54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1 Menentukan lokasi yang dapat dijadikan lokasi stasiun pengamatan 1.1.2 Mengetahui dan mendeskripsikan litologi, struktur geologi, keadaan geomorfologi pada suatu stasiun pengamatan 1.1.3 Mencatat data-data hasil pengamatan dalam Buku Catatan Lapangan dengan benar 1.2 Tujuan 1.2.1 Dapat menentukan lokasi yang dapat dijadikan lokasi stasiun pengamatan 1.2.2 Dapat mengetahui dan mendeskripsikan litologi, struktur geologi, keadaan geomorfologi pada suatu stasiun pengamatan 1.2.3 Mampu mencatat data-data hasil pengamatan dalam Buku Catatan Lapangan dengan benar 1.3 Waktu dan Lokasi Pengamatan Praktikum Hari, tanggal: Sabtu, 28 April 2012 Pukul : 14.15 WIB – selesai Tempat : STA 1 : Kaligarang Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 1

Laporan Ichsan Bcl

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Ichsan Bcl

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

1.1.1 Menentukan lokasi yang dapat dijadikan lokasi stasiun pengamatan

1.1.2 Mengetahui dan mendeskripsikan litologi, struktur geologi, keadaan

geomorfologi pada suatu stasiun pengamatan

1.1.3 Mencatat data-data hasil pengamatan dalam Buku Catatan Lapangan

dengan benar

1.2 Tujuan

1.2.1 Dapat menentukan lokasi yang dapat dijadikan lokasi stasiun

pengamatan

1.2.2 Dapat mengetahui dan mendeskripsikan litologi, struktur geologi,

keadaan geomorfologi pada suatu stasiun pengamatan

1.2.3 Mampu mencatat data-data hasil pengamatan dalam Buku Catatan

Lapangan dengan benar

1.3 Waktu dan Lokasi Pengamatan Praktikum

Hari, tanggal : Sabtu, 28 April 2012

Pukul : 14.15 WIB – selesai

Tempat :

STA 1 : Kaligarang

STA 2 : Kaligribik

STA 3 : Kalialang

STA 4 : Kaligribik

STA 5 : Sampangan

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 1

Page 2: Laporan Ichsan Bcl

BAB II

DASAR TEORI

Pengamatan lapangan merupakan suatu proses pekerjaan melihat secara

seksama, teliti dan menyeluruh dari gejala geologi di lapangan. Pengamatan

singkapan mempunyai sasaran yang yang cukup luas dan penting dalam lingkup

kegiatan geologi lapangan, yaitu untuk mengetahui keadaan geologi suatu daerah

atau wilayah, dimana hasil pengamatan dituangkan dalam :

Peta geologi

Penampang geologi

Menyusun laporan

2.1 Dasar Catatan Lapangan

Agar pengamatan menjadi effektif, dalam proses pengamatan perlu

diingat dan dicari jawaban dari beberapa pertanyaan dasar yaitu : dimana, ada

apa, dalam keadaan bagaimana, tersusun oleh apa, seberapa, kapan, dan apa

potensinya.

a. Dimana dilakukan pengamatan : pertanyaan ini harus dijawab dengan

dengan pemerian lokasi yang tepat dan teliti, misalnya :

di tebing sebelah barat pertemuan Sungai Muncar dan Sungai Jenggo.

Pada galian penambanga batugamping di selatan desa Dowo, sebelah

timur jalan setapak Dowo-Pedaan, N450 E dari bukit brujul.

Di kaki selatan perbukitan Jiwo Timur N 240 E dari puncak Baturagung

dan N 3260 E dari puncak Gunung Gambar.

Pemerian lokasi juga bisa dituliskan suatu hal yang dapat mengingat-ingat

lokasi, misalnya :

Di pinggir Kali Pengkol dekat pohon beringin besar, dsb.

b. Apa yang diamati : gambaran garis besar dari obyek geologi utama yang

ada di tempat itu, misalnya :

Sinkapan batupasir masif tak berlapis.

Suatu perbukitan memanjang dengan pegunungan dan puncak yang

tumpul.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 2

Page 3: Laporan Ichsan Bcl

Sesar yang memotong lapisan batupasir dengan breksi.

c. Dalam Keadaan Bagaimana obyek yang diamati tersebut, misalnya :

Batuan sebagian masih dalam kondisi segar berlapis baik.

Batuan beku lapuk yang menjadi soil berwarna coklat.

Batuan segar berwarna abu-abu terkekarkan.

Singkapan batuan sebagian segar dan sebagian lapuk berwarna coklat,

dsb.

d. Tersusun Oleh Apa obyek tersebut : pertnyaan tersebut menyangkut

tentang komponen batuan atau obyek geologi lain, misalnya : struktur,

tekstur, kemas, dsb. Misalnya :

Tersusun oleh kuarsa dan ortoklas (holokristalin).

Tersusun oleh fragmen andesit yang membundar tanggung.

e. Seberapa : pertanyaan ini menyangkut segi kuantitatip komponen batuan

atau obyek geologi lain, misalnya :

Kuarsa 75%, mika 25%.

Leber singkapan 60m, sedangkan keebalan batuan 45m.

Tebal perlapisan batupasir di bagian bawah rata-rata 45cm, semakin

keatas menebal menjadi rat-rata 95 cm.

Lereng dari perbukitan kerucut berkisar antara 350 , semakin kebarat

semakin curam hingga 500.

f. Kapan : pertanyaan ini menyangkut tentang waktu atau umur terjadinya

obyek geologi tersebut, misalnya :

Breksi menumpang secara tidak selaras di atas napal.

Batupasir menumpang selaras di atas batulempung.

Batupasir tufan diterobos oleh tubuh diorit porfir, dsb.

g. Apa Potensinya, pertanyaan ini menyangkut potensi positif dan negatif

dari lokasi dilakukan pengamatan.

Potensi positif :

Intrusi andesit yang ada di stasiun pengamatan gunung turun

dapat ditambang dan digunakan segagai bahan bangunan.

