Upload
kumalasarievhy30871
View
104
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kecambah
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMAPLIKASI BIOKIMIA PASCA PANEN
DIFERENSIASI PADA PERKECAMBAHAN
KELOMPOK : 6 (ENAM)NAMA : 1. HARIYATI
2. EVI KUMALASARI 3. TRI NOVIYANI 4. RESKY AFRIANI OETAMI 5. A.MUH.ROEM LATIF 6. AGUNG MAHARDIKA 7. RISKA VIVI ALFIRA SYAM
ASISTEN : NUR AZIZAH AMIN MUKARRAMAH LUBIS MUHPIDAH
LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGANPROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana
makhluk hidup lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan pada tanaman dapat dilihat
dari makin besarnya suatu tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel yang
bertambah banyak dan bertambah besar.dan bersifat tidak dapat balik
(irreversible). Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan.
Perkembangan adalah peristiwa biologis menuju kedewasaan tidak dapat
dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh
(metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang
berjalan secara stimultan (pada waktu yang bersamaan). Perbedaannya
terletak pada faktor kuantitatif karena mudah diamati, yaitu perubahan jumlah
dan ukuran. Sebaliknya perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif
karena perubahannya bersifat fungsional. Tumbuhan yang masih kecil, belum
lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat
di dalam biji, yang dinamakan kecambah (plantula). Berbagai perubahan
metabolik akan terjadi seiring berkembangnya suatu kecambah salh satunya
yakni ekspresi biokimiawi selama perkembangan sel pada pertumbuhan
kecambag tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut
dilakukan praktikum mengenai difrensiasi pada perkecambahan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi klorofil kecambah kacang hijau terhadap nilai absorbansi yang
dihasilkan dengan menggunakan spektrofotometer .
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-
komponen benih yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tanaman baru. Tipe perkecambahan ada dua jenis dan yang
membedakannya adalah letak posisi keping benih (kotiledon) pada
permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan
kedua adalah tipe hipogeal (hypogeal germination). Apabila keping benih
terangkat di atas permukaan tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila
keping benih tersebut tetap tinggal di dalam tanah disebut hipogeal. Biji durian
memiliki tipe perkecambahan epigeal. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perkecambahan ialah faktor kedalaman tanam. Semakin dalam
kedalaman tanam maka benih yang ditanam akan semakin sulit tumbuh.
Sebaliknya apabila benih ditanam pada kedalaman tanam yang dangkal,
benih akan mudah tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kadar oksigen yang
terdapat di dalam tanah. Kadar oksigen akan semakin menurun dengan
semakin dalam lapisan tanah (Ashari, 2006).
Pada saat proses perkecambahan berlangsung proses respirasi akan
meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida, air dan energi. Terbatasnya oksigen yang dapat
dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan
benih (Sutopo, 2002).
Apabila ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan
tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena
pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin
adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di
daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin ini sangat peka terhadap
cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan
rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga
akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang tanaman akan
lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik
tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, batang terlihat
kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil
sehingga daun berwarna kuning. Peristiwa ini disebut etiolasi (Anonim, 2011)
Kecamabah jika ditanam di tempat terang, maka kecambah akan
tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu
juga terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak
sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya,
batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang
sehat, subur, batang terlihat gemuk, daun terlihat segar dan berwarna hijau
serta memiliki cukup klorofil (Anonim, 2012)
B. Kacang Hijau
Phaeseolus radiates, Linn merupakan nama botani dari kacang hijau
Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama seperti mung bean, green bean,
dan mung termasuk dalam family Leguminoceae, sub family Papilionidaceae,
genus Phaseolus dan spesies radiates yang cukup penting di Indonesia.
Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat, protein dan serat yang baik.
