31
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN JANGKA SORONG Disusun oleh : Nama : Hanis Destrini NPM : A1E014067 Kelompok : V (Lima) Hari, tanggal : Sabtu, 4 November 2015 Dosen : Drs. Irwan Koto,MA,Ph.D Asisten : Syaiful Rochman,M.Pd Aditya Apriwinata (A1E012002) UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LAPORAN ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fisika

Citation preview

Page 1: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

JANGKA SORONG

Disusun oleh :

Nama : Hanis Destrini

NPM : A1E014067

Kelompok : V (Lima)

Hari, tanggal : Sabtu, 4 November 2015

Dosen : Drs. Irwan Koto,MA,Ph.D

Asisten : Syaiful Rochman,M.Pd

Aditya Apriwinata (A1E012002)

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2015

Page 2: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah melakukan berbagai kegiatan

pengukuran. Mengukur adalah suatu kegiatan dimana kita membandingkan

besaran dengan besaran lain sebagai acuan. Dalam setiap pengukuran akan

selalu digunakan alat ukur. Alat ukur yang digunakan biasanya sesuai dengan

besaran yang akan diukur, misalnya panjang maka alat ukurnya adalah mistar,

meteran, mikrometer sekrup, jangka sorong dan lain lain.

Setiap alat ukur ternyata memiliki fungsi utama yang sama yaitu

mengukur panjang. Namun ada keistimewaan tersendiri pada setiap alat-alat

ukur tersebut baik dari segi fisik maupun dari segi kegunaan. Contohnya pada

jangka sorong, jangka sorong memiliki bentuk fisik yang unik. Diman terdiri

dari dua buah rahang berbentuk seperti gigi runcing dan tiap rahang memiliki

skala. Pada satu rahang yang berada di depan skalanya disebut skala utama

sedangkan yang lainnya disebut skala nonius. Selain itu, fungsi dari jangka

sorong tidak hanya untuk mengukur panjang suatu benda saja akan tetapi bisa

juga digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah benda, mengukur

diameter dalam dan diameter luar sebuah benda yang berbentuk lingkaran.

Untuk memahami jangka sorong secara lanjut dalam mata kuliah alat ukur

dan pengukuran, kami melakukan kegiatan praktikum ini. Pada praktikum ini

kami akan mengukur diameter dua buah logam menggunakan jangka sorong.

Selain mengukur diameter, melalui praktikum ini, kami akan mempelajari

bagaimana prinsip kerja dari jangka sorong, bagian-bagian jangka sorong

beserta fungsinya, serta cara menyatakan hasil pengukuran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah prinsip kerja jangka sorong?

2. Bagaimana fungsi serta bagian-bagian dar jangka sorong?

3. Bagaimanakah cara mengukur kedalaman dan diameter benda?

Page 3: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

1.3 Tujuan

1. Mengetahui prinsip kerja jangka sorong.

2. Mengetahui bagian-bagian jangka sorong beserta fungsinya.

3. Mengukur kedalaman dan diameter benda.

1.4 Hipotesis

1. Prinsip kerja dari jangka sorong ialah apabila kunci yang terdapat pada

jangka sorong itu dilonggarkan, maka papan skala nonius akan dapat

digerakkan sesuai keperluan dan pada kegiatan pengukuran sebuah objek

yang hendak di ukur diameternya maka objek tersebut dijepit diantara 2

penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.

2. Beberapa bagian-bagian dari jangka sorong adalah rahang luar untuk

mengukur sisi dalam suatu benda, depth probe utuk mengukur kedalaman

dari suatu benda, skala utama, skala nonius , rahang dalam untuk

mengukur sisi luar dari suatu benda, , dan sebuah pengunci untuk menahan

bagian- bagian yang bergerak ketika pengukuran seperti rahang atau depth

probe.

3. Mengukur kedalamann dan diameter benda dilakukan dengan cara

membaca skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat didepan

titik nol skala nonius ditambah (skala nonius yang tepat berhimpit dengan

skala utama dikali dengan skala terkecil jangka sorong).

1.5 Definisi Istilah

1. Diameter : Segmen garis yang melalui titik pusat dan

menghubungkan dua titik pada lingkaran tersebut, dalam

penggunaan modern, diameter berarti panjang dari segmen

garis tersebut. 

2. Jangka Sorong : Alat ukur panjang yang ketelitiannya dapat mencapai

seperseratus milimeter.

3. Ketelitian : Kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama

yang dilakukan secara berulang.

Page 4: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

4. Pengukuran : Penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya

terhadap suatu standar atau satuan ukur.

