53
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai suatu tujuan. Tujuan dari pembelajaran adalah perubahan perilaku, pola berpikir dan nilai sebagai hasil belajar. Proses pembelajaran hendaknya menggunakan sepenuh kemampuan belajar para siswa, membuat belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka sebagai manusia. Kegiatan pembelajaran seringkali tidak sesuai dengan rencana, terutama pada komponen evaluasi yang telah ditentukan nilai ketuntasan belajar minimalnya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh 1

LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

  • Upload
    dinhbao

  • View
    227

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

guru dan siswa dalam upaya mencapai suatu tujuan. Tujuan dari pembelajaran

adalah perubahan perilaku, pola berpikir dan nilai sebagai hasil belajar. Proses

pembelajaran hendaknya menggunakan sepenuh kemampuan belajar para siswa,

membuat belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, memberikan

sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan

keberhasilan mereka sebagai manusia.

Kegiatan pembelajaran seringkali tidak sesuai dengan rencana, terutama

pada komponen evaluasi yang telah ditentukan nilai ketuntasan belajar

minimalnya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh berbagai faktor yang

mempengaruhinya, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa, rendahnya minat, malas, dan

sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri

siswa, faktor penampilan guru, metode yang digunakan, media, lingkungan

belajar, dan sebagainya.

Dalam pelajaran matematika, perolehan nilai selalu menjadi masalah dan

jauh dari harapan seperti yang telah distandarkan secara nasional. Lebih spesifik

1

Page 2: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

lagi, perolehan nilai ulangan harian selalu mendapat hasil yang tidak memuaskan

terutama pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

Rendahnya perolehan nilai pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar

disebabkan oleh banyaknya rumus yang harus dihapal oleh siswa. Kebanyakan

guru berasumsi bahwa bila hapal rumus maka siswa pasti mampu mengerjakan

soal. Bila berasumsi demikian berarti metode yang digunakan hanya menghafal

dan memberikan tugas. Pembelajaran seperti ini tidak mengakar pada

permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga pembelajaran tidak bermakna. Siswa

tidak paham bagaimana rumus itu ditemukan, dan bagaimana menerapkannya.

Berdasarkan pada permasalahan pembelajaran tersebut, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran dengan

media tiga dimensi dalam menemukan proses pembentukan rumus luas

permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok dan mempercepat

pemahaman rumusnya. Penulis berpendapat, pemahaman yang baik terhadap

rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok diperoleh melalui

pengalaman, bagaimana cara menemukan dan bagaimana pembahasannya.

Melihat kenyataan ini, penulis mencoba menerapkan penggunaan model

enquiry-discovery learning dan pemanfaatan media tiga dimensi untuk

meningkatkan pemahaman rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus

dan balok pada siswa kelas IX B SMPN 12 Serang.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan secara ringkas latar belakang

masalah ini, yakni:

2

Page 3: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

1. Pada umumnya guru matematika belum meggunakan metode

pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dari materi pembelajaran.

2. Perlunya ditingkatkan pemahaman guru, tentang pentingnya media tiga

dimensi dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun

ruang sisi datar.

3. Adanya asumsi bahwa penerapan metode dan pemanfaatan media tidak

berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman rumus luas permukaan

bangun ruang sisi datar kubus dan balok.

Berdasarkan pengamatan, literatur, dan pengetahuan peneliti,

permasalahan ini belum pernah diangkat sebagai bahan penelitian dalam

pembelajaran matematikan pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian latar belakang masalah penelitian, maka penulis

membuat rumusan masalah sebagai berikut:

“Apakah penerapan model enquiry-discovery learning dengan media grafis tiga

dimensi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap rumus luas permukaan

bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada mata pelajaran Matematika siswa

kelas IX B SMP Negeri 12 Serang?”

3

Page 4: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa terhadap rumus luas

permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada pelajaran matematika

yang pembelajarannya menggunakan model enquiry-discovery learning dengan

media grafis tiga dimensi.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam

mengkaji dan memahami suatu permasalahan. Penelitian ini sangat berguna bagi

guru sebagai bahan kajian untuk memilih metode dan media pembelajaran yang

tepat sesuai dengan minat, dan kebutuhan belajar siswa.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi guru-guru di

sekolah lain, untuk memilih metode dan memanfaatkan media yang relevan, serta

dapa memberikan dukungan dan partisipasi penuh kepada dunia pendidikan dan

pembelajaran, karena dunia pendidikan dan pengajaran merupakan pilar dari

kemajuan suatu bangsa.

Bagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini

mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk

menetapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut sistem pembelajaran dalam

rangka peningkatan kualitas pendidikan. Kegunaan penelitian bagi:

4

Page 5: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

a. Profesi Guru

Sebagai bahan informasi kepada guru untuk mengadakan evaluasi diri

apakah sudah tepat dan relevan dengan kebutuhan dalam memilih metode

dan media pembelajaran yang digunakan sehingga dapat meningkatkan

pemahaman dalam belajar disamping belajar itu harus menyenangkan,

menggairahkan, menakjubkan dan penuh kebermaknaan.

Sebagai bahan kajian bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme

dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Siswa dapat memahami rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar

yang berbentu kubus dan balok dengan cara menemukan sendiri.

Siswa dapat mengaplikasikan berbagai rumus luas permukaan bangun

ruang sisi datar yang berbentuk kubus dan balok dalam conteks kehidupan

sehari-hari.

c. Bagi Lembaga Pendidikan (sekolah)

Sebagai bahan informasi dan kajian dalam memberikan pelayanan prima

kepada siswa sebagai warga belajar .

Sebagai bahan informasi dan kajian untuk memunculkan ide-ide baru

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran untuk, meningkatkan mutu

lulusan sebagai pilar utama dalam meningkatkan mutu pendidikan.

5

Page 6: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Enquiry-Discovery Learning

1. Pengertian

Enquiry-discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri

(Djamarah & Zain, 2006: 22). Dalam sistem belajar-mengajar ini ini guru

menyajikan bahan pembelajaran tidak sampai pada bentuk final, tetapi siswa

diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri. Siswa belajar terlibat aktif

dengan konsep dan prinsip, dan guru hanya sebagai motivator siswa untuk

melakukan percobaan.

Model pembelajaran ini cocok untuk pembelajaran eksakta dan yang

relevan. Model ini memmilki keuntungan-keuntungan diantaranya:

1. Mendorong siswa memiliki rasa ingin tahu;

2. Memotivasi untuk melakukan kerja terus-menerus sampai menemukan

jawaban;

3. Memecahkan masalah dengan berpikir kritis.

Model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mencapai

keingintahuannya, mendorong untuk memecahkan masalah atas kemauanya atau

dalam kelompoknya, dan siswa lebih banyak melihat dan melakukan dari pada

mendengarkan.

6

Page 7: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Model pembelajaran enquiry-discovery pada pelajaran eksakta membantu

siswa memahami konsep yang sulit dengan menggunakan demonsrasi dan gambar

atau media tiga dimensi, sehingga belajar dapat fleksibel dan eksploratif

( Mustadji, 2006: 32). Dalam pembelajaran ini ada beberapa tujuan yang dapat

dicapai, tujuan dapat dicapai tersebut antara lain; kesatu, pemenuhan informasi

yang tidak asing bisa memperkuat struktur pengetahuan siswa. Kedua, kembali

ke konsep sulit, dan mengajak siswa berdiskusi secara mendetail. Ketiga,

memikirkan ulang masalah yang sulit, siswa biasa melihat solusi yang tampak

sebelumnya. Keempat, menyajikan materi dari banyak perspektif dan

mengerjakan masalah yang tidak terpecahkan bisa membantu siswa meningkatkan

kemampuan intelektual.

Ada beberapa cara memotivasi yang berkaitan dengan pembelajaran

discovery:

1. Hendaknya mendorong interpretasi informasi.

2. Hendaknya mengunakan materi permainan.

3. Hendaknyan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa walaupu

kadang-kadang melenceng dari pelajaran.

4. Hendaknya menggunakan contoh-contoh yang kontras.

2. Prosedur Pembelajaran Enquiry-Discovery

Bruner (dalam Syaeful Bahri: 2006) mengembangkan prosedur

pembelajaran inquiry-discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

7

Page 8: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

1. Simulation

Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh

membaca, atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

2. Problem Statement; Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai

permasalahan. Permasalahan dipilih selanjutnya merumuskan dalam bentuk

pertanyaan.

