19
1 LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II ANTIDIABETES Oleh : AYU SUKARNI PUTRI (1301011) Kelompok 3 S1 IV-A Kamis, 12 Maret 2015 Dosen : Dr. Meiriza Djohari M.Kes,Apt Asisten Dosen : Evirayuni Puspitasari Riska Pratiwi PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU YAYASAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2015

LAPORAN Anti Diabetes

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Citation preview

  • 1

    LAPORAN PRAKTIKUM

    FARMAKOLOGI II

    ANTIDIABETES

    Oleh :

    AYU SUKARNI PUTRI (1301011)

    Kelompok 3

    S1 IV-A

    Kamis, 12 Maret 2015

    Dosen :

    Dr. Meiriza Djohari M.Kes,Apt

    Asisten Dosen :

    Evirayuni Puspitasari

    Riska Pratiwi

    PROGRAM STUDI S1 FARMASI

    SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

    YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2015

  • 2

    ANTIDIABETES

    1. Tujuan Percobaan

    a. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan / obat.

    b. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah.

    c. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi

    efek toksis obat penurun glukosa darah.

    2. Tinjauan Pustaka

    Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang terletak

    dibelakang lambung dan sebagian dibelakang hati. Organ ini terdiri dari 98 %

    sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna yang

    disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau

    Langerhans) dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon yang disalurkan

    langsung ke dalam aliran darah. Dalam pankreas terdapat empat jenis sel

    endokrin yakni :

    a. Sel- alfa, yang memproduksi glukagon

    b. Sel-beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang berisi

    insulin (Lat. Insula= pulau). Setiap hari disekresikan kurang lebih 2 mg

    (=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-kira 50

    % dari hormon ini dirombak disini, sisanya diuraikan dalam ginjal.

    c. Sel-D memprodusir somatostatin (antagonis somatotropin)

    d. Sel-PP memprodusir PP (pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan

    pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu.

    Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

    gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa terlampau

    meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang (glukosa)

    di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Lat.

    Diabetes = penerusan, mellitus= manis madu).

  • 3

    Diabetes mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi

    adalah kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah

    hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata

    kabur, dan kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat

    menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis.

    Hiperglikemiakronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan

    kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang

    diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak,

    diabetes kaki dan diabetes jantung.

    Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

    memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan

    demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa

    bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat

    kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat

    meningkat dan penderita sering berkemih, merasa sangat haus, berat badan

    menuruun, dan merasa lelah. Penyebab lainnya adalah menurunnya kepekaan

    reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan

    terlalu banyak dan kegemukan (overweight).

    Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala

    akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah

    beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus.

    Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau menahun (Katzung, 2002).

    Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti

    yang disebut dibawah ini :

    1. Kesemutan

    2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum

    3. Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas

    bantal atau kasur

    4. Kram

    5. Capai, pegal-pegal

    6. Mudah mengantuk

  • 4

    7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

    8. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita

    9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

    Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten

    Diabetes diklasifikasikan dalam dua Tipe :

    a. Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus ) dan,

    b. Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ).

    Diabetes tipe 1 adalah kasus genetik yang pada umumnya dimiliki sejak

    kecil dan memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah. Diabetes

    tipe 2 dipengaruhi oleh keturunan dengan penyebabnya adalah kurangnya

    penghasil insulin dalam tubuh dan tidak sensitif terhadap hormon insulin.

    Diabetes tipe 2 adalah kasus yang tidak memerlukan insulin dalam

    pengendalian kadar gula darah. Insulin sendiri adalah hormon yang membawa

    glukosa dari darah masuk se dalam sel-sel tubuh. Insulin hanya diproduksi

    oleh sel-sel beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Tanpa insulin,

    nutrisi tetap berada dalam plasma dan meningkat. Sebagian nutrisi akhirnya

    akan hilang dalam urine, hingga sel-sel tubuh mengalami kelaparan.

