Upload
rury-ratnafuri
View
36
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Biologi Perairan Mengenai Kebiasaan Makan, Pertumbuhan, Regresi, Ikan Tagih dan Ikan Betutu
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANANANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN DAN
REPRODUKSI) IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata) DAN IKAN TAGIH (Macrones nemurus)
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap
Disusun oleh :
Dini Maliha 230110130036
Rayana Akbar Maulana 230110130047
Adli Muhammad Adzan 230110130052
Rury Ratnafuri 230110130228
Kelas:
Perikanan C / Kelompok 1
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
laporan akhir praktikum ini tepat pada waktunya. laporan akhir praktikum ini
membahas tentang ”Analisis Aspek Biologi (Pertumbuhan dan Reproduksi)
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) dan Ikan Tagih (Macrones nemurus)”.
Dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Jatinangor, April 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan 1
BAB II TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tagih (Macrones nemurus) 22.1.1 Morfologi Ikan Tagih 32.2 Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorota) 42.3 Meristik dan Morfometrik 62.4 Hubungan Panjang Berat 82.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) 82.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG) 102.7 Fekunditas 112.8 Diameter dan Posisi Inti Telur 12
BAB III METODOLOGI3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 143.2 Alat dan Bahan 143.2.1 Alat 143.2.2 Bahan 143.3 Prosedur Kerja 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Pengamatan 164.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 164.1.2 Hasil Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Tagih 174.1.3 Hasil Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Betutu 264.2 Pembahasan 394.2.1 Pembahasan Morfologi Ikan 394.2.2 Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin 404.2.3 Pembahasan Reproduksi 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan 455.2 Saran 46
ii
iii
DAFTAR PUSTKA 47
LAMPIRAN 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Data Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 1 16
2 Data Reproduksi Kelompok 16
3 Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin 17
4 Data Interval Rasio Kelamin Ikan Tagih 19
5 Data Angkatan Regresi Pertumbuhan 20
6 Data Reproduksi Ikan Tagih 22
7 Data Kelas Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan 22
8 Indeks Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan 23
9 Data HSI Ikan Tagih Angkatan 24
10 Morfologi Ikan Tagih Angkatan 24
11 Data Angkatan Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin 27
12 Data Angkatan Regresi Pertumbuhan 30
13 Data Reproduksi Ikan Betutu 32
14 Data Kelas TKG Ikan Betutu Angkatan 34
15 Indek Kematangan Gonad Ikan Betutu Angkatan 34
16 Data HSI Ikan Betutu 35
17 Morfologi Ikan Betutu Angkatan 36
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Gambar Ikan Tagih 2
2 Gambar Ikan Betutu 4
3 Rasio Kelamin Ikan Tagih 19
4 Grafik Jumlah Ikan Tagih Per Skala 20
5 Garfik Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan Tagih 21
6 Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan 23
7 Indeks Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan 23
8 Indeks HSI Ikan Tagih Angkatan 24
9 Rasio Kelamin Ikan Betutu 30
10 Grafik Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan Betutu 32
11 Tingkat Kemantangan Gonad Ikan Betutu Angkatan 34
12 Indeks Kematangan Gonad Ikan Betutu Angkatan 35
13 Indeks HSI Ikan Betutu Angkatan 35
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Ikan Tagih 48
2 Ikan Betutu 48
3 Penimbangan Ikan Tagih 48
4 Lubang Urogenital Ikan Tagih 48
5 Sirip Caudal Ikan Tagih 48
6 Sirip Dorsal II Ikan Tagih 48
7 Operkulum Ikan Tagih 49
8 Mulut dan Gigi ikan tagih 49
9 Insang Ikan Tagih 49
10 Pembedahan Ikan Tagih 49
11 Isi Perut Ikan Tagih 49
12 Pengambilan Hati 49
13 Gelembung Renang Ikan Tagih 50
14 Pengambilan Isi Perut 50
15 Gonad Ikan Tagih 50
16 Hati Ikan Tagih 50
17 Penimbangan Bobot Hati 50
18 Penimbangan Bobot Gonad 50
19 Pengukuran Panjang Gonad 51
20 Pengukuran Panjang Usus 51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang
dapat dipanen oleh manusia. Melihat besarnya potensi sumberdaya perairan perlu
dilakukan suatu usaha untuk dapat mengetahui berbagai aspek biologi perikanan,
hal tersebut dapat dimulai dengan melakukan praktikum yang membahas
mengenai aspek biologi perikanan tersebut (melakukan penghitungan panjang dan
berat, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan posisi
inti telur).
-TAMBAHIN LATAR BELAKANG-
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui kelamin ikan berdasarkan morfologi tubuh.
2. Untuk mengetahui regresi pertumbuhan.
3. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG).
4. Untuk mengetahui indeks kematangan gonad (IKG).
5. Untuk mengetahui fekunditas pada suatu ikan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Tagih (Macrones nemurus)
Tagih atau yang biasa disebut ikan baung (Macrones nemurus) dikenal
sebagai salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki kandungan protein cukup
tinggi, tetapi rendah lemak. Tagih merupakan ikan asli perairam Indonesia. Ikan
ini hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di pulau Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Ikan ini sebenarnya mampu bersaing dengan ikan-ikan ekonomis
penting lainnya. Namun, karena sulit didapat di luar daerah aslinya menjadikan
tagih belum sepopuler ikan konsumsi jenis lainnya.
Klasifikasi ikan tagih, yaitu:
Filum : Cordhata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Telestoi
Ordo : Ostariophysi
Family : Bagridae
Genus : Macrones
Spesies : Macrones nemurus
Gambar 1. Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
2
3
2.1.1 Morfologi Ikan Tagih
Dilihat secara fisik sekilah warna tubuh ikan ini sangat mirip dengan ikan
patin, yaitu putih keperakan dengan punggung berwarna kecoklatan. Ada juga
jenis-jenis tertentu yang berwarna kehitaman, tetapi yang dominan adalah warna
kecokelatan.
Bentuk morfologi ikan dari Famili Bagridae dengan ciri-ciri bentuk tubuh
memanjang, agak pipih, kepala ikan kasar, sirip lemak dipunggung sama panjang
dengan sirip dubur, pingiran ruang mata bebas, bibir tidak bergigi yang dapat
digerakkan, daun-daun insang terpisah. Pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut
peraba yang panjang, sirip punggung pendek, mempunyai satu patil dan
mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak dan
tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip
dada mempunyai jari-jari keras yang tajam dan sangat kuat serta bergerirgi.
(Kottelat et al. 1993).
Langit-langit bergerigi, lubang hidug berjauhan, yang di belakang dengan
satu sungut hidung. Sirip punggung berjari-jari keras tajam. Ikan ini tidak
bersisik,mulutnya tidak dapat disembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi,
1- 4 pasang sungut dan umumnya berupa sirip tambahan. Di bagian sirip dadanya
terdapat tulang tajam dan bersengat yang berfungsi seperti patil, yaitu sebagai
senjata pembela diri. Selain itu, ikan ini juga memiliki sirip lemah yang biasa
disebut sebagai adiposefin yang panjangnya hampir sama dengan panjang sirip
duburnya. Sirip punggung mempunyai dua jari-jari keras,sedangkan jari-jari
lunaknya ada tujuh buah, sirip dubur mempunyai 12-13 jari-jari lunak, sirip perut
mempunyai 6 jari-jari lunak dan dua jari-jari keras yang menjadi patil serta
kepalanya besar. Bentuk tubuhnya sangat mirip dengan patin yaitu berwarna putih
perak pada bagian bawah perutnya dan kecoklatan di bagian punggungnya.
Perbedaan yang paling mencolok dengan ikan patin adalah perut ikan tagih jauh
lebih ramping dan memanjang.
Bentuk perutnya lebih mirip dengan lele. Selain itu yang paling jelas
membedakannya adalah adalah sungut rahang atasnya yang sangat panjang
sampai mencapai sirip dubur. Proporsi Ukuran panjang tubuhnya adalah 5 kali
4
tinggi atau 3 -3,5 panjang kepalanya. Di bagian sirip dadanya terdapat tulang
tajam dan bersengat yang berfungsi seperti patil, yaitu sebagai senjata pembela
diri. Ikan tagih yang terdapat didaerah Riau mempunyai warna yang abu-abu
dengan pita tipis memanjang yang berawal dari tutup insang hingga pangkal sirip
ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut rahang atas memanjang hampir
mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat garis gelap
memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda 1981).