3. Data collection; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan

data dari berbagai informasi yang relevan, mengamati objek bangun ruang,

dan melakukan uji coba sendiri.

4. Data processing; Semua informasi dari objek yang ditemukan diklasifikasikan,

ditabulasikan, bahkan dihitung dengan cara tertentu sebagai pembuktian dari

olahan data sebagai hasil pekerjaan siswa.

5. Verification atau pembuktian; Pembuktian kebenaran dari hasil pekerjaan

siswa, apakah terjawab dengan benar atau tidak.

6. Generalization; Berdasarkan verifikasi tersebut siswa menarik kesimpulan

atau generalisasi tertentu.

Sistem belajar ini dikembangkan oleh Bruner yang menggunakan landasan

pemikiran belajar. Hasil belajar dengan cara ini mudah diingat, mudah ditransfer

untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak dapat

ditumbuhkan dan menimbulkan kepuasan atas penggunaannya sendiri. Dengan

kata lain pembelajaran menjadi bermakna karena siswa dapat mengetahui serta

paham dengan penemuannya sendiri.

8

Page 9: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Enquiry-discovery

Berdasarkan prosedur pembelajaran enquiry-discovery yang dikemukakan

oleh Bruner, maka penulis mengembangkan sistem pembelajaran itu dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap Apersepsi

Pada tahap apersepsi, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas oleh

penulis saat ini sebagai berikut:

1. Menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang harus

dicapai oleh siswa.

2. Memberikan motivasi tentang pentingnya memahami materi pembelajaran

yang akan disampaikan.

3. Menyuruh siswa membaca, untuk memahami konsep materi

pembelajaran.

4. Melakukan tanya jawab tentang permasalahan materi pembelajaran

yang akan disampaikan.

b. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut:

Mengidentifikasi Masalah

1. Guru menyajikan materi berupa permasalahan yang harus ditemukan oleh

siswa.

2. Siswa mengidentifikasi berbagai permasalahan yang disajikan

9

Page 10: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

3. Siswa memilih permasalahan dan selanjutnya merumuskan dalam bentuk

pernyataan.

4. Siswa menyampaikan pernyataan itu sebagai jawaban sementara atas

identifikasi yang ditemukan.

Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok dilakukan bertujuan untuk menjawab permasalahan

yang disajikan dalam LKS secara berkelompok dengan cara menemukan solusi

permaslahan terhadap pertanyaan itu. Selama diskusi kelompok siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya untuk pembuktian kebenaran dari penemuannya, dan

melakukan pembuktian kebenaran secara berkelompok atas penemuanya.

Presentasi Hasil Kerja

1. Hasil kerja kelompok dipresentasikan, dan dibuat tabulasi data masing-masing

kelompok.

2. Melakukan pembahasan secara bersama-sama untuk membuktikan kebenaran

penemuan dari masing-masing kelompok, terbukti atau tidak.

Kesimpulan

Merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan dan membuat

kesimpulan tentang pembuktian kebenaran dari hasil penemuan yang telah

dilakukan siswa secara berkelompok.

10

Page 11: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

c. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap

pemahaman materi pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi berupa tes soal-

soal yang dijawab secara individu.

B. Pengertian Media

Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang

sangat penting. Karena dalam kegiatan pembelajaran ketidakjelasan bahan

pelajaran yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

perantara. Kerumitan bahan ajar dapat disederhanakan oleh media.

Media sebagai alat bantu pembelajaran merupakan suatu kenyataan yang

tidak bisa dipungkiri. Karena gurulah yang menghendaki tugas dalam

menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

anak didik. Guru sadar, bahwa tanpa media bahan pelajaran sulit untuk dicerna,

dan dipahami oleh peserta didik.

Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,

perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam

proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat atau grafis, fotografis, atau

elektroniks untuk menangkap, memroses, atau menyusun kembali informasi

visual atau verbal (Kosasih 2007:10). Sedangkan Syaiful Bahri (2006: 136)

menyatakan bahwa media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun

11

Page 12: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

keterampilan.

AECT (Assosiation of Education an communication Technology, 1977),

memberikan batasan bahwa media sebagai segala bentuk saluran yang

dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.. Asosiasi Pendidikan

Nasional (National Education Assosiation/NEA) memberi batasan media sebagai

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatannya.

