Click here to load reader
Upload
daniassalam-rohul
View
161
Download
33
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ok
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang menggunakan
Perpaduan peralatan ilmiah yang rumit dan khusus, yang difungsikan oleh
kelompok tenaga terlatih dan terdidik dalam menghadapi masalah-masalah
yang berkaitan dengan pengetahuan medik modern untuk tujuan pemulihan
dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Rumah Sakit menurut WHO (1957) diberikan batasan yaitu “suatu
bagian yang menyeluruh lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitative dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan
serta untuk penelitian biososial” .
Rumah Sakit menurut Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/per/II/1992 yaitu ” sarana upaya kesehatan dalam
menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan
untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.” (Hand Book of Instutionl
Parmacy Pratice).
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan bagian integral dari sumber daya kesehatan yang sangat
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Salah satu
bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang
besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan merupakan
armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga
pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Salah faktor
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga
14
keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia (Windy
Rakhmawati, 2008).
Pengakuan lembaga internasional (JCI) terkait pelayanan rumah
sakit tidak lepas dari peran dan kualitas tenaga perawat yang ada di sebuah
rumah sakit (RS). Perawat telah menjadi bagian yang vital dalam proses
penanganan pasien. setiap perawat dituntut untuk mengetahui dengan baik
prosedur dan standar keselamatan pasien serta peran dan tanggung jawabnya.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan dirumah sakit, bahkan
Huber (Nurdjanah, 1999) melaporkan bahwa 70% tenaga kesehatan dirumah
sakit adalah perawat. Sedangkan menurut Gillies (1994) memperkirakan
bahwa sekitar 75% tenaga keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-
70% dari total anggaran digunakan untuk menggaji perawat.
Keterlibatan perawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan
tersebut menyebabkan tindakan keperawatan harus lebih efektif diberikan
kepada masyarakat. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan merupakan langkah penting untuk dapat meningkatkan
daya saing Indonesia di sektor kesehatan (Djojosugito, 2001). Oleh karena
itu, perawat mempunyai peran dalam meningkatkan daya saing dibidang
kesehatan.
Tenaga keperawatan baik pada tingkat manajerial puncak,
menengah, maupun bawah berada dalam rentang komunikasi yang saling
bekerja sama dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk dapat
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan serta
untuk dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi
keperawatan (Arwani dan Supriyatno, 2006). Pelayanan keperawatan yang
diberikan juga harus menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas
tinggi sehingga perawat akan dapat melibatkan diri di rumah sakit secara
terus menerus (Aditama, 2003). Oleh karena itu, untuk mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi maka rumah sakit harus
memiliki sumber daya manusia dengan motivasi tinggi, kreatif dan mampu
14
mengembangkan inovasi, serta memiliki kinerja yang baik. Salah satu upaya
untuk mengembangkan sumber daya manusia tersebut adalah melalui
pemberdayaan (Wibowo, 2007).
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses,
peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,
baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga
dan masyarakat.
Peran manajer keperawatan harus dianalisis secara mendalam dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, karena hal ini akan menunjang
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Di era globalisasi dimana kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan
pelayanan keperawatan berkualitas dan profesional semakin tinggi. Untuk
mengantisipasi perubahan yang cepat dalam pelayanan keperawatan, maka
dibutuhkan para manajer yang handal untuk dapat meningkatkan kinerja
pelayanan. Oleh karena itu Fakultas Keperawatan Universitas Andalas telah
membuka program studi Magister Keperawatan dengan kekhususan
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Salah satu tujuan program ini
adalah menyiapkan sumber daya keperawatan yang handal di bidang
kepemimpinan dan manajemen sehingga mampu melakukan dan mengikuti
perubahan.
Program Magister Keperawatan kekhususan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Universitas Andalas dalam kegiatan proses belajar
mengajarnya memberikan bekal pengalaman nyata pelaksanaan manajemen
keperawatan bagi mahasiswa dengan melaksanakan praktek pada mata ajar
Residensi.
Rangkaian kegiatan Residensi ini diharapkan mahasiswa dapat
mengidentifikasi, menganalisa, merencankanan, mengimplementasikan serta
14
mengevaluasi fungsi manajemen keperawaatan disebuah instalasi rumah
sakit. Mahasiswa residensi diharapkan membantu Rumah Sakit yang
dijadikan lahan residensi untuk meningkatkan pelayanan keperawatan melalui
alternatif pemecahan masalah kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dengan pendekatan Problem Solving of Better Health (PSBH) khususnya
Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS).
Salah satu rumah sakit sebagai lahan aplikasi ilmu manajemen
keperawatan oleh mahasiswa Magister Keperawatan UNAND dalam
rangkaian kegiatan residensi adalah rumah sakit Dr. M. Djamil Padang.
Diawali dengan pengkajian kondisi intalasi suatu rumah sakit diharapkan
mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu manajemen keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip administrasi dan manajemen keperawatan
pada unit layanan kesehatan secara nyata di RSUP Dr. M.Djamil Padang
sebagai upaya meningkatkan mutu layanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan residensi ini, mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang
terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi
nyata di RSUP Dr.M.Djamil Padang
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen
keperawatan bersama pihak RSUP Dr.M.Djamil Padang
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan
d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang bersifat teknik operasional bagi RSUP Dr.M.Djamil
Padang
14
e. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang disepakati bersama unit terkait di RSUP Dr.M.Djamil
Padang
f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil
dan dampak pada manajemen keperawatan.
g. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama dengan
unit terkait di RSUP Dr.M.Djamil Padang
C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
didapat selama perkuliahan pada tatanan nyata di Rumah Sakit sehingga
dapat meningkatkan wawasan dan pengalaman terutama dibidang
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
2. Bagi Program Studi Manajemen Keperawatan Pasca Sarjana Universitas
Andalas manfaat residensi adalah membangun mitra dengan rumah sakit
dan peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang melibatkan
mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
rumah sakit.
3. Bagi Rumah Sakit pada peiode residensi ini, mahasiswa dapat membantu
rumah sakit dalam mengidentifikasi sampai menyelesaikan masalah yang
bersifat teknis operasional dari suatu aspek manajemen pelayanan
keperawatan secara umum yang akhirnya dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan sehingga tercapainya kepuasan pasien.
14
BAB IIGAMBARAN UMUM DAN HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit
1. Sejarah RSUP DR. M.Djamil Padang
Pertama awal didirikan RSUP Dr. M.Djamil Padang diberi nama
RSU Megawati, dimana menempati dua kompleks yaitu dijalan Belakang
Gereja dan dijalan Jati Lama. Saat itu rumah sakit memiliki kapasitas
dengan 100 tempat tidur. Pada tahun 1953 di bangun gedung RSUP
Dr.M.Djamil Padang diatas areal tanah seluas 8,756 Ha, yang terletak
dijalan Burung Kutilang, Karena jalan Burung Kutilang ini merupakan jalan
pendek yang berada dalam komplek rumah sakit, maka letaknya yang
sekarang lebih di kenal berada di jalan Perintis Kemerdekaan Padang.
Tahun 1978, berdasarkan SK. Menkes RI No.134 Tahun 1978 RSU
Megawati resmi berganti nama dengan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Pemberian nama RSUP Dr.M.Djamil Padang adalah untuk mengabadikan
seorang putra Sumatera Barat yang bernama Dr. Muhammad Djamil Arts,
MPH, DPH, Dt Rangkayo Tuo (1898 – 1961) yang meninggal dalam masa
perjuangan kemerdekaan yang mengabdikan dirinya di bidang pelayanan
kesehatan dan kemanusiaan. Pada tahun 1994 melalui SK Menkes No. 542
tahun 1994 RSUP. Dr. M. Djamil Padang mengembangkan diri menjadi unit
swadana dan instansi pengguna PNBP.
Peraturan Pemerintah Nomor 123 Tahun 2000 RSUP DR M. Djamil
Padang berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan dengan
nama RS. Dr. M Djamil Padang yang dalam operasionalnya diharuskan
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 Tanggal 13 Juni 2005 tentang
Pengelolaan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI Tahun 2005
Nomor 48). RSUP DR M Djamil Kembali menjadi Unit Pelaksanan Teknis
Departemen Kesehatan sampai sekarang, dengan menerapkan pola
pengelolaan keuangan badan layanan umum (PPK-BLU), dimana untuk
14
operasional setiap tahunnya diwajibkan menyusun RBA (Rencana Bisnis
Anggaran) dan menyampaikan laporan tahunan.
Saat ini RSUP Dr.M.Djamil merupakan rumah sakit umum dengan
tipe B Plus untuk pelayanan dan tipe A untuk pendidikan, selain itu RSUP
Dr. M.Djamil Padang juga merupakan rumah sakit rujukan bagi rumah sakit
tipe C dengan cakupan wilayah kerja Sumatera bagian tengah yang meliputi
Sumatera barat, Riau, Jambi dan Sumatera bagian tengah (Profil Rumah
Sakit Dr M Djamil Padang, 2011).
Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang terletak di pusat kota Padang
dengan bangunan seluas 67.346,25 m2. RSUP. Dr. M. Djamil Padang
dengan kapasitas rawat inap 800 tempat tidur dan 14 unit pelayanan medis
dan 8 unit pelayanan penunjang.
2. Jenis dan Cakupan Layanan Rumah Sakit
Dalam menjalankan visi dan misinya, RSUP. Dr. M. Djamil selalu
mencari berbagai peluang yang masih mungkin dan juga sekaligus bisa
memenuhi harapan pelanggan baik internal maupun eksternalnya. Salah satu
inovasi yang ditawarkan adalah bentuk pelayanan unggulan, yang meliputi :
1. Pelayanan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
2. Kedokteran Nuklir
3. Perawatan Resiko Tinggi (Peristi)
4. Tissue Bank
5. Kanker Terpadu
Selain memiliki pelayanan unggulan yang diberikan, dalam
menjalankan aktifitasnya, RSUP. Dr. M.Djamil Padang juga memiliki
berbagai produk pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
1. Instalasi Rawat Jalan; Poli Bedah, Poli Bedah Orthopedi, Poli Infeksi dan
Penyakit Tropik, Poli Anak, Poli Paru, Poli Penyakit Syaraf, Poli
Kebidanan / PKBRS, Poli Gigi dan Mulut, Poli Jantung, Poli Kesehatan
Jiwa, Poli Kulit & Kelamin, Poli Mata, Poli THT dan Poli VCT.
2. Instalasi Poliklinik Spesialis Embun Pagi; Spesialis Bedah, Spesialis
14
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Spesialis Bedah, Spesialis THT,
Spesialis Mata, Spesialis Jantung, Spesialis Paru, Spesialis Jiwa,
Spesialis Kulit & Kelamin, dan Spesialis Gigi & Mulut.
3. Instalasi Rawat Inap (IRNA); IRNA A (Kebidanan), IRNA B (Bedah),
IRNA C (Non Bedah), IRNA D (Anak), IRNA E (Irna non bedah 1).
4. Instalasi Rawat Darurat
5. Instalasi Pusat Jantung Regional
6. Instalasi Tissue Bank
7. Instalasi Diagnostik Terpadu
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi CSSD
10. Instalasi Rehabilitasi Medik
11. Instalasi Rawat Intensif
12. Instalasi Bedah Sentral dan Unit Pelayanan Bedah Sehari
3. Visi, Misi dan moto RSUP DR. M.Djamil Padang
Adapun visi, misi dan moto RSUP Dr. M.Djamil Padang antara lain :
A. Visi
Visi yang dirumuskan untuk RSUP Dr.M.Djamil Padang adalah:
“Rumah Sakit Terunggul dalam Pelayanan dan Pendidikan di
Sumatera”. Yang artinya, pada akhir tahun 2015, RSUP Dr.M.Djamil
Padang berstandar internasional dalam hal pelayanan dan pendidikan.
B. MISI
Untuk mencapai Visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi RSUP
Dr.M.Djamil Padang, yaitu “Melayani, Mendidik, dan Meneliti”,
yang berarti RSUP Dr.M.Djamil Padang mengemban tugas:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif, berdaya
saing, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2. Mendidik dan melatih SDM yang profesional dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
14
3. Melaksanakan penelitian berbasis iptek kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Mengelola keuangan secara tersistem, efektif, transparan dan
berbasis kinerja.
