Upload
galapuang
View
344
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan residen s2 keperawatan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai sejak
diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan.
Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan, dan organisasi profesi dengan terus mengembangkan
keperawatan diantaranya membuka pendidikan pada tingkat sarjana,
mengembangkan kurikulum keperawatan dan mengembangkan standar praktik
keperawatan. Walaupun sudah banyak hal positif yang dicapai, tetapi gambaran
pengelolaan layanan keperawatan sampai saat ini belum memuaskan. Layanan
keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap
perawat terhadap klien/keluarga dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugasnya (Nurachmah : 2000).
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan
keperawatan, yang dapat ditinjau dari aspek struktur dan proses pelayanan
keperawatan. Pada aspek struktur faktor utama yang berperan adalah jenis tenaga
keperawatan yang masih rendah ( SPK ). Pada aspek proses, faktor utama yang
menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan adalah penggunaan metode
pemberian asuhan yang tidak memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
secara profesional. Pada beberapa rumah sakit digunakan metode fungsional yaitu
metode penetapan tugas perawat berdasarkan fungsi, misalnya memberi obat dan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 1
mengambil darah. Metode ini kurang memungkinkan adanya hubungan perawat-
klien yang baik, karena seorang klien akan dirawat oleh banyak perawat, tetapi
tidak diketahui perawat mana yang bertanggung jawab penuh terhadap klien
tersebut, dan perawat pun tidak mengetahui dengan pasti perkembangan kondisi
klien secara berkesinambungan (Sitorus :2006).
Demikian juga banyak rumah sakit yang masih menggunakan metode
asuhan TIM yang bagi sebagian rumah sakit hal ini merupakan sesuatu yang baru,
padahal metode ini pun belum mencerminkan bentuk pelayanan profesional
karena terputusnya asuhan keperawatan dimana tim yang merawat klien pada shif
siang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap klien pada sore harinya dan
seterusnya.
Dengan gambaran seperti ini dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini
layanan keperawatan yang ada di rumah sakit masih bersifat okupasi. Artinya
tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur,
pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter, tugas dilaksanakan tidak
didasarkan pada tanggung jawab moral dan tidak adanya analisis dan sintesis
yang mandiri tentang asuhan keperawatan.
Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan sebuah model praktik
keperawatan profesional ( MPKP ) di suatu ruang rawat di rumah sakit. Model
praktik keperawatan profesional ( MPKP ) diartikan sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional ) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 2
dapat menopang pemberian asuhan tersebut ( Hofart and Woods, 1996) dalam
Nurachmah (2000).
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu
pelayanan, terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra
sebuah rumah sakit di mata masyarakat, sehingga menuntut adanya
profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat pengelola dalam memberikan
dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien. Kontribusi yang
optimal dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan terwujud
apabila sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan mendukung
terjadinya praktik keperawatan profesional dan berpedoman pada standar yang
telah ditetapkan serta dikelola oleh manajer dengan kemampuan dan ketrampilan
yang memadai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2000)
menunjukkan bahwa gambaran mutu pelayanan keperawatan di berbagai rumah
sakit pemerintah di Indonesia belum memuaskan, dan terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek
struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian
asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Sitorus : 2006).
Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan
profesional adalah penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui
pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah yang disebut dengan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 3
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini sangat menekankan
pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme
keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga
keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan dan sistem
penghargaan yang memadai (Sitorus : 2006).
Sampai dengan saat ini Rumah Sakit Bhayangkara Makassar masih terus
melakukan pengembangan-pengembangan baik terhadap ruang direksi maupun
ruang perawatan. Sekarang ini rumah sakit Bahayngkara Makassar memiliki
ruang rawat jalan (17 jenis poliklinik), IGD dan ruang rawat inap dengan berbagai
kelas (VIP = 42 tempat tidur, kelas I = 10 tempat tidur, kelas II = 144 tempat
tidur, kelas III = 48 tempat tidur dan 12 tempat tidur untuk ruang khusus/ICU),
total tempat tidur 256, serta sarana penunjang lainnya (laboratorium klinik,
instalasi radiologi, instalasi gizi, instalasi fisioterapi, laundry, apotik dan
kompartemen Dokpol) (Subagrenmin : Maret 2012).
Sejak tahun 2005 secara bertahap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
telah melakukan upaya-upaya menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional dengan metode penugasan tim-modifikasi diruang rawat inap namun
belum berjalan optimal. Dalam pengembangan Model Praktik Keperawatan
Profesioanl peran dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting,
sehingga kompetensi kepemimpinan dan manajemen mutlak dibutuhkan, karena
kemampuan manajerial kepala ruang akan diuji untuk menentukan sistem
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang merupakan cerminan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 4
pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Hasil wawancara dengan kepala
seksi pembinaan dan pengendalian keperawatan diperoleh informasi bahwa sejak
pengembangan MPKP belum adanya pedoman penerapan MPKP menyebabkan
tim yang dibentuk belum memahami tugas dan tanggungjawabnya serta
mekanisme pengorganisasian di ruang MPKP. Hasil observasi selama melakukan
residensi penerapan prinsip-prinsip dasar dalam MPKP juga belum berjalan
sebagai mana mestinya, seperti belum dilakukan penerimaan pasien baru, pre dan
post conference, case confrence, belum ada alokasi pasien yang menjadi
tanggungjawab tim, kegiatan operan belum terstruktur dan belum nampak adanya
perbedaan aktifitas pelayanan antara ketua tim dengan anggota tim.
Jika dilihat dari indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar secara umum yaitu pencapai BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2011
sebesar 81,69 % sesuai dengan standar depkes, Nilai rata-rata lama perawatan
pasien di rumah sakit ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2012 mencapai
5,29 hari. Begitupun angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-
rata tempat tidur tidak terisi pada tahun 2012 mencapai angka 1,09 hari
(memenuhi target standar). Jika diamati dari angka pencapaian BTO (Bed Turn
Over) yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur,
pada tahun 2012 sebesar 5,17 (memenuhi target standar) artinya intensitas keluar
masuk pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik. Jumlah pasien
meninggal ≥ 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2012 sebesar 1,70 terjadi
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 5
sedangkan jumlah pasien meninggal seluruhnya Gross Death Rate (GDR) pada
tahun 2012 sebesar 2,59 (Subagrenmin : Maret 2012).
Dari kondisi-kondisi diatas menunjukkan bahwa indikator mutu
pelayanan secara umum Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik.
Sehingga merupakan tempat belajar yang baik dalam program akademik
residensi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin jurusan Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Kegiatan residensi ditujukan untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa dalam mengaplikasikan teori dan konsep kepemimpinan dan
manajemen keperawatan dalam membantu rumah sakit untuk menyelesaikan
masalah melalui upaya mengidentifikasi permasalahan pelayanan keperawatan
dengan pendekatan Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS) dan
diharapkan mampu berperan sebagai change agent dengan menerapkan suatu
teori berubah.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya
manajemen pelayanan keperawatan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 6
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait
dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.
d. Mengusulkan dan menetapkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
e. Menyusun perencanaan pemecahan masalah dengan melibatkan pihak
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
f. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan
masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil
dan dampak pada manajemen keperawatan.
h. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai untuk
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit
terkait di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 7
C. Implikasi
1. Bagi program studi Magister Ilmu Keperawatan peminatan Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
manfaat residensi adalah peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan
manajemen secara nyata di rumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, diharapkan dapat membantu
rumah sakit untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional
yaitu pembuatan instrument penerapan model praktik keperawatan
profesional, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu pelayanan
keperawatan.
3. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi
dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam
mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di
rumah sakit.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan dalam keperawatan
Kepemimpinan merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan
keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus mampu
memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan
keterampilan yang dimiliki dan komitmen terhadap pekerjaan untuk
menghasilkan keluaran yang terbaik. Oleh karena itu, kepemimpinan timbul
sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administratif
(perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan), keterampilan
teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan
interpersonal (Nurahmah : 2005). Menurut Handoko (1997) ada tiga implikasi
dari definisi tersebut yaitu (1) kepemimpinan menyangkut orang yaitu bawahan
atau pengikut, (2) kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok, (3) pemimpin
dapat mempergunakan pengaruh. Kepemimpinan bagian yang terpenting dari
manajemen yaitu merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengarui orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Robbins menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari
formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 9
ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu : 1) ambisi dan energi, 2) hasrat
untuk memimpin, 3) kejujuran dan integritas, 4) kepercayaan diri, 5) kecerdasan,
dan 6) pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya (Robbins : 2001)
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan
keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain
dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan
melibatkan berbagai individu.
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal,
selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer
keperawatan mampu memperlihatkan keterampilan dalam menghadapi orang lain
dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1) kepiawaian dalam menggunakan
posisi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3) ketegasan
sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4) mampu menjadi media
dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5) mempunyai keterampilan dalam
komunikasi dan advokasi (Gillies : 1996).
Gibson (1996) dalam teori sifat kepemimpinan ditemukan sejumlah ciri
individu yang dapat menjadi pemimpin yang efektif yang berdasarkan riset dapat
diidentifikasi adalah adanya ciri-ciri intelektual, emosional, fisik dan ciri pribadi
lain, hal ini menunjukan bahwa pemimpin lebih cerdas dari pengikutnya
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 10
Pada hakekatnya pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk
menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang
hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut. Kepemimpinan manajerial
ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial yang mengarah ke
pemberdayaan. Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah organisasi
tergantung pada gaya kepemimpinan. Ada 4 gaya kepemimpin menurut Malayu
S.P Hasibuan yaitu :
1. Kepemimpinan otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak
pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan
sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan
saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Kepemimpinan partisipatif
Kepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan
pada pemimpin dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan
bawahannya.
3. Kepemimpinan delegatif
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 11
Kepemimpinan delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan
ewenang kepada bawahannya secara lengkap, dengan demikian bawahan
dapat mengambil keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanankan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada
bawahannya.
4. Kepemimpinan situasional
Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya
sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang
efekif harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan terhadap perbedaan-
perbedaan diantara bawahan dan situasi (Hasibuan : 2005)
Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan
keterampilan kepemimpinan. (Nurahmah : 2005). Kegiatan tersebut meliputi : 1)
perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu
membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik
keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung
jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan
keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu
menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan
keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan
dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5) koordinasi, diperlukan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 12
sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6)
evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian
terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya
(Monica : 1998).
Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada pemikiran yang metodis,
yang pertama-tama di ambil dari teori (apa yang terbukti efektif melalui sejumlah
besar penelitian) dan kemudian intuisi (apa yang terbukti efektif melalui
penelitian tentang pengalaman diri) (Monica, 1998). Penggunaan metode ilmiah
dalam manajemen adalah untuk membantu pemimpin dalam mengkaji beberapa
kebutuhan dari sistem lain dan dalam memilih prioritas, mengidentifikasi elemen
orang dan situasi yang penting dalam mengemban tujuan-tujuan khusus, mengkaji
secara kritis kekuatan dari orang-orang tersebut dan mengembangkan strategi
yang melibatkan kekuatan-kekuatan tersebut dalam pekerjaan (Monica : 1998).
Tujuan prioritas dari seorang pemimpin adalah mencapai tujuan-tujuan
dengan cara mengaktivasi sebuah sistem. Segala sesuatu yang dilakukan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan harus didasarkan pada strategi yang memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi, untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai
metode penyelesaian masalah (Monica : 1998). Metode penyelesaian masalah
terdiri dari :
1. Pengenalan masalah
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 13
Suatu masalah diidentifikasi melalui perbedaan antar apa yang sedang
terjadi secara nyata (actual) dalam suatu situasi dan apa yang seseorang
inginkan untuk terjadi (optimal) (Monica : 1998).
2. Defenisi masalah
Setelah suatu situasi dikaji untuk menentukan area prioritas kebutuhan,
untuk mengidentifikasi apakah kelompoknya sejalan dengan kebutuhan ini
(actual), dan untuk mengidentifikasi apakah keinginan seseorang relatif sesuai
dengan kebutuhan ini (optimal), maka kemudian dapat ditetapkan suatu
masalah (Monica : 1998).
3. Analisa masalah
Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah haruslah di analisa.
Analisis akan menghasilkan tiga tujuan: 1) mengapa masalah terjadi; 2)
menganalisa kemampuan kelompok untuk mencapai tujuan (tingkat
kematangan); 3) menspesifikasi perilaku kepemimpinan yang tepat, yang
diindikasikan oleh tingkat kematangan kelompok, yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan kelompok untuk mencapai tujuan. Keputusan
perilaku kepemimpinan yang tepat akan didasarkan pada apa yang bisa
berhasil menurut penelitian (Monica : 1998).
B. Pilar-Pilar Nilai Professional Pelayanan Keperawatan
1. Pilar I : Manajemen keperawatan (management approach)
a. Pengertian
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 14
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies :1996).Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen
sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan
yang dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan manajemen
yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan
merupakan koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas
asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Keberhasilan pelayanan
keperawatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana manajer keperawatan
melaksanakan peran dan fungsinya.
Menurut Gillies (1996) proses manajemen adalah merupakan
rangkaian kegiatan input, proses, dan output. Marquis & Huston (2010)
menyatakan proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning,
organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus
yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keperawatan adalah
keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja,
koordinasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan terdiri dari manajemen
operasional dan manajemen asuhan keperawatan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 15
Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen
(management approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama.
Oleh karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin
untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga
merupakan praktek yang professional. Dalam manajemen asuhan
keperawatan ada tiga komponen penting yaitu manajemen sumber daya
manusia dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan
perawat, sistem klasifikasi kebutuhan klien dan metode proses
keperawatan.
b. Fungsi-fungsi manajemen
1) Perencanaan kegiatan keperawatan
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang
rawat inap yang dilaksanakan oleh kepala ruang sebagai pemikiran
atau konsep-konsep tindakan tertulis seorang manajer. Perencanaan :
dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan
peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan
jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan
dan pengelola rencana perubahan.
Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan
dikaji sistem, strategi organisasi dan tujuan organisasi, sumber-sumber
organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritasnya.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 16
Perencanaan diartikan sebagai rincian kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
berlangsung (Nursalam : 2011).
Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional
merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan
keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan
tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi
bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan
itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang
profesional juga.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang,
rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan
jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk
3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku
1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat satu
jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari
perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur
(Marquis & Houston : 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,
bulanan dan tahunan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 17
Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi
perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan
tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program kendali mutu yang akan
disusun untuk pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan
panjang. Disamping itu kepala ruang merencanakan kegiatan di
ruangan seperti pertemuan dengan staf pada permulaan dan akhir
minggu. Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevalkuasi
kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga
dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan dari
kegiatan tersebut.
Adapun langkah-langkah perencanaan kebutuhan tenaga
keperawatan menurut Gillies (1996) meliputi :
a) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan dan asuhan
keperawatan yang akan diberikan.
b) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang
dibutuhkan.
d) Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
e) Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
f) Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 18
g) Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
dan asuhan keperawatan.
2) Pengorganisasian kegiatan keperawatan
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada
tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi : pola struktur
organisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi. Prinsip-
prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatauan komando,
rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian
bermanfaat untuk : penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai
dengan kemampuan perorangan/ kelompok, dan mengatur mekanisme
kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan
koordinasi (Sitorus : 2006).
Kepala ruang bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap meliputi :
a) Struktur organisasi
Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur,
bentuk dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit
dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 19
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik
vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian,
wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk
organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau
sistem penugasan.
b) Pengelompokan kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan
yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu
dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan
kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka
miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut
dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan
tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi
klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode
keperawatan primer, dan metode moduler (Sitorus: 2006)
c) Koordinasi kegiatan
Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan
kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya
pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana
dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 20
d) Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk
menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang
berkewajiban untuk member arahan yang jelas tentang kegiatan
yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan
jelas untuk masing-masing staf dan standar penampilan kerja.
e) Kelompok kerja
Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf
dan kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan
motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk
meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan
asuhan keperawatan.
3) Pengarahan kegiatan keperawatan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan
apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang
dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi
motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian,
menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan
koordinasi.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 21
Kegiatan saling memberi motivasi merupakan unsur yang
penting dalam pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan
di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kepala ruang
adalah selalu memberikan reinforcement terhadap hal-hal yang positif,
memberikan umpan balik, memanggil perawat yang kurang
termotivasi, mungkin prestasi yang dicapai perlu diberikan
penghargaan. Di ruang rawat inap terdiri dari personil berbagai latar
belakang yang dapat menjadikan konflik. Konflik yang terjadi tidak
dibiarkan berkepanjangan dan harus diselesaikan secara konstruktif.