Heinich, Molenda, Russel (1996: 8) mengartikan bahwa: “A medium

(plural media) is a channel of communication, example include film, televition,

histogram, printed material, computer instructors. (media adalah saluran

komunikasi termasuk film, televisi, histogram, materi tercetak, komputer dan

instruktur).

Dari berbagai batasan di atas dapat dirumuskan bahwa media adalah

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang

pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga

dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

Media tiga dimensi pun dapat meningkatkan rasa ingin tahu, karena siswa

mencoba sendiri menemukan rumus-rumus melalui praktik yang konkrit. Siswa

dapat mengidentifikasi darimana rumus-rumus itu dan memahami proses

terbentuknya sehinga pada akhirnya dapat mengapklikasikan.

12

Page 13: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

1. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Ciri-ciri khusus media pembelajaran berbeda menurut tujuan dan

pengelompokkannya. Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya

membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman, dan pengecapan (R. Angkowo, 2007: 11).

Secara umum media pembelajaran adalah media itu dapat diraba, dilihat,

didengar, dan diamati melalui panca indera. Media pembelajaran dapat digunakan

sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar

kelas. Media pembelajaran mengandung aspek alat-alat dan teknis yang sangat

erat pertaliannya dengan metode mengajar. Dalam memilih media pembelajaran

harus mengenal karakteristik jenis media tersebut. Dalam memilih media perlu

diperhatikan tiga hal:

1. Kejelasan maksud dan tujuan pemilihan tersebut;

2. Sifat dan ciri media yang akan dipilih;

3. Adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilhan media

pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya

alternatif -alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan (Kosasih, 2007:

12)

Menurut Heinich, Molenda, Russel (1996: 8) jenis media yang lazim

dipergunakan dalam pembelajaran antara lain, media nonproyeksi, media

proyeksi, media audio, media gerak, media komputer, komputer multi media, dan

media jarak jauh.

13

Page 14: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Jenis-jenis media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, histogram, poster, kartun

dan komik, media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu

media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

2. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk model padat, model

penampang, model susun, model kerja, dan diorama.

3. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, dan OHP.

4. Lingkungan sebagai media pembelajaran.

2. Media sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk

dikonsumsi setiap anak didik, nilai-nilai tidak dating dengan sendirinya, tetapi

terambil dari berbagai sumber (Syaiful bahri, Aswan Zain, 2006:138-139).

Sumber belajar sesunggunya banyak terdapat dimana-mana. Udin Saripudin dan

Winataputra (1999: 65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima

kategori, yaitu manusia, buki/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan

media pendidikan.

Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu

guru memperkaya wawasan anak didik. Keaneka ragaman media yang dijadikan

sebagai sumber belajar memberikan pengalaman dan pengetahuan yang luas bagi

anak didik.

14

Page 15: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

C. Bangun Ruang Sisi Tegak

Media tiga dimensi merupakan media dalam bentuk model padat,

penampang, model susun, model kerja, dan diarama. Media tiga dimensi dalam

pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar dapat

mempermudah pemahaman rumus. Dalam pembelajarannya siswa

diperkenalkan berbagai bentuk bangun ruang sisi datar. Bangun-bangun tersebut

berupa; kubus, balok, prisma, limas.

a. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua belas garis sebagai

sisinya yang membentuk bangun persegi sama sisi yang berdimensi tiga

(Prasetyono:257). Dengan kata lain bangun kubus dibangun dari enam buah

bangun datar persegi atau bujur sangkar yang disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk sebuah bangun yang berdimensi tiga.

b. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang berdimensi tiga yang dibatasi oleh

dua belas garis sebagai sisinya yang membentuk bangun persegi panjang yang

terdiri dari tiga pasang yang kongruen (Prasetyono:260). Dengan kata lain suatu

balok memiliki pasangan sisi yang berbentuk daerah persegi panjang yang setiap

pasangnya kongruen.

c. Prisma

15

Page 16: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Suatu bangun ruang yang dibatasi dua bidang sejajar yang kongruen

sebagai bidang alas dan bidang atas serta bidang-bidang lainnya sebagai sisi tegak

(Ponco:65).

d. Limas

Suatu bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak dan bidang-

bidang sisi tegaknya berbentuk segi tiga yang berpotongan pada satu titik. Titik

potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik puncak limas (Ponco:67).