C. MOTTO
Kepuasan Anda adalah Kepedulian Kami
4. TENAGA RSUP.Dr.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2013
Tabel 2.1
KETENAGAAN DEPKESDAER
AHDIKN
AS PPDSHONO
R JMLTENAGA KESEHATANMedis 114 15 101 537 2 769
Keperawatan 606 4 230 840
Kefarmasian 61 1 18 80
Kesehatan Masyarakat 43 1 44
Gizi 15 15
Keterapian fisik 9 9
Ketehnisan Medis 76 8 52 136TENAGA NON KESEHATAN 305 12 230 547
JML 1.229 15 126 537 533 2.440
Sumber : Profil RSUP M.Djamil 2013
5. Inator Pelayanan Kesehatan di RSUP. DR.M.Djamil Padang
Tabel 2.2
No Indikator Tahun 2013 TW 1 TW 2 Standar
1. BOR 73,46 63,43 72,98 60-85 %
2. AvLOS 6,05 7,19 7,41 6-9 hari
3. TOI 2,30 3,65 2,68 1-3 hari
Sumber: Laporan Irna Non Bedah, 2014
14
Berdasarkan tabel di atas indikator mutu pelayanan kesehatan ( BOR, AvLOS dan
TOI) di RSUP DR. M. Djamil Padang masih sesuai dengan standar
6. Gambaran Umum Bidang Pelayanan Keperawatan
a. Motto
“ Pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional perawat dan bidan
menjadi salah satu penentu mutu pelayanan rumah sakit “
b. Nilai-nilai
Adapun nilai-nilai dari bidang pelayanan keperawatan adalah
“Prestise”, dimana mengandung arti antara lain :
P = Profesional
R = Ramah
E = Empati
S = Senyum
T = Tanggung jawab
I = Ikhlas
S = Sinergis
E = Energi
c. Tugas Pokok Bidang Keperawatan
1) Melaksanakan pengelolaan kegiatan perencanaan pelayanan
keperawatan
2) Melaksanakan pengelolaan pengembangan pelayanan keperawatan
3) Melakukan monitoring dan evaluasi bidang keperawatan
14
4) Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Keperawatan
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Keperawatan
14
Keterangan:__________ : Hubungan Langsung ----------------- : Hubungan Koordinasi
KASI MONITORING & EVALUASI PELAYANAN KEPERAWATAN
KASI PERENCANAAN & PENGEMBANGAN PELAYANAN
KEPERAWATAN
I R JI G DI D T
I C CI B S/ ANES
IRNA AMBUN PAGI
IRNA NON BEDAH
IRNA BEDAH
IRNA KEB &ANAK
KABID PELAYANAN KEPERAWATAN
PENGAWAS UMUM RUMAH SAKIT SORE/MALAM/HARI LIBUR
DIREKTUR MEDIK & KEPERAWATAN
PELAKSANA PERAWATAN
KEPALA RUANGAN
PENGAWAS PERAWATAN
KETUA. KOMITE KEPERAWATAN
KETUA. SPF
14
Jenis.Kel Pendidikan
No Instalasi
LK PR
Dasar D I D III D IV S1 S2
SPK
SP
RG Perbid K/A Kep Keb Ans Gg Keb Ans Gg Kep Kes
Ne
rs Kep Kes
1 IRNA Kebidanan &
54 6 1 4 37 5 1
Anak34 5 25 3 1
Neoristi28 1 1 21 2 1 4
2IRNA Bedah
13 80 6 77 2 8 2
Mata THT BMG1 21 2 14 2 1 1
3 IRNA Non Bedah P.Dlm
6 83 2 72 12 3
Kulkel Jiwa2 16 3 12 3
Saraf Paru2 35 32 5
4 IRNA Ambun Pagi
72 3 60 2 7
5 Inst. Bedah Sentral &
7 28 30 3
14
Anestesi3 24 17 3 2 1 1 3
6 Inst. Diag. Terpadu,
2 7 1 6 1 1
Hemodialisa1 13 10 1 1 2
7 Inst. Gawat Darurat
5 48 1 1 36 4 1 1 9
8 Inst. Pusat Jantung CVCU
1 22 17 6
Bgsl. Jantung2 13 11 4
Poli Jantung8 1 5 2
Diagnostik Non Invasif
3 2 1
dan Kateterisasi3 3 5 1
Inst. Rawat Intensif ICU
4 28 25
10Inst. Rawat Jalan
4 67 16 2 36 4 5 1 3 4
Jumlah56
69
3 42 0 6 4 517 49 3 7 6 2 0 5 7 90 8 0
11Bid.Keperawatan
5 4 1 1 2 1 3 1
14
12Bagian Lain
5 16 1 4 5 1 1 9
Jumlah Total70
71
6 44 1 6 4 524 49 3 7 6 2 0 7 14 97 10 9
14
7. Profil Irna Non Bedah Penyakit Dalam Tahun 2014
a. Moto :
“ Tulus dalam pelayanan dan berkualitas dalam asuhan “
b. Nilai-nilai
WECARE
1. W : Wujudkan keiklasan
2. E : Exellent
3. C : Caring
4. A : Agen Perubahan
5. R : Religius
6. E : Energi Kebersamaan
c. Sumber Daya Manusia
Tabel Distribusi tenaga Keperawatan Berdasarkan latar belakangpendidikan di
Instalasi Rawat Inap Non Bedah RSUP Dr M.Djamil Padang Tahun 2014
Tabel 2.4
NoRuanga
n
Keperawatan Non-KeperawatanSPK
D-IBida
n
D-IIIKep
S-1Kep
S-1Kesm
as
S-IIKep
SD
SMP
SMU
SMKK
D-III
S-1
1 IP 1 - 19 2 - - - - 2 1 - -2 IW - - 19 1 1 - - - 3 1 - 13 HCU - - 15 4 - 2 - - 3 - - -4 KELAS - - 8 2 - 1 - - - - - -5 PETRI 1 - 7 1 - - - - - - - -
TOTAL2 - 68 10 1 3 - - 8 2 1
84 11
Ket : yang sedang pendidikan : D3 1 orang, S1 kep 3 orang, S2 Kep 2 orang
Berdasarkan tabel 3 diatas, sebanyak 68 (75%) tingkat pendidikan perawat adalah D
III Keperawatan. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan terhadap
pemahaman tentang pekerjaan dan uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya
sebagai perawat diruangan
15
d. Indikator Pelayanan Kesehatan di Instalasi Irna Non Bedah 1
Tabel 2.5
Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan di IRNA Non Bedah 1 RSUP Dr.M
Djamil Padang Tahun 2012 s/d Sep 2013
No IndikatorTahun 2012 Jan s/d Sep
2013Standar
1. BOR 73,12 73,46 60-85 %
2. ALOS 5,33 6,05 6-9 hari
3. TOI 2,11 2,30 1-3 hari
4. GDR - 145,24 ≤ 0,24 %
5. NDR - 84,12 < 2,5 %
6. BTO - 3,57 40-50 Kali
Sumber: Laporan Tahunan Instalasi Rawat Inap Non- bedah Padang, 2013
e. Indikator Pelayanan Keperawatan di IRNA Non Bedah 1
LAPORAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
PENYAKIT DALAM TW I 2014
Tabel 2.6
NO PARAMETER LAPORAN JAN – MARET 2014SPM JAN FEB MAR
ETTOTAL
1 Keselamatan PasienA. Angkakejadiandekubitus
≤ 1,5 % 0,32 0,17 0,11 0,2
B. Angka KTD dalampemberianobat
0 % 0 0 0 0
C. Angka KNC dalampemberianobat
0 0 0 0
D. Angkakejadianpasienjatuh 0 % 0,17 0 0 0,056E. Angkakejadiancederaakibat
restrain0 0 0 0
2 PerawatanDiri 11,85 10.16 13,58 11,86
16
A. Angkatidakterpenuhinyakebutuhanperawatandiri
≤ 30 % 6
3 Angkakepuasan 83,33 83,334 Angkatatalaksanapasiennyeri
A. Persentasepasiendengannyeriterdokumentasidalamaskep
9077,64 80,75 80,91 79,86
B. Persentasetatalaksanapasiennyeri 77,26 77,33 81,78 78,79C. Angkakenyamananpasien 72,98 76,84 74,64 74,82
5 KecemasanA. Angkakejadiancemaspadaruangra
watumum≤ 30 %
10,75 7,51 6,97 8.41
6 PengetahuanA. Jumlahpasien yang
kurangpengetahuan≤ 30 %
10,14 9,16 8,00 9,1
B. Jumlahpasien yang tidakdibuat discharge planning
1,25 2,37 2.2 1,94
B. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan di Instalasi Non Bedah 1
1. Sumber Informasi Pengkajian
Instalasi Non Bedah I dengan 1 Pengelola Kepeawatan yang
bertanggung jawab pada ruangan Interne meliputi Interne Pria, Interne Wanita,
HCU, Kelas/Petri dengan 4 Karu. Memiliki SPF yang berfungsi sebagai
penjamin mutu atau pengawasan terhadap mutu pelayanan, sedangkan
Pengelola Perawatan berfungsi dalam manajemen SDM Perawat, Fasilitas
Keperawatan dan lain-lain.
Kegiatan residensi manajemen di Irna Non Bedah 1 yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Andalas Magister Ilmu
Keperawatan Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Kegiatan residensi ini dilakukan melalui lima tahapan (1) Pra Residensi dengan
output diperolehnya data dasar dan kuesioner yang digunakan untuk
pengkajian, (2) tahap pengkajian kondisi keperawatan pada instalasi rawat inap
non bedah 1, (3) tahap presentasi hasil pengkajian dengan Pembimbing
17
Akademik dan Lapangan, (4) tahap implementasi kegiatan dan (5) tahap
presentasi evaluasi kegiatan residensi. Ke lima tahap ini merupakan satu
rangkaian dalam proses residensi mahasiswa magister keperawatan Universitas
Andalas tahun 2014.
Pengkajian dilakukan pada area-area yang berkaitan langsung dengan
keperawatan. Kegiatan Residensi di Irna Non Bedah 1 telah melakukan
penelusuran data ke bagian-bagian seperti Bidang Keperawatan, Komite
Keperawatan, Instalasi Non Bedah 1, Pengelola Perawatan, Kepala Ruangan
dan Perawat Pelaksana. Proses pengkajian dilakukan dengan tehnik wawancara,
penyebaran kuesioner dan observasi antara lain, sebagai berikut :
a) Wawancara
Wawancara dilakukan pada Kabid Keperawata, Waka instalasi Non Bedah 1,
Ka. SPF, Kepala Komite Keperawatan, Pengelola Perawatan dan Kepala
Ruangan. Wawancara yang dilakukan menggunakan format pedoman
wawancara yang mana bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang aspek
manajemen di instalasi non Bedah 1, selain itu wawancara yang dilakukan
juga bertujuan untuk melihat kebenaran dari data yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner dan hasil observasi.
b) Kuesioner
Kuesioner disebarkan pada perawat yaitu katim dan perawat pelaksana,
dimana kuesioner ini mengkaji empat aspek manajemen mulai dari Mutu,
Sumber Daya Keperawatan, Pelayanan, Fasilitas, evaluasi program Non
Bedah 1 serta evaluasi dokumentasi proses keperawatan.. Selain penyebaran
kuesioner pada perawat, kuesioner juga disebarkan pada pasien yang sedang
menjalani rawat inap di Instalasi Non Bedah 1, tujuan penyebaran kuesioner
pada pasien ini adalah untuk melihat tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan yang diberikan perawat di Instalasi Non Bedah1 .
18
c) Observasi
Observasi dilakukan pada beberapa dokumen dan indikator patient safety
Tujuan dilakukan observasi adalah untuk memperkuat informasi serta
mengetahui tindakan atau pelaksanaan patien safety oleh perawat di Non
Bedah 1.
Data yang ada selanjutnya dilakukan interpretasi dan dilakukan
perbandingan untuk menyusun sebuah indentifikasi permasalahan yang muncul
di setiap unit atau kondisi pelayanan keperawatan baik secara kebijakan
maupun secara teknis pelayanan.
2. Analisa Hasil Pengkajian
Analisa hasil pengkajian didasarkan pada data umum dan empat aspek
manajemen keperawatan yang terdiri dari, mutu, sumber daya manusia,
pelayanan dan fasilitas, adapun data yang diperoleh, antara lain :
a. Data Umum
1) Umur Perawat
Tabel 2.7Distribusi Umur Perawat di Instalasi Non Bedah 1
No Umur N Persentase (%)1. <40 80 90 %2. 40-45 4 4 %3. 46-505 5 6 %4. >50 - -
Total 89 100 %Sumber: Profil data tenaga keperawatanRSUP M. DJAMIL 2014
Dari tabel diatas terlihat sebahagian besar perawat berada pada usia produktif
(90 %) yang sangat energik dalam melakukan aktivitas khususnya terkait
asuhna keperawatan
19
2) Latar Belakang Pendididkan Perawat
Tabel 2.8
Distribusi Latar Belakang Pendidikan Perawat di Instalasi Non Bedah 1
No Pendidikan N Persentase (%)
1. SPK 2 2 %
2. DIII Kep / Keb 72 81 %
3. S-1 Keperawatan/Ners 12 14 %
4. S-2 Keperawatan 3 3 %
Total 89 100 %
Sumber: Profil data tenaga keperawatan RSUP M. Djamil 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebahagian besar perawat berada
pada tingkat pendidikan tinggi perawat professional pemula 81 % dan 14
% merupakan sarjana keperawatan, diharapkan mampu berfikir kritis dan
berperan sebagai problem solver di ruangan. Sementara pendidikan SPK
sebanyak 2 % yang merupakan senior keperawatan atau perawat yang
sudah lama mengabdi
b. Aspek Manajemen
Pengkajian dilakukan berdasarkan pada pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen keperawatan. Berikut hasil pengkajian sekaligus potensial
masalah yang muncul
1. Perencanaan
a) Visi Misi Organisasi
1) Wawancara :
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perawatan, Waka Instalasi
Non Bedah 1, Pengelola Perawatan dan Kepala ruangan diperoleh
20
hasil terkait visi misi yaitu untuk 2014 visi misi hanya
menggunakan visi misi rumah sakit saja, sehingga di ruangan
menerapkan visi misi rumah sakit
2) Obesrvasi :
Hasil observasi dan studi dokumentasi dari bagian umum RSUP
DR. M. DJAMIL Terdapat Visi dan Misi RSUP. DR. M. DJAMIL
dan 100 % ruangan sudah ada visi misi rumah sakit sehingga mudah
dibaca oleh perawat. Visi misi sudah disosialisasikan pada perawat,
3) Analisis :
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka
visi dan misi sudah ada pada tatanan rumah sakit dan semua
instalasi dan ruangan tidak membuat visi misi instalasi dan ruangan
hanya menggunakan visi misi rumah sakit saja. Visi Misi sudah
disosialisasikan pada perawat dan dapat dipahami serta
diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
Visi misi merupakan suatu hal yang perlu dalam sebuah
organisasi untuk mengukur pencapaian atau target organisasi, Visi
adalah suatu pernyataan niat yang dirumuskan dengan seksama,
yang menentapkan tujuan atau keadaan masa depan yang secara
khusus dinginkan oleh seseorang atau kelompok.Visi merupakan
titik permulaan dari kenyataan hari esok. Visi yang benar memiliki
daya penggerak yang kuat. Visi yang benar dan wajar dipercayai
bersama-sama oleh semua anggota organisasi, karena:Mungkin
dicapai dan mempunyai keunggulan dalam jangka panjang. Untuk
menjamin pencapaian visi diperlukan tujuan (POA), yang akan
meng-guide executive actions dimasa yang akan datang dan ini
adalah “Mission”. Menurut Drucker, Mission statetement”
merupakan pernyataan (declaration) suatu organisasi untuk bisa
21
hidup (reason for being), yang sangat penting untuk mencapai
tujuan sefektif mungkin. (Anwar, 2001)
RSUP M. Djamil membuat visi dan misi sesuai dengan
tujuan rumah sakit. Sehingga semua komponen struktur yang ada
diharapkan bekerja sesuai dengan bidang masing-masing dan
mengarah pada visi dan misi. Visi misi juga merupakan manajemen
strategi yang dibuat oleh rumah sakit dalam meningkatkan
pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan hasil analisis diatas, visi dan misi RSUP M.
Djamil sudah sesuai dengan rencana strategi rumah sakit dalam
menyonsong akreditasi JCI dan sosialisasi visi misi sudah dilakukan
ke semua instalasi dan ruangan
4) Masalah :
Potensial peningkatan penerapan visi misi rumah sakit di ruangan
b) Perencanaan Standar (SOP dan SAK)
1) Wawancara :
Wawancara yang dilakukan kepada komite keperawatan terkait
SOP dan SAK, dimana SOP sudah diperbaharui tahun 2014 dan
SAK masih menggunakan doengus dengan terkahir di revisi tahun
2011, sementara renpra yang ada di ruangan menggunakan
NANDA NIC-NOC. Untuk pembuatan SOP dan SAK dilakukan
koordinasi dengan Ka instalasi, PP dan disosialisasikan pada karu
dan perawat pelaksana. Wawancara dengan Karu bahwa SOP
sudah ada disetiap ruangan.
2) Kuisoner:
Hasil kuesioner dari 46 responden (perawat pelaksana)sebanyak 44
responden (96 % ) menyatakan Karu sudah menginstruksikan
bekerja sesuai SAK dan SOP kepada perawat
22
3) Observasi :
SOP dan SAK yang ada di ruangan terdokumentasi dengan baik
pada bundelan, namun beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan perawat masih banyak yang belum sesuai dengan
SOP dan SAK.
4) Analisis :
Dari hasil wawancara, kuesioner dan observasi yang
dilakukan, SOP dan SAK sudah terdistribusi ke semua ruangan,
penggunakaan SOP dan SAK belum begitu optimal dilaksanakan
oleh perawat, SOP masih menggunakan doengus dan belum
diperbaharui.
SOP (Standard Operating Procedures) adalah panduan hasil
kerja yang diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan.