    Selain dua tipe diatas dikenal juga Diabetes melitus gestational. Diabetes

    melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang

    wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes

    gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan

    karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa. Pasien dapat

    dipisahkan menjadi 2, yaitu mereka yang sudah diketahui sebelumya

    menderita diabetes dan mereka yang didiagnosis menderita diabetes saat

    sedang hamil (gestasional).

    Hasil akhir kehamilan yang baik memerlukan perhatian yang teliti

    terhadap diet, pemantauan dan pemberian insulin. Pada penderita diabetes

    gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet saja.

    Bila tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat

  • 5

    melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37-40 minggu selama tidak

    ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan

    pengobatan dengan insulin, maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini

    pada kehamilan 36-38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh

    komplikasi lain seperti makrosomia, pre-ekalmpsia, atau kematian janin.

    Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan) atau

    operasi Caesar. Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko

    meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar

    glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3

    tahun ke depan.

    JENIS OBAT ANTIDIABETES

    Antidiabetika (antihiperglikemia) adalah obat-obat yang digunakan untuk

    menurunkan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin. Insulin ini

    adalah hormon yang diproduksi oleh pulau Langerhans di pankreas, dimana

    insulin ini memiliki fungsi penting dalam :

    a. Menaikkan pengambilan glukosa kedalam sel sebagian besar jaringan

    b. Menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif

    c. Menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot dan mencegah

    penguraian glikogen

    d. Menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.

    Semua proses ini menyebabkan kadar glukosa darah menurun karena

    pengaruh insulin tersebut. Insulin tidak dapat diberikan secara peroral karena

    dapat terurai oleh asam lambung.

    1. INSULIN

    Insulin adalah pengobatan penderita untuk pertama kali. Sebagian besar

    pasien diabetes yang hamil mendapatkan suntikan preparat human insulin.

    Karena insulin akan dihancurkan bila diberikan per os, maka pemberiannya

    hanya per injeksi.

  • 6

    Ada tiga tipe preparat lama menurut lama kerjanya yaitu: short acting,

    intermediate acting, dan long acting. Insulin intermediate dipilih untuk

    penderita yang cenderung menderita ketoasidodsis. Kemudian diperkenalkan

    preparat insulin yang baru yaitu: insulin lispro dan insulin aspart, yang dapat

    bekerja lebih cepat dibandingkan short acting preparat lama. Preparat ini

    memungkinkan pasien untuk menyuntik diri sendiri seesaat sebelum makan

    daripada menunggu 30 menit.

    Insulin yang sering digunakan selama kehamilan biasanya hanya 2 tipe, yaitu

    tipe short (actrapid) dan intermediate (monotartd).

    Farmakodinamika Insulin

    Insulin mempunyai efek penting yang memudahkan gerak glukosa

    menembus membran sel. Insulin membantu meningkatkan penyimpanan

    lemak dan glukosa ke dalam sel-sel sasaran, mempengaruhi pertumbuhan sel

    serta fungsi metabolisme berbagai macam jaringan. Insulin bekerja pada

    hidrat arang, lemak serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya

    bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak dan

    asam amino dapat tersimpan dan tidak terbakar habis.

  • 7

    2. Antidiabetika Oral

    Antidiabetika oral kini dapat digolongkan menjadi enam kelompok besar,

    sebagai berikut :

    a. Sulfonilurea (antara lain tolbutamide, klorpropamida, glibenklamida,

    gliklazida, glipizida, glikidon, dan glimepirida)

    Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans, sehingga

    sekresi insulin ditingkatkan. Disamping itu, kepekaan sel-sel beta bagi

    kadar glukosa darah diperbesar melalui pengaruhnya atas protein-transpor

    glukosa.

    b. Kalium-channel blockers (repaglinida, nateglinida)

    Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea, hanya

    pengikatan terjadi di tempat lain dan kerjanya lebih singkat.

    c. Biguanida

    Obat ini menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula-darah

    pada orang sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan)

    hingga berat badan tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita

    yang kegemukan.

    d. Glukosidase-inhibitors (akarbose, dan miglitol)

    Zat-zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa-

    glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian

    polisakarida menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa

    dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga kurang

    cepat, lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar gula dihindarkan.