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan kajian pustaka yang telah

dideskripsikan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis tindakan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

“Penerapan Model Enquiry-discovery learning dengan media tiga dimensi dapat

meningkatkat pemahaman rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus

dan balok pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 12

Serang “

16

Page 17: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah desain atau rancangan.

Desain penelitian merupakan salah satu rancangan agar peneliti memperoleh data-

data secara tepat (valid) sesuai dengan sifat-sifat variabel dan tujuan penelitian.

Desain penelitian yang akan dilakukan yaitu berupa rencana tindakan yang

meliputi; 1) setting penelitian, 2) objek atau subjek yang diteliti, 3) pelaksanaan

tindakan, 4) pengumpulan data, dan 5) analisis data.

B. Waktu, Obyek, dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli-Agustus tahun 2008. Adapun yang

menjadi lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 12 Serang. Sekolah ini lokasinya

berada dipinggir kota Serang dengan tipe sekolah B. Dipilihnya sekolah ini

sebagai tempat penelitian karena peneliti bertugas di sekolah tersebut. SMP

Negeri 12 Serang memiliki karakter siswa yang unik dalam perilaku belajar.

Siswa belum memahami bahwa belajar sebagai kebutuhan bagi dirinya.

Keunikan karakter ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

kondisi lingkungan, ekonomi, motivasi orang tua, dan minat siswa. Siswa harus

selalu dituntun dan dimotivasi terus menerus. Siswa yang dijadikan objek

penelitian adalah siswa kelas IX B yang berjumlah 42 orang.

17

Page 18: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

C. Langkah-Langkah Penelitian

Pelaksanaan tindakan merupakan langkah riil yang dilakukan oleh peneliti

untuk memperoleh data hasil penelitian. Agar pelaksanaan tindakan ini beralur

maka penulis menggambarkan dalam bentuk siklus Suharsimi Arikunto sebagai

berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan action research tentang rencana

tindakan yang dilakukan. Adapun tindakan yang dilakukan peneliti pada tahap ini

sebagai berikut:

1. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi), monitoring dan lembar

kerja siswa sebagai insrumen-instrumen penelitian.

REFLEKSI PENGAMATAN/PENGUMPULAN DATA

PELAKSANAAN TINDAKAN

PERENCANAAN TINDAKAN

DILANJUTKAN SIKLUS BERIKUTNYA

18

PERMASALAHANJIKA BELUM SELESAI

PERMASALAHAN

Page 19: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

2. Memotivasi siswa untuk belajar materi bangun ruang sisi datar yang

berbentuk kubus dan balok yang telah disajikan dalam bentuk gambar dan

alat peraga.

3. Mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 6 orang.

4. Mempersiapkan alat peraga bangun ruang.

5. Membagikan lembar kerja siswa pada masing-masing kelompok.

6. Melaksanakan pengamatan, dan memberikan soal-soal.

7. Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan tahapan-tahapan.

Tabel 3.1 Tahap Persiapan Tindakan

No.sk / kd

Standar Kompetensi /Kompetensi Dasar

Alo kasi

Model Rencana Pembelajaran

Dominasi Tindakan

2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.3

Kubus dan balok

Unsur-unsur kubus dan balok

Merancang jaring-jaring kubus dan balok

Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok.

2

2

2

Kubus, balok

Inquiry-discovery learning

Inquiry-discovery learning

I

II

III

Peningkatan pemberian motivasi

Pemberdaya an siswa

Pemberdayaan siswa

19

Page 20: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Tabel 3.2 Implementasi Tindakan

Siklus Tahap I Tahap II Tahap IIII

II

25 Juli 2008

KBM sub. 2.1.1

Apersepsi

KBM didominasi

Pengenalan unsur-

unsur bangun ruang sisi

datar kubus dan balok

8 Agustus 2008

KBM refleksi Siklus I

Tahap I

Kerja Kelompok

dengan model enquiry-

discovery

26 Juli 2008

KBM refleksi sub 2.1.1

KBM sub 2.1.2

Kerja Kelompok

dengan model enquiry-

discovery

9 Agustus 2008

KBM refleksi Siklus I

Tahap I dan II

Kerja Kelompok

Dengan model

Enquiry-discovery

Presentasi Kerja

Kelompok

1- 2 Agustus 2008

KBM refleksi sub

2.1.2

KBM sub 2.1.3

Kerja

kelompok dengan

model enquiry-

discovery

Analisa Siklus I

15-23 Agustus 2008

KBM refleksi

Siklus I

Tahap II dan III

Kerja Kelompok

Dengan model

Enquiry-

discovery

Presentasi Kerja

Kelompok

Analisa Siklus II

Pembuatan Laporan

20

Page 21: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini adalah penerapan skenario pembelajaran yang diterapkan.

