18
BAB I PENDAHULUAN Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita. 1,4 Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Selain sifat keratolitik, masih banyak sifat yang sama diantara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton merupakan jamur patogen pada manusia. 1 Klasifikasi dermatofitosis dibagi berdasarkan lokasinya, salah satunya adalah tinea korporis. Tinea korporis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (glabrous skin) seperti di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. 1,2,3 Penyebab tersering tinea korporis adalah Trichophyton rubrum dan Trychophyton mentagrophytes. Keluhan gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas 1

Lapkas t.korporis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapkas t.korporis

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk, seperti

kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur

dermatofita.1,4

Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan

jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas Fungi

imperfecti, yang terbagi dalam genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.

Selain sifat keratolitik, masih banyak sifat yang sama diantara dermatofita, misalnya sifat

faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab

penyakit. Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton merupakan jamur patogen pada

manusia.1

Klasifikasi dermatofitosis dibagi berdasarkan lokasinya, salah satunya adalah tinea

korporis. Tinea korporis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita

pada kulit halus (glabrous skin) seperti di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. 1,2,3

Penyebab tersering tinea korporis adalah Trichophyton rubrum dan Trychophyton

mentagrophytes. Keluhan gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas,

terdiri atas macam-macam efloresensi kulit dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda

peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk

gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan memberi gambaran yang tidak khas terutama

pada pasien imunodefisiansi.1,5,6

1

Page 2: Lapkas t.korporis

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.D

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Mangunjaya

Tanggal Kunjungan Poli : 1 April 2014

ANAMNESIS (Auto Anamnesis pada tanggal 1 April 2014,pukul 10.00 WIB)

Keluhan Utama:

Bercak kemerahan disertai sisik yang terasa gatal pada bokong, perut bawah, lipatan

lutut kaki kanan sejak 1minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan pada

bokong, perut bawah, dan lipatan lutut kaki kanan disertai gatal dan timbul sisik

halus, gatal hanya malam hari (-), cekungan pada kuku (-), kuku rapuh (-). Awalnya 2

tahun yang lalu pasien berkunjung ke rumah tetangganya yang mempunyai keluhan

sama pada bagian paha, beberapa hari kemudian pasien juga mengeluhkan gejala

tersebut yaitu timbul bercak kemerahan dibagian punggung, terdapat beruntus-

beruntus berisi cairan bening, pasien merasa sangat gatal bila berkeringat dan pada

saat beruntus tersebut belum pecah, karena sering digaruk kemudian bercak tersebut

semakin luas ke bagian bokong kemudian ke bagian bawah perut dan lipatan lutut

kaki.

Selama 2 tahun ini pasien sudah berobat ke puskesmas, dan diberikan terapi obat

minum, hasilnya bercak kemerahan pada bagian punggung berangsur-angsur

2

Page 3: Lapkas t.korporis

menghilang namun masih tersisa pada bagian bokong, perut bawah serta lipatan lutut

kaki kanan dan bekas garukan serta bercak yang mulai sembuh menjadi berwarna

kehitaman yang sampai saat ini dikeluhkan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

- Pasien mengeluhkan gejala diatas selama 2 tahun terakhir sejak berkunjung ke

rumah tetangga yang mengeluhkan gejala sama.

- Tidak pernah mempunyai gejala yang sama sebelum 2 tahun yang lalu.

- Tidak ada riwayat penyakit karena alergi (asma, rinitis alergik, dermatitik atopik).

Riwayat Penyakit Keluarga:

- Keluarga tidak ada keluhan gejala yang sama dengan pasien.

- Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat dermatitis atopik atau penyakit

karena alergi lainnya.

Riwayat Pengobatan:

- Sudah berobat ke puskesmas dan mendapatkan terapi.

- Setelah berobat keluhan pada punggung berangsur-angsur hilang dan tersisa pada

bagian bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan.

Riwayat Alergi:

Pasien menyangkal ada riwayat alergi makanan, obat-obatan, hewan piaraan, debu

ataupun cuaca, serta kontaminasi bahan kimia pada pasien.

Riwayat Psikososial:

- Pasien bekerja sebagai karyawan.

- Pasien biasa menggunakan pakaiannya selama dua hari.

