24
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI “PENGUJIAN OBAT ANTIDIARE” Disusun Oleh : Adiba Hasna Ramadhani 260110110057 Data Pengamatan dan Perhitungan Rey Hagai Yheri 260110110058 Editor Anggy Luthfi Reynaldy 260110110059 Pembahasan Prosedur Tazkia Farhany Suwandiman 260110110060 Tujuan & Prinsip Melani 260110110061 Teori Dasar Nitya Nurul Fadilah 260110110062 Grafik & Pembahasan Tubagus Akmal 260110110064 Prosedur Maharani D H K 260110110065 Pembahasan Hasil

Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“PENGUJIAN OBAT ANTIDIARE”

Disusun Oleh :

Adiba Hasna Ramadhani 260110110057 Data Pengamatan dan

Perhitungan

Rey Hagai Yheri 260110110058 Editor

Anggy Luthfi Reynaldy 260110110059 Pembahasan Prosedur

Tazkia Farhany Suwandiman 260110110060 Tujuan & Prinsip

Melani 260110110061 Teori Dasar

Nitya Nurul Fadilah 260110110062 Grafik & Pembahasan

Tubagus Akmal 260110110064 Prosedur

Maharani D H K 260110110065 Pembahasan Hasil

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

PENGUJIAN OBAT ANTIDIARE

I. Tujuan

Mahasiswa mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat

menghambat diare dengan metode transit intestinal.

II. Prinsip

Efek obat antidiare dalam menghambat gerak peristaltik usus dapat

ditandai dengan terhambatnya aliran tinta cina yang melewati usus.

III. Teori Dasar

Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan

atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih

banyak dari biasanya, normalnya 100 – 200 ml per tinja. Buang air besar encer

tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Muscthler, 1991).

Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air

besar. Diare yang disebabkan oleh masalah kesehatan biasanya jumlahnya sangat

banyak, bisa mencapai lebih dari 500 gram/hari. Orang yang banyak makan serat

sayuran, dalam keadaan normal bisa menghasilkan lebih dari 500 gram, tetapi

konsistensinya normal dan tidak cair. Dalam keadaan normal, tinja mengandung

60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari 90% (Alfan, 2010).

Beberapa faktor penyebab diare :

Faktor infeksi : karena adanya infeksi pada saluran pencernaan maupun diluar

alat pencernaan

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab diare yang utama pada anak meliputi infeksi enternal sebagai

berikut :

1. Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

2. Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)

Page 3: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

3. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)

b. Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis

media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya

Faktor Malabsorsi : malabsorsi karbohidrat disakarida

Faktor makanan: Makanan yang basi, makanan yang mengandung beracun

atau karena alergi terhadap makanan tertentu.

Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (stress) faktor ini cenderung terjadi

pada orang-orang dewasa dan jarang terjadi pada anak dan balita (Muhtaram,

2013).

Selain faktor-faktor diatas kondisi-kondisi dibawah ini memungkinkan

sebagai penyebab diare :

• Irritable bowel syndrome : Adanya perubahan gaya hidup terutama dalam hal

pola makan sehingga menyebabkan kram, kembung, diare, dan

ketidaknyamanan pada perut (saluran pencernaan) dan menimbulkan iritasi

pada usus besar

• Penyakit usus inflamasi : Berkurangnya kemampuan penyerapan nutrisi pada

makanan yang terjadi dalam sistem pencernaan manusia karena adanya

gangguan seperti perdangan pada usus.

• Penyakit Celiac : Ketika orang-orang dengan penyakit ini, sistem kekebalan

tubuh mereka menyerang lapisan usus mereka. Gluten adalah protein yang

ditemukan dalam gandum.

• Kondisi lain seperti diabetes, Hipertiroid dan gangguan pankreas juga dapat

menjadi penyebab diare (Muhtaram, 2013).

Gejala klinik diare pada umumnya adalah:

1. Fase prodromal (Sindrom Pradiare), antara lain: perut terasa penuh,

mual,muntah, keringat dingin, pusing.

2. Fase diare, antara lain: diare dengan segala akibatnya berlanjut yaitu dehidrasi,

asidosis, syok, mules, kejang, dengan atau tanpa panas, pusing.

3. Fase penyembuhan, antara lain: diare makin jarang, mules berkurang,

penderita merasa lemas atau lesu (Tjay, 2007).

Page 4: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi

bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut

oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari

90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar

(colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisa-

sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat

diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali

sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Karzung, 2002).

Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus,hingga pelintasan

chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat

meninggalkan tubuh sebagai tinja. Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada

hakikatnya sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari setelah sel-sel

epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Hanya pada infeksi oleh

bakteri invasif perlu diberikan suatu obat kemoterapeutik yang bersifat

mempenetrasi baik ke dalam jaringan, seperti amoksisilin dan tetrasiklin, sulfa

usus dan furazolidon (Tjay, 2007).

Obat paling sering diberikan dengan cara oral. Walaupun beberapa obat

yang digunakan secara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar obat

yang digunakan secara oral adalah ditelan. Dibandingkan dengan cara-cara

lainnya, cara oral dianggap paling alami, tidak sulit, menyenangkan dan aman

dalam hal pemberian obat. Hal-hal yang tidak menguntungkan pada pemberian

secara oral termasuk respon obat yang lambat (bila dibandingkan dengan obat-

obat yang diberika secara parenteral) kemungkinan absorpsi obat yang tidak

teratur, yang tergantung pada faktor-faktor seperti perbaikan yang mendasar,

jumlah atau jenis makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat

olehreaksi dari lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna (Ansel, 2005).

Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang

dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat

sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu

menormalkankeseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu

Page 5: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi

normal kembali (Ansel,2005).

Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan

penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas

kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah

minumobat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas

salurancerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik (Ansel,2005).

Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi

otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid

sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid

denganreseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam (Ansel,2005).

Cara kerja obat : Loperamid merupakan antispasmodik, dimana

mekanisme kerjanya yang pasti belum dapat dijelaskan. Secara in vitro pada

binatang, loperamide menghambat motilitas atau perilstaltik usus dengan

mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Secara in

vitro dan padahewan percobaan, loperamide memperlambat motilitas saluran

cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada

manusia,Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamid

menurunkan volume feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan

menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit(Ansel,2005).

IV. Alat dan Bahan

Alat :

1. Sonde

2. Jarum pentul

3. Pinset

4. Gunting bedah

5. Papan

6. Koran

7. Mencit

Page 6: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Bahan :

1. Tinta cina

2. Loperamid dosis 1 dan 2

3. PGA 2%

Gambar alat

Jarum Pentul Pinset

Mencit

V. Prosedur

Pertama-tama berat mencit ditimbang, kemudian dikelompokkan secara

acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi larutan

PGA 2%, kelompok uji loperamid dosis I dan kelompok uji loperamid dosis II.

Pada t = 45 menit, semua kelompok mencit diberikan tinta cina 0,1 mL/10 g

mencit, secara oral. Kemudian pada t = 60 menit, semua hewan uji dikorbankan

dengan cara dislokasi tulang leher. Lalu mencit dibedah, dan bagian ususnya

dikeluarkan secara hati-hati sambil diregangkan. Usus yang sudah diregangkan

kemudian diukur :

Page 7: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

a. Panjang usus yang dilalui tinta cina dari pilorus sampai ujung akhir

(berwarna hitam)

b. Panjang seluruh usus dimulai dari pilorus sampai rektum

Rasio normal jarak yang ditempuh marker (tinta cina) terhadap panjang usus

seluruhnya diukur. Hasil pengamatan disajikan dalam tabel dan dibuatkan

grafiknya. Kemudian hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan dievaluasi

secara statistik dengan metode ANAVA dan student’s test.

VI. Data Pengamatan

PERLAKUAN BERAT BADAN

KELOMPOK

PANJANG USUS

USUS TERMARKER

RASIO RATA-RATA

Kontrol 1. 16,32. 15,53. 17,7

1. 38 2. 15,5

3. 45

1. 112. 43

3. 28,5

1. 0,289 2. 0,1976

3. 0,63

0,37

Loperamiddosis I

1. 10,82. 16,43. 14,3

1. 392. 413. 41,5

1. 122. 113. 15

1. 0,3082. 0,2683. 0,361

0,3097

Loperamiddosis II

1. 13,32. 19,8

3. -

1. 392. 39

3. -

1. 7 2. 12,5 3. -

1. 0,179 2. 0,32

3. -

0,245

PGA 2% Loperamid dosis I Loperamid dosis II0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Pengujian Efek Anti Diare Kelompok

Kelompok IKelompok IIKelompok III

Rasio

Page 8: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Kelompok I Kelompok II Kelompok III0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Pengujian Efek Anti Diare Kelompok

PGA 2%Loperamid dosis ILoperamid dosis II

Rasio

PGA 2% Loperamid I Loperamid II0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