Adapun skenario pembelajaran yang diterapkan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Langkah Pembelajaran Enquiry-Discovery

LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Orientasi Masalah

2.Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil

Menginformasikan tujuan pembelajaran Menciptakan lingkungan kelas yang

memungkinkan terjadinya pertukaran ide yang terbuka

Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah

Membantu siswa menemukan konsep rumus bangun ruang

Mendorong siswa untuk terbuka dengan teman kelompoknya dalam penyampaian ide dan penemuan secara aktif

Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan

Memberikan kemudahan kepada siswa dalam pengerjaan atau penemuan terhadap masalah yang dihadapi

Mengerjakan dan menyelesaikan tugas Mendorong kerjasama Mendorog dialog, diskusi dengan teman Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas yang berkautan dengan penemuan

Membantu merumuskan hipotesis Membantu meberikan solusi

Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan

Membimbing siswa menyajikan hasil kerja

21

Page 22: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

kerja

5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil penemuan

Membantu siswa mengkaji ulang hasil penemuan

Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

Mengevaluasi materi

3. Pengamatan atau Observasi

Pada tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan skenario

pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran

yang sedang berlangsung. Pengamatan ini sebagai penilaian proses yang

diskorkan dalam lembar pengamatan .

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengkaji ulang secara menyeluruh terhadap

tindakan penelitian yang dilakukan. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisis,

sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah

dilakukan.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket,

wawancara, monitoring, dan tes. Prosedur yang ditempuh sebagai berikut:

22

Page 23: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Mengumpulkan data nama-nama siswa yang dijadikan subjek yang

diteliti.

Melakukan observasi atas minat siswa dalam mengikuti pembelajaran

bangun ruang sisi datar.

Menyebarkan angket

Melakukan wawancara

Melaksanakan tes.

2. Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif atau mendeskripsikan data hasil

penelitian yaitu dengan cara memmaparkan atau mendeskripsikan data hasil

penelitian. Data yang dianalisis adalah:

Observasi Penerapan Metode Enquiry-discovery

Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran

dalam siklus. Penskoran dinyatakan dalam bentuk angka (jumlah) yang

kemudian diprosentasekan.

Skor Maksimal = 10 x 4 x 42 = 1680

Prosentase = Jumlah skor x 100% Skor maksimal

23

Page 24: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Angket siswa

Angket ini diberikan kepada siswa pada akhir siklus II. Penskorannya

sebagai berikut:

Jawaban A, diberi skor 3

Jawaban B, diberi skor 2

Jawaban C, diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3 x 42

= 1260 Prosentase = Jumlah skor x 100% Skor maksimal

Angket Guru

Angket ini diberikan kepada siswa pada akhir siklus II. Penskorannya

sebagai berikut:

Jawaban A, diberi skor 3

Jawaban B, diberi skor 2

Jawaban C, diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3 = 30

Prosentase = Jumlah skor x 100% Skor maksimal

Wawancara Guru

Kolaborator/guru mitra mengadakan wawancara kepada guru objek PTK.

Penskorannya sebagai berikut:

24

Page 25: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Jawaban Selalu diberi skor 3

Jawaban Kadang-kadang diberi skor 2

Jawaban Tidak pernah diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3

= 30

Prosentase = Jumlah skor x 100% Skor maksimal

Wawancara Siswa

Kolaborator/guru mitra mengadakan wawancara kepada siswa objek PTK.

