Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
JUDUL PENELITIAN :
PENGGUNAAN BERBAGAI METODA VEHICLE ROUTING PROBLEMS (VRP)
DALAM PENENTUAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANDUNG
Tahun ke-2 dari rencana 2 tahun
Ketua Tim/Anggota Peneliti :
Dr. Ir. Yogi Yogaswara, MT (Ketua Tim) NIDN : 0408076902 Ir. Wahyukaton, MT (Anggota Tim) NIDN : 0407026701
Dr. Ir. Anni Rochaeni, MT (Anggota Tim) NIDN : 0430076901
Dibiayai oleh : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan SK Nomor 7/E/KPT/2019, tanggal 19 Pebruari 2019, dan Kontrak Penelitian Nomor : 2652/L4/PP/2019, Tanggal 19 Maret 2019
UNIVERSITAS PASUNDAN NOPEMBER 2019
Kode / Nama Rumpun Ilmu : 435 / Teknik Industri
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
JUDUL PENELITIAN :
PENGGUNAAN BERBAGAI METODA VEHICLE ROUTING PROBLEMS (VRP)
DALAM PENENTUAN RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANDUNG
Tahun ke-2 dari rencana 2 tahun
Ketua Tim/Anggota Peneliti :
Dr. Ir. Yogi Yogaswara, MT (Ketua Tim) NIDN : 0408076902 Ir. Wahyukaton, MT (Anggota Tim) NIDN : 0407026701
Dr. Ir. Anni Rochaeni, MT (Anggota Tim) NIDN : 0430076901
Dibiayai oleh : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan SK Nomor 7/E/KPT/2019, tanggal 19 Pebruari 2019, dan Kontrak Penelitian Nomor : 2652/L4/PP/2019, Tanggal 19 Maret 2019
UNIVERSITAS PASUNDAN NOVEMBER 2019
Kode / Nama Rumpun Ilmu : 435 / Teknik Industri
i
HALAMAN PENGESAHAN Judul : Penggunaan Berbagai Metoda Vehicle Routing Problems
(VRP) Dalam Penentuan Rute Pengangkutan Sampah di Kota Bandung
Peneliti/Pelaksana Nama Lengkap : Dr. Ir YOGI YOGASWARA, M.T Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan NIDN : 0408076902 Jabatan Fungsional : Lektor Program Studi : Teknik Industri Nomor HP : 0816606180 Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota (1) Nama Lengkap : Ir WAHYU KATON M.T NIDN : 0407026701 Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan
Anggota (2) Nama Lengkap : Dr. Ir ANNI ROCHAENI M.T NIDN : 0430076901 Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan
Institusi Mitra (jika ada) Nama Institusi Mitra : - Alamat : - Penanggung Jawab : - Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp 107,260,000 Biaya Keseluruhan : Rp 107,260,000
Bandung, 16 - 11 - 2019 Ketua,
(Dr. Ir Yogi Yogaswara, M.T)
NIP/NIK 151 101 74
Menyetujui, Dekan Fakultas Teknik
(Dr. Ir. Yusman Taufik, M.P.) NIP/NIK 151 102 30
ii
RINGKASAN
Sistem pengangkutan sampah merupakan bagian dari penangan sampah di suatu
kota. Sistem ini merupakan sistem penghubung antara sumber/TPS dengan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) atau Stasiun Peralihan Antara (SPA). Sesuai dengan
perencanaan pengelolaan sampah di Kota Bandung, sampah dari berbagai TPS akan
dibawa terlebih dahulu ke SPA sebelum dibawa ke TPA Legoknangka, yang
berjarak cukup jauh dari daerah pelayanan. Dengan adanya rencana pengadaan SPA
di Gedebage untuk wilayah Bandung Timur dan Selatan, dan SPA Leuwigajah
untuk wilayah Bandung Utara dan Bandung Barat, diperlukan alternatif rute
pengangkutan dari TPS ke SPA. Sistem pengangkutan di Kota Bandung dikenal
dua jenis, salah satunya Sistem Kontainer Tinggal atau Stationary Container System
(SCS) dimana satu truk melayani beberapa lokasi TPS. Sistem pengangkutan
sampah SCS memerlukan rute yang baik agar biaya operasional dapat diminimasi.
Salah satu cara merancang rute pengangkutan adalah Vehicle Route Problem
(VRP). VRP sendiri terdapat banyak pendekatan heuristik, pada penelitian ini
pendekatan yang digunakan adalah Nearest Neighbor, Saving, Tabu Search dan
Algoritma Genetika. Penelitian tahun pertama difokuskan perancangan rute
pengangkutan sampah dengan menggunakan pendekatan Nearest Neighbor dan
Saving. Untuk penelitian tahun kedua difokuskan pada perancangan rute
pengangkutan sampah dengan menggunakan pendekatan Insertion Heuristic, yang
kemudian dioptimisasi dengan menggunakan metode metaheuristik Tabu Search
dan Algoritma Genetika serta membuat perbandingan dari ketiga pendekatan
tersebut untuk mendapatkan rute terpendek yang kemudian akan mendapatkan
waktu pengangkutan yang tercepat dan mendapatkan ongkos operasi yang
minimum serta jadwal pengangkutan sampah di setiap TPS. Luaran yang dihasilkan
adalah Jurnal nasional terakreditasi, prosiding internasional dan bahan ajar dengan
luaran tambahan HaKI dan buku ajar. TKT penelitian yang diusulkan adalah di
tingkat 3.
Kata Kunci: Vehicle Route Problem (VRP), Tabu Search, Algoritma Genetika, Stasiun Peralihan Antara (SPA),
iii
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan ke hadlirat Allah SWT, sehingga atas perkenanNya laporan
akhir Penelitian Unggulan Dasar Perguruan Tinggi (PDUPT) dengan judul Penggunaan
Berbagai Metoda Vehicle Routing Problems (VRP) Dalam Penentuan Rute
Pengangkutan Sampah di Kota Bandung dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.
Pada laporan akhir pada tahun terakhir ini hasil penelitian sudah menunjukkan hasil
rencana penelitian yang telah dilakukan. Data telah berhasil dikumpulkan dan sudah
dilakukan pengolahan data, demikian pula dengan luaran yang direncanakan telah
dikirim dua buah artikel untuk diterbitkan pada prosiding internasional dan jurnal
nasional, serta draft penyusunan bahan ajar serta buku.
Terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Republik Indonesia
dan Lembaga Penelitian Universitas Pasundan yang telah membantu mendanai dan
memfasilitasi penelitian ini sehingga dapat dilaksanakan.
Bandung, 16 November 2019
Ketua Tim Peneliti
Dr. Ir. Yogi Yogaswara, MT
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i
RINGKASAN ........................................................................................................ ii
PRAKATA ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Hipotesis ....................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
2.1 Pengertian Sampah ....................................................................................... 7
2.2 Vehicle Routing Problem (VRP) .................................................................. 7
2.2.1 Definisi Vehicle Routing Problem (VRP) .................................................... 7
2.2.2 Open Vehicle Routing Problem (OPRV) ................................................... 11
2.3 Metode Heuristik untuk Pemecahan Masalah VRP ................................... 12
2.3.1 Metode Saving (Clarke and Wright) .......................................................... 13
2.3.2 Algoritma Genetika .................................................................................... 15
2.4 Metode pada Operator Genetika ................................................................ 18
2.4.1 Seleksi ........................................................................................................ 19
2.4.2 Crossover ................................................................................................... 20
2.4.3 Mutasi ......................................................................................................... 21
2.5 Vehicle Routing Problem With Time Windows (VRPTW) ........................ 22
2.6 Peta Jalan Penelitian ................................................................................... 25
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ....................................... 26
3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 26
3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 26
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 27
4.1 Model Pemecahan Masalah........................................................................ 27
4.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ..................................................... 34
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ......................................... 42
v
5.1 Kota Bandung Wilayah Barat .................................................................... 42
5.1.1 Volume Bak Sampah di Wilayah Barat ..................................................... 42
5.1.2 Jumlah dan Kapasitas Kendaraan............................................................... 43
5.1.3 Data Waktu dan Biaya yang Dibutuhkan ................................................... 44
5.2 Pengolahan Data ........................................................................................ 45
5.2.1 Matriks Jarak .............................................................................................. 45
5.2.2 Matriks Savings .......................................................................................... 48
5.2.3 Perancangan Rute ....................................................................................... 51
5.3 Pengelompokan Sub Cluster ...................................................................... 70
5.4 Time Windows ............................................................................................ 70
5.5 Kota Bandung Wilayah Utara .................................................................... 76
5.5.1 Penyusunan Rute ........................................................................................ 76
5.5.2 Biaya Pengangkutan ................................................................................... 77
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 83
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 83
6.2 Saran ........................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84
LAMPIRAN ......................................................................................................... 88
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Variasi Permasalahan Umum VRP serta Keterkaitannya ................... 9
Gambar 2.2 Ilustrasi Konsep Penghematan .......................................................... 14
Gambar 2.3 Peta Jalan Penelitian .......................................................................... 25
Gambar 4.1 Peta Wilayah Operasional Pengangkutan Sampah Kota Bandung ... 27
Gambar 4.2 Konsep Umum Metode Savings ........................................................ 28
Gambar 4.3 Modifikasi metode savings untuk kasus pengangkutan sampah di
Kota Bandung wilayah Barat ................................................................................ 30
Gambar 4.4 Flowchart VRPTW dengan Algoritma Savings ................................ 32
Gambar 4.5 Flowchart Usulan Pemecahan Masalah ............................................ 34
Gambar 4.6 Flowchart Penyelesaian Masalah dengan Algoritma Genetika ........ 38
Gambar 4.7 Flowchart Seleksi Roulette Wheel .................................................... 39
Gambar 4.8 Flowchart Position Bsed Crossover .................................................. 40
Gambar 4.9 Flowchart Reciprocal Exchange Mutation ....................................... 41
Gambar 5.1 Peta Lokasi Titik Sampah dan Pool Wilayah Barat .......................... 43
Gambar 5.2 Jenis Kendaraan Dumptruck 6 m3 ..................................................... 44
Gambar 5.3 Rute Sub cluster 1 ............................................................................. 56
Gambar 5.4 Rute Sub cluster 2 ............................................................................. 57
Gambar 5.5 Rute Sub cluster 3 ............................................................................. 58
Gambar 5.6 Rute Sub cluster 4 ............................................................................. 59
Gambar 5.7 Rute Sub cluster 5 ............................................................................. 59
Gambar 5.8 Rute Sub cluster 6 ............................................................................. 60
Gambar 5.9 Rute Sub cluster 7 ............................................................................. 61
Gambar 5.10 Rute Sub cluster 8 ........................................................................... 61
Gambar 5.11 Rute Sub cluster 9 ........................................................................... 62
Gambar 5.12 Rute Sub cluster 10 ......................................................................... 63
Gambar 5.13 Rute Sub cluster 11 ......................................................................... 63
Gambar 5.14 Rute Sub cluster 12 ......................................................................... 64
Gambar 5.15 Rute Sub cluster 13 ......................................................................... 65
Gambar 5.16 Rute Sub cluster 14 ......................................................................... 65
Gambar 5.17 Rute Sub cluster 15 ......................................................................... 66
Gambar 5.18 Rute Sub cluster 16 ......................................................................... 67
vii
Gambar 5.19 Rute Sub cluster 17 ......................................................................... 67
Gambar 5.20 Rute Sub cluster 18 ......................................................................... 68
Gambar 5.21 Rute Sub cluster 19 ......................................................................... 68
Gambar 5.22 Rute Sub cluster 20 ......................................................................... 69
Gambar 5.23 Rute Sub cluster 21 ......................................................................... 69
Gambar 5.24 Rute Sub cluster 22 ......................................................................... 69
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pola reduksi sampah di Kota Bandung ................................................... 2
Tabel 2.1 Daftar Istilah pada Algoritma Genetika ................................................ 16
Tabel 4.1 Bentuk Matriks Jarak ............................................................................ 31
Tabel 5.1 Data Volume Bak Sampah di Wilayah Barat (satuan m3) .................... 42
Tabel 5.2 Matriks Jarak (Km) ............................................................................... 45
Tabel 5.3 Matriks Savings ..................................................................................... 48
Tabel 5.4 Urutan nilai savings .............................................................................. 51
Tabel 5.5 Pengelompokan Sub cluster .................................................................. 70
Tabel 5.6 Waktu Pelayanan Sub Cluster 1 ............................................................ 71
Tabel 5.7 Waktu Pelayanan Sub Cluster 4 ............................................................ 71
Tabel 5.8 Waktu Pelayanan Sub Cluster 21 .......................................................... 71
Tabel 5.9 Waktu Pelayanan Sub Cluster 22 .......................................................... 71
Tabel 5.10 Waktu Pelayanan Sub Cluster 2 .......................................................... 71
Tabel 5.11 Waktu Pelayanan Sub Cluster 5 .......................................................... 72
Tabel 5.12 Waktu Pelayanan Sub Cluster 8 .......................................................... 72
Tabel 5.13 Waktu Pelayanan Sub Cluster 11 ........................................................ 72
Tabel 5.14 Waktu Pelayanan Sub Cluster 16 ........................................................ 72
Tabel 5.15 Waktu Pelayanan Sub Cluster 3 .......................................................... 73
Tabel 5.16 Waktu Pelayanan Sub Cluster 15 ........................................................ 73
Tabel 5.17 Waktu Pelayanan Sub Cluster 17 ........................................................ 73
Tabel 5.18 Waktu Pelayanan Sub Cluster 18 ........................................................ 73
Tabel 5.19 Waktu Pelayanan Sub Cluster 19 ........................................................ 73
Tabel 5.20 Waktu Pelayanan Sub Cluster 6 .......................................................... 74
Tabel 5.21 Waktu Pelayanan Sub Cluster 7 .......................................................... 74
Tabel 5.22 Waktu Pelayanan Sub Cluster 12 ........................................................ 74
Tabel 5.23 Waktu Pelayanan Sub Cluster 20 ........................................................ 74
Tabel 5.24 Waktu Pelayanan Sub Cluster 9 .......................................................... 75
Tabel 5.25 Waktu Pelayanan Sub Cluster 10 ........................................................ 75
Tabel 5.26 Waktu Pelayanan Sub Cluster 13 ........................................................ 75
Tabel 5.27 Waktu Pelayanan Sub Cluster 14 ........................................................ 75
Tabel 5.28 Rekapitulasi ......................................................................................... 76
ix
Tabel 5.29 Rekapitulasi rute baru wilayah Bandung Utara .................................. 77
Tabel 5.30 Perbandingan metode Clarke & Wright Saving dengan kondisi saat ini
............................................................................................................................... 77
Tabel 5.31 Perbandingan Biaya hasil Metode Clarke & Wright Savings dengan
kondisi saat ini. ..................................................................................................... 82
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Log Book 2. Sertifikat Presenter 11th International Seminar on Industrial Engineering and
Management (ISIEM) 3. Sertifikat Reviewer Proceeding 11th International Seminar on Industrial
Engineering and Management (ISIEM) 4. Sertifikat Presenter 1st International Conference on Enviroment,
Sustainability Issues, and Community Development (INCRID) 5. Acceptance Letter Artikel di Jurnal Media Teknik dan Sistem Industri
Publikasi di IOP Conference Series : Materials Science and Engineering 528 (2019) 012041, doi : 10.1088/1757-899X/528/1/012041
6. Sertifikat Workshop Badan Kerjasama Penyelenggara Pendidikan Teknik Industri Indonesia (BKSTI)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang merupakan negara nomor empat terpadat di dunia dengan jumlah
penduduk tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa, menghadapi banyak permasalahan
terkait sanitasi lingkungan terutama masalah pengelolaan sampah. Berdasarkan
target Millineum Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 tingkat pelayanan
persampahan ditargetkan mencapai 75% dan target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2014 sebesar 80% sampah perkotaan tertangani,
sedangkan berdasarkan target SDG’s pada tahun 2019 Indonesia harus mampu
menangani 100% sampah yang timbul. Di Indonesia berdasarkan data Biro Pusat
Statistik (BPS) tahun 2004, hanya 41,28% sampah yang dibuang ke lokasi tempat
pembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 35, 59%, dibuang ke sungai 14,01%,
dikubur sebesar 7,97% dan hanya 1,15% yang diolah sebagai kompos (Modul
Bintek, 2010). Sampah yang diangkut ke TPA meningkat menjadi 56% pada tahun
2006 (PPLP,2010). Pada tahun 2008, penanganan sampah yang diurug 68,85%,
pengomposan 7,19%, pembakaran 4,79%, dibuang ke sungai 2,99%, incinerator
skala kecil 6,59%, dan non-pengurugan 9,58% (Statistik Pengelolaan Sampah tahun
2008 dalam Damanhuri, 2010). Data terakhir berdasarkan SLHI 2013, disebutkan
bahwa rata-rata penanganan sampah di ibukota propinsi di seluruh Indonesia pada
tahun 2012 mencapai 67,47% (SLHI, 2013). Berdasarkan kondisi ini upaya
pengelolaan harus terus ditingkatkan untuk mencapai target yang telah ditentukan.
Salah satu permasalahan yang seringkali muncul dalam pengelolaan sampah kota
adalah sistem pengangkutan sampah yang tidak dilakukan dengan
mempertimbangkan efektifitas waktu dan biaya pengangkutan kendaraan
pengangkut sampah. Sehingga biaya pengangkutan menjadi komponen
pembiayaan yang memberatkan dalam pengelolaan sampah kota secara
keseluruhan. Rendahnya jumlah dan kapasitas kendaraan pengangkut, penentuan
rute pengangkutan dan keterbatasan biaya pengangkutan yang dialokasikan
menjadi alasan rendahnya tingkat pengangkutan sampah suatu kota.
Permasalahan yang sama dihadapi oleh Kota Bandung dimana penduduknya pada
tahun 2010 mencapai 2.394.933 jiwa, dengan luas kota sebesar 167,29 km2, maka
2
kepadatan penduduk mencapai 14.314 jiwa/km, merupakan salah satu kota terpadat
di Indonesia. Pada tahun 2009 Kota Bandung menghasilkan sampah sekitar 1551
ton sampah per hari dengan 66% berasal dari rumah tangga. Tingkat pelayanan
sampah kota saat ini berkisar 40-50%. (Damanhuri, 2009).
Berdasarkan penelitian Damanhuri (2009) terhadap 750 sampel rumah tangga di
Kota Bandung diperoleh data tentang pola reduksi sampah yang dilakukan oleh
masyarakat sebelum sampai ke TPA, diperlihatkan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Pola reduksi sampah di Kota Bandung Tingkat Pola reduksi sampah Ton %
Sumber Recovery anorganik 73,0 4,71
Pengomposan 7,0 0,45
Pembuangan sendiri 12,8 0,83
Pembuangan ke sungai 9,8 0,63
Pembakaran terbuka 69,6 4,49
Lain2 77,6 5,00
SUBTOTAL 249,8 16,11
Pengumpulan
dan
Pengangkutan
Recovery oleh sektor informal 29,0 1,87
Pembuangan tidak layak 437,2 28,19
SUBTOTAL 466,2 30,05
TOTAL SAMPAH TEREDUKSI SEBELUM
SAMPAI TPA
716,0 46,16
Sumber: Damanhuri, 2009
Dari penelitian tersebut terlihat bahwa sebesar 46,16% sampah Kota Bandung tidak
sampai ke TPA karena berbagai perlakuan. Hal ini menunjukkan rendahnya
kemampuan kota untuk menyediakan pelayanan sehingga masyarakat melakukan
penanganan sendiri. Cara reduksi sampah yang dominan dilakukan masyarakat
adalah dengan melakukan pembakaran sampah. Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh data bahwa hanya sekitar 835 ton/hr atau sekitar 54% sampah terangkut
ke TPA.
Saat ini PD Kebersihan Kota Bandung memiliki armada pengumpulan dan
pengangkutan dengan jumlah gerobak sebanyak 165 buah (2009) dan truk milik PD
3
Kebersihan Kota Bandung 111 unit truk dan 12 truk milik swasta (2009). Kota
Bandung sendiri memiliki 158 TPS (2010) yang tersebar di sejumlah wilayah. Dan
jarak dari Kota Bandung ke TPA Sarimukti mencapai 40 km (PD Kebersihan,
2009).
Dalam rencana pengembangan pengelolaan sampah Kota Bandung direncanakan
bahwa pada tahun 2017 lokasi TPA akan dipindahkan ke TPST Legok Nangka yang
berjarak lebih dari 40 km dan melewati jalan nasional yang mempunyai tingkat
kepadatan lalu lintas yang tinggi. Untuk mengantisipasi kepadatan lalulintas, maka
PD Kebersihan Kota Bandung merencanakan untuk mempunyai Stasiun Peralihan
Antara (SPA) di 2 lokasi, yaitu di Leuwigajah dan Gedebage. SPA Leuwigajah akan
digunakan untuk menampung sampah dari TPS-TPS di wilayah pelayanan Bandung
Barat dan Utara, sedangkan SPA Gedebage akan digunakan untuk menampung
sampah dari TPS-TPS di wilayah di Bandung Timur dan Selatan. Setelah dilakukan
pemadatan di SPA, sampah akan dibawa ke TPST Legok Nangka menggunakan
kendaran pengangkut kapasitas besar.
Saat ini terdapat 2 sistem pengangkutan yang dijalankan di Kota Bandung, yaitu
Haul Container System (HCS) atau Sistem Wadah Angkut (SWA) dan Stationery
Container System (SCS) atau Sistem Wadah Tinggal (SWT). Sistem HCS
memerlukan penentuan jadwal, sementara Sistem SCS memerlukan penentuan rute
karena satu kendaraan pengangkut melayani beberapa lokasi TPS tipe SCS.