Potensi negatif :

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 3

Page 4: Laporan Ichsan Bcl

Bagian atas tebing di selatan desa Sukamaju tersusun oleh breksi

yang lapuk lanjut menjadi soil dengan ketebalan 5meter sampai 7

meter, tanpa tanaman pelindung pada saat hujan sangat mudah longsor.

2.2 Tempat yang Layak Untuk Melakukan Pengamatan

Suatu lintasan diharapkan dapat memberikan data yang lengkap dan

teliti dari daerah yang diteliti. Untuk itu setiap stasiun pengamatn harus

dipilih secara tepat dan memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Tempat dimana dijumpai kontak antara dua macam/jenis batuan.

b. Tempat dimana dijumpai perubahan morfologi yang mendadak ; tempat

seperti ini boleh jadi merupakan kontak antara dua satuan batuan (intrusi)

atau adanya struktur sesar pada daerah perubahan morfologi.

c. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jelas, misalnya : kekar,

sesar, lipatan, dsb.

d. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walaupun tidak ada

kontak, perubahan morfologi atau struktur geologi.

e. Tempat dimana dijumpai proses alam atau kegiatan manusia yang

bersangkutan dengan potensi geologi.

f. Tempat dimana dari titik itu bisa diamati dan diukur kondisi bentang alam

sekitar, tempat seperti ini misalya di puncak bukit dimana justru tidak ada

singkapan batuan maupun struktur tetapi justru dari situ bisa dibuat sketsa

morfologi daerah sekitar.

2.3 Prosedur Kerja di suatu Tempat Pengamatan

a. Penetapan tempat yang akan diamati

Tentukan lokasi pengamatan di lapangan berdasar kenampakan

yang ada di sekitarnya dan cari lokasi tesebut letaknya di peta.

b. Pastikan bahwa calon titik pengamatan tersebut memenuhi satu atau lebih

dari 7 kriteria kelayakan suatu titik pengamatan.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 4

Page 5: Laporan Ichsan Bcl

c. Dakati calon titik pengamatan tersebut , amati segala unsur , gejala, dan

proses geologi yang ada di tempat itu. Periksa apa yang ada di

sekelilingnya untk melihat kemungkinan pelamparan gejla yang ada.

d. Jauhi calon titik pengamatan, kalau mungkin katempat yang lebih tinggi

agar pandangan ke arah titik tersebut serta daerah sekitarnya menjadi lebih

jelas.

e. Kalau masih ada keraguan tentang gejala geologi yang ada, ulangi

prosedur menjauhi dan mendekati kembali tersebut, sehingga

memeperoleh gambaran yang lengkap tentang apa yang dihadapi.

f. Dalam melakukan pengamatan, amati semua fakta geologi yang ada, mulai

dari gejala yang bersidat makro (umum dan besar), kemudian secara

berangsur menuju bbagian yang bersifat mikro (detail). Amati pertautan

antara kondisi makro dan mikro yang terlihat dan periksa apakah kondisi

tersebut terjadi di seluruh bagian dari tempat pengamatan ataukah terjadi

perubahan-perubahan ke salah satu arah.

g. Pergunakan semua peralatan yang berkaitan dengan obyek yang diamati,

lakukan pengetesan, pengukuran serta pengambilan sample yang

diperlukan.

h. Buat catatan yang cermat namun singkat tentang apa yang dihadapi secara

menyeluruh. Usahakan untuk selalu membuat penafsiran lapangan

(meskipun sifatnya sementara , umpamanya meliputi :

nama batuan ( klasifikasi lapangan )

lingkungan pembentuknya

i. Karena dalam melakkukan pengamatan membutuhkan ketelitian,

sebaiknya letakkan dulu hal yang mengganggu (tas ransel yang berat).

Mencatat apa yang diamati dengan tenang sambil duduk. Lakukan tanpa

tergesa – gesa, karena ini dapat menimbulkan adanya bagian – bagian

yang terlewati.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 5

Page 6: Laporan Ichsan Bcl

j. Pemerian lokasi titik pengamatan : lokasi yang sudah dipilih di lapangan

harus segera diperiksa dengan teliti. Pemerian ini berguna untuki beberapa

hal :

Untuk pengecekan kembali apakah pengeplotan di peta sudah tepat.

Untuk melakukan pengeplotan kembali di peta baru/peta pindahan (peta

arsip yang disimpan di base camp dan tidak dibawa ke lapangan.

Untuk menemukan kembali titik pengamatan tersebut di lapangan

apabila diperlukan data tambahan.

Penetapan lokasi di lapangan sedapat mungkin dikaitkan dengan

unsur-unsur alami misalnya sungai, puncak bukit, maupun unsur buatan

manusia yang teramati baik di lapangan maupun di peta topografi, misalnya

jalan raya, jembatan dsb.

2.4 Pencatatan Dan Pengukuran Data Lapangan

Pada pekerjaan lapangan geologi salah satu hal yang penting dari

proses pengumpulan data adalah pembuatan catatan lapangan. Catatan

lapangan ini nantinya akan menjadi sumber informasi serta sumber inspirasi

setelah pemeta kembali ke pangkalan kerja atau kantor dan mulai memilih ,

memproses serta menfsirkan apa yang diamati dan diperoleh di lapangan.