SOP dibuat dan di dokumentasikan secara tertulis yang memuat
prosedur (alur proses) kerja secara rinci dan sistematis. (Depkes RI,
2013)
Kegunaan SOP dan SAK adalah untuk menuntun perawat
melakukan tindakan sesuai standar yang ada, sehingga diharapkan
asuhan yang diberikan oleh perawat menguntungkan kepada
perawat dan pasien.Implementasi SOP yang baik akan
menunjukkan konsistensi hasil kerja, hasil produk dan proses
pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan,
pelayanan dan pengaturan yang seimbang. (Depkes RI, 2013)
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa SOP dan SAK bukan untuk mempersulit
perawat tapi menuntun perawat dalam memberikan asuhan sesuai
dengan standar yang ada. SOP dan SAK diperuntukkan juga untuk
melindungi perawat dari risiko mal praktik dan etik perawat.
Sementara kondisi di ruangan SAK belum ada revisi dan masih
23
menggunakan format lama, pada renpra sudah menggunakan
NANDA NIC-NOC maka sinkronisasi antara SAK dan renpra
belum optimal. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
belum optimal karena pandua SOP masih format lama serta beban
kerja perawat yang tinggi mempengaruhi pelaksanaan asuhan
keperawatan sesuai dengan SOP. Maka dari itu diharapakan revisi
SAK perlu dilakukan serta pelaksanaan SOP dan SAK harus
maksimal.
5) Masalah :
Belum optimal pelaksanaan tindakan sesuai SOP dan belum adanya
SAK dengan standar NANDA NIC NOC
2. Pengoganisasian
a) Struktur Organisasi
1) Wawancara :
Wawancara yang dilakukan dengan Waka Instalasi irna non bedah 1
diperoleh informasi bahwa instalasi sudah memiliki struktur
organisasi. Wawancara yang dilakukan kepada Karu diadapatkan
informasi bahwa struktur organisasi ruangan sudah ada dan pada
struktur yang ada sudah terdapat garis koordinasi dengan semua
jabatan yang ada di instalasi dan ruangan, wawancara yang
dilakukan kepada waka instalasi dan pengelola perawatan
didapatkan bahwa uraian tugas sudah ada dan sudah
disosialisasikan kepada semua ruangan.
2) Kuesoner :
Sebanyak 89 % responden dari perawat ruangan didapatkan
infomasi bahawa struktur organisasi ruangan sudah
menggambarkan secara jelas tentang garis komando, garis
koordinasi, tanggungjawab dan wewenang perawat melalui
organisasi yang ada.
24
3) Observasi :
Terdapat struktur organisasi instalasi irna non bedah 1 diruangan
ka. Instalasi dan terdapat struktur organisasi di setiap ruangan serta
sudah terdapat uraian tugas yang jelas pada instalasi non bedah 1
4) Analisis :
Hasil wawancara, kuesioner dan observasi yang telah
dilakukan, struktur organisasi sudah ada, baik struktur organisasi
rumah sakit, bidang keperawatan, komite keperawatan maupun
struktur organisasi instalasi irna non bedah 1 dan ruangan di non
bedah 1, dari itu arah tugas dan wewenang sudah terlihat dengan
baik, sehingga semua perawat bekerja sesuai dengan
tanggungjawab dan wewenangnya
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan didapaatkan
bahwa pada instalasi non bedah 1 sudah baik dalam pembagian
tugas melalui struktur organisasi yang ada,
5) Masalah :
Potensial peningkatan kinerja sesuai uraian tugas
b) Ketenagaan
1) Wawncara :
Wawancara yang dilakukan dengan Waka, Pengelola perawat dan
Karu didapatkan hasil bahwa teknik penghitungan tenaga perawat
adalah menggunakan Depkes RI, namun telah dialaporkan jumlah
perawat yang kurang oleh pengelola perawatan. Seluruh kepala
ruangan mengeluh jumlah tenaga perawat di ruangan yang sedikit.
Pengelola perawatan mengatakan sudah 2 tahun permintaan
penambahan perawat di non bedah 1, namun belum dikabulkan oleh
direktur rumah sakit
25
2) Observasi :
Hasil observasi yang dilakukan di seluruh ruangan Non Bedah 1
ditemukan ketidak sesuaian jumlah perawat dengan jumlah pasien
yang ada diruangan.
3) Analisa :
Hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa rumus
penghitungan kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan
rumus DEPKES RI. Terjadi selisih antara jumlah perawat ideal
dengan jumlah perawat yang tersedia, hal ini dapat menimbulkann
stress dan beban kerja perawat yang tinggi yang berdampak lepada
layanan asuhan keperawatan.
Dapat disimpulkan bahwa tenaga perawat masih kurang
jumlahnya dan masalah ini harus diselesaikan demi tercapainya
asuhan keperawatan yang optimal
4) Masalah :
Risiko peningkatan beban kerja perawat
c) Dokumentasi Keperawatan
1) Observasi :
Hasil observasi yang dilakukan terhadap 61 RM didapatkan bahwa :
a. Data dasar, dari 56 RM terdapat 27 (48%) lengkap, 18 (32%)
tidak lengkap dan 11 (20%) tidak diisi
b. Skrining gizi, 61 RM terdapat 24 (39%) tidak lengkap, 16 (26%)
tidak diisi dan 21 (35%) lengkap
c. Risiko jatuh, 61 RM terdapat 28 (46%) lengkap, 34 % tidak
lengkap dan 20% tidak diisi
d. Skrining nyeri, terdapat 61% tidak lengkap, 21% tidak diisi dan
18%lengkap
e. Diagnosa, terdapat 48% tidak lengkap, 36% lengkap dan 16%
tidak diisi
26
f. Perencanaan, 67% lengkap, 16% tidak lengkap dan 16% tidak
diisi
g. Implementasi, terdapat 47% lengkap, 32% tidak lengkap dan
21% tidak diisi
h. Evaluasi, terdapat 48% lengkap, 32% tidak lengkap dan 20%
tidak diisi
i. Catatan terintegrasi, terdapat 32% lengkap dan 68% tidak diisi
j. Daftar pemberian obat, 44% lengkap, 33 tidak lengkap dan 23%
tidak diisi
2) Wawancara :
Hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatakan bahwa
pengisian dokumentasi sudah dilakuakan namun belum optimal
karena berbagai faktor, diantaranya beban kerja yang tinggi,
sehingga waktu untuk pengisian status atau dokumentasi sangat
susah untuk dilaksanakan. Selain kelengkapan pengisian data
perawatan, konten (isi) juga belum optimal
3) Analisa :
Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa, penerapan
pendokumentasian proses keperawatan belum optimal
dilaksanakan, dimana terdapat banyak data yang tidak maksimal
didokumentasikan oleh perawat, serta kebenaran dokumentasi
belum optimal, diagnose pasien tidak diganti selama 2 hari,
pengisian SOAP yang belum sesuai dengan teori.
4) Masalah :
Belum optimal pendokumentasian keperawatan
3. Pengarahan (Derecting)
a) Pelaksanaan timbang terima (operan)
1) Wawancara :
27
Wawancara dengan kepala ruangan (Karu) didapat informasi bahwa
operan sudah dilakukan.
2) Observasi :
Operan yang dilakukan di ruangan dilakukan setiap pergantian shif,
operan yang dilakukan hanya menyampaikan kondisi pasien secara
medis, serta tindakan medis yang sudah dilakukan dan yang akan
dilakukan namun belum mengarah kepada operan asuhan
keperawatan yang telah dan yang akan dilakukan.
3) Analisis :
Hasil wawancara, dan observasi yang telah dilakukan,
overan sudah terlaksana namun belum begitu optimal, penyampaian
kondisi pasien belum secara komprehensif dan penyampaian terkait
asuhan keperawatan belum maksimal. Proses keperawatan sangat
jarang disampaikan, khususnya pada evaluasi yang seharusnya
ditindak lanjuti oleh shif berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa overan belum optimal dilakukan di ruangan.
Sehingga informasi tentang kondisi pasien belum komprehensif
dilaporkan.
4) Masalah :
Belum optimalnya pelaksanaan operan
b) Supervisi
1) Wawancara :
Wawancara dengan kabid keperawatan diperoleh data untuk
supervisi penjadwalan sudah ada, namun untuk pelaksanaan belum
terlaksana sesuai dengan jadwal yang ada, sama juga disampaiakan
oleh waka instalasi dan Karu. Beberapa karu menyatakan
pencapaian kegiatan supervisi masih dibawah 50 % karena berbagai
28
kendala, kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengelola
perawatan sudah mencapai 70%
2) Kuesioner :
Sebanyak 87% responden (perawat pelaksana) mengatakan kepala
ruangan melakukan kegiatan supervise
3) Observasi :
Kegiatan Supervisi sudah ada dilakukan, namun hasil supervisi
belum terdokumentasi pada format yang baku dan penjadwalan
yang tidak sesuai dengan pelaksanaan supervisi
4) Analisis :
Hasil wawancara, kuesioner dan observasi yang telah
dilakukan, dimana pelaksanaan supervisi sudah ada disetiap
ruangan, serta jadwal kegaiatan supervisi sudah ada namun baik
supervisi dari bidang keperawatan maupun di instalasi irna non
bedah 1belum optimal dilakukan. pengawasan berjenjang
merupakan aktivitas manajerial yang dilakukan oleh menejer
keperawatan untuk mencapai keberhasilan pelayanan keperawatan
melalui supervisi.
Supervisi adalah satu proses untuk memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan, dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi juga
dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Pengawasan yang baik
akan dapat meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan.
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa
penjadwalan kegaiatan supervisi sudah sangat baik, namun pada
pelaksanaan belum optimal dilaksanakan,
5) Masalah :
Belum optimalnya pelaksanaan supervise
29
c) Motivasi kerja perawat
1) Wawancara :
Wawancara yang dilakukan kepada Kabid keperawatan, didapatkan
hasil bawah terdapat strategi memberikan motivasi kepada perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan dengan optimal, yaitu
dengan memberikan prioritas kesempatan pelatihan. Hal ini sama
denagn disampaikan oleh waka instalasi dan Karu saat dilakukan
wawancara. Waka instalasi juga mengatakan bahwa untuk
memotivasi perawat dilakukan pemajangan foto kepada perawat
berprestasi, untuk meningkatkan motivasi perawat di ruangan.
Diterapkan juga system reward dan punismen, untuk punishmen
disebut juga dengan konsekuensi, biasanya dalam bentuk surat
motivasi diberikan surat motivasi
2) Observasi
Terdapat foto perawat yang dipajang di instalasi non bedah 1
sebagai perawat berprestasi sebagai salah satu cara menumbuhkan
motivasi kepada perawat lain yang ada di ruangan.
3) Kuisoner:
Hasil kuesioner kepada 58 responden(perawat pelaksana) didapat
data bahwa Sebanyak 53 responden (91 %) mengatakan kepala
ruangan sering memberikan motivasi kepada perawat di ruangan
4) Analisa :
Program reward dan punishmen dilakukan di Non bedah 1
untuk meningkatkan motivasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan optimal, meningkatkan displin, meningkatkan
kinerja, pemberlakuan reward dengan pemilihan perawat berprestasi
dan di prioritaskan mengikuti pelatihan serta memberikan
punishmen bagi yang melanggar seperti dikirim surat motivasi,
program seperti ini sangat efektif, namun akan lebih efektif lagi jika
30
pemberian remun sesuai PK perawat seperti yang sudah
direncanakan
Dari analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa melaui program yang ada akan mampu meningkatkan
motivasi kerja perawat
5) Masalah ;
Potensial peningkatan motivasi kerja perawat
4. Pengendalian
a) Ronde Keperawatan
1) Wawancara :
Wawancara yang dilakukan kepada Karu, didapatkan data bahwa
kegiatan ronde keperawatan sudah dijadwalkan, namun pada tahap
pelaksanaan belum sepenuhnya dilakukan, pelakasaan ronde
keperawatan yang dilakukan manajer keperawatan (Karu) baru
terlaksana untuk mahasiswa yang sedang praktik di ruangan
tersebut. Dengan berbagai kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaannya seperti beban kerja yang cukup tinggi, kekurangan
tenaga perawat.
2) Observasi :
Dari observasi yang dilakukan, kegaiatan ronde keperawatan belum
optimal dilakukan di ruangan non bedah 1
3) Analisis :
Hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
didapatkan bahwa kegiatan ronde keperawatan sudah ada
penjadwalan, namun pada tahap pelaksanaan belum optimal
terealisasi. Kegaiatan ronde keperawatan merupakan interaksi antar
pengajar (manajer) dan perawat dimana terjadi proses
pembelajaran.Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau
head nurse dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman
31
yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).
Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan
adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan,
selain itu juga menurut Wolak et al. (2008) dengan adanya ronde
keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini
bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi
juga peningkatan secara menyeluruh
Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang
menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Wolak et al., 2008). Sedangkan bagi siswa
perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat pengalaman
secara nyata dilapangan (Clement, 2011). Penelitian Febriana
(2009) ronde keperawatan meningkat kepuasan pasien lima kali
dibanding tidak dilakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al.
(2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka
insiden pada pasien yang dirawat.
Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ronde keperawatan sangat bermanfaat untuk
perawat dan pasien dalam memberikan dan mendapatkan asuhan
keperawatan yang optimal. Kondisi di instalasi non bedah 1 yaitu
sudah ada penjadwalan untuk ronde keperawatan namun pelaksaaan
belum optimal, kegaiatan ronde diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan perawat pelaksana dalam melakukan asuhan
keperawatan
4) Masalah :
Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan
b) Discharge Planning
1) Wawancara :
32
Hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan hasil bahwa
sudah terdapat format discharge planning pada status pasien.
2) Observasi :
Evaluasi dokumentasi yang telah dilakukan, diperoleh data dari 60
status yang di evaluasi terdapat 32 status (53%) belum lengkap
pengisiannya, 21 status (35%) belum mengisi dan sebanyak 7 status
(11%) belum mengisi discharge planning.
3) Analisis :
Dari hasil wawancara yang dilakukan sudah terdapat format
discharge planning pasien pada status dan observasi yang dilakukan
didapatkan sebagian besar discharge palnning belum belum lengkap
terisi.
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan
komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
diperlukan pasien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada pasien serta membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat
dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau, discharge
planning bertujuan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga terkait tindakan yang dilakukan oleh pasien dan keluarga
saat pasien masuk sampai pasien akan pulang dari rumah sakit.
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa
Discharge Planning diruangan belum terlaksana dengan baik
walaupun format discharge planning sudah tersedia pada status
pasien.
4) Masalah :
Belum optimalnya pelaksanaandan dokumentasi Discharge
Planning
33
5. Pasien safety
a. Wawancara:
Hasil wawancara dengan pengelola perawatan bahwa perawat di non
bedah 1 sudah mendapatkan pelatihan patient safety dan telah
dilakukan evaluasi perawat tentang pengetahuan perawat terhadap
patient safety didapatkan hasil bahwa lebih dari 80 % perawat sudah
memahami patient safety.
b. Observasi :
Dari hasil observasi didapatkan bahwa perawat melakukan kegiatan
patient safety masih belum optimal. Didapatkan data bahwa kegiatan
identifikasi pasien masih belum optimal, dari 24 responden (perawat
pelaksana) sebanyak 14 (66%) sempurna menjelaskan tindakan dan
tujuan tindakan, dari 24 responden terdapat 12 responden (50%) tidak
melakukan validasi identitas ke gelang pasien.
c. Analisis :
Hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan didapatkan
informasi bahwa pengetahuan perawat tentang pasien safety sudah
sangat baik, namun pada pelakasaan belum optimal dilakukan, banyak
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan patient safety seperti beban
kerja yang tinggi, jumlah tenaga yang kurang sehingga menyebabkan
pelaksanaan patient safety sesuai prosedur belum optimal dilakukan
demi mempersingkat waktu pada pasien.
d. Masalah:
Belum optimal pelaksanaan pasien safety
6. Kepuasan Pasien
a. Kuesioner :
Dari kuesioner didapatkan bahwa 75 % responden (pasien) mengaku
puas terhadap layanan keperawatan di instalasi non bedah 1 dan 25 %
mengatakan tidak puas
34
b. Analisa :
Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa kepuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan cukup tinggi, lebih dari separoh
(75%) mengatan puas terhadap pelayanan keperawatan di instalasi non
bedah 1.
