18
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN ANALISA VEGETASI DI KAWASAN PANGANDARAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Ekologi Tumbuhan Disusun Oleh : Desti Nurba Indah Kurnia (1127020010) Feni Khoerunnissa (1127020022) Firda Rizky Khoerunnissa (1127020024) Indri Lestari (1127020028) Mia Maya Ulpah (1127020036) Mohammad Redzka Andhika Putra (1127020037) Muhammad Ikhsan Mahbuby (1127020039) Kelas :Biologi III/A PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014

LAPORAN EKTUM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekologi tumbuhan

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

    ANALISA VEGETASI DI KAWASAN PANGANDARAN

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Ekologi Tumbuhan

    Disusun Oleh :

    Desti Nurba Indah Kurnia (1127020010)

    Feni Khoerunnissa (1127020022)

    Firda Rizky Khoerunnissa (1127020024)

    Indri Lestari (1127020028)

    Mia Maya Ulpah (1127020036)

    Mohammad Redzka Andhika Putra (1127020037)

    Muhammad Ikhsan Mahbuby (1127020039)

    Kelas :Biologi III/A

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SUNAN GUNUNG DJATI

    BANDUNG

    TAHUN 2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Cagar alam seluas 530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas

    37,70 hektar berada dalam pengelolaan SBKSDA Jawa Barat II. Memiliki

    berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan

    berbagai jenis Kera. Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan seperti:

    Gua Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta

    sumber air Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Untuk

    Taman Wisata Alam (TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis.

    Dalam mempelajari vegetasi ,dibedakan antara studi floristik dengan

    analisis vegetasi, dibedakan antara studi floristic denan analisis vegetasi. Pada

    studi floristic data yang diperoleh berupa data kualitatif, yaitu data yang

    menunjukan bagaimana habtus dan penyebaran suatu jenis tanaman. Sedangkan

    analisis vegetasi data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantiatif. Data

    kuantitatif menyatakan jumlah , ukuran , berat kering , berat basah suatu jenis.

    Frekuensi temuan dan luas daerah yang ditumbhinya. Data kuantitatif di dapat

    dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh lapangan, sedangkan data

    kualitatif didapat dari hasil pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang

    luas.

    Vegetasi merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu

    tempat dalam suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan ( komunitas ) adalah

    kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian

    komunitas identik dengan pengertian vegetasi. Bentuk vegetasi dapat terbentuk

    dari satu jenis komunitas atau disebut dengan konsosiasi seperti hutan vinus ,

    padang alang-alang dan lain-lain. Sedangkan yang dibentuk dari macam-macam

  • jenis komunitas disebut asosiasi seperti hutan hujan tropis, padang gembalaan dan

    lain-lain.

    Pada pengamnatan ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis

    dengan menggunakan metode kuadran. Metode kuadran adalah salah satu metode

    yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk

    menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tiang. Apabila diameter tersebut

    lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter

    tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m

    sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan

    sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).

    1.2 Tujuan

    1. Untuk mengetahui vegetasi yang terdapat di wilayah Cirengganis,

    Pangandaran

    2. Untuk mengetahui diagram profil vegetasi di wilayah Cirengganis,

    Pangandaran.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng

    jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui

    komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya (Santoso, 1994).

    Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari

    beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

    kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu

    penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan

    suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Surasana, 1990).

    Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan

    bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan

    komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat

    tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,

    kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu

    ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan

    asosiasi konkrit (Resosoedarmo, 1984).

    Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika

    digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot

    dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan

    pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat (Rasyid, 1993).

    Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau

    lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai

    dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis

    yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel

    kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Rasyid, 1993).

  • Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui

    komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali

    disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran

    tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu

    yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan

    satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini

    digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa

    sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi

    memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat

    menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah dan

    pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi

    secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna

    tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Michael, 1995).

    Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan

    menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang

    berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan

    dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam

    bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik),

    dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Michael, 1995).

    Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan

    sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan

    demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan

    dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael,

    1995).

    Sistem Analisis dengan metode kuadrat:Kerapatan, ditentukan berdasarkan

    jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan

    ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan.

    Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara

  • perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan

    dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi

    ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area

    sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya

    dalam persen (%) (Rohman, 2001).

    Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam

    suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari

    seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai

    indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas

    adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila

    komunitas menjadi makin stabil (Syafei, 1990).

    Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai

    relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan

    relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan

    diperoleh:

    Indeks Nilai Penting (INP) = Kr + Dr + Fr

    Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu

    variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk

    seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun

    berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan

    dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk

    menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

    Seperti diketahui, di dalam hutan pohon-pohon membentuk beberapa stratum

    yang tersusun satu di atas yang lain dari beberapa tajuk pohonan. Namun di dalam

    hutan sedang tidak pernah ditemui lebih dari dua stratum pohon, bahkan kadangkala

    hanya terdapat 1 stratum. Sementara itu di dalam hutan hujan akan didapati 3 stratum

    bahkan lebih, yang dicirikan dengan adanya susunan dari pohon-pohon yang diatur

  • dalam tiga tingkatan yang agak jelas. Istilah stratifikasi digunakan untuk tiga

    perbedaan yang saling terkait, yaitu:1. Stratifikasi vertikal biomassa (Ashton dan

    Hall, 1992) 2. Stratifikasi vertikal kanopi (Grubb dkk., 1963), dan 3. Stratifikasi

    vertikal spesies (Oliver, 1978).Tingkat pertama (dominan) membentuk satu kanopi

    sempurna.

    Kanopi merupakan kumpulan tajuk (kesatuan tajuk) atas hutan yang rata-rata

    mempunyai ketinggian 20-35 meter dan tumbuhnya rapat sehingga tajuknya saling

    bertautan membentuk kesinambungan dan menjadi atap hutan. Hal ini menyebabkan

    kondisi sekitar menjadi sejuk atau teduh tanpa sinar matahari. Tumbuh-tumbuhan

    yang terdapat di kanopi umumnya berdaun tetapi variasinya kurang. Permukaan daun

    rata dan mengkilap di kedua sisinya. Di bawahnya terdapat suatu tingkatan lain dari

    pohon-pohon besar yang juga membentuk kanopi yang sempurna. Lebih rendah lagi

    terdapat suatu tingkatan dari pohonpohon kecil yang terpencar (Rohman, 2001).

    Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau

    diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang saling

    bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim dengan stratum. Kanopi

    berarti suatu lapisan yang sedikit banyak kontinu dari tajuk-tajuk pohon yang

    tingginya mendekati sama, misalnya permukaan yang tertutup. Atap dari hutan

    kadangkala juga disebut kanopi. Di dalam hutan hujan, permukaan ini dapat dibentuk

    oleh tajuk-tajuk dari stratum yang paling tinggi saja (Santoso, 1994).

    Tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau

    liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama.

    Pengertian lainnya juga mencakup batang/sumbu, terutama apabila tumbuhan itu

    berupa semak atau terna. Kanopi terbentuk dari satu atau lebih tajuk tumbuhan yang

    melingkupi suatu area. Istilah tajuk dipakai biasanya untuk menggambarkan

    morfologi atau ekologi suatu komunitas pepohonan. Bentuk tajuk bermacammacam

    dan sering kali khas untuk kelompok tumbuhan tertentu. Bentuk itu ditentukan oleh

    proses adaptasidan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempatnya tumbuh.

  • Pengukuran terhadap tajuk dipakai untuk mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan

    efisiensi fotosintesis yang dilakukannya. Struktur vegetasi tumbuhan, seperti tinggi,

    biomassa, serta heterogenitas vertikal dan horizontal, merupakan faktor penting yang

    mempengaruhi perpindahan aliran materi dan energi, serta keanekaragaman

    ekosistem. Kanopi/tajuk hutan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan tumbuhan,

    karena dapat menghalangi penetrasi cahaya ke lantai hutan. Keberhasilan sebuah

    pohon untuk mencapai kanopi hutan tergantung karakter/penampakan anak pohon.

    Variasi ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon

    dalam memanfaatkannya dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan.

    Perbedaan kemampuan antara spesies anakan pohon dalam menoleransi naungan

    mempengaruhi dinamika hutan. Pada kondisi cahaya rendah, perbedaan kecil dalam

    pertumbuhan pohon muda dapat menyebabkan perbedaan mortalitas yang besar,

    sehingga mempengaruhi kemelimpahan relatifnya (Santoso, 1994).

