Upload
devinamuljono
View
39
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
darah
Citation preview
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN DIRI
I. KOMPETENSI DASAR
Mengetahui keadaan fisik seseorang melalui data golongan darah, tekanan
darah, dan denyut.
II. TUJUAN
Menentukan golongan darah, rhesus, tekanan darah dan denyut.
III. TEORI
Darah terdiri dari dua komponen yaitu padat dan cair, komponen cair dalam
darah disebut plasma darah. Dalam plasma darah dijumpai senyawa kimia yang
disebut dengan agglutinin. Aglutinin disebut juga antibodi yaitu senyawa kimia yang
berperan dalam menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh. Aglutinin berupa
sekumpulan senyawa yang terbentuk di dalam darah akibat infeksi bakteri yang
dapat menyebabkan penggumpalan bersama bakteri itu. Sedangkan dalam sel darah
merah terdapat senyawa yang disebut aglutinogen. Aglutinogen disebut juga antigen.
Antigen sendiri diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat merangsang aktifnya
sistem kekebalan tubuh. Antigen ada 2 macam yaitu antigen A dan antigen B.
Sistem penggolongan darah yang umum dikenal adalah sistem A B O. Pada
tahun 1900 dan 1901, Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah
(aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan
serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak
mengakibatkan penggumpalan darah (Srikini, 2000).
Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi menjadi 4 golongan,
yaitu : A, B, AB dan O. Di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, dalam
serumnya terdapat zat anti yang disebut antibodi/aglutinin. Dikenal dua macam
antigen, yaitu a dan b, zat antinya dibedakan sebagai anti A dan zat anti B. bila
antigen a bertemu dengan anti A dalam darah, maka akan terjadi penggumpalan
darah dan dapat menyebabkan kematian (Harris, 1980).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya. Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria
yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900
dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan
sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari
para donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B,
dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak
memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua
macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau
sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari
Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah
AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Golongan darah manusia
ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya,
sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah
A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-
negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif .
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut
resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak
dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi,
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun,
orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif.
Golongan darah Rhesus
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih
banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun
interaksi antigeniknya.
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-
antigen pada eritrositnya sedangkan rhesus negatif (rh negatif) adalah
seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada
manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang
berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada ABO sistem dimana
seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi
yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan
antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau
kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat
bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Dengan pemberian
darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral
pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-), sudah
dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan darah
ABO nya sama.
Tekanan darah dan denyut nadi.
Pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel–sel otot
sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat–zat makanan dari
darah yang dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka
semakin meningkat metabolisme otot sehingga curah jantung akan
meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan
aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi
denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Selain
itu iklim kerja yang panas juga meningkatkan kinerja jantung untuk untuk
mengalirkan darah ke kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam
rangka mempertahankan suhu tubuh. Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan
darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada
saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan
paling rendah pada saat tidur malam hari.
IV. ALAT DAN BAHAN
AlAT :
Blood lancet
Timer
Stetoskop
Tusuk gigi
Gelas objek
Kapas
tensi tekanan darah digital OMROM HEM-7111 dan
sphymomanometer
Kertas tes darah
V. CARA KERJA
A. Tekanan darah
1. Memasang manset sphygmomanometer/tensi digital OMRON di
bagian lengan objek kemudian memompa sambil mengamati angka
yang ditunjukkan pada sphygmomanometer/tensi digital.
2. Mencatat hasil pengamatan.
3. Melakukan aktivitas hingga merasa kelelahan lalu mengulangi
prosedur di atas.
B. Denyut jantung dan nadi
1. Menyiapkan stopwatch untuk menghitung denyut nadi.
2. Meraba pergelangan tangan untuk mendeteksi bagian yang
menimbulkan denyut nadi.
3. Menghitung jumlah denyut nadi selama 1 menit dengan alat tensi
digital lalu mencatat hasilnya.
4. Melakukan aktivitas hingga merasa kelelahan lalu mengulangi
BAHAN : Serum anti A dan anti B,
dan anti AB dan anti D untuk rhesus.
Alkohol 70%
prosedur di atas.
C. Penentuan Golongan darah dan Rhesus
1. Bersihkan jari manis tangan kiri dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol 70%
2. Tusuk dengan lanset satu kali tusukkan dan teteskan darah pada
objek glass dan kertas tes darah
3. Teteskan serum anti A, anti B, anti AB, dan anti D pada masing-
masing sampel darah di objek glass dan di kertas darah.
4. Aduk dengan tusuk gigi dan amati reaksi aglutinasi yang tejadi.
VI. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan di bawah ini merupakan hasil pengamatan
gabungan antara objek I dan II karena pemeriksaan golongan darah ABO
dan Rhesus berhubungan.
Nama Kit anti A Kit anti B Kit anti ABKit anti D Golongan
darah
Rhesus
Louiza (-) (+) (+) (+) B +
Keterangan :
(-) = Tidak terjadi aglutinasi ( penggumpalan )
(+) = Terjadi aglutinasi ( penggumpalan )
Nama Umur Tinggi
badan
Berat
badan
Tekanan darah Denyut nadi
Sebelum
aktivitas
Sesudah
aktivitas
Sebelum
aktivitas
Sesudah
aktivitas
Louiza 16
tahun
157 cm 54 kg 108/73 126/82 82 98
Hasil pengamatan tinggi badan, berat badan, tekanan darah, dan denyut
nadi.
