36
BAB I STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama pasien : An.R Usia : 5 tahun 3 bulan Jenis kelamin : Laki-laki Nama orangtua : Tn.S Alamat : Cempaka Putih, Jakarta Pusat Pemeriksaan : 2 Oktober 2014 jam 10.00 WIB I. AUTOANAMNESIS DAN ALOANAMNESIS Keluhan Nyeri menelan Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli anak RSIJ Cempaka Putih diantar oleh ibunya mengeluh nyeri saat menelan sejak ± 2 hari yang lalu (30 September 2014), nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan makan gorengan setelah pulang dari sekolahnya 2 hari yang lalu. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini kadang disertai demam. Saat ini pasien tidak demam.

Lapkas Tonsilitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lk

Citation preview

Page 1: Lapkas Tonsilitis

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : An.R

Usia : 5 tahun 3 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama orangtua : Tn.S

Alamat : Cempaka Putih, Jakarta Pusat

Pemeriksaan : 2 Oktober 2014 jam 10.00 WIB

I. AUTOANAMNESIS DAN ALOANAMNESIS

Keluhan

Nyeri menelan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli anak RSIJ Cempaka Putih diantar oleh ibunya mengeluh nyeri saat

menelan sejak ± 2 hari yang lalu (30 September 2014), nyeri awalnya dirasakan pasien sejak

minum es dan makan gorengan setelah pulang dari sekolahnya 2 hari yang lalu. Pasien

merasa ada yang mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini kadang disertai demam. Saat

ini pasien tidak demam.

Nafsu makan menurun sejak sakit, os merasa lemas, adanya rasa kering pada tenggorokan,

pasien menyangkal panas pada tenggorokan, gatal, dan keluhan suara serak, tidur ngorok (-),

nafas berbau (-). Pasien mengaku tidak ada keluhan batuk, pilek dan riwayat infeksi telinga

sebelumnya.

Page 2: Lapkas Tonsilitis

Riwayat Penyakit Dahulu :

Ibu OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun

terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah

kambuh sebanyak 4 kali. Bila gejala demam dan nyeri menelan ini muncul, pasien dibawa

orang tuanya ke klinik, ibu os lupa obatnya. Gejala demam dan nyeri menelan hilang, tapi

kambuh lagi bila pasien sering minum es, keluhan juga dapat timbul apabila pasien merasa

kelelahan..

Riwayat Asma, TB, Kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

Riwayat Alergi :

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu dan udara dingin. Alergi makanan dan

obat-obatan (-).

Riwayat Pengobatan

Bila keluhan serupa muncul pasien hanya berobat k klinik. Pasien tidak sedang

menngkonsumsi obat-obatan.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

ANC teratur ke bidan, lahir spontan, oleh bidan, usia 38 minggu, PB 50 CM, BB 3300 gram,

langsung menangis.

Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan imunisasi dasar anak lengkap sesuai jadwal.

Riwayat perkembangan

Sekarang os duduk di taman kanak-kanak.

Riwayat makanan

Sehari-hari mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, minum susu. Namun pasien sering membeli

jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.

Riwayat Psikososial

Pasien adalah seorang pelajar taman kanak-kanak , tinggal bersama ke-2 orang tua.

Page 3: Lapkas Tonsilitis

II. PEMERIKSAAN FISIK

• KU : tampak sakit sedang

• Kesadaran : Compos Mentis

• TTV

– Suhu : 36,5˚ C

– nadi : 80x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup.

– RR : 20 x/menit

• Antropometri

– BB : 18 kg

– TB : 104 cm

• BB/U : 18/19 = 94% Gizi baik

• TB/U : 104/110 = 94% Baik/normal

• BB/TB : 19/20 = 90% Normal

– Status Gizi : kesan gizi baik

• Status generalis

Kepala : Normocephal, Lingkar kepala 42 cm Rambut hitam, tidak rontok,

distribusi merata, tidak mudah dicabut.