Oleh karena itu pembuatan catatan yang lengkap, menyeluruh, tepat serta

terorganisir dengan baik merupakan suatu keharusan. Maksud yang

sesungguhnya dari pembuatan catatan lapangan yang baik adalah agar dalam

penelaahan data lapangan yang penting pemeta tidak sekedar mengandalkan

ingatannya saja. Macam-macam informasi geologi yang perlu dicatat antara

lain :

a. Lokasi yang tepat dari singkapan yang diamati, sehingga dengan catatan

itu lokasi tersebut akan mudah ditemukan di peta topografi yang menjadi

dasar kerja lapangan.

b. Kondisi geomorfologi tempat pencatatan lapngan.

c. Keadaan umum dari batuan yang terdapat di tempat tersebut menyangkut

tentang macam batuan, tingkat homogenitas (masif, selanng-seling,

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 6

Page 7: Laporan Ichsan Bcl

bersisipan, dsb), kedudukan batuan, tingkat pelapukan, warna, tekstur,

kemas, komposisi, struktur dan aspek petrologi lainnya.

d. Dimensi singkapan secara parsial maupun total.

e. Kemungkinan adanya indikasi proses diagenesis, alterasi, mineralisasi

pada bagian batuan atau seluruhnya yang tersingkap.

f. Macam dan kedudukan dari indikator arus purba (berkaitan dengan

struktur sedimen).

g. Macam , kedudukan unsur struktur geologi (kekar, sesar, lipatan,

ketidakselaran, dsb).

h. Sketsa singkapan atau bagian yang penting, denah lapangan, kolom dan

skema atau diagram lain yang bersifat tabulatif, disertai dengan

perbandingan atau skala yang memadai.

Semua hasil observasi, bahkan yang membingunkan dan tidak masuk

akal, tetap harus dicatat secara teliti dan menyeluruh. Seringkali di kemudian

hari data-data yang aneh inilah yang justru dapat membantu memperbaiki dan

meningkatkan penafsiran. Beberapa petunjuk membuat catatan yang baik.

a. Biasakan untuk memulai pada halaman baru pada setiap pergantian hari.

Tiap hari selalu memulai dengan halaman baru, dengan mencantumkan :

Tanggal/hari :

Keadaan cuaca pada hari itu :

Daerah atau lintasan yang akan di tempuh :

Nama – nama pengamat dan pembantunya :

b. Untuk setiap pengamat diberikan nomor ( sesuai dengan nomor lokasi

pengamatan ( LP ) yang dicantumkan di dalam peta). Nomor – nomor

lokasi pengamatan sebaiknya merupakan nomor urut. Cara penulisan

sebaiknya singkat tetapi jelas,dan sebaiknya pula menggunakan singkatan

– singkatan yang umum dipakai.

c. Dalam melakukan pencatatan gunakan pensil yang tebal dan jelas (2B).

Dalam kondisi hujan pencatatn lapangan dapat dilakukan di mika bening

dan alat tulis berupa spidol marker (dalam kondisi darurat).

d. Buat catatan secara rapi.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 7

Page 8: Laporan Ichsan Bcl

e. Buat sketsa sederhana, jelas dan sistematik. Sketsa yang dibuat harus

memiliki skala dan sedapat mungkin menunjukkan kedudukan dari

struktur atau gejala lain yang ditunjukkan, serta arah yang dihadapi pada

waktu pembuatan sketsa.

2.5 Buku Lapangan

Buku lapangan dengan isinya merupakan dokumen yang sangat

penting dan harus dilestarikan,dijaga,dan diamankan.Buku tersebut memuat

semua hasil pengamatan,analisa, dan penafsiran sementara berdasarkan data

lapangan, dan kadang – kadang juga pemecahan masalah lapangan yang

dilandasi oleh hipotesis – hipotesis, yang merupakan hasil kerja selama

beberapa hari,minggu atau bahkan bulan,dan telah menyita waktu, tenaga dan

pikiran, serta mungkin juga biaya yang sangat besar ( apabila pekerjaan

penelitian itu melibatkan sejumlah tenaga seperti halnya suatu

ekspedisi).Dapat dibayangkan apa yang terjadi apabila benda yang berharga

itu kemudian hilang, rusak atau keadaannya sedemikian tidak terawat

sehingga tidak dapat dibaca.

Buku lapangan bukan saja milik pribadi pemeta, tetapi milik instansi

yang memberi pekerjaan dan juga ahli – ahli geologi lainnya yang mungkin

berminat atau harus melanjutkan penelitian anda. Karena itu sebuah buku

lapangan bukan saja harus mudah dibaca oleh pembuatnya tetapi juga orang

lain,juga bahasanya harus mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan

salah tafsir terhadap apa yang sudah dimuat.

Dengan demikian, dianjurkan untuk menulis dengan huruf cetak dan

mempergunakan alat tulis yang tidak akan hilang atau luntur dimakan hari

atau air ( tinta akan hilang terkena air). Untuk lebih memperjelas kata – kata,

dianjurkan agar dilengkapi dengan sketsa sketsa pada halaman yang

disediakan. Bentuk dari buku lapangan dapat berbeda – beda tergantung dari

selera instansi yang menggunakan. Tetapi,pada dasarnya mempunyai

persamaan – persamaan umum, antara lain:

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 8

Page 9: Laporan Ichsan Bcl

dibuat atau dilengkapai dengan bahan yang tahan terhadap kerusakan

(butir 1)

terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu bagian kiri dipergunakan untuk membuat

sketsa ( dengan pola garis tegak lurus seperti kertas mm), sedangkan

bagian kanan bergaris biasa untuk menulis catatan.

Mempunyai tanda pengenal yang jelas, antara lain:

instansi atau badan yang menggunakan (Undip,Lembaga Geologi dan

Pertambangan Nasional, Caltex,dsb.)

Nama pemeta

Hari dan tanggal pelaksanaan pekerjaan

Daerah dimana pekerjaan lapangan dilapangan

Dengan demikian apabila buku tersebut hilang, akan dapat

dikembalikan kepada yang berhak.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 9

Page 10: Laporan Ichsan Bcl

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat tulis (pensil, penggaris, busur dll)

Buku Catatan Lapangan (BCL)

Clipboard

Kompas geologi

Palu geologi

Peta topografi

3.2 Langkah Kerja

Mempersiapkan seluruh alat dan bahan perlengkapan praktikum yang

dibutuhkan.