Penskorannya sebagai berikut:

Jawaban Selalu diberi skor 3

Jawaban Kadang-kadang diberi skor 2

Jawaban Tidak pernah diberi skor 1

Skor Maksimal = 10 x 3 x 42 = 1260

Prosentase = Jumlah skor x 100% Skor maksimal

Hasil TesPedoman penskoran hasil tes akhir sebagai berikut:

Skor Maksimal = 100 x 42 = 4200

Rata-rata NA = Jumlah skor Jumlah siswa

Prosentase = Jumlah skor x 100% Jumlah siswa

25

Page 26: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama yang

dibagikan kepada 42 responden di kelas IX B SMP Negeri 12 Serang. Pada bagian

ini akan disajikan data hasil penelitian, secara berturut-turut diuraikan dua hal

pokok; yaitu (1) Hasil penelitian, (2) Pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisisis deskriptif,

yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan serta menetapkan kecenderungan

data. Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1. Data hasil penelitian ditabulasikan secara nominal

2. Hasil tabulasi data digambarkan dalam bentuk histogram

3. Hasil histogram berupa angka prosentase

4. Angka prosentase dideskripsikan berdasarkan kecenderungan tindakan yang

dilakukan guru dan reaksi siswa sebagai upaya peningkatan pemahaman

rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan

model enquiry-discover learning..

26

Page 27: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak dalam mengikuti proses

pembelajaran menemukan rumus bangun ruang sisi datar kubus balok dengan

model pembelajaran enquiry-dicovery, maka akan dibandingkan respon siswa

berdasarkan selisih prosentase setelah diberi perlakuan tindakan.

1. Hasil Observasi Proses Pembelajaran

0

20

40

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 1

Kesimpulan : Dari 42 responden terdapat kenaikan minat dalam mengikuti

pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar

kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning . Berdasarkan

histogram hasil pengolahan data rata-rata untuk observasi proses pembelajaran

dalam siklus 1= 60,47% dan Siklus 2= 71,55%. Dengan demikian minat siswa

dalam pembelajaran menemukan proses pembentukan rumus luas bangun ruang

sisi datar kubus dan balok mengalami peningkatan 11,08%.27

Page 28: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

2. Hasil Angket Proses Pembelajaran

a. Siswa

0

5

10

15

20

25

30

1 6 11 16 21 26 31 36 41

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 2

Kesimpulan : Dari 42 responden terdapat kenaikan aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi

datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning. Berdasarkan

histogram hasil pengolahan data siswa rata-rata angket siswa dalam

pembelajaran pada siklus 1= 69,44% dan Siklus 2= 80,79%. Berdasarkan

prosentase masing-masing siklus tersebut, terdapat peningkatan aktivitas

pembelajaran sebesar 11,35%.

b. Bagi guru

18

20

22

24

26

1

SIKLUS 1

SIKLUS 2

28

Page 29: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 3

Kesimpulan : Berdasarkan histogram hasil pengolahan data angket guru dalam

pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar

kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning rata-rata hasil angket

siklus 1= 70%, dan siklus 2= 83% . Berdasarkan angket tersebut maka aktivitas

guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan 13%.

3. Hasil Wawancara Proses Pembelajaran

a. Wawancara Siswa

05

10

1520

25

30

1 6 11 16 21 26 31 36 41

SIKLUS 1SIKLUS 2

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 2

Kesimpulan : Berdasarkan histogram hasil pengolahan data wawancara siswa

dalam proses pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang

sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery learning rata-rata

hasil wawancara dengan siswa, siklus 1= 66,14%, dan siklus 2= 77,93%.

Berdasarkan data tersebut maka respon terhadap pembelajaran mengalami

peningkatan 11,79%.

29

Page 30: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

b. Wawancara Guru

18

20

22

24

1

SIKLUS 1SIKLUS 2

Keterangan : Pernyataan nomor 1 s.d. 10 lihat lampiran 3

Kesimpulan : Berdasarkan histogram hasil pengolahan data wawancara guru

dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan aktivitas. Siklus 1= 67%, dan

siklus 2= 80%. Berdasarkan wawancara dengan guru tersebut respon terhadap

pembelajaran dengan model Enquiry-discovery learning mengalami peningkatan

13 %.

4. Hasil Tes

0

20

40

60

80

100

1 6 11 16 21 26 31 36 41

SIKLUS 1

SIKLUS 2

30

Page 31: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

Berdasarkan hasil tes diperoleh nilai rata-rata pada siklus 1= 59,04, pada

siklus 2= 70,02. Dari uraian data tersebut terdapat peningkatan hasil belajar

sebesar 10,98%

Dengan demikian pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas

bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-discovery

learning dapat meningkatkan pemahaman siswa yang ditandai dengan

meningkatnya nilai hasil belajar pada setiap siklus penelitian yang dilakukan.

