14
ANALISIS HISTOPATOLOGI PENGARUH PAPARAN PESTISIDA TERHADAP INSANG, HEPAR, REN, INTESTINUM PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Siti Sopiah, Gilang Nurhadiansyah, Yulihda Fikrie Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Email : [email protected] Abstrak Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan pestisida terhadap kondisi insang, hati , ginjal dan saluran pencernaan usus, juga untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi pada organ organ tersebut. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, gedung dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Dari penelitian ini dapat di ketahuai organ yang paling mengalami kerusakan adalah insang, karena insang merupakan organ yang berperan dalam proses osmoregulasi dan organ bagian luar yang berhubungan langsung dengan lingkungan yang terpapar bahan toksik. Kata kunci : Histopatologi, ikan Mas, Pestisida Abstract Histopatologi is a branch of the biology that studies the condition and function tissue in conjunction with disease. This report aims to review the influence of exposure to situations gills pesticides, hearts, kidneys and alimentary canal intestinal, also determine how much the destruction in the organs. This research located in the laboratory resource management waters, the deanery faculty fisheries and marine science, padjadjaran university. From the study can be know organ most damaged is gills , because gills is organ participate in the process osmoregulation and organs the outside that directly touch with the environment exposed to material toxic. Keywords: Histopatologi , Carp , Pesticides PENDAHULUAN 1

LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

ANALISIS HISTOPATOLOGI PENGARUH PAPARAN PESTISIDA TERHADAP INSANG, HEPAR, REN, INTESTINUM PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Siti Sopiah, Gilang Nurhadiansyah, Yulihda Fikrie Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor

Email : [email protected]

Abstrak

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan pestisida terhadap kondisi insang, hati , ginjal dan saluran pencernaan usus, juga untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi pada organ organ tersebut. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, gedung dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Dari penelitian ini dapat di ketahuai organ yang paling mengalami kerusakan adalah insang, karena insang merupakan organ yang berperan dalam proses osmoregulasi dan organ bagian luar yang berhubungan langsung dengan lingkungan yang terpapar bahan toksik.

Kata kunci : Histopatologi, ikan Mas, Pestisida

Abstract

Histopatologi is a branch of the biology that studies the condition and function tissue in conjunction with disease. This report aims to review the influence of exposure to situations gills pesticides, hearts, kidneys and alimentary canal intestinal, also determine how much the destruction in the organs. This research located in the laboratory resource management waters, the deanery faculty fisheries and marine science, padjadjaran university. From the study can be know organ most damaged is gills , because gills is organ participate in the process osmoregulation and organs the outside that directly touch with the environment exposed to material toxic.

Keywords: Histopatologi , Carp , Pesticides

PENDAHULUAN

Histopatologi adalah cabang biologi

yang mempelajari kondisi dan fungsi

jaringan dalam hubungannya dengan

penyakit. Histopatologi sangat penting dalam

kaitan dengan diagnosis penyakit karena

salah satu pertimbangan dalam penegakan

diagnosis adalah melalui hasil pengamatan

terhadap jaringan yang diduga terganggu.

Jaringan merupakan sekumpulan sel yang

tersimpan dalam suatu kerangka struktur

atau matriks yang mempunyai suatu

kesatuan organisasi yang mampu

mempertahankan keutuhan dan

penyesuaian terhadap lingkungan diluar

batas dirinya (Bavelander 1998). Prasyarat

untuk mendapatkan histopatologi dan

histokimia yang tepat dapat diperoleh

dengan mengamati preparat dibawah

mikroskop elektron. Preparat dari histopat

1

Page 2: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

mempunyai tanda spesifik yang terlihat

dari jaringan sel dan struktur jaringan

akibat serangan patogenisitas. Prosedur

dari aplikasi histopatologi organ udang

atau ikan yang terinfeksi adalah

mempunyai dasar dari metode histologi

(Eg hofman 1961, Stohr et, 1963; Voss

1964 dalam Scaperclause, 1992).

Hipoplasia adalah penurunan jumlah

sel yang nyata dalam jaringan yang

mengakibatkan penurunan jaringan atau

organ, akibatnya organ tersebut menjadi

kerdil. Hipoplasia dapat juga mengenai

semua bagian tubuh, dapat mengenai salah

satu dari sepasang organ atau bahkan dapat

mengenai kedua organ yang berpasangan.