Studi yang telah dilaksanakan (Wahyukaton, 2016) telah menghasilkan rute
pengangkutan sampah yang dimulai dari pool truk sampah dengan sistem SCS
menuju TPS-TPS ke SPA dan truk kembali ke pool menghasilkan 11 rute, dengan
menggunakan metoda Vehicle Routing Problem (VRP) – Nearest Neighbor (NN)
untuk wilayah Bandung Timur dan Bandung Selatan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapat beberapa rumusan
masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu:
Bagaimana perancangan rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan
menggunakan metoda VRP – Nearest Neighbor.
4
Bagaimana perancangan rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan
menggunakan metoda VRP – Time Windows.
Metoda mana yang menghasilkan jarak terpendek dengan memperhatikan
batasan-batasan yang telah ditentukan.
1.3 Hipotesis
Hipotesis untuk penelitian ini adalah:
Perancangan rute yang baik akan mengakibatkan menurunnya ongkos operasional
pengangkutan sampah dari TPS ke SPA dengan menggunakan tipe SCS di wilayah
Bandung.
Salah satu permasalahan yang seringkali muncul dalam pengelolaan sampah kota
adalah sistem pengangkutan sampah yang tidak dilakukan dengan
mempertimbangkan efektifitas waktu dan biaya pengangkutan kendaraan
pengangkut sampah. Sehingga biaya pengangkutan menjadi komponen
pembiayaan yang memberatkan dalam pengelolaan sampah kota secara
keseluruhan. Rendahnya jumlah dan kapasitas kendaraan pengangkut, penentuan
rute pengangkutan dan keterbatasan biaya pengangkutan yang dialokasikan
menjadi alasan rendahnya tingkat pengangkutan sampah suatu kota.
Permasalahan yang sama dihadapi oleh Kota Bandung dimana penduduknya pada
tahun 2010 mencapai 2.394.933 jiwa, dengan luas kota sebesar 167,29 km2, maka
kepadatan penduduk mencapai 14.314 jiwa/km, merupakan salah satu kota terpadat
di Indonesia. Pada tahun 2009 Kota Bandung menghasilkan sampah sekitar 1551
ton sampah per hari dengan 66% berasal dari rumah tangga. Tingkat pelayanan
sampah kota saat ini berkisar 40-50%. (Damanhuri, 2009). Dari penelitian tersebut
terlihat bahwa sebesar 46,16% sampah Kota Bandung tidak sampai ke TPA karena
berbagai perlakuan. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan kota untuk
menyediakan pelayanan sehingga masyarakat melakukan penanganan sendiri. Dari
hasil penelitian tersebut diperoleh data bahwa hanya sekitar 835 ton/hr atau sekitar
54% sampah terangkut ke TPA.
Dalam rencana pengembangan pengelolaan sampah Kota Bandung direncanakan
bahwa pada tahun 2017 lokasi TPA akan dipindahkan ke TPST Legok Nangka yang
berjarak lebih dari 40 km dan melewati jalan nasional yang mempunyai tingkat
5
kepadatan lalu lintas yang tinggi. Untuk mengantisipasi kepadatan lalulintas, maka
PD Kebersihan Kota Bandung merencanakan untuk mempunyai Stasiun Peralihan
Antara (SPA) di 2 lokasi, yaitu di Leuwigajah dan Gedebage. SPA Leuwigajah akan
digunakan untuk menampung sampah dari TPS-TPS di wilayah pelayanan Bandung
Barat dan Utara, sedangkan SPA Gedebage akan digunakan untuk menampung
sampah dari TPS-TPS di wilayah di Bandung Timur dan Selatan. Setelah dilakukan
pemadatan di SPA, sampah akan dibawa ke TPST Legok Nangka menggunakan
kendaran pengangkut kapasitas besar.
Saat ini terdapat 2 sistem pengangkutan yang dijalankan di Kota Bandung, yaitu
Haul Container System (HCS) atau Sistem Wadah Angkut (SWA) dan Stationery
Container System (SCS) atau Sistem Wadah Tinggal (SWT). Sistem HCS
memerlukan penentuan jadwal, sementara Sistem SCS memerlukan penentuan rute
karena satu kendaraan pengangkut melayani beberapa lokasi TPS tipe SCS.
Beberapa rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini,
yaitu:
Bagaimana merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan
menggunakan metoda VRP – metode Saving Clarke and Wright
Bagaimana merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan
menggunakan metoda VRP – Nearest Neighbor.
Bagaimana merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan
menggunakan metoda VRP – Algoritma Genetika.
Bagaimana merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan
menggunakan metoda VRP – Tabu Search.
Bagaimana jadwal pengangkutan sampah yang diusulkan sesuai dengan rute
yang telah terbentuk
Metoda mana yang menghasilkan jarak terpendek dengan memperhatikan
batasan-batasan yang telah ditentukan dan jadwal pengangkutan sampah di
masing-masing TPS.
6
Tujuan khusus dari penelitian ini:
Merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan menggunakan
metoda VRP – Metode Saving Clarke and Wright.
Merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan menggunakan
metoda VRP – Nearest Neighbor.
Merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan menggunakan
metoda VRP – Algoritma Genetika.
Merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan menggunakan
metoda VRP – Tabu Search
Menentukan jadwal pengangkutan sampah yang tepat
Melakukan perbandingan dari kedua metoda VRP untuk menentukan metoda
yang menghasilkan rute terpendek dan waktu terpendek serta jadwal
pengangkutan sampah di setiap TPS dengan memperhatikan batasan-batasan
yang telah ditentukan.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Sampah merupakan salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh masyarakat
terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar yang cenderung padat penduduk.
Definisi sampah menurut Badan Standardisasi Nasional (2002:1) adalah limbah
yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Definisi lain menjelaskan bahwa sampah
adalah bahan atau objek yang dibuang atau akan dibuang atau diharuskan untuk
dibuang berdasarkan aturan nasional yang berlaku (UNEP, 2011:16). Berdasarkan
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sampah merupakan bahan atau
benda yang dibuang karena sudah tidak lagi memberikan manfaat terhadap aktivitas
manusia.
2.2 Vehicle Routing Problem (VRP)
Pada tahun 1959, Dantzig dan Ramser pertama kali memperkenalkan teori
mengenai Truck Dispatching Problem yang menjadi dasar dari Vehicle Routing
Problem (VRP) untuk menentukan rute pengiriman bahan bakar dari sebuah
terminal untuk melayani sejumlah stasiun pengisian bahan bakar. VRP merupakan
salah satu permasalahan integer programming yang membutuhkan tingkat
komputasi yang tinggi untuk memecahkan suatu permasalahan. Semakin tinggi
tingkat permasalahan yang harus diselesaikan, maka semakin rumit pula tingkat
komputasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, VRP termasuk ke dalam kategori
permasalah NP Hard.
2.2.1 Definisi Vehicle Routing Problem (VRP)
Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan permasalahan optimasi kombinatorial
untuk melayani sejumlah pelanggan dengan sejumlah kendaraan di dalam sebuah
jaringan distribusi (Afshar-Nadjafi, 2017:29). Sementara itu, menurut Caric dan
Gold (2008), definisi VRP menyatakan bahwa sejumlah m kendaraan ditempatkan
di sebuah depot untuk mengirimkan sejumlah diskrit barang kepada sejumlah n
pelanggan. Kallehauge dkk. (2001) mendefinisikan permasalahan m-TSP sebagai
8
salah satu variasi dari TSP, di mana terdapat m-salesman mengunjungi sejumlah
kota dan tiap kota hanya dapat dikunjungi oleh tepat satu salesman saja. Tiap
salesman berawal dari suatu depot dan pada akhir perjalannya juga harus kembali
ke depot tersebut. Permasalahan m-TSP sering disebut sebagai vehicle routing
problem (VRP). Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
VRP merupakan salah satu permasalahan optimasi yang berkaitan dengan jaringan
distribusi di mana terdapat depot dengan beberapa kendaraan dengan kapasitas
tertentu yang bertugas untuk melayani sejumlah pelanggan. Secara umum, VRP
digunakan untuk menyeselesaikan pengumpulan dan pengiriman barang.
Penerapan VRP tidak hanya dapat dilakukan di bidang pendistribusian barang saja
tetapi juga di berbagai bidang lain seperti penentuan rute pengumpulan sampah,
rute pembersihan jalan, rute bus sekolah, rute salesman, ataupun rute unit
maintenance.
Di dalam VRP, pelanggan hanya dikunjungi tepat satu kali. Selain itu, total jumlah
permintaan dalam suatu rute tidak boleh melebihi kapasitas dari kendaraan yang
ditugasi melewati rute tersebut. Hal ini yang membuat VRP sering disebut sebagai
Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP). Tujuan dari VRP adalah untuk
meminimumkan ongkos total transportasi di mana salah satu solusi dari VRP adalah
sejumlah rute yang berawal dari depot dan kembali ke depot. Dengan memangkas
jarak tempuh total kendaraan dan jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk
melayani pelanggan, ongkos transportasi dapat dipangkas.
Menurut Toth dan Vigo (2002), karakteristik dari permasalahan rute dan
penjadwalan mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya adalah :
1. Komponen utama :
1) Jaringan Kerja
2) Pelanggan
3) Depot
4) Kendaraan
5) Pengemudi
2. Perbedaan pembatas operasional yang dapat digunakan untuk membuat rute.
3. Sasaran yang ingin dicapai di dalam proses optimisasi.
Menurut Toth dan Vigo (2002), beberapa tujuan umum yang ingin dicapai di dalam
9
permasalahan VRP ialah:
1. Meminimalkan biaya transportasi global, terkait dengan jarak dan biaya tetap
yang berhubungan dengan kendaraan atau pengemudi yang bersangkutan.
2. Meminimalkan jumlah kendaraan atau pengemudi yang dibutuhkan untuk
melayani semua pelanggan.
3. Menyeimbangkan rute untuk waktu perjalanan dan muatan kendaraan.
4. Meminimalkan penalti akibat pelayanan yang kurang memuaskan kepada
pelanggan.
Sejak pertama kali dikemukakan oleh Dantzig dan Ramser pada tahun 1959, telah
banyak penelitian dan pengembangan yang dilakukan terhadap model VRP
sehingga menghasilkan berbagai variasi permasalahan yang dibatasi oleh kendala-
kendala tertentu. Menurut Toth dan Vigo (2002), variasi permasalahan umum VRP
serta keterkaitannya ditampilkan pada gambar II.7 di bawah ini.
Sumber: Toth & Vigo (2002)
Gambar 2.1 Variasi Permasalahan Umum VRP serta Keterkaitannya
Penjelasan mengenai beberapa variasi permasalahan VRP tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Capacitated Vehicle Routing Problem (VRP/CVRP), yaitu VRP secara umum
yang bentuknya paling sederhana. Sering disebut juga CVRP karena memiliki
pembatas kapasitas kendaraan.
10
2. Dynamic Vehicle Routing Problem (DVRP), yaitu VRP dengan kendala
terjadinya penambahan pelanggan baru saat kendaraan sedang beroperasi
sehingga perubahan rute kendaraan secara spontan dapat terjadi.
3. Vehicle Routing Problem with Backhauls (VRPB), yaitu VRP di mana
pengambilan atau pengiriman yang baru dapat dilakukan setelah semua
pengiriman/pengangkutan barang telah selesai.
4. Vehicle Routing Problem with Pickups and Deliveries (VRPPD), yaitu VRP di
mana pengangkutan dan pengiriman barang dapat dilakukan secara bersamaan.
5. Vehicle Routing Problem with Time Windows (VRPTW), yaitu VRP dengan
pembatasan jangka waktu bagi kendaraan untuk melayani pelanggan.
6. Multiple Depots Vehicle Routing Problem (MDVRP), yaitu VRP yang
memiliki lebih dari satu depot untuk melayani pelanggan.
7. Split Deliveries Vehicle Routing Problem (SDVRP), yaitu VRP dengan kondisi
di mana pelanggan dapat dilayani dengan kendaraan yang berbeda-beda.
Menurut Toth dan Vigo (2002), secara matematis VRP dapat dinyatakan sebagai
suatu digraf G=(V, A) dengan V={0, 1, ..., n} adalah himpunan simpul yang
menunjukkan lokasi pelanggan dan A={(i, j) | i, j∈V, i ≠ j} yaitu himpunan sisi
berarah yang menyatakan jalan penghubung lokasi pelanggan. Simpul 0
menunjukkan depot, yaitu tempat menyimpan kendaraan yang digunakan untuk
distribusi dan merupakan tempat dimulai dan diakhirinya suatu rute kendaraan.
Banyaknya kendaraan yang tersedia di depot adalah K dengan kapasitas kendaraan
ke-k adalah Qk. Setiap pelanggan i memiliki permintaan sebanyak qi. Dengan
tujuan meminimumkan biaya perjalanan atau jarak tempuh maka VRP dimodelkan
dalam bentuk integer linear programming sebagai berikut (Toth & Vigo, 2002:15-
16) :
minimumkan 𝑧 𝑐 𝑥 2.1
dengan kendala:
𝑦 1 ; 𝑖 ∈ 𝑉 \ 0 2.2
11
𝑦 𝐾 2.3
𝑥∈
𝑥∈
𝑦 ; ∀𝑖 ∈ 𝑉 , 𝑘 1, 2, 3, … , 𝐾 2.4
𝑞 𝑦∈
𝑄 ; 𝑘 1, … , 𝐾 2.5
𝑥∈∈
|𝑆| 1 ; ∀𝑆 ⊆ 𝑉 \ 0 , |𝑆| 2, 𝑘 1, 2, … , 𝐾 2.6
𝑦 ∈ 0,1 ∀𝑖 ∈ 𝑉, 𝑘 1, … , 𝐾 2.7
𝑥 ∈ 0,1 ∀𝑖, 𝑗 ∈ 𝑉, 𝑘 1, … , 𝐾 2.8
dengan
𝑥1, jika sisi berarah 𝑖, 𝑗 ∈ 𝐴 dilalui kendaraan 𝑘
0, jika selainnya
𝑦1, jika simpul i dilalui kendaraan 𝑘
0, jika selainnya
𝑐 jarak atau biaya perjalanan antara pelanggang i dan pelanggan j
𝑞 jumlah permintaan pelanggan i
𝑄 kapasitas kendaraan ke-k
𝐾 banyaknya kendaraan yang tersedia
Kendala (2.2) menyatakan bahwa setiap pelanggan dikunjungi hanya satu kali, (2.3)
menyatakan bahwa terdapat sejumlah K kendaraan yang meninggalkan depot,
sementara kendala (2.4) menyatakan bahwa kendaraan yang sama akan
mengunjungi dan meninggalkan setiap pelanggan. Adapun kendala (2.5) sampai
(2.8) menyatakan bahwa muatan untuk setiap k kendaraan tidak melebihi kapasitas
dengan |𝑆| menyatakan kardinalitas S, tidak terdapat subrute, serta peubah yijk dan
xijk merupakan peubah biner.
2.2.2 Open Vehicle Routing Problem (OPRV)
Pada versi umum dari VRP, kendaraan berangkat dari depot untuk melayani
12
konsumen kemudian kembali ke depot setelah melayani konsumen terakhir.
Sementara pada OVRP, kendaraan tidak kembali ke depot setelah melayani
konsumen terakhir di rutenya. Salah satu definisi paling awal mengenai OPRV
dikemukakan oleh Schrage (1981) yang menjelaskan bahwa sebuah kendaraan
dapat dikategorikan berdasarkan setidaknya tiga karakteristik, yaitu kapasitas,
biaya, dan apakah kendaraan tersebut memiliki rute terbuka atau tertutup. Pada rute
tertutup, kendaraan kembali ke lokasi awal dan pada rute terbuka kendaraan tidak
diharuskan kembali.
Model OVRP juga dapat digunakan untuk menentukan solusi masalah penentuan
rute pada model VRP (yang mengharuskan kendaraan kembali ke depot), jika
kendaraan tersebut diharuskan mengunjungi kembali konsumen yang telah
diantarkan pesanannya dengan urutan terbalik. Karena bobot (jarak atau biaya) rute
perjalanan pergi dari depot sama dengan bobot rute perjalanan pulang kembali ke
depot, maka rute keseluruhan dapat diperoleh dengan hanya menentukan salah satu
rute (pergi atau pulang) saja yang dimodelkan sebagai OVRP (Indaka dkk., 2011).
Model OVRP ini digunakan karena sesuai dengan kondisi eksisting yang terjadi
pada PD. Kebersihan Kota Bandung di mana kendaraan seringkali tidak kembali ke
pool setelah melayani konsumen terakhir karena beberapa alasan seperti terjadinya
antrian yang membuat kendaraan harus menginap, kendaraan yang melakukan
loading kembali setelah unloading di SPA, ataupun kendaraan yang dibawa pulang
oleh kru setelah melakukan unloading di SPA.
2.3 Metode Heuristik untuk Pemecahan Masalah VRP
Secara umum, metode heuristik terbagi menjadi metode clasical heuristic atau yang
sering disebut dengan heuristik dan metaheuristik. Menurut Hilier dan Lieberman
(2010), metode heuristik merupakan metode yang digunakan untuk mencari solusi
dari suatu masalah di mana solusi yang ditemukan merupakan solusi fisibel terbaik.
Sedangkan metaheuristik merupakan metode pencarian solusi yang pendekatannya
didasarkan kepada metode heuristik. Perbedaannya adalah bahwa metode heuristik
bergantung pada jenis permasalahannya sehingga hanya berlaku untuk kasus-kasus
tertentu. Sementara metode metaheuristik tidak bergantung pada jenis
permasalahannya sehingga dapat dipakai untuk berbagai jenis permasalahan.
13
Beberapa contoh metode heuristik di antaranya adalah Nearest Neighborhood
(NN), metode Saving (Clarke and Wright), metode insertion, Gillet-Miller
algorithm, dan metode 2-opt. Metode Nearest Neighbor (NN) merupakan metode
yang digunakan untuk membangun rute dengan menambahkan kunjungan yang
terdekat dari depot serta pada pelanggan yang terdekat dari titik akhir rute (Salaki,
2009:17). Sedangkan metode Saving atau yang sering disebut dengan metode
Clarke and Wright merupakan metode yang didasarkan pada konsep saving yang
mengestimasi pengurangan ongkos dengan melayani dua pelanggan secara
berurutan pada rute yang sama daripada dengan dua rute terpisah (Cordeau dkk.,
2007:375). Sementara itu, metode insertion merupakan metode yang bekerja
dengan menyisipkan setiap kunjungan pada posisi terbaik dari suatu rute dengan
biaya minimum (Salaki, 2009:18). Gillet-Miller algorithm merupakan metode yang
diperkenalkan oleh Gillet dan Miller pada tahun 1974 di mana algoritma ini dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi dengan simpul mencapai 250
(Golden, 1975:22). Metode 2-opt merupakan salah satu algoritma local search yang
mengeliminasi arc/jalur yang bersilangan pada suatu rute dengan cara mengambil
2 jalur lalu menghubungkan kembali keempat vertex/lokasi pelanggan yang
berdekatan (Salaki, 2009:19).
Beberapa contoh metode metaheuristik di antaranya adalah Algoritma Genetika
atau Genetic Algorithm (GA) dan Algoritma Semut. Genetic Algorithm (GA)
merupakan teknik pencarian global secara acak yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dengan mengimitasi proses yang terjadi pada evolusi secara
alami (Toth & Vigo, 2002:140). Sedangkan Algoritma Semut adalah metode yang
terinspirasi dari suatu analogi koloni semut yang mencari makanan, di dalam
melakukan pencarian makanan semut menandai jalur yang mereka lalui dengan
meninggalkan feromon (Toth & Vigo, 2002:144).
2.3.1 Metode Saving (Clarke and Wright)
Metode Saving merupakan salah satu metode heuristik yang paling sering
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan VRP. Metode ini pertama kali
dikemukakan oleh Clarke dan Wright pada tahun 1964 sehingga sering disebut juga
metode Clarke and Wright Saving Heuristic. Metode Saving didasarkan pada
14
konsep saving yang mengestimasi pengurangan ongkos dengan melayani dua
pelanggan secara berurutan pada rute yang sama daripada dengan dua rute terpisah
(C. Barnhart & G. Laporte, 2007:375). Metode ini diawali dengan kendaraan yang
melayani masing-masing pelanggan secara individu dengan satu rute secara
terpisah. Kemudian rute-rute yang masih terpisah tersebut digabungkan sehingga
kendaraan dapat melayani dua atau lebih pelanggan dalam satu rute yang sama
sesuai dengan kapasitas maksimum kendaraan. Gambar II.10 secara sederhana
mengilustrasikan rute yang terbentuk dari konsep penghematan.
Sumber : Jens Lysgaard (1997)
Gambar 2.2 Ilustrasi Konsep Penghematan
Gambar 2.2(a) menunjukkan bahwa pelanggan i dan pelanggan j dilayani
dengan rute yang terpisah. Sementara pada Gambar 2.2(b) pelanggan i dan
pelanggan j dilayani dengan satu rute yang sama. Penggabungan dua rute pelanggan
i dan j dapat menghasilkan penghematan jarak tempuh sebesar 𝑠 𝑐 𝑐 𝑐
dengan 𝑐 jarak dari pelanggan i ke pelanggan j. Menurut Altinel dan Öncan
(2005), jika dua rute (0, ..., i, 0) dan (0, j, ..., 0) secara fisibel dapat digabungkan
menjadi rute tunggal (0, ..., i, j, 0) sehingga akan didapat penghematan jarak sebesar
𝑠 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 (2.9).
Algoritma untuk metode ini ialah sebagai berikut (Salaki, 2009:13) :
1. Metode ini diawali dengan setiap pelanggan yang dilayani oleh satu kendaraan
secara terpisah. Sehingga diperoleh rute (0, i, 0) untuk setiap pelanggan i.
2. Untuk setiap pasang pelanggan i, j ; i ≠ j, dihitung fungsi penghematan yang
didefinisikan sebagai 𝑠 𝑐 𝑐 𝑐 yang diperoleh dengan cara
menggabungkan dua rute pelanggan tersebut, yaitu dengan membuat sisi (i, j).