Menurut Kotler (1993 dikutip dari Wanti, 2011) kepuasan
pasien adalah perasaan senang dan kecewa pasien sebagai hasil
perbandingan antara prestasi yang dirasakan dengan harapan. Pasien
akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya
sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan
timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan pasien.
Dari analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelayanan keperawatan yang diberikan belum optimal karena utk
kepuasan pasien terhadap pelayanan persentasenya diatas 90%
c. Masalah :
Belum optimal kepuasan pasien
7. Kepuasan Perawat
a. Wawancara :
Wawancara dengan pengelola perawatan dan kepala ruangan
didapatkan data manajer keperawatan selalu memberikan motivasi
kepada perawat untuk melakukan pekerjaaan (asuhan keperawatan)
sebagai seorang perawat melalui nilai-nilai yang ada di ruangan non
bedah 1. Seperti nilai WECARE
b. Kuesioner :
Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa dari 46 responden (perawat
pelaksana) sebanyak 22 responden (48%) puas tentang pengembangan
diri melalui pendidikan, 24 (52%) respopnden mengatakan puas
dengan gaji yang diterima, 15 (35%) belum puas dengan gaji, 4 (9%)
tidak puas dan 3 (7%) mengatakan sangat puas tentang gaji yang
35
diterima. Untuk kondisi kerja sebanyak 23 (50%) responden
mengatakan puas, 19 (41%) kurang puas dan 4 (9%) tidak puas
dengan fasilitas yang tersedia menjamin keamanan dalam bekerja.
c. Analisis :
Dari hasil wawancara dan kuesioner didapatkan informasi
bahwa manajer keperawatan di instalasi non bedah 1 sangat baik
dalam memotivasi para perawat, jika dilihat dari hasil kuesioner rata-
rata lebih dari separoh puas dengan gaji, separoh perawat puas dengan
kondisi kerja dan kurang dari separoh perawat menyatakan puas
terhadap pengembangan diri perawat.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat
kepuasan perawat terhadap pekerjaanya sebagai seorang perawat
belum optimal. Jika dilihat dari persentase yang ada, perawat belum
signifikan merasakan kepuasan dalam bekerja.
d. Masalah :
Belum optimal kepuasan perawat terhadap pekerjaannya
8. Program Kerja Non Bedah 1
a. Wawancara :
Wawancara yang dilakukan dengan pengelola perawatan didapatkan
hasil bahwa terdapat beberapa program yang telah dibuat oleh instalasi
non bedah 1 dengan tujuan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
serta menyonsong akreditasi JCI januari 2014. Sedikitnya ada tujuh
program yang dibuat di instalalsi non bedah 1
b. Kuesioner :
Hasil dari kuesioner dari 42 respoden (perawat pelaksana) didapatkan
bahwa:
a. Penerapan program berbahasa Indonesia, 30 (71%) setuju dan 9
(21%) sangat setuju
36
b. Pelaksanaan timbang terima, 23 (54%) setuju dan 17 (40%) sangat
setuju
c. Pelaksanaan pre dan post conference, 20 (47%) setuju dan 20(47%)
sangat setuju
d. Pelaksanaan ronde, 27 (64%) setuju dan 13 (30%) sangat setuju
e. Penerapan nilai WECARE, 18 (43%) setuju dan 22 (52%) sangat
setuju
f. Pelaksaan PPJP, 23 (55%) setuju dan 17 (40%) sangat setuju
g. Edukasi pasien, 24 (57%) setuju dan 16 (38%) sangat setuju
c. Observasi :
Hasil observasi yang dilakukan didapatkan info bahwa penerapan
program-program di non bedah 1 belum optimal, seperti penggunaan
bahasa Indonesia, masih banyak perawat yang belum sepenuhnya
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi dengan
pasien, mkeluarga dan tim kesehatan lainnya. Program edukasi pasien
sudah dilaksanakan tapi belum maksimal,
d. Analisis :
Dari hasil wawancara dan kuesioner dapat dilihat bahwa ruangan telah
mempersiapkan program-program yang dibuat untuk meningkatkan
kualitas keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, dimana yang melaksanakan program tersebut adalah
perawat yang ada di ruangan. Dari analisis diatas dapat disimpulkan
bahwa manajer keperawatan di instalasi non bedah 1 telah
mempersiapkan ruangan untuk meningkatkan layanan asuhan
keperawatan melaui program-program yang ada, perawat rata-rata
setuju dan sangat setuju dengan program yang telah dibuat, namun
pada pelaksanaan belum optimal dilakukan.
37
e. Masalah :
Belum optimalnya pelaksanaan program yang telah diprogramkan di
intalasi non bedah 1
9. Edukasi pasien
a. Wawancara :
Wawancara dengan karu, bahwa penjadwalan edukasi pasien sudah
ada, namun pelaksanaan belum optimal
b. Kuesioner :
Dari 80 responden, sebanyak 54 (68%) puas, 18 (23%) Kurang puas, 5
(6%) dan 4 (4%) sangat puas
c. Observasi :
Ruang edukasi sudah tersedia pada semua ruangan, materi edukasi
sudah ada namun pada pelaksanaan belum optimal, kualifikasi perawat
dengan pendidikan DIII dan S1 merupakan peluang besar untuk
efektifitas pelaksanaan edukasi pasien, namun pemberi dan penerima
edukasi harus memiliki waktu yang cukup, ini merupakan kendala
pada ruangan untuk pelaksanaan edukasi pasien
d. Analisis :
Perencanaan edukasi pasien sudah baik, perlengkapan sudah bagus
namun pelaksanaan belum optimal, dikarenakan tingginya bebaban
kerja perawat
e. Masalah :
Belum optimal Pelaksanaan edukasi pasien
C. ANALISA SWOT INSTALASI NON BEDAH 1Analisis SWOT di Instalasi
Non Bedah 1 ditinjau dari aspek manajemen, yaitu ; mutu, sumberdaya manusia,
pelayanan dan fasilitas keperawatan, adapun dari hasil analisa SWOT sebagai
berikut :
38
Tabel 2.9Analisa SWOT di Instalasi Non Bedah 1
Strength Weakness Opportunity Threatened
Manajemen pelayanan perencanaana. Visi, misi dan tujuan
instalasi merujuk kepada rumah sakit sudah ada
b. Semua ruang instalasi Non Bedah 1 yang telah dipasang visi misi rumah sakit pada tempat mudah dilihat
c. Instalasi Non Bedah 1 berada rumah sakit rujukan tertinggi (tersier)
d. Manajer keperawatan memiliki komitmen yang tinggi meningkatkan program peningkatan kualitas asuhan keperawatan
e. System manajemen berjalan baik
f. Struktur Organisasi instalasi Non Bedah 1 sudah ada dan sudah terpasang
g. Memiliki SAK dan SOP sebagai panduan melakukan tindakan keperawatan
h. Mempunyai ruangan dan fasilitas yang
a. Perbandingan Jumlah perawat dan pasien belum memadai
b. Masih sedikit SDM yang memiliki kualifikasi pendidikan spesialistik hanya satu orang spesialis KMB
c. Belum semua perawat pernah mengikuti pelatihan tindakan spesialistik di Non Bedah 1
d. Belum optimalnya penerapan patient safety
e. Belum optimalnya pelaksanaan SOP dan SAK
f. Pelaksanaan supervisi yang belum optimal
g. Pelaksanaan ronde keperawatan belum optimal
h. Pelaksanaan operan yang belum optimal
a. Adanya peningkatan kinerja dari tahun sebelumnya
b. Ketersediaan program pelatihan dan pendidikan bagi tenaga perawat yang dilakukan DIKLAT RSUP Mjamil
c. Koordinasi dan komunikasi antar kepala ruangan sangat baik
d. Tersedianya program-program kerja yang menunjang peningkatan kualitas asuhan keperawatan
e. Disyahkannya UU keperawatan sebagai perlindungan bagi tenaga keperawatan
a.Rumah sakit semakin membangun inovasi untuk menarik pelanggan
b. Semua rumah sakit bisa bekerjasama dengan BPJS serta asuransi lainnya.
c.Banyaknya investor asing yang berinvestasi membangun rumah sakit di kota padang
d. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan profesional
e.Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
39
memadai dengan pengemabangan dan pembangunan yang terus dilakukan
i. Perencanaan kegiatan/program kerja telah ada di instalasi Non Bedah 1
Pengorganisasiana. Struktur organisasi
yang jelas di instalasi Non Bedah 1 dan struktur organisasi ruangan
b. Uraian tugas sudah ada mulai dari bidang, waka instalasi, pengelola Perawatan, SPF, karu, katim dan perawat pelaksana
c. Sistem penghitungan tenaga sesuai dengan rumus DEPKES RI dengan menghitung Tingkat ketergantungan pasien
d. Instalasi Non Bedah 1 memiliki tenaga keperawatan S1 12 orang dan S2 sebanyak 3 orang
e. Manajer keperawatan mengikuti pelatihan SP2KP
f. Format pendokumentasian sudah ada
a. Belum optimalnya pelaksanaan struktur organisasi
b. Jumlah tenaga perawat masih kurang
a. Adanya rencana perekrutan tenaga keperawatan untuk rumah sakit
b. Peluang untuk mengembangan jenjang karier perawat profesional
c. Potensial untuk menghasilkan perawat kompeten dibidangnya melalui pelatihan dan pendidikan
a. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan semakin tinggi
b. Persaingan antar perawat semakin ketat dengan adanya asean community
c. Kompetensi perawat kurang sehingga memungkinkan masyarakat mencari pengobatan lain.
d. Semua perawat harus lulus uji kredensial untuk penempatan PK
40
Pengarahana. Manajer keperawatan
memberikan motivasi kepada perawat melalui program-program seperti diprioritaskan mengikuti pelatihan
b. Adanya system reward dan punishmen
c. Penjadwalan supervise sudah ada di ruangan
d. Komunikasi antar manajer dan antar perawat berjalan dengan baik
e. Sistem pendelegasian berjalan dengan baik, serta tersedianya format pendelegasian di ruangan
a. Perawat belum antusias meningkatkan motivasi diri
b. Pelaksanaan supervise masih belum optimal
c. Komunikasi efektif belum optimal serta penggunaan bahasa Indonesia masih belum optimal
a. Manajer keperawatan yang memiliki komitmen untuk mengawasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Ada program berbahasa Indonesia
c. Pelaksanaan remunerasi untuk kesejahteraan perawat
a. Masyarakat yang semakin menuntut akan pentingnya komunikasi terapeutik dari perawat
Pengendaliana. Program pengendalian
mutu sudah adab. Sudah adanya
dibentuk tim pengendalian mutu
c. Adanya pertemuan berkala tim pengendalian mutu
d. Dilakukan penilian penampilan kerja
a. Waktu penilaian kerja belum optimal
b. Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai SAK dan SOP masih rendah
a. Adanya evaluasi pelaksanaan SAK dan SOP di Non Bedah 1
b. Adanya rencana revisi SAK
a. Tuntutan akreditasi JCI menuntut pelaksanaan SAK dan SOP harus optimal
41
Identifikikasi Masalah
1. Belum optimal pelaksanaan visi misi rumah sakit di ruangan
2. Belum adanya SAK terbaru sebagai acuan dalam memberikan tindakan
dan asuhan keperawatan di ruangan.
3. Belum optimalnya pelaksanaan supervise
4. Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan
5. Belum optimalnya pelaksanaan operan
6. Belum adanya standar baku penyelesaian konflik
7. Belum optimalnya pelaksanaan dan dokumentasi Discharge Planning
8. Belum ada standar koordinasi dan kolaborasi antar tenaga kesehatan di
ruangan
9. Belum optimal pelaksanaan pasien safety
10. Belum optimal kepuasan perawat terhadap pekerjaannya
11. Belum optimalnya pelaksanaan program di intalasi non bedah 1
12. Potensial peningkatan motivasi perawat
13. Risiko peningkatan beban kerja perawat
14. Belum optimal pendokumentasian keperawatan
3. Prioritas Masalah
Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan penghitungan
dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Proses
memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang
memperhatikan aspek sebagai berikut :
a. Magnitude (M) : kecenderungan dan seringnya kejadian
masalah
b. Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
c. Manageable (Mn) : bisa di pecahkan
42
d. Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan
perawat
e. Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya
Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu :
a. Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih
banyak ditemukan (prevalensinya tinggi).
b. Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan
suatu masalah lebih serius.
c. Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini
dapat terpecahkan(menemukan jalan keluar).
d. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan
selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat.
e. Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang
mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu masalah
Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup
penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi
prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling besar. Skor akhir
dirumuskan dengan cara : MxSxMnxNcxAf
43
Tabel 2.10
Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di Instalasi Non Bedah I
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas1 Belum optimal pelaksanaan visi
misi rumah sakit di ruangan
4 4 3 4 3 576 IX
2 Belum adanya SAK terbaru sebagai acuan dalam memberikan tindakan dan asuhan keperawatan di ruangan.
4 5 5 5 5 2500 II
3 Belum optimalnya pelaksanaan supervisi
5 3 3 4 3 540 X
4 Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan
5 3 4 5 4 1200 V
5 Belum optimalnya pelaksanaan operan
5 3 5 5 4 1500 IV
6 Belum adanya standar bakupenyelesaian konflik
2 4 4 3 3 288 XII
7 Belum optimalnya pelaksanaan dan dokumentasi Discharge Planning
5 3 4 4 4 960 VII
8 Belum ada standar koordinasi dan kolaborasi antar tenaga kesehatan di ruangan
2 3 3 3 3 162 XIV
9 Belum optimal pelaksanaan pasien safety
5 5 4 5 4 2000 III
10 Belum optimal kepuasan perawat terhadap pekerjaannya
3 3 3 3 2 162 XIII
11 Belum optimalnya pelaksanaan program di intalasi non bedah 1
4 3 5 5 4 1200 VI
12 Potensial peningkatan motivasi perawat
3 3 4 4 3 432 XI
13 Risiko peningkatan beban kerja perawat
5 5 3 3 3 675 VIII
14 Belum optimal pendokumentasian keperawatan
5 5 5 5 5 3125 I
Skoring Identifikasi masalah :
44
1. Belum optimal pendokumentasian keperawatan
2. Belum adanya SAK terbaru sebagai acuan dalam memberikan tindakan
dan asuhan keperawatan di ruangan.