2.2 Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
Menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan ahli ikan
Singapura, Foey (1968), Ikan Betutu digolongkan sebagai berikut :
Kingdom : AnimaliaFylum : ChordataSuper-class : PiscesOrdo : PerciformesSub-ordo : GobioideaFamily : EleotridaeGenus : OxyeleotrisSpecies : Oxyeleotris marmorata
Gambar 2. Ikan Betutu(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris
marmorata) adalah sebagai berikut :
1. Bentuk badan memanjang, bagian depan silindris dan bagian belakang pipih,
5
2. Kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar,
3. Sisik sangat kecil-kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak
bersisik,
4. Warna badan kecoklatan sampai gelap dengan bercak-bercak hitam (seperti
batik) menyebar ke seluruh tubuh,
5. Bagian ventral berwarna putih/terang,
6. Tubuh ikan betina umunmnya lebih gelap dari pada jantan,
7. Panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat 7kg/ekor,
8. Tubuh memanjang bagian depan silindris dan bagian belakang pipih,
9. Panjang total 5 – 6 kali tinggi badan,
10. Kepala gepeng, panjang ¼ - 1/3 dari panjang total; moncong meruncing,
11. Rahang bawah lebih kedepan daripada rahang atas,
12. Gigi terdiri dari beberapab deret, pada deret terluar ukurannya lebih besar,
beberapa gigi menyerupai taring (tidak Memiliki taring yang jelas),
13. Sisiknya kecil – kecil dan teratur rapi,
14. Sebagian besar tubuhnya diselimuti sisik ctenoid, sedangkan bagian kepala,
tengkuk, dan dada ditutupi sisik cycloid,
15. Sisik kepala terdapat di atas moncong, pipi dan tutup insang,
16. Ukuran sisik pada tutup insang sedikit lebaih lebar dibandingkan sisi pada
bagian lainnya,
17. Betutu memiliki dua buah sirip punggung yang bentuknya melebar,
18. Sirip punggung kedua sedikit lebih tinggi atau lebih panjang dari yang depan,
19. Jari – jari kedua dan ketiga pada sirip punggung pertama lebih panjang dari
yang alinnya,
20. Sirip anal lebih pendek dan ukurannya paling kecil di bandingkan sirip
lainnya, sementara sirip dada bentuknya membundar, menandakan ikan ini
bisa bergerak secara tiba – tiba,
21. Sirip ekor demikian juga merupakan ciri ikan buas, suka memangsa hewan
lain,
22. Warna betutu berwarna kecoklatan sampai gelap dengan bercak – bercak
hitam menyebar,
6
23. Bagian atas tubuh lebih gelap, sementara bagian bawahnya terang,
24. Pada bagian bawah kepala terdapat tanda berwarana merah muda dan
25. Tubuh bagian belakang ditandai oleh tiga garis melintang tak beraturan
berwarna merah. Pola warna ini sering digunkan untuk membedakan jenis
kelamin.
2.2.1 Habitat dan Penyebaran
Habitat betutu tersebar luas, meliputi perairan-perairan tawar didaerah
beriklim tropis/subtropis. Betutu menyukai tempat yang arusnya tenang dan agak
berlumpur seperti rawa, danau atau muara sungai. Ikan ini gemar ikan ini hidup
didasar perairan, hanya sekali-kali saja menyembul ke permukaan. Tempat agak
gelap, terlindung dibalik batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai
tempat berlindung dan tempat mengintip mangsa serta melangsungkan proses
pemijahan. Jika hari menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan
moncongnya di atas permukaan air, disekitar tempat persembunyiannya.
Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur.
Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea) dan
serangga air (insekta), sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air
(daphnia, cladocera dan copepoda), jentik-jentik serangga dan rotifera. Pada stadia
larva, betutu juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani
berukuran renik.
2.3 Meristik dan Morfometrik
Bentuk, ukuran, dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan
tersebut. Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang
subterminal sedangkan ikan-ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai
bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil
dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam
biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk
menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai
gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-
7
ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan
moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar
mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel. (Learman 1986).
Morfometrik adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan
perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi
pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme. Studi morfometri
didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili variasi bentuk dan
ukuran ikan. Dalam biologi perikanan pengukuran morfologi (analisis
morfometri) digunakan untuk mengukur ciri-ciri khusus dan hubungan variasi
dalam suatu taksonomi suatu stok populasi ikan.
Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh
pada bentuk tubuh ikan. Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh dan
macam-macam alat tubuh yang berkembang. Sedangkan cara gerak dan tingkah
laku tiap spesies ikan akan berbeda tiap habitat (Effendie 1997).
Morfometrik merupakan pengukuran ikan dan bagian-bagian tertentu yang
dapat menjadi karakter taksonomi. Karena ukuran ikan berbeda-beda akibat
pengaruh umur dan lingkungannya, maka tidak mungkin memberikan ukuran
untuk identifikasi secara mutlak. Pada umumnya, yang digunakan untuk
identifikasi adalah ukuran perbandingan yang diolah dari hasil pengukuran secara
langsung.
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat
kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya
terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air
tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari
luar. Pada dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekat
kekerabatanya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan morfologi
udang, kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita dapati
pada berbagai jenis ikan serta pada berbagai jenis hewan lainya (Effendi 1979).
8
2.4 Hubungan Panjang Berat
Menghitung Hubungan panjang dan berat (Length-weight
relationship /LWR) dilakukan selama proses budidaya ikan agar kenormalan
pertumbuhan ikan dapat diketahui sedini mungkin.karena hal ini memberikan
informasi parameter-parameter populasi. Pertama, sebuah perubahan berat dan
panjang memperlihatkan umur dan kelas kelompok tahun ikan, hal ini sangat
penting dalam perikanan. Kedua, data panjang berat tersebut dapat digunakan
untuk menaksirkan daya dukung stock perikanan tangkap. Selain itu, data panjang
dan berat dapat juga menggambarkan petunjuk penting tentang perubahan iklim
dan lingkungan. Tingkat pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan dilingkungan hidupnya (Poernomo 2002 ).
2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat kematangan gonad merupakan pengelompokan kematangan gonad
ikan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada gonad. Dasar yang
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi
adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang
dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan
daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam
gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma di dalam testis (Effendie 2002).
Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok
ikan, ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah
atau belum, kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali
memijah dalam satu tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa
meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat
kematangan gonad (TKG) (Kordi 2010).
Perkembangan gonad pada ikan pada umumnya selain dengan
pertambahan umur ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan
gonadnya akan semakin sempurna untuk mengadakan pembentukan dan
pemasakan telur. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya
9
menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya.
Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang
perbedaannya lebih dari lima derajat, maka terdapat perbedaan ukuran dan umur
ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya.
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum 1968)
yaitu:
1. Dara, organ seksual masih sangat kecil dan berada di bawah tulang punggung,
testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu.
Telur tidak bisa dilihat dengan mata biasa.
2. Dara Berkembang, testes dan ovarium jernih, abu-abu merah, panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur sudah dapat
dilihat dengan menggunakan kaca pembesar.
3. Perkembangan I, testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-
merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang
kebagian bawah. Telur dapat dilihat seperti serbuk putih.
4. Perkembangan II, testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada sperma
kalu perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-merahan. Telur jelas
dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3 ruang
bawah.
5. Bunting, organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar
tetesan sperma jika ditekan perutnya. Telur berbentuk bulat, beberapa
diantaranya jernih dan masak.
6. Mijah, telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan
telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal di
dalam ovarium.
7. Mijah/Salin, gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat telur.
8. Salin, testes dan ovarium kosong dan berwara merah. Beberapa telur sedang
dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih Salin, testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
Perkembangan gonad ikan secara garis besar dibagi atas dua tahap
perkembangan utama, yaitu tahap perkembangan pertumbuhan gonad hingga ikan
10
mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk
seksual (gamet). Tahap pertama berlangsung sejak telur menetas atau lahir hingga
mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua berlangsung setelah ikan dewasa.
Proses kedua akan terus berlangsung dan berkesinambungan selama fungsi
reproduksi berjalan normal (Kordi 2010).
Semakin tinggi tingkat kematangan gonad, semakin besar diameter telur,
di dalam ovarium. Berdasarkan penelitian pada setiap tingkat kematangan gonad
(dari TKG I sampai TKG V) tertentu, diameter telur didalam ovarium mempunyai
kisaran ukuran tertentu dan ada ukuran diameter yang paling banyak frekuensinya
(Kordi 2010).
2.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Menurut Nikolsky (1969), tanda utama digunakan untuk membedakan
kematangan gonad berdasarkan beratnya dan secara alamiah hal ini berhubungan
dengan ukuran dan berat tubuh ikan. Dengan penentuan berat gonad dibandingkan
dengan berat tubuh ikan akan didapatkan “Indeks Kematangan Gonad” yang
dinyatakan dalam persen. Percobaan kondisi gonad ini dapat dinyatakan sebagai
berat gonad dibagi berat tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100 % (Effendie
2002).
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)Bg = Berat Gonad Ikan (gram)Bt = Berat tubuh Ikan (gram)
Ikan yang siap memijah mempunyai kisaran IKG mulai dari 19 % keatas
sudah yang sanggup mengeluarkan telurnya dan dianggap matang, kemudian
sesudah memijah indeknya turun menjadi 3 – 4 %.
IG = BgBt
x 100 %
11
2.7 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang
telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan
tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk
memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh
individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk
memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan
perairan (Heriyanto 2011).
Banyaknya telur yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah
atau biasa disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan
spesies. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang
tingkat kelangsungan hidupnya di alam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat
ditentukan oleh faktor lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahui
dengan tingkat fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Secara sederhana Fekunditas
dapat diartikan oleh jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan. Terdapat beberapa
jenis Fekunditas diantaranya:
1. Fekunditas individu adalah jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi tahun
itu dan akan dikeluarkan pada tahun itu pula.
2. Fekuindita relatif adalah jumlah telur per atuan panjang dan berat.
3. Fekunditas total adalah jumlah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama
hidupnya.