15
3. Mengurutkan sisi (i, j) berdasarkan nilai 𝑠 secara tak turun dalam sebuah
daftar L.
4. Dimulai dari nilai 𝑠 terbesar, perluas setiap rute pada L dengan melakukan
penggabungan dengan rute lainnya tanpa melanggar kendala.
5. Langkah (4) diulang sampai daftar L kosong.
2.3.2 Algoritma Genetika
Algoritma genetika merupakan teknik pencarian global secara acak yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah dengan mengimitasi proses yang terjadi pada evolusi
secara alami (Toth & Vigo, 2002:140). Ide dasar dari algoritma genetika adalah
proses evolusi yang mengikuti prosedur atau tahap-tahap yang menyerupai proses
evolusi, yaitu adanya proses seleksi, crossover dan mutasi (Sawardi dan Anjar,
2004:3). Menurut Michalewicz (1998), keberhasilan penggunaan Algoritma
Genetika sangat ditentukan oleh penentuan pernyataan masalah ke dalam bentuk
titik-titik pencarian yang disebut dengan kromosom, serta pemilihan operator-
operator yang digunakan. Algoritma Genetika termasuk ke dalam kelompok
pemecahan masalah metaheuristik yang mampu menyelesaikan berbagai macam
persoalan optimasi berbeda mulai dari pemrograman nonlinier, knapsack, TSP,
VRP, antrian flow-shop, penjadwalan mesin, hingga desain tata letak fasilitas.
Goldberg (1989) mengemukakan bahwa algoritma genetika memiliki beberapa
karakteristik yang membedakannya dengan metode penyelesaian masalah optimasi
lain yang masih tradisional, yaitu :
1. Algoritma genetika bekerja dengan pengkodean dari sebuah set solusi, bukan
solusi itu sendiri.
2. Pencarian solusi dalam algoritma genetika dimulai dari sekumpulan solusi,
bukan dari sebuah solusi.
3. Informasi fungsi objektif (fitness) merupakan cara untuk mengevaluasi
individu yang memiliki solusi terbaik, bukan merupakan turunan dari suatu
fungsi.
4. Algoritma genetika menggunakan aturan transisi peluang, bukan aturan-aturan
deterministik.
Menurut Gen dan Cheng (1997), algoritma genetika memiliki tiga keunggulan
16
utama dalam menyelesaikan permasalahan optimasi dibandingkan dengan metode-
metode penyelesaian lain, yaitu:
1. Algoritma genetika tidak memiliki banyak persyaratan matematis berkaitan
dengan permasalahan optimasi. Algoritma genetika dapat menyelesaikan
berbagai fungsi objektif dan pembatas (linier maupun nonlinier) yang bersifat
diskrit, kontinyu ataupun campuran.
2. Ergodisitas dari operator evolusi membuat algoritma genetika menjadi sangat
efektif dalam melakukan pencarian global (yang bersifat probabilistik).
3. Algoritma genetika memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk dihibridisasi
dengan metode pendekatan lain yang bersifat heuristik untuk mendapatkan
implementasi yang efisien dari permasalahan yang lebih spesifik.
Di dalam teori algoritma genetika dikenal beberapa istilah seperti kromosom, gen,
dan populasi. Secara lebih terperinci, istilah-istilah tersebut dijelaskan pada Tabel
2.1 mengenai daftar istilah yang terdapat di dalam GA disertai penjelasannya.
Tabel 2.1 Daftar Istilah pada Algoritma Genetika Istilah Makna
Population
(Populasi)
Merupakan sekumpulan solusi dari permasalahan yang akan
diselesaikan menggunakan Algoritma Genetika. Populasi
terdiri dari sekumpulan kromosom.
Chromosome
(Kromosom)
Mewakili sebuah solusi yang mungkin (feasible solution) untuk
permasalahan yang ingin diselesaikan. Sebuah kromosom
terdiri dari sekumpulan gen.
Gen Mewakili elemen-elemen yang ada di dalam sebuah solusi.
Parent Merupakan kromosom yang akan dikenai operasi genetik
(crossover).
Offspring Adalah kromosom yang merupakan hasil dari operasi genetik
(crossover).
Crossover Merupakan operasi genetik yang mewakili proses
perkembangbiakan antar individu. Proses crossover ini
memerlukan dua buah parent dan menghasilkan satu atau lebih
offspring (keturunan).
Mutation Merupakan operasi genetik yang mewakili proses mutasi dalam
17
perjalanan hidup individu. Mutasi berperan menghasilkan
perubahan acak dalam populasi yang berguna untuk menambah
variasi dari kromosom-kromosom dalam sebuah populasi
Selection
Procedure
Merupakan proses yang mewakili proses seleksi alam dari teori
darwin. Proses ini dilakukan untuk menentukan parent dari
operasi genetik yang akan dilakukan untuk menghasilkan
keturunan.
Fitness Value Merupakan penilaian yang menentukan bagus sebuah
kromosom. Kromosom yang mempunyai fitness value yang
rendah pada akhirnya akan tersingkir oleh kromosom-
kromosom dengan fitness value yang lebih baik.
Evaluation
function
Merupakan fungsi yang digunakan untuk menentukan nilai dari
fitness value. Evaluation function ini merupakan sekumpulan
kriteria-kriteria tertentu dari permasalahan yang ingin
diselesaikan.
Generation Satuan dari populasi setelah mengalami operasi-operasi
genetika, berkembang biak, dan menghasilkan keturunan. Pada
akhirnya, setiap generation, untuk menjaga agar jumlah
kromosom dalam populasi tetap konstan, kromosom-
kromosom yang mempunyai nilai fitness value yang rendah dan
peringkat di bawah nilai minimal akan dihapus dari populasi.
Sumber : Bambang Eko Hendrawan (2007)
Representasi data pada algoritma genetika untuk melakukan penyelasaian masalah
dapat menggunakan representasi biner yang menggunakan angka 0 dan 1,
representasi permutasi yang menggunakan bilangan bulat, atau representasi random
keys yang menggunakan bilangan pecahan. Data tersebut disajikan dalam bentuk
rangkaian barisan bilangan bulat di mana satu rangkaian bilangan bulat tersebut
mewakili individu yang disebut kromosom. Seperti yang dijelaskan di dalam tabel
II.4, kromosom terdiri dari kumpulan gen yang mewakili pelanggan yang
dikunjungi.
Secara umum, proses penyelesaian masalah dengan menggunakan algoritma
18
genetika terdiri dari beberapa langkah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Inisialisasi populasi awal, yaitu proses menciptakan sekumpulan individu
secara acak dengan susunan kromosom tertentu. Kromosom ini nantinya
mewakili solusi dari permasalahan yang akan dipecahkan.
2. Evaluasi digunakan untuk menghitung nilai fitness dari setiap kromosom.
Semakin besar nilai fitness yang diperoleh, semakin besar pula kesempatan
kromosom tersebut menjadi solusi yang paling baik.
3. Seleksi dilakukan untuk memilih individu dari populasi baik itu parent maupun
offspring yang akan dipertahankan hidup pada generasi berikutnya. Fungsi
probabilistis digunakan untuk memilih individu yang dipertahankan hidup.
Individu yang lebih baik (mempunyai nilai kebugaran/fitness lebih besar)
mempunyai peluang lebih besar untuk terpilih (Gen & Cheng 1997).
4. Crossover dilakukan untuk menghasilkan keturunan (offspring) dari individu-
individu yang terdapat pada pada populasi awal (parent) dengan menyilangkan
kromosom dari dua parent.
5. Mutasi dilakukan untuk menghasilkan individu baru dengan melakukan
modifikasi pada satu atau lebih individu terhadap satu individu yang sama.
Setelah melewati sekian iterasi (generasi), biasanya akan didapatkan individu
terbaik yang ditandai dengan tidak berubahnya nilai fitness meski sudah dilakukan
beberapa iterasi. Individu terbaik ini mempunyai susunan kromosom yang bisa
dikonversi menjadi solusi yang terbaik (setidaknya mendekati optimum). Dari sini
bisa disimpulkan bahwa algoritma genetika menghasilkan suatu solusi optimum
dengan melakukan pencarian di antara sejumlah alternatif titik optimum
berdasarkan fungsi probabilistik (Michalewicz 1996).
2.4 Metode pada Operator Genetika
Operator genetika di antaranya adalah seleksi, pindah silang (crossover), serta
mutasi. Ketiga operator ini merupakan bagian dari tahapan penyelesaian masalah
di dalam Algoritma Genetika. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan tahapan penyelesaian masalah di masing-masing operator.
Metode-metode penyelesaian tersebut dijelaskan di bawah ini.
19
2.4.1 Seleksi
Terdapat beberapa model seleksi dalam Algoritma Genetika, yaitu Seleksi
Sebanding dengan Nilai Fitness (Fitness Proportionate Selection), Seleksi
Peringkat (Rank Selection), Seleksi Turnamen, dan Seleksi Elitis (Poly, 1996).
Model-model seleksi tersebut diterapkan dengan anggapan :
1) Fungsi objektif sudah diketahui.
2) Penyelesaian yang dicari adalah nilai maksimum.
3) Nilai penyelesaian adalah positif.
4) Ukuran kualitas kromosom adalah nilai fitness kromosom.
2.4.1.1 Seleksi Sebanding dengan Nilai Fitness (Roulette Wheel)
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses seleksi.
Metode ini diimplementasikan dengan model roulette wheel (Gen dan Cheng,
2000). Persamaannya adalah jika fi adalah fitness untuk kromosom ke-i, sehingga
nilai fitness rata-rata dalam suatu populasi berukuran N adalah:
𝑓̅∑ 𝑓
𝑁 2.9 ,
maka probabilitas suatu kromosom untuk dipertahankan adalah sebesar:
𝑓̅ 𝑁∑ 𝑓
𝑓
𝑓�̅� 2.10
2.4.1.2 Seleksi Peringkat
Pada metode ini, kromosom yang ada pada suatu populasi diurutkan berdasarkan
nilai fitness-nya. Kromosom dengan nilai fitness tinggi berada pada urutan yang
lebih awal. Probabilitas terpilihnya kromosom (pi) ditentukan berdasarkan suatu
fungsi distribusi sehingga jumlah probabilitas semua kromosom sama dengan satu
(Zukhri, 2014). Fungsi distribusi yang biasa digunakan adalah fungsi distribusi
linier atau eksponensial. Tingkat komputasi pada seleksi peringkat jauh lebih rumit
dan lama dibandingkan dengan pada roulette wheel.
2.4.1.3 Seleksi Turnamen
Pada seleksi ini, kromosom yang ada pada suatu populasi dibagi menjadi beberapa
grup secara acak. Setiap grup paling tidak harus memiliki anggota dua kromosom.
20
Seleksi dilakukan dengan mempertahankan kromosom dengan nilai fitness yang
tertinggi pada setiap grup (Zukhri, 2014).
2.4.1.4 Seleksi Elitis
Pada seleksi ini, sebuah kromosom yang memiliki nilai fitness paling tinggi
dipertahankan untuk populasi generasi berikutnya (Zukhri, 2014).
2.4.2 Crossover
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk proses pindah silang. Pada
representasi permutasi, metode-metode tersebut di antaranya adalah partial-
mapped crossover (PMX), order crossover (OX), position-based crossover, order-
based crossover, dan lain-lain.
2.4.2.1 Partial-Mapped Crossover (PMX)
Metode ini dapat dianggap sebagai perpanjangan dari pindah silang dua titik pada
peubah biner ke representasi permutasi. Metode ini menggunakan prosedur
pemasangan khusus untuk menyelesaikan ketidaksesuaian yang disebabkan oleh
pindah silang dua titik yang sederhana. Langkah-langkah pada PMX adalah (Gen
dan Cheng, 1997):
1. Pilih substring di dalam sebuah rangkaian dari dua parent secara acak.
2. Pertukarkan rangkaian yang dipilih di antara parent-nya.
3. Tentukan hubungan pemetaannya.
4. Legalisasi offspring dengan hubungan pemetaannya.
2.4.2.2 Order Crossover (OX)
Order Crossover dikemukakan oleh Davis (1985) dan termasuk metode yang paling
umum dan efektif dalam menyelesaikan persoalan TSP. Metode ini merupakan
variasi dari PMX dengan prosedur pemasangan yang berbeda. Langkah-langkah
pada metode ini adalah (Gen dan Cheng, 1997) :
1. Pilih substring pada satu parent secara acak.
2. Buat proto-child dengan menyalin substring pada posisi yang sesuai dengan
posisinya di parent.
21
3. Hapus substring yang sudah ada pada offspring pada parent kedua.
4. Tempatkan string yang tersisa pada posisi yang belum terisi dari kiri ke kanan.
Studi komparatif untuk beberapa operator crossover mengenai TSP menunjukkan
bahwa metode ini memberikan hasil yang terbaik di antara 6 operator crossover
lainnya (Otman dan Jaafar, 2011).
2.4.2.3 Position-Based Crossover (POS)
Pada metode ini dipilih sejumlah posisi gen secara acak, kemudian gen-gen pada
posisi terpilih pada parent yang pertama diwariskan pada kromosom offspring yang
kedua, sedangkan gen-gen lainnya dari kromosom offspring yang kedua diambil
dari gen-gen parent yang kedua dengan urutan yang sama (Zukhri, 2014).
Berdasarkan studi komparatif mengenai performa dari beberapa operator crossover
pada Algoritma Genetika untuk menyelesaikan persoalan TSP yang telah dilakukan
oleh Larranaga dkk. (1999), POS menjadi salah satu metode terbaik yang
menghasilkan jarak terpendek setelah Exchange Recombination Crossover (EX)
dan Order Crossover (OX) dibandingkan dengan delapan operator crossover
lainnya.
2.4.2.4 Order-Based Crossover
Pada metode ini, dipilih posisi gen-gen secara acak, kemudian dibentuk kromosom
offspring yang pertama pada posisi gen-gen yang dipilih tersebut dengan cara
mengambilnya dai gen-gen pada posisi terpilih dari parent yang pertama tetapi
dengan urutan mengikuti gen-gen dengan nilai yang sama dari parent yang kedua.
Sedangkan gen-gen pada posisi yang tidak terpilih diambil dari gen-gen yang
kedudukannya tidak terpilih dari parent pertama (Zukhri, 2014).
2.4.3 Mutasi
Menurut Gen dan Cheng (1997), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
dalam proses mutaasi untuk optimasi kombinatorial yang di antaranya adalah :
1. Inversion Mutation, yaitu metode mutasi yang memilih dua posisi gen di dalam
kromosom secara acak kemudian membalikkan substring di antara kedua
posisi ini.
22
2. Insertion Mutation, yaitu metode mutasi yang memilih sebuah gen secara acak
dan memindahkannya pada posisi acak.
3. Displacement Mutation, yaitu metode mutasi yang memilih subtur secara acak
dan memindahkannya pada posisi acak.
4. Reciprocal Exchange Mutation, yaitu metode mutasi yang memilih dua posisi
gen secara acak kemudian mempertukarkan posisi dua gen tersebut.
5. Heuristic Mutation, yaitu metode mutasi di mana sebuah set kromosom
bertransformasi dari kromosom yang diberikan dengan menukarkan tidak lebih
dari 𝜆 gen yang dianggap sebagai neighborhood.
2.5 Vehicle Routing Problem With Time Windows (VRPTW)
Vehicle Routing Problem with Time Window (VRPTW) merupakan sebutan bagi
VRP dengan kendala tambahan berupa adanya time windows pada masing-masing
konsumen. Time Windows pada masing-masing konsumen dapat berbeda satu sama
lain dan dinyatakan dalam selang waktu berupa batas waktu awal sampai akhir
pelayanan pada pelanggan tersebut.(Kallehauge & Solomon, n.d.)
VRPTW terdiri dari dua tipe yaitu soft time windows dan hard time windows. Pada
tipe hard time windows, pelayanan tidak dapat dilakukan apabila melewati waktu
yang telah ditentukan oleh konsumen (time windows), sedangkan pada tipe soft time
windows, pelanggan akan tetap dapat dilayani diluar time windows namun dengan
tambahan biaya yang disebut pinalti.
Secara formal VRPTW dapat didefinisikan sebagai suatu digraf G=(N, A).
Himpunan simpul N terdiri atas gabungan himpunan konsumen C dan depot.
Himpunan C berupa simpul 1 sampai dengan n dan simpul depot dinyatakan dengan
simpul 0 dan n+1. Jaringan jalan yang digunakan oleh kendaraan dinyatakan
sebagai himpunan sisi berarah A yaitu hubungan antarsimpul. Semua rute berawal
dari simpul 0 dan berakhir di n+1. Himpunan kendaraan V merupakan kumpulan
kendaraan yang homogen dengan kapasitas q. Setiap pelanggan atau simpul i untuk
setiap i ∈ C memiliki permintaan di sehingga panjang rute dibatasi oleh kapasitas
kendaraan. Setiap sisi (i, j) pada graf memiliki jarak tempuh atau biaya perjalanan
dan waktu tempuh yang masing-masing adalah cij dan tij. Waktu tempuh tij dapat
diasumsikan termasuk lama pelayanan pada konsumen i
23
Pelayanan pada konsumen i harus berlangsung pada selang waktu time windows [ai,
bi] dengan ai dan bi berturut-turut adalah waktu awal dan akhir pelayanan pada
konsumen i. Jika kendaraan tiba di konsumen i sebelum time windows maka harus
menunggu sampai waktu pelayanan dimulai tanpa biaya tambahan.
Kendaraan yang tiba di lokasi konsumen setelah time windows, tidak dapat
melayani pelanggan tersebut. Depot diasumsikan memiliki time windows yang
sama yaitu [a0, b0]. Kendaraan tidak dapat meninggalkan depot sebelum a0 dan akan
kembali ke depot sebelum atau pada saat bn+1. Bilangan q, di diasumsikan integer
taknegatif, sedangkan ai, bi, tij, dan cij diasumsikan taknegatif. Selain itu,
diasumsikan juga bahwa Ai, j ∈ N memenuhi pertaksamaan cij + cjk ≥ cik dan tij + tjk
≥ tik.
Tujuan dari VRPTW adalah menentukan himpunan rute dengan jarak tempuh atau
biaya perjalanan minimal dengan syarat setiap pelanggan dilayani tepat satu kali,
setiap rute berawal dari simpul 0 dan berakhir di simpul n+1 serta memenuhi
kendala kapasitas kendaraan dan time windows. Formulasi matematis VRPTW
menurut Kallehauge et al. adalah sebagai berikut :
Minimumkan
𝑧 𝑐 𝑥∈∈∈
dengan kendala :
1. Setiap pelanggan dikunjungi tepat satu kali oleh suatu kendaraan :
𝑥 1, ∀ 𝑖 ∈ 𝐶∈∈
2. Total permintaan semua pelanggan dalam satu rute tidak melebihi kapasitas
kendaraan :
𝑑 𝑥 𝑞, ∀ 𝑘 ∈ 𝑉∈∈
3. Setiap rute berawal dari depot 0 :
𝑥∈
1, ∀ 𝑘 ∈ 𝑉
24
4. Setiap kendaraan yang mengunjungi suatu konsumen pasti akan meninggalkan
konsumen tersebut :
𝑥 𝑥 0, ∀ ℎ ∈ 𝐶, ∀ 𝑘 ∈ 𝑉∈∈
5. Setiap rute berakhir di depot n+1 :
𝑥 , , 1, ∀ 𝑘 ∈ 𝑉∈
6. Suatu kendaraan k yang menuju j dari i, tidak dapat tiba di j sebelum sik + tij.
Jadi jika xijk > 0 maka sik + tij ≤ sjk. Bentuk liniernya adalah :
dengan Mij adalah konstana besar yang tidak kurang dari niai maksimum dari
bi + tij – aj ; (i, j) ∈ A.
7. Waktu pelayanan di setiap konsumen memenuhi time windows :
𝛼 𝑠 𝑏 , ∀ ∈ 𝑁, ∀ ∈ 𝑉
8. Peubah xijk merupakan peubah biner
𝑥 ∈ 0,1 , ∀ , 𝑗 ∈ 𝑁, ∀ 𝑘 ∈ 𝑉
dengan
V = himpunan kendaraan dengan kapasitas yang sama
C = himpunan konsumen = {1, ...,n}
A = himpunan sisi berarah = {(i, j) | i, j ∈ N, i ≠ j}
N = himpunan simpul = {0, 1, ..., n+1}
cij = jarak/biaya dari simpul i ke simpul j
tij = waktu tempuh dari simpul i ke simpul j
di = jumlah permintaan konsumen i
q = kepasitas kendaraan
[ai, bi] = time windows dari simpul i
Untuk setiap (i, j) ∈ A, i ≠ n+1, j ≠ 0 dan untuk setiap kendaraan k didefinisikan
peubah :
xijk = ,,
25
sik = waktu bagi kendaraan k mulai melayani konsumen i
dengan q dan di adalah bilangan integer taknegatif dan ai, bi, cij, dan tij adalah
bilangan taknegatif. Pada simpul depot diasumsikan a0 = b0 = an+1 = 0 dan s0k
= 0 untuk setiap k.