3. Belum optimal pelaksanaan pasien safety
4. Belum optimalnya pelaksanaan operan
5. Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatan
6. Belum optimalnya pelaksanaan program di intalasi non bedah 1
7. Belum optimalnya pelaksanaan dan dokumentasi Discharge Planning
8. Risiko peningkatan beban kerja perawat
9. Belum optimal pelaksanaan visi misi rumah sakit di ruangan
10. Belum optimalnya pelaksanaan supervisi
11. Potensial peningkatan motivasi perawat
12. Belum adanya standar baku penyelesaian konflik
13. Belum optimal kepuasan perawat terhadap pekerjaannya
14. Belum ada standar koordinasi dan kolaborasi antar tenaga kesehatan di
ruangan
Fishbone
45
Bagan 2.2
Belum Optimalnya Pendokumentasian Keperawatan
Metode
Belum ada kebijakan dari RS tersebut
Pengelolaan dana dari pusat
Tingkat pendidikan perawat bervariasi
Pendokumentasian perawat
MONEY
MATERIAL
MAN
Alokasi dana terbatas
Motivasi perawat kurang
Beban kerja tinggi
Minimnya sosialisasi cara pendokumentasian keperawatan
Format dokumentasi yg terlalu banyak
Tingkat pengetahuan perawat belum optimal tentang pendokumentasian
46
Fishbone
Bagan 2.3
Belum Optimalnya Standar Asuhan Keperawatan
Metode
Belum ada kebijakan dari RS tersebutPengelolaan dana dari pusat
Belum Optimalnya SAK
MONEY
MATERIALMAN
Alokasi dana terbatas
Motivasi perawat kurang
Beban kerja tinggi
Sosialisasi dan pendampingan belum optimal
SAK belum direvisi dengan standar NNN
Belum adanya tim perumus SAK
Jumlah perawat kurang
Panduan SAK belum lengkap disetiap ruangan
Pengetahuan perawat blm optimal
47
Bagan 2.4
Belum Optimalnya Pelaksanaan Sasaran Patient Safety
48
BAB III
PERENCANAAN
A. Tujuan dan Rencana Penyelesaian Masalah
Setelah dilakukan prioritas terhadap masalah keperawatan yang muncul
pada saat loka karya mini I yang dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2014 , pada
kegiatan lokmin tersebut telah di identifikasi dua belas masalah di Instalasi Non
Bedah I, dua belas masalah keperawatan tersebut dilakukan prioritas masalah dan
merujuk kepada kebutuhan instalasi Non Bedah I, maka ditetapkan lah tiga masalah
yang akan diangkat untuk dilakukan intervensi, yaitu : 1) Belum optimalnya
pelaksanaan pendokumentasian keperawatan di Instalasi Non Bedah I RSUP Dr. M.
Djamil Padang, 2) Belum optimalnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Instalasi
Non Bedah I, dan 3) Belum optimalnya pelaksanaan pasien safety di Instalasi Non
Bedah I RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Tujuan dan rencana kegiatan untuk penyelesaian masalah dibawah ini,
adapun masalah yang akan ditindak lanjuti yaitu :
1. Belum optimalnya pemahaman dan pelaksanaan pendokumentasian keperawatan
di Instalasi Non Bedah I RSUP Dr. M. Djamil Padang
a. Tujuan
Tercapainya pemahaman perawat dan pelaksanaan pendokumentasian
keperawatan yang optimal
b. Rencana kegiatan :
1) Mengadakan workshop tentang pendokumentasian keperawatan
2) Melakukan sosialisasi hasil workshop tentang pendokumentasian
keperawatan kepada perawat di Non Bedah I
3) Pengadaan juknis dokumentasian keperawatan
4) Pendampingan penerapan pendokumentasian keperawatan
5) Melakukan evaluasi pendokumentasian keperawatan
49
2. Belum optimalnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Instalasi Non Bedah I
a. Tujuan
1) Terbentuknya SAK yang terstandar NANDA NIC NOC
2) Tercapainya pemahaman perawat tentang SAK yang terstandar NANDA
NIC NOC
3) Tercapainya pelaksanaan SAK yang terstandar NANDA NIC NOC yang
optimal
b. Rencana Kegiatan :
1) Koordinasi dengan semua Karu Non Bedah I untuk membuat list sepuluh
penyakit terbanyak di Non Bedah I.
2) Melakukan revisi SAK yang terstandar NANDA NIC NOC kerjasama
dengan Komite Keperawatan RSUP. Dr. M. Djamil Padang
3) Melakukan sosialisasi SAK yang terstandar NANDA NIC NOC
4) Melakukan pendampingan pelaksanaan SAK yang terstandar NANDA
NIC NOC
5) Melakukan evaluasi pelaksanaan SAK yang terstandar NANDA NIC NOC
3. Belum optimalnya pelaksanaan sasaran pasien safety di Instalasi Non Bedah I
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
a. Tujuan :
Perawat memahami konsep patient safety dan mampu melaksanakan patient
safety yang optimal
b. Rencana Kegiatan :
1) Melakukan resosialisasi tentang pentingnya patient safety
2) Melakukan pendampingan pelaksanaan patient safety
3) Melakukan evaluasi pelaksanaan patient safety
B. Plan Of Action (POA)
Plan Of Action merupakan rincian secara detail terkait apa yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang sudah ditetapkan, plan of action dibuat dalam bentuk
tabel sehingga memudahkan dalam penjabrannya. Berikut POA yang sudah ditetapkan
50
PLAN OF ACTION (POA)MENGOPTIMALKAN PENDOKUMENTASIAN PERAWAT DI INSTALASI
NON BEDAH 1RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2014
NO
MASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN
WAKTU /
TEMPAT
PENANGGUNG JAWAB
1 Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian keperawatan di Instalasi Non Bedah I
Menyiapkan TOR tentang Workshop pendokumentasian keperawatan.
Terbentuk TOR
Diskusi Kepala Ruangan, Katim, Perawat pelaksana di Instalasi Non Bedah 1
Pembimbing
22 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
Rp. 200.000
2 Menyiapkan SAP tentang pelatihan pendokumentasian keperawatan
Terbentuk SAP
Diskusi 23 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
Rp. 50.000
3 Berkoordinasi dengan ka.Bid Keperawatan, Komite Keperawatan, Ka.Diklat tentang pelaksanaan workshop pendokumentasian keperawatan
Ditetapkan waktu
Diskusi Konsult
asi
Bid keperawatan
Bid DIKLAT
Komite Kep
Pembimbing akademik dan klinik
23 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
4 Berkoordinasi dengan narasumber tentang workshop
Menetapkan waktu dan menyesuaikan materi
DiskusiKonsultasi
23 Oktober 2014
Pembimbing akademik
Pembimbing klinik
Mahasiswa
51
NO
MASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN
WAKTU /
TEMPAT
PENANGGUNG JAWAB
pendokumentasian keperawatan
Residensi
5 Pembuatan surat permohonan izin kegiatan workshop pendokumentasian keperawatan
Kegiatan mendapat izin
Diskusi Konsult
asi
Ka. Diklat
23 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
6 Menyiapkan susunan acara workshop pendokumentasian keperawatan
Terbentuk susunan acara
DiskusiKonsultasi
Peeserta 23 Oktober 2014
Pembimbing akademik
Klinik Mahasiswa
Residensi7 Membuat
undangan dan menyebarkan undangan
Undangan tersebarkan
Diskusi PP, Karu, Perawat Pelaksana
24 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
8 Menyiapkan daftar hadir peserta pelatihan
Terbentuk daftar hadir
Diskusi Peserta 24 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
9 Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
Tersedianya peralatan pelatihan
DiskusiKonsultasi
Peserta 24 Oktober 2014
Mahasiswa residensi
10 Menetapkan peserta yang hadir
Diskusi Konsult
asi
Peserta 24 Oktober 2014
Pembimbing akademik dan klinik
Mahasiswa Residensi
11 Melaksanakan kegiatan workshop pendokumentasian keperawatan
Terlaksanannya kegiatan diseminasi ilmu sesuai dengan jadwal kegiatan
Ceramah
Dsikusi Tanya
jawab
PP, Ka. SPF
Kepala ruangan, Katim
Perawat Pelaksana
30 Oktober 2014 / Diklat Lantai 3
Pembi. Akademik dan Klinik
Mahasiswa residensi
52
NO
MASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARAN
WAKTU /
TEMPAT
PENANGGUNG JAWAB
12 Diseminasi ilmu tentang cara pendokumentasian keperawatan
Meningkatkan pemahaman perawat tentang cara pendokumentasian keperawatan
Diskusi Cerama
h Tanya
jawab
Peserta 30 Oktober 2014 / Diklat Lantai 3
Pembi. Akademik dan Klinik
Mahasiswa residensi
13 Mempraktikkan cara pendokumentasian keperawatan
Terlaksananyapendokumentasian keperawatan
Format pendokumentasian
Peserta 30 Oktober 2014
Mahasiswa Residensi
14 Sosialisasi cara pendokumentasian di ruangan
Tersosialisasinya pendokumentasian
Demontrasi
Peserta 4 November 2014
Mahasiswa Residensi
15 Pendampingan proses pengisian dikumentasi keperawatan
Terlaksananya pendampingan
Demonstrasi
Peserta 10 November 2014
Mahasiswa Residensi
16 Evaluasi hasil uji coba cara pendokumentasian keperawatan
Diketahui efektivitas pelatihan
Observasi
Dokumentasi
Self evaluasi
Audit Dokumentasi
Peserta 13 November 2014
Mahasiswa residensi
53
PLAN OF ACTION (POA)PEMBUATAN SAK SESUAI NANDA NIC NOC DI INSTALASI NON BEDAH
1RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2014
NOMASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARANWAKTU / TEMPAT
1 Belum sesuainya SAK dengan Renpra yang tersedia di ruangan
Menyiapkan TOR tentang pembuatan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Terbentuk TOR
Diskusi 23 Oktober 2014
2 Berkoordinasi dengan ka.Bid Keperawatan, Komite Keperawatan,Ka.Diklat pembuatan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Kesepakatan pembuatan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Diskusi Konsultasi
Bid keperawatan
Bid DIKLAT Komite Kep Pembimbing
akademik dan klinik
23 Oktober 2014
3 Berkoordinasi dengan nara sumber tentang pembuatan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Menerima masukan dari narasumber
DiskusiKonsultasi
NarasumberKomite keperawatan
5 November s.d 21 November 2014
4 Berkoordinasi dengan ka.Bid Keperawatan, Komite Keperawatan,Ka.Diklat tentang hasil pembuatan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Disepakati SAK yang telah dibuat
Diskusi Tanya
jawab
Bid keperawatan
Bid DIKLAT Komite Kep Pembimbing
akademik dan klinik
21 November 2014
5 Berkoordinasi dengan ka.Bid Keperawatan, Komite Keperawatan,Ka.Diklat tentang sosialisasi SAK
Disetujui sosialisasi SAK
Diskusi Bid keperawatan
Bid DIKLAT Komite Kep Pembimbing
November 2014
54
NOMASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARANWAKTU / TEMPAT
sesuai NANDA NIC NOC
akademik dan klinik
6 Menyiapkan susunan acara sosialisasi SAK sesuai NANDA NIC NOC
Terbentuk susunan acara
DiskusiKonsultasi
Peeserta November 2014
7 Membuat undangan dan menyebarkan undangan
Undangan tersebarkan
Diskusi PP, Karu, Perawat Pelaksana
November 2014
8 Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
Supaya acara lancar dan aman
DiskusiKonsultasi
Peserta November 2014
9 Menetapakan peserta yang hadir
Ditetapkan jumlah peserta
Diskusi Konsultasi
Bid keperawatan
Bid DIKLAT Komite Kep Pembimbing
akademik dan klinik
November 2014
10 Pelaksanaan kegiatan sosialisasi SAK sesuai NANDA NIC NOC
Terlaksanannya kegiatan sosialisasi SAK sesuai NANDA NIC NOC sesuai dengan jadwal kegiatan serta meningkatkan pemahaman perawat terhadap SAK yang telah dibuat
Ceramah Dsikusi Tanya
jawab
PP, Kepala
ruangan, Perawat
November 2014
11 Melakukan pendampingan penggunaan SAK
Terlaksananya pendampingan penggunaan
Diskusi Demonstra
si
Perawat ruangan
November 2014
55
NOMASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARANWAKTU / TEMPAT
SAK12 Melakukan uji coba
penerapan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Terlaksananya askep sesuai SAK NANDA NIC NOC
Format SAK
Perawat ruangan
November 2014
13 Evaluasi hasil uji coba penerapan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Diketahui hasil uji coba penerapan SAK sesuai NANDA NIC NOC
Observasi Dokumenta
si Self
evaluasi Dokumenta
si
Dokumentasi Asuhan keperawatan
November 2014
PLAN OF ACTION (POA)OPTMALISASI PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI INSTALASI NON
BEDAH IRSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2014
NOMASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARANWAKTU / TEMPAT
1 Belum optimalnya pelaksanaan Patient Safety di Instalasi Non Bedah I
Menyiapkan TOR tentang Resosialisasi Patient Safety
Terbentuk proposal
Diskusi 22 Oktober 2014
2 Konsultasi TOR kepada pembimbing
Disetujui TOR Diskusi Pembimbing akademik dan
22 Oktober 2014
56
NOMASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARANWAKTU / TEMPAT
pembimbing klinik
3 Berkoordinasi dengan Manajer ruangan ( PP, Ka SPF, Karu)
Kesepakatan pelaksanaan Resosialisasi Patient Safety
Diskusi Konsultas
i
Pengelola perawatan
Ka. SPF Karu
22 Oktober 2014
4 Membuat surat permohonan kesediaan Narasumber
Tersedianya surat permohonan
Konsultasi
Narasumber 22 Oktober 2014
5 Konsul surat permohonan narasumber kepada pembimbing akademik dan klinik
Disetujui surat permohonan
Konsultasi
Pembimbing akademik dan klinik
22 Oktober 2014
6 Berkoordinasi dengan narasumber tentang Resosialisasi Patient Safety
Bersedianya narasumber memberikan materi
Menerima masukan dari narasumber
Diskusi Konsultas
i
Narasumber 22 Oktober 2014
7 Membuat surat undangan kepada perawat ruangan
Tersedianya surat undangan
Konsultasi
Pembimbing akademik dan klinik
23 Oktober 2014
8 Menyebar undangan kepada seluruh perawat ruangan
Tersdistribusi undangan kepada semua perawat ruangan
Semua perawat ruangan
23 Oktober 2014
9 Menyiapkan susunan acara Resosialisasi Patient Safety
Terbentuk susunan acara
Diskusi Konsultas
i
Pembimbing akademik dan Klinik
23 Oktober 2014
10 Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
Supaya acara lancar dan aman
Diskusi Konsultas
i
Peserta 23 Oktober 2014
57
NOMASALAH
KEGIATAN TUJUAN METODE SASARANWAKTU / TEMPAT
11 Pelaksanaan kegiatan Resosialisasi Patient Safety
Terlaksanannya kegiatan Resosialisasi Patient Safety sesuai dengan jadwal kegiatan serta meningkatkan pemahaman perawat terhadap Patient Safety
Ceramah Dsikusi Tanya
jawab
PP, Kepala
ruangan, Perawat
24 Oktober 2014
11 Pendampingan pelaksanaan Patien Safety
Terlaksananya proses pemdampingan
Demonstrasi
Observasi
Kepala ruangan,
Perawat
31 Oktober , 7, 14, 21 November 2014
12 Melakukan monev pelaksanaan Patient Safety
Terlaksananya Patient Safety sesuai dengan standar
Observasi Perawat ruangan
22 November 2014
13 Evaluasi hasil pelaksanaan Patient Safety
Diketahui hasil pelaksanaan Patient Safety
Dokumentasi
Dokumentasi Asuhan keperawatan
22 November 2014
58
59
60
61
62
63
BAB IVPELAKSANAAN DAN EVALUASI
64
Setelah dilakukan prioritas masalah dan perencanaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, maka langkah berikutnya adalah mengimplementasikan apa yang
sudah direncanakan sesuai dengan POA yang ditetapkan. Implementasi melibatkan
semua pihak yang ada di Instalasi Non Bedah I (Waka Instalasi, Pengelola Perawatan,
Ka. SPF, Karu, Katim dan perawat pelaksana)
Implementasi dilakukan mulai tanggal 24 Oktober 2014 sampai dengan 12
November 2014, di ruangan Instalasi Non Bedah I. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan POA yang telah disusun. Berikut penjabaran implementasi kegiatan yang
dilaksanakan.