Fekunditas secara langsung dapat memberi penaksiran jumlah anak ikan
yang akan dihasilkan dan kan menentukan jumlah ikan dalam suatu kelas umur.
Fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan terhadap beberapa
macam kondisi terutama respon terhadap makanan (Effendie 1997).
Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah
jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam
ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur
yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada
12
tahun berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan
dikeluarkan menyusul telur yang besar.
Dalam analisis fekunditas metode yang digunakan adalah metode
gabungandari beberapa metode yang ada yaitu :
1. Mengitung langsung satu persatu telur ikan
2. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur X : x = V : v
Keterangan :
X : Jumlah telur yang akan dicari
X : Jumlah telur contoh
V : Volume seluruh gonad
V : Volume gonad contoh
3. Metode gravimetrik, prinsipnya sama dengan volumetrik, bedanya hanya pada
ukuran volume diganti dengan ukuran berat.
4. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik).
Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang
dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan
berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu
kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif
dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada
dengan panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status
ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat
pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai
fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding
dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada
golongan ikan yang masih muda (Heriyanto 2011).
2.8 Diameter dan Posisi Inti Telur
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur
yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat
tingkat kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin
besar. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan yang
13
berlangsung singkat (total leptolepisawner), tetapi banyak pula pemijahan dalam
waktu yang panjang (partial leptolepisawner) ada pada ikan yang berlangsung
beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang
ada dalam ovarium semakin besar pula (Arief 2009).
Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur
yang dipijahkan (fekunditas), maka ukuran diameter telurnya makin kecil,
demikian pula sebaliknya (Tang dan Affandi 2001). Ikan yang memiliki diameter
telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas yang lebih banyak, sedangkan
yang memiliki diameter telur yang besar cenderung memiliki fekunditas rendah.
Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik, karena dalam telur
tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih
lama.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Biologi Perikanan dengan judul ”Analisis Aspek Biologi
(Pertumbuhan dan Reproduksi) Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) dan Ikan
Tagih (Macrones nemurus)” dilakukan pada hari Selasa, 14 April 2015. Berlokasi
di Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan saat praktikum sebagai berikut:
1. Wadah plastik, sebagai tempat untuk menyimpan ikan.
2. Cawan petri, sebagai tempat untuk menyimpan isi perut ikan.
3. Mikroskop, sebagai alat untuk melihat dan mengamati gonad ikan.
4. Gunting, sebagai alat untuk membedah ikan.
5. Penggaris, sebagai alat untuk mengukur SL, TL, dan FL.
6. Pinset, sebagai penjepit.
7. Timbangan, sebagai alat untuk menghitung bobot tubuh, gonad dan hati ikan.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan saat praktikum sebagai berikut:
1. Ikan Betutu, sebagai sampel ikan yang akan diuji.
2. Ikan Tagih, sebagai sampel ikan yang akan diuji.
3. Larutan sera, sebagai larutan untuk memperjelas letak inti telur.
4. Asetokarmin, sebagai larutan untuk memperjelas gonad.
14
15
3.3 Prosedur Kerja
Mengamati morfologi ikan
Matikan Ikan
Ukur panjang ikan, baik TL ( Total Lenght ), SL ( Standard Lenght )dengan menggunakan penggaris, satuan yang
digunakan adalah millimeter.
Ambil ikan
Catat dalam tabel pengamatan. (Lakukan perhitungan pola pertumbuhan berdasarkan teknik Lagler ( 1961 )).
Ukur bobot ikan dengan menggunakan timbangan, satuan yang digunakan adalah gram.
Lakukan pembedahan pada ikan, lalu cari organ gonad yang terletak pada rongga perut.
Timbang Hati
Ambil hati yang ada perut, hingga terpisah dari organ lain
Lakukan pengamatan mengenai isi usus tersebut menggunakan mikroskop dan catat hasilnya
Timbang Gonad
Ambil gonad yang ada perut, hingga terpisah dari organ lain
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Kelompok
Kelompok : 1 (Satu)
Hari, Tanggal : Selasa, 14 April 2015
Asal Ikan : Waduk Cirata
Spesies Ikan : Ikan Tagih (Macrones nemurus)
Tabel 1. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 1
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
1
Dini Maliha
Tagih 300 315 380 512 1 0Rayana
Adli M.
Rury Ratnafuri
Tabel 2. Data Pengamatan Reproduksi Kelompok
Kel- TKG Bw BGd IKG BHt HSI Fekunditas DiameterLetak Inti
T MK M
1 Salin 512 1,170,23%
7,491,48%
- - - - -
Perhitungan:
a. Indeks Kematangan Gonad (IKG) = BG
BT−BGx100 %
= 1,17
512−1,17x 100 %
= 1,17
510,83x100 %
= 0,23%
16
17
b. Hepato Somatic Index (HSI) = BH
BT−BH×100 %
= 7,49
512−7,49x 100 %
= 7,49
504,51x100 %
= 1,48%
4.1.2 Hasil Pengamatan Angkatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin
Kelompok : 1 (Satu)
Hari, Tanggal : Selasa, 14 April 2015
Asal Ikan : Waduk Cirata
Spesies Ikan : Ikan Tagih (Macrones nemurus)
Tabel 3. Data Angkatan Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
1Ichfar JaffarSilfi Nur AuliaJason TriAnnisa Nur
Tagih 310 330 375 512 1 0
2 Tagih 310 330 375 512 1 0Desi Triyani
M. Rizky
10
Rionaldhie
Tagih 300 310 340 423 1 0Desinta
Rian Nur.
Suci F
11
Cyntia K
Tagih 300 310 340 423 1 0Guntur H
Indri
Roury A
14
Bella M
Tagih 340 360 455 683 1 0Rifki
Jamil
15
Dony
Tagih 300 310 375 395 0 1Dwiki
Tanti K
18
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
18EifaEka Hana Rahmat
Tagih 340 360 455 683 1 0
20 Tagih 250 260 30 330 1 0Annisa
Firhan
21
Leni M
Tagih 250 260 30 330 1 0Jian
Angga
22
Iqbal
Tagih 330 340 430 583 1 0Nielam
Abduyana
23
Ganisa
Tagih 330 340 430 583 1 0Dea F
Refky
26
Zais
Tagih 320 340 380 562 1 0Zelikha
Rifki GP
27
Teguh
Tagih 320 340 380 562 1 0Dyah
Wahyu
32
Anggi
Tagih 300 315 370 433 1 0Nawang
Rocela
33
Sarimanah
Tagih 300 315 370 433 1 0Reka
Novitasari
36
Detrik
Tagih 330 345 430 535 1 0Cleovanya
Gulam
37
Aliyah
Tagih 330 345 430 535 1 0Aldwin
Arisca
38
Yuliana
Tagih 320 340 420 647 0 1Candra
Nurul
39Ayu TElisaAgung Rio
Tagih 320 340 420 647 0 1
19
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
46
Dini MalihaRayanaAdli M.Rury Ratnafuri
Tagih 300 315 380 512 1 0
47
Fahri . F
Ikan Tagih 300 315 380 512 1 0Risa Mawadatu
M. Musa DZ
48
Dita Tania
Ikan Tagih 275 295 310 444 0 1Windi A.
Rizal Firdaus
49
Aisyah Dwi
Ikan Tagih 275 295 310 444 0 1Syarifudin
Fathin A.
64
Kelana Putra
Ikan Tagih 300 310 375 395 0 1Takbir S.