2.6 Peta Jalan Penelitian
Penelitian yang direncanakan akan dilaksanakan merupakan awal bagi
pengembangan pembuatan software untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam pengelolaan sampah kota. Penelitian awal fokus dilakukan pada sistem yang
saat ini belum terkelola dengan baik, untuk kemudian dikembangkan pada sistem
secara keseluruhan dalam pengelolaan sampah kota mulai dari sumber sampai
tempat pengolahan dan/atau TPA
TAHUN
TUJUAN
METODAPENELITIAN
KELUARAN
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Evaluasi sistem pengumpulan
dan pemindahan
sampah
Analisis faktor sistem
pengumpulan dan
pemindahan sampah
Analisis preferensi
sistem pengumpulan
dan pemindahan
sampah
Pembuatan rute pengangkutan sampah untuk
wilayah Bandung
Timur dan Bandung Selatan
Pembuatan rute pengangkutan sampah untuk
wilayah Bandung Barat dan Bandung
Utara
Analisis deskriptif,
statistik, SPSS
Uji Analisis Faktor
Conjoint Analysis
VRP algoritma Saving
VRP algoritma Saving
Pembuatan rute pengangkutan sampah untuk
wilayah Bandung
Membuat perbandingan
rute pengangkutan sampah untuk 3 metoda VRP
VRP algoritma Nearest
Neighbor (NN) dengan Saving, dan kombinasi
Saving-NN
VRP metoda Time Windows
Seminar Internasional
Seminar Internasional
Jurnal Internasional
Seminar Internasional
Jurnal Internasional
Jurnal Internasional
Jurnal Internasional
HibahDesertasiDoktor2015
HibahBersaing
2016
HibahInstitusi
2017
Hibah Bersaing2013 - 2014
Gambar 2.3 Peta Jalan Penelitian
26
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Mengelola sampah di Kota Bandung adalah bukan hal yang mudah, seringkali
permasalahan bersumber kepada cara pengangkutan yang tepat dan menggunakan
angkutan yang memadai. Armada yang memadai belum tentu dapat mengatasi
meningkatnya biaya operasional dalam pengangkutan sampah. Saat ini terdapat 2
sistem pengangkutan yang dijalankan di Kota Bandung, yaitu Haul Container
System (HCS) atau Sistem Wadah Angkut (SWA) dan Stationery Container
System (SCS) atau Sistem Wadah Tinggal (SWT). Sistem HCS memerlukan
penentuan jadwal, sementara Sistem SCS memerlukan penentuan rute karena satu
kendaraan pengangkut melayani beberapa lokasi TPS tipe SCS.
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk :
1. Merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan menggunakan
pendekatan metoda VRP – Nearest Neighbor.
2. Merancang rute pengangkutan sampah di kota Bandung dengan menggunakan
metoda VRP – Time Windows.
3. Melakukan perbandingan dari kedua metoda VRP dan mencari alternatif
metoda metaheuristik lainnya seperti Algoritma Genetika untuk menentukan
metoda yang menghasilkan rute terpendek dan waktu yang efisien dengan
memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan.
3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kontribusi penelitian adalah:
Memperoleh rute pengangkutan sampah di setiap wilayah kerja pengangkutan
sampah di Kota Bandung yang memiliki biaya operasional efisien dengan
menggunakan armada yang ada serta jadwal pengangkutan yang baik. Sehingga
kontribusi yang diperoleh adalah PD Kebersihan mampu menekan biaya
operasional termasuk waktu pengangkutan sampah yang baik yang pada akhirnya
memberikan kinerja dan pelayanan pengangkutan sampah yang baik kepada
masyarakat.
27
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Model Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah
mengenai sistem pengangkutan sampah di Kota Bandung, dan setelah melakukan
tinjauan pustaka, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan
Vehicle Routing Problem (VRP). PD. Kebersihan Kota Bandung menggunakan
beberapa jenis kendaraan dalam melakukan pengangkutan sampah di setiap
titiknya, seperti dumptruck kapasitas 6 m3 sebanyak 20 unit, dumptruck kapasitas
12 m3 sebanyak 11 unit, loadhaul kapasitas 6 m3 sebanyak 16 unit, loadhaul
kapasitas 12 m3 sebanyak 49 unit, compactor truck kapasitas 6 m3 sebanyak 6 unit,
compactor truck kapasitas 10 m3 sebanyak 6 unit, dan tronton kapasitas 25 m3
sebanyak 2 unit. Semua kendaraan tersebut dioperasikan kedalam 4 (empat)
wilayah seperti pada Gambar 4.1 berikut.
Keterangan :
I : Wilayah Barat
II : Wilayah Utara
III : Wilayah Selatan
IV : Wilayah Timur
Gambar 4.1 Peta Wilayah Operasional Pengangkutan Sampah Kota Bandung
Namun dalam penelitian ini, wilayah pengamatan dibatasi hanya pada Wilayah
Barat dengan titik pengangkutan yang diamati sebanyak 39 titik. Kendaraan yang
digunakan adalah jenis dumptruck kapasitas 6 m3 sebanyak 5 unit.
Dengan adanya keterbatasan kapasitas dalam pengangkutan sampah dan
28
terdapatnya batasan waktu dibeberapa titik pengangkutan, permasalahan ini dapat
diselesaikan dengan pendekatan Vehicle Routing Problem with Time Windows
(VRPTW). Untuk menghasilkan sebuah rute yang tepat, diperlukan data jarak dari
setiap titik yang harus dilewati oleh kendaraan pengangkut sampah. Dengan
menggunakan metode Clarke & Wright Savings, data jarak tadi dibuat dalam
sebuah matriks jarak. Lalu dari matriks jarak tersebut dihasilkan sebuah matriks
savings. Penentuan rute dimulai dari rute yang memiliki nilai savings yang paling
besar. Dalam penentuan rute ini, kapasitas dari kendaraan dalam melayani setiap
rute perlu diperhatikan. Sehingga, ketika kapasitas kendaraan sudah tidak dapat
melayani titik pengangkutan sampah yang lain, maka terbentuk sebuah rute menjadi
sebuah cluster. Setelah semua titik pengangkutan sampah sudah memiliki cluster
masing-masing, perhatikan waktu operasional dari setiap cluster untuk menentukan
jadwal pengangkutan sampah. Jika setiap cluster memiliki jadwal pengangkutannya
masing-masing, maka terbentuklah sebuah rute yang fisible yang akan menjadi rute
pengangkutan sampah usulan. Konsep umum dari metode Clarke & Wright Saving
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Sumber : Jens Lysgaard (2007)
(a) Rute awal-jarak tempuh (b) Menggabungkan dua tempat perhentian dalam sebuah rute – jarak tempuh
Gambar 4.2 Konsep Umum Metode Savings
Dari Gambar 4.2 diatas dapat dilihat pada Gambar (a) Rute awal jarak tempuh,
kendaraan berangkat dari depot atau pool yang dilambangkan oleh node 0, menuju
i j
0
i j
0
(a) (b)
29
konsumen pertama yang dilambangkan oleh node i, setelah pelayanan selesai di
node i, kendaraan kembali ke depot atau pool lalu menuju ke konsumen kedua yang
dilambangkan oleh node j, setelah selesai melakukan pelayanan di node j kendaraan
kembali ke depot atau pool.
Dengan menggabungkan dua rute tadi menggunakan metode Clarke & Wright
Savings dapat dilihat pada Gambar (b), dimana kendaraan dari depot atau pool
menuju node i, setelah selesai melakukan pelayanan di node i, kendaraan langsung
menuju node j, dan setelah selesai dari node j kendaraan kembali ke depot atau pool.
Sehingga dari penggabungan dua rute ini didapatkan sebuah nilai penghematan
yang dapat dihitung dengan persamaan berkut ini.
Da = c0i + ci0 + c0j + cj0 ............................................................................. (4.1)
Ekivalen dengan biaya kendaraan Db pada Gambar II.3. (b) adalah :
Db = c0i + cij + cj0 ..................................................................................... (4.2)
Dengan menggabungkan kedua rute memperoleh penghematan Sij :
Sij = Da – Db = ci0 +c0j – cij ........................................................................ (4.3)
Namun, pada kasus rute kendaraan pengangkut sampah yang terjadi di sebagian
wilayah Barat Kota Bandung terdapat sedikit perbedaan, dimana kendaraan setelah
mengangkut sampah dari TPS atau titik pengumpulan sampah tidak langsung
kembali ke pool, melainkan terdapat titik tujuan tambahan yaitu SPA sebagai titik
akhir sebelum kendaraan kembali ke pool untuk melakukan proses unloading
sampah. Jadi rute yang harus di lewati oleh kendaraan dimulai dari pool menuju
TPS untuk melakukan proses loading sampah, jika kapasitas dumptruck masih
cukup, maka dumptruck menuju TPS lain untuk melakukan proses loading sampah,
jika tidak maka dumptruck menuju SPA untuk melakukan proses unloading.
Sehingga dari konsep umum metode savings diatas, perlu dilakukan sebuah
modifikasi agar sesuai dengan kondisi dilapangan, modifikasi tersebut dapat di
gambarkan pada Gambar 4.3.
30
(a) Rute awal-jarak tempuh (b) Menggabungkan dua pelanggan dalam sebuah rute jarak tempuh
Gambar 4.3 Modifikasi metode savings untuk kasus pengangkutan sampah di Kota Bandung wilayah Barat
Dari Gambar 4.3 diatas dapat dilihat pada Gambar (a) Rute awal jarak tempuh,
kendaraan berangkat dari depot atau pool yang dilambangkan oleh node 0, menuju
konsumen pertama untuk melakukan proses loading sampah yang dilambangkan
oleh node i, kemudian kendaraan menuju SPA untuk melakukan proses unloading.
Setelah proses unloading selesai kendaraan kembali ke depot atau pool, lalu menuju
ke konsumen kedua untuk melakukan proses loading sampah yang dilambangkan
oleh node j, kemudian kendaraan menuju SPA untuk melakukan proses unloading.
Setelah proses unloading selesai kendaraan kembali ke depot atau pool.
Dengan menggabungkan dua rute tadi menggunakan metode Clarke & Wright
Savings dapat dilihat pada Gambar (b), dimana kendaraan dari depot atau pool
menuju node i, setelah selesai melakukan pelayanan di node i, kendaraan langsung
menuju node j, setelah selesai dari node j kendaraan menuju SPA untuk melakukan
proses unloading dan setelah proses unloading selesai, kendaraan kembali ke depot
atau pool. Sehingga dari penggabungan dua rute ini didapatkan sebuah nilai
penghematan yang dapat dihitung dengan persamaan yang telah di modifikasi dari
persamaan sebelumnya.
i j
0
i j
0
(a) (b)
SPA SPA
31
𝐷 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 ............................... (4.4)
Ekivalen dengan biaya kendaraan Db pada Gambar II.3. (b) adalah :
𝐷 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 ............................................................. (4.5)
Dengan menggabungkan kedua rute memperoleh penghematan Sij :
𝑆 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 ............................................................. (4.6)
Selain menghasilkan rute yang dapat melayani seluruh permintaan dari setiap titik
pengumpulan sampah, metode Clarke & Wright Saving juga dapat menghasilkan
sebuah rute yang mengeluarkan biaya minimum. Hal ini karena pemilihan rute
berdasarkan nilai savings yang paling besar dari setiap titik yang tersedia, semakin
besar nilai savings yang dipilih maka semakin besar juga penghematan yang
dilakukan. Perbandingan biaya operasional antara rute usulan hasil perhitungan
dengan menggunakan metode Clarke & Wright Savings dengan rute yang
digunakan saat ini oleh PD. Kebersihan Kota Bandung dapat dilakukan untuk
membuktikan terjadi penurunan biaya operasional.
Berikut adalah langkah-langkah dalam penyelesaian pembuatan sebuah rute dengan
menggunakan metode Clark & Wright Savings:
1. Membuat matriks jarak yaitu matrik jarak antara depot atau pool ke titik atau
node yang akan dilayanai, jarak antara setiap titik atau node, dan jarak antara
titik atau node ke SPA (Statsiun Peralihan Antara). Matriks jarak yang
digunakan berbentuk simetris, dimana jarak A ke B sama dengan jarak B ke A.
Bentuk dari matriks jarak ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Bentuk Matriks Jarak 0 i j n SPA
0 0,i 0,j 0,n 0,SPA
I i,j i,n i,SPA
J j,n j,SPA
N n, SPA
Keterangan : 0 = Depot, i = konsumen i, j = konsumen j, n = konsumen ke-n
32
2. Menghitung nilai saving untuk semua pasangan konsumen dengan
menggunakan persamaan 𝑆 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐
3. Membuat matriks penghematan, dimana bentuk umum dari matriks
penghematan yang dikembangkan oleh Clarke and Wright disajikan pada
Tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Bentuk Umum Matriks Penghematan
I j n
I Si,j Si,n
J Sj,n
N
4. Mengurutkan nilai sij (savings) dari yang terbesar hingga yang terkecil
5. Memilih rute yang memiliki nilai savings terbesar kemudian gabungkan rute –
rute tersebut dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan. Jika kapasitas
kendaraan masih dapat melayani rute lain, maka rute tersebut dapat
digabungkan. Namun, jika kapasitas kendaraan sudah tidak dapat melayani rute
lain, maka gabungan rute yang telah terbentuk menjadi sebuah cluster. Jika
masih terdapat rute yang belum memiliki cluster, maka kembali memilih rute
yang memiliki nilai savings terbesar dan membuat cluster baru sampai semua
rute memiliki cluster masing-masing
6. Menentukan Time Windows atau batasan waktu yang dimiliki oleh setiap
cluster, dimana Time Windows ini berfungsi untuk menentukan kapan titik
tersebut dapat dilakukan pengangkutan sampah dan sampai kapan proses
pengangkutan sampah tersebut harus selesai. Diasumsikan setiap titik memiliki
Time Windows selama 120 menit.
7. Mengurutkan titik pada setiap cluster sesuai dengan Time Windows yang paling
awal sampai yang paling akhir.
8. Memilih dan membuat rute baru sesuai dengan urutan Time Windows dari
setiap titik, dengan memilih titik yang memiliki jarak terdekat yang dapat
dilayani. Proses memilih rute dilakukan sampai seluruh rute dalam masing-
masing cluster terhubung.
33
9. Hitung ongkos yang dikeluarkan oleh setiap kendaraan dimasing-masing
cluster setelah rute terbentuk sesuai dengan Time Windows.
Untuk lebih memudahkan dalam pemahaman algoritma Savings Heuristic, maka
diberikan flowchart algoritma Savings Heuristic seperti ditunjukkan pada Gambar
4.4.
32
Gambar 4.4 Flowchart VRPTW dengan Algoritma Savings
Mulai
1. Data TPS dan Bak Sampah2. Data Jarak TPS dan Bak Sampah3. Matriks Jarak4. Data Kendaraan5. Waktu Loading
Menghitung Jarak Penghematan (Savings)
Urutkan Nilai Savings dari yang terbesar hingga yang terkecil
Pilih Nilai Penghematan Tertinggi dari Matriks Penghematan
Gabungkan Rute Bila Terdapat Rute yang Memungkinkan
Apakah Masih Terdapat Rute yang Belum Tergabung ?
Bentuk Rute yang Telah Tergabung Menjadi Sebuah Cluster
Apakah Seluruh Rute Sudah Memiliki Cluster ?
A
Ya
Tidak
Ya
Tidak
33
Lanjutan Gambar 4.4 Flowchart VRPTW dengan Algoritma Savings
A
Tentukan Time Windows dari Masing-Masing Titik yang Dilewati Rute
Pilih Titik Selanjutnya Sesuai dengan Urutan Time Windows
Apakah Ada Titik yang Memiliki Times Windows
yang Sama ?
Lakukan Penggabungan Rute
Rute yang Feasible Ditemukan
Selesai
Tidak
Ya
Pilih Titik Terdekat dari Titik yang Sebelumnya
Tetapkan Titik Awal Rute Sesuai dengan Time Windows yang Paling Awal
Apakah Masih Terdapat Rute yang Belum Tergabung?
Tidak
Ya
Hitung Ongkos yang Dikeluarkan
34
4.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi dan telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya, langkah selanjutnya adalah melakukan suatu usulan pemecahan
masalah berupa flowchart usulan pemecahan masalah yang terjadi pada rute
pengangkutan sampah di PD. Kebersihan Kota Bandung yang terdiri dari empat
wilayah yang akan di tampilkan pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Flowchart Usulan Pemecahan Masalah
Mulai
Mengidentifikasi Permasalahan
Merumuskan Permasalahan
Menentukan Tujuan Pemecahan Masalah
Studi Lapangan
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data :1. Data jumlah TPS dan bak sampah2. Data lokasi TPS dan bak sampah3. Data volume TPS dan bak sampah4. Data jumlah kendaraan5. Data Jenis Kendaraan6. Data Kapasitas Kendaraan7. Data jarak rute Kendaraan8. Waktu loading9. Kecepatan kendaraan10. Biaya Operasioanal
Pengolahan DataPenentuan rute pengangkutan sampah dengan menggunakan VRPTW dengan metode Clark and Wright (Savings Method)
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
35
Metode Clarke and Wright Saving Heuristic digunakan sebelum diperbaiki yang
dilanjutkan dengan menggunakan metode metaheuristik lainnya yaitu Algoritma
Genetika. Langkah-langkah Metode Clarke and Wright Saving Heuristic secara
singkat dapat dijelaskan lagi sebagai berikut :
1. Mendaftar volume sampah di setiap titik serta alokasi kendaraan dan kapasitas
maksimum yang tersedia untuk melayani pelanggan.
2. Menghubungkan depot (pool) ke masing-masing titik yang akan dituju.
3. Membuat matriks jarak.
4. Menghitung besar penghematan dengan 𝑠 𝑐 𝑐 𝑐 dengan :
𝑠 besarnya penghematan,
𝑐 jarak dari titik i ke depot,
𝑐 jarak dari depot ke titik j,
𝑐 jarak dari titik i ke titik j.
5. Membuat urutan penghematan dari yang terbesar hingga ke yang terkecil.
6. Membuat rute dari titik yang mempunyai nilai penghematan terbesar dan
besarnya muatan terangkut di titik itu.
7. Bila jumlah muatan yang terangkut lebih kecil daripada kapasitas angkut, maka
perluas rute dengan menambahkan titik yang memiliki penghematan terbesar
selanjutnya. Bila jumlah muatan terangkut sudah memenuhi kapasitas maka
dibuat rute yang baru. Apabila seluruh barang (dalam hal ini sampah) telah
terangkut, maka solusi telah diperoleh.
Setelah itu, pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan Algoritma
Genetika yang memiliki langkah-langkah yang dijelaskan pada poin di bawah ini :
1. Menentukan parameter Algoritma Genetika, seperti :
1) Ukuran populasi.
2) Jumlah generasi.
3) Probabilitas crossover.
4) Probabilitas mutasi.
2. Menentukan representasi populasi yaitu bilangan yang mewakili data yang
akan diolah. Dalam penelitian ini, representasi yang digunakan untuk mewakili
data adalah representasi permutasi.
36
3. Melakukan inisialisasi populasi awal yang merupakan solusi inisial dari
permasalahan ini secara random.
4. Melakukan evaluasi nilai fitness dengan mengevaluasi fungsi objektif
kemudian mengkonversi nilai fungsi objektif menjadi nilai fitness.
5. Melakukan proses seleksi untuk menentukan populasi baru dengan
menggunakan metode roulette wheel. Adapun prosedur yang perlu dilakukan
dalam pemilihan calon parent dengan menggunakan roulette wheel ialah
sebagai berikut :
1) Cari jarak tempuh tiap rute.
2) Cari total jarak dari seluruh rute.
3) Hitung nilai fitness untuk setiap rute.
4) Hitung total fitness dari seluruh rute.
5) Cari probabilitas fitness untuk setiap rute.
6) Hitung probabilitas kumulatif setiap rute.
7) Generate bilangan random (0 sampai 1) dan bandingkan dengan
probabilitas kumulatif fitness untuk setiap rute.
6. Melakukan proses pindah silang (crossover) untuk menghasilkan offspring
yang diharapkan dapat memiliki nilai fitness yang lebih baik. Pada penelitian
ini, metode crossover yang digunakan ialah metode position-based crossover.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan pindah silang
dengan metode ini ialah :
1) Pilih secara acak sejumlah posisi dari parent 1.
2) Buat offspring dengan menduplikasi titik-titik lokasi yang diwakili oleh
posisi tersebut ke posisi yang sesuai dengan parent pada offspring.
3) Hapus titik lokasi yang telah terpilih dari parent 2. Urutan titik lokasi yang
tersisa pada parent 2 merupakan titik yang dibutuhkan oleh offspring.
4) Tempatkan titik-titik tersebut pada posisi yang belum terisi mulai dari kiri
ke kanan.
7. Melakukan proses mutasi dengan menggunakan metode reciprocal exchange
mutation, di mana proses mutasi dilakukan dengan menukarkan nilai dari dua
posisi gen secara acak. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dengan
metode ini ialah :
37
1) Pilih secara acak dua posisi kromosom.
2) Tukarkan posisi dua kromosom tersebut.
3) Individu baru telah terbentuk.
8. Menghitung nilai fitness dari setiap individu baik parent maupun offspring
yang ada di dalam populasi.
9. Mengulangi proses hingga beberapa iterasi untuk menemukan solusi yang lebih
baik.
10. Menentukan solusi terbaik berdasarkan iterasi yang telah dilakukan terhadap
beberapa generasi.
38
Gambar 4.6 Flowchart Penyelesaian Masalah dengan Algoritma Genetika
39
Gambar 4.7 Flowchart Seleksi Roulette Wheel
40
Gambar 4.8 Flowchart Position Bsed Crossover
41
Gambar 4.9 Flowchart Reciprocal Exchange Mutation
42
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Berdasarkan kepada tujuan penelitian ini, maka dapat dijelaskan hasil yang
telah dicapai yang dijelaskan di bagian berikut ini.
5.1 Kota Bandung Wilayah Barat
5.1.1 Volume Bak Sampah di Wilayah Barat
Data volume bak sampah yang diamati adalah bak sampah yang dilayani oleh
kendaraan rute dengan kapasitas 6 m3.