5.Rahang Dalam : Bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi bagian

dalam

6. Rahang Luar : Bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi luar.

7. Skala Utama : Skala utama terletak pada rahang tetap yang berupa skala

dalam cm dan mm.

8.Skala Nonius : Skala nonius terletak pada rahang geser yang terdapat 10

skala yang panjangnya 9 mm.

Page 5: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengukur suatu bilangan pada

suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar

yang telah diterima sebagai suatu bilangan. Dalam melakukan sebuah

pengukuran kita memerlukan yang namanya alat ukur. Dalam pengukuran

panjang kita memerlukan alat ukur seperti mistar, jangka sorong dan

micrometer sekrup. Sedangkan dalam pengukuran massa kita memerlukan

neraca lengan, neraca ohaouss dan timbangan (Alonso, 1992:4).

Setiap Alat Ukur sebelum digunakan atau setelah digunakan pada periode

tertentu (6 bulan atau 12 bulan), harus dilakukan kalibrasi sesuai standar

nasional ataupun internasional [1]. Alat ukur merupakan ujung tombak dalam

kualitas produk yang dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan

proses, sehingga perlu dipelihara untuk mendapatkan umur (life time) yang

panjang. Jangka sorong nonius sangat banyak digunakan baik di laboratorium

pengukuran maupun produksi (Nahrul, 2015:1).

Pengukuran semua besaran sebenarnya statif terhadap suatu standar atau

satuan tertentu, dan satuan ini dipastikan disamping nilai numeriknya. Satuan

internasional yang pertama adalah meter, dinyatakan sebagai standar panjang

oleh French Academy of Sciences, pada tahuan 1970-an. Meter standar

awalnya ditentukan sebesar satu persepuluh juta dari jarak antara garis

equador bumi dengan salah satu kutub, dibuatlah sebuah penggaris platinum

untuk mempersantesikan panjang ini. Tahun 1889, meter didefinisikan

sebagai jarak antara dua tanda yang dibuat jelas pada sebuah penggaris

campuran platinum iridium. Tahun 1960, meter didefinisikan sebagai

1.650.763,73 panjang gelombang cahaya jingga yang dipancarkan oleh gas

krypton 86. Tahun 1983 meter kembali didefinisikan ulang dalam

hubungannya dengan kecepatan cahaya. Difinisi yang barui adalah: ‘’ Meter

merupakan panjang jalur yang dilalui oleh cahaya pada ruang hampa udara

selama selang waktu 1/299.792.456 sekon (s) selama bertahun-tahun, sekon

Page 6: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

didefinisikan sebagai 1/86.400 dari rata-rata hari matahari sebagai satuan

standar waktu. Standar sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan

untuk 9.192.631.770 periode radiasi ini. Adapun standar massa adalah

kilogram (Kg), yaitu sebuah platinum-iridium  khusus, yang disimpan di

internasional bureau of luieghts and measures didekat kota paris yang

massanya didefinisikan tepat 1 kg (Giancolli, 2001:10-12).

Suatu hal yang selalu dilakukan oleh fisikawan adalah mengukur.

Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.

Namun angka kesalahan tak dapat dihindari dalam setiap pengukuran.

Padahal fisik termasuk ilmu eksakta, pengetahuan eksak yang berdasarkan

pada pengukuran. Setiap pengukuran selalu mempunyai batas ketelitian,

disebabkan oleh antara lain: alat ukurnya sendiri dan pembacanya. Cara

menuliskaan hasil pengukuran sebaiknya secara ilmiah yaitu menulis dalam

desimal.

Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagai

diperlukan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur

panjang seperti, mistar, jangka sorong serta mikrometer sekrup. Namun, pada

umumnya mistar sebagai alat ukur yang paling sering digunakan(Halliday,

1985:7).

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai

seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian,bagian diam dan bagian

bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan

ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi

dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah

0,05 mm untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0,01mm untuk yang di

atas 30cm. Kegunaan jangka sorong adalah:

1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit

2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasannya berupa

lubang(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur

3. Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan

cara menancapkan atau menusukkan bagian pengukur

Page 7: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur panjang. Pada umumnya

jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar

suatu benda. Jangka sorong terdiri atas dua bagian utama yaitu bagian yang

tetap (rahang tetap) dan bagian yang dapat digeser-geser (rahang dorong).

Jangka sorong juga terdiri atas dua skala yaitu skala utama dan skala nonius.

Ketelitian dari jangka sorong sebesar 0,05 mm dengan skala terkecil 0,1 mm

(Tipler, 1998:7).

