22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai macam alat ukur panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Semakin teliti suatu alat maka pengukuran tersebut akan mendekati ukuran yang sebenarnya. Dalam mengukur panjang suatu benda, selain memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar, maka pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu bahan tekstil, maka alat ukur yang digunakan adalah penggaris ataupun rol meter. Namun jika benda yang diukur menuntut ketelitian yang tinggi, terutama dalam suatu percobaan fisika maka alat ukur yang digunakanpun merupakan alat ukur dengan ketelitian yang tinggi yang memiliki skala terkecil yang sangat kecil. Contoh untuk mengukur diameter bola, diameter balok, mengukur diameter luar tabung, diameter dalam tabung, mengukur kedalaman, bisa menggunakan mikrometer sekrup dan untuk dua kemampuan terakhir bisa secara spesifik dilakukan oleh alat ukur jangka sorong. Jangka sorong memiliki skala terkecil, yaitu 0,1 mm yang artinya nilai antara dua gores yang berdekatan adalah 0,1 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa jangka sorong dapat mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1mm. Pelaporan hasil pengukuran tersebut dinyatakan sebagai x = xx, dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai kebenaran x0 sedangkan x adalah ketidakpastian mutlaknya. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0 adalah nilai hasil pengukuran itu sendiri, sedangkan ketidakpastian mutlaknya, x = skala terkecil instrumen. Selain memiliki skala terkecil 0,1 mm, jangka sorong memiliki bentuk yang unik yang terdiri dari rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda (rahang tetap dan rahang geser bawah), rahang untuk mengukur diameter dalam suatu benda (rahang tetap dan rahang geser atas). Lidah pengukur

Pengenalan Jangka Sorong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengenalan sebuah alat ukur jangka sorong/sigmat

Citation preview

Page 1: Pengenalan Jangka Sorong

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai

macam alat ukur panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan

mikrometer sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian

yang berbeda. Semakin teliti suatu alat maka pengukuran tersebut akan mendekati

ukuran yang sebenarnya. Dalam mengukur panjang suatu benda, selain

memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam

benda yang akan diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang

sangat besar, maka pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar.

Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu

bahan tekstil, maka alat ukur yang digunakan adalah penggaris ataupun rol meter.

Namun jika benda yang diukur menuntut ketelitian yang tinggi, terutama dalam

suatu percobaan fisika maka alat ukur yang digunakanpun merupakan alat ukur

dengan ketelitian yang tinggi yang memiliki skala terkecil yang sangat kecil.

Contoh untuk mengukur diameter bola, diameter balok, mengukur diameter luar

tabung, diameter dalam tabung, mengukur kedalaman, bisa menggunakan

mikrometer sekrup dan untuk dua kemampuan terakhir bisa secara spesifik

dilakukan oleh alat ukur jangka sorong.

Jangka sorong memiliki skala terkecil, yaitu 0,1 mm yang artinya nilai antara

dua gores yang berdekatan adalah 0,1 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa

jangka sorong dapat mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga

0,1mm. Pelaporan hasil pengukuran tersebut dinyatakan sebagai x = xx, dengan x

adalah nilai pendekatan terhadap nilai kebenaran x0 sedangkan x adalah

ketidakpastian mutlaknya. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0 adalah nilai

hasil pengukuran itu sendiri, sedangkan ketidakpastian mutlaknya, x = skala

terkecil instrumen. Selain memiliki skala terkecil 0,1 mm, jangka sorong memiliki

bentuk yang unik yang terdiri dari rahang untuk mengukur diameter luar suatu

benda (rahang tetap dan rahang geser bawah), rahang untuk mengukur diameter

dalam suatu benda (rahang tetap dan rahang geser atas). Lidah pengukur

Page 2: Pengenalan Jangka Sorong

2

kedalaman, skala utama (dalam cm), skala utama (dalam inci), skala nonius

(dalam mm), skala nonius (dalam inci), dan kunci peluncur.

Makalah ini akan membahas mengenai alat ukur panjang yaitu jangka sorong

secara detail meliputi jenis jangka sorong, fungsi jangka sorong, prinsip kerja

jangka sorong, pembacaan kalibrasi, dan cara pembacaan hasil pengukuran.

1.2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang digunakan pada makalah alat ukur panjang

jangka sorong ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu jangka sorong?