Tabel 5.1 Data Volume Bak Sampah di Wilayah Barat (satuan m3)
Sumber : PD. Kebersihan Kota Bandung Wilayah Barat
No Simbol TPS Volume No Simbol TPS Volume1 0 Pool ۔ 21 T Bak Pandu 22 A Pasar Rajawali 3 22 U CV. Tjiat Joe 33 B Rumah Sakit Hermina 3 23 V PT. Jatayu 34 C Hotel Nyland 3 24 W Dinas Pendidikan 5.55 D RW.6 Maleber 5 25 X Rumah Sakit Rajawali 36 E Perum. Cendrawasih 6 26 Y PT. Pabrik Mesin Teha 37 F Hotel Endah Parahyangan 2.5 27 Z PT. Indosuntex 2.58 G Museum Sribaduga 5 28 AA Komp. Sukaraja 59 H SPBU Kopo Jaya 2 29 AB King Singer 2
10 I PT. Sarana Kencana Mulya 3 30 AC RW.05 Cigondewah 211 J PT. Cahaya Berlian Lestari 5 31 AD PT. Bandung Indah Gemilang 312 K PT. Suryaputra Adipradana 7 32 AE Sapta Marga 613 L Es Cendol Elizabeth 2 33 AF Kipal 614 M Perum. Holis Permai 5 34 AG Baso Sapi Cihampelas 2.515 N Gor Padjadjaran 5.5 35 AH Tekmira 316 O Bandung Express 2 36 AI P4TKTK 617 P Metrologi 2.5 37 AJ SMA 13 Bandung 318 Q Bank BRI Kopo 2.5 38 AK SPBU Cibeureum 219 R Griya Center 7 39 AL Sinar Jaya 2.520 S PT. Inkaba 6 40 AM Sinar Ragamindo 3
145Jumlah Total
43
Berikut adalah gambar dari lokasi setiap titik sampah dan pool wilayah Barat yang
disajikan dalam sebuah peta dengan menggunakan google maps, yang dapat dilihat
pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Peta Lokasi Titik Sampah dan Pool Wilayah Barat
5.1.2 Jumlah dan Kapasitas Kendaraan
Dalam melakukan aktivitas pengangkutan sampah, jumlah kendaraan yang diamati
hanya pada jenis kendaraan dumptruck yang dimiliki oleh PD. Kebersihan Kota
Bandung dengan jumlah sebanyak 5 unit. Dumptruck yang diamati ini memiliki
kapasitas sejauh 3m3, dengan faktor kompaksi truk sejauh 20%, sehingga
kapasitas truk 6 m3 ini dapat mengangkut sampah sebanyak 7,2 m3. Berikut adalah
gambar dari jenis kendaraan dumptruck yang digunakan oleh PD. Kebersihan Kota
Bandung untuk menggangkut sampah.
44
Gambar 5.2 Jenis Kendaraan Dumptruck 6 m3
5.1.3 Data Waktu dan Biaya yang Dibutuhkan
1. Data waktu yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Waktu loading bak sampah 2 m3 = 28 menit
b. Waktu loading bak sampah 2.5 m3 = 38 menit
c. Waktu loading bak sampah 3 m3 = 47 menit
d. Waktu loading bak sampah 5 m3 = 62 menit
e. Waktu loading bak sampah 5.5 m3 = 69 menit
f. Waktu loading bak sampah 6 m3 = 75 menit
g. Waktu loading bak sampah 7 m3 = 91 menit
h. Kecepatan rata-rata kendaraan = 20 km/jam
2. Data biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Biaya bahan bakar = Rp. 140.000/sekali operasi
b. Harga bahan bakar (solar) = 5.150/liter
c. Biaya masuk tol Pasteur – Baros = Rp. 3.500,-
d. Biaya masuk tol Pasirkoja – Baros = Rp. 4.500,-
e. Biaya pengemudi = Rp.3.200.000/orang/bulan atau Rp.128.000/orang/hari
f. Biaya kru = Rp.2.900.000/orang/bulan atau Rp.116.000/orang/hari
45
5.2 Pengolahan Data
5.2.1 Matriks Jarak
Data jarak diperoleh dengan menggunakan salah satu fitur yang terdapat dalam google maps yaitu shortest path. Jarak yang telah
didapatkan dari setiap TPS dengan pool, jarak antara TPS dengan TPS, jarak setiap TPS dengan SPA, dan jarak SPA dengan pool,
selanjutnya dibuat dalam sebuah matriks jarak. Berikut adalah matriks jarak yang dapat diihat pada Table 5.2.
Tabel 5.2 Matriks Jarak (Km)
Volu
me
(m3)
0 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S
0 4.50 8.50 12.70 5.95 5.90 3.90 5.60 3.80 4.30 3.80 4.40 5.60 0.35 6.60 6.30 7.40 4.00 4.50 5.20A 3 4.00 4.20 5.75 3.40 2.50 4.30 5.50 5.90 3.70 4.90 4.40 4.20 2.60 2.30 3.50 4.90 5.80 0.90B 3 0.20 5.00 6.60 5.80 5.40 7.60 7.20 7.60 7.20 6.00 7.50 3.20 2.40 1.60 7.00 7.00 3.40C 3 5.10 6.80 6.00 5.60 7.80 7.40 7.80 7.40 6.20 7.70 3.40 2.60 1.80 7.20 7.20 3.60D 5 1.50 1.20 6.90 6.80 6.80 4.30 6.90 7.50 4.20 5.20 4.90 6.00 6.50 7.00 3.80E 6 0.85 7.10 8.20 6.90 5.60 7.10 7.70 5.60 5.40 5.10 6.20 6.60 7.30 4.00F 2.5 6.20 6.20 5.80 3.70 6.10 6.80 3.60 4.50 4.20 5.30 5.80 5.60 3.10G 5 3.10 5.80 3.60 1.80 0.60 5.60 4.10 3.80 5.00 2.50 2.10 3.70H 2 1.30 8.30 1.50 2.60 3.80 5.90 5.60 6.80 0.24 1.00 5.50I 3 2.10 0.35 1.40 4.30 5.90 5.60 6.70 1.00 0.23 5.40J 5 2.50 3.60 3.40 6.30 6.00 7.10 1.90 1.90 4.30K 7 1.20 4.40 5.90 5.60 6.70 1.20 0.55 5.60L 2 5.60 4.70 4.40 5.60 2.40 1.70 4.30M 5 6.20 5.90 7.00 3.90 4.50 4.80N 5.5 0.30 1.70 7.30 5.70 2.10O 2 1.10 7.50 5.40 1.80P 2.5 6.50 7.20 2.90Q 2.5 0.75 6.00R 7 5.60S 6
46
Lanjutan Tabel 5.2 Matriks Jarak (Km)
Volu
me
(m3
)
T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM SPA
0 5.90 6.00 5.20 6.60 4.00 4.90 2.80 6.50 2.40 1.40 1.40 5.60 5.50 2.60 3.40 6.70 5.80 5.50 6.40 3.40 13.70A 3 1.9 2.00 1.00 2.70 1.80 0.35 3.20 7.40 3.80 5.60 5.60 3.70 3.60 1.80 1.70 2.80 3.20 3.30 2.20 1.20 13.20B 3 2.50 2.6 3.20 1.80 5.00 3.50 6.40 3.50 7.00 8.80 8.80 7.00 6.90 5.30 5.90 2.60 6.50 6.60 3.70 5.10 9.30C 3 2.70 2.80 3.4 2.00 5.20 3.70 6.60 3.30 7.20 9.00 9.00 7.20 7.10 5.50 6.10 2.80 6.70 6.80 3.90 5.30 9.10D 5 4.60 4.70 3.90 5.2 1.50 3.60 1.90 3.50 3.70 5.50 5.50 1.80 1.70 3.50 4.10 5.40 1.30 1.40 5.40 2.10 7.20E 6 4.80 4.90 4.00 5.40 1.6 3.70 3.30 3.10 3.90 6.90 6.90 0.85 0.75 4.80 4.30 5.50 0.16 0.40 5.80 2.30 6.80F 2.5 3.90 4.00 3.20 4.50 0.75 2.8 1.30 5.50 1.90 4.90 4.90 1.20 1.10 2.80 3.40 4.60 0.70 0.80 4.70 1.40 16.30G 5 4.20 4.30 3.50 4.20 5.50 4.70 5.6 8.70 6.20 5.90 4.30 7.40 7.30 4.70 4.10 4.30 6.90 7.00 2.00 5.60 16.90H 2 6.00 6.10 5.30 5.90 5.90 5.40 5.20 8.4 5.80 3.20 2.70 7.50 7.40 4.50 4.90 6.10 6.70 6.80 3.80 5.30 15.70I 3 6.00 6.10 5.30 5.90 5.90 6.80 5.20 8.30 5.8 4.50 2.90 7.50 7.40 4.50 4.90 6.00 6.80 6.90 3.70 5.20 16.20J 5 5.70 5.80 4.40 6.30 3.70 4.10 3.10 6.20 3.70 4.1 2.40 5.40 5.30 2.30 3.50 6.40 4.70 4.70 4.20 3.10 14.10K 7 6.30 6.40 5.50 6.30 6.20 5.30 5.70 8.70 6.10 4.60 3 7.80 7.70 4.50 4.80 6.40 6.90 7.00 4.10 5.60 16.50L 2 4.80 4.90 4.10 4.70 6.90 5.30 6.30 9.30 6.80 5.80 4.20 8.5 8.40 5.30 4.70 4.80 7.50 7.60 2.50 6.20 17.60M 5 5.60 5.70 4.90 6.20 3.70 4.60 3.30 6.10 2.80 1.40 1.20 5.30 5.2 2.30 3.00 6.40 5.40 5.20 6.10 3.00 13.40N 5.5 1.20 1.30 1.90 0.90 3.70 2.20 5.20 6.60 5.70 7.50 7.40 5.70 5.60 4 4.70 0.65 5.20 5.30 2.40 3.80 12.40O 2 0.95 1.05 1.60 0.75 3.50 1.90 5.00 5.90 5.40 7.20 7.10 5.40 5.30 3.80 4.4 0.50 4.90 5.00 2.20 3.50 11.60P 2.5 2.10 2.20 2.70 0.80 4.60 3.00 6.10 5.10 6.60 8.30 8.20 6.50 6.40 5.30 5.50 1.4 6.00 6.10 3.30 4.70 10.90Q 2.5 5.80 5.90 5.10 4.50 5.70 5.20 5.10 8.10 5.60 3.40 3.50 7.30 7.20 4.30 4.80 5.80 7.4 6.50 3.50 5.00 16.00R 7 5.80 5.90 5.00 5.70 5.70 5.20 5.10 8.10 5.60 4.70 4.00 7.30 7.20 4.30 4.60 5.80 7.40 7.1 3.50 5.00 16.00S 6 1.70 0.10 0.20 2.10 2.40 0.55 4.20 6.80 4.30 6.10 6.00 4.30 4.20 2.40 3.30 2.20 3.80 3.90 2.7 1.80 12.6
47
Lanjutan Tabel 5.2 Matriks Jarak (Km)
Volu
me
(m3)
U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM SPA
T 2 1.80 1.80 1.20 3.10 1.60 4.60 6.00 5.10 6.90 6.80 5.10 5.00 3.40 4.00 1.40 4.60 4.70 4.30 2.80 11.80U 3 0.24 2.10 2.40 0.60 4.20 6.90 4.40 6.20 6.10 4.30 4.20 2.50 3.30 2.20 3.80 3.90 2.80 1.80 12.70V 3 1.90 2.40 0.65 4.20 6.70 4.40 6.20 6.10 4.40 4.30 2.50 3.30 2.00 3.90 4.00 2.80 1.90 12.40W 5.5 3.80 2.20 5.30 5.30 5.70 7.50 7.40 5.70 5.40 4.50 4.70 0.70 5.20 5.30 4.40 3.90 11.10X 3 2.10 1.50 4.30 2.00 5.00 4.80 2.00 1.70 2.90 2.10 3.90 1.50 1.50 4.00 0.55 8.50Y 3 3.60 6.40 4.10 5.90 5.70 4.10 4.00 2.10 1.70 2.80 3.60 3.60 2.20 1.50 10.50Z 2.5 3.90 0.75 3.70 4.10 3.00 2.90 2.20 1.40 5.30 3.10 2.80 5.30 1.90 7.60
AA 5 4.40 7.40 7.30 2.90 2.80 3.50 4.60 5.60 3.00 2.60 8.30 5.50 6.00AB 2 3.20 3.70 3.60 3.50 3.10 1.60 5.90 3.70 3.40 5.80 2.50 8.20AC 2 1.50 6.60 6.50 3.60 4.30 7.60 6.70 6.40 7.00 5.00 14.70AD 3 6.50 6.40 3.40 4.20 7.50 6.60 6.30 6.10 4.20 14.60AE 6 0.30 4.20 3.80 5.80 0.70 0.40 6.10 2.50 7.20AF 6 4.10 3.60 5.60 0.40 0.16 5.80 2.30 6.90AG 2.5 0.75 4.60 4.60 3.60 3.00 2.20 9.10AH 3 4.80 3.90 4.20 2.50 1.50 8.30AI 6 5.40 5.10 2.30 3.60 11.50AJ 3 0.20 5.60 2.00 6.70AK 2 5.70 2.20 6.80AL 2.5 3.10 11.00AM 3 9.80
48
5.2.2 Matriks Savings
Dari data yang didapatkan dari matriks jarak tersebut, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai savings dengan menggunakan
persamaan 𝑆 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐 yang merupakan modifikasi dari metode Clarke & Wright Savings, agar sesuai dengan
keadaan dilapangan. Nilai savings yang telah didapatkan dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam sebuah matriks savings yang
dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Matriks Savings
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
A 3 31.40 35.40 27.10 29.40 28.30 28.20 25.20 25.30 27.00 26.40 28.10 23.05 30.90 30.90 30.80 26.00 25.60 31.20 30.90B 3 35.50 23.95 22.30 21.10 23.20 19.20 20.10 19.20 20.20 22.60 15.85 26.40 26.90 28.80 20.00 20.50 24.80 26.40C 3 23.65 21.90 20.70 22.80 18.80 19.70 18.80 19.80 22.20 15.45 26.00 26.50 28.40 19.60 20.10 24.40 26.00D 5 25.30 23.60 19.60 17.90 18.40 20.40 18.40 19.00 17.05 22.30 22.30 22.30 18.40 18.40 22.30 22.20E 6 23.55 19.00 16.10 17.90 18.70 17.80 18.40 15.25 21.70 21.70 21.70 17.90 17.70 21.70 21.60F 2.5 29.40 27.60 28.50 30.10 28.30 28.80 26.75 32.10 32.10 32.10 28.20 28.90 32.10 32.00G 5 31.30 29.10 30.80 33.20 35.60 25.35 33.10 33.10 33.00 32.10 33.00 32.10 32.30H 2 32.40 24.90 32.30 32.40 25.95 30.10 30.10 30.00 33.16 32.90 29.10 29.30I 3 31.60 33.95 34.10 25.95 30.60 30.60 30.60 32.90 34.17 29.70 29.80J 5 29.70 29.80 24.75 28.10 28.10 28.10 29.90 30.40 28.70 28.00K 7 34.60 26.15 30.90 30.90 30.90 33.00 34.15 29.80 29.80L 2 26.05 33.20 33.20 33.10 32.90 34.10 32.20 32.40M 5 27.50 27.50 27.50 27.20 27.10 27.50 27.40N 5.5 32.10 31.80 22.80 24.90 29.20 30.80O 2 31.60 21.80 24.40 28.70 30.25P 2.5 22.10 21.90 26.90 28.40Q 2.5 33.45 28.90 29.80R 7 29.30 29.80S 6 30.50T 2
49
Lanjutan Tabel 5.3. Matriks Savings
U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM
A 3 30.90 31.10 30.80 29.10 31.45 26.50 26.00 25.50 22.70 22.70 28.80 28.80 27.70 28.60 30.80 29.50 29.10 31.10 29.10B 3 26.4 25.00 27.80 22.00 24.40 19.40 26.00 18.40 15.60 15.60 21.60 21.60 20.30 20.50 27.10 22.30 21.90 25.70 21.30C 3 26.00 24.6 27.40 21.60 24.00 19.00 26.00 18.00 15.20 15.20 21.20 21.20 19.90 20.10 26.70 21.90 21.50 25.30 20.90D 5 22.20 22.20 22.3 23.40 22.20 21.80 23.90 19.60 16.80 16.80 24.70 24.70 20.00 20.20 22.20 25.40 25.00 21.90 22.20E 6 21.60 21.70 21.70 22.9 21.70 20.00 23.90 19.00 15.00 15.00 25.25 25.25 18.30 19.60 21.70 26.14 25.60 21.10 21.60F 2.5 32.00 32.00 32.10 33.25 32.1 31.50 31.00 30.50 26.50 26.50 34.40 34.40 29.80 30.00 32.10 35.10 34.70 31.70 32.00G 5 32.30 32.30 33.00 29.10 30.80 27.8 28.40 26.80 26.10 27.70 28.80 28.80 28.50 29.90 33.00 29.50 29.10 35.00 28.40H 2 29.30 29.30 30.10 27.50 28.90 27.00 27.5 26.00 27.60 28.10 27.50 27.50 27.50 27.90 30.00 28.50 28.10 32.00 27.50I 3 29.80 29.80 30.60 28.00 28.00 27.50 28.10 26.5 26.80 28.40 28.00 28.00 28.00 28.40 30.60 28.90 28.50 32.60 28.10J 5 28.00 28.60 28.10 28.10 28.60 27.50 28.10 26.50 25.1 26.80 28.00 28.00 28.10 27.70 28.10 28.90 28.60 30.00 28.10K 7 29.80 29.90 30.50 28.00 29.80 27.30 28.00 26.50 27.00 28.6 28.00 28.00 28.30 28.80 30.50 29.10 28.70 32.50 28.00L 2 32.40 32.40 33.20 28.40 30.90 27.80 28.50 26.90 26.90 28.50 28.4 28.40 28.60 30.00 33.20 29.60 29.20 35.20 28.50M 5 27.40 27.40 27.50 27.40 27.40 26.60 27.50 26.70 27.10 27.30 27.40 27.4 27.40 27.50 27.40 27.50 27.40 27.40 27.50N 5.5 30.80 29.40 31.80 26.40 28.80 23.70 26.00 22.80 20.00 20.10 26.00 26.00 24.7 24.80 32.15 26.70 26.30 30.10 25.70O 2 30.25 28.90 31.15 25.80 28.30 23.10 25.90 22.30 19.50 19.60 25.50 25.50 24.10 24.3 31.50 26.20 25.80 29.50 25.20P 2.5 28.40 27.10 30.40 24.00 26.50 21.30 26.00 20.40 17.70 17.80 23.70 23.70 21.90 22.50 29.9 24.40 24.00 27.70 23.30Q 2.5 29.80 29.80 31.80 28.00 29.40 27.40 28.10 26.50 27.70 27.60 28.00 28.00 28.00 28.30 30.60 28.1 28.70 32.60 28.10R 7 29.80 29.90 30.60 28.00 29.40 27.40 28.10 26.50 26.40 27.10 28.00 28.00 28.00 28.50 30.60 28.10 28.1 32.60 28.10S 6 32.20 31.30 30.80 27.90 30.65 24.90 26.00 24.40 21.60 21.70 27.60 27.60 26.50 26.40 30.80 28.30 27.90 30 27.90T 2 29.70 28.90 30.90 26.40 28.80 23.70 26.00 22.80 20.00 20.10 26.00 26.00 24.70 24.90 30.80 26.70 26.30 27.60 26.1
50
Lanjutan Tabel 5.3. Matriks Savings
U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM
U 3 31.36 30.90 28.00 30.70 25.00 26.00 24.40 21.60 21.70 27.70 27.70 26.50 26.50 30.90 28.40 28.00 30.00 28.00V 3 30.80 27.70 30.35 24.70 25.90 24.10 21.30 21.40 27.30 27.30 26.20 26.20 30.80 28.00 27.60 29.70 27.60W 5.5 25.00 27.50 22.30 26.00 21.50 18.70 18.80 24.70 24.90 22.90 23.50 30.80 25.40 25.00 26.80 24.30X 3 25.00 23.50 24.40 22.60 18.60 18.80 25.80 26.00 21.90 23.50 25.00 26.50 26.20 24.60 25.05Y 3 23.40 24.30 22.50 19.70 19.90 25.70 25.70 24.70 25.90 28.10 26.40 26.10 28.40 26.10Z 2.5 23.90 22.95 19.00 18.60 23.90 23.90 21.70 23.30 22.70 24.00 24.00 22.40 22.80
AA 5 17.70 13.70 13.80 22.40 22.40 18.80 18.50 20.80 22.50 22.60 17.80 17.60AB 2 20.10 19.60 23.90 23.90 21.40 23.70 22.70 24.00 24.00 22.50 22.80AC 2 28.30 27.40 27.40 27.40 27.50 27.50 27.50 27.50 27.80 26.80AD 3 27.40 27.40 27.50 27.50 27.50 27.50 27.50 28.60 27.50AE 6 26.10 19.30 20.50 21.80 26.00 26.00 21.20 21.80AF 6 19.10 20.40 21.70 26.00 25.94 21.20 21.70AG 2.5 25.45 24.90 24.00 24.70 26.20 24.00AH 3 23.90 23.90 23.30 25.90 23.90AI 6 25.60 25.60 29.30 25.00AJ 3 25.70 21.20 21.80AK 2 21.20 21.70AL 2.5 25.00AM 3
51
Perhitungan nilai savings menggunakan rumus 𝑆 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐
Dimana : Sij = Nilai penghematan jarak dari titik i ke titik j