Pendekatan yang digunakan kepala ruang dalam menyelesaikan
masalah adalah :
a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan
melakukan klarifikasi pada pihak-pihak yang berkonflik
b) Mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya konflik tersebut
c) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan
d) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan
e) Menerapkan alternatif terpilih
f) Melakukan evaluasi peredaan konflik
Pendelegasian tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pengelolaan ruangan Pendelegasian digolongkan menjadi 2 jenis
yaitu terencana dan insidentil. Pendelegasian terencana adalah
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 22
pendelegasian yang memang otomatis terjadi sebagai konsekuensi
sistem penugasan yang diterapkan di ruang rawat inap, bentuknya
dapat pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim, kepada
penanggung jawab shift. Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu
personil ruang rawat inap berhalangan hadir, maka pendelegasian
tugas harus dilakukan.
Komunikasi yang efektif dapat dilakukan baik lisan maupun
tertulis. Komunikasi lisan diselenggarakan melalui proses : operan,
konferens, konsultasi, dan informal antar staf. Komunikasi tertulis
diselenggarakan melalui media yaitu papan tulis, buku laporan
ruangan, atau pesan-pesan khusus tertulis. Kolaborasi dan koordinasi
dilakukan oleh kepala ruang dengan semangat kemitraan dengan tim
keswa, seperti konsultasi dengan tim medis terkait dengan program
pengobatan, psikolog, pekerja sosial, tim penunjang pelayanan di
ruang rawat inap. Selain itu perlu dilakukan koordinasi dengan unit
atau bidang lain seperti : instalasi gizi, instalasi farmasi, instalasi
IPRS, bidang pelayanan medik, bidang penunjang medik, bidang
kesekretariatan, serta unit rawat jalan dan rawat darurat.
4) Pengawasan kegiatan keperawatan
Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan
keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat memberikan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 23
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya. Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumber-
sumber yang memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan
(Standar Asuhan Keperawatan), dan fasilitas. Sumber-sumber tersebut
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna, sehingga
tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya yang seminimal mungkin.
Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit tersebut, khususnya
pelayanan keperawatan diperlukan supervisi keperawatan.
Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan tersebut
adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien
dan keluarganya. Jadi supervisi difokuskan pada kebutuhan,
ketrampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan tugasnya.
Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang
harus dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah,
menengah dan atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut
supervisor. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan
fungsi supervisi adalah kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala
seksi, kepala bidang dan wakil direktur keperawatan. Maka semua
manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai supervisor.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 24
Tanggung jawab supervisor dalam manajemen pelayanan
keperawatan adalah :
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan
b) Menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan,bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang
terkait.
d) Memantapkan kemampuan perawat.
e) Pastikan praktek keperawatan profesional dijalankan.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan
agar peran dan fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat.
Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan, akibatnya perawat pelaksana mengambil
keputusan tentang tindakan keperawatan tanpa penilaian dan
pengalaman yang matang sehingga kualitas asuhan keperawatan tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya dapat terjadi kecelakaan,
kegagalan terapi, salah pengertian atau malpraktek.
Proses supervisi praktek keperawatan meliputi tiga elemen yaitu:
a) Standar praktek keperawatan, sebagai acuan
b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan, sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian atau kesenjangan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 25
c) Tindak lanjut, baik berupa upaya mempertahankan kualitas
maupun upaya memperbaiki.
Adapun area yang disupervisi adalah :
a) Pengetahuan dan pengertian tentang pasien dan diri sendiri
b) Ketrampilan yang dilakukan sesuai dengan standar
c) Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan.
Cara supervisi yang dilakukan dapat secara langsung dan tidak
langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat kegiatan
sedang berlangsung, dimana supervisor terlibat langsung dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Supervisi tidak langsung dapat dilaksanakan dengan
melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Disini ada kesenjangan
fakta dimana supervisor tidak terlibat langsung dilapangan.
5) Pengendalian kegiatan keperawatan
Adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat
dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan
dan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk
mencapai dan mempertahankan kualitas.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan
dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 26
penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian / pengontrolan meliputi :
a) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
b) Melakukan pengukuran prestasi kerja
c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga
kategori audit keperawatan yaitu :
a) Audit struktur
b) Audit proses
c) Audit hasil
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia,
lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,
kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik, pelanggan
(internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan
menggunakan cek list.
Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menemukan apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat restrospektif, concurrent, atau peer review.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 27
Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan.Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa
efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum
dapat berupa BOR, ALOS, TOI, Angka Infeksi Nosokomial (NI),
angka dekubitus dan sebagainya.
2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga
keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat
tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan
paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di
rumah sakit.
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 28
Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja
diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam
menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang
digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang
dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan setting tertentu. Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan,
pengembangan organisasi. staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi. Proses
yang berhubungan dengan manajemen SDM, yaitu: rekruitmen, seleksi,
orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching. retensi dan
produktifitas, pengembangan staf, dan hubungan pekerja (labor relations).
Fungsi dan proses manajemen sumber daya manusia secara bersama-sama
akan membentuk suatu elemen yang dibutuhkan untuk mengelola dan
memaksimalkan talen/bakat dan potensi seseorang dalam organisasi.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu
dipertahankan, dikembangkan. dan ditingkatkan melalui manajemen SDM
perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM di rumah sakit adalah unluk
menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan memberikan kepuasan bagi
staf dan pasien. Pengembangan SDM digambarkan sebagai suatu proses
pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal ini
juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan karena melalui
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 29
manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan kompensasi berupa
penghargaan (compensatory-reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan.
Manajemen SDM di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Pilar III: Hubungan Profesional (Professional Relationship)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan
merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga).
Pada pelaksanaan hubungan profesional bisa saja terjadi secara internal
artinya hubungan yanu terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya
antara perawat dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lain-
lain. Sedangkan hubungan profesional secara ekstemal adalah hubungan yang
terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan
tersebut merupakan suatu siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian
pelayanan kesehatan. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari
komunikasi secara profesional di dalam bekerjasama secara tim. Menurut
Gillies (1994) hubungan profesional yang terjadi di antara tim tergantung
pada kemampuan memimpin.
Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional ada beberapa
cara yaitu:
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 30
a) Horisontal yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama manajer.
b) Vertikal yaitu komunikasi yang lerjadi antara pimpinan atas dengan
bawahan.
c) Diagonal yaitu komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih
dalam lingkungan yang sama.
Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim,
antar perawat pelaksana. Sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala
Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan
Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan
profesi lain. Kegiatan hubungan profesional yang terjadi di ruang Model
Praktek Keperawatan Profesional yaitu :
a) Rapat perawat ruangan
b) Case conference
c) Rapat tim kesehatan
d) Visit dokter
4. Pilar IV Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient Care Delivery System)
Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu.
Patient Care Delivery System yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari
dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 31
dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah
proses keperawatan. Suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian,
menyusun diagnosa keperawatan. perencanaan tindakan, implementasi dan
evaluasi.
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan
terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber
daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan
masalah pasien (Keliat : 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen
asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan
keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian
asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.
C. Peran manajer keperawatan
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi
faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer
dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan
staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis,
dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 32
memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik - baiknya.
Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas
professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) komunikasi, (2) potensial
perkembangan, (3) kebijaksanaan, (4) gaji dan upah, dan (5) kondisi kerja
(Nursalam : 2011).
Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat area penting
yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan dan area
pengembangan. Struktur organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan
yang seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karena berkaitan langsung
dengan cara bagaimana pelayanan diorganisasikan dan dilakukan dengan
pembagian kerja yang jelas.
1. Peran dan fungsi bidang keperawatan
Adapun peran dan fungsi bidang pelayanan keperawatan di rumah sakit
(Depkes RI : 2004)
a. Mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di unit-unit pelayanan
keperawatan.
b. Mengkoordinasikan tenaga keperawatan khususnya yang ditugaskan
dalam bidang pelayanan keperawatan.
c. Menetapkan dan menerapkan filosofi, tujuan dan standar keperawatan
pasien dalam pelayanan keperawatan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 33
d. Menyususn perencanaan pelayanan keperawatan, sesuai dengan lingkup
kewenangannya dan perencanaan implementasi untuk setiap tingkat
tenaga keperawatan.
e. Mengkoordinasikan fungsi-fungsi bidang pelayanan keperawatan dengan
fungsi bidang pelayanan yang lain agar dapat memberikan pelayanan
terpadu,
f. Estimasi tuntutan kebutuhan bidang pelayanan keperawatan dan
mengusulkan kebijakan serta prosedur untuk menjaga kestabilan
kemampuan staf yang adekuat.
g. Mengembangkan metoda kerja bagi staf keperawatan sehingga dapat
bekerja sama dengan staf lain di rumah sakit.
h. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan personalia rumah sakit,
menerapkan kebijakan yang telah ditentukan serta mengevaluasi hasilnya.
i. Mengembangkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan baik
perawatan pasien maupun pelayanan keperawatan.
j. Estimasi kebutuhan tenaga keperawatan, menetapkan standar ketenagaan,
baik kuantitas maupun kualitas untuk memelihara pelayan keperawatan
yang bermutu.
k. Estimasi kebutuhan fasilitas keperawatan, pengadaan perlengkapan
maupun perlatan serta sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya.
l. Partisipasi dalam perencanaan anggaran pendapatan dan biaya tahunan
rumah sakit, terutama yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 34
m. Mengambil inisiatif dan partisipasi dalam penelitian bidang keperawatan
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
n. Menyelenggarakan program pembinaan dan latihan yang
berkesinambungan bagi tenaga keperawatan di rumah sakit.
o. Partisipasi dalam program bimbingan siswa/mahasiswa tenaga kesehatan
untuk pengalaman praktek
p. Menciptakan dan melaksanakan sistem dan prosedur evaluasi pelayanan
keperawatan pada unit-unit keperawatan
2. Peran kepala ruangan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut
Depkes (2004), adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 35
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku
(bulanan, mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan
optimal.
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya.
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 36
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah
pemberian asuhan keperawatan.
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung.
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam
batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat
dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
UPF di Rumah Sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 37
21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan
22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa /
meneliti ulang saat pengkajiannya
23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis
24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan
dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan
pendidikan) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien.
3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat
3. Peran Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu
peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 38
maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana
perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi
masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung atau tidak langsung. Untuk meningkatkan kemampuan
perawat dalam menerapkan model asuhan keperawatan profesional diperlukan
pelatihan secara terencana,terpadu dan hasilnya dilakukan evalusi secara
periodik. Menurut Husnan (2002) agar dampak pelatihan dapat efektif
dirasakan manfaatnya maka ada beberapa prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan yaitu : motivasi, laporan kemajuan, reinforcement, praktik dan
adanya perbedaan individual
Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak
sebagai:
a. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien. Menurut
Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu
memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja,
maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali
memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam
memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan
dengan klien.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 39
b. Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien dengan mengupayakan
terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan.
Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil
tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik
atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat
melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat
juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan
penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan
klien atau menetang hak - hak klien.
c. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan,
hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien
selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka
upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif,
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 40
pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan
perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya,
mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain–lain tidak
mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
d. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan
fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif
mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu
berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang
berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry : 2005).
D. Kompetensi dan penilaian kinerja manajemen
Menurut Nurachmah (2005), bagi seorang manajer keperawatan, maka harus
memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil
yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen di mana kelancaran pelayanan
keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek
antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal
ruang rawat, struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang
diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 41
baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber
atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan,
kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen
dan dukungan dari pimpinan rumah sakit.
Kegiatan penilaian kompetensi biasanya dilakukan dengan menggunakan
wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga
dilakukan dengan cara sejumlah ahli manajemen berkumpul untuk menganalisis
suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga teknik yang dapat dilakukan dalam
melakukan analisis atau pengukuran kompetensi, yaitu:
1. Teknik insiden kritis
Teknik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang
efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang
sesungguhnya.
2. Analisis Repertory Grid
Teknik ini didasarkan pada teori gagasan personal, yang dapat
mengidentifikasi dimensi yang membedakan antara standar kinerja yang baik
dan buruk, merupakan cara bagaimana kita memandang dunia dan perilaku
orang lain.
3. Penilaian kompetensi kerja
Mengacu pada penelitian Mc Clelland tentang variabel kompetensi yang dapat
memperkirakan tingkat kinerja suatu pekerjaan. Penilaian kompetensi
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 42
menggunakan 20 indikator kompetensi yang paling sering dipakai untuk
memperkirakan keberhasilan yang dikelompokkan dalam enam kluster, yaitu :
a. Kluster prestasi yang terdiri dari : orientasi pencapaian, kepedulian akan
kualitas dan keteraturan serta inisiatif.
b. Kluster pelayanan yang terdiri dari : pemahaman interpersonal, orientasi
pelayanan konsumen.
c. Kluster pengaruh yang terdiri dari : dampak dan pengaruh, kesadaran
organisasional dan membangun hubungan / jejaring.
d. Kluster Manajerial yang terdiri dari : pengarahan, kerjasama kelompok
dan rasa kerjasama, mengembangkan orang lain, dan kepemimpinan tim.
e. Kluster pemikiran kognitif / pemecahan masalah yang terdiri dari
kepiawaian teknis, pencarian informasi, berpikir analiltis, dan berpikir
konseptual.
f. Kluster efektifitas pribadi yang terdiri dari pengendalian diri, daya tahan
terhadap stres, rasa percaya diri, komitmen terhadap organisasi dan
fleksibilitas. (Dharma,S : 2005).
BAB III
PERENCANAAN
A. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan residensi :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 43
1. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan secara umum meliputi 4 pilar
nilai profesional terdiri dari pilar nilai profesional yaitu management
approach (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian),
compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery.
2. Pengelolaan asuhan keperawatan langsung melalui manajemen keperawatan
meliputi : pengelolaan asuhan keperawatan melalui kegiatan bimbingan dan
supervisi.
B. Target residensi
1. Residensi I (mengidentifikasi masalah sistem pelayanan keperawatan dan
pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit yang berkaitan dengan struktur
organisasi, perilaku organisasi, fungsi manajemen dan sistem pengelolaan
rumah sakit)
Kegiatan pada residensi I meliputi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan terkait
kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi
nyata di rumah sakit tempat residensi
b. Menerapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak rumah sakit tempat residensi.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah dirumuskan.
d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 44
2. Residensi II (menyelesaikan masalah secara ilmiah dan melakukan perubahan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan)
Kegiatan pada residensi II meliputi :
a. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan
masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan
Rumah Sakit.
b. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil
dan dampak pada manajemen keperawatan.
c. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit
terkait di Rumah Sakit.
C. Waktu pelaksanaan
Residensi akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret s/d 30 Mei 2012, dari
hari Selasa, Rabu dan Kamis : Pukul 08.00 s.d 15.00. (jadual kegiatan terlampir)
D. Pengumplan data
1. Sumber data
Sumber diperoleh dari Kauryanwat, Kepala Ruang Rawat Inap, Ketua
Tim (Katim), perawat pelaksana dan bagian SDM dan rekam medis.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 45
2. Instrumen pengumpulan data
Sebagai instrumen pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
dan pedoman wawancara. Instrument berisi kegiatan keperawatan berdasarkan
4 pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory reward,
professional relationship dan patient care delivery. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung
menggunakan kuesioner terstruktur dengan jawaban sudah tersedia dan
pengamatan atau observasi, fokus grup diskusi (FGD) dan penelusuran
dokumen terkait. Data yang diperoleh menjadi gambaran kasar yang perlu
dieksplorasi dan divalidasi dengan menggunakan kuesioner kepada staf unit/
kepala ruang dan perawat pelaksana di ruang rawat inap dan kemudian
dilakukan pengolahan dan analisa data.
E. Pengolahan dan analisa data
pengolahan data dimulai dengan tabulating Skor atau melakukan entry
data kasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Analisis univariat
dipergunakan untuk memperoleh karakteristik dari masing – masing subjek
pengamatan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Skor penilaian
digolongkan menjadi 2 kategori dengan mengunakan batasan nilai mean. Jika
nilai > mean data dikategorikan dalam kinerja optimal dan jika ≤ mean data
dikategorikan sebagai kinerja kurang optimal. Dengan menggunakan data input-
proses dan output dari aspek-aspek manajemen pelayanan keperawatan
selanjutnya mengidentifikasi masalah dengan pendekatan problem solving cycle
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 46
Output:Peningkatan kinerja perawat dalam implementasi MPKP
Input:Kinerja bidang
keperawatan dalam pilar nilai profesional:
Management approach:
PerencanaanPengorganisasian
Pengarahan PengendalianCompensatory
RewardProfessional Relationship
Patient Care Delivery System
Proses:Pengumpulan data : kuesioner, wawancara, FGDAnalisa dataPrioritas masalahAlternatif pemecahan masalahSeleksi alternatif pemecahan masalahPresentasi hasil pengkajianDiskusi/ kesepakatan masalah yang akan dipecahkanPlan of actionImplementasi
Outcome:Kualitas askep meningkatKepuasan : perawat, pasien/keluarga dan nakes lain
F. Alur Perencanaan
Gbr 4.1 Alur Perencanaan Analisis Praktek Residensi Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Maret 2012
Secara rinci tahapan kegiatan residensi sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Penelusuran literatur terkait untuk mendukung pelaksanaan residensi
b. Survey awal lokasi residensi
c. Penyusunan proposal residensi
d. Penyusunan instrument
2. Tahap orientasi umum di rumah sakit
a. Mahasiswa mengajukan permohonan/proposal residensi, surat pengantar
ke direktur rumah sakit;
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 47
b. Melakukan pertemuan dengan unsur direksi rumah sakit, manajer divisi
keperawatan dalam rangka orientasi, penjelasan tujuan residensi dan
bentuk-bentuk kegiatan serta partsipasi yang diharapkan;
c. Orientasi ruangan bersama dengan pembimbing dan divisi keperawatan
d. Mempelajari data input, proses dan output dari aspek manajemen yang
akan dikaji.