– Mata :

• Cekung (-)/(-)

• Konjungtiva : anemis (-)/(-)

• Sclera: ikterus (-)/(-)

• Edema palpebra (-)/(-)

• Reflex cahaya (+)/(+)

Page 4: Lapkas Tonsilitis

• Pupil : isokhor (+)/(+)

– Leher : pembesaran KGB (-), Kelenjar Tiroid (-)

- Thorax

Paru

Inspeksi : Simetris,retraksi dinding dada (-), Bagian dada tertinggal (-)

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi :Iktus cordis terlihat

Palpasi :tidak dilakukan

Perkusi :tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni,gallop (-), murmur (-)

- Abdomen

Inspeksi : Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)

Auskultasi : peristaltik usus normal

Palpasi : nyeri tekan (-), turgor cepat kembali, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani seluruh regio abdomen

- Ekstremitas atas

Akral : Hangat

Edema : (-/-)

RCT : < 2 detik

Sianosis : (-)

Page 5: Lapkas Tonsilitis

Ekstremitas bawah

Akral : Hangat

Edema : (-/-)

Petekie :(-/-)

RCT : < 2 detik

Sianosis :(-)

- Genitalia: Laki-laki

Status THT

Pemeriksaan Telinga

Telinga Kanan Telinga Kiri

Deformitas - -

Nyeri tekan tragus - -

Nyeri tarik - -

Serumen - -

Sekret - -

Membran timphani intak intak

Refleks cahaya + +

Pemeriksaan Hidung

Kanan Kiri

Deformitas - -

Concha Eutrofi Eutrofi

Sekret - -

Nyeri Tekan Sinus

- Frontalis

- Ethmoidalis

- Maxilaris

-

-

-

-

-

-

Page 6: Lapkas Tonsilitis

Pemeriksaan Tenggorokan

Bagian Keterangan

Mukosa bukal Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)

Mukosa gusi Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)

Palatum Mole dan Palatum

durum

Hiperemi (-), edema (-), fistula (-)

Mukosa faring Hiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-)

Tonsil - Besar : T2 / T3

- Warna : Hiperemis +/+

- Kripta : Melebar +/+

- Detritus : Ada +/+

- Permukaan : Tidak rata +/+, berbenjol-

benjol +/+

Gambar

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

Saran Pemeriksaan Penunjang

- Swab Tenggorokan

- Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time dan Gol. Darah untuk

persiapan operasi

IV. RESUME

Pasien An. Laki-laki umur 5 ahun 3 bulan diantar ibunya ke poli anak RSIJ Cempaka

Putih mengeluh nyeri saat menelan sejak ± 2 hari yang lalu (30 September 2014), nyeri

awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan makan gorengan setelah pulang dari

sekolahnya 2 hari yang lalu. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan. Nyeri

menelan ini kadang disertai demam. Nafsu makan menurun sejak sakit, lemas dan

Tonsil Dekstra: Detritus (+), hiperemis (+), kripte melebar (+)T2

Tonsil sinistra: detritus (+), hiperemis (+), kripte melebar (+) T3

Page 7: Lapkas Tonsilitis

tenggorokan terasa kering. Ibu OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan

yang sama sejak 1 tahun terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul, menurut ibu OS

hingga saat ini sakit sudah kambuh sebanyak 4 kali. Bila gejala demam dan nyeri

menelan ini muncul, pasien dibawa orang tuanya ke klinik. Gejala demam dan nyeri

menelan hilang, tapi kambuh lagi bila pasien sering minum es dan kelelahan.

Pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.

Pada pemeriksaan tonsil didapatkan :

- Besar : T2 / T3

- Warna : Hiperemis +/+

- Kripta : Melebar +/+

- Detritus : Ada +/+

- Permukaan : Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+

V. DIAGNOSIS BANDING

- Tonsilitis kronis eksaserbasi akut

- Adeno Tonsilitis Kronis

- Tonsilitis Difteri

VI. DIAGNOSIS KERJA

Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut

VII. PENATALAKSANAAN

- Os di konsulkan ke Dokter Spesialis THT

- Amoxyclav syrup forte (3 kali 4 cc)

- Pro tonsilektomi

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad Functionam : ad bonam

IX. KIE

Page 8: Lapkas Tonsilitis

- Memberikan KIE kepada pasien dan orangtua bahwa penyakit yang diderita pasien

adalah peyakit tonsilitis kronis

- Anjurkan untuk menjaga hygene mulut

- Mengurangi konsumsi makanan yang dapat memperberat

- Untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan kekambuhan maka dianjurkan pada

pasien untuk dilakukan Tonsilektomi

Page 9: Lapkas Tonsilitis

BAB II

ANALISA KASUS

DIAGNOSIS

Diagnosis tonilitis ditegakan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Anamnesis.

Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil palatina lebih dari 3 bulan, setelah

serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.

Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dan

jarang ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun.

Keluhan pasien Teori

Nyeri Menelan Pada umumnya penderita sering

mengeluh oleh karena serangan tonsilitis

akut yang berulang

Ada yang mengganjal saat menelan Adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-

menerus pada tenggorokan (odinofagi)

Nyeri menelan ini kadang disertai demam Nyeri waktu menelan

Nafsu makan menurun sejak sakit Ada sesuatu yang mengganjal di

kerongkongan bila menelan,

Lemas Terasa kering dan pernafasan berbau

Tenggorokan terasa kering. Malaise

Mengalami keluhan yang sama sejak 1

tahun terakhir, keluhan dirasakan hilang

timbul, sakit sudah kambuh sebanyak 4

kali.

kadang-kadang ada demam dan nyeri

pada leher.

2. Pemeriksaan fisik

Page 10: Lapkas Tonsilitis

Pada pemeriksaan tonsil didapatkan :

Hasil pemeriksaan tonsil Teori

- Besar : T2 / T3

- Warna : Hiperemis +/+

- Kripta : Melebar +/+

- Detritus : Ada +/+

- Permukaan : Tidak rata +/+,

berbenjol-benjol +/+

Tampak tonsil membesar dengan adanya

hipertrofi dan jaringan parut, permukaan

tonsil tidak rata, kriptus melebar dan

beberapa kripti terisi oleh detritus.

Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi

eksudat (purulent) dapat diperlihatkan

dari kripta-kripta tersebut.

3. Faktor predisposisi

Pada Pasien Teori

- Sering mengkonsumsi es

- Kelelahan

- Tonsilitis akut yang

berulang

Rangsangan kronis (rokok, makanan)

Higiene mulut yang buruk

Pengaruh cuaca (udara dingin,lembab, suhu

yang berubah- ubah)

Alergi (iritasi kronis dari allergen)

Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan

fisik)

Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak

adekuat

Page 11: Lapkas Tonsilitis

DIAGNOSIS BANDING

Tonsilitis Kronik Adenotonsilitis Tonsilitis Difteri

-Streptokokus alfa

merupakan penyebab

tersering, Stafilokokus

aureus, Streptokokus beta

hemolitikus grup A,

Stafilokokus epidermis

dan kuman gram negatif

yaitu enterobakter,

Pseudomonas aeruginosa,

Klebsiella dan E. coli.

-Bakteri Streptococcus ß

hemoliticus grup A, selain

karena bakteri tonsillitis

dapat disebabkan oleh

virus.

-Corynebacterium

diphteriae

-Pada umumnya penderita

sering mengeluh oleh

karena serangan tonsilitis

akut yang berulang

-Adanya rasa sakit (nyeri)

yang terus-menerus pada

tenggorokan (odinofagi)

-Nyeri waktu menelan

-Ada sesuatu yang

mengganjal di

kerongkongan bila

menelan,

-Terasa kering dan

pernafasan berbau

-Malaise

-Kadang-kadang ada

demam dan nyeri pada

leher.

-Sering sakit menelan

-hidung tersumbat

- sering mendengkur

- Facies adenoid

-Sakit leher

-Suara yang berubah

-Pembesaran tonsil yang

permukaannya tidak rata,

pelebaran kriptus, dan

sebagian kripti terisi oleh

detritus.

-Gejala umum sama

seperti gejala infeksi lain,

yaitu demam subfebris,

nyeri kepala, tidak nafsu

makan, badan lemah, nadi

lambat dan keluhan nyeri

menelan.