c0j = Jarak dari pool ke titik j
ciSPA = Jarak dari titik i ke SPA
cSPA0 = Jarak dari SPA ke pool
cij = Jarak dari titik i ke titik j
Berikut adalah contoh perhitungan nilai savings :
1. Pasar Rajawali – RS. Hermina :
coB+ cASPA+ cSPA0 – cAB = (8,5 + 13,20 + 13,70) – 4,00 = 31,4
2. RS. Hermina – Hotel Nyland :
coC+ cBSPA+ cSPA0 – cBC = (12,7 + 9,30 + 13,70) – 0,20 = 35,50
3. Hotel Nyland – Maleber RW.06
coD+ cCSPA+ cSPA0 – cCD = (5,95 + 9,10 + 13,70) – 5,10 = 23,65
5.2.3 Perancangan Rute
Hasil perhitungan nilai savings yang terdapat dari matriks tadi, kemudian dilakukan
pengurutan dari nilai savings yang paling tinggi sampai nilai savings yang paling
rendah. Hal ini dilakukan untuk menentukan rute awal dan akhir dengan
mempertimbangkan juga kapasitas dari masing-masing titik yang dapat diangkut oleh
dumptruck. Nilai savings yang telah diurutkan dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Urutan nilai savings
No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings1 G-L 35.6 16 Q-R 33.45 31 G-AI 33 46 G-V 32.32 B-C 35.5 17 F-X 33.25 32 H-R 32.9 47 H-K 32.33 A-C 35.4 18 L-N 33.2 33 I-Q 32.9 48 S-U 32.24 L-AL 35.2 19 L-O 33.2 34 L-Q 32.9 49 L-S 32.25 F-AJ 35.1 20 L-W 33.2 35 I-AL 32.6 50 N-AI 32.156 G-AL 35 21 G-K 33.2 36 Q-AL 32.6 51 F-N 32.17 F-AK 34.7 22 L-AI 33.2 37 R-AL 32.6 52 G-Q 32.18 K-L 34.6 23 H-Q 33.16 38 K-AL 32.5 53 F-O 32.19 F-AE 34.4 24 L-P 33.1 39 L-T 32.4 54 G-S 32.1
10 F-AF 34.4 25 G-N 33.1 40 L-U 32.4 55 F-P 32.111 I-R 34.17 26 G-O 33.1 41 L-V 32.4 56 F-S 32.112 K-R 34.15 27 G-P 33 42 H-I 32.4 57 F-W 32.113 L-R 34.1 28 G-R 33 43 H-L 32.4 58 N-O 32.114 I-L 34.1 29 K-Q 33 44 G-T 32.3 59 F-Y 32.115 I-K 33.95 30 G-W 33 45 G-U 32.3 60 F-AI 32.1
52
Lanjutan Tabel 5.4 Urutan nilai savings
No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings61 F-T 32 111 R-W 30.6 161 V-AL 29.7 211 L-AG 28.662 F-U 32 112 I-O 30.6 162 L-AJ 29.6 212 AD-AL 28.663 F-V 32 113 I-P 30.6 163 A-AJ 29.5 213 F-I 28.564 H-AL 32 114 I-W 30.6 164 G-AJ 29.5 214 G-AG 28.565 F-AM 32 115 I-AI 30.6 165 O-AL 29.5 215 H-AJ 28.566 N-W 31.8 116 Q-AI 30.6 166 N-V 29.4 216 I-AK 28.567 Q-W 31.8 117 R-AI 30.6 167 Q-Y 29.4 217 L-AA 28.568 N-P 31.8 118 S-T 30.5 168 R-Y 29.4 218 L-AD 28.569 F-AL 31.7 119 K-W 30.5 169 F-G 29.4 219 L-AM 28.570 O-P 31.6 120 F-AB 30.5 170 A-E 29.4 220 R-AH 28.571 I-J 31.6 121 K-AI 30.5 171 H-T 29.3 221 C-P 28.472 F-Z 31.5 122 J-R 30.4 172 H-U 29.3 222 G-AA 28.473 O-AI 31.5 123 P-W 30.4 173 R-S 29.3 223 G-AM 28.474 A-Y 31.45 124 V-Y 30.35 174 H-V 29.3 224 I-AD 28.475 A-B 31.4 125 O-T 30.25 175 AI-AL 29.3 225 I-AH 28.476 U-V 31.36 126 O-U 30.25 176 N-S 29.2 226 L-X 28.477 S-V 31.3 127 H-N 30.1 177 L-AK 29.2 227 L-AE 28.478 G-H 31.3 128 H-O 30.1 178 H-S 29.1 228 L-AF 28.479 A-S 31.2 129 H-W 30.1 179 A-X 29.1 229 P-T 28.480 O-W 31.15 130 F-J 30.1 180 G-I 29.1 230 P-U 28.481 A-V 31.1 131 N-AL 30.1 181 G-X 29.1 231 U-AJ 28.482 A-AL 31.1 132 H-P 30 182 K-AJ 29.1 232 Y-AL 28.483 F-AA 31 133 F-AH 30 183 A-AK 29.1 233 A-F 28.384 A-N 30.9 134 L-AH 30 184 G-AK 29.1 234 F-K 28.385 A-O 30.9 135 H-AI 30 185 A-AM 29.1 235 K-AG 28.386 T-W 30.9 136 J-AL 30 186 Q-S 28.9 236 O-Y 28.387 U-W 30.9 137 S-AL 30 187 O-V 28.9 237 Q-AH 28.388 K-N 30.9 138 U-AL 30 188 T-V 28.9 238 S-AJ 28.389 L-Y 30.9 139 K-V 29.9 189 F-R 28.9 239 AC-AD 28.390 A-T 30.9 140 R-V 29.9 190 H-Y 28.9 240 A-G 28.291 K-O 30.9 141 J-Q 29.9 191 I-AJ 28.9 241 F-Q 28.292 A-U 30.9 142 G-AH 29.9 192 J-AJ 28.9 242 A-L 28.193 K-P 30.9 143 P-AI 29.9 193 A-AE 28.8 243 H-AD 28.194 U-AI 30.9 144 I-T 29.8 194 A-AF 28.8 244 H-AK 28.195 N-T 30.8 145 K-S 29.8 195 B-P 28.8 245 I-AA 28.196 N-U 30.8 146 Q-T 29.8 196 F-L 28.8 246 I-AM 28.197 A-AI 30.8 147 R-T 29.8 197 G-AE 28.8 247 J-N 28.198 S-W 30.8 148 I-V 29.8 198 G-AF 28.8 248 J-O 28.199 V-W 30.8 149 K-T 29.8 199 K-AH 28.8 249 J-P 28.1
100 A-P 30.8 150 Q-V 29.8 200 N-Y 28.8 250 J-W 28.1101 G-J 30.8 151 R-U 29.8 201 T-Y 28.8 251 J-X 28.1102 G-Y 30.8 152 K-Y 29.8 202 J-S 28.7 252 J-AA 28.1103 A-W 30.8 153 I-U 29.8 203 K-AK 28.7 253 J-AG 28.1104 S-AI 30.8 154 Q-U 29.8 204 O-S 28.7 254 J-AI 28.1105 T-AI 30.8 155 K-U 29.8 205 Q-AK 28.7 255 J-AM 28.1106 V-AI 30.8 156 J-L 29.8 206 A-AH 28.6 256 Q-AA 28.1107 W-AI 30.8 157 F-AG 29.8 207 J-V 28.6 257 Q-AJ 28.1108 U-Y 30.7 158 T-U 29.7 208 J-Y 28.6 258 Q-AM 28.1109 S-Y 30.65 159 I-S 29.7 209 J-AK 28.6 259 R-AA 28.1110 I-N 30.6 160 J-K 29.7 210 K-AD 28.6 260 R-AJ 28.1
53
54
Lanjutan Tabel 5.4 Urutan nilai savings
No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings261 R-AK 28.1 311 T-AL 27.6 361 K-Z 27.3 411 T-X 26.4262 R-AM 28.1 312 V-AK 27.6 362 M-AD 27.3 412 Y-AJ 26.4263 Y-AI 28.1 313 V-AM 27.6 363 V-AE 27.3 413 N-AK 26.3264 I-X 28 314 H-X 27.5 364 V-AF 27.3 414 T-AK 26.3265 I-Y 28 315 H-AA 27.5 365 M-Q 27.2 415 O-AJ 26.2266 I-AE 28 316 H-AE 27.5 366 A-D 27.1 416 V-AG 26.2267 I-AF 28 317 H-AF 27.5 367 B-AI 27.1 417 V-AH 26.2268 I-AG 28 318 H-AG 27.5 368 M-R 27.1 418 X-AK 26.2269 J-T 28 319 H-AM 27.5 369 M-AC 27.1 419 AG-AL 26.2270 J-U 28 320 I-Z 27.5 370 P-V 27.1 420 K-M 26.15271 J-AE 28 321 J-Z 27.5 371 R-AD 27.1 421 E-AJ 26.14272 J-AF 28 322 M-N 27.5 372 A-J 27 422 G-AC 26.1273 K-X 28 323 M-O 27.5 373 H-Z 27 423 T-AM 26.1274 K-AA 28 324 M-P 27.5 374 K-AC 27 424 Y-AK 26.1275 K-AE 28 325 M-S 27.5 375 B-O 26.9 425 Y-AM 26.1276 K-AF 28 326 M-W 27.5 376 L-AB 26.9 426 AE-AF 26.1277 K-AM 28 327 M-AA 27.5 377 L-AC 26.9 427 L-M 26.05278 Q-X 28 328 M-AH 27.5 378 P-S 26.9 428 A-Q 26279 Q-AE 28 329 M-AJ 27.5 379 G-AB 26.8 429 A-AA 26280 Q-AF 28 330 M-AM 27.5 380 I-AC 26.8 430 D-AA 26281 Q-AG 28 331 W-Y 27.5 381 J-AD 26.8 431 C-N 26282 R-X 28 332 AC-AH 27.5 382 W-AL 26.8 432 C-T 26283 R-AE 28 333 AC-AI 27.5 383 AC-AM 26.8 433 C-U 26284 R-AF 28 334 AC-AJ 27.5 384 F-M 26.75 434 C-AA 26285 R-AG 28 335 AC-AK 27.5 385 C-AI 26.7 435 H-AB 26286 U-X 28 336 AD-AG 27.5 386 M-AB 26.7 436 N-AA 26287 U-AK 28 337 AD-AH 27.5 387 N-AJ 26.7 437 N-AE 26288 U-AM 28 338 AD-AI 27.5 388 M-AJ 26.7 438 N-AF 26289 V-AJ 28 339 AD-AJ 27.5 389 M-Z 26.6 439 P-AA 26290 H-AH 27.9 340 AD-AM 27.5 390 A-Z 26.5 440 S-AA 26291 S-X 27.9 341 AD-AM 27.5 391 C-O 26.5 441 T-AA 26292 S-AK 27.9 342 C-W 27.4 392 F-AC 26.5 442 T-AE 26293 S-AM 27.9 343 M-T 27.4 393 F-AD 26.5 443 T-AF 26294 B-W 27.8 344 M-U 27.4 394 I-AB 26.5 444 U-AA 26295 G-Z 27.8 345 M-V 27.4 395 J-AB 26.5 445 W-AA 26296 L-Z 27.8 346 M-X 27.4 396 K-AB 26.5 446 X-AF 26297 AC-AL 27.8 347 M-Y 27.4 397 P-Y 26.5 447 AE-AJ 26298 A-AG 27.7 348 M-AE 27.4 398 Q-AB 26.5 448 AE-AK 26299 G-AD 27.7 349 M-AF 27.4 399 R-AB 26.5 449 AF-AJ 26300 J-AH 27.7 350 M-AG 27.4 400 S-AG 26.5 450 H-M 25.95301 P-AL 27.7 351 M-AI 27.4 401 U-AG 26.5 451 I-M 25.95302 Q-AC 27.7 352 M-AK 27.4 402 U-AH 26.5 452 AF-AK 25.94303 U-AE 27.7 353 M-AL 27.4 403 X-AJ 26.5 453 O-AA 25.9304 U-AF 27.7 354 Q-Z 27.4 404 A-K 26.4 454 V-AA 25.9305 V-X 27.7 355 R-Z 27.4 405 B-N 26.4 455 Y-AH 25.9306 F-H 27.6 356 AC-AE 27.4 406 B-T 26.4 456 AH-AL 25.9307 H-AC 27.6 357 AC-AF 27.4 407 B-U 26.4 457 O-X 25.8308 Q-AD 27.6 358 AC-AG 27.4 408 N-X 26.4 458 O-AK 25.8309 S-AE 27.6 359 AD-AE 27.4 409 R-AC 26.4 459 X-AE 25.8310 S-AF 27.6 360 AD-AF 27.4 410 S-AH 26.4 460 B-AL 25.7
55
Lanjutan Tabel 5.4 Urutan nilai savings
No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings461 N-AM 25.7 511 C-V 24.6 561 B-G 23.2 611 X-AG 21.9462 Y-AE 25.7 512 X-AL 24.6 562 O-Z 23.1 612 D-Z 21.8463 Y-AF 25.7 513 B-Y 24.4 563 A-M 23.05 613 O-Q 21.8464 Y-AK 25.7 514 C-S 24.4 564 Z-AB 22.95 614 AE-AI 21.8465 A-R 25.6 515 O-R 24.4 565 E-X 22.9 615 AE-AM 21.8466 E-AK 25.6 516 P-AJ 24.4 566 W-AG 22.9 616 AJ-AM 21.8467 AI-AJ 25.6 517 S-AB 24.4 567 C-G 22.8 617 E-N 21.7468 AI-AK 25.6 518 U-AB 24.4 568 N-Q 22.8 618 E-O 21.7469 A-AB 25.5 519 X-AA 24.4 569 N-AB 22.8 619 E-P 21.7470 O-AE 25.5 520 O-AH 24.3 570 T-AB 22.8 620 E-S 21.7471 O-AF 25.5 521 W-AM 24.3 571 Z-AM 22.8 621 E-V 21.7472 AG-AH 25.45 522 Y-AA 24.3 572 AB-AM 22.8 622 E-W 21.7473 D-AJ 25.4 523 O-AG 24.1 573 A-AC 22.7 623 E-Y 21.7474 W-AJ 25.4 524 V-AB 24.1 574 A-AD 22.7 624 E-AI 21.7475 G-M 25.35 525 C-Y 24 575 Z-AI 22.7 625 S-AD 21.7476 A-I 25.3 526 P-X 24 576 AB-AI 22.7 626 U-AD 21.7477 C-AL 25.3 527 P-AK 24 577 B-L 22.6 627 J-AG 21.7478 D-E 25.3 528 Z-AJ 24 578 X-AB 22.6 628 AF-AI 21.7479 E-AE 25.25 529 Z-AK 24 579 AA-AK 22.6 629 AF-AM 21.7480 E-AF 25.25 530 AB-AJ 24 580 P-AH 22.5 630 AK-AM 21.7481 A-H 25.2 531 AB-AK 24 581 Y-AB 22.5 631 B-AE 21.6482 O-AM 25.2 532 AG-AJ 24 582 AA-AJ 22.5 632 B-AF 21.6483 J-AC 25.1 533 AG-AM 24 583 AB-AL 22.5 633 C-X 21.6484 X-AM 25.05 534 B-D 23.95 584 Z-AL 22.4 634 E-T 21.6485 B-V 25 535 D-AA 23.9 585 AA-AE 22.4 635 E-U 21.6486 D-AK 25 536 E-AA 23.9 586 AA-AF 22.4 636 E-AM 21.6487 U-Z 25 537 Z-AA 23.9 587 B-E 22.3 637 S-AC 21.6488 W-X 25 538 Z-AE 23.9 588 B-AJ 22.3 638 U-AC 21.6489 W-AK 25 539 Z-AF 23.9 589 B-N 22.3 639 C-AK 21.5490 X-Y 25 540 AB-AE 23.9 590 B-O 22.3 640 W-AB 21.5491 X-AI 25 541 AB-AF 23.9 591 B-P 22.3 641 I-AD 21.4492 AI-AM 25 542 AH-AI 23.9 592 D-S 22.3 642 AB-AG 21.4493 AL-AM 25 543 AH-AJ 23.9 593 D-W 22.3 643 B-AM 21.3494 A-J 24.9 544 AH-AM 23.9 594 O-AB 22.3 644 P-Z 21.3495 N-R 24.9 545 N-Z 23.7 595 W-Z 22.3 645 V-AC 21.3496 S-Z 24.9 546 P-AE 23.7 596 C-L 22.2 646 C-AE 21.2497 T-AH 24.9 547 P-AF 23.7 597 D-T 22.2 647 C-AF 21.2498 W-AF 24.9 548 T-Z 23.7 598 D-U 22.2 648 AE-AL 21.2499 AG-AI 24.9 549 AB-AH 23.7 599 D-V 22.2 649 AF-AL 21.2500 B-S 24.8 550 C-D 23.65 600 D-Y 22.2 650 AJ-AL 21.2501 N-AH 24.8 551 D-F 23.6 601 D-AI 22.2 651 AK-AL 21.2502 J-M 24.75 552 E-F 23.55 602 D-AM 22.2 652 B-F 21.1503 D-AE 24.7 553 W-AH 23.5 603 P-Q 22.1 653 E-AL 21.1504 D-AF 24.7 554 X-Z 23.5 604 B-X 22 654 C-AM 20.9505 N-AG 24.7 555 X-AH 23.5 605 B-AK 21.9 655 AA-AI 20.8506 T-AG 24.7 556 D-X 23.4 606 C-E 21.9 656 C-F 20.7507 V-Z 24.7 557 Y-Z 23.4 607 C-AJ 21.9 657 B-R 20.5508 W-AE 24.7 558 P-AM 23.3 608 D-AL 21.9 658 B-AH 20.5509 Y-AG 24.7 559 Z-AH 23.3 609 P-R 21.9 659 AE-AH 20.5510 AG-AK 24.7 560 AH-AK 23.3 610 P-AG 21.9 660 D-J 20.4
56
Lanjutan Tabel 5.4 Urutan nilai savings
Rute Sub cluster 1
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 35,6 pada rute dari
Pool – Museum Sribaduga – Es Cendol Elizabeth – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke
Museum Sribaduga sejauh 5,6 km dengan volume sampah di Museum Sribaduga
sebanyak 5 m3. Jarak dari Museum Sribaduga ke Pabrik Es Cendol Elizabeth sejauh
0,6 km dengan volume sampah di Pabrik Es Cendol Elizabeth sebanyak 2 m3.
Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7 m3, maka sub
cluster 1 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 37,5 km.
Gambar 5.3 Rute Sub cluster 1
Rute Sub cluster 2
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 35,5 pada rute dari
Pool – Rumah Sakit Hermina – Hotel Nyland – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke RS.
No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings No Rute Savings661 P-AB 20.4 681 Y-AC 19.7 701 W-AD 18.8 721 P-AD 17.8662 AF-AH 20.4 682 C-Q 19.6 702 X-AD 18.8 722 AA-AL 17.8663 B-AH 20.3 683 D-G 19.6 703 AA-AG 18.8 723 E-R 17.7664 B-K 20.2 684 D-AB 19.6 704 E-J 18.7 724 P-AC 17.7665 D-AH 20.2 685 E-AH 19.6 705 W-AC 18.7 725 AA-AB 17.7666 B-I 20.1 686 O-AD 19.6 706 X-AC 18.6 726 AA-AM 17.6667 C-R 20.1 687 AB-AD 19.6 707 Z-AD 18.6 727 D-M 17.05668 C-AH 20.1 688 O-AC 19.5 708 AA-AH 18.5 728 D-AC 16.8669 N-AD 20.1 689 B-Z 19.4 709 B-AB 18.4 729 D-AD 16.8670 T-AD 20.1 690 AE-AG 19.3 710 D-I 18.4 730 E-H 16.1671 AB-AC 20.1 691 B-H 19.2 711 D-K 18.4 731 B-M 15.85672 B-Q 20 692 B-J 19.2 712 D-Q 18.4 732 B-AC 15.6673 D-AG 20 693 AF-AG 19.1 713 D-R 18.4 733 B-AD 15.6674 E-Z 20 694 C-Z 19 714 E-L 18.4 734 C-M 15.45675 N-AC 20 695 D-L 19 715 E-AG 18.3 735 E-M 15.25676 T-AC 20 696 E-G 19 716 C-AB 18 736 C-AC 15.2677 C-AG 19.9 697 E-AB 19 717 D-H 17.9 737 C-AD 15.2678 Y-AD 19.9 698 Z-AC 19 718 E-I 17.9 738 E-AC 15679 C-K 19.8 699 C-H 18.8 719 E-Q 17.9 739 E-AD 15680 C-I 19.7 700 C-J 18.8 720 E-K 17.8 740 AA-AD 13.8
741 AA-AC 13.7
57
Hermina sejauh 8,5 km dengan volume sampah di RS. Hermina sebanyak 3 m3. Jarak
dari RS. Hermina ke Hotel Nyland sejauh 0,2 km dengan volume sampah di Hotel
Nyland sebanyak 3 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat melayani
titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 6 m3, maka sub cluster 2
sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 31,5 km.
Gambar 5.4 Rute Sub cluster 2
Rute Sub cluster 3
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 35,1 pada rute dari
Pool – SMAN 13 Bandung – Hotel Endah Parahyangan – SPA – Pool. Jarak dari Pool
ke SMAN 13 Bandung sejauh 5.8 km dengan volume sampah di SMAN 13 Bandung
sebanyak 3 m3. Jarak SMAN 13 Bandung ke Hotel Endah Parahyangan sejauh 0,7 km
dengan volume sampah di Hotel Endah Parahyangan sebanyak 2.5 m3. Dikarenakan
kapasitas dumptruck masih dapat melayani titik yang lain, maka lanjut ke rute yang
memiliki nilai savings tertinggi pada lanjutan rute sebelumnya yaitu 34,7 pada rute
Pool – Hotel Endah Parahyangan – SPBU Cibeureum – SPA- Pool. Jarak Hotel Endah
Parahyangan ke SPBU Cibeureum sejauh 0.8 km dengan volume sampah sebanyak 2
m3. Kedua rute tersebut kemudian digabungkan, sehingga rute yang terbentuk menjadi
Pool – SPBU Cibeureum – SMAN 13 Bandung – Hotel Endah Parahyangan – SPA –
Pool. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat melayani titik yang lain dan
kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7,5 m3, maka sub cluster 3 sudah terbentuk
dengan total jarak tempuh sejauh 24,8 km.