3. Tahap identifikasi masalah
Dengan menggunakan data input-proses dan output dari aspek-aspek
manajemen pelayanan keperawatan yang akan dikaji pada tahap orientasi
umum, bersama pembimbing residensi selanjutnya mengidentifikasi masalah
dengan pendekatan problem solving cycle.
Dari permasalahan yang ditemukan, dengan mempertimbangkan
waktu, sumber daya dan kewenangan dilakukan prioritas masalah yang akan
diatasi. Selanjutnya diidentifikasi masalah utama yang memungkinkan dapat
dipecahkan yang memiliki daya ungkit yang kuat dengan
mempertimbangkan: Magnitude (M) kecenderungan dan seringnya kejadian
masalah Severity (S); besarnya kerugian yang ditimbulkan, Manageable
(Mn); bisa di pecahkan, Nursing consern (Nc); melibatkan perhatian dan
pertimbangan perawat dan Affordability (Af) ; ketersediaan sumber daya.
4. Tahap penyelesaian masalah
a. Penetapan prioritas masalah dari data input-proses-output yang telah
disepakati pihak rumah sakit dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 48
seleksi alternatif pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan apa, siapa, bagaimana, dimana dan berapa lama tujuan dapat
tercapai.
b. Penyusunan Plan of Action (POA) dengan mempertimbangan aspek
biaya, waktu, sarana, teknologi dan kebijakan rumah sakit.
c. Presentasi dan sosialisasi rencana kegiatan
d. Implementasi rencana kegiatan
e. Tahap evaluasi dan rencana tindak lanjut.
5. Tahap pembuatan laporan
a. Konsultasi pembimbing
b. Presentasi hasil akhir laporan residensi
c. Penyerahan laporan ke rumah sakit tempat residensi.
G. Hasil Pengkajian
1. Gambaran Rumah Sakit
a. Sejarah Rumah Sakit Makassar
Berdasarkan perintah Lisan Pangdak (Panglima Daerah
Kepolisian) XVIII Sulselra pada tanggal 2 November 1965 untuk
menempati dan menggunakan bangunan bekas Sekolah Polisi Negara
Djongaya menjadi Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit AKRI
”Bhayangkara” dan sebagai Kepala Rumah Sakit pertama adalah
Komisaris Polisi (Tit) dr. Zainal Arifin, berdasarkan Surat Perintah
Panglima Komando Daerah Angkatan Kepolisian XVIII Sulselra, No.:
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 49
6/1969, tanggal 24 Januari 1969. Pada tanggal 10 Januari 1970 Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar diakui oleh Mabes Polri dengan Surat
Keputusan Kapolri No. Pol B/117/34/I/1970 yang ditandatangani oleh
Wakapolri, dalam perjalanan waktu, Rumah Sakit Bhayangkara akhirnya
berubah menjadi Rumah Sakit Tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri
No. Pol: SKEP/1549/X/2001 tanggal 10 Oktober 2001. Selanjutnya
Kepala Rumah Sakit kedua adalah Letkol. Pol. Dr. Ida Bagus Putra
Djungutan, Sp.B (Alm) sejak tahun 1985 hingga tahun 1991, kemudian
Kepala Rumah Sakit ketiga dijabat oleh Letkol. Pol. Purn. Dr. Roesman
Roesli, Sp.PD dari tahun 1991 hingga tahun 1993, selanjutnya pada tahun
1993 Kepala Rumah Sakit keempat dijabat oleh Kombes. Pol. Drg. Peter
Sahelangi,DFM sampai dengan tahun 2007, selanjutnya dijabat oleh
Kombes. Pol. Dr. Syafrizal, MM sebagai Kepala Rumah Sakit yang
kelima dengan masa jabatan dari tahun 2007 hingga tahun 2008, kemudian
Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi, Sp.JP, DFM menjabat Kepala
Rumah Sakit yang keenam dari tahun 2008 hingga tahun 2010,
selanjutnya pada tahun 2010 berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor :
STR/193/III/2010 tanggal 9 Maret 2010 tentang pemberitahuan
pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan di lingkungan Polri dari
Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi, Sp.JP, DFM kepada Kepala Rumah
Sakit yang ketujuh yaitu Kombes. Pol. Dr. Purwadi, SSt Mk., MS., MARS
dari tahun 2010 hingga sekarang.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 50
Untuk menghilangkan kesan bahwa Rumah Sakit Kepolisian
Bhayangkara hanya diperuntukkan bagi anggota Polri maka berdasarkan
Surat Keputusan Kapolda Sulsel No Pol : SKEP/321/X/2001 tanggal 16
Oktober 2001 diputuskan pergantian nama Rumah Sakit Kepolisian
Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II
Mappaoudang Makassar.
Perkembangan fisik Rumkit Bhayangkara Makassar dimulai pada
tanggal 7 Oktober 1971 dengan diresmikannya ruang Disdokkes dan
Rumkit Bhayangkara oleh Kapolda Sulsel. Pembangunan tahap pertama
dimulai dari ruang perawatan Perwira dengan diresmikannya ruang
paviliun tahun 1973, kemudian tahun 1977 dengan dukungan dana dari
Menhankam Pangab Jendral M. Yusuf dibangunlah sarana pendukung
diagnostik dan sarana pelayanan kesehatan.
Pembangunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang
Perawatan Anak 2 lantai, Ruang Fisioterapi dan Ruang Gawat Darurat,
tahun 1996 peresmian ruang Outopsi dan Mushola, tahun 1997 peresmian
ruang ICU dan ruang Operasi dan di tahun 2000 rumah sakit mendapat
bantuan lunak peralatan kesehatan dari Spanyol.
Perkembangan pembangunan selanjutnya adalah pembangunan
koridor yang menghubungkan ruang-ruang perawatan maupun poliklinik,
gedung perawatan berlantai dua dan ruang perawatan lainnya untuk
meningkatkan pelayanan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 51
Sampai dengan saat ini Rumah Sakit Bhayangkara Makassar masih
terus melakukan pengembangan-pengembangan baik terhadap ruang
direksi maupun ruang perawatan. Sekarang ini rumah sakit Bahayngkara
Makassar memiliki ruang rawat jalan (17 jenis poliklinik), IGD dan ruang
rawat inap dengan berbagai kelas (VIP = 42 tempat tidur, kelas I = 10
tempat tidur, kelas II = 144 tempat tidur, kelas III = 48 tempat tidur dan 12
tempat tidur untuk ruang khusus/ICU), total tempat tidur 256, serta sarana
penunjang lainnya (laboratorium klinik, instalasi radiologi, instalasi gizi,
instalasi fisioterapi, laundry, apotik dan kompartemen Dokpol) .
b. Visi & Misi
1) Visi
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur
Indonesia dan jajaran Polri, dengan Pelayanan Prima dan
mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.
2) Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan
meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan,
termasuk kegiatan kedokteran kepolisian (forensik, perawatan
tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional
kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.
b. Menyelenggarakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 52
c. Meningkatkan kualitas SDM yang professional, bermoral dan
memiliki budaya organisasi sebagai pelayan prima.
d. Mengelola seluruh sumber daya secara efektif, efisien dan akuntabel
guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional
Polri.
c. Struktur organisasi
(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)
d. Jenis pelayanan kesehatan
1) Instalasi rawat jalan
a) Klinik umum
b) Klinik penyakit dalam
c) Klinik bedah
d) Klinik KIA
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 53
e) Klinik jiwa
f) Klinik mata
g) Klinik gigi dan mulut
h) Klinik Anak
i) Klinik Kebidanan
j) Klinik Ortopedi
k) Klinik Syaraf
l) Klinik Kulit Kelamin
m) Klinik Paru
n) Klinik THT
o) Klinik Jantung
2) Instalasi rawat inap
a) Ruang rawat VIP
b) Ruang rawat Kelas 1
c) Ruang rawat Kelas 2
d) Ruang rawat Kelas 3
e) Ruang rawat Anak
f) Ruang rawat intermediate
g) Ruang rawat tahanan
h) Ruang rawat nifas
i) Ruang rawat ICU
e. Indikator Kinerja Rumkit Tahun 2011
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 54
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Unit Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar; Maret 2012
Jenis Jan Peb Mar Apr Mei Jn Jul Agu Sep Okt Nop Des
BOR 84.68% 85.89% 83.67% 83.85% 84.34% 82.50% 79.19% 64.70% 78.96%81.87
%82.31%
88.32
%
LOS 5.39 5.55 5.64 5.45 5.29 5.38 4.94 5.19 5.15 4.98 5.03 5.50
TOI 0.92 0.84 1 0.94 0.89 0.99 1.29 2.35 1.27 1 0.98 0.62
BTO 5.14 4.68 5.02 5.16 5.46 5.32 4.97 4.64 4.98 5.46 5.38 5.85
GD
R2.30 % 3.32 % 2.14 % 2.94 % 2.58 % 3.13 % 3.58 % 3.27 % 2.52 % 3.36 % 3.66 %
1.54
%
NDR 1.02 % 1.97 % 1.47 % 1.57 % 1.09 % 1.89 % 2.76 % 1.99 % 1.93 % 2.03 % 2 %2.60
%
(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)
Jika dilihat dari indikator mutu pelayanan Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar secara umum yaitu pencapai BOR (Bed
Occupancy Rate) tahun 2011 sebesar 81,69 % sesuai dengan standar
depkes, Nilai rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit ALOS
(Avarage Length of Stay) pada tahun 2012 mencapai 5,29 hari. Begitupun
angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat
tidur tidak terisi pada tahun 2012 mencapai angka 1,09 hari (memenuhi
target standar). Jika diamati dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over)
yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur,
pada tahun 2012 sebesar 5,17 (memenuhi target standar) artinya intensitas
keluar masuk pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik.
Jumlah pasien meninggal ≥ 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun
2012 sebesar 1,70 terjadi sedangkan jumlah pasien meninggal seluruhnya
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 55
Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2012 sebesar 2,59. (Subagrenmin;
Maret 2012).
f. 10 Jenis Penyakit terbesar di RS Bhayangkara Makassar Tahun 2011
Tabel 3.2 10 Jenis Penyakit terbesar di RS Bhayangkara Makassar Tahun 2011; Maret 2012
Penyakit Jan Peb Mar Apr Me Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
GEA 106 87 151 111 124 143 113 121 98 157 230 155
TYPOID 123 136 86 88 87 83 76 53 40 59 80 137
DHF 101 49 36 29 27 24 - - - 19 - -
DISPEPSIA 104 73 111 107 94 67 75 87 50 79 150 95
HIPERTEN
SI58 50 92 70 68 55 61 49 60 31 78 77
VOMITING - - - - 28 33 37 26 - 36 - -
KP 49 - 32 52 49 34 48 27 27 28 39 62
DIABETES
M- - 40 33 31 29 33 - 38 22 52 -
ISK 21 24 - - - - 24 - - 16 29 -
KOLIK
ABD- 23 - - - - - - - - - -
TRAUMA
KAP28 25 31 20 - - - 16 10 - - -
FEBRIS 48 53 32 61 56 35 26 52 56 - - -
ISPA 29 29 35 26 35 26 - - - - - -
POST OP
SC- - - - - - 20 24 17 - - -
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 56
NHS - - - - - - - 19 17 - 46 -
MELENA - - - - - - - - - 20 - -
(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)
g. Data Kepegawaian RS Bhayangkara
Tabel 3.1. Distribusi Sumber Daya Manusia di RS Bhayangkara Makassar ; Maret 2012
No Kualifikasi PendidikanStatus Kepegawaian
JmlPOLRI
PNS / CPNS
KARY. BLU
MITRA
1. Dokter Spesialis 6 - - 45 51
2. Dokter Gigi Spesialis - - - 1 1
3. Dokter Umum 3 3 19 5 30
4. Dokter Gigi Umum - 5 - - 5
5. Paramedis
a. Bidan 1 5 10 - 16
b. Perawat 36 55 148 - 239
c. Apoteker - 7 - - 7
d. S1 Farmasi - 2 5 - 7
e. Asisten Apoteker 1 4 24 - 29
f. Fisiotherapi 1 1 2 - 4
g. Gizi 1 1 6 - 8
h. Radiologi 2 1 5 - 8
i. Analis Kimia 1 2 12 - 15
j. Rekam Medik - - 3 - 3
6. Non Medis 30 34 68 - 132
J U M L A H 82 120 302 51 555
(Sumber : Subagrenmin; Maret 2012)
2. Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 57
Kegiatan pengkajian sampai dengan pengembangan perencanaan
dilakukan mulai dari tanggal 3 s/d 12 April 2012. Data yang diperoleh
menjadi gambaran makro untuk dieksplorasi, dianalisis dan divalidasi
sehingga dapat diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan
diruangan. Kuesioner dibagikan kepada 10 kepala ruangan dan 23 ketua tim.
Hasil pengkajian data sebagai berikut :
a. Analisis SWOT Gambaran Umum RS Bhayangkara Makassar
1) Strenght/ Kekuatan :
a) Rumah sakit mempunyai visi dan misi yang mendukung
pencapaian tujuan organisasi
b) Adanya dukungan kuat kepolisian RI dalam pengembangan RS.
c) Lokasi RS Bhayangkara Makassar mudah dijangkau dengan
berbagai jenis alat transportasi, lingkungan yang cukup luas,
nyaman dan menyenangkan.
d) RS memiliki kedokteran kepolisian (forensik, perawatan tahanan,
kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional
kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan.
e) Sebagai tempat praktek mahasiswa serta tempat penelitian dari
berbagai perguruan tinggi kesehatan, khususnya keperawatan dan
kebidanan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 58
f) RS memiliki komitmen pengembangan SDM dan memberikan
kesempatan kepada perawat untuk meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
2) Weakness/Kelemahan
a) Belum ada visi bidang keperawatan dan penjabaran visi, misi,
tujuan dan filosofi disetiap ruangan.
b) Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap
c) Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/
mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan
alokasi pasien berdasarkan klasifikasi pasien
d) Sistem administrasi dan pendomentasian askep yang belum
terkomputerisasi
e) Keterbatasan sarana dan prasarana medik dan non medik
f) Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan
keperawatan di ruangan.
g) Secara kuantitas dan kualitatif tenaga perawat di rumah sakit
masih kurang.
h) Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan
mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk
dilaksanakan oleh staf perawatan
i) Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena
belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 59
adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam
mempertahankan mutu asuhan keperawatan
j) Belum adanya sistem jenjang karir perawat di rumah sakit
k) Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran
mutu pelayanan keperawatan
l) Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan
keperawatan
m) Belum maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan sebagai
pendekatan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan, hal
ini dapat dilihat dari pendokumentasian yang belum lengkap dan
masih banyak yang bekerja didasarkan pada instruksi medis dan
rutinitas kegiatan di ruangan.
3) Opportunity/Peluang
a) RS Bhayangkara Makassar merupakan satuan unit kerja kepolisian
daerah Sulsel memiliki kedokteran kepolisian (forensik, perawatan
tahanan, kesehatan kamtibmas dan DVI) baik kegiatan operasional
kepolisian, pembinaan kemitraan maupun pendidikan dan latihan
b) Sumber daya tenaga keperawatan sebagian besar usia produktif,
sehingga memiliki peluang besar dalam pengembangan SDM
c) Pemanfaatan sarana kesehatan akan semakin meningkatan seiring
dengan program pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah
provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 60
d) Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi kota Makassar yang
berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga kemampuan
untuk mengakses sarana kesehatan juga semakin tinggi
e) Adanya kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan/
keperawatan dengan demikian turut mempengaruhi perkembangan
pelayanan dan kegiatan penelitian.