-Gejala lokal yang tampak

berupa tonsil membengkak

ditutupi bercak putih kotor

yang makin lama makin

meluas dan membentuk

pseudomembran yang

melekat erat pada dasarnya

sehingga bila diangkat

akan mudah berdarah.

-Gejala akibat eksotoksin

dapat menimbulkan

kerusakan jaringan tubuh,

misalnya pada jantung

dapat terjadi miokarditis

Page 12: Lapkas Tonsilitis

sampai dekompensasi

kordis, pada saraf kranial

dapat menyebabkan

kelumpuhan otot palatum

dan otot pernafasan dan

pada ginjal dapat

menimbulkan albuminuria.

Page 13: Lapkas Tonsilitis

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin

Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri

dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.

Tonsil Palatina1,2

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil

pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar

posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-

masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil

tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai

fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

· Lateral – muskulus konstriktor faring superior

· Anterior – muskulus palatoglosus

· Posterior – muskulus palatofaringeus

· Superior – palatum mole

· Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi

invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan

tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular

Page 14: Lapkas Tonsilitis

dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme

pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.

Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal.

Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot

palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding

luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang

tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus

glosofaringeal.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri

maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina

asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri

lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub

bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior

oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri

tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatine

desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari

faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus

faringeal.

Page 15: Lapkas Tonsilitis

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal

profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus,

selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya

mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen

tidak ada.

Persarafan

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus

glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Page 16: Lapkas Tonsilitis

TONSILITIS KRONIK

A. DEFINISI

Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil palatina lebih dari 3 bulan, setelah

serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Terjadinya perubahan

histologi pada tonsil, dan terdapatnya jaringan fibrotik yang menyelimuti mikroabses dan

dikelilingi oleh zona sel-sel radang.

Mikroabses pada tonsilitis kronik menyebabkan tonsil dapat menjadi fokal infeksi

bagi organ-organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan lain-lain. Fokal infeksi adalah

sumber bakteri / kuman di dalam tubuh dimana kuman atau produkproduknya dapat

menyebar jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan dapat menimbulkan penyakit. Kelainan

ini hanya menimbulkan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi

akan menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi pada organ lain yang jauh dari sumber

infeksi.

Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang

tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai

dengan hiperemi rigan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar

detritus.

Page 17: Lapkas Tonsilitis

B. ETIOLOGI

Tonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering

menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak

diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang

sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram

positif. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan

penyebab tersering dan diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup

A, Stafilokokus epidermis dan kuman gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas

aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat ketika dilakukan kultur apusan tenggorok.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu :

· Rangsangan kronis (rokok, makanan)

· Higiene mulut yang buruk

· Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)

· Alergi (iritasi kronis dari allergen)

· Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)

· Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat

D. EPIDEMIOLOGI

Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dan

jarang ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun.

E. PATOFISIOLOGI

Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik

melalui hidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan dihancurkan oleh makrofag

yang merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat

dari penjagaan higiene mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain, maka

pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya, akibat kuman

Page 18: Lapkas Tonsilitis

yang bersarang di tonsil dan akan menimbulkan peradangan tonsil yang kronik. Pada

keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau

fokal infeksi.

Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang

berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses

penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan

mengerut sehingga kripta akan melebar. Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh

Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi

kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus

kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Sewaktu-

waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan imun yang

menurun.

F. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang

berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan

(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila

menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.

Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di garis

tengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang hebat, mungkin

terdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian atas yang dapat

menyebabkan hipertensi pulmonal.

G. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang

atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak

jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak

terdapat nyeri tekan.

Ukuran Tonsil

T0 : bila sudah dioperasi

T1 : ukuran yang normal ada

Page 19: Lapkas Tonsilitis

T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

T3 : pembesaran mencapai garis tengah

T4 : pembesaran melewati garis tengah

H. DIAGNOSIS

Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:

1. Anamnesa

Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnose dapat

ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit

pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di

tenggorok, nafas bau, malaise, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.