2. Apa fungsi dari jangka sorong?

3. Bagaimana bentuk jangka sorong dan bagian-bagiannya?

4. Apa saja jenis jangka sorong?

5. Bagaimana prinsip kerja dan pembacaan hasil pengukuran jangka sorong?

6. Bagaimana kalibrasi jangka sorong?

1.3. Tujuan penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini

adalah sebagai berikut:

1. Memahami definisi jangka sorong

2. Mengetahui fungsi dari jangka sorong

3. Mengetahui bentuk dan bagian-bagian dari jangka sorong

4. Mengetahui jenis-jenis jangka sorong yang ada

5. Memahami prinsip kerja dan pembacaan hasil pengukuran jangka sorong

6. Mengetahui cara mengkalibrasi jangka sorong dan cara pembacaan kalibrasi

jangka sorong.

1.4. Manfaat penulisan

Manfaat pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini adalah

memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai alat ukur panjang jangka

sorong, baik dari bentuk dan fungsi bagian-bagiannya, macam-macam jenis

jangka sorong, prinsip kerja, kalibrasi, hingga pembacaan hasil pengukurannya.

Page 3: Pengenalan Jangka Sorong

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat

ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar

sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya

terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung

yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang

ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka

sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman

dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong

dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam

pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang

membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.

Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem

metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua

macam skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.

Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua

sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa

mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem

metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm,

250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm. Secara umum konstruksi

dari jangka sorong dapat digambarkan seperti gambar 1.1 berikut ini.

Page 4: Pengenalan Jangka Sorong

4

Gambar 1.1. Bagian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.

Keterangan:

1. Batang

2. Rahang ukur dalam

3. Rahang ukur luar

4. Nonius

5. Ekor (Pengukur kedalaman)

6. Kumci kedalaman

7. Kunci penggerak halus

8. Rahang tetap

9. Rahang gerak

10. Skala utama

Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai

penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga

besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang

ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di

belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian). Pada jam ukur biasanya

sudah dicantumkan tingkat kecermatannya. Ada yang tingkat kecermatannya

0.10mm, 0.05mm dan ada pula yang sampai 0.02mm. Sedangkan untuk

Page 5: Pengenalan Jangka Sorong

5

pembacaan dalam inchi, tingkat kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada yang

0.001 inchi. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10mm, satu putaran jarum penunjuk

dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu putaran jarum

penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10mm = 10mm. Terdapat pula

jangka sorong dengan skala digital.

Konstruksi dari jangka sorong dengan jam ukur dan digital dapat dilihat pada

Gambar 1.2. Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inchi

konstruksinya pada umumnya sama.

Gambar 1.2. Jangka Sorong dengan Jam Ukur dan Jangka Sorong Digital.

Jangka sorong biasanya digunakan untuk:

1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,

maupun lainnya) dengan cara diulur;

3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara

“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur;

4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.

Page 6: Pengenalan Jangka Sorong

6

Agar pemakaian jangka sorong berjalan baik dan tidak menimbulkan

kemungkinan- kemungkinan yang dapat menyebabkan kerusakan, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur dengan kelicinan

(gesekan) tertentu sesuai dengan standar yang diijinkan dan jalannya rahang

ukur harus tidak bergoyang.

2. Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari kedua

rahang ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk agak kedalam.

3. Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan kesejajaran muka rahang

ukur betul- betul tepat.

4. Pada waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda ukur harus

diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat menekan kedua rahang ukur akan

menyebabkan kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang ukur. Disamping itu,

bila benda ukur mudah berubah bentuk maka terlalu kuat menekan rahang ukur

dapat menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.

5. Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu jangka sorong masih berada

pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur

kemudian baru dibaca skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.

6. Jangan lupa, setelah jangka sorong tidak digunakan lagi dan akan disimpan

ditempatnya, kebersihan jangka sorong harus dijaga dengan cara

membersihkannya memakai alat-alat pembersih yang telah disediakan

misalnya kertas tissue, vaselin, dan sebagainya.

