambar 72. Spesies I. vitrea arachosia Fruhstorfer, 1910
Marga Danaus Kluk, 1802
Anggota marga Danaus yang dijumpai adalah spesies D. genutia telemissus. Spesies D. genutia
telemissus umum dijumpai pada semua tipe habitat di Buton. Dikenali melalui warna sisi atas
sayap cokelat gelap dengan perpaduan corak merah kejinggan dan putih. Sisi bawah sayap
memiliki warna yang lebih pucat. Spesies ini aktif terbang menjelang siang hari terutama
hinggap pada semak berbunga.
Gambar 73. Spesies D. genutia telemissus Fruhstorfer, 1910
Marga Euploea Fabricius, 1807
Marga Euploea dapat diidentifikasi melalui sayapnya yang berwarna cokelat gelap. Anggota
marga Euploea yang dijumpai pada kegiatan ini terdiri dari tiga spesies yaitu E. algea
tombugensis, E. eupator dan E. hewitsonii reducta. Spesies E. algea tombugensis memiliki warna
cokelat pada sisi atas sayap yang dominan dihiasi corak titik putih mendekati tepi dan pada tepi
sayap. Spesies Euploea eupator dapat diidentifikasi melalui barisan corak pita yang berbaris
pada sisi bawah sayap belakang. Spesies Euploea hewitsonii reducta memiliki corak putih pada
sisi bawah sayap belakang yang menyerupai spesies Ideopsis juventa namun dengan warna
dasar cokelat yang lebih dominan.
Gambar 74. Spesies E. algea tombugensis Fruhstorfer, 1899
Gambar 75. Spesies Euploea eupator Hewitson, 1858
Gambar 76. Spesies E. hewitsonii reducta Jurriaanse, 1919
Marga Idea Fabricius, 1807
Anggota marga Idea yang dijumpai adalah spesies I. blanchardii munaensis. Spesies Idea
blanchardii munaensis merupakan kupu-kupu yang memiliki ukuran besar. Berdasarkan data
Operation Wallacea spesies ini merupakan endemik di Buton. Corak sayap terdiri dari
perpaduan warna putih dan hitam dengan beberapa corak hitam yang jelas terlihat pada sayap
depan. Ukuran sayap yang lebar membuat spesies ini terbang di ketinggian, beberapa kali
perjumpaan menemukan spesies ini tengah hinggap di semak hingga pada dedaunan pada tajuk
tinggi. Pola terbang cenderung santai dan mengikuti pergerakan angin.
Gambar 77. I. blanchardii munaensis Fruhstorfer, 1899
VI. PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2003. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan. (IBSAP) 2003-2020 Dokumen Regional.
Corbet, A. S. & Pendlebury, H. M. 1992. The Butterflies of the Malay Peninsula[4th edn, revised by
J.N. Eliot]. Malayan Nature Society, Kuala Lumpur, Malaysia. Crookenden, E. 2012. The Effects of Disturbance on Butterfly Populations on Buton Island,
Indonesia. Undergraduate Project Report. University of Oxford. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan
Hidup.2014.Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia. Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara Publishing, Jakarta. Indonesia. Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong. 2003. The butterflies of Sulawesi: annotated checklist for a
critical island fauna. Winarni, N.L. and Jones, S. (2007) Community patterns of Birds and Butterflies in Lambusango
Forest, Buton, Southeast Sulawesi in 2006. Report to GEF Lambusango Conservation Program 2007. Manchester Metropolitan university.