2. Pemeriksaan Fisik

Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut, permukaan

tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Sebagian

kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-

kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,

biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang

tipis terlihat pada kripta.

3. Pemeriksaan Penunjang

Page 20: Lapkas Tonsilitis

Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus tonsil.

Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan

yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus,

atau Pneumokokus.

I. DIAGNOSIS BANDING

Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :

1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semu

yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)

a. Tonsilitis Difteri

Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang

terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin

dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup

memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum,

lokal dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu

demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan

keluhan nyeri menelan.

Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang

makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada

dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat

menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi

miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan

kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkan

albuminuria.

b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)

Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit

tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan

tampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus

alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor ex ore) dan

kelenjar submandibula membesar.

c. Mononukleosis Infeksiosa

Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup

ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfe

Page 21: Lapkas Tonsilitis

leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit

mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum

pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).

2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus

a. Faringitis Tuberkulosis

Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk

karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri

di telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.

b. Faringitis Luetika

Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada

penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukan

jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan

pilar tonsil.

c. Lepra (Lues)

Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian

menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya

jaringan ikat.

d. Aktinomikosis Faring

Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami

ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang

ireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak. Penyakit-penyakit

diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan nyeri tenggorokan

(odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti berdasarkan pada

pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan biopsi jaringan.

J. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik.

Obat kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala-gejala yang

timbul biasanya akan hilang sendiri. Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus

perlu diobati dengan penisilin V secara oral, cefalosporin, makrolid, klindamicin, atau

injeksi secara intramuskular penisilin benzatin G. Terapi yang menggunakan penisilin

Page 22: Lapkas Tonsilitis

mungkin gagal (6-23%), oleh karena itu penggunaan antibiotik tambahan mungkin

akan berguna.

Operatif

Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pasa

pasien dengan tonsilitis kronik, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsila palatina

dari fossa tonsilaris. Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko

menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.

Indikasi Tonsilektomi

Menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery (AAO-HNS)

(1995), indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:

Indikasi Absolut

Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,

gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner

Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase

Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi Relatif

Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat

Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis

Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan

pemberian antibiotik beta-laktamase resisten

Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan

Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan apakah

mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat. Dugaan

keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk tonsilektomi.

Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas indikasi tersebut,

kebanyakan karena infeksi kronik

Obstruksi nasofaringeal dan orofaringeal yang berat sehingga boleh mengakibatkan

terjadinya gangguan apnea ketika tidur merupakan indikasi absolute untuk surgery.

Page 23: Lapkas Tonsilitis

Pada kasus yang ekstrim, obstructive sleep apnea ini boleh menyebabkan

hipoventilasi alveolar, hipertensi pulmonal dan kardiopulmoner.

K. KOMPLIKASI

Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah

sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun

berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut (Soepardi, 2001) :

Komplikasi sekitar tonsila   

a. Peritonsilitis

Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.

b. Abses Peritonsilar (Quinsy)

Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari

penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan

penjalaran dari infeksi gigi.

c. Abses Parafaringeal ,Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah

bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal,

adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.

d. Abses Retrofaring

Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia

3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

e. Kista Tonsil

Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini

menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan,

biasanya kecil dan multipel.

f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)

Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang 

membentuk bahan keras seperti kapur.

Page 24: Lapkas Tonsilitis

Komplikasi Organ jauh

a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik

b. Glomerulonefritis

c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

d. Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

e. Artritis dan fibrositis.

Page 25: Lapkas Tonsilitis

REFERENSI

1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. pg:212-25.

2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.

PenyakitpenyakitNasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997.

pg:330-44.

3. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college

of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59.

4. Robertson, J.S. 2004. Journal of Tonsilitis. Available at: http://www.emedicine.com.

5. Ramsey, D.D. 2003.. Tonsilitis. Available at: http://www.illionisuniv.com

6. Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003. McGraw-Hill.

7. Jackson C. Disease of the nose, throat and ear. 2nd ed. Philadelphia: WB Sunders Co.

1959. pg: 239-59.