    BAB III

    METODE

  • 3.1 Alat dan Bahan

    No Alat Jumlah Bahan Jumlah

    1. Kompas 1 buah Milimeter blok 2 lembar

    2. Meteran 1 buah Hutan Rengganis 20 meter

    3. Blumleiss 1 buah Hutan 10 meter

    4. Alat Tulis 1 buah

    5. Termohigrometer 1 buah

    6. Lux meter 1 buah

    7. GPS 1 buah

    8. Patok 20 patok

    9. Tali Rapia 1 gulung

  • 3.2 Metode Kerja

    3.2.1 Metode Diagram Profil

    3.2.2 Metode Transek

    Membuat garis transek sepanjang 100 meter dengan lebar 10 m, garis dibuat memotong kontur dan sejajar dengan kemiringan lereng

    Lebar plot dianggap sumbu Y sedangkan panjang plot dianggap sumbu X

    Memberi nomor pada semua tiang dan pohon yang ada pada setiap plot

    Mencatat nama jenis tiang dan pohon serta ukur posisis masing-masing tiang dan pohon pada titik koordinat X dan Y

    Mengukur diameter batang

    Menggambar bentuk percabangan dan bentuk tajuk

    Mengukur proyeksi penutupan tajuk terhadap permukaan tanah dari sisi kiri kanan depan dan belakang

    Mengambar diagram Prodil vertikal dan horizontal pada kertas milimeter blok

    Membuat plot dengan ukuran 20x20 Untuk vegetasi tingkat pohon

    Di dalam plot 20x20 m tersebut dibuat plot berukuran 10x10 m (tiang), 5x5 m (pancang) dan 2x2 m (semai)

    Mengidentfikasi jenis tumbuhan yang ada pada setiap plot

    Mencatat jumlah individu setiap spesies

    Untuk vegetasi tingkat pancang, tiang dan pohon diukur diameter setinggi dadaa, jika tumbuhan berakar banir, pengukuran dilakukan ditas akar banir

    Untuk vegetasi tingkat semai dominansi dihitung dengan cara membuat petak-petak bantu dalam plot lalu dihitung berapa petak yang tertutupi oleh setiap spesies

    Mengukur suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan ketinggian pada setiap plot pengamatan

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    Kuadrat

    Tabel 1. Data Analisa Vegetasi Metode Kuadrat (Transek) di Rengganis

    Tabel 2. Data Vegetasi untuk Semai

    Nama

    Spesies

    Plot Jumlah r(cm) Frekuensi Kerapatan Dominansi INP

    2x2 5x5 10x10 20x20 FM FR KM KR DM DR

    Bayur 12 - - - 12 0,5 0,25 50% 3 44% 6 60% 154

    Liana 15 - - - 15 0,4 0,25 50% 3,75 56% 4 40% 146

    Jumlah 27 - - - 27 0,9 0,50 100% 6,75 100% 10 100% 300

    Plot Nama Spesies Diameter

    (cm)

    2x2 Bayur 0,95

    Liana 0,8

    5x5 Kokosan Monyet 9,8

    Soka 7

    Ki hafid 6,12

    Ki bangbara 8

    10x10 Ki minyak 14.5

    Kedoya 13

    Kokosan Monyet 17,6

    20x20 Kokosan Monyet 25.5

    Ki tales 21

  • Tabel 3. Data Vegetasi untuk Pancang, Tiang dan Pohon

    Nama

    Spesies

    Plot Jumlah r

    (cm)

    Frekuensi Kerapatan Dominansi INP

    2x2 5x5 10x10 20x20 FM FR KM KR DM DR

    Kokosan

    Monyet

    - 1 4 4 9 9 0,75 34% 0,0225 22,5% 0,64 25% 81,5

    Soka - 2 - - 2 3,5 0,25 11% 0,005 5% 0,096 4% 20

    Ki hafid - 1 - - 1 3,6 0,25 11% 0,0025 2,5% 0,102 4% 17,5

    Ki

    bangbara

    - 1 - - 1 4 0,25 11% 0,0025 2,5% 0,13 5% 18,5

    Ki

    minyak

    - 14 - 14 7,25 0,25 11% 0,035 35% 0,41 16% 62

    Kedoya - 12 - - 12 6,625 0,25 11% 0,03 30% 0,35 13% 54

    Ki tales - - 1 1 10,5 0,25 11% 0,0025 2,5% 0.86 33% 46,5

    Jumlah - 17 18 5 40 44,475 2,25 100% 0,1 100% 2,588 100% 300

    Diagram Profil

    Table 4. Data Analisa Vegetasi Metode Diagram Profil

    No Nama Spesies Diameter

    (m)

    X

    (m)

    Y

    (m)

    Tinggi

    (m)