    Kerja ini mirip dengan efek dari makanan yang kaya akan serat gizi.

    e. Thiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon)

    Memiliki kerja farmakologi istimewa disebut insulin sensitizers. Berdaya

    mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan

    perifer untuk insulin. Oleh karena ini penyerapan glukosa ke dalam

    jaringan lemak dan otot meningkat, juga kapasitas penimbunannya di

    jaringan ini. Efeknya ialah kadar insulin, glukosa dan asam lemak bebas

    dalam darah menurun, begitu pula gluconeogenesis dalam hati.

  • 8

    f. Penghambat DPP-4 (DPP-4 blockers) : sitagliptin (Januvia),

    vildagliptin (Galvus)

    Obat-obat kelompok ini bekerja berdasarkan penurunan efek hormon

    increatin. Incretin berperan utama terhadap produksi insulin di pankreas

    dan yang terpenting adalah GLPI dan GIP, yaitu glukagon-likepeptide dan

    glucose-dependent insulinotropic polypeptide. Incretin ini diuraikan oleh

    suatu enzim khas DPP4 (dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan

    enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi incretin,

    sehingga kadar insulin akan meningkat.

    g. Lainnya : alfa-liponzuur, (krom) pikolinat dan kayu manis.

    Klasifikasi dari hewan uji yang digunakan yaitu :

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Chordata

    Class : Mammalia

    Ordo : Rodentia

    Family : Murinae

    Genus : Mus

    Species : Mus musculus

    Monografi dari obat glibenclamid

    Nama resmi : Glibenclamidum

    Nama lain : Glibenklamida

    Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau /

    hampir tidak berbau

    RM / BM : C23H28CIN3O5S/ 494,0

  • 9

    Dosis etiket : 5 mg

    Dosis maksimum : 1.3 mg

    Bentuk sedian : Tablet

    Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik

    Khasiat : Antidiabetik

    Kegunaan : Sebagai sampel

    Farmakokinetik

    potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam.

    Metabolismenya dihepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25 %

    metabolitnya dieksresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada

    penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh

    kegagalan kira-kira 21 % selama11/2 tahun. Karena semua sulfonilurea

    dimetabolisme di hepar dan dieksresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh

    diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.

    Farmakodinamik

    merangsang insulin dari granul, sel beta langerhans pangkreas. Rangsanganya

    melalui interaksi ATP-sensitive K chanel pada membran sel-sel yang

    menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal

    Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++

    akan masuk sel ,

    merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin

    dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea

    dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

    Indikasi

    pada keadaan yang gawat seperti stres,komlikasi infeksi dan pendarahan,

    insulin tetap merupakan terapi standar

    Kontra indikasi

  • 10

    Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul . Reaksi ini lebih

    sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan masa kerja panjang. Efek

    samping lain yaitu reaksi alergi jarang sekali terjadi mual,muntah, diare,

    gejala hemtologik, susunan saraf pusat,mata dan sebagainya

    Mekanisme kerja

    Merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel langerhans pankreas.

    Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada

    membran sel sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan

    ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++

    akan masuk sel- merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi

    sekresi insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida C. Kecauli itu

    sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

  • 11

    3. Bahan Dan Alat

    Bahan

    - Glukosa

    - Nacl fisiologis (1% kg BB )

    - Glibenklamid (1 mg/kg BB, 2 mg/kg BB)

    - Insulin (25 UI/kg BB, 50 UI/kg BB, 100 UI/kg BB)

    - Hewan yang digunakan : mencit

    Alat

    - Alat suntik

    - Jarum oral

    - Timbangan

    - Nesco (strip pengukur glukosa darah) dan alat pengukur glukosa

    (glukometer)

    - Stoples (tempat pengamatan)

    - Blade dan handle blade

    4. Cara Kerja

    a. Timbang mencit uji dan hitung VAO (ml) untuk obat dan glukosa yang

    akan diinjeksikan

    b. Potong ujung ekor mencit beberapa cm saja (1 cm), kemudian teteskan

    darah mencit tersebut ke strip pengukur glukosa darah (strip sebelumnya

    sudah dalam keadaan terpasang dengan alat pengukurnya), lihat berapa

    kadar glukosa mencit sebelum perlakuan.

    c. Selanjutnya suntikan obat antidiabetes (penurun glukosa darah),

    sementara kontrol diberikan NaCl fisiologis 1 % Bb secara intramuskular.

    (untuk insulin secara i.m, glibenklamid secara p.o )

    d. Setelah 5 menit berikan larutan glukosa secara oral dengan dosis 2 mg/kg

    BB secara oral.

    e. Ukur kadar glukosa darah mencit pada menit 15 menit dan 30 menit

    setelah pemberian obat. Kemudian Tabelkan hasil pengamatan dgn jelas.

  • 12

    5. Hasil Dan Pembahasan

    a. Hasil pengamatan

    Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yang dapat terlihat dalam

    tabel berikut :

    Klp Dosis Sebelum

    perlakuan

    Waktu

    15 menit 30 menit

    I Insulin 25 UI/kg BB 98 mg/dL 51 mg/dL 45 mg/dL

    II Insulin 50 UI/kg BB 96 mg/dL 39 mg/dL 33 mg/dL

    III Insulin 100 UI/kg BB 93 mg/dL 69 mg/dL 39 mg/dL

    IV Glibenklamid 1mg/kg BB 58 mg/dL 213 mg/dL 42 mg/dL

    V Glibenklamid 2 mg/kgBB 30 mg/dL 120 mg/dL 96 mg/dL

    VI Kontrol

    (NaCl fisiologis 1% BB) 50 mg/dL 157 mg/dL 115 mg/dL

    b. Perhitungan

    Berapa ml VAO yang dibutuhkan jika diketahui berat mencit = 16.59

    gram , dosis untuk Insulin 100 UI/kg BB, dan konsentrasi (C)= 5 UI/mL?

    Jawab

    VAO (mL) =Berat badan kg Dosis

    C

    VAO (mL) =0.01659 kg 100 UI/kgBB

    5 UI/mL

    VAO mL = 0.33 mL

    Berapa mL VAO yang dibutuhkan untuk glukosa dengan dosis 2

    mg/kgBB, jika diketahui berat mencit = 16.59 gram dan konsentrasi (C)=

    0.2 mg /mL ?

    Jawab

    VAO (mL) =Berat badan kg Dosis

    C

    VAO (mL) =0.01659 kgBB 2 mg/kgBB

    0.2 mg/mL

    VAO mL = 0.165 mL

  • 13

    c. Pembahasan

    Antidiabetika (antihiperglikemia) adalah obat-obat yang digunakan

    untuk menurunkan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin.

    Percobaan dilakukan untuk menguji efek hipoglikemik dari antidiabetik

    insulin (dalam dosis 25 UI/kgBB, 50 UI/kgBB, dan 100 UI/kgBB) dan

    glibenklamid (dosis 1 mg/kgBB, dan 2 mg/kgBB) serta sebagai kontrol

    digunakan NaCl fisiologis (1 % BB) dengan menggunakan mencit (Mus

    musculus) sebagai hewan uji pada praktikum kali ini.

    Pada praktikum kali ini dilakukan terlebih dahulu pengukuran

    kadar glukosa mencit sebelum diberikan dengan obat antidiabetes.