A. Belum Optimalnya Pendokumentasian Perawat di Instalasi Non Bedah I
1. Workshop Pendokumentasian
a. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan POA yaitu diadakan Workshop
tentang pendokumentasian keperawatan, yang dilaksanakan pada tanggal
30 Oktober 2014. Kegiatan implementasi secara rinci sebagai berikut :
1) Pada tanggal 20 s/d 24 Oktober 2014 dilakukan persiapan workshop
dokumentasi NANDA, NOC, NIC yang terdiri dari :
a) Membentuk panitia pelaksana
b) Menyusun Term Of Reference (TOR) workshop.
c) Membuat materi dan modul workshop.
d) Menyebarkan undangan kepada peserta workshop.
e) Mempersiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan
2) Mengadakan Workshop Pendokumentasian keperawatan
a) Sasaran
Sasaran dalam pelatihan ini secara umum adalah perawat RSUP Dr
M Djamil Padang yang dihadiri oleh 41 orang peserta, dimana
peserta terdiri dari :
b) Komite Keperawatan
65
c) Ka.SPF fan Pengelola Perawatan.
d) Kepala Ruangan dan Ketua Tim
3) Tempat dan waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan workshop diselenggarakan pada :
a) Hari/Tanggal : Kamis/30 Oktober 2014
b)Pukul : 07.30 WIB – 15.00 WIB
c) Tempat : Ruang pertemuan diklat RSUP Dr M Djamil
d)Materi : Workshop Pendokumentasian Keperawatan
4) Nara Sumber :
a) Ns. Fourni Ardianyah, S.Kep
b) Ns. Hardani, S.Kep
c) Ns. Fitria Fajriani, S.Kep
d) Ns. Alfitri,M.Kep,Sp.MB,
e) Ns. Wawan Wahyudi, M.Kep,
f) Ns. Novayanti, M.Kep, Sp.MB
5) Penyampaian materi workshop
a) Konsep pendokumentasian, oleh Ns. Fourni Ardianyah, S.Kep
b) Assesmen nyeri oleh Ns. Hardani, S.Kep
c) Assesmen skrining nyeri oleh Ns. Fitria Fajriani, S.Kep
d) Assesmen dan pendokumentasian askep beserta petunjuk teknis
pendokumentasian keperawatan oleh Ns. Alfitri,M.Kep,Sp.MB,
e) Assesmen risiko jatuh dan assesmen keterbatasan aktivitas fisik oleh
Ns. Wawan Wahyudi, M.Kep,
f) Standar asuhan keperawatan sesuai NANDA NIC NOC
g) Workshop cara pendokumentasian keperawatan
b. Evaluasi
Setelah implementasi terlaksana sesuai dengan plan of action, untuk
66
kegiatan berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
implementasi yang telah dilaksanakan. Evaluasi digunakan untuk mengukur
keefektifan implementasi yang telah dilakukan.
1) Evaluasi struktur
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan workshop ini
meliputi materi pelatihan, daftar hadir, ruangan, Infocus, Laptop, Snack
dan ATK yang disediakan oleh mahasiswa dan bekerjsama dengan Diklat
RSUP Dr M Djamil Padang.. Kegiatan workshop dilaksanakan di ruang
pertemuan diklat RSUP Dr M Djamil Padang.
2) Evaluasi proses
a) Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pukul 8.30 WIB, mundur satu jam dari waktu
yang di rencanakan yaitu pukul 07.30 WIB. Dikarenakan peserta
(perawat) melaksanakan morning care terlebih dahulu di rungan
masing-masing.
b) Kehadiran peserta workshop.
Tingkat kehadiran peserta yaitu 82% dimana 41 orang hadir saat
workshop Pendokumentasian dan Standar Asuhan Keperawatan
NANDA NOC NIC dari jumlah peserta 50 orang yang diundang untuk
acara workshop. Ketidakhadiran peserta disebabkan oleh kesibukan
ruangan dan keterbatasan tenaga kerja perawat, Sehingga keadaan
tersebut membuat peserta tidak semuanya dapat hadir.
c) Evaluasi keaktifan peserta pelatihan
Tingkat keaktifan peserta pelatihan dalam diskusi cukup baik dimana
terdapat 7 orang peserta (16,7 %) mengajukan pertanyaan. Dan
seluruh pertanyaan dapat dijawab oleh masing-masing pemateri
sehingga para peserta menyatakan paham terhadap penjelasan yang
diberikan.
3) Evaluasi hasil
67
Terbentuknya contoh pendokumentasian keperawatan pada rekam medis
pasien yang benar sesuai panduan komite keperawatan.
2. Sosialisasi Hasil Workshop
Setelah workshop pendokumentasian keparawatan selesai dilaksanakan dengan
output adalah terbentuknya contoh pengisian rekam medis keperawatan. Maka
untuk langkah berikutnya adalah melakukan sosialisasi kepada perawat
pelaksana oleh mahasiswa residensi dan peserta workshop utusan masing-
masing ruangan Non Bedah I, kegiatan sosialisasi hasil workshop dilakukan
pada hari yang berbeda pada setiap ruangan yaitu dimulai pada tanggal 4
November sampai tanggal 7 November 2014, adapun evaluasi pelaksanaan
sosilaisasi sebagai berikut :
a. Evaluasi struktur
Persiapan pelaksanaan sosialisasi dengan melakukan koordinasi kepada
Karu setiap ruangan untuk menyesuaikan jadwal sosialisasi. Kemudian
menyiapkan perlengkapan seperti rekam medis kosong dan rekam medis
yang sudah diisi sebagai acuan untuk melakukan sosialisasi.
b. Evaluasi proses
Pelaksanaan sosialisasi dilakukan secara bertahap di setiap ruangan,
pelaksanaan sosialisasi pertama dilakukan di ruang HCU dihadiri oleh Karu,
Katim dan perawat pelaksana. Pada ruang flamboyan kegiatan sosialisasi
dihadiri Karu dan perawat pelaksana, pada Interne Pria dilaksanakan oleh
mahasiswa residensi dan perawat pelaksana dan pada interne wanita
kegiatan dihadiri oleh Karu, Katim dan perawat pelaksana. Proses sosialisasi
berjalan dengan baik, namun keterbatasan waktu menjadi sedikit kendala.
c. Evaluasi hasil
Didapatkan hasil yaitu meingkatnya pemahaman perawat dalam pelaksanaan
pendokumentasian keperawatan serta tersedianya contoh pengisian status
keperawatan di masing-masing ruangan.
3. Pendampingan Pendokumentasian
68
Setelah kegiatan sosialisasi selesai dilaksanakan kepada semua ruangan,
langkah berikutnya adalah melakukan kegiatan pendampingan pengisian status
atau dokumetasi keperawatan. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh
mahasiswa residensi bekerjasama dengan Karu dan Katim ruangan. Adapun
evaluasi kegiatan pendampingan adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi struktur
Persiapan melakukan pendampingan adalah dengan membuat jadwal
disetiap ruangan, kemudian meminta persetujuan dari perawat untuk
dilakukan pendampingan terhadap proses pendokumentasian yang dilkukan.
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan pendampingan dilakukan saat perawat melakukan
pendokumentasian keperawatan, pendampingan dilakukan selama satu
minggu, masing-masing ruangan dilakukan pendampingan satu hari.
Kegiatan pendampingan berjalan dengan lancar karena rata-rata perawat
sudah mengetahui cara pendokumentasian keperawatan dengan baik. Kepala
ruangan dan Katim ikut serta dalam proses pendampingan.
c. Evaluasi hasil
Pendampingan yang dilakukan menghasilkan pengisian dokumentasi
keperawatan dengan maksimal, dari segi kelengkapan dan kemudian dari
segi ketepatan isi.
Berikut hasil evaluasi dokumentasi keperawatan sebelum dan sesudah
intervensi
Tabel 4.1
Hasil Evaluasi Dokumentasi Keperawatan Non Bedah I
No Format Sebelum implementasi Setelah Implementasi
1. Data Dasar 48% lengkap 71,9% lengkap
2. Pemeriksaan Diagnostik 35% % lengkap 85,96 %lengkap
69
3. Skring Gizi 46% lengkap 83% l% lengkap
4. Risiko Jatuh 61% lengkap 87,71% lengkap
5. Skrining Nyeri 48% lengkap 76% lengkap
6. Diagnosa 36% lengkap 87% lengkap
7. Perencanaan 67,21% lengkap 80,70% lengkap
8. Implementasi 46,42% lengkap 70,17% lengkap
9. Evaluasi 48,21% lengkap 75% lengkap
10.. Catatan Terintegrasi 32% lengkap 36,84 lengkap dan
59,64% tidak lengkap
11.. Discharge Planning 31,86% lengkap 84,21% lengkap
12. Daftar Pemberian Obat 44% lengkap 70,17% lengkap
Mean 45,30% 75,72%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat peningkatan motivasi perawat dalam melaksanakan pendokumentasian
asuhan keperawatan di Instalasi Non Bedah I. Dimana hasil evaluasi dokumentasi
Keperawatan sebelum implementasi sebesar 45,30% dan setelah implementasi
sebesar 75,72% (peningkatan sebesar 30,41%). Hal ini menunjukkan bahwa
proses sosialisasi berdampak positif terhadap pelaksanaan dokumentasi
keperawatan.
B. Belum Optimalnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Non Bedah I
Standar asuhan keperawatan sudah ada di Instalasi Non Bedah I dan sudah di
revisi pada tahun 2011 dengan standar doengus, namun pada tahun 2014 format
asuhan keperawatan yang ada diruangan sudah menggunakan NANDA NIC NOC,
maka dari itu perlu dilakukan revisi SAK sehingga terdapat kesamaan antara
70
Format Askep dengan pedoman SAK.
1. Revisi SAK
Implementasi
Implementasi revisi SAK dilakukan mulai tanggal 5 November 2014 s/d 21
November 2014. Pelaksanaan revisi SAK dilakukan secara bersama antara
mahasiswa residensi dengan komite keperawatan RSUP. Dr. M. Djamil
Padang. Adapun evaluasi terhadap proses revisi SAK sebagai berikut :
Evaluasi
a. Evalusi struktur
Persiapan untuk melakukan revisi standar asuhan keperawatan (SAK) yaitu
dengan mengumpulkan referensi terkait seperti buku NANDA, NIC dan
NOC. Buku NANDA dengan versi 2012-2014, NIC terbitan 2013 dan
NOC terbitan 2013. Mengumpulkan semua bahan terkait dengan materi
sepuluh penyakit terbanyak yang di himpun dari berbagai sumber.
b. Evaluasi proses
Kegiatan revisi standar asuhan keperawatan (SAK) dilakukan secara
bersama oleh mahasiswa residensi dengan anggota komite keperawatan
RSUP. Dr. M. Djamil. Pertemuan Kegiatan merevisi SAK dilakukan
beberapa kali di ruangan komite keperawatan. Mahasiswa residensi diberi
tanggungjawab menyelesaikan SAK sesuai dengan ruangan praktik nya
masing-masing. Ada empat instalasi yaitu Non Bedah I, Non Bedah II,
Instalasi Jantung, dan instalsi rawat jalan. Proses revisi SAK dimulai
dengan melakukan koordinasi dengan Komite Keperawatan terkait
kesepakatan revisi SAK sesuai NANDA NIC NOC, melakukan diskusi
dengan para Karu Non Bedah I untuk identifikasi sepuluh Penyakit
terbanyak di Non Bedah I, melakukan revisi Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) bekerjasama dengan Komite Keperawatan, melakukan beberapa
kali pertemuan diruang Komite Keperawatan. Sehingga tersusunlah SAK
dan Format Asuhan Keperawatan sesuai standar NANDA NIC NOC.
71
c. Evaluasi Hasil
Setelah melalui proses yang lama lebih kurang tiga minggu melakukan
revisi standar asuhan keperawatan, mahasiswa residensi dan komite
keperawatan RSUP. Dr. M. Djamil, telah melakukan list dan finishing
standar asuhan keperawatan sepuluh penyakit terbanyak disetiap instalasi,
adapun list sepuluh penyakit terbanyak untuk ruangan Non Bedah I adalah
sebagai berikut:
Standar Asuhan Keperawatan
1) SAK Diabetes Mellitus
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan asidosis
metabolik, keletihan
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi
c) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
pemantauan glukosa darah tidak tepat
d) Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan energi melebihi pengeluaran energy
2) SAK Serosis Hepatis
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, gangguan metabolisme protein,
lemak, glukosa dan gangguan penyimpanan Vitamin
b) Nyeri kronis berhubungan dengan pembesaran hati dan asites
c) Kerusakan integritas jaringan berhubungna dengan edema dan
asites, sekunder akibat hipertensi porta
3) SAK CHF
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolar kafiler
72
b) Kelebihan volume cairan : edema berhubungan dengan
penuruanan aliran darah ginjal sekunder akibat gagal jantung
kanan
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
untuk aktivitas kehidupan sehari-hari
d) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual ; anoreksia, sekunder akibat
kongesti vena saluran cerna dan keletihan
4) SAK CKD
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan
b) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
c) Risiko ketidakefektifan perpusi ginjal berhubungan dengan
penyakit ginjal
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status cairan
e) Intoleransi aktivitas berhungan dengan imobilitas
5) SAK Anemia
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dispnea
b) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
c) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual ; anoreksia, sekunder akibat
kongesti vena saluran cerna dan keletihan
6) SAK Leukimia
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(pembesaran limfe, limfa, liver, tulang
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
73
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif
7) SAK Bronchopneumonia
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
mucus dalam jumlah berlebihan
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
untuk aktivitas hidup sehari hari
8) SAK Akut Kidney Injury (AKI)
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan masalah sirkulasi
c) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis
9) SAK Hepatoma
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(pembesaran limfe, limfa, liver, tulang
b) yeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis
c) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
d) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis
10) SAK DHF
a) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (otot, sendi)
c) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
74
11) SAK Gastroentritis
a) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
d) Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis
12) SAK Malaria
a) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan masa tromboplastin parsial
b) Hipertermi berhubungan dengan penyakit
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
13) SAK HIV/AIDS
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan hipermetabolik
c) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan hambatan
mobilitas fisik
d) Hipertermi berhubungan dengan penyakit
e) Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer
yang tidak adekut
2. Sosialisasi SAK
Kegiatan sosialisasi SAK belum bisa dilakukan melalui rangkaian kegiatan
formal karena SAK yang sudah di revisi harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Namun sosialisa standar
asuhan keperawatan dilkukan bersamaan dengan proses sosialisasi cara
pendokumentasian keperawatan, karena didalam sub bagian dokumentasi
keperawatan terdapat pengisian dokumentasi asuhan keperawatan keperawatan.