4) Threath/ Tantangan
a) Regulasi perumahsakitan yang semakin ketat dalam penerapan
standar ketenagaan dan standar pelayanan
b) Semakin kompetitifnya persaingan rumah sakit dengan
mencetuskan beberapa pelayanan unggulan dengan sarana dan
prasarana yang berbasis teknologi.
c) Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hak-haknya atas
pelayanan kesehatan yang harus berkualitas dan aman.
d) Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas subspesialis
e) Liberalisasi dibidang perumahsakitan
b. Hasil Pengkajian dan Analisa
Analisa dilakukan berdasarkan distribusi frekuensi data primer yang
diperoleh dari kuesioner pengumpulan data pada perawat yang bekerja di
RS Bhayangkara Makassar. Kuesioner yang dibagikan 85 % dikembalikan
yang terdiri dari 17 Kepala Ruangan (Karu), 23 Ketua Tim (Katim) dan 43
Perawat Pelaksana (PP).
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 61
Untuk mendukung kesimpulan, dilakukan observasi langsung dan
wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Seksi
keperawatan, kepala ruangan serta dengan beberapa perawat di ruangan.
c. Analisis Hasil Pengkajian
1) Pilar I : Management approach
a) Fungsi perencanaan
(1) Visi, misi dan filosofi bidang keperawatan
Hasil wawancara :
(a) Kepala Seksi Keperawatan : penyusunan visi dan misi
rumah sakit dilakukan melalui rapat kerja dengan semua
manajemen rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala
ruangan dan disosialisasikan kepada seluruh perawat
melalui rapat keperawatan. Misi rumah sakit sejalan
dengan tugas dan fungsi Bidang Keperawatan, akan tetapi
belum ditetapkan visi Bidang keperawatan.
(b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan : belum
ditetapkan visi dan misi serta filosofi ruangan karena sudah
ada misi bidang keperawatan sebagai pedoman dalam
melakukan tugas dan fungsinya.
Hasil kuesioner :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 62
(a) Pemahaman visi dan misi rumah sakit dan misi, falsafah
dan tujuan bidang keperawatan telah dipahami dengan baik
(100 %) oleh kepala ruangan dan Ketua tim (97,5 %)
(b) Perawat pelaksana yang belum memahami visi dan misi
rumah sakit dan misi bidang keperawatan sebanyak 25.4%.
Hasil observasi : diruangan belum ada visi dan misi ruangan,
penelurusan dokumentasi belum ada misi bidang keperawatan
dan visi/misi setiap ruangan.
Analisis :
Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi,
misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis &
Houston, 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Visi ini dimaksudkan agar perawat harus dapat mempunyai
sudut pandang dan pengetahuan yang luas tentang manajemen
dan proses perubahaan yang terjadi saat ini dan akan datang.
(2) Program Rencana Strategik dan Rencana Jangka Pendek
Hasil wawancara :
a. Informasi dari Kepala seksi Keperawatan bahwa proses
penyusunan rencana strategik bidang keperawatan yang
berlaku 5 tahun dirumuskan dalam rapat kerja.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 63
b. Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan ketua tim
bahwa mereka dilibatkan dalam penyususnan rencana
strategik bidang keperawatan.
c. Informasi dari karu dan katim perencanaan kegiatan
diruangan disesuaikan rutinitas tugas dan rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
askep pasien, disamping laporan pershif. Dari wawancara
juga terungkap bahwa baik kepala ruangan maupun katim
belum memahami pentingnya serta cara pembuatan
rencana kegiatan jangka pendek.
Hasil kuesioner :
a. Penyusunan rencana jangka pendek oleh kepala ruangan
sebanyak 40% belum membuat rencana harian, sebanyak
40 % belum membuat rencana bulanan dan 100 % belum
membuat rencana tahunan berdasarkan 4 pilar nilai
profesional.
b. Sedangkan ketua tim 69,6 % membuat rencana kerja
harian dan membuat rencana bulanan sesuai dengan
tugasnya sebanyak 73, 9 %.
Hasil observasi : pendokumentasian perencanaan jangka
pendek tidak disusun secara kronologis dan belum
menggambarkan kegiatan manejerial dan askep.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 64
Analisis :
Perencanaan kepala ruang sebagai manajer meliputi
perencanaan tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan
memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien (Gillies: 1996).
Masalah :
Berdasarkan hasil pengkajian diatas teridentifikasi masalah/
kebutuhan pada fungsi perencanaan yang belum optimal
yaitu:
(a) Belum ditetapkannya visi bidang keperawatan dan visi dan
misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya
dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan
sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan
pelayanan keperawatan
(b) Belum optimalnya penyusunan rencana kegiatan
perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya
pembuatan rencana jangka pendek.
b) Fungsi Pengorganisasian
(1) Ketenagaan (SDM)
Hasil wawancara :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 65
1. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi
Keperawatan bahwa perencanaan kebutuhan disetiap unit
mengacu pada perencanaan makro dan belum mengacu
pada perhitungan tingkat ketergantungan pasien. Pola
pengembangan karir adalah perencanaan makro disusun
oleh pimpinan keperawatan struktural sedangkan
perencanaan mikro oleh pimpinan keperawatan
fungsional, akan tetapi upaya peningkatan SDM perawat
belum optimal hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan dana
dan peraturan kepegawaian Pemerintah Kabupaten Luwu.
2. Informasi dari kepala ruangan dan katim belum
mengetahui perencaaan pengembangan tenaga
keperawatan.
Hasil kuesioner :
1. Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 40 % dan 26, 1
% Katim menyatakan kekurangan tenaga keperawatan.
2. Informasi yang diperoleh dari kuesioner kepala ruangan
sebanyak 80 % menyatakan bahwa belum mengetahui
perhitungan perencanaan kebutuhan tenaga dengan
mempertimbangkan beban kerja dan klasifikasi pasien.
3. Kepala ruangan 100 % dan ketua tim 56,5 % belum
mengetahui rencana pengembangan tenaga perawat
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 66
4. 87,5 % karu dan 95,6 % katim mengatakan belum pernah
mengikuti pendidikan dan latihan manajemen pelayanan
keperawatan.
Analisis :
Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai
pelayanan keperawatan yang bermutu adalah tersedianya
tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan
baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang baik dalam menetukan pengembangan
tenaga perawat. Perencanaan yang salah bisa mengabkitkan
kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga, bila tenaga berlebih
akan mengakibatkan kerugian pada rumah sakit, dan apabila
tenaga kurang bisa mengakibatkan beban kerja yang tinggi
sehingga kualitas pelayanan akan menurun. Manajer
keperawatan dituntut untuk bisa merencanakan jumlah tenaga
perawat yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang real,
sehuingga mutu pelayanan dapat terjamin (Swanburg : 2000 ).
(2) Penyusunan Jadual Dinas/Shif.
Hasil wawancara :
Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa hambatan
dalam penyusunan jadual dinas adalah keterbatasan tenaga dan
sebagian besar berlatar belakang pendidikan vokasional.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 67
Hasil kuesioner :
a. 40 % kepala ruangan karu dan 43,5 % katim menyatakan
kesulitan menyusun daftar dinas/shif karena keterbatasan
tenaga.
b. 80 % karu dan 52,2 %Ketua tim belum memahami
penentuan klasifikasi ketergantungan pasien.
Hasil observasi :
Hasil observasi jadual dinas belum ada pembagian alokasi
pasien ke perawat pelaksana dan jadual shif sore/malam belum
mencamtumkan penanggungjawab shif.
Analisis :
Daftar dinas ruangan berisi jadwal dinas, perawat yang
bertugas, penanggung jawab dinas. Daftar pasien berisi nama
pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim, penanggung
jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di
tiap shift. Daftar dinas ruangan disusun berdasarkan tim,
dibuat dalam satu minggu, sehingga perawat sudah
mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruangan pada hari terahir minggu tersebut untuk jadwal dinas
pada minggu yang selanjutnya dan bekerja sama dengan ketua
tim (Sitorus;2006).
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 68
(3) Metode Penugasan/Pengorganisasian Perawatan Pasien
Hasil wawancana :
1. Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa metode
penugasan diruang rawat inap adalah metode kombinasi
tim-modifikasi namun belum berjalan optimal.
2. Hal ini didukung informasi yang diperoleh dari kepala
perawatan dan ketua tim yang menyatakan belum
memahami sistem kendali dan mekanismen penerapan
metode penugasan asuhan keperawatan.
Hasil kuesioner :
(a) 80 % karu mengatakan belum dilakukan perhitungan
klasifikasi pasien karena tidak memahami cara
perhitugannya, sebanyak 56,7 % menyatakan tidak
memahami rentang kendali dan metode tim.
(b) Sedangkan ketua tim menyatakan belum dilakukan
perhituangan sebanyak 52,2 % dan 75,7 % menyatakan
belum memahami uraian tugasnya.
Hasil observasi :
Hasil observasi penerapan prinsip-prinsip dasar dalam MPKP
juga belum berlajan sebagai mana mestinya, seperti belum
dilakukan penerimaan pasien baru, pre dan post conference,
case confrence.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 69
Analisis :
Perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,
jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan
jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi
dari manager keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
rumah sakit (Gillies : 1996).
Masalah :
Dari hasil pengkajian fungsi pengorganisasian teridentifikasi
kegiatan yang belum optimal yaitu :
(a) Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang
kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan
jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi
pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP
diruangan.
(b) Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat
disebabkan karena belum dipahaminya perhitungan beban
kerja perawat.
c) Fungsi Pengarahan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 70
Supervisi
Hasil wawancara :
a. Informasi Kepala Seksi Keperawatan bahwa kegiatan
suprvisi dilakukan melalui pengawasan secara top up tetapi
belum memahami materi dan mekanisme supervisi dalam
keperawatan dan belum ada pedoman supervisi.
b. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan kegiatan
supervisi yang dilakukan hanya berupa pemeriksaan
kelengkapan dokumentasi askep.
Hasil kuesioner :
(a) 70 % karu menyatakan belum melakukan supervisi.
(b) 80 % karu menyatakan belum melakukan supervisi
terjadual dan terstruktur dan belum memberikan umpan
balik saat melakukan supervisi.
(c) 56,6 % katim menyatakan belum pernah disupervisi karu
dan 34,8 % menyatakan tidak mendapat bimbingan dari
karu.
Hasil observasi :
Belum ada dokumen tertulis hasil kegiatan supervisi dan
belum adanya instrumen pelaksanaan supervisi.
Analisis :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 71
Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat
area penting yaitu area personil, area lingkungan dan
peralatan, asuhan keperawatan dan area pengembangan.
Struktur organisasi ruangan merupakan area asuhan
keperawatan yang seharusnya mendapatkan supervisi yang
intensif karena berkaitan langsung dengan cara bagaimana
pelayanan diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian
kerja yang jelas. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka
siklus perbaikan mutu tidak akan terjadi, karena tidak ada
proses umpan balik dari manajer tingkat tinggi.
Masalah :
Dari hasil pengkajian diatas teridentifikasi masalah/ kebutuhan
pada fungsi pengarahan yang belum optimal yaitu : Belum
optimalnya kegiatan supervisi disebabkan belum dipahaminya
materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya
pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan
mutu asuhan keperawatan.
d) Fungsi Pengendalian
(1) Mutu pelayanan keperawatan
Hasil wawancara :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 72
(a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa
pengendalian mutu keperawatan dibawah koordinasi
Komite Keperawatan.
(b) Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan
bahwa dalam upaya peningkatan mutu ditetapkan Indikator
Mutu Klinik, akan tetapi penerapan program ini belum
berjalan dengan baik yang salah satu penyebabnya adalah
sosialisasi program belum optimal.
Hasil kuesioner :
(a) Hal ini didukung oleh data kuesioner Katim dimana
sebanyak 75 % menyatakan belum melakukan penilaian
indikator pelayanan keperawatan karena belum memahami
cara penilaiannya.
(b) Informasi karu sebanyak 70 % belum melakukan observasi
pelaksanaan asuhan keperawatan demikian juga dengan
capaian pada fungsi melakukan pengawasan SOP hanya 20
%, dan belum ada yang melakukan evaluasi secara berkala
terhadap SAK dan SOP sesuai perkembangan IPTEK.
(c) 40 % karu belum pernah melakukan survey kepuasan
pasien/keluarga, dan belum pernah dilakukan survey
kepuasan perawat dan dokter terhadap hasil pelayanan
keperawatan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 73
Hasil observasi :
Belum dilakukan survey masalah kesehatan /
keperawatan dan belum adanya pedoman penjaminan mutu
keperawatan diruangan.
Analisis :
Pengendalian manajemen adalah usaha sistematis untuk
menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan,
untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar
yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi
dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber
daya digunakan dengan cara yang seefektif dan seefisien
mungkin untuk mencapai tujuan. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian meliputi : menetapkan standar
dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan
pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja
sesuai dengan standar, mengambil tindakan korektif
(Gillies :1996).
(2) Audit Standar Keperawatan
Hasil wawancara :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 74
(a) Dari Kepala Seksi Keperawatan diperoleh informasi bahwa
setiap ruangan telah dilengkapi pedoman SAK dan SOP
(b) Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan sebagian
besar belum melakukan audit dokumentasi keperawatan.
Hasil kuesioner :
50 % Karu belum melakukan audit SAK dan SOP dengan
alasan belum ada pedoman audit SAK dan SOP.
Hasil observasi :
(a) Perawat masih kurang memanfaatkan SAK dan SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan, meskipun diruangan.
(b) Hasil pengamatan selama melakukan residensi kepala
ruang hanya sekilas memeriksa dokumentasi dan jarang
sekali memberikan komentar atau dorongan-dorongan
terhadap perawat.
(c) Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah
menggunakan format baku akan tetapi
pendokumentasiannya belum dilakukan dengan baik.
Analisis :
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian keberhasilan
pelayanan keperawatan yang dilakukan secara obyektif
sebagai upaya yang dapat mendorong terjadinya perubahan
perkembangan sistem dalam peningkatan mutu pelayanan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 75
Adanya umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi
akan memudahkan manajer dalam melakukan upaya perbaikan
(Gillies : 1996).
Masalah :
Dari hasil pengkajian diatas teridentifikasi masalah/ kebutuhan
pada fungsi pengendalian yang belum optimal yaitu:
(a) Belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan
pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan
karena belum adanya panduan pelaksanaan.
(b) Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan
disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan
menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum
efektif.
b. Pilar II : Compensatory rewad
Hasil wawancara :
(a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa sudah ada
instrument penilaian kinerja perawat dan penilaian dilakukan
secara periodik sebagai laporan dari kepala ruangan.
(b) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan salah satu cara
meningkatkan motivasi adalah meralui reward dan punishment,
bagi perawat dengan prestasi kerja baik diprioritaskan untuk
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 76
mengikuti pendidikan dan pelatihan sedangkan punishment
ditetapkan sesuai dengan peraturan kepegawaian.
(c) Informasi dari kepala ruangan dan ketua tim mereka belum
mengetahui program pengembangan SDM bagi perawat tetapi
pihak rumah sakit mengizinkan setiap perawat yang akan
melanjutkan pendidikan.
Hasil Keusioner :
(a) Dari hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak
30 % mengatakan belum menyusun pengembangan jenjang karir
fungsional, demikian halnya dengan ketua Tim yang belum
mengetahui pengembangan karirnya sebanyak 30,4 %.
(b) Fungsi motivasi kepala ruangan dari hasil kuesioner 40 %
menyatakan memberikan motivasi ke perawat pelaksana.
(c) Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 80 % mengatakan tidak
memberikan reward kepada staf perawat yang berprestasi dan
sebaliknya sebanyak 100 % mengatakan ada punishment kepada
staf dengan kinerja buruk.
(d) Hal ini didukung informasi pada kuesioner dimana sebanyak 52,2
% katim tidak dimotivasi karu.
Hasil observasi :
Terdapat instrument penilaian kinerja perawat dan belum ada
dokumen perencanaan pengembangan karir perawat.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 77
Analisis :
Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan,
pengembangan organisasi. staffing, hubungan pekerja, dan
evaluasi. Jernigan 1998 dalam Sitorus (2006) mengidentifikasi
ada delapan proses yang berhubungan dengan manajemen SDM,
yaitu: rekruitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja
konseling dan coaching. retensi dan produktifitas, pengembangan
staf, dan hubungan pekerja (labor relations). .
Masalah : belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan
pengembangan karir perawat.
c. Pilar III : Profesional relationshif
Hasil wawancara :
(a) Informasi dari Kepala Seksi Keperawatan bahwa komunikasi
divisi keperawatan dilakukan dalam bentuk pertemuan rutin setiap
bulan untuk membahas berbagai hambatan sekaligus membahas
kebutuhan setiap ruangan.
(b) Informasi diatas sesuai hasil wawancara kepala ruangan yang
menyatakan setiap bulan dilakukan pertemuan kepala ruangan
untuk membahas permasalahan yang ada.
Hasil kuesioner :
(a) 80% kepala ruangan menyatakan belum melakukan pre dan post
conference.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 78
(b) 87% katim menyatakan kegiatan operan sudah berjalan tetapi
belum terorganisir dengan baik.