    Kelompok kami (kelompok 3) menguji insulin dengan dosis 100

    UI/kgBB. Setelah dilakukan pengukuran diberikan antidiabetes pada

    mencit, setelah 5 menit di berikan glukosa secara oral, untuk menghindari

    penurunan glukosa yang sangat tajam akibat induksi oleh antidiabetes

    yang diberikan tsb. Setelah itu dilakukan pengecekan kadar glukosa

    sebanyak 2 kali selama 30 menit.

    Dari hasil praktikum terlihat perbedaan respon efek pada kedua

    antidiabetik yang diuji antara insulin dan glibenklamid.

    Klp Dosis Sebelum

    perlakuan

    Waktu

    15 menit 30 menit

    I Insulin 25 UI/kg BB 98 mg/dL 51 mg/dL 45 mg/dL

    II Insulin 50 UI/kg BB 96 mg/dL 39 mg/dL 33 mg/dL

    III Insulin 100 UI/kg BB 93 mg/dL 69 mg/dL 39 mg/dL

    IV Glibenklamid 1mg/kg BB 58 mg/dL 213 mg/dL 42 mg/dL

    V Glibenklamid 2 mg/kgBB 30 mg/dL 120 mg/dL 96 mg/dL

    VI Kontrol

    (NaCl fisiologis 1% BB) 50 mg/dL 157 mg/dL 115 mg/dL

    Dari tabel diatas terlihat masing-masing kadar glukosa darah

    mencit dari masing-masing kelompok sebelum perlakuan (dalam keadaan

    normal). Untuk uji antidiabetik digunakan insulin dan glibenklamid

  • 14

    dengan dosis yang berbeda sementara untuk kelompok kontrol hanya

    diberikan NaCl fisiologis. Setelah pemberian antidiabetes kemudian

    diberikan glukosa secara peroral kepada mencit, dengan adanya glukosa

    dari luar ini akan terlihat efek hipoglikemik kedua antidiabetik yang diuji.

    15 menit setelah pemberian glukosa tersebut pada kelompok yang

    menguji glibenklamid (klp 4, dan 5) terjadi peningkatan kadar glukosa

    darah yang lebih tinggi dibanding sebelum perlakuan. Namun, berbeda

    dengan insulin yang diberikan secara i.m menunjukkan respon penurunan

    kadar glukosa darah dibanding dengan kadar glukosa darah sebelum

    perlakuan. Hal ini terjadi karena pemberian glibenklamid secara peroral

    menunjukkan respon efek hipoglikemik lebih lama karena glibenklamid

    harus melewati saluran pencernaan untuk kemudian terabsorpsi dan

    masuk ke sirkulasi darah dan kemudian menuju target untuk merangsang

    insulin dibandingkan dengan insulin yang diberikan i.m (kedalam otot-

    otot paha) yang langsung berada dalam sirkulasi darah sehingga respon

    hipoglikemik yang ditimbulkan juga lebih cepat. Sementara pada kontrol

    terjadi kenaikan kadar glukosa dibanding sebelum perlakuan meskipun

    sempat terjadi penurunan glukosa pada menit ke 30 dari 157 mg/dL

    menjadi 115 mg/dL. Meskipun begitu, kadar glukosa mencit mengalami

    peningkatan didalam darah.

    Pada sampel uji yang sama dengan kelompok kami yaitu

    antidiabetes insulin terlihat perbedaan dalam penurunan kadar glukosa

    mencit uji. Dari hasil tersebut terlihat bahwa insulin dengan kadar yang

    lebih tinggi yaitu 100 UI/kgBB lebih cepat terlihat dibanding dua dosis

    lainnya yaitu 25 UI/kgBB dan 50 UI/kgBB. Sementara pada glibenklamid

    efek hipoglikemik lebih besar terlihat pada dosis terkecil yaitu 1mg/kgBB

    dibandingkan dengan dosis kelompok 5 yaitu 2 mg/kgBB. Secara teoritis

    seharusnya efek hipoglikemik ini cepat terjadi pada dosis yang lebih

    besar. Hal tersebut dapat dipengaruhi juga oleh berat mencit yang berbeda

    sehingga memberikan respon fisiologis yang juga berbeda.