Mencari lokasi pengamamatan ( STA )

Melakukan pengamatan dan pendeskripsian unsur-unsur dalam STA

( Litologi, struktur geologi, geomorfologi )

Melakukan pengukuran yang diperlukan ( Strike Dip perlapisan,

pengukuran struktur dll )

Melakukan sketsa dan dokumentasi ( foto )

Melakukan plotting lokasi pengamatan dalam peta

Mencatat semua data dalam Buku Catatan Lapangan

3.3 Diagram Alir

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 10

Persiapan alat dan bahan praktikum

Pengamatan, pendeskripsian, dan pengukuran di lokasi pengamatan

Mulai

Page 11: Laporan Ichsan Bcl

BAB IV

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 11

Plotting lokasi pengamatan pada peta

Pembuatan sketsa dan dokumentasi lapangan

Pencatatan semua data pada buku catatan lapangan

Selesai

Page 12: Laporan Ichsan Bcl

DATA LAPANGAN

4.1 Catatan Lapangan

4.1.1 STA I (Kaligarang)

Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.05 WIB

Lokasi : Kaligarang

Cuaca : Cerah

Gambar 4.1.1 STA I Sungai Kaligarang (kiri atas), struktur kekar pada STA I

(kanan)

Kesampaian daerah : 20 menit dari kampus Tembalang, ± 7 km

Bentang alam : Fluvial

Morfologi : Sungai dengan stadia dewasa menuju tua

Meander sudah terbentuk

Arus sungai tidak lagi begitu deras

Erosi sungai secara lateral

Kelerengan sungai landai

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 12

Kekar

Arah Arus Sungai

Page 13: Laporan Ichsan Bcl

Terbentuk gosong sungai (Pointbar)

Dimensi singkapan : p = ± 15 m, l = ±1 m, t = ±2 m

Jenis singkapan : Struktur geologi

Litologi :

Batuan beku insitu : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu

kehitaman, struktur masif

Batulempung : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu

kehitaman.

Struktur : Kekar

Struktur geologi berupa kekar gerus, kedudukannya adalah :

N 116o E/86o

N 85o E/92o

N 89o E/166o

N 75o E/147o

N 89o E/121o

Potensi : (+) PLTA, irigasi

(-) banjir, tanah longsor

Vegetasi : Pohon dan tanaman liar

4.1.2 STA 2 (Kaligribik)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 13

Page 14: Laporan Ichsan Bcl

Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.20 WIB

Lokasi : Kaligribik

Cuaca : Cerah

Gambar 4.1.2 STA 2 Perlapisan miring (atas), endapan fosil pelecypoda (bawah)

Kesampaian daerah : 15 menit STA 2, ± 5 km

Bentang alam : Fluvial

Morfologi : Sungai dengan stadia dewasa menuju tua

Meander sudah terbentuk

Arus sungai tidak lagi begitu deras

Erosi sungai secara lateral

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 14

Perlapisan Miring

Fosil Pelecypoda

Page 15: Laporan Ichsan Bcl

Kelerengan sungai landai

Terbentuk gosong sungai (Pointbar)

Dimensi singkapan : p = ± 10 m, l = ±2 m, t = ±3 m

Jenis singkapan : Struktur geologi dan sedimen

Litologi :

Batulanau : Warna segar coklat, warna lapuk hijau

kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16

pelapukkan sedang, ukuran butir (1-2 mm)

Batulempung : Warna segar coklat, warna lapuk hijau

kehitaman, ukuran butir (<1/256 mm)

Batupasir halus : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu

kehitaman, ukuran 1/8-1/4

Struktur : perlapisan

Kontak batuan :

N 85o E/ 45o antara batulempung dan batupasir halus

N 83o E/ 31o antara batupasir halus dan batulanau

N 78o E/ 43o antara batulanau dan batupasir halus

N 80o E/ 45o antara batupasir halus dan batulempung

Potensi : (+) pengairan, tambang batu dan pasir

(-) banjir, tanah longsor

Vegetasi : Pohon pisang, ilalang

4.1.3 STA 3 (Kalialang)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 15

Page 16: Laporan Ichsan Bcl

Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.20 WIB

Lokasi : Kalialang

Cuaca : Cerah

Gambar 4.1.3 Bidang Perlapisan pada STA 3

Kesampaian daerah : 15 menit dari STA 3 ± 6 km

Morfologi : Kelerengan 10o

Dimensi singkapan : p = ± 50 m, l = ±15 m

Struktur : Perlapisan

Jenis singkapan : Struktur sedimen berupa perlapisan,

kedudukannya adalah N 103o E/5o.

Litologi :

Batulanau : Warna segar coklat, warna lapuk coklat

kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16 mm

Konglomerat : Warna segar coklat, warna coklat

kehitaman, ukuran butir 4-64 mm

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 16

Perlapisan

Page 17: Laporan Ichsan Bcl

Batupasir kasar : Warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman,

ukuran 1/2-1 mm

Potensi : (+) tambang batu dan pasir

(-) tanah longsor

Vegetasi : Ilalang

4.1.4 STA 4 (Kaligribik)

Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 14.59 WIB

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 17

Page 18: Laporan Ichsan Bcl

Lokasi : Kaligribik

Cuaca : Cerah

Gambar 4.1.4 STA 3 Perlapisan

Kesampaian daerah : 15 menit STA 3, ± 5 km

Bentang alam : Fluvial

Morfologi : Sungai dengan stadia dewasa menuju tua

Meander sudah terbentuk

Arus sungai tidak lagi begitu deras

Erosi sungai secara lateral

Kelerengan sungai landai

Terbentuk gosong sungai (Pointbar)

Dimensi singkapan : p = ± 10 m, l = ±2 m, t = ±3 m

Jenis singkapan : Struktur Geologi

Litologi :

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 18

Page 19: Laporan Ichsan Bcl

Batulanau : Warna segar coklat, warna lapuk hijau

kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16

pelapukkan sedang, ukuran butir (1-2 mm)

Batupasir halus : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu

kehitaman, ukuran 1/8-1/4

Batupasir kasar : Warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman,

ukuran 1/2-1 mm

Struktur : perlapisan

Kontak batuan :