Silmi Fitriani
72%
28%
Rasio Kelamin Ikan Tagih
%Jantan %Betina
Gambar 3. Rasio Kelamin Ikan Tagih
Tabel 4. Data Interval Rasio Kelamin Ikan Tagih
Kelas Ke
Batas Bawah
Batas atas
frekuensi Jantan Betina %Jantan %Betina
1 250 265 2 2 0 8% 0%2 266 281 2 0 2 0% 8%
20
Kelas Ke
Batas Bawah
Batas atas
frekuensi Jantan Betina %Jantan %Betina
3 282 297 0 0 0 0% 0%4 298 313 10 8 2 32% 8%5 314 329 5 2 3 8% 12%6 330 345 6 6 0 24% 0%
Jumlah 25 18 7 72% 28%
250 - 265 266 - 281 282 - 297 298 - 313 314 - 329 330 - 3450
2
4
6
8
10
12
2 2
0
10
56
Grafik Ikan Tagih Per Skala
Interval Kelas
Frek
uens
i
Gambar 4. Grafik Jumlah Ikan Tagih Per Skala
Tabel 5. Data Angkatan Regresi PertumbuhanKel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W
1 310 512 2,4914 2,7093 6,2069 6,74982 310 512 2,4914 2,7093 6,2069 6,749810 300 423 2,4771 2,6263 6,1361 6,505811 300 423 2,4771 2,6263 6,1361 6,505814 340 683 2,5315 2,8344 6,4084 7,175315 300 395 2,4771 2,5966 6,1361 6,432118 340 683 2,5315 2,8344 6,4084 7,175320 250 330 2,3979 2,5185 5,7501 6,039221 250 330 2,3979 2,5185 5,7501 6,039222 330 583 2,5185 2,7657 6,3429 6,965423 330 583 2,5185 2,7657 6,3429 6,965426 320 562 2,5051 2,7497 6,2758 6,888527 320 562 2,5051 2,7497 6,2758 6,888532 315 433 2,4983 2,6365 6,2416 6,5868
21
Kel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W
33 315 433 2,4983 2,6365 6,2416 6,586836 330 535 2,5185 2,7284 6,3429 6,871437 330 535 2,5185 2,7284 6,3429 6,871438 320 647 2,5051 2,8109 6,2758 7,041739 320 647 2,5051 2,8109 6,2758 7,041746 300 512 2,4771 2,7093 6,1361 6,711247 300 512 2,4771 2,7093 6,1361 6,711248 275 444 2,4393 2,6474 5,9503 6,457849 275 444 2,4393 2,6474 5,9503 6,457864 300 395 2,4771 2,5966 6,1361 6,4321∑ 59,6742 64,6659 148,4061 160,8499
Dengan cara regresi linier menggunakan MS Excel sehingga didapat :
log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿
log a=64,6659× 148,4061−59,6742 x (160,8499)
24 × 148,4061−3561,01
log a=¿ -1,76 : 0,74 = - 2,4
b=∑ logW −¿¿
b=64,6659−(24 x (−2,4 ))
59,6742
b=¿ 2,06
2.3500
2.4000
2.4500
2.5000
2.55002.4500
2.5500
2.6500
2.7500
2.8500
f(x) = 2.06183337145226 x − 2.43218454593559R² = 0.693126316396405
Korelasi Panjang dan Berat Ikan
Log L (X) Log W(Y)Linear (Log L (X) Log W(Y))Linear (Log L (X) Log W(Y))
Panjang
Berat
Gambar 5. Grafik Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan Tagih
22
Tabel 6. Data Angkatan Reproduksi Ikan Tagih
Kel- TKG Bw BGd IKG BHt HSI
1 Bunting 512 1,3 0,25% 51 11,06%2 Bunting 512 1,3 0,25% 51 11,06%10 Perkembangan 2 423 1,11 0,26% 2,8 0,67%11 Perkembangan 2 423 1,11 0,26% 2,8 0,67%14 Perkembangan 2 683 4,99 0,74% 8,2 1,22%15 Bunting 395 30 8,22% 4 1,02%18 Perkembangan 2 683 4,99 0,74% 8,2 1,22%20 Bunting 330 13 4,10% 2,6 0,79%21 Bunting 330 13 4,10% 2,6 0,79%22 perkembangan II 583 10,03 1,75% 6,57 1,14%23 perkembangan II 583 10,03 1,75% 6,57 1,14%26 Perkembangan I 562 2,92 0,52% 5,19 0,93%27 Perkembangan I 562 2,92 0,52% 5,19 0,93%32 Dara berkembang 433 1,7 0,39% 3,03 0,70%33 Dara berkembang 433 1,7 0,39% 3,03 0,70%36 Perkembangan I 535 7 1,33% 5 0,94%37 Perkembangan I 535 7 1,33% 5 0,94%38 Perkembangan II 647 14,09 2,23% 7,27 1,14%39 Perkembangan II 647 14,09 2,23% 7,27 1,14%46 Salin 512 1,17 0,23% 7,49 1,48%47 Salin 512 1,17 0,23% 7,49 1,48%48 Perkembangan I 444 10,19 2,35% 1,34 0,30%49 Perkembangan I 444 10,19 2,35% 1,34 0,30%
64 Bunting 395 30 8,22% 4 1,02%
Tabel 7. Data Kelas TKG Ikan Tagih Angkatan
TKG JantanPersen Jantan
BetinaPersen Betina
Dara 0 0 0 0Dara B 2 11.1 0 0Perkembangan I 4 22.2 2 33.3Perkembangan II 6 33.3 2 33.3Bunting 4 22.2 2 33.3Mijah 0 0.0 0 0Salin 2 11.1 0 0Pulih Salin 0 0 0 0Jumlah 18 100 6 100
23
Dara
Dara Berk
emban
g
Perkem
banga
n I
Perkem
banga
n II
BuntingMija
hSa
lin
Pulih Sa
lin02468
10
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan
Gambar 6. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan
Tabel 8. Indeks Kematangan Gonad Ikan Tagih Angkatan
IKGFrekuensi
JantanBetin
a0,225-1,565 14 01,565-2,905 2 42,905-4,245 0 04,245-5,585 0 05,585-6,925 2 06,925-8,265 0 2
Jumlah 18 6
0,225-1,565
1,565-2,905
2,905-4,245
4,245-5,585
5,585-6,925
6,925-8,265
02468
10121416
IKG Ikan Tagih
Gambar 7. Indeks kematangan Gonad Ikan Tagih
24
Tabel 9. Data HSI Ikan Tagih Angkatan
HSIFrekuensi
Jantan Betina0,295-2,095 16 62,095-3,895 0 03,895-5,695 0 05,695-7,495 0 07,495-9,295 0 09,295-11,095 2 0
Jumlah 18 6
0,295-2,095
2,095-3,895
3,895-5,695
5,695-7,495
7,495-9,295
9,295-11,095
02468
1012141618
Indeks HSI Ikan Tagih Angkatan
Gambar 8. Indeks HSI Ikan Tagih Angkatan
Tabel 10 . Morfologi Ikan Tagih Angkatan
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
Mulut
Mata (mm)
Panjang
Usus (mm)
Insang
(pasang)
Gelembung
Renang
Dekat
Kepala
Linea Lateralis
LetakUkur
an (mm\)
Lapisan
GigiD1 D2 P V A C
1Sikloid
- I.vii 1II.x.
6XII II.x
IV.viii.5
Inferior
60 2 10 - 3 1
2Sikloid
- I.vii 1II.x.
6XII II.x
IV.viii.5
Inferior
60 2 10 - 3 1
10Sikloid
-I.
iv.31
II.iv.14
VI.xii.11
xi xxi xxi 40 4 9 300 2 1
25
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
MulutMata (mm)
Panjang
Usus (mm)
Insang
(pasang)
Gelembung
RenangDekat
Kep
Linea Lateralis
LetakUkur
an (mm\)
Lapisan
GigiD1 D2 P V A C
11siklo
id-
I.iv.3
1II.iv.14
VI.xii.11
xi xxi xxi 40 4 9 300 2 1
14Sikloid
- I.vii 1 vi VI.i
xxii 17
Inferior
40 4 10 395 2 1
15Sikloid
- I.6 - I.ii.5V.i.5
I.ii.9vi.1
0Inferio
r40 2 14 395 2 1
18Sikloid
- I.vii 1 vi VI.i
xxii 17
Inferior
40 4 10 395 2 1
20Sikloid
- I.vii I.i iv.2I.viii
.6v.4 x.6
Inferior
- 3 8 160 4 1
21Sikloid
- I.vii I.i iv.2I.viii
.6v.4 x.6
Inferior
- 3 8 160 4 1
22 - -I.vi.
11 vi.4
I.vii.7
iv.5 xi.7 - - 2 - 390 2 1
23 - -I.vi.
11 vi.4
I.vii.7
iv.5 xi.7 - - 2 - 390 2 1
26 - - I.7 - I.8 24 10 18Inferio
r- 3 - - 4 1
27 - - I.7 - I.8 24 10 18Inferio
r- 3 - - 4 1
32 - - I.vii - I.v.3 xii x.2 xxSuperi
or- 6 10 220 4 1
33 - - I.vii - I.v.3 xii x.2 xxSuperi
or- 6 10 220 4 1
36 - - I.vii - - I.vii - xxivSuperi
or- 22 10 365 4 1
26
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
MulutMata (mm)
Panjang
Usus (mm)
Insang
(pasang)
Gelembung
RenangDekat
Kep
Linea Lateralis
LetakUkur
an (mm\)
Lapisan
GigiD1 D2 P V A C
37 - - I.vii - - I.vii - xxivSuperi
or- 22 10 365 4 1
38Sikloid
-I.vi.
1- I.8 6 v.5 i.6
Inferior
- 2 - 385 4 1
39Sikloid
-I.vi.
1- I.8 6 v.5 i.6
Inferior
- 2 - 385 4 1
46Sikloid
18,5 i.7 - I.8 6 11 32Termi
nal45 - 10 430 4 1
47Sikloid
18,5 i.7 - I.8 6 11 32Termi
nal45 - 10 430 4 1
48Sikloid
22 I.i.6 1 I.v.5I.viii
.2i.6
iii.14
Terminal
- 2 10 340 4 1
49Sikloid
22 I.i.6 1 I.v.5I.viii
.2i.6
iii.14
Terminal
- 2 10 340 4 1
64Sikloid
- I.6 - I.ii.5V.i.5
I.ii.9vi.1
0Inferio
r40 2 14 395 2 1
4.1.3 Hasil Pengamatan Angkatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Ikan Betutu
Kelompok : 1 (Satu)
Hari, Tanggal : Selasa, 14 April 2015
Asal Ikan : Waduk Cirata
Spesies Ikan : Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
Tabel 11 . Data Angkatan Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin
27
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
3
Nurma W
Betutu 115 - 234 186 1 0M. Yogi A.
Rian R.
4
Sheila A.
Betutu 115 - 234 186 1 0Riani A.
Rambo
5
Safira A
Betutu 185 - 235 166 0 1Ira S.