- Setelah BAB atau BAK pasien jarang mengeringkan bagian tubuhnya yang

basah.

- Kadang-kadang saat mandi pasien tidak menggunakan sabun.

3

Page 4: Lapkas t.korporis

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vittal :

- Tekanan darah: 120/80 mmHg

- Nadi : 85 x/menit

- Pernapasan : 21 x/menit

- Suhu :36,5˚C

Status Generalis :

- Kepala : Normochepal

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

- Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)

- Mulut : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)

- Leher : Pembesaran KGB (-)

- Thorax :

- Paru : Pergerakan dada simetris, vesikuler (+/+)

- Jantung : Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II normal

- Abdomen : Tampak datar, supel, BU normal, organomegali (-)

- Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-)

Status Dermatologis

Distribusi Regional

A/R Bokong, perut bawah, lipatan lutut kaki kanan

Lesi Lesi multiple berbentuk bulat, sebagian diskert sebagian konfluens,

permukaan sebagian rata sebagian menimbul, sirkumskrip, kering,

lesi tepi lebih aktif dibandingkan tengahnya, gambaran polisiklik,

ukuran + 1x2 cm untuk lesi kecil dan + 6x7 cm untuk lesi besar.

Efloresensi Makula hiperpigmentasi,eritema disertai skuama sebagian terdapat

vesikel, ekskoriasi dan krusta.

4

Page 5: Lapkas t.korporis

*Predileksinya pada bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kerokan kulit dengan larutan KOH 10%, ditemukan hifa.

RESUME

Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan pada

bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan yang disertai gatal terutama bila

berkeringat dan sebelum pecahnya beruntus-beruntus yang berada pada sekitar lesi kulit

tersebut, dirasakan sejak 2 tahun yang lalu sebelum datang ke Poli Kulit RSUD Banjar.

Awalnya 2 tahun yang lalu pasien bermain ke tetangganya yang mempunyai keluhan

sama pada bagian paha, beberapa hari kemudian pasien juga mengeluhkan gejala tersebut

yaitu timbul bercak kemerahan dibagian punggung, terdapat beruntus-beruntus berisi cairan

bening, pasien merasa sangat gatal bila berkeringat dan beruntus tersebut belum pecah,

karena sering digaruk kemudian bercak tersebut semakin luas ke bagian bokong kemudian ke

bagian bawah perut dan lipatan lutut kaki.

Selama 2 tahun ini pasien sudah berobat ke puskesmas, dan diberikan terapi obat

minum, hasilnya bercak kemerahan pada bagian punggung berangsur-angsur menghilang

5

Page 6: Lapkas t.korporis

namun masih tersisa pada bagian bokong, perut bawah serta lipatan lutut kaki kanan dan

bekas garukan sertabercak yang mulai sembuh menjadi berwarna kehitaman yang sampai saat

ini dikeluhkan.

Pasien setiap harinya bekerja sebagai karyawan toko, biasanya pasien menggunakan

pakaiannya untuk dua hari, jarang mengeringkan bagian tubuh yang basah setelah BAB atau

BAK dan kadang-kadang pasien jarang menggunakan sabun saat mandi.

Pada status dermatologis ditemukan lesi regional yaitu di bokong, perut bawah dan

lipatan lutut kaki kanan. Lesi multiple berbentuk bulat, sebagian diskert sebagian konfluens,

permukaan sebagian rata sebagian menimbul, sirkumskrip, kering, lesi tepi lebih aktif

dibandingkan tengahnya, gambaran polisiklik, ukuran + 1x2 cm untuk lesi kecil dan + 6x7

cm untuk lesi besar. Efloresensinya yaitu makula hiperpigmentasi,eritema disertai skuama

sebagian terdapat vesikel, ekskoriasi dan krusta.Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan

larutan KOH 10% ditemukan adanya hifa.

DIAGNOSIS BANDING

Tinea Korporis

Psoriasis Vulgaris

DIAGNOSIS KERJA

Tinea Korporis

PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa

- Menjaga kulit tetap kering.

- Menggunakan pakaian longgar.

- Rajin mengganti pakaian, terutama jika pakaian lembab.

- Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.

- Mencegah infeksi sekunder dengan menghindari garukan.