Peningkatan ini dapat di lihat dari rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus 2

dalam prosentase peningkatannya.

31

Page 32: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Mengacu pada data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika pada pokok bahasan menemukan proses pembentukan

rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan model enquiry-

discovery learning mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 12 Serang. Besarnya pengaruh tersebut

sebagai berikut:

1. Model enquiry-discovery learning mampu meningkatkan pemahaman siswa

terhadap menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus

dan balok. Hal ini dibuktikan berdasarkan siklus 1 memperoleh rata-rata nilai

tes siklus 1=59,04 dan siklus 2= 70.02

2. Peningkatan tersebut dapat diprosentasekan sebagai berikut; Siklus 1 ke siklus

2= 10,98% Dengan demikian terbukti bahwa pembelajaran menemukan

pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok dengan

model enquiry-discovery learning, dapat meningkatkan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian, pembahasan dan simpulan

menunjukkan adanya pengaruh model enquiry-discovery lerning dalam

32

Page 33: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

pembelajaran menemukan pembentukan rumus luas bangun ruang sisi datar

kubus dan balok mengalami peningkatan. Karena besarnya peningkatan tersebut,

maka diperlukan saran kepada berbagai pihak yang terkait terutama kepada

pembelajar sebagai berikut:

1. Pembelajar hendaknya dapat memilih berbagai model pembelajaran dan

pendekatan yang relevan dengan kebutuhan dunia peserta didik dan

lingkugannya. Pendekatan pembelajaran yang releven mampu memberikan

kegairahan, minat dan pengembangan potensi yang dimiliki siswa.

Pendekatan pembelajaran hendaknya sesuai dengan konteks dunia nyata

bukan dunia abstrak.

2. Pembelajar hendaknya mampu menumbuhkan minat belajar bisa memberikan

motivasi agar dapat mencapai hasil belajar yang baik, penuh gairah,

menyenangkan dan menakjubkan.

3. Pembelajar hendaknya mampu menumbuhkan suasana belajar yang kondusif ,

di ruang kelas atau di alam terbuka dengan konteks bahan ajar yang

disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki siswa.

4. Untuk peneliti selanjutnya

Secara teoritis variabel yang berpengaruh terhadap prestasi belajar itu banyak

bila dillihat dari berbagai faktor. Karena keterbatasan kami, maka model

enquiry-discovery learning dijadikan sebagai faktor yang dominan dalam

upaya peningkatan prestasi belajar, walaupun masih banyak faktor lain. Bagi

33

Page 34: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

peneliti selanjutnya dapat mencari faktor-faktor lain yang dapat dijadikan

bahan penelitian dengan mencari berbagai metode pembelajaran yang relevan.

Demikian uraian bab V ini yang mengemukakan simpulan dan saran

yang berkaitan dengan upaya meningkatan pemahaman menemukan pembentukan

rumus luas bangun ruang sisi datar kubus dan balok pada siswa kelas IX B SMP

Negeri 12 Serang.

34

Page 35: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

DAFTAR PUSTAKA

AECT. 1996. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Angkowo.R, Kosasih A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT

Grasindo

Degeng, NS. 2005. Teori Belejar dan Pembelajaran. Universitas PGRI Adi Buana

Surabaya

Djamarah. SB, Zain A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwi Prasetyono, Sunar . 2008. Matematika Dasar. Yogyakarta: Think

Murwani, Santosa, 2005. Model Proposal Penelitian. Jakarta: UHAMKA.

Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa

Mustaji, Sugiarso. 2005. Pembalajaran Berbasis Konstruktivistik. Surabaya:

Unessa University Press.

Muwarni S. 2005. Metodologi Penelitian Ilmiah. Jakarta: Uhamka

Natawijaya R. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Mutiara

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Rochiati,R. 2006. Model pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Sujatmiko, Ponco. 2005. Matematika Kreatif. Solo: Tiga Serangkai

35

Page 36: LAPORAN AKHIR · Web viewBagi instansi lembaga pendidikan khususnya persekolahan penelitian ini mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan

36