Hasil observasi :
Kegiatan serah terima antar shif/operan sudah dilakukan akan tetapi
belum optimal karena operan hanya dilakukan di ruang perawat dan
saat operan komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada
tindakan medis daripada tindakan keperawatan belum teroganisir
dengan baik dan belum dilakukan kegiatan pre dan post conference.
Analisis :
Cameron, 1997 dalam Sitorus (2006) hubungan profesional dalam
pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar dari hubungan
antara pemberi pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima
pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Berkomunikasi
merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Di ruang MPKP
komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat
pelaksana, sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala Ruangan dan
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 79
Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesi
lain (Sitorus : 2006).
Masalah : belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan
asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya
bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan.
a. Pilar IV : Patient Care Devilery
Hasil wawancara :
(a) Kepala Seksi Keperawatan menyatakan bahwa untuk mendukung
kualitas asuhan keperawatan setiap ruangan sudah ditetapkan
sistem pendokomentasian askep dan SAK.
(b) Informasi kepala ruangan bahwa penerapan proses askep dilakukan
sesuai standar dan sistem pendokumentasian disetiap ruangan.
Hasil observasi :
(a) Kelengkapan pendokumentasi askep belum berjalan dengan
optimal. Hal ini terlihat dari belum optimalnya perawat melakukan
pengkajian keperawatan sehingga sebagian besar format
pengkajian belum diisi lengkap, demikian juga dengan diagnosis,
perencanaan dan pendomentasian setelah melakukan tindakan
belum dilakukan.
(b) Selama melakukan residensi belum terlihat adanya kegiatan
pendidikan kesehatan baik secara individu maupun kelompok.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 80
(c) Dari hasil observasi sudah ada format discharge planning disetiap
ruangan akan tetapi dalam penerapannya hanya dilakukan saat
pasien akan pulang dengan membacakan kepada keluarga
kemudian meminta menandatanganinya dengan hanya sedikit
memberi kesempatan untuk melakukan diskusi.
Analisis :
Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari
dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat
dilaksanakan dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek
profesional tersebut adalah proses keperawatan. Suatu rangkaian
asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan.
perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi. Salah satu pilar
praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan
dengan menggunakan patient care delivery system tertentu. Patient
care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan (Sitorus : 2006).
Masalah : belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang
diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses
asuhan keperawatan.
d. Prioritas Masalah
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 81
Untuk memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi
prioritas, maka dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap
masalah yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan
dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1) Magnitude(M) : kecenderungan dan seringnya kejadian
masalah
2) Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
3) Manageable (Mn) : bisa di pecahkan
4) Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan
perawat
5) Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya
Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu :
1) Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih
banyak ditemukan (prevalensinya tinggi)
2) Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang
ditimbulkan suatu masalah lebih serius
3) Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini
dapat terpecahkan(menemukan jalan keluar)
4) Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan
selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 82
5) Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya
yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 =
cukup penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana
yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling
besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara : M x S x Mn xNc x Af.
Daftar masalah manajemen pada residen pertama di RS
Bhayarangkara Makassar dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Daftar Masalah Manajemen Pada Residen I di Bhayangkara Makassar, April 2012
No Fungsi Manajemen
Masalah
1 2 31. Perencanaan Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi
misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan
Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 83
2. Pengorganisasian Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP diruangan.
Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat disebabkan karena belum dipahaminya perhitungan beban kerja perawat.
Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
3. Pengarahan Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan
4. Pengendalian Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan
Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif
5. Compensatory rewad
Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat
6. Profesional relationship
Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan
7. Patient Care Devilery
Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan
Setelah diidentifikasi 12 masalah selanjutnya dilakukan pembobotan
untuk menentukan prioritas masalah, dapat dilihat pada tabel 3.7.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 84
Tabel 3.7 Prioritas masalah manajemen keperawatan di RS Bhayarangkara Makassar, April 2012
No Masalah PembobotanPrioritas
Mg Sv Mn NC Af TotalA. Fungsi Perencanaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan
3 2 3 3 5 270 9
2. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya
4 3 3 3 4 432 4
B. Fungsi Pengorganisasian
3. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP diruangan
4 3 3 4 2 288 7
4. Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat disebabkan karena belum dipahaminya perhitungan beban kerja perawat
4 2 2 4 2 128 11
5. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
5 5 5 4 4 2000 1
C. Fungsi Pengarahan
6. Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum
4 3 4 4 4 768 2
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 85
dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan
D. Fungsi pengendalian
7. Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan
3 3 3 4 2 216 10
8. Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif
4 4 3 3 4 576 3
E. Compensatory rewad
9. Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat
3 2 3 2 2 72 13
F Profesional relationship
10.
Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan
3 3 3 4 3 324 7
G. Patient Care Devilery
11.
Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan
4 3 3 3 4 432 4
Dari hasil pembobotan didapatkan prioritas masalah berdasarkan skor
yang paling besar, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah:
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 86
1) Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan
keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya
penerapan MPKP (2000)
2) Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena
belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak
adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan
mutu asuhan keperawatan (768)
3) Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan
disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang
keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan
sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan (576)
4) Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan
belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan
keperawatan (432)
5) Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan
karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan
SOP dan pendomentasian belum efektif (405)
6) Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan
keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan
prosedur komunikasi dalam proses keperawatan (324)
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 87
7) Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/
mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan
alokasi pasien berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum adanya
pedoman penerapan MPKP diruangan (288)
8) Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap
karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta
cara penyusunannya (243)
9) Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu
pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya
sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan (192)
10) Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat disebabkan
karena belum dipahaminya perhitungan beban kerja perawat (128)
11) Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan
karir perawat (108)
e. Alternatif Pemecahan Masalah
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan yang mencakup apa, siapa, dimana, berapa lama tujuan dapat
dicapai. Pada residensi pertama ini dilakukan analisis alternatif pemecahan
masalah terhadap 4 (empat) masalah berdasarkan prioritas masalah hasil
pembobotan.
Rumusan tujuan dan alternatif pemecahan masalah sesuai masing-
masing permasalahan sebagaimana dibawah ini :
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 88
1) Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan
di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
Alternatif pemecahan masalah
a) Apakah dengan pelatihan penerapan MPKP metode penugasan tim
selama 5 (lima) hari bersama dengan Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengendalian Keperawatan dan ketua komite keperawatan perawat
dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi perawat
mengapalikasikan MPKP diruang rawat inap?
b) Apakah dengan menetapkan ruangan percontohan MPKP Pemula
dengan metode penugasan tim akan meningkatkan kinerja perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan ?
2) Masalah
Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena
belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak
adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan
mutu asuhan keperawatan.
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :
a) Apakah dengan melakukan desiminasi selama 2 (Dua) hari kepada
Kepala keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim tentang
supervisi akan dapat meningkatkan kemampuan kepala ruangan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 89
dan ketua tim melaksanakan supervisi dalam dalam
mempertahankan mutu asuhan keperawatan?
b) Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat pelaksana
akan meningkatkan pemahaman perawat pelaksana akan
pentingnya supervisi dalam memecahkan masalah yang dihadapi?
3) Masalah
Belum optimalnya penerapan standar dan pendokumentasian asuhan
keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan
menggunakan SAK dan SOP serta belum adanya format audit
dokumentasi.
Alternatif pemecahan masalah :
a) Apakah dengan melakukan desiminasi selama 1 (satu) hari kepada
Kepala Bidang Keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim tentang
pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan
pendomentasian dapat meningkatan kepatuhan perawat
menggunakan SAK dan SOP dan pendokumentasian asuhan
keperawatan ?
b) Apakah dengan memberikan informasi tentang pengawasan
kepada perawat pelaksana akan meningkatan kepatuhan staf
keperawatan menggunakan SAK dan SOP dan audit
pendokumentasian askep?
4) Masalah
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 90
Belum optimalnya proses asuhan keperawatan yang diakibatkan belum
maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan
keperawatan.
Alternatif pemecahan masalah :
a) Apakah dengan melakukan desiminasi proses asuhan keperawatan
selama 2 (dua) hari kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksanan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam menerapkan proses asuhan keperawatan ?
b) Apakah dengan memberikan informasi proses asuhan keperawatan
dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam menerapkan
asuhan keperawatan?
5) Masalah
Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/
mekanisme kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi
pasien berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum adanya pedoman
penerapan MPKP diruangan
Alternatif pemecahan masalah :
b) Apakah dengan melakukan desiminasi kepada kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana akan meningkatkan pemahaman
tentang uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam
organisasi metode penugasan asuhan keperawatan ?
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 91
c) Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat ruangan
dapat memungkinkan kesamaan persepsi tentang pentingnya
rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode
penugasan asuhan keperawatan?.
6) Masalah
Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan
keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan
prosedur komunikasi dalam manajemen keperawatan.
Alternatif pemecahan masalah :
a) Apakah dengan melakukan desiminasi selama 1 (satu) hari kepada
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana akan
mengoptimalisasi kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan
keperawatan ?
b) Apakah dengan memberikan informasi pentingnya melakukan
operan, pre dan post conference akan meningkatkan kesadaran
perawat menerapkan komunikasi dalam memberikan asuhan
keperawatan.
7) Masalah
Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan
disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang
keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 92
sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan .
Alternatif pemecahan masalah :
a) Apakah dengan menyusun visi bidang keperawatan , visi dan misi
ruangan selama 1 (satu) minggu bersama dengan kepala seksi
pengendalian dan pembinaan keperawatan, komite keperawatan
dan para kepala ruangan akan meningkatkan kinerja parawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan ?
b) Apakah dengan mensosialisasikan visi bidang keperawatan dan
visi dan misi ruangan dapat menumbuhkan kesamaan pandangan
dalam memberikan pelayanan keperawatan ?
8) Masalah
Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap
karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta
cara penyusunannya.
Alternatif pemecahan masalah :
a) Apakah dengan merumuskan ketentuan pendokumentasian
rencana jangka pendek selama 1 (satu) hari bersama-sama Kepala
Bidang Keperawatan,akan memicu perawat untuk melaksanakan
pendokumentasian rencana kegiatan harian dan bulanan?
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 93
b) Apakah dengan memberikan informasi tentang kepada kepala
ruangan, ketua tim dan perawat penyusunan perencanaan kegiatan
perawatan jangka pendek dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran perawat membuat rencana kegiatan harian dan bulanan?
9) Masalah
Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu
pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya
sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan.
Alternatif pemecahan masalah
a) Apakah dengan melakukan desiminasi bersama dengan Kepala
Bidang kepertawatan dan kepala ruangan selama 1 (satu) hari
dapat mengoptimalkan kinerja bagian sistem pengendalian dan
pengukuran mutu pelayanan keperawatan.
b) Apakah dengan memberikan informasi kepada staf perawatan akan
meningkatkan efektifitas kinerja bagian sistem pengendalian dan
pengukuran mutu pelayanan keperawatan.
10) Masalah
Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga perawat disebabkan
karena belum dipahaminya perhitungan beban kerja perawat.
Alternatif pemecahan masalah
a) Apakah dengan melakukan desiminasi kepada kepala seksi
pengendalian dan pembinaan keperawatan dan kepala ruangan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 94
selama 1 (satu) hari akan meningkatkan pemahaman tentang
perhitungan beban kerja perawat dalam menyusun perencanaan
kebutuhan tenaga perawat.
b) Apakah dengan memberikan informasi kepada staf perawat akan
meningkatkan pengetahuan dalam menghitung beban kerja
berdasarkan klasifikasi ketergantungan pasien.
11) Masalah
Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan
karir perawat.
Alternatif pemecahan masalah
a) Apakah dengan melakukan desiminasi selama 1 (satu) hari kepada
bagian SDM, seksi pengendalian dan pembinaan keperawatan dan
kepala ruangan akan meningkatkan kemampuan dalam penilaian
kinerja dan penyusunan rencana pengembangan karir perawat
b) Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat tentang
sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat akan
meningkatan kinerjanya
f. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah
Seleksi alternatif pemecahan masalah menggunakan pembobotan
CARL, yaitu : C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan
alternatif, A = Accessability, artinya kemudahan dalam melaksanakan
alternatif, R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif,
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 95
L = Leverage, artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan
masalah, dengan memberikan rentang nilai 1-5, yaitu : 5 = sangat mampu,
4 = mampu, 3 = cukup mampu, 2 = kurang mampu dan 1 = tidak mampu.
Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan adalah yang
memperoleh nilai total tertinggi sebagaimana tabel 3.8.
Tabel 3.8 Alternatif Pemecahan Masalah Manajemen Keperawatan di RS Bhayarangkara Makassar
No. Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Skor1 2 3 4 5 6 71. Pelatihan penerapan MPKP
metode penugasan tim bagi kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana
4 4 4 4 256
2. Pelatihan supervisi bersama seksi pengendalian dan pembinaan keperawatan, kepala ruangan dan ketua Tim
4 3 3 4 192
3. Desiminasi rumusan dan mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta audit dokumentasi asuhan keperawatan
4 2 4 4 128
4. Desiminasi proses asuhan keperawatan bersama kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksanan
4 4 4 4 256
5. Desiminasi uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan kepada staf perawatan
4 4 3 3 144
6. Desiminasi komunikasi dalam keperawatan bersama seksi pengendalian dan pembinaan keperawatan, kepala ruangan dan ketua Tim
3 3 4 2 72
7. Penyusunan visi bidang 4 4 4 3 192
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 96
keperawatan, visi dan misi ruangan bersama kasie pengendalian dan pembinaan keperawatan, komite keperawatan dan para kepala ruangan
8. Menyusun pedoman pendokumentasian rencana jangka pendek bersama kepala seksi pembinaan dan pengendalian keperawatan dan komite keperawatan
3 3 3 2 54
9. Desiminasi sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan bersama kasie pengendalian dan pembinaan keperawatan, komite keperawatan dan para kepala ruangan
5 3 3 2 90
10. Desiminasi perhitungan beban kerja perawat dalam menyusun perencanaan kebutuhan tenaga perawat bersama kasie pengendalian dan pembinaan keperawatan, komite keperawatan dan kepala ruangan
4 3 3 3 108
11. Desiminasi penilaian kinerja dan penyusunan rencana pengembangan karir perawat bersama bagian SDM, seksi pengendalian dan pembinaan keperawatan dan kepala ruangan
3 2 3 2 36
Dari hasil pembobotan diatas maka alternatif pemecahan masalah
dengan urutan prioritasnya, sebagai berikut :
a) Pelatihan MPKP metode penugasan tim (500)
b) Pelatihan supervisi keperawatan (400)
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 97
c) Desiminasi rumusan dan mekanisme pengawasan penggunaan SAK
dan SOP serta audit dokumentasi asuhan keperawatan (300)
d) Desiminasi proses asuhan keperawatan (256)
e) Penyusunan visi bidang keperawatan, visi dan misi ruangan (192)
f) Desiminasi uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam
organisasi metode penugasan asuhan keperawatan (144)
g) Desiminasi perhitungan beban kerja perawat dalam menyusun
perencanaan kebutuhan tenaga perawat (108)
h) Desiminasi sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan
keperawatan (90)
i) Desiminasi komunikasi dalam keperawatan (72)
j) Menyusun pedoman pendokumentasian rencana jangka pendek (54)
k) Desiminasi penilaian kinerja dan penyusunan rencana pengembangan
karir perawat (36)
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 98
BAB IV
IMPLEMENTASI
A. Dikusi Pemecahan Masalah prioritas
Dari hasil pengkajian pada residensi pertama maka selanjutnya dilakukan
pertemuan dengan pihak pengelola RS Bhayarangkara Makassar yang
dilaksanakan pada hari Senin 23 April 2012. Dari hasil diskusi tersebut
disepakati bahwa prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan di RS
Bhayarangkara Makassar yang memerlukan pemecahan masalah segera adalah:
1. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di
ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
2. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme
kerja dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien
berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum adanya pedoman penerapan
MPKP diruangan
3. Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan
keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan
prosedur komunikasi dalam manajemen keperawatan
4. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena
belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara
penyusunannya.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 99
Input :Struktur :
Struktur organisasi ruanganKebutuhan tenaga
SDMSistem penugasanLogistik/peralatan
Proses Nilai-nilai profesionalisme
Proses:Pre tesInput materi, Pengamalan belajar : kognitif, afektif, psikomotorPraktik lapanganPenyusunan instrumen dokumentasi MPKPDiskusi/ bimbingan teknis penerapan MPKPAnalisis pengembangan ruangan percontohanDesiminasi pengambil kebijakanPlan of Action (POA)ImplementasiEvaluasi dan tindaklanjut
Output:Pengembangan ruangan rawat inap pengembangan MPKP pemulaPeningkatan kinerja Tim MPKP
Outcome:Kualitas Askep meningkatKepuasan perawat/pasien/ tenaga kesehatan lain meningkat
Selanjutnya dari 4 masalah diatas selanjutnya dilakukan analisis bersama
dengan pihak RS Bhayarangkara Makassar dan pembimbing/ supervisor residen
disepakati bahwa untuk mengatasi masalah tersebut diatas akan dilakukan :
1. Penyegaran MPKP metode penugasan tim
2. Mensosialisasi uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam
organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi
pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP diruangan
3. Perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
B. Alur Kegiatan Tahap Implementasi
Alur kegiatan proses implementasi dari 2 kegiatan pada residensi tahap
kedua dapat dilihat pada gambar alur 4.1
Gbr 4.1 Alur Implementasi Praktek Residensi Manajemen Keperawatan Di RS Bhayarangkara Makassar, April 2012
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 100
C. Perencanaan kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan masalah tersebut diatas
adalah sebagai langkah kongkrit untuk mengatasi masalah dengan cara:
1. Penyegaran MAKP
a. Melakukan diskusi dengan kepala Bidang perawatan, kepala ruangan dan
pembimbing lahan
b. Menyusun kerangka acuan pelaksanaan kegiatan
c. Mempersiapkan materi / bahan bacaan, dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan MAKP
d. Menyusun pedoman pelaksanaan MAKP diruangan
e. Menyusun intrumen soal pre dan post test
2. Kebutuhan tenaga (SDM).
a. Diskusi dengan kepala ruangan tentang penilaian tingkat ketergantungan
pasien
b. Menyusun kerangka acuan pelaksanaan kegiatan
c. Mempersiapkan materi
d. Menyusun pedoman perhitungan tenaga
3. Sosialisasi Tupoksi
Menyusun uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam
organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi
pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP diruangan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 101
Rencana kegiatan penyegaran dan aplikasi Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Metode Tim, Kebutuhan Tenaga, Sosialisasi Tupoksi Dan
Menyusun Standar Penilaian Kepuasan pasien/keluarga di RS Bhayarangkara
Makassar, Tanggal14 s/d15 Mei 2012
NO KEGIATAN TARGET WAKTU
SASARAN HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Pre testPenyajian materi tentang
Konsep MAKP dan Supervisi meliputi :
- Pengertian MAKP- Tujuan pelaksanaan MAKP - Macam-macam metode
MAKP- kelebihan dan kelemahan
MAKP- Pemahaman tentang
supervisi
Senin14 Mei 2012
Karu, Katim, PP
Peserta Memahami konsep dan dapat menerapkan MAKP Metode Tim
2. Pelatihan Supervisi
Post Test
Selasa15 Mei 2012
Karu, Katim, PP
Peserta Mampu Memahami tentang supervisi.