6

Page 7: Lapkas t.korporis

Medikamentosa

- Sistemik : Ketokonazole tablet 200 mg 1x1 selama 2-4 minggu.

- Topikal : Ketokonazole krim 2% 2x1

PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Functionam : Ad Bonam

Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

7

Page 8: Lapkas t.korporis

BAB III

ANALISA KASUS

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Dermatofitosis (Tinea) adalah penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur

dermatofit. Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya

tarik pada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan

kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis. Tinea Korporis adalah

kelainan pada kulit dengan morfologi yang khas yaitu lesi bulat atau lonjong, polimorf

dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedangkan bagian tengah tampak tenang,

terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi, membentuk

gambaran polisiklik karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Gejala ini disertai dengan

perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papul-papul atau vesikel-vesikel akan

pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosif dan bila mengering jadi krusta dan

skuama.1,2,7

Berdasarkan Kasus :

Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan pada

bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan yang disertai gatal terutama bila

berkeringat dan sebelum pecahnya beruntus-beruntus yang berada pada sekitar lesi kulit

tersebut, dirasakan sejak 1 minggu yang lalu sebelum datang ke Poli Kulit RSUD Banjar.

Awalnya 2 tahun yang lalu pasien bermain ke tetangganya yang mempunyai keluhan

sama pada bagian paha, beberapa hari kemudian pasien juga mengeluhkan gejala tersebut

yaitu timbul bercak kemerahan dibagian punggung, terdapat beruntus-beruntus berisi cairan

bening, pasien merasa sangat gatal bila berkeringat dan beruntus tersebut belum pecah dan,

karena sering digaruk kemudian bercak tersebut semakin luas ke bagian bokong kemudian ke

bagian bawah perut dan lipatan lutut kaki.

Selama 2 tahun ini pasien sudah berobat ke puskesmas, dan diberikan terapi obat

minum, hasilnya bercak kemerahan pada bagian punggung berangsur-angsur menghilang

namun masih tersisa pada bagian bokong, perut bawah serta lipatan lutut kaki kanan dan

8

Page 9: Lapkas t.korporis

bekas garukan serta bercak yang mulai sembuh menjadi berwarna kehitaman yang sampai

saat ini dikeluhkan.

Pasien setiap harinya bekerja sebagai karyawan toko, biasanya pasien menggunakan

pakaiannya untuk dua hari, jarang mengeringkan bagian tubuh yang basah setelah BAB atau

BAK dan kadang-kadang pasien jarang menggunakan sabun saat mandi.

Pada status dermatologis ditemukan lesi regional yaitu di bokong, perut bawah dan

lipatan lutut kaki kanan. Lesi multiple berbentuk bulat, sebagian diskert sebagian konfluens,

permukaan sebagian rata sebagian menimbul, sirkumskrip, kering, lesi tepi lebih aktif

dibandingkan tengahnya, gambaran polisiklik, ukuran + 1x2 cm untuk lesi kecil dan + 6x7

cm untuk lesi besar. Efloresensinya yaitu makula hiperpigmentasi,eritema disertai skuama

sebagian terdapat vesikel, ekskoriasi dan krusta.

DIAGNOSIS BANDING

Tinea Korporis

Psoriasis Vulgaris

DIAGNOSIS KERJA

Tinea Korporis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang kerokan kulit dengan cara mengambil lesi yang aktif yaitu pada bagian tepinya,

kemudian berikan larutan KOH 10%, dapat dilihat hifa atau spora jamur dengan mikroskop.

Ciri-ciri hifa adalah berupa benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding,

berinti, bersegmen, bercabang, dan bersifat kontur ganda. Contoh koloni filamen adalah

Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum.1,4,10

9

Page 10: Lapkas t.korporis

Berdasarkan kasus:

Dilakukan pemeriksaan kerokan kukit dengan larutan KOH 10% dan dilihat dengan

mikroskop, pada kasus ditemukan hifa.