(Zainal, 2010)

Hiperplasia adalah bertambahnya

jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ

sehingga jaringan atau organ menjadi lebih

besar ukurannya dari normal. Hiperplasia

dapat dikelompokkan menjadi fisiologik

dan patologik. Hiperplasia fisiologis terjadi

karena sebab yang fisiologi atau normal

dalam tubuh. Hiperplasia patologik

disebabkan oleh stimulus hormonal yang

berlebihan atau efek berlebihan dari

hormone pertumbuhan pada sel sasaran.

Hiperplasia patologik dapat berkembang

menjadi tumor ganas.

Necrosis menggambarkan keadaan

dimana terjadi penurunan aktivitas jaringan

yang ditandai dengan hilangnya beberapa

bagian sel satu demi satu dari satu jaringan

sehingga dalam waktu yang tidak lama

akan mengalami kematian. (Takashima

dan Hibiya 1995). Atrofi merupakan suatu

keadaaan yang tidak wajar dimana jumlah

dan volume sel berada di bawah normal

dan garis luar sel menjadi tidak dapat

dibedakan bahkan sering kali nucleus

menjadi kecil bahkan hilang sama sekali

sehingga dapat mengakibatkan kematian

sel (Takashima dan Hibiya 1995).

Edema merupakan suatu kondisi

dimana meningkatnya jumlah cairan dalam

kopartemen jaringan interseluler. Edema

terjadi pada jaringan ikat longgar (sub

kutis) dan rongga-rongga badan (rongga

perut dan di dalam paru-paru). Umumnya

edema akan disertai radang yang dapat

diketahui dari infiltrasi sel-sel radang

sebagai reaksi pertahanan. (Underwood

1992). Penyebab dari edema adalah

meningkatnya tekanan hidrostatik intra

vaskula menimbulkan perembesan cairan

plasma darah keluar dan masuk ke dalam

ruang interstisium. Ikan mas merupakan

ikan yang bersifat reaktif dilihat dari

responnya terhadap perubahan lingkungan

khusunya pencemaran logam berat.

Praktikum ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemaparan logam

merkuri terhadap kondisi insang, hati ,

ginjal dan saluran pencernaan insang. Juga

untuk mengetahui seberapa besar kerukan

2

Page 3: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

yang terjadi pada organ organ tersebut.

Sehingga diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan informasi bagi

masyarakat mengenai pengaruh logam

berat terhadap kehidupan ikan.

DATA DAN PENDEKATAN

Penelitian mengenai “Pengamatan

Preparat Histopatologi” dilakukan pada

hari Rabu 25 November 2015 dan

bertempat di Laboratorium Manajemen

Sumberdaya Perairan, gedung dekanat

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Padjadjaran.

Alat yang digunakan adalah

mikroskop binokuler untuk membantu

mengamati preparat histopatologi, minyak

imersi, dan atlas “histopatologi ikan”.

Bahan-bahan yang digunakan adalah

preparat histopatologi insang, ginjal, hati,

dan usus ikan mas akibat pemaparan

pestisida dan kontrol (tanpa pemaparan

bahan toksik).

Pada penelitian preparat

Histopatologi ini hanya dilakukan

pengamatan preparat histopatologi yang

sebelumnya telah disiapkan. Analisis data

pengamatan histopatologi dilakukan

dengan cara mengamati sampel jaringan

yang berupa preparat histologi [(insang

(gill), ginjal (kidney), hati (hepar), dan

usus (Intestine)] normal dan patologis

menggunakan mikroskop kemudian

mambandingkan perbedaannya meliputi

parameter warna, ukuran, ada tidaknya

neukrosis/tanda, dan karakter khusus

lainnya. Perbedaan antara organ kontrol

dengan organ patologis terlihat jelas

dengan menggunakan analisis histologi.

Organ yang tercemar telah mengalami

perubahan-perubahan atau kerusakan-

kerusakan pada jaringan organ tersebut

dilihat secara kasat mata melalui

mikroskop.