58
Gambar 5.5 Rute Sub cluster 3
Rute Sub cluster 4
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 33,16 pada rute dari
Pool – Bank BRI – Kopo Jaya – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke Bank BRI sejauh 4
km dengan volume sampah di Bank BRI sebanyak 2,5 m3. Jarak Bank BRI ke Kopo
Jaya sejauh 0,24 km dengan volume sampah di Kopo Jaya sebanyak 2 m3.
Dikarenakan kapasitas dumptruck masih dapat melayani titik yang lain, maka lanjut
ke rute yang memiliki nilai savings tertinggi pada lanjutan rute sebelumnya yaitu 32,9
pada rute Pool – Bank BRI – Polytron – SPA- Pool. Jarak Bank BRI ke Polytron sejauh
1 km dengan volume sampah di Polytron sebanyak 3 m3. Kedua rute tersebut
kemudian digabungkan, sehingga rute yang terbentuk menjadi Pool – Polytron – Bank
BRI – Kopo Jaya – SPA – Pool. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat
melayani titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7,5 m3, maka
sub cluster 4 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 35.7 km.
59
Gambar 5.6 Rute Sub cluster 4
Rute Sub cluster 5
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 32.1 pada rute dari
Pool – Bandung Express – Gor Padjadjaran – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke Bandung
Express sejauh 6,3 km dengan volume sampah di Bandung Express sebanyak 2 m3.
Jarak dari Bandung Express ke Gor Padjadjaran sejauh 0,3 km dengan volume sampah
di Gor Padjadjaran sebanyak 5.5 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak
dapat melayani titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7.5 m3,
maka sub cluster 5 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 32,7 km.
Gambar 5.7 Rute Sub cluster 5
60
Rute Sub cluster 6
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 31.45 pada rute dari
Pool – Pasar Rajawali – PT. Pabrik Mesin Teha – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke Pasar
Rajawali sejauh 4,5 km dengan volume sampah di Pasar Rajawali sebanyak 3 m3.
Jarak dari Pasar Rajawali ke PT. Tjin Hin sejauh 0,35 km dengan volume sampah di
PT. Tjin Hin sebanyak 3 m3. Dikarenakan tidak ada lagi titik yang dapat dilayani oleh
kapasitas dumptruck dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 6m3, maka sub
cluster 6 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 29,05 km.
Gambar 5.8 Rute Sub cluster 6
Rute Sub cluster 7
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 31.36 pada rute dari
Pool – CV. Tjiat Joe – PT. Jatayu – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke PT. Joe sejauh 6
km dengan volume sampah di PT. Joe sebanyak 3 m3. Jarak dar i PT. Joe ke PT.
Jatayu sejauh 0,24 km dengan volume sampah di PT. Jatayu sebanyak 3 m3.
Dikarenakan tidak ada lagi titik yang dapat dilayani oleh kapasitas dumptruck dan
kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 6m3, maka sub cluster 7 sudah terbentuk
dengan total jarak tempuh sejauh 32,34 km.
61
Gambar 5.9 Rute Sub cluster 7
Rute Sub cluster 8
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 30,9 pada rute dari
Pool – Bak Pandu – Dinas Pendidikan – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke Bak Pandu
sejauh 5,9 km dengan volume sampah di Bak Pandu sebanyak 2m3. Jarak dari Bak
Pandu ke Dinas Pendidikan sejauh 1,2 km dengan volume sampah di Dinas
Pendidikan sebanyak 5,5 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat
melayani titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7.5 m3, maka
sub cluster 8 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 31,9 km.
Gambar 5.10 Rute Sub cluster 8 Rute Sub cluster 9
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 30 pada rute dari
62
Pool – PT. Cahaya Berlian Lestari – Sinar Jaya – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke PT.
CBL sejauh 3,8 km dengan volume sampah di PT. CBL sebanyak 5 m3. Jarak dari PT.
CBL dari Sinar Jaya sejauh 4,2 km dengan volume sampah di Sinar Jaya sebanyak 2,5
m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat melayani titik yang lain dan
kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7,5 m3, maka sub cluster 9 sudah terbentuk
dengan total jarak tempuh sejauh 32,7 km.
Gambar 5.11 Rute Sub cluster 9
Rute Sub cluster 10
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 28,3 pada rute dari
Pool – RW.05 Cigondewah– PT. BIG – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke RW. 05
Cigondewah sejauh 1,4 km dengan volume sampah di RW. 05 Cigondewah sebanyak
2 m3. Jarak dari RW.05 Cigondewah ke PT. BIG sejauh 1,5km dengan volume sampah
di PT. BIG sebanyak 3 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck masih dapat melayani
titik yang lain, maka lanjut ke rute yang memiliki nilai savings tertinggi pada lanjutan
rute sebelumnya yaitu 27,5 pada rute Pool – PT. BIG – Baso Cihampelas – SPA –
Pool. Jarak PT. BIG ke Baso Cihampelas sejauh 3,4 km dengan volume sampah di
Baso Cihampelas sebanyak 2,5 m3. Kedua rute tersebut kemudian digabungkan,
sehingga rute yang terbentuk menjadi Pool – RW. Cigondewah – PT. Bandung Indah
Gemilang – Baso Cihampelas – SPA – Pool. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah
tidak dapat melayani titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7,5
m3, maka sub cluster 10 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 29,3 km.
63
Gambar 5.12 Rute Sub cluster 10
Rute Sub cluster 11
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 27,5 pada rute dari
Pool – Perum. Holis Permai – Metrologi – SPA – Pool. Jarak dari Pool ke Holis Permai
sejauh 0,35 km dengan volume sampah di Holis Permai sebanyak 5 m3. Jarak dari
Holis Permai ke Metrologi sejauh 7 km dengan volume sampah di Metrologi sebanyak
2,5 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat melayani titik yang lain
dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7,5 m3, maka sub cluster 11 sudah
terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 31,95 km.
Gambar 5.13 Rute Sub cluster 11 Rute Sub cluster 12
64
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 25,05 pada rute dari
Pool – Rumah Sakit Rajawali – PT. Sinar Ragamindo – SPA – Pool. Jarak dari Pool
ke RS. Rajawali sejauh 4 km dengan volume sampah di RS. Rajawali sebanyak 3 m3.
Jarak dari RS. Rajawali ke Sinar Ragamindo sejauh 0,55 km dengan volume sampah
di Sinar Ragamindo sebanyak 3 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak
dapat melayani titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 6 m3,
maka sub cluster 12 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 28.05 km.
Gambar 5.14 Rute Sub cluster 12
Rute Sub cluster 13
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 23,9 pada rute dari
Pool – PT. Indosuntex – Komp. Sukaraja – Pool. Jarak dari Pool ke PT. Indosuntex
sejauh 2,8 km dengan volume sampah di PT.Indosuntex sebanyak 2,5 m3. Jarak dari
PT. Indosuntex ke Komp. Sukaraja sejauh 3,9 km dengan volume sampah di Komp.
Sukaraja sebanyak 5 m3. Dikarenakan kapasitas dumptruck sudah tidak dapat
melayani titik yang lain dan kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 7,5 m3, maka
sub cluster 13 sudah terbentuk dengan total jarak tempuh sejauh 26,4 km.
65
Gambar 5.15 Rute Sub cluster 13
Rute Sub cluster 14
Dari hasil pengurutan nilai savings didapatkan nilai tertinggi yaitu 23,7 pada rute dari
Pool – King Singer – Tekmira – Pool. Jarak dari Pool ke King Singer sejauh 2,4 km
dengan volume sampah di King Singer sebanyak 2 m3. Jarak dari – King Singer ke
Tekmira sejauh 1,6 km dengan volume sampah di Tekmira sebanyak 3 m3.
Dikarenakan tidak ada lagi titik yang dapat dilayani oleh kapasitas dumptruck dan
kapasitas sudah terpenuhi yaitu sebanyak 5 m3, maka sub cluster 14 sudah terbentuk
dengan total jarak tempuh sejauh 27,9 km.
Gambar 5.16 Rute Sub cluster 14
66
Rute Sub cluster 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 22
Terdapat titik sampah yang belum memiliki sub cluster, dikarenakan titik sampah ini
memilki volume sampah yang besar dan kapasitas dumptruk tidak dapat melayani titik
sampah yang lain. Dengan begitu, rute untuk satu titik sampah yang memiliki volume
yang besar ini ditetapkan menjadi satu claster untuk satu rute. Rute Pool – RW. 06
Maleber – SPA – Pool dengan volume sampah sebanyak 5 m3 dan total jarak sejauh
26,85 km, menjadi sub cluster 15. Rute Pool – P4TKTK – SPA – Pool dengan volume
sampah sebanyak 6 m3 dan total jarak sejauh 31,9 km, menjadi sub cluster 16. Rute
Pool – Perum. Cendrawasih – SPA – Pool dengan volume sampah sebanyak 6 m3 dan
total jarak sejauh 26,4 km, menjadi sub cluster 17. Rute Pool – Sapta Marga – SPA –
Pool dengan volume sampah sebanyak 6 m3 dan total jarak sejauh 26,5 km, menjadi
sub cluster 18. Rute Pool – Kipal – SPA – Pool dengan volume sampah sebanyak 6
m3 dan total jarak sejauh 26,1 km, menjadi sub cluster 19. Rute Pool – PT. Inkaba –
SPA – Pool dengan volume sampah sebanyak 6 m3 dan total jarak sejauh 31.5 km,
menjadi sub cluster 20. Rute Pool – Griya Center– SPA – Pool dengan volume sampah
sebanyak 7 m3 dan total jarak sejauh 34.2 km, menjadi sub cluster 21. Rute Pool – PT.
Suryaputra A – SPA – Pool dengan volume sampah sebanyak 7 m3 dan total jarak
sejauh 34.6 km, menjadi sub cluster 22.
Gambar 5.17 Rute Sub cluster 15
67
Gambar 5.18 Rute Sub cluster 16
Gambar 5.19 Rute Sub cluster 17
68
Gambar 5.20 Rute Sub cluster 18
Gambar 5.21 Rute Sub cluster 19
69
Gambar 5.22 Rute Sub cluster 20
Gambar 5.23 Rute Sub cluster 21
Gambar 5.24 Rute Sub cluster 22
70
5.3 Pengelompokan Sub Cluster
Sub cluster yang telah terbentuk di atas kemudian dikelompokan menjadi sebuah
cluster, dimana dalam cluster ini terdiri dari beberapa sub cluster yang telah terbentuk.
Pembentukan cluster ini dilakukan berdasarkan kedekatan jarak dari antar TPS yang
terdapat dalam sub cluster. Penentuan jumlah cluster, sesuai dengan jumlah
dumptruck yang tersedia sebanyak 5 (lima) unit. Hal ini karena untuk menentukan
kendaraan yang akan melayani setiap cluster. Selain itu, pembentukan cluster ini juga
berfungsi untuk menentukan jadwal pelayanan, sehingga setiap sub cluster telah
memiliki jadwal yang telah tersusun dan tidak akan ada sub cluster yang jadwalnya
saling berbenturan. Hasil pengelompokan sub cluster dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Pengelompokan Sub cluster
5.4 Time Windows
Pelayanan pengangkutan sampah di setiap TPS dilakukan setiap hari dimulai dari
pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Sehingga waktu yang tersedia untuk
melakukan pengangkutan sampah dari TPS pertama sampai dengan TPS terakhir
hanya 3 (tiga) jam. Dengan keterbatasan waktu yang tersedia ini, maka waktu
pelayanan dihitung dengan mempertimbangkan waktu loading dan waktu tempuh
kendaraan. Berikut akan disajikan hasil perhitungan dari waktu pelayanan untuk setiap
sub cluster.
Cluster 1
KeteranganCluster Sub Cluster
Sub Cluster 6. Pasar Rajawali - PT. Pabrik Mesin TehaSub Cluster 7. CV. Tjiat Joe - PT. JatayuSub Cluster 12. Rumah Sakit Rajawali - PT. Sinar RagamindoSub Cluster 20. PT. Inkaba
Sub Cluster 1. Museum Sribaduga - Es Cendol ElizabethSub Cluster 4. PT. Sarana Kencana Mulya - Bank BRI Kopo - SPBU Kopo Jaya Sub Cluster 21. Griya CenterSub Cluster 22. PT. Suryaputra AdipradanaSub Cluster 2. Rumah Sakit Hermina - Hotel NylandSub Cluster 5. Bandung Express - Gor PadjadjaranSub Cluster 8. Bak Pandu - Dinas PendidikanSub Cluster 11. Perum. Holis Permai - MetrologiSub Cluster 16. P4TKTKSub Cluster 3. SPBU Cibeureum - SMAN 13 Bandung - Hotel Endah ParahyanganSub Cluster 15. RW. 06 MaleberSub Cluster 17. Perum. CendrawasihSub Cluster 18. Sapta MargaSub Cluster 19. Kipal
Sub Cluster 3 – Sub Cluster 15 – Sub Cluster 17 – Sub Cluster 18 – Sub
Cluster 19Cluster 3
Sub Cluster 6 – Sub Cluster 7 – Sub Cluster 12 – Sub Cluster 20
Cluster 4
Cluster 1Sub Cluster 1 – Sub Cluster 4 – Sub
Cluster 21 – Sub Cluster 22
Cluster 2Sub Cluster 2 –Sub Cluster 5 – Sub
Cluster 8 – Sub Cluster 11 – Sub Cluster 16
Sub Cluster 9. PT. Cahaya Berlian Lestari - Sinar JayaSub Cluster 10. RW. 05 Cigondewah -PT. Bandung Indah Gemilang - Baso Sapi CihampelasSub Cluster 13. PT. Indosuntex - Komp. SukarajaSub Cluster 14. King Singer - Tekmira
Sub Cluster 9 – Sub Cluster 10 – Sub Cluster 13 – Sub Cluster 14
Cluster 5
71
Tabel 5.6 Waktu Pelayanan Sub Cluster 1
Tabel 5.7 Waktu Pelayanan Sub Cluster 4
Tabel 5.8 Waktu Pelayanan Sub Cluster 21
Tabel 5.9 Waktu Pelayanan Sub Cluster 22
Cluster 2
Tabel 5.10 Waktu Pelayanan Sub Cluster 2
6228
78.8029.80108.601.81
Total Waktu Pelayanan (Menit)Total Waktu Pelayanan (Jam)
5.600.60Museum Sribaduga Es Cendol Elizabeth
16.801.80
Pool Museum Sribaduga
KeDariWaktu Loading
(Menit)Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit) Jarak Tempuh
(Km)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 104.50Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.74
Pool Griya Center 4.50 13.50 91 104.50
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 104.20Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.74
Pool PT. Suryaputra Adipradana 4.40 13.20 91 104.20
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
2.00
0.20 0.60 47 47.60Total Waktu Pelayanan (Menit) 120.10
Jarak Tempuh(Km)
Waktu Tempuh(Menit)
Waktu Loading(Menit)
Waktu Pelayanan(Menit)
Pool Rumah Sakit Hermina 8.50 25.50 47 72.50
Dari Ke
Rumah Sakit Hermina Hotel Nyland
Total Waktu Pelayanan (Jam)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 129.62Bank BRI Kopo SPBU Kopo Jaya 0.24 0.72 28 28.72
Total Waktu Pelayanan (Jam) 2.16
PT. Sarana Kencana Mulya Bank BRI Kopo 1.00 3.00 38 41.00Pool PT. Sarana Kencana Mulya 4.30 12.90 47 59.90
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
72
Tabel 5.11 Waktu Pelayanan Sub Cluster 5
Tabel 5.12 Waktu Pelayanan Sub Cluster 8
Tabel 5.13 Waktu Pelayanan Sub Cluster 11
Tabel 5.14 Waktu Pelayanan Sub Cluster 16
Total Waktu Pelayanan (Menit) 116.80Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.95
6.30 18.90 28 46.90Bandung Express Gor Padjadjaran 0.30 0.90 69 69.90
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Pool Bandung Express
Total Waktu Pelayanan (Menit) 118.30Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.97
Bak Pandu Dinas Pendidikan 1.20 3.60 69 72.60Pool Bak Pandu 5.90 17.70 28 45.70
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 122.05Total Waktu Pelayanan (Jam) 2.03
Perum. Holis Metrologi 7.00 21.00 38 59.00Pool Perum. Holis 0.35 1.05 62 63.05
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 95.10Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.59
Pool P4TKTK 6.70 20.10 75 95.10
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
73
Cluster 3
Tabel 5.15 Waktu Pelayanan Sub Cluster 3
Tabel 5.16 Waktu Pelayanan Sub Cluster 15
Tabel 5.17 Waktu Pelayanan Sub Cluster 17
Tabel 5.18 Waktu Pelayanan Sub Cluster 18
Tabel 5.19 Waktu Pelayanan Sub Cluster 19
132.20Total Waktu Pelayanan (Jam) 2.20
0.20 0.60 47 47.60 SMAN 13 Bandung Hotel Endah Parahyangan 0.70 2.10 38 40.10
Jarak Tempuh(Km)
Waktu Tempuh(Menit)
Waktu Loading(Menit)
Waktu Pelayanan(Menit)
Pool SPBU Cibeureum 5.50 16.50 28 44.50
Dari Ke
SPBU Cibeureum SMAN 13 Bandung
Total Waktu Pelayanan (Menit)
Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.33
RW. 06 Maleber 5.95 17.85 62 79.85Total Waktu Pelayanan (Menit) 79.85
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Pool
Total Waktu Pelayanan (Menit) 92.70Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.55
Pool Perum. Cendrawasih 5.90 17.70 75 92.70
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 91.80Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.53
Pool Sapta Marga 5.60 16.80 75 91.80
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 91.50Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.53
Pool Kipal 5.50 16.50 75 91.50
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
74
Cluster 4
Tabel 5.20 Waktu Pelayanan Sub Cluster 6
Tabel 5.21 Waktu Pelayanan Sub Cluster 7
Tabel 5.22 Waktu Pelayanan Sub Cluster 12
Tabel 5.23 Waktu Pelayanan Sub Cluster 20
Total Waktu Pelayanan (Menit) 108.55Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.81
Pasar Rajawali PT. Pabrik Mesin Teha 0.35 1.05 47 48.05Pool Pasar Rajawali 4.50 13.50 47 60.50
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 112.72Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.88
CV. Tjiat Joe PT. Jatayu 0.24 0.72 47 47.72Pool CV. Tjiat Joe 6.00 18.00 47 65.00
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 107.65Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.79
Rumah Sakit Rajawali Sinar Ragamindo 0.55 1.65 47 48.65Pool Rumah Sakit Rajawali 4.00 12.00 47 59.00
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.51Total Waktu Pelayanan (Menit) 90.60
Pool PT. Inkaba 5.20 15.60 75 90.60
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
75
Cluster 5
Tabel 5.24 Waktu Pelayanan Sub Cluster 9
Tabel 5.25 Waktu Pelayanan Sub Cluster 10
Tabel 5.26 Waktu Pelayanan Sub Cluster 13
Tabel 5.27 Waktu Pelayanan Sub Cluster 14
Total Waktu Pelayanan (Menit) 124.00Total Waktu Pelayanan (Jam) 2.07
PT. Cahaya Berlian Lestari Sinar Jaya 4.20 12.60 38 50.60
Waktu Pelayanan(Menit)
Pool PT. Cahaya Berlian Lestari 3.80 11.40 62 73.40
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 83.70Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.40
PT. Bandung Indah Gemilang RW.05 Cigondewah 1.50 4.50 28 32.50Pool PT. Bandung Indah Gemilang 1.40 4.20 47 51.20
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 120.10Total Waktu Pelayanan (Jam) 2.00
PT. Indosuntex Komp. Sukaraja 3.90 11.70 62 73.70Pool PT. Indosuntex 2.80 8.40 38 46.40
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
Total Waktu Pelayanan (Menit) 87.00Total Waktu Pelayanan (Jam) 1.45
King Singer Tekmira 1.60 4.80 47 51.80Pool King Singer 2.40 7.20 28 35.20
Dari Ke Jarak Tempuh
(Km) Waktu Tempuh
(Menit)Waktu Loading
(Menit)Waktu Pelayanan
(Menit)
76
Tabel 5.28 Rekapitulasi
5.5 Kota Bandung Wilayah Utara
Berdasarkan hasil dari pengolaha data dengan menggunakan meode VRP with Time
Windows, terdapat 9 rute (cluster) yang dihasilkan pada permasalahan pengangkutan
sampah di wilayah Bandung Utara dimana didalamnya terdapat 24 titik bak sampah
atau TPS yang memiliki jarak tempuh berbeda-beda dan sesuai dengan kapasitas
kendaran yang digunakan yaitu 10m3.
5.5.1 Penyusunan Rute
Analisa penyelesaian permasalahan menggunakan data jarak dan waktu pelayanan
yang didapatkan dari hasil survey pada saat pengangkutan sampah dan juga dengan
menggunakan bantuan software google maps yang dilakukan di wilayah Bandung
Utara dengan memperhitungkan factor kompaksi. Terdapat 5-unit kendaraan
berkapasitas 10m3 yang beropesarasi setiap harinya.