2.2. Kelebihan dan Kekurangan dari Jangka Sorong

Adapun kelebihan dari jangka sorong diantaranya:

1. Memliki kecermatan pembacaan yang lumayan bagus umumnya kecermatan

pembacaannya berkisar 0.05-0.01 mm

2. Dapat mengukur diameter sisi luar dengan cara dijapit

3. Dapat mengukur diameter sisi dalam dengan cara di ulur

4. Dapat mengukur kedalaman

5. Harga murah dan terjangkau

Page 7: Pengenalan Jangka Sorong

7

Adapun kekurangan dari jangka sorong diantaranya:

1. Tidak bisa mengukur benda yang besar

2. Bisa terjadi pemuaian pada alat

3. Karena sensor berkontak langsung dengan benda kerja memungkinkan

terjadinya goresan atau benturan yang bisa menyebabkan ketidakrataan pada

kedua sensor atau kedua rahang.

2.3. Perawatan jangka sorong

Perawatan Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang

penyimpanan dan tempat penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong

untuk memuai atau menyusut, terbentur dan/atau tergores. Oleh karena itu

simpanlah pada suhu kamar dan tempat yang khusus biasanya terdapat kotak

penyimpanan agar tidak terjadi pemuaian dan tergores.

2.4. Bentuk dan bagian-bagian Jangka Sorong

Gambar 1.1 Bagian-bagian jangka sorong (www.google.com)

Page 8: Pengenalan Jangka Sorong

8

2.4.1. Rahang Luar

Bagian dari jangka sorong untuk

mengukur sisi bagian luar diameter atau

panjang benda dengan cara diapit. Pada

rahang luar terdapat dua bagian yaitu rahang

geser yang merupakan sensor geser dan

rahang tetap yang merupakan sensor tetap.

Gambar 2.1 Rahang Luar (http://prmpramono.wordpress.com)

2.4.2. Rahang Dalam

Bagian dari jangka sorong untuk

mengukur sisi bagian dalam diameter atau

panjang benda dengan cara diulur. Bagian-

bagian pada rahang dalam sama seperti rahang

luar yaitu terdapat sensor geser dan sensor

tetap. Rahang dalam biasanya digunakan

untuk mengukur lubang pipa dan lain-lain.

Gambar 2.2 Rahang Dalam ((http://prmpramono.wordpress.com)

2.4.3. Depth Probe (pengukur kedalaman)

Depth probe adalah bagian dari jangka

sorong yang berfungsi untuk mengukur

kedalaman suatu benda.

Gambar 2.3 depth probe (((http://prmpramono.wordpress.com)

Page 9: Pengenalan Jangka Sorong

9

2.4.4. Skala utama

Bagian ini berfungsi untuk membaca hasil pengukuran dalam satuan cm untuk

versi yang analog. Pada skala utama pada jangka sorong terdapat angka 0–17 yang

satuannya adalah centimetet (cm) dan garis–garis pendeknya yang menunjukkan

ukuran 1 mm per garisnya.

2.4.5. Skala Nonius

Pada skala nonius biasanya tergantung ketelitian atau kecermatan alat tersebut,

biasanya pada jangka sorong memiliki kecermatan pembacaan 0.1, 0.05, dan 0.02.

2.4.6. Pengunci

Untuk menahan batang ukur agar tidak bergerak pada saat pengukuran.

2.5. Jenis-jenis Jangka Sorong

2.5.1. Jangka Sorong Analog

a. Jangka Sorong Jam

Jangka sorong jam memakai jam ukur sebagaiganti skala nonius dalam

menginterpolasikan posisi garis indeks reltif terhadap skala pada batang ukur.

Gerakan translasi peluncur diubah menjadi gerakan putaran jarum penunjuk

dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang

dilekatkan di sepanjang batang ukur.

Page 10: Pengenalan Jangka Sorong

10

b. Jangka Sorong Ketinggian

Suatu jenismistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukuran ketinggian disebut

jangka sorong ketinggian atau kaliber tinggi. Alat ukur ini dilengkapi dengan

rahang ukur yang bergerak vertikal pada batang berskala yang tegak lurus dengan

landasannya. Permukaan rahang ukur dibuat sejajar dengan alas, sehingga garis

ukur akan tegak lurus dengan permukaan di atas mana landasan diletakkan. Oleh

karena itu, dalam pemakaiannnya jangka sorong ketinggian ini memerlukan

permukaan rata sebagai acuan, yang dlam hal ini bisa dipenuhi oleh meja rata.

c. Jangka Sorong Tak Sebidang

d. Jangka Sorong Diameter Alur Dalam

Page 11: Pengenalan Jangka Sorong

11

e. Jangka Sorong Pipa

2.5.2. Digital

2.6. Cara Kerja Jangka Sorong

Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil

dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama memiliki

panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm.

Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi jarak 2 skala

nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan

satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala

terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x

0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm,

maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng

Page 12: Pengenalan Jangka Sorong

12

atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah

kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur

kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan

jangka sorong untuk keperluan tersebut.

1. Mengukur dimensi luar

Untuk mengukur diameter luar sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur

dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)

Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.

Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit

oleh kedua rahang.

Catatlah hasil pengukuran anda

2. Mengukur diameter dalam

Page 13: Pengenalan Jangka Sorong

13

Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah

cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.

Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang

jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut

Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka

sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur

Catatlah hasil pengukuran anda

3. Mengukur kedalaman

Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.

Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke

permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.

Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong

menyentuh dasar tabung.

Catatlah hasil pengukuran anda.

Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat

pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan

sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur

panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang)

Page 14: Pengenalan Jangka Sorong

14

yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung

dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian

menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm

(0,001cm).

2.7. Cara pembacaan hasil pengukuran jangka sorong

Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat

dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol

skala nonius.

2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.

3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan:

Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong)

= Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)

harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong

yang memiliki skala nonius,, anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal

ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil

pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai :

Panjang L = xo +

Misalnya L = (4,990 + 0,005) cm

Lihat contoh cara mengukur di bawah.

Lihatlah skala nonius yang berhimpit dengan skala utama. Di contoh, yang

berhimpit adalah angka 4 (diberi tanda merah). Itu berarti 0.04 mm. Sekarang

Page 15: Pengenalan Jangka Sorong

15

lihatlah ke skala utama di sebelah kiri angka nonius 0. Di situ menunjukkan angka

4,7 cm. Berarti hasil pengukurannya adalah 4,7 cm + 0.04 cm = 4,74 cm

Menjelang tahun 1600-an, di kota yang bernama Oranan di Perancis, seorang ahli

matematika dan sains bernama Pierre Vernier (gambar bawah) menemukan jangka

sorong. Ia juga yang menciptakan skala vernier (kita sering menyebutnya skala

nonius) sebagaiamana disebutkan dalam bukunya yang berjudul “La construction,

visage, et les proprietes fue quadrant nouvea de mathmatiques”

Jangka sorong tersebut memiliki ketlitian 0,1mm

Cara membacanya adalah:

Skala utama adalah =11 mm

Skala nonius adalah = 8 x 0,1 = 0,8 mm

Hasil pengukuran = 11mm + 0,8 mm=11,8 mm

Contoh pengukuran diameter luar benda dengan menggunakan jangka sorong.

Perhatikan gambar pengukuran sebuah benda yang diukur dengan

menggunakan jangka sorong.

Page 16: Pengenalan Jangka Sorong

16

1. Pada skala nonius yang ditunjukkan tanda panah berwarna merah. Skala nonius

dihitung mulai dari angka 0 sampai pada garis skala nonius yang berimpit

dengan skala utama.

2. Dari hasil pengamatan tersebut, pada skala utama menunjukkan angka 2,4 cm

atau 24 mm dihitung dari angka 2 yang ditunjukkan oleh skala utama dan

menghitung garis kecil 4 langkah sebelum angka 0 pada skala nonius.

3. Perhatikan skala nonius yang berimpit dengan skala utama, dari hasil

pengamatan diperoleh angka 7 pada skala nonius yang berimpit dengan skala

utama.

4. Angka 7 tersebut di kalikan dengan tingkat ketelitian 0,1 mm sehingga

diperoleh 0,7 mm.

5. Hasil pengukuran diperoleh dari menjumlahkan hasil pengamatan pada skala

utama dengan skala nonius yaitu 24 mm + 0,7 mm = 24,7 mm atau 2,47 cm.

6. Ingat konversikan (ubah) satuan jika ingin merubah kedalam melimeter (mm)

atau kedalam centimeter (cm).

2.8. Kalibrasi

Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga

menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di

angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius

saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah

terkalibrasi dan siap digunakan.

Berikut langkah – langakah mengkalibrasi jangka sorong:

a. Bersihkan jangka sorong dari kotoran yang menempel,

b. Longgarkan baut pengunci jangka sorong,

c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit,

d. Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini:

- Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL

(0) pada Skala Utama.

- Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip

pada Skala Utama.

Page 17: Pengenalan Jangka Sorong

17

e. Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka lakukan hal berikut :

- Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, dalam arti Strip 0 awal

pada Skala Gesermelewati Strip 0 pada Skala Utama, maka bersihkanlah

kembali Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang

bergeser.

- Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, dalam arti Strip 0

awal pada Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka

lakukanlah pembacaan selisih pergeserantersebut dengan mencari strip pada

Skala Geser yang segaris dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih

pergeseran tersebut dengan hitungan mundur. Artinya jika strip pada Skala

Geseryang segaris dengan strip pada Skala Utama menunjukkan pada angka

0.85 mm, maka selisihpergeseran tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala

Utama. Selanjutnya apabila alat tersebut digunakan untuk mengukur, maka

hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.

f. Alat ukur Jangka Sorong siap untuk digunakan

Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan

jangka sorong adalah:

1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),

2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan),

3. Kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya).

Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan,

sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur

dan/atau tergores.

Kalibrasi bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam pengukuran. Sebelum

dipergunakan, amatilah alat ukur jangka sorong tersebut. Pastikan jangka sorong

langkah – langkah mengkalibrasi Mengkalibrasi jangka sorong:

1. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur

2. Longgarkan baut pada pelat skala nonius

Page 18: Pengenalan Jangka Sorong

18

3. Tepatkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama jangka

sorong

4. Kencangkan kembali baut pada pelat skala nonius.

Page 19: Pengenalan Jangka Sorong

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Pada batang

ukurnya terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur.

Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap

dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak

maka jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi

dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama,

jangka sorong dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting

perannya di dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius

inilah yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.

Jangka sorong biasanya digunakan untuk:

1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,

maupun lainnya) dengan cara diulur;

3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara

“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur;

4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.

Secara umum, jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang geser, rahang

bawah untuk mengukur diameter luar suatu benda, rahang atas untuk mengukur

diameter dalam suatu benda, lidah pengukur kedalaman, skala utama(dalam cm

dan inci), skala nonius (dalam dan inci), kunci peluncur.

Jangka sorong memiliki jenis yang berbeda-beda sesuai model dan fungsinya,

diantaranya:

1. Jangka sorong jam. memakai jam ukur sebagai ganti skala nonius dalam

menginterpolasikan posisi garis indeks reltif terhadap skala pada batang ukur.

Page 20: Pengenalan Jangka Sorong

20

2. Jangka sorong ketinggian. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang

bergerak vertikal pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya.

Permukaan rahang ukur dibuat sejajar dengan alas, sehingga garis ukur akan

tegak lurus dengan permukaan di atas mana landasan diletakkan.

3. Jangka Sorong Tak Sebidang

4. Jangka Sorong Diameter Alur Dalam

5. Jangka Sorong Pipa

6. Jangka Sorong digital

Prinsip kerja jangka sorong terdiri dari prinsip ketika melakukan suatu

pengukuran, yaitu apabila kunci peluncur telah dikendurkan, maka skala nonius

dapat digeser ke depan atau belakang sesuai dengan keperluan pengukuran. Dan

prinsip ketika membaca hasil pengukuran, yaitu hasil pengukuran tergantung

besarnya ketelitian yang dimiliki jangka sorong, karena ketelitian setiap jengka

sorong berbeda-beda berdasarkan skala nonius yang dimilikinya.

Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong

Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka

sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm).

Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh

rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol,

yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling

berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi

dan siap digunakan.

Hal-hal yanng menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan

jangka sorong adalah kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),

kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan), kesalahan acak (tidak diketahui

pengyebabnya).

Page 21: Pengenalan Jangka Sorong

21

Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan,

sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur

dan/atau tergores.

Page 22: Pengenalan Jangka Sorong

22

DAFTAR PUSTAKA

http://komponenelektronika.biz/pengertian-jangka-sorong-secara-umum.html

https://www.academia.edu/7306214/JANGKA_SORONG_metrologi_industri

http://technoku.blogspot.com/2008/10/jangka-sorong.htm006C

https://www.academia.edu/7306214/JANGKA_SORONG_metrologi_industri

Wagiran.2013.Penggunaan Alat-alat Ukur Metrologi Industri.Yogyakarta