75
3. Pendampingan
Kegiatan pendampingan penerapan standar asuhan keperawatan dilakukan
bersamaan dengan proses pendampingan pengisian dokumentasi keperawatan,
karena kendala pengesahan revisi standar asuhan keperawatan oleh direktur
RSUP. Dr. M. Djamil Padang dan kemudian dalam proses pendampingan
pengisian pendokumentasian keperawatan juga terdapat pendampingan
dokumentasi asuhan keperawatan.
C. Belum Optimalnya Pelaksanaan Sasaran Patient Safety
1. Resosialisasi Sasaran Patient safety
Implementasi
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi sasaran patient safety sudah dilakukan pada
tahun 2013 kepada perawat dilingkungan RSUP. Dr. M. Djamil, serta beberapa
program juga sudah dibuat untuk optimalisasi pelaksanaan sasaran patient
safety seperti yuk kita safety (YKS), uji petik setiap preconference. Namun jika
pengetahuan tidak di ulang-ulang maka tidak akan optimal, sehingga perlu
dilakukan resosialisasi patient safety. Implementasi kegiatan resosialisasi
patient safety dilaksanakan di ruang pertemuan lantai 2 instalasi Non Bedah I,
di hadiri 39 perawat dan sebagai narasumber adalah ibu Ns. Dorisnita, S.Kep,
M.Kep
Evaluasi
Adapun evaluasi resosialisasi sasaran patient safety sebagai berikut :
a. Evaluasi struktur
1) Menyiapkan TOR kegaiatan resosialisasi sasaran patient safety
2) Konsultasi pembimbing terkait TOR yang telah dibuat
3) Mempersiapkan administrasi permohonan narasumber
4) Mengundang semua perawat Non Bedah I
5) Mengadakan resosialisasi patient safety
6) Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi
76
materi
pelatihan, daftar hadir, ruangan dan perlengkapan untuk menyampaikan
materi seperti infocus.
b. Evaluasi Proses
1) Pelaksanaan kegiatan resosialisasi patient safety diselenggarakan pada:
a) Hari/tanggal : Jumat / 24 Oktober 2014
b) Pukul : 10.00 WIB s/d 11.30 WIB
c) Tempat : Ruang pertemuan Non Bedah I lantai 2
d) Materi : Resosialisasi patient safety
e) Narasumber : Ns. Dorisnita, S.Kep, M.Kep
2) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan yaitu jam 10.00
WIB.
3) Evaluasi tingkat kehadiran peserta yaitu : 72,8% dimana 59 orang hadir
saat kegiatan resosialisasi dari jumlah perawat 81 orang. Ketidak
hadiran peserta dikarenakan adanya perawat yang cuti, dan kesibukan
kegiatan pelayanan di ruangan dan keterbatasan tenaga kerja perawat,
sedangkan pasien harus tetap mendapatkan pelayanan keperawatan
yang optimal sehingga keadaan tersebut membuat peserta tidak
semuanya dapat hadir.
4) Keaktifan peserta
Peserta sangat antusias bertanya terkait dengan patient safety, namun
ada juga yang mengajukan pertanyaan diluar kontek patient safety.
Jumlah penanya sebanyak 6 orang (5.1%)
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegaiatan resosislaisasi sasaran patient safety terjadi
peningkatan pengetahuan perawat dan motivasi perawat untuk melakukan
penerapan sasaran patient safety
2. Pendampingan Pelaksanaan Sasaran Patient Safety
a. Implementasi
77
Setelah dilaksanakan kegiatan resosislaisasi sasaran patient safety maka
kegiatan berikutnya adalah melakukan pendampingan kepada perawat
ruangan untuk melakukan atau menerapkan sasaran patient safety.
Kegiatan pendampingan pelaksanaan sasaran patient safety silakukan
selama satu minggu. dari tanggal 10 November 2014 sampai dengan 15
November 2014.
b. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
Persiapan yang dilakukan sebelum pendampingan adalah
mempersiapkan perlengkapan seperti kamera untuk dokumentasi, izin
kepada Kepala ruangan serta izin kepada perawat kalau mahasiswa akan
melakukan pendampingan.
2) Evaluasi proses
Proses kegiatan pendampingan pelaksanaan sasaran patient safety
berjalan dengan lancar. Pendampingan dilakukan pada saat perawat
melakukan asuhan keperawatan, adapun sasaran patient safety yang
dilakukan pendampingan adalah identifikasi pasien, five moment cuci
tangan dan enam langkah cuci tangan
3) Evaluasi hasil
Pelaksanaan pendampingan sasaran patient safety meningkatkan
motivasi perawat untuk melaksanakan kegiatan identifikasi pasien, five
moment cuci tangan serta enam langkah cuci tangan
Pelaksanaan sasaran patient safety dari sebelum dilakukan
intervensi dan setelah dilakukan intervensi berupa resosialisasi,
pendampingan. Sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini:
78
Tabel 4.2
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Identifikasi pasien di Instalasi Non Bedah I
RSUP Dr.M.Djamil Padang
Identifikasi pasien
No Sebelum dilaksanakan intervensi Setelah dilaksanakan intervensi
1. 66,6% perawat sempurna melakukan
salam dan senyum hangat kepada pasien
86% perawat sempurna melakukan
salam dan senyum hangat kepada
pasien
2 41,6% belum sempurna melakukan
pengenalan diri dan uni kerja, sedang 43
% sudah sempurna
75% belum sempurna melakukan
pengenalan diri dan uni kerja, sedang
35 % sudah sempurna
3 66,6% perawat sempurna menjelaskan
tujuan tindakan
Sebesar 85 % perawat sempurna
menjelaskan tujuan tindakan
4 68% perawat sempurna menyakan nama
dan nama ibu kandung
Sebesar 86 % perawat sempurna
menyakan nama dan nama ibu
kandung
5 50% perawat sempurna melakuka n
validasi gelang pasien
70 % perawat sempurna melakuka n
validasi gelang pasien
6 41% perawat sempurna mengucapkan
terimakasih
80.7 % perawat sempurna
mengucapkan terimakasih
mea
n
55,6% 80,45%
Dari data diatas dapat kita lihat, sebagian besar (80,45%) pelaksanaan
identifikasi pasien jika di rata-rata sempurna melakukan identifikasi.
Dibandingkat sebelum intervensi sebanyak 55,6%, terdapat kenaikan sebesar
24,85%
79
Tabel 4.3
Hasil Evaluasi Pelaksanaan five moment di Instalasi Non Bedah I
RSUP Dr.M.Djamil Padang
Pengendalian infeksi, five moment
No Sebelum dilaksanakan
intervensi
Setelah dilaksanakan intervensi
1. 37,5% perawat sempurna
melakukan cuci tangan sebelum
ke pasien
77% perawat sempurna melakukan cuci
tangan sebelum ke pasien
2 75% % perawat sempurna
melakukan cuci tangan sebelum
tindakan invasif
83,3 % perawat sempurna melakukan
cuci tangan sebelum tindakan invasif
3 58% perawat sempurna
melakukan cuci tangan setelah
dari pasien
92,3% perawat sempurna melakukan
cuci tangan setelah dari pasien
4 100% perawat sempurna cuci
tangan setelah terpapar cairan
berisiko
100% perawat sempurna cuci tangan
setelah terpapar cairan berisiko
5 81% perawat sempurna mencuci
tangan setelah dari lingkungan
pasien
92,3% perawat sempurna mencuci
tangan setelah dari lingkungan pasien
dan 7,7 pasien tidak melakukan
Mea
n
70,3% 88,98%
Sebelum dilakukan intervensi sebanyak 70,3% perawat sempurna melakukan
five moment, setelah intervensi 88,98%, dengan peningkatan selisih (18,68%)
80
Tabel 4.4
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Enam langkah cuci tangan di Instalasi Non Bedah I
RSUP Dr.M.Djamil Padang
Enam langkah cuci tangan
No Sebelum dilaksanakan
intervensi
Setelah dilaksanakan intervensi
1. 90,4% menggosok sempurna
telapak tangan saat cuci tangan
100% menggosok sempurna telapak
tangan saat cuci tangan
2 66,6% perawat sempurna
menggosok punggung tangan
88,4% perawat sempurna menggosok
punggung tangan
3 57,14% perawat sempurna
menggosok sela jari
80,7% perawat sempurna menggosok
sela jari
4 43,8% perawat sempurna
melakukan gerakan mengunci
75,6% perawat sempurna melakukan
gerakan mengunci
5 46% perawat sempurna
membersihkan sela dan ibu jari
melingkar
85,3% perawat sempurna membersihkan
sela dan ibu jari melingkar
6 66% perawat sempurna
menggosok ujung jari ke telapak
tangan
92,3% perawat sempurna menggosok
ujung jari ke telapak tangan
Mea
n
78,32% 87,05%
Sebanyak 87,05% perawat sempurna melakukan enam langkah cuci tangan
setelah intervensi dan sebelum intervensi sebanyak 78,32%, terdapat kenaikan setelah
intervensi 8,73%
81
BAB VPEMBAHASAN
Pada Bab ini dilakukan pembahasan dari kegiatan praktek residensi
kepemimpinan dan manajemen keperawatan di Instalasi Non Bedah I RSUP Dr M Djamil
Padang. Sesuai dengan skala prioritas maka masalah utama yang di bahas adalah belum
optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan, belum optimalnya SAK dan belum
optimalnya pelaksanaan patient safety.
A. Belum Optimalnya Pendokumentasian Keperawatan
Prioritas masalah yang pertama adalah belum optimalnya pendokumentasian
asuhan keperawatan. Pendokumentasian asuhan keperawatan adalah sesuatu yang
krusial dalam pelayanan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan unsur
penting dalam sistem pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik,
informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen legal tentang
pemberian asuhan keperawatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, 2012).
Hasil pengkajian yang dilakukan terakait pendokumentasian keperawatan
dengan tiga kategori yaitu lengkap, tidak lengkap dan tidak di isi, dari dua belas item
yang dilkukan pengkajian cakupan yang paling tinggi adalah perencanaan lengkap
67,21% dan paling rendah adalah skrining nyeri lengkap hanya 18%. Data ini
dikategorikan lengkap, tidak lengkap dan tidak di isi, jika digabung antara lengkap dan
tidak lengkap didapatkan persentase capaian diatas 65%. Data setelah dilakukan
implementasi tentang pendokumentasian terjadi peningkatan cakupan
pendokumentasian, yang paling rendah yaitu cacatan terintegrasi 75% lengkap,
tertinggi pada risiko jatuh yaitu 87,71% lengkap.
Terjadi peningkatan cakupan pelaksanaan dokumentasi keperawatan setelah
82
dilakukan implementasi berupa kegiatan workshop pendokumentasian keperawatan,
sosialisasi hasil workshop dan pendampingan pengisian dokumentasi keperawatan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pranata (2010) tentang Hubungan antara
pelatihan dan motivasi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSU Prof. dr. H
Aloei Saboe Kota Gorontalo dimana terdapat hubungan antara pelatihan dan motivasi
dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSU Prof. dr. H. Aloei Saboe. Pada
kegiatan ini pelatihan keperawatan berupa workshop pendokumentasian mampu
meningkatkan motivasi perawat untuk melakukan pendokumentasian.
Penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dari pelatihan pada
kelengkapan dokumentasi keperawatan (Bambang, 2000). Pelatihan (workshop) yang
telah dilakukan oleh mahasiswa tentang pendokumentasian keperawatan terbukti
mampu meningkatkan kelangkapan status keperawatan di Non Bedah I.
Pelatihan merupakan proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu
agar karyawan menjadi terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik, pelatihan juga merupakan investasi SDM (human investment) dan suatu
proses sehingga karyawan mendapat kapabilitas dalam membantu pencapain tujuan-
tujuan organisasional. Dengan demikian pelatihan memberikan pengetahuan dan
kemampuan yang spesifik yang bermanfaat bagi penyelesaian tugas-tugas yang
diberikan perusahaan. (Mangkuprawira 2004, Simanjuntak 2005, dan Mathis 2009)
Maka dari itu perlu intervensi dan perhatian dari para manajer keperawatan
untuk meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan melalui pelatihan untuk
meningkatkan motivasi dan percaya diri perawat dalam melakukan pendokumentasian
keperawatan.
Mahasiswa residensi dalam situasi ini juga hanya bisa berada pada tahap
awal, sesuai dengan toeri Kurt Lewin (1951) konsep berubah di mana tahap awal dari
perubahan metode tersebut masih tahap pencairan (unfreezing) perlu motivasi perawat
yang kuat untuk beranjak dan pengawasan menjadi tindak lanjut yang harus
dilaksanakan oleh Ka SPF, PP dan Kepala Ruangan di Instalasi Non Bedah I.
Analisis dari mahasiswa terakit dengan belum optimalnya pendokumentasian
83
keperawatan, dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pendokumentasian keperawatan di Non Bedah I, diantaranya adalah beban kerja
perawat yang tinggi, rasio jumlah perawat yang belum maksimal, sehingga
kesempatan perawat untuk melakukan pencatatan atau pendokumentasian keperawatan
sangat minim sekali. Namun dengan keaktifan dari manajer ruangan khususnya Karu
yang selalu memberikan motivasi dan melakukan pendampingan dan pengawasan
akan mampu meningkatkan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian
keperawatan.
B. Belum Optimalnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Pengkajian yang telah dilakukan terhadap standar asuhan keperawatan di Non
Bedah I, bahwa ditemukan pedoman standar asuhan keperawatan tidak sesuai dengan
format asuhan keperawatan yang ada. Standar asuhan keperawatan yang tersedia
adalah dengan standar doengus sementara format asuhan keperawatan sudah
menggunakan standar NANDA NIC NOC. Standar asuhan keperawatan yang ada
sudah dilakukan revisi pada tahun 2011 oleh bidang keperawatan RSUP. Dr. M.
Djamil Padang namun belum singkron dengan format asuhan keperawatan berstandar
NANDA NIC NOC.
Dari hasil pengkajian tersebut, diputuskan suatu tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu melakukan revisi terhadap standar asuhan keperawatan yang
ada dengan standar NANDA NIC NOC. Kegiatan revisi standar asuhan keperawatan
dilakukan oleh komite keperawatan bekerjasama dengan mahasiswa residensi
manajemen keperawatan UNAND. Kegiatan revisi standart asuhan keperawatan
dilaksanakan dengan memprioritaskan sepuluh penyakit di setiap instalasi, kemudian
dibuat standar asuhan keperawatan tentang diagnosa medis tersebut.