3 Pelaksanaan kegiatan diruangan
- Pre dan Post conference- Overan dan Ronde
Keperawatan
15 Mei 2012
Karu, Katim dan PP
Termotivasi untuk melaksanakan manajemen asuhan keperawatan profesional.
4 Evaluasi kegiatan 28 s/d 30 Mei 2012
Karu, Katim dan PP
D. Pelaksanaan Kegiatan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 102
Kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:
1. Melakukan penyegaran/pelatihan tentang pelaksanaan MAKP diruang rawat
inap yang terdiri dari:
a. Penyajian materi MAKP meliputi:
1) Pengertian MAKP
2) Tujuan MAKP
3) Macam – macam metode MAKP
4) Kelebihan dan kelemahan MAKP
b. Role play MAKP motode tim tentang :
1) Pelaksanaan Pre conference dan post conference
2) Pelaksanaan Operan
3) Ronde keperawatan
c. Pelaksanaan MAKP metode Tim diunit rawat inap rumah sakit oleh
perawat yang meliputi:
1) Operan tiap shift
2) Pre conference dan post converence
3) Ronde Keperawatan
4) Manajemen asuhan keperawatan
5) Dokumentasi askep
d. Penyegaran tentang perencanaan SDM keperawatan dengan perhitungan
kebutuhan tenaga tenaga perawat.
1) Tujuan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 103
a) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di RS
Bhayarangkara Makassar
b) Tujuan Khusus
Tersedianya tenaga keperawatan dan kebidanan meliputi :
(1) Jumlah, kualitas dan kualifikasi
(2) perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan
(3) Pengembangan karir staf keperawatan
2) Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Metode Douglas
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar
waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
a) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a) Kategori I : Self care/perawatan mandiri
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara
umum baik,tidak ada reaksi emosional,pasien memerlukan orientasi
waktu,tempat dan pergantian shift,ttindakan pengobatan biasanya
ringan dan simpel
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 104
b) Kategori II : intermediet care/perawatan sedang
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,mengatur pisisi waktu
makan.meberi dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan
diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar
mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada
pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi
fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-
10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side
efek obat atau reaksi alergi.
c) Kategori III : Intensive care/perawatan total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua
dibantu oleh perawat penampian sakit berat.pasien memerlukan
observasi terus-menerus.
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di
rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi,
sore dan malam teragantung pada tingkat ketergantungan pasien
seperti pada table di bawah ini:
Jumlah pasien
KLASIFIKASI PASIENminimal Parsial Total
pagi Siang malam pagi Siang malam Pagi Siang malam
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 105
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,202 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,403 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst
Contoh hasil perhitungan perawat di ruang interna RS Bhayarangkara Makassar:
Di ruang bedah RS Bhayangkara diruangan interna dirawat 20 orang pasien
dengan kategori sebagai berikut: 5 pasien dengan perawatan minimal, 10
pasien dengan perawatan parsial dan 5 pasien dengan perawatan total.
Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut:
1. untuk shift pagi:- 5 ps x 0,17 = 0,85- 10 ps x 0,27 = 2,70- 5 ps x 0,36 = 1,80
total tenaga pagi = 5,35
2. untuk shift siang:- 5 ps x 0,14 = 0,70- 10 ps x 0,15 = 1,50- 5 ps x 0,30 = 1,50
total tenaga siang = 5,35
3. untuk shift malam:- 5 ps x 0,10 = 0,50- 10 ps x 0,07 = 0,70- 5 ps x 0,20 = 1,00
total tenaga malam = 2,20
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah: 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11 orang perawat)
Klasifikasi Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan
Kriteria Ketergantungan Jumlah Klien Perhari Sesuai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dst
Perawatan Minimal:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan4. Observasi tanda-tanda vital
dilakukan setiap shift5. Pengobatan minimal, status
psikologis stabil
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 106
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
Perawatan Parsial:
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Folly cateter intake output dicatat5. Klien dengan pasang infus,
persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan total:
1. Segalanya diberi bantuan2. Posisi yang diatur, observasi tanda-
tanda vital setiap 2 jam3. Makan memerlukan NGT,
intravena terapi4. Pemakaian suction5. Gelisah/ disorientasiJumlah total pasien perhari
Petunjuk Penetapan jumlah Klien Berdasarkan Derajad
Ketergantungan:
a) dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari
b) Setiap klien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi klien (minimal
mmemenuhi tiga kriteria)
c) Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi dengan memberi tanda tally
(I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 107
diketahui berapa jumlah klien yang ada dalam klasifikasi minimal,
parsial dan total
d) Bila klien hanya mempunyai satu criteria dari klasifikasi tersebut maka
klien dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya.
Hasil Perhitungan
Hari ke...
Klasifikasi Klien Rata-rata klien/ hari
Jumlah Kebutuhan Perawat
Minimal Parsial Total Pagi Sore Malam1 6 2 4 12 3 2,34 1,542 4 3 3 10 2,57 1,91 1,213 3 6 3 12 3,21 2,22 1,324 4 5 3 12 3,11 2,21 1,355 6 3 2 11 2,55 1,89 1,216 5 7 1 13 3,1 2,05 1,197 7 4 1 12 2,63 1,88 1,188 9 3 1 13 2,7 2,01 1,319 5 5 3 13 3,28 2,35 1,4510 7 3 1 11 2,36 1,73 1,1111 3 8 2 13 3,39 2,22 1,2612 4 9 2 15 3,83 2,51 1,4313 6 7 3 16 3,99 2,79 1,6914 2 10 3 15 4,12 2,68 1,515 7 4 4 15 3,71 2,78 1,7816 5 9 3 16 4,36 2,95 1,7317 6 3 4 13 3,27 2,49 1,6118 4 6 5 15 4,1 2,96 1,8219 6 5 5 16 4,17 3,09 1,9520 7 4 3 14 3,35 2,48 1,5821 6 5 4 15 3,81 2,79 1,7522 7 4 3 14 3,35 2,48 1,58
Jadi rata-rata tenaga yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah: 7 perawat. Berarti kebutuhan untuk satu ruangan adalah 7 perawat + 1 Karu + 3 Katim + 2 cadangan = 13 perawat.
Metode Gillies
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 108
A X B X C F = = H
(C – D) X E G
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan
di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut:
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu:
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh
perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan
fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 109
dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan
intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan
keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari
sedangkan untuk:
* self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
* partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
* Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
* Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit
(Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut
Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan
penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/
pasien (Gillies, 1994)
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi:
aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 110
Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau
unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy
Rate” (BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%Jumlah tempat tertentu x 365
- Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari,
hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari
sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan
hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya,
hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu
(kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari
kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam
perhari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit
harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/
cadangan)
Contoh perhitungannya di ruang interna:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah
rumah sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur,
didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 15 orang
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 111
perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang dapat
melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan
sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total.
Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan.
Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi
tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di
ruang tersebut adalah sbb:
1) Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
klien perhari, yaitu:
Keperawatan langsung
Keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam
Keperawatan parsial 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam
Keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam
Keperawatan tidak langsung 15 klien: 5 x 1 jam = 15 jam
Penyuluhan kesehatan 15 orang klien: 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
Total jam keperawatan secara keseluruhan = 73,75 jam
2) Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75
jam / 15 klien = 4,9 jam
3) Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
1989) diatas, sehingga didapatkan hasil sbb
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 112
4,9 jam/klien/hari x 15 klien/hari x 365 hari = 16,17 orang (16 orang)
(365 hari – 128 hari) x 7 jam
4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
utuhkan perhari, yaitu:
5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shift, yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam
Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%,
dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga
keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah: shift pagi: 5,17
orang (5 orang), shift sore: 3,96 orang (4 orang), shift malam: 1,
87 orang (2 orang)
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 113
Rata-rata klien/hari x rata-rata jam perawatan/ hari = 15 org x 4,9 jam =
Jumlah jam kerja/ hari 7 jam
e. Melakukan sosialisasi uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja
dalam organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan
klasifikasi pasien akibat belum adanya pedoman penerapan MPKP
diruangan :
1) Rentang kendali/ mekanisme kerja diruang MPKP :
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap
tim diketuai oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui test.
b) Kepala Ruangan bekerja sama dengan Ketua Tim mengatur jadwal
dinas (pagi, sore, malam).
c) Kepala Ruangan membagi pasein untuk masing-masing tim.
d) Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana
karena kondisi tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan
perawat pelaksana ke tim yang mengalami kekurangan perawat
pelaksana.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam,
dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang
tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling
kompeten dari perawat yang ada. Sebagai pengganti kepala
ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim berhalangan,
tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang
paling kompeten, di antara anggota tim.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 114
f) Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing
pasien.
g) Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh
perawat pelaksana anggota timnya.
h) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim.
Bila ketua tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka
tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling
kompeten yang ada di dalam tim.
i) Masing-masing tim memiliki Buku Komunikasi.
j) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tangggung jawabnya.
2) Pembuatan jadual dinas Daftar dinas ruangan disusun berdasarkan tim, dibuat dalam satu minggu, sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terahir minggu tersebut untuk jadwal dinas pada minggu yang selanjutnya dan bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam serta yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari. Contoh daftar dinas seminggu dapat dilihat pada tabel 1.8
4. Daftar PasienDaftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik.
Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien di
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 115
ruangan diisi oleh ketua tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Contoh daftar pasien dapai dilihat pada Tabel 1.10.
Tabel 1.8. Daftar Dinas Ruangan Disusun Berdasarkan Tim
No Nama Sn Sl Rb Km Jm Sb Mg Sn1 2 3 4 5 6 7 8
1 Karu P P P P P P P PTim I
2 Katim P P P P P P P P3 PA. A M M M M - L P P4. PA. B P P P P L S P S5. PA. C S L S S S S S L6. PA.D S* S* S* L M* M* M* M7. PA.E P S L S S S S S*
Tim II8. Katim P P P P P P L P9. PA. F S S S S* L P P P10. PA. G M* M* M* M* - L P P11. PA. H P P P P P L S S12. PA. I P P P L S* S* S* S14. PA. J S S S L M M M M*
Jumlah Pagi
7 6 6 5 4 4 4 6
Jumlah Sore
4 3 4 3 3 5 4 4
Jumlah Mlm
2 2 2 2 2 2 2 2
Keterangan : P :Pagi S : Sore M : Malam L : Libur * : Penanggung jawabDaftar Dinas dapat dievaluasi dengan menggunakan instrumen pada table 1.9
Tabel 1.9. Evaluasi Kegiatan Penyusunan Daftar Dinas Ruangan MPKP
No Aspek yang Dinilai Dilakukan Tidak Dilakukan
Ket
01 Menggunakan format yang disediakan
02 Tercantum nama-nama perawat per Tim
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 116
03 Tergambar adanya penanggung jawab harian
04 Susunan dinas pershift (pagi, sore dan malam)
05 Jadwal dibuat untuk satu bulan
Keterangan : Dilakukan : 1 Tidak dilakukan : 0
Tabel 1.10. Daftar Pasien Ruangan MPKP
No Nama Nama Nama PP Pagi Sore Malam Pasien Dokter Katim 7/5-12 6/5-12 7/5-12
Tim I 1 Ferri Dr. Cilra Hartini Tono Tono Ulfa* Ujang* 2 Zulkifli Dr. Cilra Hartini Ujang Tono* Ulfa* Ujang 3 Annan Dr. Akbar Hartini Henny Henny Pustie* Ujang* 4 Bary Dr. Akbar Hartini Ulfa Henny* Ulfa Ujang* 5 Dullali Dr. Pudi Hartini Tito Tito Pustie* Ujang* 6 Achinad Dr. Anton Hartini Pustie Tito* Pustie Ujang* 7 Polan Dr Joni Hartini Hartini Hartini Pustie* Ujang*
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore. Contoh di atas menunjukkan:• Dinas pagi tanggal 7 Mei 2012 adalah Tono, Henny, Tito, dan Hartini. Tono
merawat Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat asosiet karena Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam
• Dinas sore tanggal 6 Mei 2012 adalah Ulfa dan Pustie• Dinas malam tanggal 6 Mei 2012 adalah Ujang
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 117
Nilai Aktivitas Penyusunan Daftar Dinas : Jumlah Nilai x 100%
5
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil kegiatan residensi di RS Bhayangkara Makassar, berikuti ini
dilakukan pembahasan hasil kegiatan yang telah dilakukan sebagai berikut :
A. Kegiatan Manajemen Aproach
1. Fungsi perencanaan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada 10 ruang rawat inap
menggambarkan bahwa fungsi-fungsi manajemen belum berjalan dengan
optimal. Sebelum dilakukan kegiatan pelatihan MPKP kompetensi
perencanaan yang dimiliki kepala ruang dan ketua tim menggambarkan
pengetahuan tentang perencanaan masih rendah dan belum menyeluruh, hal
ini ditunjukkan dengan kegiatan perencanaan tidak berdasarkan kegiatan
manajemen dan pengelolaan askep tetapi lebih bersifat rutinitas dan responsif
terhadap permintaan dari manajemen serta adanya pengertian bahwa yang
dimaksud dengan perencanaan adalah hanya meliputi perencanaan barang.
Demikian halnya dengan belum ditetapkannya visi, misi dan filosofi
ruangan hal ini disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang
keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai
pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Masih rendahnya pemahaman kepala ruangan dan ketua tim dalam kegiatan
perencanaan karena mereka belum pernah mengikuti pelatihan terkait dengan
manajemen keperawatan. Menurut Nurachmah (2000) seorang manajer
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 118
keperawatan harus memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan
pekerjaannya dapat berhasil yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan,
ketrampilan kepemimpinan, dan kemampuan melaksanakan fungsi
manajemen, dan sejalan dengan pendapat Gibson (1996) dalam teori sifat
kepemimpinan ditemukan sejumlah ciri individu yang dapat menjadi
pemimpin yang efektif yang berdasarkan riset dapat diidentifikasi adalah
adanya ciri-ciri intelektual, emosional, fisik dan ciri pribadi lain, hal ini
menunjukan bahwa pemimpin lebih cerdas dari pengikutnya.
Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dan pengembangan unit ruang
percontohan menunjukkan peningkatan kompetensi kepala ruangan dan ketua
tim baik secara kognitif maupun kinerja pada fungsi perencanaan. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan kemampuan dalam penyusunan rencana
kegiatan harian yang dibuat secara tertulis, runut, mencakup kegiatan
manejerial dan askep, mampu menyusun rencana kegiatan bulanan yang
mengandung kegiatan manajemen dan askep. Sedangkan kegiatan
perencanaan yang belum terselesaikan pada residensi kedua adalah
penyusunan visi, misi dan filosofi ruangan, penyusunan rencana tahunan
mencakup 4 pilar nilai profesional keperawatan.