Pengujian Efek Anti Diare

Rasio rata-rata

Obat yang digunakan

Rasio

rata

-rat

a

Page 9: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Loperamid I Loperamid II0

20

40

60

80

100

120

Daya Inhibisi Obat Uji terhadap Diare

% Inhibisi

Obat Uji

% In

hibi

si

VII. PERHITUNGAN

• Volume pemberian obat

PGA: 16,320

× 0,5=0,4075 ml

Loperamid I: 10,820

× 0,5=0,27 ml

Loperamid II: 13,320

× 0,5=0,3325 ml

• Volume pemberian tinta cina

Mencit I: 16,310

× 0,5=0,815 ml

Mencit II: 10,810

× 0,5=0,54 ml

Mencit III: 13,310

× 0,5=0,665 ml

• % Inhibisi Peristaltik Usus

Page 10: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Rasio rata−rata loperamid IRasio Rata−Rata Kontrol

×100 %

Loperamid I: 0,3080,289

× 100 %=¿106,5%

Loperamid II: 0,1790,289

×100 %=¿61,93%

• ANAVA

1. Model Linear

Kelompok Kontrol Negatif Loperamid I Loperamid III 0,289 0,308 0,179II 0,197 0,268 0,32III 0,630 0,361 -

Total 1,116 0,937 0,499Rata-rata 0,372 0,312 0,249

Y ijk=μ+τ i+εij

Yij = Daya hambat mencit (panjang tinta yang dihasilkan) yang mendapat obat

ke-I ulangan ke-j terhadap asam asetat 0,7%

µ = rataan umum

i = pengaruh obat ke-i

ijk = pengaruh galat dari obat ke-i ulangan ke-j

2. Hipotesis

H0: 1 = 2 = 3 = 0

Page 11: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Tidak ada pengaruh jenis obat terhadap panjang tinta cina dalam usus

mencit.

H1: paling sedikit ada satu i dimana 1 0

Ada pengaruh jenis obat terhadap panjang tinta cina dalam usus mencit.

3. Analisis Ragam

a. Faktor Koreksi

FK=∑ Y ij

2

N=

(0,289+0,197+0,63+0,308+0,268+0,361+0,179+0,32)2

8=

6,5128

=0,814

b. Sum of Square Total

SStTot = ∑i=1

t

∑j=1

ri

Yij2

−FK

SSTot=¿ (0,2892+0,1972+0,632+0,3082+0,2682+0,3612+0,1792+0,3202¿−0,814=0,13668 )

c. Sum of Square Treatment (SSTreat)

SSTreat= ∑i=1

tYi .2

ri

−FK

SSTreat=¿(1,116¿¿2+0,9372+0,4992)

2−0,814=0,0175¿

d. Sum Square of Eror (SSE)

SSE = SSTot - SSTreat

= 0,13668-0,0175=0,1191795

Page 12: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

e. Degree or Freedom (df)

dfTotal = N - 1

= 8 - 1 = 7

df Treat = t – 1

= 3 - 1 = 2

db Error = df Total – df Treat

= 8 - 2= 6

f. Mean of Square Treatment (MSTreat)

MSTreat=SSTreatdfTreat

=0,01752

=0,00875

g. Mean of Square Eror (MSE)

MSE=SSEdfE

=0,11917955

=0,0238359

h. F hitung (Fhit)

Fhit= MSTreatMSE

= 0,008750,0238359

=0,36709

Source of

Variance

Df Sum of

Squares

Mean of

Square

Fhitung F0.05(2,6)

Treatment 2 0,0175 0,00875 0,36709 5,79

Error 5 0,1191795 0,0238359

Total 7 0,13668 -

Page 13: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

Kesimpulan :

Ftabel= 5,79

Terima H0 jika F hitung< F tabel

0,36709 < 5,79 → Terima H0

Kesimpulan: Setiap obat memiliki pengaruh sama.

Efek PGA = Efek Loperamid I = Efek Loperamid II

VIII. Pembahasan

Percobaan kali ini berjudul Pengujian Efek Anti Diare memiliki tujuan,

yaitu setelah melakukan percobaan kali ini, mahasiswa diharapkan mengetahui

sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan

oleh metode transit intestinal. Metode transit intestinal berlandaskan pada nisbah

jarak usus yang ditempuh oleh marker dalam waktu tertentu terhadap panjang

usus keseluruhan hewan uji yang pada percobaan kali ini adalah mencit.

Pada pengujian efek anti diare ini hewan uji yang digunakan adalah mencit

putih yang dipuasakan 18 jam sebelum percobaan dan minum tetap diberikan.