1.512.071.402.001.45
Keterangan
1.551.531.531.811.881.79
1.951.972.031.592.201.33
Waktu Pelayanan(Jam)1.812.161.741.742.00
Sub Cluster 9Sub Cluster 10Sub Cluster 13Sub Cluster 14
Cluster Sub Cluster
Sub Cluster 16Sub Cluster 3Sub Cluster 15Sub Cluster 17Sub Cluster 18Sub Cluster 19
Sub Cluster 1Sub Cluster 4Sub Cluster 21Sub Cluster 22Sub Cluster 2Sub Cluster 5Sub Cluster 8
Sub Cluster 6 Sub Cluster 7Sub Cluster 12Sub Cluster 20
Cluster 5
Sub Cluster 9. PT. Cahaya Berlian Lestari - Sinar JayaSub Cluster 10. RW. 05 Cigondewah -PT. Bandung Indah Gemilang - Baso Sapi CihampelasSub Cluster 13. PT. Indosuntex - Komp. SukarajaSub Cluster 14. King Singer - Tekmira
Cluster 3
Sub Cluster 3. SPBU Cibeureum - SMAN 13 Bandung - Hotel Endah ParahyanganSub Cluster 15. RW. 06 MaleberSub Cluster 17. Perum. CendrawasihSub Cluster 18. Sapta MargaSub Cluster 19. Kipal
Cluster 4
Sub Cluster 6. Pasar Rajawali - PT. Pabrik Mesin TehaSub Cluster 7. CV. Tjiat Joe - PT. JatayuSub Cluster 12. Rumah Sakit Rajawali - PT. Sinar RagamindoSub Cluster 20. PT. Inkaba
Cluster 1
Sub Cluster 1. Museum Sribaduga - Es Cendol ElizabethSub Cluster 4. PT. Sarana Kencana Mulya - Bank BRI Kopo - SPBU Kopo Jaya Sub Cluster 21. Griya CenterSub Cluster 22. PT. Suryaputra Adipradana
Cluster 2
Sub Cluster 2. Rumah Sakit Hermina - Hotel NylandSub Cluster 5. Bandung Express - Gor PadjadjaranSub Cluster 8. Bak Pandu - Dinas PendidikanSub Cluster 11. Perum. Holis Permai - MetrologiSub Cluster 16. P4TKTK
Sub Cluster 11
77
Tabel 5.29 Rekapitulasi rute baru wilayah Bandung Utara
5.5.2 Biaya Pengangkutan
Biaya yang dibutuhkan dalam satu kali perjalanan/ truk :
1. Harga bahan bakar solar = Rp. 5.150/ liter
2. Biaya bahan bakar yang dibutuhkan = Rp.153.000/sekali operasi
3. Biaya masuk tol Paster-Baros = RP. 3.500,-
4. Biaya pengemudi = Rp.3.200.000/orang/bulan = Rp.128.000/orang/hari
5. Biaya kru =Rp.2.900.000/orang/bulan = RP.116.000/orang/hari
Untuk mengetahui seberapa besar penghematan yang dapat dilakukan dalam
penentuan rute pengangkutan sampah dengan menggunakan metode Clarke & Wright
Savings, perlu dilakukan suatu perbandingan antara hasil dari metode Clarke & Wright
Saving dengan kondisi saat ini. Perbandingan ini dilakukan berdasarkan jarak tempuh
yang dilewati oleh kendaraan dan waktu pelayanan yang terdiri dari waktu tempuh
dan waktu loading dari setiap TPS. Hasil perbandingan dapat dilihat pada Tabel 5.29
berikut ini.
Tabel 5.30 Perbandingan metode Clarke & Wright Saving dengan kondisi saat ini
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa, dengan menggunkan metode Clarke & Wright
Saving dalam penentuan rute pengangkutan sampah, PD. Kebersihan Kota Bandung
Wilayah Barat dapat melakukan penghematan waktu pelayanan sebesar 5% dan
penghematan jarak tempuh sebesar 38 %. Agar dapat mengetahui seberapa besar
keuntungan yang didapatkan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung dari penghematan
Hari Cluster Rute yang Ditempuh Jarak Tempuh (KM) Total Waktu Operasi (Jam) No.Pol Kendaraan1 POOL-Bak Walanda RW 03 Sersan Sodik-Bak Hotel Casadlera-SPA-POOL 38.1 3.45 D 8362 C2 POOL-SD Negri Cihampelas-Hegarmana RW 03-SPBU Cihampelas-Wisma Angkasa-Darul Hikmah-Bak Teuku Umar-SPA-POOL 40.3 3.65 D 8408 A3 POOL-BAK CIPAKU-SPA-POOL 33.7 3.31 D 8248 A4 POOL-BAPPEDA-KAMPUS POLMAN-LIPPI SANGKURIANG-SPA-POOL 34.2 3.27 D 8171 A5 POOL-SMA Pasundan 8-Ciwalk-Princess Cake-Masjid Cipaganti-Bukit Jarian-SPA-POOL 36.9 3.38 D 8048 A 6 POOL-Bak DPRD Kota Bandung-SPA-POOL 32.6 2.81 D 8408 A7 POOL-Royal Dago-Bak Mess TNI AL-SPA-POOL 31.8 3.02 D 8171 A8 POOL-SMA N 1 Bandung-Perum Dago Asri-SPA-POOL 32 3.13 D 8048 A 9 POOL-LIKMI-Dago Panyawangan-SPA-POOL 30.7 1.69 D 8362 C
310.3 27.71
Senin
Selasa
Total
Deskripsi Total Waktu Pelayanan (Jam) Total Jarak Tempuh (Km)Kondisi Saat ini 32.98 348.2
Kondisi Setelah menggunakan savings 27.71 310.3Besar penghematan 5.27 37.9
% Penghematan 5% 38%
78
yang dilakuakan dengan menggunakan metode Clarke & Wright Saving, maka
dilakukan perbandingan total biaya yang dikeluarkan antara kondisi saat ini dengan
hasil dari metode Clark & Wright Saving.
Total biaya yang dikeluarkan dari hasil metode Clark & Wright Saving dihitung
berdasarkan waktu yang dibutuhkan setiap truk untuk menyelesaikan seluruh TPS
yang tersedia yaitu 2 hari. Biaya yang akan dihitung terdiri dari fixed cost, yaitu biaya
yang tidak dipengaruhi oleh total jarak tempuh dan variable cost, yaitu biaya yang
dihitung dengan mempertimbangkan total jarak tempuh dari setiap truk dalam satu
kali operasi. Berikut adalah perhitungan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan
metode Clark & Wright Saving.
1. Hari ke-1
a. Truk I
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((38,1 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 71.751 = Rp. 73.800
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + 71.800
= Rp. 547.800
Truk II
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((40,3 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 75.490 = Rp. 75.500
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + Rp. 75.500
= Rp. 551.500
b. Truk III
79
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((33,7Km x 0,33 ) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 64.273 = Rp. 64.300
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000+ Rp. 64.300
= Rp. 540.300
c. Truk IV
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((34,2 Km x0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 65.123 = Rp.65.200
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + Rp. 65.200
= Rp. 541.200
d. Truk V
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((36,9 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 69.712 = Rp 69.800
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + Rp. 69.800
= Rp. 545.800
2. Hari ke-2
a. Truk I
80
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((32,6 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 62.404 = Rp.62.500
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + Rp. 62.500
= Rp. 538.500
b. Truk II
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((31,8 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 61.044 = Rp. 61.100
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + Rp. 61.100
= Rp. 537.100
c. Truk III
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((32 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 61.384 = Rp. 61.400
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000 + Rp. 61.400
= Rp. 537.400
d. Truk IV
81
Fixed Cost = Biaya Pengemudi + Biaya Kru
= Rp.128.000 + (Rp.116.000 x 3)
= Rp. 476.000
Variable Cost = ((Jarak Tempuh x Indeks Kendaraan ) x Harga BBB )+ Biaya
Masuk Tol Pasteur-Baros + Biaya Masuk Tol Baros - Pasteur
= ((30,7 Km x 0,33) x Rp. 5.150) + Rp. 3.500 + Rp. 3.500
= Rp. 59.175 = Rp. 59.200
Total = Fixed Cost + Variable Cost
= Rp. 476.000+ Rp. 59.200
= Rp. 535.200
Dari hasil perhitungan diatas, maka metode Clark & Wright Savings
mengeluarkan biaya berdasakan waktu yang dibutuhkan untuk melayanai seluruh TPS
yaitu 2 hari, adalah sebagai berikut :
Fixed Cost = Biaya pengemudi / 2 hari + Biaya Kru / 5 truk / 2 hari
= Rp. 1.152.000 + Rp. 3.132.000
= Rp. 4.284.000
Variable Cost = Biaya bahan bakar 5 truk / 2 hari + biaya masuk tol
= Rp. 592.800
Total = Rp. 4.876.800
Adapun biaya yang dikeluarkan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung untuk kondisi
saat ini berdasarkan waktu yang dibutuhkan dalam melayani seluruh TPS yaitu 8 hari,
adalah sebagai berikut
Fixed Cost = (Biaya Pengemudi x 5 truk x 3 hari) + (Biaya Kru x 4 orang x
5 truk x 3 hari)
= (Rp.128.000 x 5 truk x3 hari) + (Rp.116.000 x 4 orang x 5 truk
x 3 hari)
= Rp. 8.880.000
Variable Cost = (Biaya Bahan Bakar /sekali operasi x 5 truk x 3 hari) + Biaya
Masuk Tol
= (Rp. 164.800 x 12 truk) + (Rp. 7.000 x 12 truk )
= Rp. 2.061.600
Total = Fixed Cost + Variable Cost
82
= Rp. 8.880.000 + Rp. 2.061.600
= Rp. 10.941.600
Dari perhitungan biaya diatas, agar dapat mengetahui seberapa besar
keuntungan yang didapatkan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung, maka dilakuakan
perbandingan biaya yang dikeluarkan dari hasil menggunakan metode Clarke &
Wright Savings dengan kondisi saat ini. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada
Tabel V.30. berikut ini :
Tabel 5.31 Perbandingan Biaya hasil Metode Clarke & Wright Savings dengan kondisi saat ini.
Dari hasil perbandingan diatas dapat dilihat bahwa, biaya yang dikeluarkan oleh hasil
metode metode Clarke & Wright Savings menghasilkan penghematan sebesar 53 %
dibandingkan dengan kondisi saat ini. Dengan begitu, keuntungan yang didapatkan
oleh PD. Kebersihan Kota Bandung dengan menggunakan metode Clarke & Wright
Savings sebesar Rp. 15.805.069. Penghematan ini terjadi karena jarak tempuh yang
lebih pendek, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi berkurang. Selain itu, lama
waktu yang dibutuhkan untuk melayani seluruh TPS yang tersedia lebih sedikit
dikarenakan pelayanan beberapa TPS dilakukan dalam satu rute.
Deskripsi Fix Cost Variable Cost Total CostKondisi Saat ini Rp. 8.880.000 Rp. 2.062.600 Rp 10.942.600
Kondisi Setelah menggunakan savings Rp. 4.284.000 Rp. 592.800 Rp. 4.876.800Rp. 6.065.800
45%Besar penghematan
% Penghematan
83
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari studi kasus penentuan rute kendaraan pengangkut sampah di
PD. Kebersihan Kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan pada Laporan Kemajuan ini
bahwa :
1. Penggunaan metode Clarke & Wright Saving dapat memberikan pengurangan
waktu pelayanan, jarak tempuh, dan biaya yang keluarkan berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk melayani seluruh TPS yang tersedia
2. Rute yang dihasilkan dengan menggunakan metode Clarke & Wright Saving,
dari 39 TPS tersedia dapat membentuk 22 Sub Cluster, yang kemudian
dikelompokkan kembali menjadi hanya 5 Cluster.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk melayani seluruh TPS, dengan menggunakan
metode Clarke & Wright Saving yaitu selama 5 hari kerja, yang sebelumnya
membutuhkan waktu selama 8 hari kerja, sehingga terjadi pengurangan 3 hari
kerja.
4. Jarak tempuh yang dihasilkan dengan menggunakan metode Clarke & Wright
Saving dapat melakukan penghematan sebesar 43 %, dengan begitu konsumsi
bahan bakar yang digunakan menjadi berkurang.
5. Pengurangan waktu pelayanan dan jarak tempuh yang dilakukan metode
Clarke & Wright Saving, menghasilkan penghematan biaya yang dikelurkan
oleh PD. Kebersihan Kota Bandung sebesar 53 %. Dengan begitu, keuntungan
yang didapatkan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung dengan menggunakan
metode Clarke & Wright Savings sebesar Rp. 15.805.069.
6.2 Saran
1. Pengangkutan sampah dilakukan dengan jadwal yang telah tersusun, agar
pengangkutan dapat dilakukan secara pasti.
Adanya pemantauan yang dilakukan pada setiap TPS, baik itu oleh PD.Kebersihan
Kota Bandung atau intasnsi lain yang terkait, untuk memonitor volume sampah yang
hasilkan oleh setiap TPS, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA
Afshar-Nadjafi, B. dan Afshar-Nadjafi, A. (2017). A Constructive Heuristic for Time-
dependent Multi-depot Vehicle Routing Problem with Time-windows and
Heterogenous Fleet, Journal of King Saudi University – Engineering Science,
29 – 34.
Altinel I.K., Oncan T. (2005). A New Enhancement of Clarke and Wright Savings
Heuristic for the Capacitated Vehicle Routing Problem, Journal of the
Operational Research Society, 56, 954−961.
BSN. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI 19-
2454-2002). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Caric, T. dan Hrvoje G. 2008. Vehicle Routing Problem, In-Teh, Croatia.
Cordeau, J.-F., Laporte, G., Savelsbergh, M.W.P., Vigo, D. 2007. Vehicle Routing,
375 dalam Banhart, C., dan Laporte, G., Eds, Handbook in Operation Research
and Management Science, 14, 375 hal., Elsevier, North Holland.
Davis, L. 1985. Applying Adaptive Algorithms to Domains, dalam Proceedings of the
International Joint Conference on Artificial Intelligence, 162-164.
Fitria, L., Susanty, S., dan Suprayogi. (2009). Penentuan Rute Pengambilan dan
Pengangkutan Sampah di Bandung, Jurnal Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Bandung, 11, 51-60.
Gen M. dan Cheng, R. 1997. Genetic Algorithms and Engineering Design, Ashikaga
Institute of Technology, Ashikaga Japan, A Wiley Interscience Publication,
John Wiley & Sons Inc., Canada.
Gen M. dan Cheng, R. 2000. Genetic Algorithms and Engineering Optimization, John
Wiley & Sons Inc., Canada.
Goldberg, D.E. 1989. A Comparative Analysis of Selection Scemes Used in Genetic
Algorithm, Department of General Engineering, Illinois University, USA.
Golden, B.L. 1975. Vehicle Routing Problems : Formulations and Heuristic Solution
Techniques, Technical Report, NTIS, Massachusetts Institute of Technology.
Hendrawan, B.E. 2007. Implementasi Algoritma Paralele Genetic Algorithm Untuk
Penyelesaian Heterogeneous Fleet Vehicle Routing Problem. Tugas Akhir
Program Sarjana, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Hillier, F.S. dan Lieberman, G.J. 2010. Introduction to Operation Research, McGraw
Hill International.
Indaka, A., dkk. (2011). Penyelesaian Open Vehicle Routing Problem Menggunakan
Metode Heuristik Sariklis Powell, Jurnal Matematika dan Aplikasinya, 10.
Kallehauge, B., Larsen, J., dan Marsen, O.B.G. 2001. Lagrangean Duality Applied on
Vehicle Routing with Time Windows, Technical Report, IMM, Technical
University of Denmark.
Kurniawati, K. 2012. Pengembangan Model Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic
Controller untuk Penyelesaian Vehicle Routing Problem, Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung.
Larranaga, P., dkk. (1999). Genetic Algorithms for the Travelling Salesman Problem
: A Review of Representations and Operators, Artificial Intelligence Review, 13,
129-170.
Lysgaard, J., 1997. Clarke & Wright’s Savings Algorithm, Department of
Management Science and logistics, Aarhus.
Michalewicz, Z. 1996. Genetic Algorithms + Data Structures = Evolution Programs,
Springer-Verlag, Heidelberg.
Michalewicz, Z. 1998. Genetic Algorithms + Data Structures = Evolution Programs,
Third revised and extended edition, Springer-Verlag, Heidelberg.
Otman, A., dan Jaafar, A. (2011). A Comparative Study of Adaptive Crossover
Operators for Genetic Algorithms to Resolve the Travelling Salesman Problem,
International Journal of Computer Application, 13.
Salaki, D.T. 2009. Penyelesaian Vehicle Routing Problem Menggunakan Beberapa
Metode Heuristik Konstruktif, Tugas Akhir Program Pascasarjana, Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Sarwadi dan Krismi, A. (2004). Algoritma Genetika untuk Penyelesaian Masalah
Vehicle Routing, Jurnal Matematika dan Komputer, Universitas Diponegoro, 7,
1 – 10.
Schrage L. (1981). Formulation and Structure of More Complex/Realistic Routing and
Scheduling Problems. Networks An International Journal, 1981;11:229–32.
Toth, P. dan Vigo, D. 2002. The Vehicle Routing Problem, Society for Industrial and
Applied Mathemathics, Philadelphia.
UNEP. 2011. Protocol on Liability and Compensation for Damage Resulting from
Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal, United
Nations Environment Programme, Geneva, 16.
Zukhri, Z. (2014) : Algoritma Genetika Metode Komputasi Evolusioner untuk
Menyelesaikan Masalah Optimasi, Penerbit ANDI, Indonesia.
PD. Kebersihan Kota Bandung. (2016 A). Diakses pada Kamis, 14/06/2018 pukul
05:46 dari (http://pdkebersihan.bandung.go.id/index.php/profil/sejarah-singkat/.
PD. Kebersihan Kota Bandung. (2016 B). Diakses pada Kamis, 14/06/2018 pukul
05:47 dari http://pdkebersihan.bandung.go.id/index.php/profil/direksi-oraganisasi/.
PD. Kebersihan Kota Bandung. (2016). Diakses pada Kamis, 14/06/2018 pukul 05:52
dari http://pdkebersihan.bandung.go.id/index.php/profil/sarana-prasarana/.
LAMPIRAN
Log Book
No Tanggal Kegiatan
1 18-Feb-19 Rapat I : Kick-Off Program tahun ke-2 antara ketua dengan anggota tim peneliti membahas deskripsi kerja dan ruang lingkup pengembangan metoda
2 27-Feb-19 Briefing Penyusunan data dan evaluasi TPS untuk wilayah penelitian di Bandung Barat dan Utara serta penentuan Survey lokasi TPS
3 05-Mar-19 Pembagian area survey TPS
4 12-Mar-19 Pra Survey TPS yang akan dikunjungi dan rencana pengukuran waktu loading sampah setiap TPS
5 21-Mar-19 Penentuan Time line Pertemuan dan diskusi (Rapat khusus)
6 26-Mar-19 Rapat II : Pertemuan Teknis Ketua Hibah Penelitian dengan anggota tim dan tim surveyor dalam menentukan metoda dan pembagian tugas area survey TPS ke dalam 2 wilayah utama di Kota Bandung.
7 02-Apr-19 Survey rute pengangkutan sampah di 2 wilayah Bandung Barat dan Utara serta pengukuran waktu loading sampah
8 09-Apr-19 Pembuatan BAB I Pendahuluan berdasarkan fenomena yang didapat dari Survey dan data PD Kebersihan Kota Bandung.
9 17-Apr-19
Rapat III : Evaluasi pembuatan Bab I serta rumusan masalah dan melengkapi data-data yang kurang.
Penentuan Survey ke lapangan terkait data rute pengangkutan sampah yang diperlukan
10 23-Apr-19
Survey evaluasi Rute Pengangkutan Sampah di 4 wilayah Kota Bandung :1. Rute dan Data Pengangkutan Sampah Wilayah Bandung Barat 2. Rute dan Data Pengangkutan Sampah Wilayah Bandung Selatan 3. Rute dan Data Pengangkutan Sampah Wilayah Bandung Timur 4. Rute dan Data Pengangkutan Sampah Wilayah Bandung Utara
11 25-Apr-19 Rapat IV : Evaluasi data rute pengangkutan sampah yang diperlukan
12 26-Apr-19 Mengikuti workshop penulisan dan pengusulan buku dan proposal Pengabdian kepada masyarakat, LPM Unpas, Bandung
13 27-Apr-19 Penyusunan BAB II Tinjauan Pustaka Model Vehicle Routing Problem (VRP) dalam Pengangkutan Sampah
14 03-Mei-19 Penyusunan BAB III Maksud dan Tujuan
15 08-Mei-19 Penyusunan BAB IV Metode Penelitian
16 14-Mei-19 Penyusunan dan Pengolahan Data serta merumuskan hasil yang diperoleh
17 02-Jul-19 Verifikasi dan Evaluasi Hasil Pengolahan Data, dan penyusunan algoritma untuk perhitungan metode optimisasi rute Algoritma Genetika dan Tabu Search
18 16-Jul-19 Uji coba logika Software Mathlab yang digunakan untuk perhitungan serta melakukan Penyusunan BAB V Pembahasan dan Hasil
19 20-Jul-19 Penyusunan naskah untuk konferensi Internasional dan jurnal nasional 20 08-Agt-19 Rapat V : Penyusunan dan pembuatan Laporan Kemajuan 21 20-Agt-19 Persiapan dan penyusunan dokumen lampiran
No Tanggal Kegiatan
22 27-Agt-19 Mengikuti Workshop pembuatan buku ajar dan luaran penelitian BKSTI di Semarang
23 03-Sep-19 Penyusunan Draft Buku Ajar dan pengusulan penerbitan dengan penerbit buku REFIKA, Bandung
24 05-Sep-19 Submit Abstrak di Konferensi Internasional The 1st International Conference on Environment, Sustainability Issues,and Community Development
25 06-Sep-19 Submit naskah artikel ke Jurnal Media Teknik dan Sistem Industri (JMTSI)
26 13-Sep-19 Scan data lampiran dan dokumen 27 14-Sep-19 Upload Laporan Kemajuan 28 03-Okt-19 Penyusunan Laporan Akhir
29 23-Okt-19 Penyusunan dan Kompilasi serta Scan lampiran keluaran dan data keuangan
30 11-Nov-19 Rapat VI Evaluasi Kegiatan 31 16-Nov-19 Unggah Laporan Akhir
Bandung, 16 Nopember 2019
Ketua Tim,
Dr. Ir. Yogi Yogaswara, MT
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering
PAPER • OPEN ACCESS
Genetic Algorithm for Waste Transportation Route in Eastern Bandung(Case Study: PD. Kebersihan Kota Bandung)To cite this article: Y Yogaswara and L S M D Saputra 2019 IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 528 012041
View the article online for updates and enhancements.
This content was downloaded from IP address 180.245.233.122 on 14/09/2019 at 12:36