  • 15

    Dari hasil tersebut hasil praktikum kali ini cukup

    baik,menunjukkan efek hipoglikemik antidiabetik yang diujikan. Dari

    pengujian tersebut didapat hasil bahwa efek hipoglikemik injeksi i.m

    insulin lebih cepat dibandingkan dengan antidiabetik oral glibenklamid.

    Dalam Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan

    bahwa alat glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan

    dalam memperoleh hasil glukosa darah, pemeriksaan dengan

    menggunakan alat ini memerlukan waktu yang relatif singkat, akurat,

    waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari alat

    glukometer tersebut yaitu penyiapan alat dan strip glukotest, masukkan

    strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah pada

    tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera

    pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer

    yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel

    darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.

    Untuk mengurangi kesalahan dalam pengujian ada beberapa faktor

    yang perlu diperhatikan yaitu faktor fisiologis mencit harus sangat

    diperhatikan, mengingat mencit yang sering berulang-ulang digunakan

    dalam pengujian akan memberikan hasil yang kurang baik dan tidak

    spesifik, kemudian faktor lainnya yaitu faktor penyuntikkan juga

    berpengaruh berkaitan dengan ketelitian praktikan dalam pengujian.

  • 16

    6. Kesimpulan

    Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan

    diantaranya :

    a. Mencit yang diinduksi dengan menggunakan glibenclamid memberikan

    efek lelah dan aktivitas motorik yang menurun. Setelah diinduksi dengan

    glukosa, mencit berangsur angsur kembali kekeadaan awal (normal). Obat

    glibenklamid merupakan obat antidiabetes golongan sulfonylurea yang

    cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe II. Glibenclamid bekerja

    dengan cara merangsang sekresi insulin oleh sel pulau langerhans di

    pancreas.

    b. Insulin lebih cepat bekerja menurunkan kadar gula daripada glibenclamid

    c. Beda penyuntikan maka berbeda pula cepat atau tidaknya efek yang

    tampak, efek tampak lebih cepat ketika diberi secara im daripada oral.

    d. Diabetes mellitus yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit

    kencing gula adalah kelainan metabolis yang ditandai dengan tingginya

    kadar glukosa darah ( hiperglikemia). Diabetes tersebut dibagi menjadi

    tiga tipe, yaitu diabetes mellitus tipe 1,2 dan diabetes gastional. Pada

    kondisi normal, kadar gula darah tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70

    -110 mg/dL. Oleh pengaruh kerja hormone insulin diproduksi oleh

    kalenjer pancreas.

    e. Kadar insulin yang rendah akan mengurangi penyerapan glukosa dan

    tubuh akan mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi. Kelebihan

    insulin atau obat glibenclamid dapat berakibat hipoglikemia.

    f. Untuk mempermudah pengujian digunakan alat untuk mengukur glukosa

    darah yaitu glucometer

    7. Jawaban Pertanyaan-Pertanyaan

    Pertanyaan dan jawaban

    1. Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja insulin dalam menurunkan

    kadar glukosa darah.

    Jawab :

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelainan_metabolis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak

  • 17

    Insulin yang mulai efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1

    sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi

    secara maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam

    setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman. Insulin

    reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah masuk ke dalam

    tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-90

    menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam

    kemudian. Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid,

    dan Velosulin. Masa reaksi obat insulin juga dipengaruhi oleh

    kemampuan tubuh seseorang dalam merespon obat ini. Maka diproduksi

    pula jenis insulin campuran, yang merupakan kombinasi dari dua jenis-

    jenis insulin di atas. Selain itu penggunaanya harus dibawah pengawasan

    dokter untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap

    penderita.

    MEKANISME KERJA

    - Tempat kerja insulin ialah pada permukaan luar membran sel.