Saat melakukan pengukuran, kita tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan

ada 2 macam, yaitu; kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Adapun

kesalah sistematik diantarannya kesalahan kaliberasi, kesalahan titik nol,

kesalahan alat lainnya, gesekan, kesalahan paralaks, dan keadaan saat kerja.

Kesalahan-kesalahan itu akan menyebabkan penyeimbangan hasil

pengukuran. Namun pada prinsipnya kesalahan tersebut dapat dikoresi atau

diperhitungkan. Selain kesalahan, ada ketidakpastian pengukuran terulang.

Sedangkan kesalahan acak ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak

menentu, yang mengganggu kerja alat ukur, misalnya gerak brown , fluktuasi,

tegangan listrik, derau (noise) elektronik yang bersifat acak dan sukar

dikendalikan (Istiyono, 2005:11-13).

Page 8: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Gambar

Jangka sorong

Logam Tebal 100 gram

1 Buah

Logam Tipis 100 gram

1 Buah

3.2. Langkah Kerja

Mengukur Diameter Luar Logam Tebal 100 gram

1. Rahang jangka sorong dibuka dengan cara mengendorkan sekrup

penguncinya.

2. Rahang geser jangka sorong digeser ke kanan sampai benda yang akan

diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan

rahang tetap).

Page 9: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

3. Logam tebal 100 g yang akan diukur diletakkan diantara kedua

rahang.

4. Rahang geser digeser ke kiri hingga logam tebal 100 g yang diukur

terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci.

5. Skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol

skala nonius kemudian dibaca.

6. Skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama kemudian

dibaca.

7. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan berikut:

Hasil = skala utama + (skala nonius x skala terkecil jangka sorong)

Mengukur Diameter Luar Logam Tipis 100 gram

1. Rahang jangka sorong dibuka dengan cara mengendorkan sekrup

pengunci.

2. Rahang geser jangka sorong digeser ke kanan sampai benda yang

diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan

rahang tetap).

3. Logam tebal 100 g yang akan diukur kemudian diletakkan diantara

kedua rahang.

4. Rahang geser digeser ke kiri sedemikian sehingga logam tipis 100

gram yang diukur terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci

sekrup pengunci.

5. Skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol

skala nonius dibaca.

6. Skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama dibaca.

7. Hasil pengukuran kemudian dinyatakan dengan persamaan:

Hasil = skala utama + (skala nonius x skala terkecil jangka sorong)

Page 10: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

3.3. Gambar Percobaan

Page 11: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

1. Prinsip Kerja Jangka Sorong

Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala

terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala

utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling

berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki

panjang 0,9 cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah

0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah

0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari

jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi

x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah

0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur

diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti

yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat

dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter

dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman

sebuah tabung.

Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang

terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat

digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang

hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit

diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek

dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai

sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil

pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).

2. Bagian-bagian Jangka Sorong Beserta Fungsinya

1. Rahang luar

Page 12: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

Rahang luar berfungsi mengukur sisi bagian dalam benda.

Terdiri atas rahang geser serta  rahang tetap.

2. Rahang dalam

Rahang dalam berfungsi mengukur sisi bagian luar benda.

Terdiri atas rahang geser serta rahang tetap.

3. Skala utama (dalam inchi)

Pada skala utama, angka 0-6 menunjukkan skala dalam inchi

sedangkan garis-garis yang lebih pendeknya dalam fraksi.

4. Skala Utama (cm)

Di skala utama jangka sorong terdapat angka nol - tujuh belas cm dan

pada bagian garis-garis yang pendeknya atau di sisinya yang berjumlah

empat satuannya adalah mm, serta garis kelima atau garis yang lebih

pendek dari cm dan lebih panjang dari mm adalah menunjukkan

setengahnya misalnya 1,5, 2,5, 3,5 dan seterusnya. Sepuluh skala

utama memiliki panjang satu cm sehingga dua skala utama yang

berdekatan berukuran 0,1 cm atau sama dengan 1 mm.

5. Skala Nonius (untuk inchi)

Menunjukkan skala pengukuran fraksi dari inchi

6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)

Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala menunjukkan 1/10

mm. Tetapi ada juga yang memiliki skala 1/20, dan lain-lain. Sepuluh

skala nonius memiliki panjang 9 mm, sehingga jarak dua skala nonius

yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan demikian, perbedaan

satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm - 0,9 mm

= 0,1 mm atau 0,01 cm. Dengan melihat skala terkecil dari jangka

sorong ini, maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari

skala terkecil jangka sorong tersebut, yaitu ½ x 0,1 mm = 0,05 mm.