Komponen karbohidrat merupakan bagian terbesar yang terdapat pada
kacang hijau yaitu sebesar 62-63%. Karbohidrat yang terdapat pada kacang
hijau terdiri dari pati, gula sederhana dan serat Kandungan pati pada kacang
hijau adalah sebesar 32-43%. Kandungan pati yang terdapat pada kacang
hijau terdiri dari amilum sebesar 28.8% dan amilopektin sebesar 71.2%. Gula
yang terdapat di dalamnya terdiri dari sukrosa, fruktosa, glukosa, rafinosa,
stakiosa, dan verbaskosa (Sutopo, 2002)
Biji kacang hijau berwarna hijau kusam atau mengkilap, ada juga
yang berwarna kuning, cokelat atau hitam. Bentuk kacang hijau bulat agak
lonjong, ukuran biji relatif lebih kecil dari kacang-kacangan lainnya. Pada biji
kacang hijau kadang-kadang dijumpai adanya sifat keras yang tidak dapat
lunak karena pemanasan, sehingga akan tetap keras walaupun sudah
direbus. Biji kacang hijau terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit, endosperma,
dan lembaga. Kulit biji berfungsi sebagai lapisan pelindung bagian yang lebih
dalam dari berbagai kerusakan. Endosperma merupakan bagian biji yang
mengandung cadangan makanan untuk menyokong pertumbuhan lembaga.
Lembaga akan tumbuh membesar selama pertumbuhan biji . Dari segi nilai
gizi , kacang hijau mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kacang-
kacangan lain, yaitu kandungan zat anti tripsin yang sangat rendah, paling
mudah dicerna, dan paling kecil memberikan pengaruh flatulensi. Flatulensi
adalah terbentuknya gas pada sistem pencernaan yang disebabkan adanya
oligosakarida. Flatulensi terutama disebabkan oleh adanya oligosakarida yang
terdapat dalam biji kacang-kacangan, seperti rafinosa, stakhiosa, dan
verbakosa (Andrianto dan Indarto 2004).
C. Spektrofotometer
Sperktrofotometer adalah metode analisis yang didasarkan pada
reaksi absorbsi radiasi elektromagnetik. Spektrofotometer adalah suatu
metode analisis yang berdasarkan pada serapan sinar monokromatis oleh
suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik. Semakin
besar konsentrasi larutan, semakin besar pula nilai absorbansinya. Hal ini
karena semakin besar konsentrasi larutan, semakin pekat warnanya
sehingga kekuatan untuk menembus warnanya semakin besar. Apabila
terjadi penyimpangan nilai absorbansi dengan larutan standar, maka dapat
menyebabkan kesalahan besar. Oleh karena itu, larutan yang memiliki
absorbansi lebih tinggi dari larutan standar harus diencerkan sampai
memenuhi konsentrasi larutan standar yang telah
ada (Darwindra, 2010).
D. Fungsi Penambahan Aseton
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil
ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi
energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil
b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis
klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Essy, 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen ini dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 22 April 2013 pukul 08.30 - 12.30 WITA. Praktikum ini
bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan,
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
- mortar
- baskom
- grinder
- labu erlenmeyer
- sentrifudge
- sendok
- spektrofotometer
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut:
- aquadest
- kapas
- kacang hijau
- aseton
- larutan KI/Iodin
- larutan pati
C. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut :
a. Proses perkecambahan.
1. Kacang hijau sebanyak 600 g (sebelumnya telah dipisah-pisah
sebanyak 100 g menjadi enam tempat) direndam pada hari selasa
selama kurang lebih 24 jam.
2. Setelah direndam, pada hari rabu sampel selanjutnya ditaburkan pada
kapas lembab dan akan diberi perlakuan sesuai perlakuan berikut:
Perlakuan 1 : Dijemur pada hari rabu hingga hari minggu (5 hari)
Perlakuan 2 : Dijemur pada hari kamis hingga hari minggu
(4 hari), setelah sebelumnya disimpan pada media
gelap.
Perlakuan 3 : Dijemur pada hari jumat hingga hari minggu (3
hari), setelah sebelumnya disimpan pada media
gelap.
Perlakuan 4 : Dijemur pada hari sabtu hingga hari minggu (2
hari), setelah sebelumnya disimpan pada media
gelap.
Perlakuan 5 : Dijemur pada hari minggu (1 hari), setelah
sebelumnya disimpan pada media gelap.
Perlakuan 6 : Tidak dijemur (ditumbuhkan pada suasana gelap)
hingga hari minggu.
b. Pengukuran konsentrasi klorofil.
1. Masing-masing kacang hijau yang telah berkecambah (sebanyak 6
perlakuan) di kupas kulit kacang hijaunya yang masing tertinggal.