    Beberapa peneliti mendapatkan bahwa adenilsiklase di hambat,

    sedangkan enzim fosfodiesterase dirangsang. Sintesis glikogen dan

    glikogenolisis tergantung darirangkaian reaksi fostorilasi protein.

    Siklik AMP mengaktivasi proteinkinase dengan akibat perangsangan

    glikogenolisis dan hambatan glukoneogenesis.

    - Insulin bekerja sebaliknya yaitu ke arah sintesis glikogen.

    Insulin mendefosforilasi enzim tertentu dengan akibat

    terjadinya penghambatan glikogenolisis dan lipolisis. Insulin

    meningkatkan ambilan K+ ke dalam sel, efek serupa terjadi pada

    Mg++ dan diduga ion tersebut bertindak sebagai second messenger

    yang memperantarai kerja insulin.

  • 18

    2. Jelaskan pula dengan ringkas mekanisme kerja glibenclamid dalam

    menurunkan kadar glukosa darah.

    Jawab :

    Glibenklamida adalah hipoglikemik oral derivat sulfonil urea yang

    bekerja aktif menurunkan kadar gula darah. Glibenklamia bekerja dengan

    merangsang sekresi insulin dari pankreas. Oleh karena itu glibenklamida

    hanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya

    masih mampu memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral

    glibenklamida diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar ke seluruh

    cairan ekstrasel, sebagian besar terikat dengan protein plasma. Pemberian

    glibenklamida dosis tunggal akan menurunkan kadar gula darah dalam 3

    jam dan kadar ini dapat bertahan selama 15 jam. Glibenklamida

    dieksresikan bersama feses dan sebagai metabolit bersama urin.

    3. Jelaskan efek samping toksisitas obat penurun kadar glukosa darah.

    Jawab :

    - Pada penderita gula darah rendah kadar gula darah akan menurunkan

    setiap waktu. Akibat dari penurunan gula darah, tubuh menjadi

    berkeringat, mual, atau pernafasan yang cepat. Jika tingkat gula

    darah menurun secara substansial, maka pasien bahkan bisa pingsan.

    - Bila kadar gula darah menurun, metabolisme tubuh juga menurun.

    Hal ini juga menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak yang

    sering menimbulkan kejang. Ini adalah kondisi langka yang

    memerlukan perhatian segera dari dokter.

    Karena kadar glukosa lebih rendah, pasien merasa pusing. Fungsi

    otak berjalan lambat.

    - Hipoglikemia adalah efek samping dari menyuntikkan insulin.

    Terlalu banyak insulin dalam tubuh dapat menurunkan tekanan

    darah. Hal ini menyebabkan sakit kepala, lemas, mengantuk, dan

    detak jantung yang cepat.

  • 19

    - Dalam kasus ekstrim, efek samping dari suntikan insulin dapat

    menyebabkan hiperglikemia. Gejala-gejala dari kondisi ini adalah

    rasa haus yang ekstrim, sering kencing, dan letih.

    - Untuk beberapa pasien diabetes, suntikan insulin dapat

    menyebabkan alergi kulit seperti bengkak dan gatal. Beberapa efek

    samping yang jarang dari suntikan insulin adalah muntah, kulit

    merah di tempat yang disuntikkan, denyut jantung tidak teratur,

    kurang konsentrasi, dan lain-lain.

    8. Daftar Pustaka

    Ganiswarna,S.G,Setiabudy.R,SuyatnaF.D,Purwantyastuti,Nafrialdi.,1995,

    Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta

    Mutschler,ernest, 1991. Dinamika Obat edisi V. ITB, Bandung.

    Tim penyusun, 2008. Informatorium obat nasional indonesia (IONI), Badan

    POM RI, Koperkom dan CV sagung seto, Jakarta.

    Tjay ,hoan dan kirana rahardja, 2008. Obat-obat penting edisi VI. PT

    Gramedia, Jakarta.