Butterflies of Southeastern Sulawesi An Illustrated Checklist
https://www.flmnh.ufl.edu/butterflies/neotropica/sulawesi/checklist.html
LAMPIRAN 1
Tabel Spesies kupu-kupu yang dijumpai dalam kegiatan inventarisasi
NO JENIS SUKU TIPE HABITAT
PEMUKIMAN PERKEBUNAN HUTAN 1 Papilio ascalapus ascalapus Papilionidae v v v
2 Papilio demoleus Papilionidae - v - 3 Papilio sataspes sataspes Papilionidae - v - 4 Papilio gigon gigon Papilionidae v v - 5 Papilio peranthus kransi Papilionidae v - - 6 Papilio polytes alcindor Papilionidae v v v
7 Graphium agamemnon comodus
Papilionidae v v -
8 Graphium deucalion deucalion
Papilionidae v v -
9 Graphium eurypylus pamphylus
Papilionidae v v v
10 Graphium meyeri meyeri Papilionidae - v v 11 Graphium milon milon Papilionidae v v - 12 Eurema alitha Pieridae v v - 13 Eurema tominia tominia Pieridae v v v
14 Pareronia tritaea sarasinorum
Pieridae v v -
15 Appias hombroni tombugensis
Pieridae - v v
16 Catopsilia pomona flava Pieridae - v v 17 Catopsilia scylla asema Pieridae v v v 18 Curetis tagalica celebensis Lycaenidae - - v 19 Remelana jangala orsolina Lycaenidae - - v 20 Rapala dioetas Lycaenidae - v - 21 Psychonotis piepersii Lycaenidae - v - 22 Caleta caleta caleta Lycaenidae - - v 23 Jamides aratus lunata Lycaenidae - - v 24 Jamides festivus festivus Lycaenidae v v - 25 Jamides philatus philatus Lycaenidae - v v 26 Megisba malaya sikkima Lycaenidae - v - 27 Lampides boeticus Lycaenidae v v v 28 Pithecops phoenix Lycaenidae v v - 29 Abisara echerius celebica Riodinidae - v v 30 Faunis menado pleonasma Nymphalidae - - v 31 Amathuxidia plateni iamos Nymphalidae - v v 32 Melanitis phedima linga Nymphalidae - - v 33 Melanitis velutina ribbei Nymphalidae - - v 34 Elymnias hicetas butona Nymphalidae v v v 35 Orsotriaena jopas jopas Nymphalidae v v v
36 Mycalesis janardana opaculus
Nymphalidae v v v
37 Lohora opthalmica Nymphalidae v v v 38 Acrophtalmia leuce Nymphalidae v v v 39 Ypthima nynias nynias Nymphalidae v v v
40 Ypthima loryma Nymphalidae - - v 41 Charaxes affinis butongensis Nymphalidae - v v
42 Cethosia myrina vanbemmeleni
Nymphalidae v v v
43 Vindula dejone celebensis Nymphalidae v v v 44 Vindula erota boetonensis Nymphalidae - v -
45 Cupha maeonides butungensis
Nymphalidae v v v
46 Neptis ida liliputa Nymphalidae v v v 47 Lexias aeetes butongensis Nymphalidae - - v 48 Dophla evelina dermoides Nymphalidae - v - 49 Athyma libnites noctesco Nymphalidae - - v 50 Moduza lycone lyconides Nymphalidae - - v
51 Ariadne merionoides merionoides
Nymphalidae - v v
52 Chersonesia rahria celebensis Nymphalidae - v - 53 Cyrestis strigata strigata Nymphalidae - v v 54 Pseudergolis avesta nimbus Nymphalidae - - v
55 Symbrenthia hippoclus clausus
Nymphalidae - v v
56 Junonia hedonia intermedia Nymphalidae v v - 57 Yoma sabina nimbus Nymphalidae v v - 58 Hypolimnas anomala stellata Nymphalidae v - - 59 Parantica menadensis Nymphalidae - v - 60 Ideopsis juventa ishma Nymphalidae v v v 61 Ideopsis vitrea arachosia Nymphalidae v v v 62 Danaus genutia telemissus Nymphalidae v v v 63 Euploea algea tombugensis Nymphalidae v v v 64 Euploea eupator Nymphalidae - v - 65 Euploea hewitsonii reducta Nymphalidae v - v 66 Idea blanchardii munaensis Nymphalidae - v v