N 265o E/ 52o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus

N 270o E/ 45o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus

N 280o E/ 50o antara batulanau dan batupasir halus

Potensi : (+) pengairan, tambang batu dan pasir

(-) banjir, tanah longsor

Vegetasi : Pohon pisang, ilalang

4.1.5 STA 5 (Sampangan)

Waktu : Sabtu, 28 April 2012 pukul 15.40 WIB

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 19

Page 20: Laporan Ichsan Bcl

Lokasi : Sampangan

Cuaca : Cerah

Gambar 4.1.5 Kontak batuan pada STA 5

Kesampaian daerah : 20 menit dari STA 4 ± 7 km

Dimensi singkapan : p = ± 50 m, l = ±15 m

Struktur : Perlapisan

Jenis singkapan : Struktur geologi

Litologi :

Batupasir halus : Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu

kehitaman, ukuran 1/8-1/4

Konglomerat : Warna segar coklat, warna coklat

kehitaman, ukuran butir 4-64 mm

Batupasir kasar : Warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman,

ukuran 1/2-1 mm

Kontak batuan :

N 175o E/ 25o antara batupasir halus dan batupasir kasar

N 325o E/ 30o antara batupasir halus dan batupasir kasar

N 310o E/ 25o antara batupasir kasar dan konglomerat

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 20

Page 21: Laporan Ichsan Bcl

Potensi : (+) tambang batu dan pasir

(-) tanah longsor

Vegetasi : Ilalang

4.2 Sketsa Lapangan

4.2.1 STA I (Kaligarang)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 21

Page 22: Laporan Ichsan Bcl

Gambar 4.2.1 Sketsa STA I (Kaligarang)

4.2.2 STA II (Kaligribik)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 22

Page 23: Laporan Ichsan Bcl

Gambar 4.2.2 Sketsa STA II (Kaligaribik)

4.2.3 STA III (Kalialang)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 23

Page 24: Laporan Ichsan Bcl

Gambar 4.2.3 Sketsa STA III (Kalialang)

4.2.4 STA IV (Kaligribik)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 24

Page 25: Laporan Ichsan Bcl

Gambar 4.2.4 Sketsa STA IV (Kaligribik)

4.2.5 STA V (Sampangan)

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 25

Page 26: Laporan Ichsan Bcl

Gambar 4.2.4 Sketsa STA V (Sampangan)

BAB V

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 26

Page 27: Laporan Ichsan Bcl

PEMBAHASAN

5.1 Metode Penulisan

Dalam melaukan pencatatan / penulisan dalam buku catatan lapangan

ada beberapa hal yang harus dicatat antara lain :

a. Lokasi

Lokasi merupakan daerah dimana lokasi tempat kita melakukan

pengamatan. Penulisan lokasi seharunya dilakukan dengan lengkap, agar

apabila ada suatu keadaan dimana kita harus kembali lagi tidak bingung

di mana lokasi tersebut

b. Waktu

Waktu meliputi jam, hari, dan tanggal dilakukannya pengamatan.

c. Cuaca

Cuaca pada saat dilakukan pengamatan. Karena cuaca merupakan salah

satu faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengamatan, oleh karena

itu cuaca juga harus dicantumkan.

d. Morfologi dan Bentang Alam

Morfologi merupakan bentukan bentang alam dalam skala yang lebih

besar. Sedangkan bentang alam merupakan keadaan alam disekitar

lokasi, contohnya adalah bentang alam fluvial, bentang alam struktural

dll. Bentang alam ini dapat digunakan untuk interpretasi genesa dari

singkapan yang kita amati.

e. Deskripsi Litologi dan Struktur Geologi

Deskripsi litologi dilakukan selengkap mungkin, meliputi karateristik

dari masing-masing variasi litologi seperti struktur, tekstur, dan

komposisi. Semua data yang teramati dicatat, karena semakin banyak

data semakin baik. Seadngkan struktur geologi yang terbentuk pada

singkapan juga harus dicatat jenis strukturnya apa, apakah struktur

primer ataupun struktur sekunder.

f. Hasil Pengukuran

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 27

Page 28: Laporan Ichsan Bcl

Hasil pengukuran dengan menggunakan kompas geologi meliputi banyak

hal seperti arah pelamparan batuan (Strike Dip), pengukuran struktur

geologi seperti bidang sesar, gores garis, sumbu lipatan, sayap lipatan

dan lain-lain. Data tersebut nantinya akan mendukung dalam interpretasi

genesa dari singkapan dan gaya pembentuknya.

g. Hasil Plotting

Hasil plotting juga harus dicatat dalam buku catatan lapangan. Plotting

tersebut menentukan posisi lokasi pengamatan dalam peta. Selain dicatat

pada BCL juga harus dicantumkan dalam peta.

h. Portensi Positif dan Negatif

Potensi positif merupakan potensi yang menguntungkan dari keberadaan

singkapan tersebut. Sedangkan potensi negatif sebaliknya, kerugian yang

dapat ditimbulkan dari adanya singkapan tersebut. Hal tersebut perlu

dicatat untuk mengetahui manfaat, manfaat dapat menjadi keuntungan.

Sedangkan kerugian, dapat dicari cara penanggulangannya.

5.2 Kesampaian Daerah

Untuk mencapai lokasi pengamatan masing-masing memiliki waktu

tempuh dan lokasi yang berbeda-beda, berikut ini adalah rinciannya :

a. STA 1, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan

estimasi waktu kira-kira sekitar 25 menit dari kampus Undip, Tembalang

ke lokasi STA I yang berada di daerah sungai Kaligarang, Segarbencah,

Semarang.

b. STA 2, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan

estimasi waktu kira-kira sekitar 15 menit dari lokasi STA 1. Lokasi STA

2 ini berada di Kaligribik, Semarang.

c. STA 3, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan

estimasi waktu kira-kira sekitar 15 menit dari lokasi STA 3. Lokasi STA

3 ini berada di Kalialang, Semarang.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 28

Page 29: Laporan Ichsan Bcl

d. STA 4, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan

estimasi waktu kira-kira sekitar 15 menit dari lokasi STA 3. Lokasi STA

4 ini berada di Kaligribik, Semarang.

e. STA 5, dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor dengan

estimasi waktu kira-kira sekitar 25 menit dari lokasi STA 4. Lokasi STA

5 ini berada di Sampangan, Semarang.