Pemaparan bahan toksik dapat dilihat

dari tanda-tanda seperti warna, ukuran

sampel dan sebagainya. Jika terdapat bintik

hitam maka dipastikan sampel tersebut

terkena necrosis akibat pemaparan bahan

toksik. Pada sampel terdapat pembesaran

sel maka sampel tersebut terkena

hyperplasi akibat pemaparan bahan toksik

dan jika pada sampel terdapat penyempitan

sel maka dipastikan sampel tersebut

terkena hipoplasia akibat pemaparan bahan

toksik

HASIL DAN DISKUSI

Berdasarkan hasil pengamatan

histopatologi yang diperoleh dengan

membandingkan organ kontrol dan organ

patologis dan pemaparan yang diakibatkan

oleh Peptisida dan Pb (Timbal)

mengakibatkan perubahan histologi dan

perubahan fisik pada organ ikan.

3

Page 4: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

Kondisi Histologi Organ yang Terpapar

Pestisida

1. Organ Insang

Tabel 1. Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Organ InsangParameter Kontrol PatologisWarna Merah HitamUkuran Normal MengecilTanda Hitam (Nekrosis)

Tidak ada

Ada

Karakter Khusus

Lamela masih utuh

Lamela RusakAda Edema

Berdasarkan insang yang diamati,

terdapat perbedaan antara kontrol dengan

patologis. Pada kontrol, insang terlihat

merah, ukurannya normal, tidak ada tanda

hitam (neucrosis), dan lamelanya masih

utuh. Hal ini karena insang ikan mas belum

terpapar oleh bahan toksik. Sedangkan

pada ptologis, insang terlihat berwarna

hitam, ukurannya mengecil, terdapat tanda

hitam, lamelanya rusak dan terdapat

edema. Hal ini dikarenakan adanya

pemaparan pemaparan bahan toksik berupa

logam berat, pestisida maupun unsur –

unsur kimia lainnya (Robert 1989) dan

terjadi karena peningkatan permeabilitas

yang di sebabkan oleh kontak yang terlalu

lama dengan logam (Mohammed 2009).

Akibat dari pemaparan tersebut adalah

adanya kerusakan jaringan insang atau

bahkan kematian jaringan. Fungsi jaringan

menjadi tidak normal dan menganggu

proses respirasi, mengakibatkan gangguan

pernafasan dan menyebabkan kematian

(Darmono 2006).

Bahan toksik dapat menyebabkan

iritasi pada epithelium. Diduga terjadinya

iritasi jaringan epitel disebabkan karena

toksikan masuk ke dalam ruang sel dan

bersentuhan dengan jaringan epitel

tersebut. Terjadinya iritasi jaringan epitel

menyebabkan terganggunya sistem

transportasi ATP bebas dan membuat sel

tidak mampu memompa ion natrium

dengan cukup sehingga ion-ion natrium

terakumulasi di dalam sel. Kenaikan

konsentrasi ion natrium di dalam sel

mengakibatkan influks air ke dalam sel

sehingga terjadi oedema (Aryani 2004).

Patologis oedema akan berkembang

menjadi hiperplasia. Hiperplasia terjadi

karena banyaknya sel yang mengalami

kerusakan atau kematian sehingga

mengakibatkan terjadinya proliferasi sel

untuk menggantikan sel yang mengalami

kerusakan (Purwanti 2006). Adanya

proliferasi sel ini menyebabkan bersatunya

dua lamela yang berdekatan (Caturi 2005).

2. Organ Hati

Tabel 2. Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Organ Hati

Parameter Kontrol Patologis

Warna Merah Merah TuaUkuran Normal Membesar

Tanda Hitam(Nekrosis)

Tidak ada

Ada

Karakter Khusus

Tidak ada

Terdapat Edema

4

Page 5: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

Berdasarkan organ hati yang di

amati, organ hati pada kontrol berwarna

merah, ukurannya normal, tidak ada tanda

hitam (nekrosis) dan vakuolanya normal.

Hal ini di karenakan pada kontrol belum

ada pemaparan bahan toksik, jadi kondisi

hati masih normal. Sedangkan pada

patologis warna hati merah tua, ukuran hati

membesar (terjadi hyperplasia), terdapat

nekrosis dan edema, dan vakuolanya rusak.