Susetyo
6
Rizka Dwi
Betutu 185 - 235 166 0 1Raka
Gilang N
7
Jihan Refli
Betutu 180 200 225 156 0 1Debora H
Andi M
8
Yulida
Betutu 185 205 225 147 0 1Endah
Ilham
9
Syafarudin
Betutu 185 205 225 147 0 1Elisah F
Jamaludin
12
Ai Siti
Betutu 175 200 220 150 1 0Aida
Asep S
13Alan A.Setyo WAdinda
Betutu 175 200 220 150 1 0
16MiaSiti SRahmat D
Betutu 159 162 182 64 1 0
17
Fikri K
Betutu 159 162 182 64 1 0T Alwie
Elsa
19
Ade
Betutu 180 200 225 156 1 0Tia
Yuyun Y
24
Fauziah
Betutu 185 0 240 149 1 0Erik
Luthfan
28
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
25
Taufiq
Betutu 185 0 240 149 1 0Puty
Fevi
28RikaEsti MutiaMuammar
Betutu 190 0 225 131 0 1
29RahmanR. NadyaAnggaRidwan
Betutu 190 0 225 131 0 1
30 Betutu 180 0 220 135 0 1Sofie
Fadhil
31
Ina
Betutu 180 0 220 135 0 1Raka
Indah
34
Bastian
Betutu 180 0 230 175 1 0Sheillawati
Satria
35
Adhar
Betutu 180 0 230 175 1 0Nuraya
Demas
40
Widi
Betutu 195 0 240 163 0 1Eki
Mediana
41NabilaHasbiDehan
Betutu 195 0 240 163 0 1
42
Santi
Betutu 200 0 245 186 1 0Riza
Fauzi
43
Dea Hari
Betutu 200 0 245 186 1 0Satrio
Gun Gun
44
SintiaThesarM. AdityaAyu Nfs
Betutu 230 0 285 283 1 0
29
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
45DzakiZulfikarMelinda
Betutu 230 0 285 283 1 0
50Dhita HapsariSyifa ZahidahDicky D.
Betutu 180 0 220 126 0 1
51Riana FaosaHilman H.Ardiansyah
Betutu 180 0 220 126 0 1
52
Zahra Imma R.
Betutu 145 0 185 68 0 1Dyah Hafizha
Bagus Renaldo
53
Rahmahwati R.
Betutu 161 0 195 81 0 1M. Aulia R. S.
M. Galdio N. A.
54
Ali Aji Adi N.
Betutu 161 0 195 81 0 1M. Rakhman
Ruth Maria
55
Hanna Maryam
Betutu 176 0 228 103 1 0Bayu . R
M. Ryan K.
56
Choki S. D.
Betutu 155 0 195 92 1 0Ayu Mardhiana
Deni Sihabudin
57Aisyah A. M.M. SalsabilFachri A. M.
Betutu 175 0 220 108 1 0
58Resna Ajeng A.Raden RahmadiChristoper R.
Betutu 175 0 220 108 1 0
59
Kalysta F.
Betutu 162 0 206 94 0 1Jumaidi Effendi
Yuki Aditya R.
60
Dwi Muthiah
Betutu 162 0 206 94 0 1Fadhillah A.
Agung Fuadi
61Kartika Irta D.Rosa H.Taufik Ikhsan
Betutu 170 0 225 129 0 1
30
Kel-Nama
PraktikanJenis Ikan
Pertumbuhan Kelamin
Panjang (mm)Berat Jantan Betina
SL FL TL
62
M. Fahmi Ikmal
Betutu 170 0 225 129 0 1Logica I. B.
Ruth Mawar
63Gilang T.Geugeuh G.Dina Arifiah
Betutu 145 0 185 68 0 1
65
Sona Y. D.
Betutu 175 0 225 133 1 0Reyhan Alif
Eva Amalia
66
Shafwan Hariz
Betutu 175 0 225 133 1 0Fahira Nur A.
Chervin
55%
45%
Rasio Kelamin Ikan Betutu
%Jantan %Betina
Gambar 9. Rasio Kelamin Ikan Betutu
Tabel 12. Data Angkatan Regresi PertumbuhanKel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W
3 115 186 2,0607 2,2695 4,2465 4,67684 115 186 2,0607 2,2695 4,2465 4,67685 185 166 2,2672 2,2201 5,1401 5,03346 185 166 2,2672 2,2201 5,1401 5,03347 180 156 2,2553 2,1931 5,0863 4,94618 185 147 2,2672 2,1673 5,1401 4,91379 185 147 2,2672 2,1673 5,1401 4,913712 175 150 2,2430 2,1761 5,0312 4,881113 175 150 2,2430 2,1761 5,0312 4,8811
31
Kel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W
16 159 64 2,2014 1,8062 4,8461 3,976117 159 64 2,2014 1,8062 4,8461 3,976119 180 156 2,2553 2,1931 5,0863 4,946124 185 139 2,2672 2,1430 5,1401 4,858625 185 139 2,2672 2,1430 5,1401 4,858628 190 131 2,2788 2,1173 5,1927 4,824729 190 131 2,2788 2,1173 5,1927 4,824730 180 135 2,2553 2,1303 5,0863 4,804531 180 135 2,2553 2,1303 5,0863 4,804534 180 175 2,2553 2,2430 5,0863 5,058735 180 175 2,2553 2,2430 5,0863 5,058740 195 163 2,2900 2,2122 5,2443 5,066041 195 163 2,2900 2,2122 5,2443 5,066042 200 186 2,3010 2,2695 5,2947 5,222243 200 186 2,3010 2,2695 5,2947 5,222244 230 283 2,3617 2,4518 5,5778 5,790545 230 283 2,3617 2,4518 5,5778 5,790550 180 126 2,2553 2,1004 5,0863 4,736951 180 126 2,2553 2,1004 5,0863 4,736952 145 68 2,1614 1,8325 4,6715 3,960753 161 81 2,2068 1,9085 4,8701 4,211754 161 81 2,2068 1,9085 4,8701 4,211755 155 92 2,1903 1,9638 4,7976 4,301356 155 92 2,1903 1,9638 4,7976 4,301357 175 108 2,2430 2,0334 5,0312 4,561058 175 108 2,2430 2,0334 5,0312 4,561059 162 94 2,2095 1,9731 4,8820 4,359760 162 94 2,2095 1,9731 4,8820 4,359761 170 129 2,2304 2,1106 4,9749 4,707662 170 129 2,2304 2,1106 4,9749 4,707663 145 68 2,1614 1,8325 4,6715 3,960765 175 133 2,2430 2,1239 5,0312 4,763966 175 133 2,2430 2,1239 5,0312 4,7639
∑
94,0877 88,8912 210,9140 199,3101
Dengan cara regresi linier menggunakan MS Excel sehingga didapat :
log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿
32
log a=89,0147 ×210,9140−94,0877 x (199,5913)
42× 210,9140−8852,5
log a=¿ -4,7 : 5,89 = -0,8
b=∑ logW −¿¿
b=89,0147−(42 x (−0,8 ))
94,0877
b=¿ 1,3
2.0000
2.1000
2.2000
2.3000
2.40001.70001.80001.90002.00002.10002.20002.30002.40002.5000
f(x) = 1.26463043751455 x − 0.716545718421707R² = 0.233969025385829
Korelasi Panjang dan Berat Ikan
Log L (X) Log W(Y)Linear (Log L (X) Log W(Y))Linear (Log L (X) Log W(Y))
Panjang
Berat
Gambar 10. Grafik Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan Betutu
Tabel 13. Data Angkatan Reproduksi Ikan Betutu
Kel-
TKG Bw BGd IKG BHt HSI
3 Perkembangan 1 186 0,6 0,32% 2,5 1,36%4 Perkembangan 1 186 0,6 0,32% 2,5 1,36%5 Dara 166 0,1 0,06% 2,2 1,34%6 Dara 166 0,1 0,06% 2,2 1,34%7 Perkembangan 2 156 0,35 0,22% 4 2,63%8 Dara 147 0,54 0,37% 0,7 0,48%9 Dara 147 0,54 0,37% 0,7 0,48%12 Dara 150 0,12 0,08% 2 1,35%13 Dara 150 0,12 0,08% 2 1,35%16 Dara Berkembang 64 1 1,59% 0,03 0,05%17 Dara Berkembang 64 1 1,59% 0,03 0,05%
33
Kel-
TKG Bw BGd IKG BHt HSI
19 Perkembangan 2 156 0,35 0,22% 4 2,63%24 Dara berkembang 149 0,03 0,02% 0,48 0,32%25 Dara berkembang 149 0,03 0,02% 0,48 0,32%28 perkembangan II 131 0,59 0,45% 2,27 1,76%29 perkembangan II 131 0,59 0,45% 2,27 1,76%30 perkembangan II 135 1,84 1,38% 3 2,27%31 perkembangan II 135 1,84 1,38% 3 2,27%34 Dara 175 0,22 0,13% 2,08 1,20%35 Dara 175 0,22 0,13% 2,08 1,20%40 perkembangan II 163 0,43 0,26% 3,36 2,10%41 perkembangan II 163 0,43 0,26% 3,36 2,10%42 perkembangan II 186 0,49 0,26% 3,79 2,08%43 perkembangan II 186 0,49 0,26% 3,79 2,08%44 Putih salin 283 0,18 0,06% 52,25 22,64%45 Putih salin 283 0,18 0,06% 52,25 22,64%50 Perkembangan II 126 1,35 1,08% 1,98 1,60%51 Perkembangan II 126 1,35 1,08% 1,98 1,60%52 Dara Berkembang 68 0,24 0,35% 0,8 1,19%53 Perkembangan 2 81 1,54 1,94% 0,95 1,19%54 Perkembangan 2 81 1,54 1,94% 0,95 1,19%55 Perkembangan 1 103 0,17 0,17% 1,07 1,05%56 Perkembangan 1 103 0,17 0,17% 1,07 1,05%57 Perkembangan 1 108 0,4 0,37% 1,43 1,34%58 Perkembangan 1 108 0,4 0,37% 1,43 1,34%59 Perkembangan 1 94 0,87 0,93% 1,62 1,75%60 Perkembangan 1 94 0,87 0,93% 1,62 1,75%61 Perkembangan 2 129 1,16 0,91% 2,47 1,95%62 Perkembangan 2 129 1,16 0,91% 2,47 1,95%