2. Setelah itu, kecambahnya dihaluskan dengan menggunakan
mortar dan jika sulit untuk halus, maka dihaluskan dengan
menggunakan mortar.
3. Masing-masing perlakuan ditambahkan aseton 80% hingga jernih.
4. Untuk memperoleh filtrat yang lebih jernih maka
masing-masing di-sentrifuge selama 5 menit pada 2000 rpm.
5. Setelah diperoleh filtrat, selanjutnya diukur konsentrasinya pada
panjang gelombang 625 nm.
6. Dicatat absorbansinya.
D. Perlakuan Praktikum
Perlakuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan 1 : Dijemur pada hari rabu hingga hari minggu (5 hari).
Perlakuan 2 : Dijemur pada hari kamis hingga hari minggu
(4 hari), setelah sebelumnya disimpan pada media
gelap.
Perlakuan 3 : Dijemur pada hari jumat hingga hari minggu
(3 hari), setelah sebelumnya disimpan pada media
gelap.
Perlakuan 4 : Dijemur pada hari sabtu hingga hari minggu
(2 hari), setelah sebelumnya disimpan pada media
gelap.
Perlakuan 5 : Dijemur pada hari minggu (1 hari), setelah
sebelumnya disimpan pada media gelap.
Perlakuan 6 : Tidak dijemur (ditumbuhkan pada suasana gelap)
hingga hari minggu.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan yakni sebagai berikut :
0 1 2 3 4 5 6 70
0.050.1
0.150.2
0.250.3
0.350.4
0.45
Grafik Hubungan antara Perlakuan dan Absorbansi
Perlakuan Terkait Penumbuhan Kecambah kacang hijau
Abs
orba
nsi
Gambar 02. Grafik Hubungan antara Perlakuan dan Absorbansi
Keterangan:
Perlakuan 1 : Dijemur 5 hari (setelah sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap).
Perlakuan 2 : Dijemur 4 hari (setelah sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap).
Perlakuan 3 : Dijemur 4 hari (setelah sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap).
Perlakuan 4 : Dijemur 2 hari (setelah sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap).
Perlakuan 5 : Dijemur 1 hari (setelah sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap).
Perlakuan 6 : Tidak dijemur (ditumbuhkan pada suasana gelap).
B. Pembahasan
Grafik hasil pengamatan absorbansi dari berbagai perlakuan
menunjukkan bahwa terjadinya perbedaan absorbansi dari tiap-tiap perlakuan
yang diberikan pada biji kecambah kacang hijau. Dilihat dari perlakuan 1 yakni
(perlakuan kacang hijau dijemur selama 5 hari yang sebelumnya telah
ditumbuhkan pada suasana gelap) memiliki nilai absorbansi
sebesar 0,391 sedangkan pada perlakuan 2 yakni (sampel dijemur
selama 4 hari dan sebelumnya telah ditumbuhkan pada suasana gelap)
memiliki nilai absorbansi sebesar 0,077. Sampel kacang hijau pada perlakuan
ke 3 (sampel dijemur selama 4 hari yang sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap) memiliki nilai absorbansi sebesar 0,234 sedangkan sampel ke
4 (kacang hijau dijemur selama 2 hari yang sebelumnya ditumbuhkan pada
suasana gelap). Sampel 6 (perlakuan kacang hijau tidak dijemur dan
sebelumnya ditumbuhkan pada susasana gelap) memiliki nilai absorbansi
sebesar 0,159. Pada Sampel kacang hijau dengan perlakuan ke 5 ( perlakuan
dijemur selama 1 hari yang sebelumnya ditumbuhkan ditempat yang gelap)
memiliki nilai absorbansi yakni sebesar 0,047. Nilai absorbansi tertinggi
terdapat pada perlakuan 1(perlakuan kacang hijau dijemur selama 5 hari yang
sebelumnya telah ditumbuhkan pada suasana gelap) yakni sebesar 0,391 hal
ini dikarenakan sampel kacang hijau disimpan pada kondisi yang mendapat
cahaya matahari yang cukup untuk melangsungkan proses sehingga memiliki
banyak kandungan klorofil yang menyebabkan larutan menjadi pekat dan nilai
absorbansi yang dihasilkan juga tinggi. Sedangkan kecambah yang tidak
dijemur , proses fotosintesis tidak berlangsung sehingga klorofil yang dimiliki
rendah, selain itu nilai absorbansinya tidak sebesar kacang hijau perlakuan
pertama Hal ini sesuai dengan Darwindra (2010) bahwa semakin besar
konsentrasi larutan, semakin besar pula nilai absorbansinya. Hal ini karena
semakin besar konsentrasi larutan klorofil, semakin pekat warnanya sehingga
kekuatan untuk menembus warnanya semakin besar.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kacang hijau.