5.3 Kondisi Singkapan dan Litologi

Pada saat pengamatan, kondisi singkapan tidak sama. Hal yang

membedakan antara lain keadaan singkapan, variasi litologi, dan keberadaan

struktur geologi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing STA :

a. STA 1, Kondisi singkapan pada STA I ini sudah mulai mengalami

pelapukan. Hal tersebut terlihat dari warna litologi yang sudah tidak

segar lagi, dan kondisi struktur geologi yang berupa kekar yang sudah

mulai tidak terlihat. Pelapukan kemungkinan dikarenakan terkikis oleh

arus sungai, sehingga tererosi kemudian mengalami pelapukan.

Pelapukan juga dapat disebabkan oleh perbedaan suhu, misalnya bagian

yang saat debit sungai meningkat terendam oleh air, kemudian ketika

debit sungai menurun langsung terkena paparan sinar matahari. Hal

tersebut juga dapat menyebabkan pelapukan pada singkapan tersebut.

Pada STA ini juga terdapt struktur geologi berupa kekar. Kekar

merupakan retakan pada batuan yang sisinya yang retak belum

mengalami pergeseran. Hasil pengukuran dari struktur kekar tersebut

adalah sebagi berikut : N 116o E/86o, N 85o E/92o, N 89o E/166o ,N 75o

E/147o, dan N 89o E/121o .

Litologi yang terdapat pada STA ini adalah batuan beku insitu,

dan batulempung. Batuan beku memiliki warna abu-abu, struktur

massif. Sedangkan batulempung memiliki warna abu-abu, tekstur

ukuran butir (<1/256 mm), kemas tertutup, bentuk butir rounded, sortasi

baik.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 29

Page 30: Laporan Ichsan Bcl

b. STA 2, Kondisi singkapan pada STA 2 ini sudah mulai mengalami

pelapukan sama seperti yang ada pada STA 1. Hal tersebut terlihat dari

warna litologi yang sudah tidak segar lagi. Pelapukan kemungkinan

dikarenakan terkikis oleh arus sungai, sehingga tererosi kemudian

mengalami pelapukan. Pelapukan juga dapat disebabkan oleh perbedaan

suhu, misalnya bagian yang saat debit sungai meningkat terendam oleh

air, kemudian ketika debit sungai menurun langsung terkena paparan

sinar matahari. Hal tersebut juga dapat menyebabkan pelapukan pada

singkapan tersebut. Pada STA ini terdapat perlapisan miring yang masih

cukup jelas untuk diamati. Pada salah satu bidang perlapisan ditemukan

fosil dari foraminifera. Kemungkinan lingkungan pengendapan dari

batuan ini adalah di daerah transisi yang dekat dengan laut.

Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu batulanau dengan warna

segar coklat, warna lapuk hijau kehitaman, ukuran 1/256 sampai 1/16

mm, bentuk butir well rounded, kemas tertutup, sotasi baik, kemudain

terdapt batulempung dengan warna segar coklat, warna lapuk hijau

kehitaman, ukuran butir (<1/256 mm), bentuk butir rounded, kemas

tertutup, sortasi baik, dan yang terakhir adalah batupasir halus dengan

warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, ukuran 1/8-1/4,

bentuk butir rounded, kemas tertutup, sortasi baik. Pada saat

pengamatan dilakukan juga pengukuran kontak batuan antara variasi

litologi tersebut dan hasilnya adalah sebagai berikut kedudukan N 85o

E/ 45o antara batulempung dan batupasir halus N 83o E/ 31o antara

batupasir halus dan batulanau N 78o E/ 43o antara batulanau dan

batupasir halus N 80o E/ 45o antara batupasir halus dan batulempung.

c. STA 3, Kondisi singkapan pada STA 3 ini sudah mulai mengalami

pelapukan. Hal tersebut terlihat dari warna litologi yang sudah tidak

segar lagi, bahkan ada sebagian yang sudah menjadi soil / tanah.

Pelapukan dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain faktor

mekanik, kimiawi dan biologis. Faktor mekanik mungkin disebabkan

oleh cuaca, maupun suhu pada lokasi tersebut. Batuan apabila terus-

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 30

Page 31: Laporan Ichsan Bcl

menerus mengalami perubahan suhu dari panas ke dingin dan sebaliknya

lama-kelamaan akan mengalami pelapukan. Untuk pelapukan biologis

kemungkinan dikarenakan vegetasi di lokasi tersebut. Vegetasi tersebut

akarnya dapat masuk melalui rekahan-rekahan pada batuan, yang

tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kekompakan dan struktur

dalam batuan tersebut. Perubahan tersebut juga dapat memicu terjadinya

pelapukan. Sedangkan untuk pelapukan kimiawi biasanya jarang

ditemui, karena harus dalam kondisi tertentu agar pelapukan tersebut

dapat terjadi.

Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu batulanau dengan

warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman, ukuran 1/256 sampai

1/16 mm, bentuk butir rounded, sortasi baik, kemas tertutup, kemudian

terdapat konglomerat dengan kondisi warna segar coklat, warna coklat

kehitaman, ukuran butir 4-64 mm, bentuk butir sub rounded, sortasi

buruk, kemas terbuka, yang terakhir adalah batupasir kasar, warna segar

coklat, warna lapuk coklat kehitaman, ukuran 1/2-1 mm, bentuk butir

rounded, sortasi baik, kemas tertutup.

d. STA 4, Kondisi singkapan pada STA 4 ini sudah mulai mengalami

pelapukan sama seperti yang ada pada STA sebelumnya. Hal tersebut

terlihat dari warna litologi yang sudah tidak segar lagi. Pelapukan

kemungkinan dikarenakan terkikis oleh arus sungai, sehingga tererosi

kemudian mengalami pelapukan. Pelapukan juga dapat disebabkan oleh

perbedaan suhu, misalnya bagian yang saat debit sungai meningkat

terendam oleh air, kemudian ketika debit sungai menurun langsung

terkena paparan sinar matahari. Hal tersebut juga dapat menyebabkan

pelapukan pada singkapan tersebut. Pada STA ini terdapat perlapisan di

sekitar sungai yang masih cukup jelas untuk diamati.

Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu b atulanau dengan

warna segar coklat, warna lapuk hijau kehitaman, ukuran 1/256 sampai

1/16 pelapukkan sedang, bentuk butir well rounded, kemas tertutup,

sortasi baik, kemudian terdapat lapisan batupasir halus dengan warna

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 31

Page 32: Laporan Ichsan Bcl

segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, ukuran 1/8-1/4 mm

bentuk butir rounded, sortasi baik, kemas tertutup, yang terakhir adalah

batupasir kasar dengan warna segar coklat, warna lapuk coklat

kehitaman, ukuran 1/2-1 mm, bentuk butir rounded, kemas tertutup,

sortasi baik. Pada saat pengamatan dilakukan juga pengukuran kontak

batuan antara variasi litologi tersebut dan hasilnya adalah sebagai

berikut N 265o E/ 52o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus,

N 270o E/ 45o antara batupasir sangat kasar dan batupasir halus, N 280o

E/ 50o antara batulanau dan batupasir halus.

e. STA 5, Kondisi singkapan pada STA 5 ini sudah mulai mengalami

pelapukan. Hal tersebut terlihat dari warna litologi yang sudah tidak

segar lagi, bahkan ada sebagian yang sudah menjadi soil / tanah.

Pelapukan dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain faktor

mekanik, kimiawi dan biologis. Faktor mekanik mungkin disebabkan

oleh cuaca, maupun suhu pada lokasi tersebut. Batuan apabila terus-

menerus mengalami perubahan suhu dari panas ke dingin dan sebaliknya

lama-kelamaan akan mengalami pelapukan. Untuk pelapukan biologis

kemungkinan dikarenakan vegetasi di lokasi tersebut. Vegetasi tersebut

akarnya dapat masuk melalui rekahan-rekahan pada batuan, yang

tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kekompakan dan struktur

dalam batuan tersebut. Perubahan tersebut juga dapat memicu terjadinya

pelapukan. Sedangkan untuk pelapukan kimiawi biasanya jarang

ditemui, karena harus dalam kondisi tertentu agar pelapukan tersebut

dapat terjadi.

Litologi yang terdapat pada STA ini yaitu batupasir halus

dengan warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, ukuran

1/8-1/4, bentuk butir well rounded, sortasi baik, kemas tertutup,

kemudian terdapat konglomerat dengan warna segar coklat, warna

coklat kehitaman, ukuran butir 4-64 mm, bentuk butir rounded, sortasi

buruk, kemas terbuka, yang terakhir adalah batupasir kasar dengan

warna segar coklat, warna lapuk coklat kehitaman, ukuran 1/2-1 mm,

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 32

Page 33: Laporan Ichsan Bcl

bentuk butir rounded, sortasi baik, kemas tertutup. Pada saat

pengamatan dilakukan juga pengukuran kontak antar variasi litologi

tersebut dan hasilnya adalah sebagai berikut N 175o E/ 25o antara

batupasir halus dan batupasir kasar, N 325o E/ 30o antara batupasir halus

dan batupasir kasar, N 310o E/ 25o antara batupasir kasar dan

konglomerat.

5.4 Morfologi

Morofologi dan bentang alam pada masing-masing lokasi pengamatan

berbeda-beda. Hal tersebut berkaitan dengan genesa pembentukan

singkapan. Penjelasan morfologi dan bentang alam dari masing-masing STA

sebagai berikut :

a. STA 1, STA ini termasuk bentang alam fluvial yang proses terbentuknya

berkaitan dengan proses fluviatil, yaitu proses yang menyebabkan

perubahan bentuk permukaan bumi akibat adanya aktifitas air

permukaaan. Bentang alam fluvial yang berada di STA ini merupakan

sungai. Sungai pada STA ini merupakan sungai berstadia dewasa

menuju tua. Hal tersebut dapat dilihat dari kuat arusnya yang sudah

mulai melemah, erosi lateral mulai mendominasi, terbentuknya gosong

sungai, sungai memiliki kelerengan yang landai.

b. STA 2, STA ini termasuk bentang alam fluvial yang proses terbentuknya

berkaitan dengan proses fluviatil, yaitu proses yang menyebabkan

perubahan bentuk permukaan bumi akibat adanya aktifitas air

permukaaan. Bentang alam fluvial yang berada di STA ini merupakan

sungai. Sungai pada STA ini merupakan sungai berstadia dewasa

menuju tua. Hal tersebut dapat dilihat dari kuat arusnya yang sudah

mulai melemah, erosi lateral mulai mendominasi, terbentuknya gosong

sungai, sungai memiliki kelerengan yang landai.

c. STA 3, STA ini termasuk bentang alam strukutral, dengan morfologi

sekitar berupa perbukitan. Bentang alam struktural merupakan bentang

alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi di

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 33

Page 34: Laporan Ichsan Bcl

daerah tersebut. Struktur geologi sendiri dibagi menjadi 2 yaitu struktur

primer dan sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk

bersamaan dengan proses pembentukan batuan, sedangkan struktur

sekunder terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk. Pada STA ini

terdapat struktur primer berupa perlapisan batuan , sedangkan untuk

struktur sekundernya yaitu terdapat kekar-kekar pada bidang perlapisan.