63 Dara Berkembang 68 0,24 0,35% 0,8 1,19%65 Perkembangan II 133 0,17 0,13% 2,99 2,30%66 Perkembangan II 133 0,17 0,13% 2,99 2,30%
Tabel 14. Data Kelas TKG Ikan Betutu Angkatan
TKGJanta
nPersen Jantan
BetinaPersen Betina
Dara 4 17.4 4 21.1
Dara Berkembang 6 26.1 4 21.1
Perkembangan I 6 26.1 2 10.5
34
TKGJanta
nPersen Jantan
BetinaPersen Betina
Perkembangan II 5 21.7 9 47.4
Bunting 0 0 0 0
Mijah 0 0 0 0
Salin 0 0 0 0
Pulih Salin 2 8.7 0 0
Jumlah 23 100 19 100
Dara
Dara Berk
emban
g
Perkem
banga
n I
Perkem
banga
n II
BuntingMija
hSa
lin
Pulih Sa
lin02468
10
TKG Ikan Betutu Angkatan
Gambar 11. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Betutu Angkatan
Tabel 15. Indeks Kematangan Gonad Ikan Betutu Angkatan
IKGFrekuensi
JantanBetin
a0,015-0,295 15 50,295-0,575 6 40,575-0,855 0 00,855-1,135 0 61,135-1,415 0 21,415-1,695 2 01,695-1,975 0 2
Jumlah 23 19
35
0,015-0,295
0,295-0,575
0,575-0,855
0,855-1,135
1,135-1,415
1,415-1,695
1,695-1,975
02468
10121416
IKG Ikan Betutu
Gambar 12. Indeks kematangan Gonad Ikan Betutu
Tabel 16. Data HSI Ikan Betutu Angkatan
HSIFrekuensi
Jantan Betina0,045-3,275 21 193,275-6,505 0 06,505-9,735 0 09,735-12,965 0 012,965-16,195 0 016,195-19,425 0 019,425-22,655 2 0
Jumlah 23 19
0,045-3,275
3,275-6,505
6,505-9,735
9,735-12,965
12,965-16,195
16,195-19,425
19,425-22,655
0
5
10
15
20
25
Indeks HSI Ikan Betutu Angkatan
Gambar 13. Indeks HSI Ikan Betutu Angkatan
36
Tabel 17. Morfologi Ikan Betutu Angkatan
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
MulutMata (mm)
Panjang Usus (mm)
InsangGelembung
RenangDekat Kepala
BadanLinea
LateralisLetak
Ukuran (mm)
Lapisan Gigi
D1 D2 P V A C
3 SikloidStenoi
dStenoid
IV.ii
IX.ii
X.iv
IV.ii
X.i xiiSuper
ior30 2 9 150 4 Ada Labirin
4 SikloidStenoi
dStenoid
IV.ii
IX.ii
X.iv
IV.ii
X.i xiiSuper
ior30 2 9 150 4 Ada Labirin
5 SikloidStenoi
dStenoid VI v xvi v ix 13
Superior
30 4 7 - 4 Ada
6 SikloidStenoi
dStenoid VI v xvi v ix 13
Superior
30 4 7 - 4 Ada
7 Stenoid Sikloid Sikloid VI XIviii.7
v xiixii.2
Superior
23 2 7 184 3 Ada Labirin
8 SikloidStenoi
dSikloid I.iv
V.vi
30II.viii
vii xvSuper
ior15 2 8 150 4 ada
9 SikloidStenoi
dSikloid I.iv
V.vi
30II.viii
vii xvSuper
ior15 2 8 150 4 Ada
12 Sikloid Sikloid SikloidII.iv
IV.v.2
16 I.4vi.2
15Subtermina
l27 2 5 - 4 Ada Labirin
13 Sikloid Sikloid SikloidII.iv
IV.v.2
16 I.4vi.2
15Subtermina
l27 2 5 - 4 Ada Labirin
16 SikloidStenoi
dSikloid X IV xv v.5 ix 15
Subtermina
l23 2 5 - 4 Ada Labirin
17 SikloidStenoi
dSikloid X IV xv v.5 ix 15
Subtermina
l23 2 5 - 4 Ada Labirin
19 Stenoid Sikloid Sikloid VI XIviii.7
v xiixii.2
Superior
23 2 7 184 3 Ada Labirin
24 Sikloid Stenoi v.i i.1 I.v 25 I.xi X.v Super 1 4 3 Ada
37
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
MulutMata (mm)
Panjang Usus (mm)
InsangGelembung
RenangDekat Kepala
BadanLinea
LateralisLetak
Ukuran (mm)
Lapisan Gigi
D1 D2 P V A C
d 0 x i ior
25 SikloidStenoi
d v.i
i.10
I.v 25I.xix
X.vi
Superior
1 4 3 Ada
28 SikloidStenoi
d I.5 xi 14 5 viii xiii
Superior
3 12 4 Ada
29 SikloidStenoi
d I.5 xi 14 5 viii xiii
Superior
3 12 4 Ada
30 SikloidStenoi
d vi I.x xvi v
II.vii
xviInferi
or 2 7 120 4 Ada
31 SikloidStenoi
d vi I.x xvi v
II.vii
xviInferi
or 2 7 120 4 Ada
34 SikloidStenoi
d I.v I.x
III.xi.6
II.vii
II.viii
V.vii
Superior
2 7 210 4 Ada
35 SikloidStenoi
d I.v I.x
III.xi.6
II.vii
II.viii
V.vii
Superior
2 7 210 4 Ada
40 SikloidStenoi
d
II.iv
I.x 17 vii ix xivSuper
ior 2 140 3 Ada
41 SikloidStenoi
d
II.iv
I.x 17 vii ix xivSuper
ior 2 140 3 Ada
42 SikloidStenoi
d 6
1.VI.iv
X.vii
II.iv
VII.ii
II.xiii
Superior
30 3 4 Ada
43 SikloidStenoi
d 6
1.VI.iv
X.vii
II.iv
VII.ii
II.xiii
Superior
30 3 4 Ada
44 Stenoid Sikloid I.vi II.xxvii
iv x xiiiSuper
ior35 3 5 0 4 Ada
45 Stenoid Sikloid I.vi II.xxvii
iv x xiiiSuper
ior35 3 5 0 4 Ada
38
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
MulutMata (mm)
Panjang Usus (mm)
InsangGelembung
RenangDekat Kepala
BadanLinea
LateralisLetak
Ukuran (mm)
Lapisan Gigi
D1 D2 P V A C
50 Stenoid Sikloid 67II.ii.2
viii.3
xxiii.4
II.viii
III.iv.3
xivSuper
ior50 3 6 45 3 Ada
51 Stenoid Sikloid 68II.ii.2
viii.3
xxiii.4
II.viii
III.iv.3
xivSuper
ior50 3 6 45 3 Ada
52 SikloidStenoi
d63
II.iii
V.vxvii
II.iii
V.iv
xivSuper
ior23 4 6 55 4 Ada
53 SikloidStenoi
d76 iv xii xvi
xvii
xxvii
Superior
22 1 18 70 4 Ada
54 SikloidStenoi
d76 iv xii xvi
xvii
xxvii
Superior
22 1 18 70 4 Ada
55 SikloidStenoi
d62 vi v.6
viii.6
I.ivII.v
i
II.viii.5
Superior
30 3 6 120 4 Ada
56 SikloidStenoi
d62 vi v.6
viii.6
I.ivII.v
i
II.viii.5
Superior
30 3 6 120 4 Ada
57 SikloidStenoi
d66 II.v
II.ix
IV.xi
II.iv
I.ixIV.xiii
Superior
30 1 8 55 4 Ada
58 SikloidStenoi
d66 II.v
II.ix
IV.ix
II.iv
I.ixIV.xiii
Superior
30 1 8 55 4 Ada
59 SikloidStenoi
d65 VI
II.ix
XIII
I.5 ix xvSuper
ior27 4 5 96 2 Ada
60 SikloidStenoi
d65 VI
II.ix
XIII
I.5 ix xvSuper
ior27 4 5 96 2 Ada
61 SikloidStenoi
d63
II.iv
X xiii I.iv II.ii VISuper
ior25 2 8 70 3 Ada
62 SikloidStenoi
d63
II.iv
X xiii I.iv II.ii VISuper
ior25 2 8 70 3 Ada
63 Sikloid Stenoi 63 II.ii V.v xvi II.ii V.i xiv Super 23 4 6 55 4 Ada
39
Kel-
Bentuk SisikSirip Ikan
MulutMata (mm)
Panjang Usus (mm)
InsangGelembung
RenangDekat Kepala
BadanLinea
LateralisLetak
Ukuran (mm)
Lapisan Gigi
D1 D2 P V A C
d i i i v ior
65 SikloidStenoi
d69 VI I.9
18-19
6-7 10 16Super
ior35 3 5 45 4 Ada
66 SikloidStenoi
d69 VI
I.10
18-20
6-7 10 16Super
ior35 3 5 45 4 Ada
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Morfologi Ikan
Pengamatan yang telah dilakukan, kelompok kami mengamati ikan tagih
(Macrones nemurus). Dilakukan pengamatan morfologi ikan yang meliputi
pengamatan meristik dan pengamatan morfometrik. Pengamatan morfometrik
meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme. Sedangkan
pengamatan meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari
ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah
pada sirip punggung (Affandi, et al 1992). Bentuk tubuh pada mahluk hidup,
termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada
baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh
atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut.