Kacang hijau adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki kecambah yang
sangat peka terhadap faktor internal dan faktor eksternal. Selain itu kacang
hijau juga memiliki kandungan zat yang sangat penting bagi kesehatan. Hal
ini sesuai dengan (Andrianto dan Indarto 2004) bahwa dari segi nilai gizi ,
kacang hijau mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kacang-kacangan
lain, yaitu kandungan zat anti tripsin yang sangat rendah, paling mudah
dicerna, dan paling kecil memberikan pengaruh flatulensi. Flatulensi adalah
terbentuknya gas pada sistem pencernaan yang disebabkan adanya
oligosakarida. Flatulensi terutama disebabkan oleh adanya oligosakarida yang
terdapat dalam biji kacang-kacangan, seperti rafinosa, stakhiosa, dan
verbakosa.
Perkecambahan merupakan salah satu proses fisiologi yang terjadi
pada tumbuhan. Kecambah yang ditanam pada suasana gelap cenderung
lebih panjang dibandingkan dengan kecambah yang dijemur dibawah sinar
matahari. Hal ini karena tidak adanya cahaya yang mendukung
berlangsungnya proses fotosintesis pada kecambah tersebut. Hal ini sesuai
dengan Anonim (2012) bahwa pada keadaan yang gelap, hormon auksin tidak
terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang
tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan
kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, batang
terlihat kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan
klorofil sehingga daun berwarna kuning.
Fungsi penambahan aseton pada praktikum ini adalah untuk
melarutkan klorofil yang terdapat pada kecambah kacang hijau sehingga akan
mudah diukur absorbansinya pada alat spektrofotometer. Hal ini sesuai
dengan Essy (2012) bahwa Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur
dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi
cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa
merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b
ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester,
dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah
Konsentrasi klorofil pada sampel kacang hijau berpengaruh pada nilai
absorbansi sampel dengan berbagai macam perlakuan yakni semakin besar
konsentrasi klorofil maka semakin besar pula nilai absorbansi yang
dihasilkan.
B. Saran
Sebaiknya kegiatan praktikum selanjutnya lebih berlangsung secara
efisien dan tertib agar tidak ada kegaduhan selama proses praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Pengaruh Cahaya Matahari TerhadapPerkecambahan.http://alfiyanfaqih.blogspot.com/2011/08/pengaruhcahayamatahariterhadap.html . Diakses pada tanggal 1 mei 2013. Makassar.
Anonim, 2012. Pengaruh Faktor Luar Terhadap Kecambah. http://texbuk.blogspot.com/2012/01/pengaruhfaktorluareksternal-terhadap.html. Diakses pada tanggal 1 mei 2013. Makassar.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI press. Jakarta. 490 pp.
Darwindra, Haris Dianto. 2010. Spektrofotometri. http://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/spektofotometri1. pdf. Diakses pada tanggal 2 Mei 2013. Makassar.
Essy. 2012. Laporan Kadar Klorofil. http://essysyalala.blogspot.com/2012/04/laporan-kadar-klorofil. html. Diakses pada tanggal 2 Mei 2013. Makassar.
Rismunandar. 1984. Air Fungsi dan Kegunaanya Bagi Pertanian. Bandung : Sinar Baru.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. CV. Rajawali. Jakarta. 237pp.
LAMPIRAN
Tabel 08. Tabel Hasil Pengukuran Absorbansi Kecambah Kacang Hijau
PerlakuanAbsorbansi
Blanko Sampel1 0,000 0,3912 0,000 0,0773 0,000 0,2344 0,000 0,0795 0,000 0,0476 0,000 0,159
Sumber: Data Primer Praktikum Aplikasi Biokimia Pasca Panen, 2013.