7. Depth probe

Depth probe berfungsi mengukur kedalaman benda.

8. Pengunci

Digunakan untuk menahan bagian-bagian yang bergerak ketika

pengukuran seperti rahang atau depth probe.

Page 13: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

3. Mengukur Diameter

No. Jenis Benda Diameter Luar

1. Logam Tebal 100 g 28,2 mm

2. Logam Tipis 100 g 51,3 mm

4.2 Perhitungan

Skala utama = 28 mm = 28,0 mm

Skala nonius = 4 x 0,05 mm = 0,2 mm

Diameter Logam Tebal = 28,2 mm

= 2,82 cm

Ketelitian jangka sorong = 0,05 mm

=(2,820 + 0,005) cm

Skala utama = 51 mm = 51,0 mm

Skala nonius = 6 x 0,05 mm = 0,3 mm

Diameter Logam Tipis = 51,3 mm

= 5,13 cm

Ketelitian jangka sorong = 0,05 mm

=(5,130 + 0,005) cm

4.3 Pembahasan

+

+

Page 14: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

Kegiatan mengukur merupakan suatu kegiatan membandingkan sesuatu

yang dapat kita ukur dengan sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Kegiatan

mengukur ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai dari

besaran tertentu yang akan kita ukur tersebut. Misalnya saja pada saat kita

akan mengukur suatu panjang tali dengan menggunakan sebuah mistar atau

pun juga meteran, untuk mengukur kuat arus listrik dengan menggunakan

ampermeter, untuk mengukur tegangan dengan menggunakan voltmeter,

ataupun juga mengukur suatu diameter benda dengan menggunakan jangka

sorong atau pun juga mikrometer sekrup.

Pada percobaan kali ini, kami akan mengukur diameter dua buah logam,

yang mana logam pertama berbentu tipis dengan massa sebesar 100 gram,

sedangkan logam kedua berbentuk lebih tebal masih dengan massa sebesar

100gram dengan menggunakan alat ukur yaitu jangka sorong.

Jangka sorong ialah salah satu alat ukur yang digunakan untuk mencari

nilai dari besaran pokok panjang. Bentuknya hampir mirip dengan kunci

inggris yang mana rahangnya itu dapat digeser. Jangka sorong itu terdiri dari

dua bagian kaki pengukur, yang pertama yaitu bagian kaki yang cembung

diaman fungsinya digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dan yang

kedua yaitu bagian kaki pengukur yang cekung ke dalam dimana fungsinya

adalah untuk mengukur diameter dalam sebuah benda, misalnya diameter

uang logam. Bagian-bagian ini biasa juga sering disebut sebagai bagian rahang

jangka sorong (rahang tetap dan rahang sorong).

Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala

terkecil dalam milimeter (1 mm= 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala

utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan

adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi

jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu

skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm= 0,01 cm atau

0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01

cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x =

½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah :  ketelitian

0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter

Page 15: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk

mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau

cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Adapun prinsip

utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada

jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai

keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya

atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang

ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung

dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian

menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu

cm (0,001cm).

Adapun bagian-bagian jangka sorong beserta fungsinya yaitu:

1. Rahang dalam

Rahang dalam berfungsi mengukur sisi bagian luar benda.

Terdiri atas rahang geser serta rahang tetap.

2. Rahang luar

Rahang luar berfungsi mengukur sisi bagian dalam benda.

Terdiri atas rahang geser serta  rahang tetap.

3. Depth probe

Depth probe berfungsi mengukur kedalaman benda.

4. Skala Utama (cm)

Di skala utama jangka sorong terdapat angka nol - tujuh belas cm dan

pada bagian garis-garis yang pendeknya atau di sisinya yang

berjumlah empat satuannya adalah mm, serta garis kelima atau garis

yang lebih pendek dari cm dan lebih panjang dari mm adalah

Page 16: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

menunjukkan setengahnya misalnya 1,5, 2,5, 3,5 dan seterusnya.

Sepuluh skala utama memiliki panjang satu cm sehingga dua skala

utama yang berdekatan berukuran 0,1 cm atau sama dengan 1 mm.

5. Skala utama (dalam inchi)

Pada skala utama, angka 0-6 menunjukkan skala dalam inchi

sedangkan garis-garis yang lebih pendeknya dalam fraksi.