Bahan dan obat yang digunakan pada pengujian ini adalah Loperamid HCl dengan

dosis yang berbeda, tinta cina, dan suspensi PGA 2%. Dosis dari Loperamid HCl

yang digunakan, yaitu 0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL. Alat-alat yang digunakan

dalam percobaan ini adalah alat bedah, alas atau meja bedah, sonde oral mencit,

dan penggaris.

Langkah yang dilakukan untuk mengawali percobaan adalah dengan

menimbang mencit yang digunakan. Berat badan mencit ini perlu diketahui

sebelum dilakukan proses pengujian karena berat badan dari mencit ini akan

mempengaruhi dosis obat yang akan diberikan pada mencit. Setelah diketahui

berat badan masing-masing mencit, mencit dikelompokkan secara acak menjadi 3

kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan PGA 2%, kelompok uji

Loperamid HCl dengan dosis rendah (24 mg/mL),dan kelompok uji Loperamid

Page 14: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

HCl dengan dosis tinggi (48 mg/mL). Masing-masing zat dan obat diberikan

secara per oral. Zat dan obat diberikan secara per oral karena yang akan diuji

adalah mengenai anti diare yang berkaitan dengan proses pencernaan sehingga

pemberian zat dan obat diberikan secara per oral.

Setelah semua mencit diberikan zat dan obat, pada saat memasuki menit

ke 45, semua hewan uji diberikan tinta cina 0,1 mL/10 g mencit, secara per oral.

Pemberian tinta cina ini berfungsi sebagai marker pada usus mencit untuk

mengetahui efek dari pemberian obat anti diare. Tinta cina ini nantinya akan

mewarnai usus mencit dengan warna hitam. Pada percobaan kali ini yang

digunakan adalah tinta cina bukan norit. Hal ini dikarenakan walaupun tinta cina

dan norit memiliki warna hitam yang bisa digunakan sebagai marker, tetapi norit

termasuk obat anti diare. Norit memiliki efek anti diare seperti bahan obat uji,

yaitu Loperamid HCl. Dengan demikian kerja dari norit dan Loperamid HCl ini

sinergis maka dapat saja mengganggu hasil pengujian obat anti diare Loperamid

HCl. Oleh karenanya digunakan tinta cina yang memiliki warna hitam dan tidak

memiliki efek atau kerja yang sinergis dengan Loperamid HCl sebagai marker.

Setelah masuk menit ke 65, semua mencit dikorbankan dengan cara

dislokasi tulang leher. Setelah didislokasi, hewan uji dibedah di atas meja bedah

dengan menggunakan peralatan bedah yang disediakan. Pertama-tama setelah

didislokasi, setiap tangan dan kaki mencit direnggangkan agar kulit pada bagian

abdomen menegang. Selanjutnya dilakukan pembedahan yang dimulai dengan

membedah bagian bawah yang dilanjutkan ke bagian atas. Setelah berhasil

dibedah, usus dari mencit yang menjadi hewan uji dikeluarkan secara hati-hati.

Usus mencit yang telah dikeluarkan diregangkan untuk diukur panjangnya.

Panjang seluruh usus diukur dari pilorus sampai rektum. Panjang usus yang dilalui

tinta cina dihitung mulai dari pilorus sampai ujung akhir yang berwarna hitam.

Setelah berhasil diukur panjang usus keseluruhan dan panjang usus yang dilalui

tinta cina, dilanjutkan dengan menghitung rasio normal jarak yang ditempuh

marker terhadap panjang usus seluruhnya.

Hasil-hasil dari pengamatan yang tadi diperoleh disajikan dalam bentuk

tabel dan kemudian dibuat dalam grafik. Setelah itu, untuk evaluasi hasil

Page 15: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare, jangka

waktu berlangsung diare, bobot feses dapat dievaluasi masing-masing secara

statistik dengan metode anava dan Student’s test.

Dari hasil pengukuran menggunakan penggaris, diperoleh data bahwa

panjang usus mencit kontrol negatif dari pilorus sampai rektum atau panjang usus

seluruhnya adalah 38cm dan panjang usus termarker yang ditandai dengan warna

hitam dari tinta cina adalah 11cm, sehingga diperoleh rasio antara panjang usus

termarker dan usus seluruhnya adalah 0,289. Pada mencit uji I yaitu mencit

dengan loperamid dosis rendah, panjang usus seluruhnya 39cm, panjang usus

termarker 12cm, sehingga rasionya adalah 0,308. Terakhir, pada mencit uji II,

yaitu mencit dengan loperamid dosis tinggi, diperoleh data panjang usus

seluruhnya 39cm, panjang usus termarker 7cm, sehingga rasionya adalah 0,179.