VII. ANALISIS DATA
1. Pengukuran denyut nadi dan jantung
Pada pengamatan pertama yang dilakukan adalah pengukuran denyut
nadi dan jantung tiap 1 menit. Pengamatan ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu pertama dilakukan pengukuran denyut nadi dan jantung dalam
keadaan normal dan kedua dilakukan pengukuran setelah melakukan
aktivitas. Adapun hasil dari pengukuran denyut nadi dan jantung pada
keadaan normal ialah 82/menit. Sedangkan pada keadaan setelah
melakukan aktivitas pengukuran denyut nadi dan jantung adalah 98/menit.
Perbedaan denyut nadi dan jantung tiap individu terjadi karena pengaruh
aktivitas, jenis kelamin dan usia individu tersebut. Semakin lelah individu
maka semakin cepat denyut nadi dan jantungnya, begitupun sebaliknya.
2. Pengukuran tekanan darah
Pengamatan kedua ialah pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan tensi darah digital, dimana hasil yang didapatkan dari
pengukuran tersebut pada keadaan normal adalah 108/73 mmHg.
Sedangkan tekanan darah setelah melakukan aktivitas adalah 126/82. Hal
ini menunjukan tekanan darah seseorang dipengaruhi. aktivitas, jenis
kelamin dan usia individu.
3. Pengukuran berat dan tinggi badan.
Pengukuran berat dan tinggi badan dilakukan dengan timbangan berat
badan dan alat pengukur tinggi badan/ stature meter yang diletakkan pada
ketinggian kurang lebih 2 meter dan ditarik ke atas kepala untuk
menentukan tinggi badan. Berdasarkan hasil pengamatan tinggi badan
Louiza adalah 157 cm dan berat badan 54 kg.
4. Penggolongan darah
Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh ada tidaknya
antigen-A dan antigen-B dalam permukaan eritrosit seseorang. Antigen-
antigen ini akan bereaksi dengan antibodi yang sesuai sehingga dapat
terjadi penggumpalan (aglutinasi). Antigen-A akan bereaksi dengan anti-
A dan antigen-B akan bereaksi dengan anti-B.
Antibodi yang menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) disebut
aglutinin sedangkan antigennya biasa disebut aglutinogen. Seseorang
dapat membentuk salah satu atau kedua antigen maupun antibodi tersebut.
Berdasarkan hal ini maka golongan darah seseorang dengan sistem ABO
digolongkan atas golongan A, B, AB dan O. Data berikut ini
menggambarkan macam antigen dan antibodi dalam darah seseorang yang
bergolongan A, B, AB, dan O. Antigen dan antibodi dalam darah
seseorang dapat ditunjukkan berikut ini:
1. Golongan darah A mempunyai antigen A dan antibodi anti-B
2. Golongan darah B mempunyai antigen B dan antibodi anti-A
3. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan antigen B tetapi tidak
mempunyai antibodi anti-A dan anti-B
4. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan dan anti gen B
tetapi mempunyai antibodi anti-A dan anti-B.
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa golongan darah Louiza yang
saya amati adalah B. Ini disebabkan karena terjadi penggumpalan pada
saat pencampuran darah dengan aglutinin B dan AB. Golongan darah B
memiliki antigen b dan antibody A sehingga darah tidak menggumpal
saat ditetesi anti-A dan menggumpal saat ditetesi serum anti-B
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa pada objek glass yang terdapat darah terlihat,
setelah darah tersebut ditetesi anti A maka darah tidak mengalami
penggumpalan dan setelah ditetesi anti B maka darah tersebut mengalami
penggumpalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa darah yang diamati
bergolongan B.
Pada analisis untuk menentukan rhesus, darah yang diamati adalah
rhesus(+) karena darah yang teramati mengalami aglutinasi saat ditetesi
anti D yakni tampak bintik-bintik meskipun kurang terlalu jelas.
VIII. KESIMPULAN
- Denyut nadi dan tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh aktivitas,
jenis kelamin dan usia individu
- Jika serum anti- A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka
individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
- Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe B (golongan darah B)
- Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan aglutinasi individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
- Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak mengakibatkan aglutinasi,
maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O)
- Aglutinogen D (antigen D) pada eritrosit golongan Rh+, tidak punya
Aglutinogen D berarti memiliki golongan Rh-
IX. DAFTAR PUSTAKA
Rachmawati, Anis. dkk. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia, Golongan
Darah. FMIPA Universitas Negeri Jakarta. 2008
Cunningham FG, MacDonald PC, et al. Williams Obstetrics. 18th edition 1995.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 706-721.
Pratiwi, D.A. dkk. 2007. BIOLOGI SMA jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
www.wikipedia.com
X. LAMPIRAN
Terlihat darah B dan AB menggumpal di kertas darah dan objek glas. Rhesus juga terlihat menggumpal.
Tekanan darah dan denyut nadi sesudah beraktivitas.
Tekanan darah, denyut nadi sebelum melakukan aktivitas.