Kegiatan revisi SAK dengan standar NANDA NIC NOC sudah selesai
dilaksanakan oleh mahasiswa residensi dengan komite keperawatan. Untuk irna Non
Bedah I dipilih tiga belas diagnosa medis terbanyak yang akan dijadikan acuan untuk
menyusun SAK. Kemudian referensi yang digunakan adalah buku NANDA 2012-
84
2014, NOC tahun 2013 dan NIC 2013. Pada standar asuhan keperawatan yang telah di
revisi dicantumkan juga beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
berdasarkan WOC yang ada. Sehingga perawat akan mudah dalam menentukan
dioagnosa keperawatan yang muncul pada pasien. Standar asuhan keperawatan yang
sudah dibuat dijadikan dalam bentuk buku panduan, sehingga mudah digunakan oleh
perawat ruangan sebagai acuan untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan
kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies, 1989).
Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan yang
mengarah kepada praktek keperawatan profesional (ANA,1992)
Setiap tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan diharus bekerja sesuai
dengan standar profesi masing-masing, begitu juga hal nya profesi keperawatan.
Keperawatan memiliki sstandar dalam memberikan asuhan kepearawatan yang
bertujuan untuk menjamin melindungi hak pasien dan melindungi perawat yang
memberikan asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian
asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar
menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi
sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur
kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim
sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar
bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien,
standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk memberdayakan
proses keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan dalam pengelolaan
keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi
85
pelayanan (Kawonal, 2000).
SAK berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan
menyimpulkan apakah pelayanan atau askep yang diselenggarakan oleh rumah sakit
sudah mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetatapkan dalam
standar tersebut (Depkes, 2005)
Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan
tersedianya standar asuhan keperawatan tetapi perlu didukung oleh sistem pemantauan
dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis, objektif
dan berkelanjutan (Hidayat, 2012).
C. Belum Optimalnya Pelaksanaan Sasaran Patient Safety
Hasil pengakajian yang dilakukan terkait dengan pelaksanaan sasaran patient
safety, dimana terdapat data yang paling rendah setelah dibuat rata-rata yaitu
identifikasi pasien hanya mencapai 55,6% sedangkan yang tertinggi adalah
pelaksanaan enam langkah cuci tangan. Jika dilihat per item dari sasaran patient safety
didapatkan data paling rendah yaitu hanya 37,5% perawat sempurna melakukan cuci
tangan sebelum ke pasien.
Setelah dilakukan implementasi berupa kegiatan resosialisasi sasaran patient
safety, pendampingan pelaksanaan sasaran patient safety didapatkan data bahwa data
yang paling rendah dalam bentuk rata-rata yaitu sebanyak 80,45% sempurna
melakukan identifikasi pasien dan yang tertinggi sebanyak 88,99% sempurna
melaksanakan kegiatan five moment. Jika dilihat per item dari sasaran patient safety
data yang paling rendah capaiannya sebanyak 77% perawat sempurna melakukan cuci
tangan sebelum ke pasien dan yang paling tinggi sebanyak 100%perawat sempurna
melakukan cuci tangan setelah terpapar cairan berisiko.
Penelitian yang dilakukan oleh Nilasari tentang Pengaruh pelatihan tentang
patient safety terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawatan klinik
pada penerapan patient safety di irna c RSUP Fatmawati. Hasil penelitian
menggambarkan peningkatan bermakna sesudah pelatihan adalah pengetahuan,
86
pengidentifikasian pasien, komunikasi saat operan, pemberian obat secara benar
penandaan sisi tubuh yang benar, pencegahan salah kateter/salah slang, pencegahan
risiko pasien jatuh, kebersihan tangan
Pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap pemahaman perawat
pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien di rs tugu ibu depok dengan hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan pemahaman perawat pelaksana
sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan patient safety (Sri Yulia , 2010)
Penelitian serupa tentang hubungan pengetahuan dan motivasi dengan sikap
mendukung penerapan program patient safety di RSUD Moewardi Surakarta, oleh
Aryani menyimpulkan bahwa pengetahuan perawat pelaksana tentang konsep patient
safety baik dan sikap mendukung penerapan program patient safety tinggi
Pelaksanaan patient safety sudah dimualai sejak 2005, di RSUP Dr. M.
Djamil penerapan patient safety dimulai tahun 2011, sedangkan pada Non Bedah I
tahun 2012. Kegiatan pelatihan sasaran patient safety sudah dilaksanakan di RSUP.
Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2013 yang di fasilitasi oleh mahasiswa residensi
manajemen keperawatan universitas andalas. Terjadi peningkatan pengetahuan
perawat, evaluasi yang dilakukan oleh pengelola perawatn Non Bedah I, pengetahuan
perawat tentang sasaran patient safety mencapai diatas 80%. Namun pada tingkat
pelaksanaan belum optimal, karena banyak faktor yang mempengaruhi, beban kerja
perawat yang tinggi, jumlah perawat ruangan yang tidak optimal, motivasi perawat
yang rendah sehingga perawat belum optimal dalam pelaksanaan sasaran patient
safety.
Pelatihan yang dilakukan hanya sekali kepada perawat pelaksana tentang
sasaran patient safety tentunya tidak akan bisa maksimal, karena pengetahuan yang
diperoleh jika tidak di refresh atau di ulang kembali maka akan semakin menurun dan
ini berdampak kepada rendahnya penerapan sasaran patient safety, sehingga
dilaksanakanlah resosialisasi dan pendampingan sasaran patient safety. Resosialisasi
dilakukan untuk mengulang kembali tentang konsep sasaran patient safety, sehingga
melalui pemahaman yang tinggi diharapkan meningkatnya motivasi, sikap dan
87
tindakan perawat dalam patient safety. Dari evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan
resosialisasi dan pendampingan terjadi peningkatan pelaksanaan sasaran patient safety.
Hal initentunya dipengaruhi juga dengan program yang ada di Non Bedah I yaitu yuk
kita safety (YKS) setiap jumat dan uji petik terkait konsep patient safety setiap hari
saat preconference.
Pelaksanaan kegiatan sasaran patient safety selain berfokus pada perawat
dalam pencapaiannya, fasilitas tentunya akan mempengaruhi pelaksanaannya, maka
dari itu untuk memudahkan perawat dalam identifikasi pasien, maka dibuat sebuah
denah bad pasien pada konter perawat, sehingga kecepatan, ketepatan serta kepastian
untuk identifikasi pasien lebih optimal. Denah yang dibuat juga sudah sesuai dengan
standar akreditasi JCI, yaitu posisi denah pasien tidak boleh dilihat selain petugas
kesehatan. Maka posisi denah sudah ditempatkan pada bagian bawah konter perawat.
Pelaksanaan sasaran patient safety jika diakitkan dengan peningkatan tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan yang berfokus kepada pasien. Maka diperlukan
perubahan paradigma akreditasi yang berfokus kepada provider menjadi akreditasi
yang berfokus kepada pasien yakni akreditasi JCI. Perubahan sistem dan konsep
akreditasi di dunia perlu diikuti pula oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit di
Indonesia, karena itu akreditasi dengan standar pelayanan fokus kepada provider,
mulai tahun 2012 akan dirubah menjadi berfokus kepada pasien. Standar akreditasi
yang dikembangkan tersebut mengacu dengan standar dari Joint Commission
International (JCI) yang terdiri dari 2 kelompok yaitu standar pelayanan berfokus
kepada pasien dan standar manajemen rumah sakit. (KARS 2012 dan Akreditasi JCI).
Akreditasi JCI selain berfokus pada pasien juga membuat standar manajemen
rumah sakit, RSUP. Dr. M. Djamil telah membuat standar manajemen rumah sakit
yang termasuk didalamnya melakukan revisi visi misi rumah sakit sebagai acuan
seluruh komponen yang ada dirumah sakit untuk menjalankan tugas pokok fungsi
masing-masing. Perubahan visi misi ini juga diharapakan mampu merubah budaya
pegawai rumah sakit dalam memberikan pelayanan untuk mencapai akreditasi JCI.
Adapun perubahan visi misi tersebut adalah :
88
VISI
“ MENJADI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DAN RUJUKAN NASIONAL
YANG TERKEMUKA DI INDONESIA TAHUN 2019 “
MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehtan komprhensif dan bertaraf international
berdaya saing dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan yang professional dan penelitian berbasis bukti
dibidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3. Menyelenggarakan system manajemen rumah sakit yang professional
4. Menjadikan tempat kerja yang aman, nyaman dan menyenangkan
MOTTO
“ KEPUASAN ANDA ADALAH KEPEDULIAN KAMI “
89
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian yang telah dilakukan berupa (observasi, angket, study
dokumentasi, wawancara) di Instalasi Non Bedah I RSUP Dr.M.Djamil
Padang di identifikasi 13 (tiga belas) permasalahan namun karena
keterkaitan dengan masalah keterbatasan waktu, sumber daya, kewenangan
dan kemampuan maka hanya tiga prioritas masalah berdasarkan FGD
dengan Karu, Ka.SPF, PP yang dapat dikeluarkan alternatif penyelesaian
masalah yaitu 1) Belum optimalnya pendokumentasian keperawatan 2)
Belum optimalnya pelaksanaan sasaran patient safety, 3) belum optimalnya
SAK yang ada diruangan.
2. Setalah tiga masalah priorotas disepakati, maka langkah berikutnya adalah
melakukan rencana intervensi, adapun rencana kegiatan untuk ke tiga
masalah tersebut adalah : 1) Belum optimalnya pendokumentasian
keperawatan, dengan rencana kegiatan melakukan workshop
pendokumentasian, sosialisasi, pendampingan dan melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan pendokumentasian, 2) Belum optimalnya
pelaksanaan patient safety, dengan rencana kegaiatan: melaksanakan
kegiatan resosialisasi patient safety, pendampingan pelaksanaan patient
safety, , melakukan evaluasi pelaksanaan penerapan patient safety, 3)
Belum optimalnya Standar Asuhan Keperawatan (SAK): melakukan revisi
SAK, sosialisasi SAK serta pendampingan pelaksanaan SAK dan
melakukan evaluasi pelaksanaan SAK.
90
3. Implementasi kegiatan dimulai dari tanggal 24 Oktober sampai dengan 20
November 2014.
4. Hasil evaluasi kegiatan didapatkan bahwa:
a. Evaluasi struktur
Persiapan acara mulai dari pembuatan TOR, persiapan tempat,
peralatan, administrasi, semuanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Pelaksanaan kegaiatn workshop menggunakan gedung
diklat RSUP. Dr. M. Djamil Padang, sedangkan pelaksanaan
resosialisasi patient safety dilaksanakan di ruang pertemuan lantai 2 Irna
Non Bedah I. setiap kegiatan undangan terdistribusi dengan lancar
b. Secara proses:
Kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan, 82% perawat yang diundang datang mengikuti workshop
pendokumentasian, pada pelaksanaan resosialisasi patient safety
sebagian besar perawat yang diundang hadir karena sekaligus acaranya
pertemuan bulanan irna Non Bedah I. Revisi SAK kerjasama dengan
komite keperawatan dilakukan beberapa pertemuan di ruang komite
keperawatan lantai 4 instalasi poliklinik RSUP. DR. M. DJAMIL.
c. Secara hasil:
Hasil evaluasi kegiatan didapatkan bahwa terlaksananya kegiatan patient
safety, tersusunnya SAK dengan standar NANDA NIC NOC.
Terklaksananya kegiatan resosialisasi patient safety berjalan dengan
lancar dan berdampak kepada peningkatan pelaksanaan patient safety di
Non Bedah I .
B. SARAN
91
Tiga masalah yang ditetapkan dan kegiatan yang sudah dilakukan, mulai dari
pengkajian sampai kepada implementasi dan evaluasi, ada beberapa saran
yang dapat disampaikan, antara lain :
1. Direktur
a. Melakukan pengesahan SAK yang sudah di revisi
b. Mengesahkan juknis pengisian status perawat
c. Membuat kebijakan tentang penerapan sasaran patient safety
d. Membuat kebijakan tentang pelaksanaan pendokumentasian
keperawatan
e. Membuat kebijakan berupa reword dan punhisment kepada perawat
dalam pelaksanaan pendokumentasian dan pelaksanaan sasaran patient
safety.
2. Kepala Bidang Keperawatan
a. Diharapkan dapat memberikan motivasi kepada perawat untuk lebih
meningkatkan pelaksanaan patient safety
b. Melakukan pembinaan dan monitoring berkala ke ruangan terhadap
pelaksanaan sasaran patient safety
c. Mengevaluasi tingkat kelengkapan pendokumentasian perawat secara
berkala
d. Melakukan revisi SAK dengan mengikuti perkembangan ilmu
keperawatan
e. Merencanakan dan melaksanakan pelatihan dan pendidikan perawat
guna meningkatkan kognitif dan psikomotor perawat
3. Bagi Komite Keperawatan
a. Memfasilitasi proses pendampingan pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Melakukan evaluasi tentang SAK yang sudah dibuat
c. Melakukan audit keperawatan untuk pelaksanaan patient safety
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pendokumentasian keperawatan
4. Bagi Manajer Ruangan
92
a. Melakukan monitoring evaluasi berkala penerapan patient safety
b. Membuat program yang dapat meningkatkan pelaksanaan
pendokumentasian serta pelaksanaan patien safety
c. Melakukan evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan patient safety
di Instalasi Non Bedah I
d. Melakukan evaluasi dan mengecek kelengkapan dan kebenaran
pendokumentasian perawat
e. Menjadi role model dan pelopor pelaksanaan pateint safety
5. Perawat pelaksana
a. Melaksanakan program patient safety dengan sungguh sungguh
b. Melaksanakan pendokumentasian secara lengkap dan benar sesuai
dengan petunjuk yang sudah ada
c. Saling mengingatkan antar perawat dalam menajalan program dan
asuhan keperawatan kepada pasien
93
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. RI (2005). Indikator kinerja rumah sakit. Depkes RI, Jakarta
Depkes. RI (2006). Pedoman pelaksanaan patient safety. Depkes RI, Jakarta
________ (2005). Standar tenaga keperawatan di RS. Depkes RI, Jakarta
________ (1995). Pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dan rumah sakit.
Depkes RI, Jakarta
Depkes RI (2006). Kajian kebijakan penentuan status rumah sakit. Jakarta : pusat
kajian pengembangan kesehatan Depkes RI
Gillies, DA. (1994) Manajemen Keperawatan suatu Pendekatan, Edisi 2., terjemahan
Illinois : WB : W.B. Saunders Company
Hariandja MTE (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit. Teori, Metoda dan Formula. Edisi
Revisi. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI. Jakarta
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Edisi 1, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta tidak dipblikasikan
Nursalam (2011) Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Professional. ED. 3. Jakarta: Salemba Medika
Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang, (2013)
94
PPNI Pusat, 2010. Standar Asuhan Keperawatan, Jakarta
Standar Pelayanan Minimal RSUP Dr.M.Djamil Padang
Swanburg.R.C & Swanburg R.J. (1999) Introductory Management Leadership For
Nurses (2ndED). London Jones and Barlet Publisher. Inc
Samba. S (2000) Pengantar Kepemimpinan dan Managemen dan Keperawatan untuk
Perawat Klinis, Jakarta : EGC
Suyanto. (2008) Mengenal Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan di rumah
Sakit Yogyakarta: Mitra Cendika
UU No 44. (2009). Tentang Rumah Sakit: Depkes RI
95