Data ini selanjutnya digunakan untuk menghitung presentase inhibisi peristaltik

usus dari obat antidiare yaitu loperamid. Loperamid merupakan obat antidiare

yang memiliki khasiat obstipasi kuat dengan mengurangi peristaltik usus.

Presentase inhibisi peristaltik usus merupakan kemampuan suatu obat

dalam menghambat gerak peristaltik usus. Rumus untuk menghitung presentase

inhibisi adalah:

% inhibisi peristaltik usus= rasio obatrasio kontrol negatif

Dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh daya inhibisi pada mencit

uji I adalah 106,57% sedangkan daya inhibisi pada mencit uji II adalah 61,94%.

Hasil ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya hubungan antara dosis dan

daya inhibisi adalah berbanding lurus, semakin tinggi dosis obat maka semakin

besar daya inhibisinya dan begitu pun sebaliknya. Sedangkan dalam praktikum

kali ini diperoleh hasil bahwa loperamid dosis rendah memiliki daya inhibisi lebih

tinggi daripada loperamid dosis tinggi.

Hal ini disebabkan kesalahan pada saat pengukuran panjang usus mencit.

Seharusnya pengukuran panjang usus dilakukan dari pilorus sampai rektum.

Namun, pada praktikum kali ini pengukuran hanya dilakukan dari pilorus sampai

Page 16: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

usus buntu. Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan pada penghitungan rasio dan

berdampak pula pada penghitungan daya inhibisinya.

Pada pengujian efek antidiare, berdasarkan grafik, dimana sumbu x

adalah jenis obat yang diberikan, dan sumbu y adalah rata-rata rasio panjang usus

yang dilalui tinta cina dan panjang usus seluruhnya, diketahui bahwa Loperamide

I (dosis rendah )memberikan jumlah rata-rata rasio paling tinggi yakni rasio rata-

rata 0.3097 dengan kelompok kontrol negatif pada posisi kedua yakni rasio rata-

rata 0.289 dan loperamide II (dosis tinggi) dengan jumlah rasio panjang tinta cina

terhadap panjang seluruh usus mencit yang paling sedikit yakni 0.245. Hal ini

bertentangan dengan teori karena pada percobaan efek antidiare, Loperamide

adalah obat antidiare yang menghambat peristaltik usus . Mencit yang diberi obat

Loperamide secara peroral pada dosis I seharusnya memiliki rasio lebih kecil

dibandingkan mencit dengan control negative PGA 2%. Sehingga dapat dikatakan

semakin besar dosis loperamide yang diberikan, semakin sedikit tinta cina yang

melalui usus mencit, sehingga seharusnya rasionya semakin kecil. Lalu, pada

grafik persentase inhibisi antara loperamide I dan Loperamide II dimana sumbu x

adalah jenisobat uji dan sumbu y adalah persentase inhibisi, tidak sesuai dengan

seharusnya. Karena seharusnya loperamide II yang memiliki dosis lebih besar

seharusnya lebih besar pula persentase inhibisinya yang ditandai dengan panjang

tinta cina yang lebih sedikit dibanding dengan pemberian obat loperamide I. Pada

hasil percobaan, persentase inhibisi loperamide I adalah 106.57% dan Persentase

inhibisi loperamide II adalah 61.93%. Persentase inhibisi ini menunjukan

kemampuan Loperamide dalam menginhibisi tinta cina yang diberikan secara

peroral.

IX. Kesimpulan

1. Efektivitas obat antidiare dalam menghambat penyakit diare dengan metode

intestinal dapat diketahui.

2. Dosis obat loperamid mempengaruhi penghambatan tinta cina dalam usus

mencit.

Page 17: Laporan Pengujian Obat Anti Diare

3. Efek setiap obat antidiare dalam percobaan yaitu loperamid I dan Loperamid II

memberikan efek yang sama

DAFTAR PUSTAKA

Alfan. 2010. Obat Antidiare. Available online at http://panmedical.com/2010/04/09/0bat-anti-diare/ [accessed on April 6, 2013].

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: University of Indonesia Press.

Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik 2 Edisi VIII. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Muhtaram, Al. 2013. Penyebab Diare. Available online at http://www.metris-community.com/penyebabdiare/ [accessed on April 6, 2013].

Muscthler, E. 1991. Dinamika Obat terjemahan M. B. Widianto dan A. S. Ranti. Bandung: ITB.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.