6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)

Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala menunjukkan 1/10

mm. Tetapi ada juga yang memiliki skala 1/20, dan lain-lain. Sepuluh

skala nonius memiliki panjang 9 mm, sehingga jarak dua skala nonius

yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan demikian, perbedaan

satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm- 0,9 mm=0,1 mm

atau 0,01 cm. Dengan melihat skala terkecil dari jangka sorong ini,

maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil

jangka sorong tersebut, yaitu ½ x 0,1 mm = 0,05 mm.

7. Skala Nonius (untuk inchi)

Menunjukkan skala pengukuran fraksi dari inchi

8. Pengunci

Digunakan untuk menahan bagian-bagian yang bergerak ketika

pengukuran seperti rahang atau depth probe.

Rahang tetap pada jangka sorong ini ternyata memiliki skala yang biasa

kita sebut dengan skala utama. Satu bagian skala utama, besar panjangnya

adalah 1 mm. Sedangkan, pada bagian rahang sorong memiliki 10 bagian

skala yang biasa kita sebut dengan skala nonius. Skala nonius dinamakan juga

skala Vernier, alasannya karena untuk menghormati seorang penemunya yaitu

Piere Vernier, dia adalah seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Untuk

panjang 10 skala nonius adalah 9 mm. Jadi, 1 bagian skala nonius (jarak

antara dua garis skala nonius yang berdekatan) itu akan sama dengan 0,9 mm.

Jangka sorong biasanya juga digunakan untuk menentukan nilai besaran

panjang benda-benda yang ukurannya kecil. Sedangkan untuk benda-benda

yang ukurannya lebih besar, biasanya akan digunakan alat ukur yaitu mistar

dan juga rollmeter. Besar ketelitian dari alat ukur mistar adalah 0,1 cm, untuk

Page 17: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

ketelitian dari jangka sorong bisa mencapai 0,001 cm, dan juga ketelitian

mikrometer sekrup bisa mencapai 0,0001 cm. Semakin kecil angka dari suatu

ketelitian, maka akan semakin besar pula tingkat suatu ketelitian alat tersebut.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa, ketelitian mistar ialah ketelitian yang

paling rendah, sedangkan untuk ketelitian dari mikrometer sekrup ialah

ketelitian yang paling tinggi di antara ketiga alat tersebut. Sebaiknya, jika kita

ingin mendapatkan data pengukuran yang lebih teliti pada saat akan mengukur

diameter kedua logam tersebut ialah dengan menggunakan alat ukur

mikrometer sekrup, mengingat tingkat ketelitiannya yang tinggi.

Dalam percobaan ini, kami menggunakan jangka sorong dengan ketelitian

sebesar 0,05 mm atau 0,005 cm. Benda yang kami ukur diameternya ialah 2

buah logam bermassa 100 gram yang bedanya ada yang lebih tipis dan ada

yang lebih tebal. Seharusnya pada praktikum kali ini kami juga mengukur

suatu kedalaman dari dua buah logam tersebut, namun dikarenakan

keterbatasan waktu pada saat pelaksanaa percobaan, kami hanya dapat

melakukan pengukuran tunggal terhadap diameter 2 buah logam tersebut,

sedangkan untuk kedalamannya kami tidak sempat mengukurnya. Sehingga

hasil data yang kami peroleh belum tentu akurat.

Pertama sebelum kami melakukan pengukuran ini, kami menggeserkan

terlebih dahulu rahang geser jangka sorong untuk memastikan bahwa jangka

sorong yang kami gunakan berfungsi dengan baik. Selanjutnya yang kami

lakukan ialah memastikan bahwa jangka sorong yang kami gunakan tersebut

berfungsi dengan baik dengan cara menjepit logam bermassa 100 gram yang

tebal pada penjepit (rahang bawah) serta memutar tombol kunci agar logam

tebal 100 gram tersebut akan tetap pada posisinya. Hasil pengukuran

dinyatakan dengan persamaan = skala utama + (skala nonius x skala terkecil

jangka sorong). Pada percobaan ini hasil pengukuran yang kami dapatkan

pada skala utama yaitu 28 mm dan skala noniusnya adalah 4 yang selanjutnya

dikalikan dengan skala terkecil dari jangka sorong yang kami gunakan yaitu

0,05 mm. Sehingga hasil akhir yang kami dapat untuk besar diameter dari

logam tebal 100 gram adalah 28,2 mm atau sama dengan 2,82 cm.