Pada saat pengamatan tidak dapat dilakukan pengukuran secara

maksimal, dikarenakan kondisi singkapan yang cukup tinggi dan lebar,

jadi hanya diperoleh satu hasil pengukuran kedudukan perlapisan yaitu

N 103o E/5o.

d. STA 4, STA ini termasuk bentang alam fluvial yang proses terbentuknya

berkaitan dengan proses fluviatil, yaitu proses yang menyebabkan

perubahan bentuk permukaan bumi akibat adanya aktifitas air

permukaaan. Bentang alam fluvial yang berada di STA ini merupakan

sungai. Sungai pada STA ini merupakan sungai berstadia dewasa

menuju tua. Hal tersebut dapat dilihat dari kuat arusnya yang sudah

mulai melemah, erosi lateral mulai mendominasi, terbentuknya gosong

sungai, sungai memiliki kelerengan yang landai.

e. STA 5, STA ini termasuk bentang alam strukutral, dengan morfologi

sekitar berupa perbukitan. Bentang alam struktural merupakan bentang

alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi di

daerah tersebut. Struktur geologi sendiri dibagi menjadi 2 yaitu struktur

primer dan sekunder. Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk

bersamaan dengan proses pembentukan batuan, sedangkan struktur

sekunder terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk. Pada STA ini

terdapat struktur primer berupa perlapisan batuan. Perlapisan terbentuk

karena akumulasi dari material-meterial batuan yang terendapkan secara

lateral / horisontal pada suatu lokasi.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 34

Page 35: Laporan Ichsan Bcl

5.5 Potensi

Masing-masing dari lokasi pengamatan memiliki potensi, baik potensi

positif dan potensi negatif yang berbeda-beda. Potensi positif dapat diambil

manfaatnya, sedangkan untuk potensi negatif dapat dilakukan

pencegahannya. Berikut ini adalah penjelasan potensi dari masing-masing

STA :

a. STA 1, STA ini memiliki potensi positif yaitu sebagai irigasi sawah /

ladang warga sekitar, karena arus airnya yang lumayan deras dan debit

air yang lumayan banyak sehingga cocok unutk pengairan. Untuk

potensi negatifnya adalah banjir. Banjir terjadi apabila debit air melebihi

lebar sungai, sehingga air meluber keluar dari sungai. Potensi banjir juga

dibarengi dengan potensi tanah longsor yang dapat terjadi karena tanah /

tebing-tebing sekitar sungai terkikis oleh arus air tersebut.

b. STA 2, STA ini memiliki potensi positif yaitu sebagai irigasi sawah /

ladang warga sekitar, karena arus airnya yang lumayan deras dan debit

air yang lumayan banyak sehingga cocok untuk pengairan. Selain itu

sungai ini dapat dimanfaatkan juga sebagi tambang pasir. Untuk potensi

negatifnya adalah banjir. Banjir terjadi apabila debit air melebihi lebar

sungai, sehingga air meluber keluar dari sungai. Potensi banjir juga

dibarengi dengan potensi tanah longsor yang dapat terjadi karena tanah /

tebing-tebing sekitar sungai terkikis oleh arus air tersebut.

c. STA 3, STA ini memiliki potensi positif yaitu dapat digunakan sebagai

lokasi tambang batu. Karena geometri dari singkapan yang cukup lebar,

sehingga banyak batuan yang tersingkap. Untuk potensi negatifnya

adalah longsor, mengingat kondisi singkapan yang sudah mulai lapuk,

dan memiliki kelerengan yang cukup curam.

d. STA 4, STA ini memiliki potensi positif yaitu sebagai irigasi sawah /

ladang warga sekitar, karena arus airnya yang lumayan deras dan debit

air yang lumayan banyak sehingga cocok untuk pengairan. Selain itu

sungai ini dapat dimanfaatkan juga sebagi tambang pasir. Untuk potensi

negatifnya adalah banjir. Banjir terjadi apabila debit air melebihi lebar

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 35

Page 36: Laporan Ichsan Bcl

sungai, sehingga air meluber keluar dari sungai. Potensi banjir juga

dibarengi dengan potensi tanah longsor yang dapat terjadi karena tanah /

tebing-tebing sekitar sungai terkikis oleh arus air tersebut.

e. STA 5, STA ini memiliki potensi positif yaitu dapat digunakan sebagai

lokasi tambang batu. Untuk potensi negatifnya adalah longsor,

mengingat kondisi singkapan yang sudah mulai lapuk dan mudah untuk

hancur.

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 36

Page 37: Laporan Ichsan Bcl

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada 5 STA yang berbeda diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

STA 1, berada di daerah Kaligarang, memiliki litologi batuan beku

insitu dan batulempung, dengan kondisi singkapan yang sudah mulai

lapuk, terdapat struktur berupa kekar, termasuk ke dalam bentang alam

fluvial dengan morfologi sekitar perbukitan.

STA 2, berada di daerah Kaligribik, memiliki litologi batulempung,

batulanau dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan yang sudah

mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan miring, termasuk ke

dalam bentang alam fluvial dengan morfologi perbukitan.

STA 3, berada di daerah Kalialang, memiliki litologi batupasir kasar,

konglomerat, batulanau dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan

yang sudah mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan, termasuk

ke dalam bentang alam struktural dengan morfologi perbukitan.

STA 4, berada di Kaligribik, memiliki litologi batupasir kasar,

batulanau dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan yang sudah

mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan, termasuk ke dalam

bentang alam fluvial dengan morfologi perbukitan.

STA 5, berada di daerah Sampangan, memiliki litologi batupasir kasar,

konglomerat, dan batupasir halus, dengan kondisi singkapan yang

sudah mulai lapuk, terdapat struktur berupa perlapisan batuan, termasuk

ke dalam bentang alam struktural dengan morfologi perbukitan

6.2 Saran

1. Dalam pengamatan di lapangan dilakukan dengan teliti dan

menyeluruh, sehingga diperoleh data yang lengkap

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 37

Page 38: Laporan Ichsan Bcl

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Praktikum Geomorfolgi. 2011. Buku Panduan Praktikum Geomorfologi.

Semarang: Universitas Diponegoro

Laporan Praktikum Metode Geologi Lapangan, Acara : “ BCL “ | 38