PENATALAKSANAAN

Berdasarkan penatalaksanaan kasus yang sesuai dengan teori, pada terapi topikal

direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit yang hidup pada jaringan kulit dan

ketokonazol krim digunakan untuk infeksi jamur di kulit tak berambut seperti dermatofita

dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, sedangkan pada terapi

sistemik dipilih ketokonazol yang merupakan obat antifungi sistemik pertama yang

berspektrum luas dan juga merupakan turunan imidazol sintetik yang bersifat lipofilik dan

larutan dalam air pada PH asam. Obat ini bekerja dengan cara menghambat C-14 α-

dimetilase (enzim P-450 sitokrom) pembentukan ergosterol membran jamur. Penghambatan

ini mengganggu fungsi membrane dan meningkatkan permeabilitas. Ketokonazol mempunyai

ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin dalam waktu 2jam melalui kelenjar

keringat eccrine. Penghantaran akan menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal

epidermis dalam waktu 3-4 minggu. Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai,

sekurangnya 10 hari setelah obat dihentikan. Pemakaian ketokonazol belum ditemukan

adanya resistensi selama diobservasi sehingga obat ini sangat efektif dalam pengobatan

jamur. Efek samping yang sering timbul dalam penggunaan ketokonazol berupa mual dan

muntah. Kontraindikasi adalah penderita penyakit hati akut atau kronik, hipersensitif terhadap

ketokonazol, dan wanita hamil. Ketokonazol sistemik tersedia dalam sediaan tablet 200 mg.

Dosis yang dianjurkan pada dewasa adalah 200-400 mg/hari. Lama pengobatan untuk tinea

korporis selama 2-4 minggu. Keunggulan ketokonazol adalah sebagai obat berspektrum luas,

tidak resisten, efek samping minimal dan harga yang terjangkau maka obat ini paling banyak

digunakan dalam pengobatan antifungi.8

10

Page 11: Lapkas t.korporis

PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Ad Bonam Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah

pada ancaman kematian. Keadaaan umum, kesadaran dan tanda vital pasien masih

dalam batas normal.

Quo Ad Functionam : Ad Bonam Tinea menimbulkan lesi kulit yang tidak

mengganggu fisiologis kulit secara bermakna.

Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam Dengan menghilangkan faktor

predisposisi maka penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.

11

Page 12: Lapkas t.korporis

BAB IV

KESIMPULAN

Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Banjar dengan keluhan bercak kemerahan disertai

sisik yang terasa gatal pada bokong, perut bawah dan lipatan paha kaki kanan sejak 2 tahun

yang lalu. Diagnosis kerja pasien tersebut adalah tinea korporis, penegakkan diagnosis

didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik kulit serta pemeriksaan penunjang dengan cara

kerokan kulit menggunakan KOH 10 % pada lesi pasien. Terapi diberikan dengan edukasi

untuk meningkatkan higienisitas pasien dan terapi topikal serta sistemik. Ketokonazol

digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan tinea korporis karena berspektrum luas

tidak resisten, efek samping minimal dan harga yang terjangkau. Selain itu, ketokonazol

merupakan salah satu obat antifungi yang efektif dalam pengobatan tinea korporis. Prognosis

pada kasus pasien baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat serta memperhatikan faktor

predisposisinya seperti kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. 3,8,9

12

Page 13: Lapkas t.korporis

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Penyakit Kulit:

Mikosis. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2010.

Hal: 89-105.

2. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penyakit Jamur : Tinea.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:2005. Hal: 17-31.

3. Goedadi MH,Suwito PS. Tinea Korporis dan Tinea Kruris. Dalam : Budimulja U,

Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis

superfisialis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI:2004. Hal: 31-4.

4. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit Edisi Kedua. Palembang:

Universitas Sriwijaya:2012. Hal:51-4.

5. Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. Superficialis Mycoses and

Dermatophytes. In:Trying SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical Dermatology.

China: Elsenvier inc:2006. P:185-92.

6. Sobera JO, Elewski BE. Fungal Disease. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini

RP,editors. Dermatology.Spain:Elsevier Science:2003. P:1174-83.

7. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates :2000. Hal:73-87.

8. Kuswadji, Widaty KS. Obat Anti Jamur. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono

K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis Superfisialis.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2004. Hal:108-16.

9. Nugroho SA. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Dermatomikosis Superfisialis.

Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S,

editors. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 2004. Hal:99-106.

10. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penyakit Jamur :

Pendahuluan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:2005. Hal:1-6.

13