    Kanopi

    Kanan Kiri Bawah Atas

    Sp 1 Jejebugan (tiang) 0,16 0,53 3 6,40 1 3 2,5 2

    Sp 2 Andong (tiang) 0,17 1,25 4,36 11,20 2 3,5 2 2

    Sp 3 Jejerukan (pohon) 0,15 4,75 4,27 9,60 2 1,5 1 1

    Sp 4 Laban (pohon) 0,37 2 3 12,80 3 3,5 3 2

    Sp5 Laban (pohon) 0,20 7,8 2 8 3 1,5 2 2

    Sp 6 Jejebugan (tiang) 0,20 8,3 3,4 9,6 2 3 2 1

    Sp 7 Jejebugan (tiang) 0,17 1 7,9 11,2 2,5 3 3 2

    Sp 8 Kipancar (pohon) 0,21 7,1 6,55 11,2 3,5 3 3 2,5

  • Gambar Diagram Profil

    Diagram profil vertical Diagram profil horizontal

    4.2Pembahasan

    Pengamatan analisis vegetasi dilakukan di Cagar Alam Pangandaran di

    daerah Rengganis. Metode yang digunakan adalah metode Transek, dan

    digunakan area sepanjang 20 x 20 m untuk kategori semai, pancang, tiang, dan

    pohon.

    Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat

    atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi

    sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk

    analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-

    variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).

    Pengamatan yang kami lakukan bertujuan untuk mencari nilai frekuensi,

    kerapatan, dominansi, dan indeks nilai penting. Frekuensi terdiri dari frekuensi

    mutlak (FM) dan frekuensi relatif (FR), kerapatan meliputi kerapatan mutlak

    (KM) dan kerapatan relatif (KR), dan dominansi terdiri dari dominansi mutlak

    (DM) dan dominansi relatif (DR). Sedangkan indeks nilai penting merupakan

    jumlah total persentase FR, KR, dan DR yang harus mencapai 300%.

    Pada pengamatan kelompok semai dengan ukuran plot 2 x 2 m, ditemukan

    2 spesies tumbuhan yaitu Bayur dan Liana dengan jumlah total individu yang

  • ditemukan adalah 27 tumbuhan. Dari analisa fresuensi semai, keduanya memiliki

    nilai yang seimbang yaitu dengan FM 0.25 dan FR 25%. Pada analisa kerapatan

    Liana memiliki nilai yang lebih tinggi dengan KM 3,75 dan KR 56% sedangkan

    untuk bayur memiliki nilai 3 dengan persentase 44%. Dan untuk dominansi nilai

    nilai DM tertinggi dimiliki oleh Bayur dengan nilai DM 6 sedangkan pada Liana

    4, dan nilai DR dari keduanya adalah 60% dan 40%. Dari hasil analisis tersebut

    Indeks nilai penting yang dihasilkan nilai 300%.

    Pada pengamatan vegetasi untuk kategori pancang, tiang dan pohon

    digunakan 3 ukuran plot untuk masing-masing kategori. Pada plot berukuran 5 x

    5 m digunakan untuk mengamati pancang dengan tinggi 1,5 m dan diameter < 10

    cm, ditemukan 5 spesies tumbuhan yaitu Kokosan Monyet, Soka, Ki Hafid, Ki

    Bangbara, dan Kedoya dengan jumlah individu total 17 tanaman. Sedangkan pada

    plot dengan ukuran 10 x 10 m digunakan untuk mengamati tiang dengan diameter

    10-20 cm, ditemukan 2 spesies tumbuhan yaitu Kokosan Monyet dan Ki minyak

    dengan jumlah spesies masing-masing 4 dan 14 pancang. Kemudian pada plot

    20x20 m digunakan untuk pengamatan pohon dengan diameter > 20 cm,

    ditemukan 2 spesies tumbuhan yaitu Kokosan monyet dan Ki Tales dengan

    jumlah individu 4 dan 1 pohon. Secara keseluruhan jumlah individu untuk seluruh

    plot adalah 40 tumbuhan.

    Pada analisis frekuensi, untuk Kokosan monyet memiliki nilai frekuensi

    tertinggi yaitu dengan FM 0,75 dan nilai FR 34%, sedangkan untuk 6 spesies

    lainnya memiliki nilai yang sama karena hanya terdapat pada 1 plot saja yaitu

    dengan nilaii FM 0.25 dan FR 11%. Nilai FR yang tinggi tersebut menunjukkan

    bahwa pohon ini memiliki jumlah yang cukup banyak di area tersebut.

    Pada analisis kerapatan, tanaman Ki Minyak memiliki nilai tertinggi

    dengan nilai KM 0,035 dan KR 35%, selanjutnya ada tanaman Kedoya dengan

    nilai KM 0,03 dan KR 30%, dan tanaman Kokosan Monyet dengan KM 0,0225

    dan KR 22,5 %. Sedangkan 4 spesies lainnya memiliki nilai KM di bawah 0,005

    dan KR dibawah 5%. Nilai KR yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut

    memiliki kerapatan yang tinggi bila di bandingkan dengan spesies lainnya.