Hal ini di karenakan pemaparan bahan

toksik menyebabkan kerusakan organ hati.

Perubahan struktur jaringan sel hati

yang disebabkan oleh zat kimia yang

bersifat racun antara lain perlemakan hati,

nekrosis dan sirosis. Necrosis

menggambarkan keadaan dimana terjadi

penurunan aktivitas jaringan yang ditandai

dengan hilangnya beberapa bagian sel satu

demi satu dari satu jaringan sehingga

dalam waktu yang tidak lama akan

mengalami kematian. Bridging nekrosis

terjadi karena pembengkakan sel yang

terus berlanjut karena zat toksik yang

terakumulasi dalam tubuh orgnisme.

Pembengkakan sel hati ditandai dengan

adanya vakuola (ruang-rusng kosong)

akibat hepatosit membengkak yang

menyebakan sinusoid menyempit,

sitoplasma tampak keruh. Hal tersebut

sangat berbeda dengan struktur jaringan

hati yang normal yang menunjukkan

hepatosit terlihat jelas, inti bulat letaknya

sentralis dan sinusoid tampak jelas, dan

vena sentralis sebagai pusat lobulus

tampak berbentuk bulat dan kosong.

Pembengkakan sel terjadi karena muatan

elektolit di luar dan di dalam sel berada

dalam keadaan tidak setimbang.

Ketidakstabilan sel dalam memompa ion

Na+ keluar dari sel menyebabkan

peningkatan masuknya cairan dari

ektraseluler kedalam sel sehingga sel tidak

mampu memompa ion natrium yang

cukup. Hal ini akan menyebabkan sel

membengkak sehingga sel akan kehilangan

integritas membrannya. Sel akan

mengeluarkan materi sel keluar dari

kemudian akan terjadi kematian sel

(nekrosis). Pembengkakan sel atau

degenerasi vakuola bersifat reversibel

sehingga apabila paparan zat toksik tidak

berlanjut maka sel dapat kembali normal.

Namun jika pengaruh zat toksik

berlangsung lama maka sel tidak dapat

mentolerir kerusakan yang diakibatkan

oleh zat toksik tersebut.

3. Organ GinjalTabel 3. Pengamatan Preparat Analisis

Histopatologi Organ GinjalParameter Kontrol Patologis

Warna Ungu MerahUkuran Normal MembesarTanda Hitam (Nekrosis)

Ada Ada

Karakter Khusus

Jaringan rusak

Terdapat Edema

Pengamatan ginjal ikan mas pada

kontrol menunjukkan ginjal ikan yang 5

Page 6: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

berwarna Ungu, ukurannya normal, dan

tidak ada nekrosis. Sedangkan pada oragan

ginjal yang telah terpapar bahan toksik

menyebabkan ginjal berwarna merah,

ukurannya membesar, terdapat nekrosis

dan juga edema.

Necrosis terjadi karena denaturasi

protein plasma dan pemecahan organo sel.

Sebelum terjadi hyperplasia ginjal

mengalami penambahan jumlah volume

akibat adanya penyumbatan antara

permukaan glomerulus, selanjutnya

kerusakan yang terjadi adalah hyperplasia

yaitu pertambahan ukuran yang dimana

karena mengalami penyumbatan akibat

masuknya bahan toksis kedalam ginjal.

Ukuran yang besar pada ginjal patologis

terjadi karena akumulasi logam pb yang

memasuki ginjal sehingga karena hal

tersebutlah ukuran dari ginjal semakin

membesar apabila dibandingkan dengan

ginjal kontrol. Hal ini disebabkan oleh

pemaparan bahan toksik sehingga terjadi

perubahan fisiologis dari seluruh organ

tubuh yang diamati.

4. Organ Usus

Tabel 4. Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Organ Usus

Parameter Kontrol PatologisWarna Merah Merah

MudaUkuran Normal MengecilTanda Hitam (Nekrosis)

Tidak ada Ada

Karakter Khusus

Normal Terdapat Edema

Perbedaan usus kontrol dengan usus

patologis terlihat dari warnanya, pada usus

kontrol terlihat usus berwarna merah

sedangkan usus patologis berwarna merah

muda. Ukuran usus yang awalnya

berukuran normal menjadi lebih kecil atau

biasa disebut hypoplasia. Selain terlihat

dari warna dan ukurannya terlihat pula dari

ada tidaknya tanda hitam pada usus. Pada

usus kontrol tidak terlihat tanda hitam

sedangkan pada patologisnya terlihat

tanda berwarna hitam.