Dilakukan pengukuran meristik dan dengan menghitung jumlah sirip,
identifikasi letak mulut, identifikasi sirip caudal, identifikasi sisik. Didapatkan
hasil sebagai berikut: Ikan tagih memiliki letak mulut terminal. Bentuk, ukuran,
dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut. Sehingga dilihat
dari letak mulutnya yang terminal, ikan tagih termasuk kedalam ikan pelagik atau
ikan yang hidup di permukaan air. Memiliki 6 sungut (3 pasang), 2 terletak
dibagian atas dan 4 lainnya terletak dibagian bawah. Pada sirip dorsal I (bagian
anterior) terdiri dari 1 jari-jari lunak mengeras dan 7 jari-jari lunak. Sedangkan
40
pada sirip dorsal II (bagian posterior) tidak ada jari-jari, karena sirip dorsal II
teksturnya seperti gumpalan daging. Pada sirip anal terdiri atas 11 jari-jari lunak.
Sirip ventral terdiri dari 6 jari-jari lunak. Sirip caudal terdiri dari 32jari-jari lunak,
dan sirip pectoral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Hasil
pengamatan ini sesuai dengan pernyataan dari hasil penelitian oleh Kotellat 1993.
Di bagian sirip dadanya (ventral) terdapat tulang tajam dan bersengat yang
berfungsi seperti patil, yaitu sebagai senjata pembela diri.
Warna tubuh ikan tagih ini hitam kecoklatan. Memiliki 4 pasang insang,
dengan 16 tapis insang pada setiap insangnya. Bukaan mulutnya sebesar 4,5 m.
Sisik ikan tagih merupakan sisik sikloid. Tipe sirip caudalnya adalah homocercal,
yaitu sirip atau ekor yang terbagia menjadi dua bagian dengan besar yang sama.
Memiliki 1 gelembung renang.
4.2.2 Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin
Ada beberapa indikator yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor
jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kualitas air,
umur dan ukuran oksigen serta kematangan gonad. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa ikan-ikan yang berumur mudah lebih cepat pertumbuhan panjangnya dari
ikan-ikan yang berumur tua (Effendie 1997).
Pendugaan pertumbuhan ikan dapat diduga dengan menganalisis data
frekuensi panjang atau bobot, dimana pertumbuhan ikan pada setiap umur
berbeda. Ikan muda memiliki pertumbuhan yang cepat, sedangkan akan terhenti
pada saat mencapai panjang asimptotnya (Nikolsky 1963).
Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan
bertumpuk atau mempunyai ukuran yang sama dengan ikan yang pertumbuhannya
lebih cepat pada umur yang lebih rendah (Sparre et al 1999).
Everthart et al 1975 mengemukakan bahwa terdapat beberapa metode yang
mengestimasi komposisi umur berdasarkan frekuensi panjang. Diantaranya adalah
metode Bhattachrya, dimana dasar dari metode ini yaitu pemisahan kelompok
umur yang mempunyai distribusi normal, dan masingmasing kelompok umur
tersebut mempunyai kohor. Cara lain untuk mengetahui umur ikan dengan
41
menggunakan metode Petersen, yaitu dengan menggunakan frekuensi panjang
ikan.
Telah dilakukan pengamatan mengenai pertumbuhan dan rasio ikan dari
ikan tagih (Macrones nemurus) dan ikan betutu (oxyyeleotris marmorata) yang
berasal dari waduk cirata. Ikan yang telah diamati sebanyak 12 ikan tagih dan 21
ikan betutu yang diamati oleh 66 kelompok. Berikut uraian hasil pengamatan
yang telah dilakukan. Pengukuran laju pertumbuhan ikan dilakukan berdasarkan
pertambahan (besarnya) bobot tubuh ikan. Dari hasil pengamatan kelompok 1
yaitu ikan yang kami amati, ikan tagih (Macrones nemurus) memiliki bobot tubuh
sebesar 512 gram. Dilihat dari data angkatan dari 12 ikan tagih yang diamati,
bobot ikan terbesar yaitu 683 gram dan bobot ikan tawes terkecil adalah 330
gram. Pada ikan betutu, bobot terbesarnya yaitu 283 gram dan bobot terkecilnya
adalah 64 gram.
Pada dasarnya penentuan jenis kelamin ikan dapat diperoleh berdasarkan
karakter seksual primer dan sekunder. Pemeriksaan gonad ikan dilakukan dengan
diamatinnya perbedaan ciri-ciri morfologi, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan
pada ikan dewasa berumur lebih dari 6 bulan. Oleh sebab itu pengamatan kelamin
ikan yang dilakukan kami dengan cara histologis, yaitu dibedahnya tubuh ikan
untuk memperoleh gonad dan selanjutnya akan diidentifikasi (Secara seksual
primer). Dari hasil pengamatan kelompok, ikan yang kami amati, ikan tagih
(Macrones nemurus) merupakan ikan jantan. Selain itu dari data hasil
pengamatan angkatan didapatkan hasil bahwa dari 12 ekor ikan Tagih yang
diamati, ada 9 ekor ikan jantan dan 3 ekor ikan betina. Maka rasio nya adalah 1 :
3. Ikan Tagih jantan lebih mendominasi pada perairan waduk cirata ini. Pada ikan
betutu, data dari hasil pengamatan angkatan didapatkan hasil bahwa dari 21 ikan
betutu, terdapat 12 ikan betutu jantan dan 9 ikan betutu betina. Maka rasio nya
adalah 1 : 1. Ikan betutu jantan lebih dominan pada periran waduk cirata tersebut.
Pengukuran perubahan berat dan panjang dapat digunakan dengan
menggunakan dengan model allometric linear dengan menggunakan parameter a
dan b. Koreksi biar pada perubahan berat rata-rata dari unit logaritma digunakan
42
untuk memprediksi berat pada parameter panjang sesuai dengan persamaan
logaritma allometric berikut, (DeRobertis dan William 2008):
W = a Lb
Dimana W adalah berat dari ikan (g) dan L adalah panjang total ikan (mm)
sedangkan nilai a dan b merupakan parameter. Berat dapat dianggap sebagai suatu
fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum
kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi
hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan
panjang ikan berbeda-beda.
Untuk mengatahui tipe pertumbuhan apa yang dimiliki oleh ikan-ikan
yang diamati ini, dapat dilambangkan dengan huruf (b). Mengatahui hasilnya
dapat dihitung manual dengan cara penghitungan rumus pertumbuhan (W), atau
dapat juga menggunakan Microsoft Excel dengan cara penghitungan regresi dari
data yang diamati terlebih dahulu. Dari hasil penghitungan menggunakan Ms.
Excel didapatkan hasil bahwa ikan-ikan yang berasal dari waduk cirata memiliki
pertumbuhan Allometrik. Dibuktikan dengan hasil nilai b ≠ 3 . Pengamatan yang
dilakukan pada ikan tagih menghasilkan nilai b = 2.0618 dan pengamatan pada
ikan betutu yaitu nilai b = 1.2986. Itu artinya b <3 atau allometrik negatif, yaitu
pertumbuhan berat ikan lebih besar dibandingkan pertumbuhan panjang ikan.
Oleh sebab itu, dapat dilihat di tabel 4, bahwa bobot-bobot ikan tersebut lebih
besar daripada total panjang (TL) ikan-ikan itu.
4.2.3 Pembahasan Reproduksi
Dari pengamatan yang telah dilakukan untuk mendapatkan atau
mengetahui mengenai data reproduksi ikan perlu dilakukan beberapa perhitungan.
Dilakukan perhitungan Standard Length (SL) yaitu pengukuran ikan mulai dari
posterior operkulum hingga pakal ekor. Dengan mendapatkan hitungan SL
tersebut, maka dapat dihitung tingkat kematangan gonad (TKG), Indeks
kematangan gonad (IKG), dan Hepato Somatic Index (HSI). Jika didapatkan ikan
betina maka dihitung fekunditas dan letak inti telur.
43
Untuk mengetahui reproduksi ikan, dapat dilakukan identifikasi morfologi
pada tubuh juga dilakukan identifikasi morfologi gonad. Setelah ikan dimatikan
dengan cara ditusuk kepalanya, diamati morfologi tubuh ikannya. Ikan yang kami
amati merupakan ikan tagih. Ikan tagih berukuran lebih besar dan panjang.