  • Dan untuk analisis dominansi, tanaman Ki Tales memiliki nilai tertinggi

    dengan DM 0,86 dan DR 33%, selanjutnya ada tanaman Kokosan monyet dengan

    nilai DM 0,64 dan DR 25%, kemudian Ki minyak dan Kedonya dengan nilai DM

    0,42 dan 0,35 sedangkan nilai DR 16% dan 13%. Tiga spesies lainnya hanya

    memiliki nilai DM 0,1 dengan DR 5% dan 4%. Nilai yang tinggi tersebut

    menunjukkan bahwa tajuk yang dimiliki pohon tersebut lebih besar dari pohon

    lainnya. Dan Indeks nilai penting yang dihasilkan adalah 300%.

    Pada pembuatan diagram profil, dilakukan dengan membuat garis transek

    sepanjang 100 m dan lebar 10 m. Beberapa pengukuran dilakukan pada diameter

    batang, tinggi, dan batasan kanopi di bagian kanan, kiri, atas, dan bawah.Selain

    itu di ukur pula jarak pohon yang di amati ke arak sumbu Y (lebar) dan sumbu X

    (panjang).

    Diagram profil hutan dibuat dengan meletakkan plot, biasanya dengan

    panjang 40-70 m dan lebar 10 m, tergantung densitas pohon. Ditentukan posisi

    setiap pohon, digambar arsitekturnya berdasarkan skala tertentu, diukur tinggi,

    diameter setinggi dada, tinggi cabang pertama, serta dilakukan pemetaan proyeksi

    kanopi ke tanah. Profil hutan menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam

    hutan, sehingga dapat langsung dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual dan

    kualitatif . Dalam kasus tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat

    sebagai pelengkap diagram profil hutan (Ashton dan Hall, 1992).

    Ditemukan 5 spesies tumbuhan yaitu Jejebungan, Andong, Jejerukan,

    Laban, dan Kipancar. Jejebungan dan Andong termasuk kedalam kategori tiang

    karena memiliki diameter < 20 cm sedangkan Jejerukan, Laban, dan Kipancar

    termasuk kedalam kategori pohon karena memiliki diameter > 20 cm. Diagram

    profil yang dibuat merupakan diagram vertikal dan horizontal.

    Diagram profil vertikal memperlihatkan posisi tanaman dilihat dari bagian

    samping. Selain itu akan terlihat pula perbedaan tinggi dari setiap tanaman.

    Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil

    yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun

    vegetasi. Diagram profil horizontal memperlihatkan posisi tanaman dilihat dari

  • bagian atas, sehingga hanya terlihat bentukan kanopi pohon dan tiang. Pohon

    akan terlihat memiliki kanopi yang lebih besar dan lebar.

    Kanopi/tajuk hutan merupakan faktor pembatas bagi kehidupan tumbuhan,

    karena dapat menghalangi penetrasi cahaya ke lantai hutan. Keberhasilan pohon

    untuk mencapai kanopi hutan tergantung karakter/penampakan anak pohon.

    Variasi ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon

    dalam memanfaatkannya dapat mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi

    hutan. Perbedaan kemampuan antara spesies anakan pohon dalam menoleransi

    naungan mempengaruhi dinamika hutan. Pada kondisi cahaya rendah, perbedaan

    kecil dalam pertumbuhan pohon muda dapat menyebabkan perbedaan mortalitas

    yang besar, sehingga mempengaruhi kemelimpahan relatifnya (Pacala dkk.,

    1996).

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Metode transek menggunakan 4 plot untuk 4 kategori tanaman yaitu semai,

    pancang, tiang dan pohon dengan masing-masing cirinya. Pada kategori semai di

    temukan 2 spesies, pada kategori pancang 5 spesies, tiang 2 spesies, dan pohon 2

    spesies. Diagram profil vertikal menampilkan posisi tanaman dan akan

    memperlihatkan perbedaan tinggi. Sedangkan diagram profil horivontal

    memperlihatkan besar dan bentuk kanopi pohon dilihat dari atas.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ashton, P.S., and P. Hall. 1992. Comparisons of structure among mixed dipterocarp

    forests of north-western Borneo. Journal of Ecology.

    Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

    Jakarta: UI Press.

    Pacala, S.W., C.D. Canham, J. Saponara, J.A. Silander, R.K. Kobe, and E.Ribbens,

    1996. Forest models defined by field measurements II. Estimation, error

    analysis, and dynamics. Ecology Monograph.

    Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

    Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

    Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press.

    Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka

    Rosdakarya

    Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA

    Biologu ITB

    Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.