Organ usus merupakan organ yang

menjadi tempat penyerapan sari-sari

makanan. Adanya kerusakan pada usus

tidak akan menyebabkan kematian, tetapi

dapat mengganggu penyerapan sari-sari

makanan yang terjadi di usus sehingga

ikan akan mengalami defisiensi nutrisi

(Susanto, 2008). Pada pengamatan preparat

usus terlihat perubahan struktur jaringan

pada usus ikan. Perubahan struktur

jaringan pada usus ditandai dengan

terlihatnya kerusakan sejumlah sel pada

vili-vili usus, warna terlihat pucat, adanya

pembengkakan pada jaringan yang di

akibatkan iritasi awal sebelum terjadinya

kematian sel dan adanya perubahan yang

signifikan terjadi dimana permukaan

menjadi lebih renggang pada bagian

tengah gambar tersebut.

5. Kondisi Histologi Organ Insang dan

Ginjal yang Terpapar Pb (Timbal)

6

Page 7: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

Tabel 5. Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi Organ Insang Terpapar logam berat Pb

Parameter PatologisGinjal Insang

Warna Merah muda

Merah hitam

Ukuran Membesar MembesarTanda Hitam (Nekrosis)

Ada Ada

Karakter Khusus

Terdapat Edema

Terdapat edema

Pada organ ginjal yang terpapar

logam berat Pb berwarna merah muda,

ukurannya membesar, terdapat nekrosis

dan juga edema. Pada organ insang

berwarna merah kehitaman, ukurannya

membesar, terdapat nekrosis serta edema.

Necrosis terjadi karena denaturasi protein

plasma dan pemecahan organo sel.

Sebelum terjadi hyperplasia ginjal

mengalami penambahan jumlah volume

akibat adanya penyumbatan antara

permukaan glomerulus, selanjutnya

kerusakan yang terjadi adalah hyperplasia

yaitu pertambahan ukuran yang dimana

karena mengalami penyumbatan akibat

masuknya bahan toksis kedalam ginjal.

Edema adalah pembengkakan sel yang

disebabkan oleh berlebihnya cairan pada

jaringan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh,

dapat diketahui bahwa organ-organ ikan

yang terpapar bahan toksik menyebabkan

organ tersebut mengalami kerusakan

jaringan. Organ yang paling mengalami

kerusakan adalah insang, karena insang

merupakan organ yang berperan dalam

proses osmoregulasi dan organ bagian luar

yang berhubungan langsung dengan

lingkungan yang terpapar bahan toksik.

DAFTAR PUSTAKA

Asniatih., M. Idris. Dan sabilu K. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo

Bengen, D. G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Darmono .1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : Penerbit UI Press

Connel, W.D dan G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Mohamed, F. A. S. 2009. “Histopathological Studies on Tilapia zillii and Solea vulgaris from Lake Qarun, Egypt”. World Journal of Fish and Marine Sciences 1 (1): 29-39, 2009

LAMPIRAN

7

Page 8: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

Lampiran 1. Hasil Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Insang ikan mas (Patologis) Gambar 2. Insang ikan mas (Kontrol)

Gambar 3. Intestinum (Patologis) Gambar 4. Intestinum (Kontrol)

Gambar 5. Ginjal (penelitian) Gambar 6. Insang (penelitian)

8

Page 9: LAPAK HISTOPATOLOGI (1).docx

Gambar 7. Hati (Patologis) Gambar 8. Hati (Kontrol)

Gambar 9. Ren (Kontrol) Gambar 10. Ren (Patologis)

Lampiran 2. Prosedur Praktikum

9

Membandingkan perbedaan keduanya berdasarkan parameter warna, ukuran, ada tidaknya neukrosis/tanda, dll.

Preparat histologi organ hewan uji (kontrol dan patogen) di dokumtasikan.

Mengamati preparat histologi organ insang, ginjal, hati, dan usus ikan uji normal dan yang telah diberi pemaparan bahan toksik.