Belum jelasnya pola manajemen yang diterapkan dapat menjadi faktor
penyebab kurang efektifnya fungsi-fungsi manajemen, hal ini sejalan dengan
apa yang disampaikan oleh Dharma (2005) untuk mengembangkan
manajemen kinerja terdapat faktor-faktor lingkungan yang harus diperhatikan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 119
yaitu : budaya organisasi, nilai dasar, gaya manajemen dan struktur organisasi
yang ada.
Perubahan sistem pengelolaan Rumah Sakit yang terjadi saat ini menuju
ke arah konsep manajerialisme, dalam konteks Rumah Sakit peran para
manajer (yang tidak langsung melakukan pelayanan medik) semakin
meningkat, karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi jalannya kegiatan, hal ini
tentunya mempunyai konsekuensi bahwa harus tersedia sumberdaya manusia
yang mempunyai dasar keilmuan dan wawasan tentang kesehatan dan
perumahsakitan. Secara lengkap konsep manajemen strategis dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yang berurutan , yang meliputi : analisis perubahan,
persiapan penyusunan, diagnosis kelembagaan dan analisis situasi, formulasi
strategi, pelaksanaan strategi dan pengendalian strategi Salah satu langkah
penting dalam manajemen strategi adalah melakukan diagnosis Rumah Sakit,
beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah keterkaitan antara visi,
misi, analisis eksternal dan internal serta isu-isu pengembangan.
Keterlibatan sumber daya manusia merupakan hal yang penting dalam
mengelola perubahan, semangat untuk melakukan perubahan untuk menyusun
rencana strategi dan mengembangkan indikator keberhasilan. Proses
penyusunan ini hendaknya bukan hanya untuk kepentingan formalitas dalam
penilaian akreditasi, tetapi benar-benar untuk menentukan strategi yang tepat
mengelola Rumah Sakit, untuk itu diperlukan budaya organisasi yang kuat.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 120
Konsep perubahan budaya ke arah budaya organisasi merupakan hal yang
tidak mudah untuk dilaksanakan, tetapi harus mulai dipersiapkan dengan cara
menumbuhkan budaya kerja yang bertumpu pada kompetensi dan kinerja.
Dengan kondisi di mana Kepala Ruangan dan Ketua Tim dengan kemampuan
yang belum optimal tentang perencanaan Rumah Sakit secara umum maupun
perencanaan bangsal , maka partisipasi dan kegiatan perencanaan yang
dilakukan bisa menjadi salah arah atau tidak efektif, apalagi pada tahun ini
RS Bahayangkara Makassar akan ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum,
maka rencana bisnis harus berbasis klinis, ini artinya tanpa adanya sosialisasi
dan komunikasi yang baik dari manajemen dan manajer operasional yang
langsung bekerja di klinik (pelayanan pasien) maka dapat dipastikan bahwa
akuntabilitas RS masih rendah.
2. Fungsi Pengorganisasian
Dari analisis kompetensi Kepala Ruang dalam melakukan
pengorganisasian ruangan diketahui bahwa kegiatan fungsi pengorganisasian
belum optimal. Kondisi fungsi pengorganisasian sebelum dilakukan pelatihan
dan pengembangan ruang percontohan MPKP pemula menggambarkan bahwa
penyusunan jadual shif belum mempertimbangkan klasifikasi pasien, belum
tergambar penanggungjawab shif, belum ada alokasi pasien, daftar pasien
belum tercantum nama pasien tiap tim dan nama katim, belum tergambar
perawat asosiet (PA). Ketidakjelasan uraian tugas, kurangnya pemahaman
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 121
tentang mekanisme kerja belum ada kejelasan rentang kendali/mekanisme
kerja dalam organisasi metode penugasan.
Kemudian setelah dilakukan pelatihan dan pengembangan ruang
percontohan MPKP pemula menunjukkan terjadi peningkatan kompetensi
kepala ruangan dan staf perawatan khususnya di ruang percontohan. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan kemampuan dalam menyusun jadual shif
dengan mempertimbangkan klasifikasi pasien, tergambar penanggungjawab
shif dan alokasi pasien. Daftar pasien sudah tercantum nama pasien tiap tim,
tercantum nama katim, tergambar perawat asosiet (PA), tercantum nama
dokter yang merawat, dan peningkatan pemahaman tentang mekanisme kerja
dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan belum ada kejelasan
rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan.
Hoffart dan Woods (1996), mendefinisikan Model Praktik Keperawatan
Profesional sebagai sebuah sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai
professional yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan
keperawatan. Perencanaan kebutuhan tenaga perawat di RS Bahayangkara
Makassar mengacu pada perencanaan makro dan belum mengacu pada
perhitungan tingkat ketergantungan pasien. Perencanaan meliputi jumlah dan
kualifikasi tenaga berdasarkan standar ketenagaan. Analisa kebutuhan tenaga
mengacu pada data dan informasi rumah sakit berdasarkan kapasitas tempat
tidur, BOR. Hasil analisa disampaikan kepada bidang pelayanan sebagai
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 122
acuan perencanaan makro. Sistem recruitment mengacu pada pedoman
manajemen SDM recruitment RS Bahayangkara Makassar.
Rendahnya pemahaman dalam perhitungan/ klasifikasi pasien
menyebabkan semua ruangan belum menyusun kebutuhan tenaga sesuai
dengan beban kerja perawatan, belum adanya alokasi pasien dan pembuatan
jadual dinas sesuai dengan rasio kebutuhan pasien. Tidak tersedianya data
yang mendukung kegiatan analisis kebutuhan tenaga keperawatan merupakan
faktor ekstrinsik yang berasal dari aspek administrasi dan sistem informasi
yang mengakibatkan kepala ruang tidak pernah melakukan perhitungan
kebutuhan tenaga dengan benar. Kondisi ini didukung dengan manajemen
data yang masih kurang baik yang ada di RS Bahayangkara Makassar, di
mana untuk data – data yang diperlukan bidang keperawatan tidak secara
otomatis mendapatkan data dari bagian lain (Bidang Perencanaan dan
pelopran ataupun Bidang SDM dan Rekam Medis) dan data mentah yang
didapatkan seringkali belum dapat diolah menjadi informasi yang berguna
bagi keperawatan dalam menganalisis kebutuhan tenaga perawat.
Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan sebenarnya
mempunyai banyak aktivitas penting, antara lain mengatur asuhan
keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di
sebuah ruang rawat inap dengan jumlah tenaga keperawatan dan fasilitas yang
tersedia. Tujuan dari pengorganisasian adalah untuk mempermudah
pelaksanaan tugas dengan cara membagikannya kepada tenaga perawat
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 123
maupun non perawat dan mempermudah pengawasan, tetapi ternyata fungsi
tersebut belum didukung oleh sistem yang berjalan di RS Bahayangkara
Makassar sebelum dilakukan pelatihan. Pengorganisasian adalah pengaturan
sumber daya melalui integrasi dan koordinasi untuk menjamin
kesinambungan pelayanan secara efektif dan efisien. Menurut Handoko
(1998), pengorganisasian dalam manajemen adalah penentuan sumber daya
dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, perencanaan
dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat
membawa pencapaian tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu dan
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi pengorganisasian menciptakan struktur
formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan. Manajer
perlu mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dan kemudian
memimpin tipe organisasi yang sesuai dengan tujuan, rencana dan program
yang telah ditetapkan.
3. Fungsi pengarahan
Dari hasil pengkajian menggambarkan bahwa pemahaman kepala
ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan
untuk dilaksanakan oleh staf perawatan belum optimal demikian halnya
dengan kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena
belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 124
pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan
keperawatan.
Hal ini menujukkan bahwa fungsi pengarahan Kepala Ruang belum
optimal. Fungsi pengarahan selalu berkaitan dengan perencanaan, yang berarti
bahwa Kepala Ruang harus dapat mengarahkan perawat dan staf untuk
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pelayanan, yang dapat
dilakukan dengan saling memberi motivasi, membantu penyelesaian masalah,
melakukan pendelegasian, melakukan komunikasi efektif, kolaborasi dan
koordinasi. Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian
tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat
pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan
wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
Dari informasi yang diperoleh dapat diketahui bahwa kegiatan
pengarahan di masing-masing ruang rawat dilakukan melalui pertemuan
formal di tingkat bangsal, tetapi dalam pelaksanaanya ternyata kegiatan
tersebut belum dilaksanakan secara rutin, kurang komitmen untuk
melaksanakan tugas-tugas manajerial hal ini terjadi karena kemampuan
mengelola waktu yang masih belum efektif. Waktu adalah sumber daya yang
tidak dapat disimpan, sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Teknik
yang dapat digunakan oleh Kepala Ruang dalam mengelola waktu antara lain :
komitmen pribadi untuk perbaikan, memutuskan apa yang tidak perlu
dilakukan, belajar mengatakan tidak, mencatat bagaimana waktu digunakan,
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 125
merencanakan penggunaan waktu, mengenali waktu utama diri sendiri,
membuat program blok waktu, mengatur ruang kerja, membuat memo,
menghambat gangguan, mengatur petermuan, membuat agenda, mengatur
orang dan menghindari penyita waktu.
Dalam hal pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan, untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan diperlukan supervisi. Supervisi keperawatan
adalah proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Kegiatan supervisi
adalah merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dikerjakan oleh
manajer keperawatan dari level rendah sampai tertinggi. Apabila fungsi ini
tidak dilakukan maka tujuan keperawatan tidak akan tercapai. Dalam hal
pelaksanaan Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan di RS
Bahayangkara Makassar yang bertindak sebagai supervisi adalah Kasie
Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dan Kepala Ruang Rawat Inap.
Kegagalan kegiatan supervisi ini dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan akibatnya Kepala Ruang mengambil keputusan untuk melakukan
sesuatu tanpa adanya penilaian terlebih dahulu sehingga kualitas manajerial
menjadi kurang. Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat
area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan
keperawatan dan area pengembangan. Struktur organisasi ruangan merupakan
area asuhan keperawatan yang seharusnya mendapatkan supervisi yang
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 126
intensif karena berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan
diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang jelas.
Selain kegiatan supervisi untuk melakukan manajemen mutu kegiatan
lain yang dapat dilakukan adalah menilai keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka siklus perbaikan mutu
tidak akan terjadi, karena tidak ada proses umpan balik dari manajer tingkat
tinggi. Jika kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan baik maka akan
mempunyai manfaat yang besar bagi Kepala Ruang, yaitu menghilangkan
kekhawatiran tentang kinerja dan jaminan pekerjaan mereka, membantu para
Kepala Ruang untuk berprestasi dan memperbaiki kinerjanya dan dapat
memberikan dokumentasi yang sistematis bila terjadi pemecatan.
4. Fungsi pengendalian
Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi :
menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja,
melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja
sesuai dengan standar dan mengambil tindakan korektif.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kinerja kepala ruangan dan katim
serta Tim pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan belum
optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum dilakukannya penilain mutu umum,
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 127
belum ada pedoman audit dokumentasi, survey kepuasan pasien belum
dilakukan secara konsisten, belum ada pedoman penilaian kepuasan perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya, belum dilakukan survey masalah kesehatan /
keperawatan. Demikian halnya dengan penerapan standar asuhan keperawatan
yang belum optimal disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan
menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif.
Kecenderungan belum efektifnya manajemen keperawatan berkaitan
dengan pengawasan dan pengendalian disebabkan ketidakjelasan struktur
pengawasan itu sendiri dan saat ini menjadi kelemahan di RS Bahayangkara
Makassar. Dari observasi, ketidakjelasan tersebut yaitu: 1) kurangnya
motivasi dan sikap manajer melaksanakan pengawasan pelayanan perawat, 2)
belum adanya penetapan standar supervisi, penilaian atau pengukuran hasil
kerja yang disepakati bersama (pimpinan-perawat) dan 3) kurangnya
pemahaman masing-masing peran tentang proses pengawasan/ supervisi yang
dilaksanakan.
Fungsi pengendalian keperawatan merupakan controling agar kinerja
keperawatan sesuai rencana, apakah individu, cara atau waktu yang tepat
sehingga berfungsi meminimalkan kesalahan. Kegagalan pengendalian
keperawatan ditandai: 1) tidak berjalannya supervisi dan audit keperawatan,
2) menurunnya prestasi kinerja pelayanan perawat dan 3) menurunnya
kedisiplinan mematuhi standar operasional prosedur.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 128
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan menggambarkan sebagian
besar telah melakukan monitoring terhadap respon pasien, beberapa
memeriksa kembali kelengkapan pendokumentasian askep sebelum catatan
medik tersebut di bawa ke Rekam Medis, kepala ruang selalu memberikan
teguran pada perawat yang melakukan kesalahan dalam bekerja tetapi masih
belum optimal dalam melakukan upaya tindak lanjut hasil evaluasi. Akan
tetapi hasil pengamatan selama melakukan residensi waktu supervisi oleh
kepala ruang biasanya tidak lebih dari 1 sampai 3 menit untuk tiap dokumen,
kepala ruang hanya sekilas memeriksa dokumentasi dan jarang sekali
memberikan komentar atau dorongan-dorongan terhadap perawat. Pada
kenyataannya kepala ruang tersebut memang belum pernah mengikuti
pelatihan manajemen kepala ruang. Mengingat kondisi tersebut perlu
diberikan fasilitasi untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan kepala ruang sehingga lebih mampu memberikan motivasi
kepada perawat pelaksana, dan lebih memahami peranannya sebagai kepala
ruang.
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian keberhasilan pelayanan
keperawatan yang dilakukan secara obyektif sebagai upaya yang dapat
mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam peningkatan
mutu pelayanan. Adanya umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil
evaluasi akan memudahkan manajer dalam melakukan upaya perbaikan. Salah
satu uraian tugas kepala ruang adalah melaksanakan fungsi pengawasan,
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 129
pengendalian dan penilaian yang meliput kegiatan : mengawasi dan menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah di tentukan, melaksanakan
penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di
bidang perawatan, mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan, secara efektif dan efisien dan mengawasi
pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan lain di ruang rawat.
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian keberhasilan pelayanan
keperawatan yang dilakukan secara obyektif sebagai upaya yang dapat
mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam peningkatan
mutu pelayanan. Adanya umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil
evaluasi akan memudahkan manajer dalam melakukan upaya perbaikan.
Evaluasi merupakan proses pengakuan terhadap hasil kerja yang dilakukan
oleh perawat yang dilakukan Kepala Ruang yang dapat memotivasi perawat
untuk melakukan pekerjaanya dengan baik, sehingga apabila seorang Kepala
Ruang memberikan penilaian yang obyektif terhadap prestasi kerja yang
dihasilkan maka perawat pelaksanapun akan termotivasi untuk menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap, dan penyesuaian
antar tenaga yang ada di organisasi, keselarasan ini dapat terjalin antar
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lain maupun bagian lain di Rumah
Sakit. Kegiatan koordinasi bermanfaat untuk menghindari perasaan lepas
dengan bagian lain ataupun perasaan lebih penting dari bagian lain,
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 130
menumbuhkan rasa saling membantu, dan menimbulkan kesatuan tindakan
dan sikap antar staf. Kurangnya koordinasi dengan Tim Pengendalian Mutu
Rumah Sakit yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian persoalan mutu,
sehingga diperlukan kerjasama yang baik antar bagian yang terkait sehinggga
kegiatan dapat berjalan dengan baik pula. Manajer-manajer yang efektif
menyadari bahwa latihan adalah proses yang terus menerus dan bukan proses
sesaat, sehingga upaya tindak lanjut harus selalu dilakukan agar produktivitas
karyawan meningkat. Menurut Husnita (2006) agar dampak pelatihan dapat
efektif dirasakan manfaatnya maka ada beberapa prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan yaitu : motivasi, laporan kemajuan, reinforcement, praktik dan
adanya perbedaan individual.
Kegiatan pelatihan MPKP yang telah dilakukan tetapi jika tidak
ditindaklanjuti secara konsisten dan mendapat dukungan khususnya dari top
manajer kurang bermanfaat bagi staf perawatan, karena mereka tidak dapat
mempraktikan apa yang sudah dipelajari dan tidak dapat menilai keberhasilan
penerapan MPKP.
2. Compensatory Reward
Hasil analisis pada pilar profesional compensatory reward ditemukan
masalah belum optimalnya pengembangan SDM tenaga perawat termasuk
kejelasan jenjang karirnya di RS Bahayangkara Makassar belum optimal. Pola
pengembangan karir menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan adalah perencanaan makro disusun oleh pimpinan keperawatan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 131
struktural sedangkan perencanaan mikro oleh pimpinan keperawatan fungsional,
akan tetapi upaya peningkatan SDM perawat belum optimal hal ini dipengaruhi
oleh ketersediaan dana dan peraturan kepegawaian Pemerintah Kabupaten Luwu.