Page 18: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

Kemudian pada percobaan kedua, langkahnya sama saja dengan cara pada

percobaan pertama hanya yang membedakannya yaitu logam yag kami

gunakan adalah logam tipis 100 gram. Dimana untuk langkah utama yang

harus kami lakukan adalah rahang pada jangka sorong dibuka dengan cara

mengendorkan sekrup pengunci. Kemudian rahang geser jangka sorong

tersebut kami geser ke arah kanan sehingga logam tipis 100 gram tersebut

dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).

Logam tipis 100 gram yang akan kami ukur selanjutnya kami letakkan

diantara kedua rahang. Setelah itu rahang geser digeser ke arah kiri sehingga

logam tipis 100 gram yang diukur akan terjepit oleh kedua rahang sekaligus

mengunci sekrup pengunci. Selanjutnya kami membaca skala utama yang

berhimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonius dan baca

skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama. Hasil pengukuran

dinyatakan dengan persamaan = skala utama + (skala nonius x skala terkecil

jangka sorong). Pada percobaan ini hasil pengukuran yang kami dapatkan

pada skala utama yaitu 51 mm dan skala noniusnya adalah 6 kemudian

dikalikan dengan skala terkecil dari jangka sorong yang kami gunakan yaitu

0,05 mm. Sehingga hasil yang didapat adalah 51,3 mm atau sama dengan 5,13

cm.

Dalam setiap pengukuran pasti akan ada kesalahan-kesalahan pengukuran

yang bersumber dari alat, lingkungan, maupun yang berasal atau yang

diakibatkan dari para praktikan itu sendiri. Kesalahan-kesalahan yang

mungkin muncul dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong

adalah kesalahan paralaks (penglihatan) dimana kesalahan ini terjadi pada saat

menentukan garis yang berhimpitan; selanjutnya kesalahan titik nol, dimana

terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat berhimpit

dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat

pada skala nol; dan juga kesalahan yang berasal dari keterbatasan kemampuan

praktikan pada saat mengamati.

Page 19: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan mengenai jangka sorong

ini kami dapat mengetahui prinsip kerja jangka sorong, bagian-bagian dan

juga fungsinya serta bagaimana cara untuk mengukur diameter benda dengan

jangka sorong, dapat kami ambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Prinsip kerja jangka sorong ialah pada saat kita melonggarkna kunci yang

ada pada jangka sorong maka selanjutnya papan skala nonius tersebut bisa

digerakkan sesuai keperluan dan juga pada saat kegiatan pengukuran objek

yang hendak diukur diameternya maka objek akan dijepit diantara 2

penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.

2. Bagian-bagian dari jangka sorong antara lain rahang dalam yang berfungsi

untuk mengukur sisi luar dari suatu benda, rahang luar untuk mengukur

sisi dalam suatu benda, depth probe utuk mengukur kedalaman dari suatu

benda, skala utama, skala nonius, dan pengunci untuk menahan bagian-

bagian yang bergerak ketika pengukuran seperti rahang atau depth probe.

3. Mengukur ketebalan dan juga mengukur diameter benda dilakuan dengan

cara membaca skala utama yang berhimpit atau skala terdekat tepat

didepan titik nol skala nonius ditambah (skala nonius yang tepat berhimpit

dengan skala utama dikali dengan skala terkecil jangka sorong).

5.2 Saran

Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum ini, sebaiknya praktikan

membaca referensi mengenai jangka sorong terlebih dahulu agar kegiatan

praktikum bisa dilakukan dengan maksimal. Praktikan sebaiknya melakukan

pengulangan dalam mengukur diameter kelereng, minimal sebanyak 5 kali

pengulangan, agar data yang didapatkan lebih akurat. Praktikan juga harus

lebih teliti dalam membaca skala nonius pada jangka sorong. Sebaiknya,

Page 20: LAPORAN  ALAT UKUR JANGKA SORONG HANIS.doc

waktu untuk praktikum ditambahkan, karena dalam waktu yang singkat sangat

tidak cukup untuk dilakukan dua buah praktikum yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcelo & Edward J. Finn.1992.Dasar-dasar Fisika Universitas.

Jakarta:Erlangga

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta:Erlangga

Halliday, David. 1985. Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga

Istiyono, Eka. 2005. Fisika. Klaten:PT Intan Pariwara

Amani, Nahrul. 2015. Kalibrasi Jangka Sorong Nonius (Vernier Calliper)

Berdasarkan Standar Jis B 7507 Di Laboratorium Pengukuran

Teknik Mesin Universitas Riau. Pekanbaru:Universitas Riau

(diakses pada tanggal 10 Desember 2015)

Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta:Erlangga