Hipotesa kami ikan yang diamati adalah ikan betina. Untuk lebih yakinnya lagi
perlu dilakukan pembedahan dan identifikasi gonad ikan.
Ikan dibedah, untuk mengetahui Indeks Kematangan Gonad (IKG) maka
dihitung gonad ikan tagih tersebut. Ikan tagih kami memiliki berat gonad sebesar
1,17 gram dengan bobot ikan sebesar 512 gram. Maka didapatkan IKG sebesar
0,23%. Lalu dilakukan penghitungan berat hati, didapatkan berat hati sebesar 7,49
gram sehingga nilai Hepato Somatic Index (HSI) nya sebesar 1,48%. Setelah itu
diamati gonad ikan tersebut, diidentifikasi morfologi gonadnya. Gonad yang kami
amati berwarna merah agak muda. Dari hasil pengamatan gonad didapatkan hasil
bahwa ternyata ikan tagih yang kami amati berjenis kelamin jantan, dan Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) berada pada fase salin.
Dari hasil data angkatan, dari 12 ikan tagih yang diamati, ikan yang
memiliki tingkat kematangan gonad (TKG) pada fase salin hanya 1 ekor saja,
sedangkan pada fase bunting hanya 3 ekor ikan saja. Sisanya memiliki tingkat
kematangan gonad (TKG) pada fase dara, dara berkembang, ataupun
perkembangan II. Fekunditas yang paling tinggi dari 3 ikan tagih tersebut sebesar
dan TKG nya pada fase perkembangan II.
Adapun dari 12 ekor ikan sampel yang diamati, kelompok 15 dan 64
memiliki nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) yang tinggi, yaitu sebesar 8,22 %
berada pada tingkat kematangan gonad (TKG) fase bunting. Dari data diatas dapat
dilihat bahwa ikan betina memiliki IKG yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan ikan jantan. Menurut Effendi (1987) bahwa nilai indeks ini akan sejalan
dengan perkembangan gonad dan akan mencapai batas maksimum pada saat ikan
mengalami pemijahan. Ikan betina memiliki IKG lebih tinggi dibandingkan ikan
jantan sebab ikan betina memiliki gonad yang lebih besar dibandingkan dengan
gonad jantan jadi meskipun ada pada tahap dibawah jantan tapi bobot gonadnya
akan relatif lebih besar.
44
Sedangkan pada ikan betutu, dari hasil data angkatan, dari 21 ikan betutu
yang diamati, ikan yang memiliki tingkat kematangan gonad (TKG) pada fase
putih salin hanya 1 ekor saja, sedangkan pada fase bunting tidak ada sama sekali.
Sisanya memiliki tingkat kematangan gonad (TKG) pada fase dara, dara
berkembang, perkembangan I, ataupun perkembangan II. Fekunditas yang paling
tinggi dari 20 ikan tagih tersebut sebesar dan TKG nya pada fase perkembangan
II.
Adapun dari 12 ekor ikan sampel yang diamati, kelompok 15 dan 64
memiliki nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) yang tinggi, yaitu sebesar 1,94 %
berada pada tingkat kematanga gonad (TKG) fase perkembangan II. Dari data
diatas dapat dilihat bahwa ikan betina memiliki IKG yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan ikan jantan. Menurut Effendi (1987) bahwa nilai indeks ini
akan sejalan dengan perkembangan gonad dan akan mencapai batas maksimum
pada saat ikan mengalami pemijahan. Ikan betina memiliki IKG lebih tinggi
dibandingkan ikan jantan sebab ikan betina memiliki gonad yang lebih besar
dibandingkan dengan gonad jantan jadi meskipun ada pada tahap dibawah jantan
tapi bobot gonadnya akan relatif lebih besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum yang dilakukan adalah:
Ikan Tagih (Macrones nemurus) dan ikan betutu (oxyyeleotris
marmorata) termasuk jenis ikan air tawar.
Bentuk, ukuran, dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan
Morfometrik adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan
perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi
pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme.
Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan,
misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah
pada sirip punggung.
Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh
pada bentuk tubuh ikan.
Bobot yang dimiliki ikan dan panjang yang dimiliki ikan saling berkaitan.
Karena perubahan berat dan panjang memperlihatkan umur dan kelas
kelompok tahun ikan.
Tingkat pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan
dilingkungan hidupnya.
Panjang dan berat diketahui dengan cara pengukuran secara manual. Lalu
dilakukan perhitungan dengan rumus tertentu.
Pertumbuhan ikan yang diamati termasuk kedalam pertumbuhan
allometric dimana pertumbuhan antara panjang dan berat tidak seimbang.
Pengamatan rasio kelamin ikan yang dilakukan secara primer, karena
dengan cara membedah ikan dan mengamati gonad ikan.
Ciri seksual primer ditandai dengan adanya testis pada ikan jantan dan
ovarium pada ikan betina.
45
46
Pertumbuhan bobot ikan dipengaruhi pula oleh tingkat kematangan gonad
ikan, dimana semakin tinggi tingkat kematangan gonad (sampai fase
bunting) maka ikan tersebut akan memiliki bobot yang relatif lebih besar.
Bobot yang semakin besar dikarenakan adanya proses vitelogenesis yang
terjadi di hati.
Semakin sempuran proses vitelogenesis maka nilai hepato somatic indexs
(HSI) maka akan semakin tinggi.
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang
telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah.
5.2 Saran
Melalui praktikum yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran yang akan
menunjang praktikan untuk melakukan praktikum dengan lebih baik lagi, berikut
beberapa saran yang diberikan:
Pengamatan yang dilakukan praktikan harus lebih cermat lagi agar
meminimalisir kesalahan.
Pembedahan ikan harus baik, agar organ-organ dalam pada ikan tidak
mengalami kerusakan sehingga lebih mudah untuk diidentifikasi.
Pengamatan gonad ikan harus lebih cermat menentukan rasio kelamin, dan
tingkat kematangan gonad ikan dalam di fase apa.
Pengukuran panjang usus ikan, harus dilakukan dengan hati-hati agar usus
tidak putusa dan memudahkan dalam pengukuran.
Pengamatan kebiasaan makan ikan dengan melakukan pengamatan dari
organ penernaan harus diencerkan secara pas agar organisme yang
dimakan ikan lebih mudah diidentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, I. dan Liviawati, E. (1998) Beberapa Metode Budidaya Ikan.
Yogyakarta
: Kanisesis (Anggota IKAPI).
Arief, F. A., 2009. Aspek Biologi Pertumbuhan, Reproduksi, Dan Kebiasaan
Makan Ikan Selar Kuning.
Effendie, I.M., 1979. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Effendi. 1997. Metode Biologi Perikanan, Bagian Perikanan, Bagian I. Yayasan
Dwi Sri Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, M,I. 2002. Biologi perikanan. Edisi revisi, Yayasan Pustaka Nusantara
163 hal
Effendi, I. 2004. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Everhart,W. H. A. W. Eipper And W. D. Youngs. 1975. Principle Of Fishery
Science Coemell Univ. Press.
Fujaya, Y., 1999. Fisiologi ikan. Rineka Cipta; Jakarta.
Herawati, Titin. 2014. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Universitas
Padjajaran. Bandung
Kottelat, M., Whitten, A. J., et al. (1993). "Freshwater fishes of Western
Indonesia
and Sulawesi" Hong Kong: Periplus.
Kusrini,E et al .2007. Peranan Faktor Lingkungan dalam Pemuliaan Ikan. Bogor,
Pusat Riset Perikanan Budidaya vol 2:1.
Learman, M. 1986, Ikhtiologi Sistematika (Ichtyologi I). PPM. PT. ITB. Bogor.
Mulyono, D. 2001. Budidaya Ikan Betutu. Kanasius.Yogyakarta
Nikolsky, G. V. 1963 The Ecology of Fishes. Academic Press. London
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta.
Jakarta.
Sparre, P. E S C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku
IManual. FAO Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan
Bangsabangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan
47
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta. Hal 438Suminto, et al.
2010. Prosentase Perbedaan Pengaruh Tingkat Kematangan Gonad
Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur Dalam Pembenahan Buatan
Abalone (Haliotis asinina).
Susanto, R. D., A. L. Gordon, J. Sprintall and B. Herunadi, 2000: Intraseasonal
variability and tides in Makassar Strait. Geophysical Research
Letters, 27(10): 1499-1502.
Wahyuningsih, H dan Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas Sumatera
Utara : Medan
48
LAMPIRAN
Gambar 1. Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2. Ikan Betutu(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3. Penimbangan Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4. Lubang Urogenital Ikan Tagih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 5. Sirip Caudal Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 6. Sirip Dorsal II Ikan Tagih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
49
Gambar 7. Operkulum Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 8. Mulut dan Gigi ikan tagih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 9. Insang Ikan Tagih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 10. Pembedahan Ikan Tagih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 11. Isi Perut Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 12. Pengambilan Hati (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
50
Gambar 13. Gelembung Renang Ikan Tagih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 14. Pengambilan Isi Perut(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 15. Gonad Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 16. Hati Ikan Tagih(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 17. Penimbangan Bobot Hati(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 18. Penimbangan Bobot Gonad
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
51
Gambar 19. Pengukuran Panjang Gonad(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 20. Pengukuran Panjang Usus
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
52