Hal Ini tercermin dari belum pernah dilakukan kegiatan pelatihan atau desiminasi
dibidang keperawatan khususnya pelatihan manajemen dan asuhan keperawatan.
Meskipun sudah ditetapkan dalam perencanaan peningkatan SDM dibidang
keperawatan akan tetapi dengan keterbatasan pendanaan RS sehingga realisasi
kegiatan belum optimal. Untuk pemecahan masalah keterbatasan dana
pengembangan SDM tenaga keperawatan oleh direktur RS Bahayangkara
Makassar memberikan kesempatan kepada perawat yang ingin melanjutkan
pendidikan. Pengembangan karier ini dapat dilaksanakan untuk perawat yang
dalam kesehariannya baik, sehingga performen indeks dapat ditingkatkan.
Pengembangan karier salah satunya adalah pembinaan teknis atau pelatihan, yang
mengadakan tersebut adalah dari pihak manajerial
Dalam rangka optimalisasi kinerja perawat di RS Bahayangkara Makassar
diperlukan pengembangan tenaga keperawatan dalam pengetahuan, ketrampilan
serta pengalaman dibidangnya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan,
program pelatihan, dan sebaginya. Kegiatan ini meliputi : Introduksi training
untuk karyawan baru, Orientasi, In - house education / on - the job training
pendidikan berkelanjutan formal dan non formal. Untuk itu diharapkan divisi
keperawatan membuat komisi atau diklat keperawatan. Kegiatan pelayanan
keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan yang
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 132
memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang perawatan untuk itu perlu
adanya klasifikasi pasien dan perencanaan tenaga keperawatan, baik jumlah
maupun klasifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan sistem pengelolaan tenaga
keperawatan yang ada (Sitorus : 2006).
Manajemen SDM di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian
kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru. Pengelolaan
tenaga keperawatan adalah hal yang mutlak harus dilakukan oleh setiap pimpinan
keperawatan untuk mendukung tercapainya hasil kerja atau kinerja yang optimal
secara efisien dan efektif dalam rangka peningkatan dan mempertahankan kualitas
pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus. Untuk itu setiap
pengelola keperawatan harus mampu memahami dan dapat menerapkan berbagai
peraturan pengelolaan tenaga keperawatan dengan baik, sehingga dapat diperoleh
selain kinerja yang optimal secara efisian dan efektif juga diperoleh kepuasan
kerja perawat yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pasien/keluarga. Dengan demikian tujuan individu perawat dan tujuan organisasi
dapat dicapai dengan baik.
Klasifikasi pasien dan perencanaan tenaga keperawatan yang tepat adalah
merupakan suatu proses pemikiran dan penentuan kebijakan dari hal-hal yang
akan dilaksanakan oleh pimpinan untuk masa yang akan datang dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan yang tepat. Dalam upaya efisiensi dan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 133
efektifitas serta mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit,
maka semua pengelola keperawatan diharapkan mampu menyusun perencanaan
tenaga keperawatan berdasarkan analisa kegiatan dan perhitungan yang cermat,
sehingga dapat dicapai efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan keperawatan
dengan harapan dapat diperoleh kinerja yang optimal (Sitorus : 2006).
3. Profesional Relationshif
Pada hasil analisis data teridentifikasi belum optimalnya kegiatan
komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena
belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan.
Kegiatan serah terima antar shif/operan sudah dilakukan akan tetapi belum
optimal karena operan hanya dilakukan di ruang perawat dan hasil obsevasi saat
operan komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada tindakan medis saja
untuk tindakan keperawatan masih sangat kurang dilakukan dan pelaksanaannya
belum teroganisir dengan baik. Sedangkan kegiatan conference kasus sebanyak
50 % kepala ruangan menyatakan sudah melakukan akan tetapi hasil wawancara
belum dilakukan secara terjadual dan belum ada prosedur conference kasus,
informasi dari kepala ruangan bahwa pembahasan kasus biasanya dirangkaikan
dengan rapat bulanan tetapi belum dilakukan persiapan dengan baik.
Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar
perawat pelaksana, sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala Ruangan dan
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesi lain.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 134
4. Patien Care Delivery
Dari hasil pengkajian residensi pertama teridentifikasi belum optimalnya
yaitu manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya
pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan.
Hasil kuesioner menggambarkan ketua tim cukup optimal dalam melakukan
pengkajian tetapi kompetensi dalam menetapkan diagnosa keperawatan,
menetapkan rencana asuhan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan yang
bersifat terapi keperawatan belum optimal. Demikian halnya dengan kompetensi
perawat pelaksana dalam melakukan proses asuhan keperawatan yang masih
kurang. Hasil kuesioner perawat sebagian besar perawat pelaksana masih
melakukan layanan berdasarkan rutinitas dan atas instruksi dokter. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar belum memahami dengan baik pengkajian
khususnya pemeriksaan fisik, hambatan dalam merumuskan diganosa
keperawatan, menyusun rencana dan imlementasi keperawatan serta evaluasi.
Untuk melaksanan tindakan dengan baik dan benar perawat pelaksana
memerlukan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim. Hal ini dapat
dilakukan melalui kegiatan supervisi dalam upaya proses perbaikan dan
peningkatan kompetensi penerapan asuhan keperawatan dan dokumentasi sesuai
standar di ruang MPKP. Dokumentasi merupakan salah satu aspek terpenting dari
peran pemberi perawatan kesehatan, disamping memiliki beberapa tujuan dalam
jaringan yang runut antara pasien, fasilitas pelayanan, pemberi perawatan, dan
pembayar, dokumentasi juga merupakan bukti bahwa tanggung jawab hukum dan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 135
etik perawat terhadap pasien sudah dipenuhi, dan pasien menerima asuhan
keperawatan yang bermutu. Responsibilitas dan akuntabilitas profesional
merupakan salah satu alasan penting pembuatan dokumentasi yang akurat.
Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab perawat untuk
perawatan pasien. Sehingga mutlak diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan
pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawata di RS Bahayangkara Makassar.
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan terorganisir.
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda proses
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan masalah
pasien (Keliat,2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan)
dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan
keperawatan yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah pasien
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini. Semua ruangan
telah menyediakan format pendokumentasian askep dan telah dilengkapi dengan
SAK dan SOP, akan tetapi tingkat kepatuhan dalam penggunakan SAK dan SOP
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 136
serta pendokumentasian askep masih rendah, hal ini disebabkan karena belum
berjalannya kegiatan supervisi kepala ruangan.
Kegiatan yang telah dilakukan dalam residensi kedua khususnya pada unit
ruang percontohan MPKP pemula adalah bersama-sama dengan kepala seksi
pembinaan dan pengendalian keperawatan dan ketua komite keperawatan adalah
penyusnan format standar pengkajian, standar rencana askep (Nanda) berdasarkan
survei masalah keperawatan, format standar implementasi, format
evaluasi/catatan perkembangan, format daftar infus, format discharge planning,
dan format pengelolaan obat.
Masalah lainnya yang ditemukan adalah belum berjalannya sistem
klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini
dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang berfokus pada
pelayanan pelanggan. Untuk itu salah satu kegiatan yang dilakukan pada palihan
MPKP adalah melatih peserta melakukan perhitungan klasifikasi ketergantungan
pasien dengan menggunakan metode Douglas dan menyusun format kebutuhan
tenaga perawat berdasarkan klasifikasi pasien disetiap ruangan. Dengan system
ini dikaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang
pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan.
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 137
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian pada residensi pertama ditemukan 14 masalah pokok
yang berhubungan dengan manajemen pelayanan keperawatan dan
berdasarkan kesepakatan bersama dengan divisi keperawatan ditetapkan
prioritas masalah yang memerlukan pemecahan dalam residensi kedua adalah
pelatihan model praktik keperawatan profesional metode penugasan tim
modifikasi dan pengembangan ruang percontohan MPKP pemula.
2. Kegiatan pelatihan model praktik keperawatan profesional metode penugasan
tim modifikasi mendapat dukungan yang positif dari direktur RS
Bahayangkara Makassar dan seksi pengendalian dan pembinaan keperawatan
serta kepala ruang dan peserta pelatihan, dengan indikator dari 17 peserta
yang diharapkan mengikuti pelatihan tingkat partisipasi kehadiran sebesar 83,
3 %, dan dari hasil pelatihan terjadi peningkatan 2 (dua) kali lipat pemahaman
peserta tentang model praktik keperawatan profesional, dimana nilai rata-rata
peserta pada pre test adalah 30% dan nilai post test 70 %.
3. Terjadi peningkatan kinerja kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
dalam kegiatan manajemen di ruang MPKP percontohan, hal ini dapat dilihat
dari penerapan empat pilar nilai profesionalisme sebelum pelatihan dilakukan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 138
sebagian besar belum optimal dan setelah mengikuti pelatihan terjadi
peningkatan kinerja. Kegiatan yang belum dilakukan adalah penyusunan visi,
misi dan filosofi ruangan, penyusunan rencana tahunan mencakup 4 pilar
profesionalisme praktek keperawatan dan kegiatan supervisi, belum dilakukan
penilaian indikator mutu, belum melakukansurvei kepuasan perawat dan
tenaga kesehatan lain
4. Dari kegiatan pelatihan model praktik keperawatan profesional metode
penugasan tim modifikasi memiliki daya ungkit dalam mengatasi masalah
yang ditemukan pada residensi pertama dimana dari 12 masalah pokok yang
ditemukan mampu mengatasi 4 masalah yaitu terjadi optimalisasi pelaksanaan
metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan, peningkatan pemahaman
uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, mampu
meyusun jadual dinas dan alokasi pasien berdasarkan klasifikasi dan
berjalannya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan serta
mampu menyusun rencana kegiatan jangka pendek.
5. Masalah pokok yang belum teratasi sebanyak 8 masalah yaitu belum
berjalannya kegiatan supervisi, belum adanya visi bidang keperawatan dan
visi, misi dan filosofi ruangan, belum optimalnya pengetahuan perawat
tentang proses asuhan keperawatan, belum optimalnya kepatuhan penerapan
SAK dan SOP, belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran
mutu pelayanan keperawatan, belum optimalnya perencanaan kebutuhan
tenaga perawat disebabkan karena belum dipahaminya perhitungan beban
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 139
kerja perawat dan belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan
pengembangan karir perawat.
C. Saran
1. Pelaksanaan MPKP membutuhkan kesungguhan dan komitmen dari semua
pihak olehnya itu diharapkan dukungan khususnya Direktur RS, dan dalam
rangka peningkatan kinerja perawat di ruang MPKP maka diharapkan
dilakukan:
a. Monitoring / pemantauan dan evaluasi dilakukan secara sistematis dan
terencana, yang dimulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap
pelaksanaan
b. Monitoring dilakukan oleh Tim MPKP secara berkala dan hasilnya
dilaporkan/disampaikan setiap bulannya kepada staf keperawatan yang
menerapkan MPKP dan Komite Keperawatan / Divisi Keperawatan
c. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan mengacu pada pedoman
monitoring dan evaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang ada di
rumah sakit.
2. MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan
keperawatan, meskipun telah dilakukan kegiatan pelatihan akan tetapimasih
memerlukan optimalisasi olehnya itu diperlukan:
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 140
a. Penetapan visi dan misi serta filosofi ruangan sebagai landasan dan
pedoman aktivitas perawatan dan memberi arah dalam perencanaan
jangka panjang.
b. Penataan struktur organisasi ruangan khususnya dalam hal ketenagaan
perawat baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
c. Pelaksanaan supervisi keperawatan untuk memecahkan berbagai
hambatan/masalah yang ditemukan.
d. Evaluasi metode tim-primer dilakukan setiap bulan, dan kinerja ketua tim
dievaluasi setiap tiga bulan.
e. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf baik melalui
pendidikan formal maupun non formal untuk meningkatkan kompetensi
tenaga keperawatan dalam melaksanakan manajemen asuhan keperawatan.
f. Pemberian reward sesuai dengan prestasi kerja perawat di ruang MPKP
yang penilaiannya melalui buku rapor perawat.
g. Pemenuhan kebutuhan logistik/peralatan keperawatan sesuai dengan
standar standar kebutuhan peralatan.
2. Untuk mengembangkan ruangan lainnya menjadi ruang pengembangan
MPKP, maka diperlukan pembenahan secara terencana dengan indikator :
a. Jumlah tenaga sesuai beban kerja / tingkat ketergantungan pasien
berdasarkan hasil perhitungan tim MPKP dan atau telah mendapat
rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan jumlah dan jenis
tenaga keperawatan sesuai standar ketenagaan keperawatan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 141
b. SDM keperawatan seperti Kepala Ruangan, Ketua Tim dan beberapa
pelaksana perawatan minimal 6 orang telah mengikuti pelatihan MPKP
c. Peralatan di ruang perawatan telah mencukupi dan atau telah mendapat
rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan jumlah dan jenis
peralatan keperawatan sesuai standar kebutuhan peralatan
3. Dalam rangka mengoptimalkan manajemen pelayanan keperawatan sebagai
bagian penting dalam upaya peningkatan citra rumah sakit, maka diharapkan
melakukan kegiatan untuk mengotimalisasi masalah pokok dalam menajemen
keperawatan yang belum teratasi pada residensi yaitu :
a. Meningkatkan fungsi evaluasi dan supervisi dari Kepala Sub Bidang
Keperawatan dan Kepala Instalasi Rawat Inap sehingga dapat memelihara
motivasi kerja para Kepala Ruang
b. Menyusun kebijakan tentang sistem seleksi dalam pengangkatan Kepala
Ruang yang berbasis kompetensi
c. Meningkatkan kompetensi Kepala Ruang dalam manajemen waktu
sehingga fungsi-fungsi manajerial dapat berjalan efektif.
d. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan edukasi bagi Kepala Ruang
sehingga dapat terjadi transfer of knowledge di lingkup keperawatan.
e. Meningkatkan kegiatan koordinasi dan sinergi antar bagian dan antar
bidang dengan melakukan analisis lingkungan untuk menyusun rencana
pengembangan Rumah Sakit
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 142
DAFTAR PUSTAKA
Annonymous. Manejemen Pelayanan Keperawatan. Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (PPKC). Modul Pelatihan Manajemen Bidang Keperawtan. Online 1 Mei 2008. Available from: http://www.innappni. or.id/index.php?name=News&file=article&sid=134
Azwar, A., (1996)., Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bustami, (2001), Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Dharma,S. Manajemen Kinerja, (2005), Falasafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Jogjakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2001)., Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Cetakan : I, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.
SDM dan Rekam Medik RS Bahayangkara Makassar Belopa. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa; 2011. (tidak dipublikasikan)
Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan Sistem, penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan IAPKP., Bandung.
Hasibuan,SP., (2005).,Malayu,H. Manajemen Sumber Daya Manusia., Edisi revisi Cetakan ke tujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko TH. (2000) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi ke-2.Yogyakarta : BPFE
Jurnal Keperawatan Indonesia. Persepsi Kepala Ruangan Dan Perawat Pelaksana Tentang Permasalahan Manajemen Dalam Menerapkan Pendokumentasian Proses Keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Volume 6 No 2 September 2002. Jakarta : FIK UI
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998),. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
Marquis, B.L, dan C.J.Houston.,Alih Bahasa Widyawati,Wilda Eka Handayani, Fruriolina Ariani., (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori & Aplikasi Edisi 4, EGC, Jakarta
Nurahmah, E. (2005). Leadership Dalam Keperawatan.,Artikel FK UI, tidak diterbitkan
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 143
Nursalam M. Nurs (Honours)., (2011) Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional., Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing, Concepts, Proccess And Practise. St.Louis : Mosby Year Book Inc.
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; (2012) Buku Pedoman Kerja Mahasiswa; Residen Manajemen Keperawatan, Semester Ganjil 2012/2013. (tidak dipublikasikan)
Robbins, Stephen, P. (2001) Perilaku Organisasi. Jilid 2 ( Edisi Bahasa Indonesia). Prenhallindo ; Jakarta.
S.Suarli, Yanyan Bahtiar.(2002) Manajemen Keperawatan Dengan pendekatan Praktis. Erlangga. Jakarta
Sitorus. R. (2006) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit . Penataan Struktur dan Proses Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta
Sub Direktorat Keperawatan. (2004) Jenjang Karir Perawat. Departemen Kesehatan RI.Jakarta
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba. Suharyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
Hasnita, E., Sanusi, R.,(2006) Ciri-Ciri, Iklim Organisasi, Dan Kinerja Tenaga Perawat di Instalasi Rawat Inap Rs Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi Tahun 2005. KMPK-UGM. 2006.
Gibson J. H., Ivancevich J. M. & Donnally Jr. J. H., (1996), Organization:Behaviour, Stucture, Processes, Homeword III: Richard D. Irwin, Inc
Laporan Residensi_ Program Magister Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 144