Upload
padang-wa
View
77
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ilmu Bahan
Citation preview
LAPORAN RESMI
PENETRAN TEST
Disusun Oleh :
M. Isanaini Hidayatulloh (0514040036)
Inneke Rizma Amalia (0514040054)
Annisa Hafshari (0514040058)
Priyadi Hadi Sulaksono (0514040064)
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. TUJUAN
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive Test
(tidak merusak) dengan Metode Liquid Penetrant.
1.1.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu komponen
yang dapat diuji dengan Metode Liquid Penetran dan mampu
menjelaskan jenis-jenis diskontinuitas yang mampu dideteksi dengan
Liquid Penetran.
I.2. RUANG LINGKUP
1.1 Prosedur ini menyediakan persyaratan dan standart penerimaan untuk
mendeteksi diskontinuitas yang terbuka dipermukaan pada bahan tidak
berpori dan terkandung dalam materi ini.
1.2 Prosedur ini berlaku untuk sistem penetran menggunakan pelarut yang
dapat dihilangkan.
1.3 Prosedur ini berlaku di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya hanya
untuk tujuan latihan. Setiap aplikasi dari prosedur untuk tujuan lain
tidak menjadi tanggung jawab Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2
BAB II
DASAR TEORI
II.1 DEFINISI LIQUID PENETRANT
Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinuitas pada
konstruksi yang menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara
rutin, untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan
mempermudah perawatannya. Untuk melakukan pengevaluasian atau
inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya
mampu mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis
NDT (Non-Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk
dilakukan. Uji liquid penetran ini dapat digunakan untuk mengetahui
diskontinyuitas halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau
kebocoran. Pada prinsipnya metoda pengujian dengan liquid penetrant
memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk
kedalam diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan
dari dalam diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang
(developer) yang warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih).
Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya bercak-bercak
merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas.
Gambar 2.1 Proses Kapilaritas pada spesimen uji
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini
adalah diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas
3
seperti pada Gambar 2.1 di halaman sebelumnya. Deteksi diskontinyuitas
dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran, bentuk arah diskontinyuitas,
struktur bahan maupun komposisinya. Cairan penetrant dapat meresap
kedalam celah diskontinyuitas yang sangat kecil. Pengujian penetrant tidak
dapat mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas. Proses ini banyak
digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface cracks),
kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll. Penggunaan uji liquid
penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non ferrous saja tetapi
juga pada keramik, plastik, gelas, dan benda-benda hasil bubuk metalurgi.
Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:
keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan
tersebut merambat hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan
yang ada dibawah permukaan benda, tidak akan terdeteksi dengan
menggunakan metoda pengujian ini.
1. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat
mengakibatkan indikasi palsu.
2. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-
benda hasil metalurgi yang kurang padat.
II.2 PRINSIP LIQUID PENETRANT TEST
Prinsip dari pengujian ini adalah memanfaatkan kemampauan
cairan penetrant untuk memasuki celah diskontinuitas serta kerja developer
untuk mengangkat kembali cairan yang meresap pada retakan, sehingga
cacat dapat terdeteksi. Berikut ini merupakan prosedur pemeriksaannya:
1. Pembersihan permukaan.
2. Penetration: pada tahap ini diberikan cairan penetrant pada permukaan
benda kerja yang diperiksa kemudian ditunggu beberapa saat (dwell
time). Sehingga cairan dapat masuk kedalam celah retakan.
3. Removal or excess penetrant: Pembersihan cairan penetrant dengan air,
pelarut, atau di lap saja. Pembersihan tidak boleh berlebihan, karena
dapat menyebabkan penetrant yang meresap akan terbilas semua.
4
4. Development: Pemberian serbuk developer pada permukaan yang telah
bersih. Cairan developer akan menyerap cairan penetrant kembali ke
permukaan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tegangan permukaan
antara cairan penetrant dengan developer.
5. Inspection
Keuntungan dari Liquid penetrant test adalah:
Mudah diaplikasikan.
Murah
Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi
kimianya.
Jangkauan pemeriksaan yang cukup luas.
Kekurangan dari Liquid penetrant test adalah:
Tidak dapat dilakukan pada benda berpori atau material produk
powder metallurgy. Hal tersebut akan menyebabkan terserapnya
cairan penetrant secara berlebihan sehingga dapat mengindikasi cacat
palsu.
Permukaan yang kasar menyebabkan kesulitan pada saat pembersihan
sisa penetrant.
Beberapa material (karet dan plastic) mungkin dapat terpengaruh oleh
penetrant yang berbahan dasar minyak.
Sangat tergantung pada keahlian operator, dan
II.3 KLASIFIKASI LIQUID PENETRANT
Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya
Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya memiliki
perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu system bergantung pada
faktor-faktor :
1) Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki
2) Karakteristik umum diskontinuitas/keretakan logam
3) Waktu dan tempat penyelidikan
5
4) Ukuran benda kerja
Metode pengujian liquid penetran ini diklasifikasikan sesuai
dengan cara pembersihannya, yaitu:
1. Water Washable Penetrant System
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses
pengerjaannya cepat dan efisien. Pembilasan harus dilakukan secara
hati-hati, karena liquid penetran dapat terhapus habis dari permukaan
diskontinyuitas.
2. Post Emulsifible System
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil,
menggunakan penetrant yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant
jenis ini dilarutkan dengan oli dan membutuhkan langkah tambahan
pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier yang dibiarkan
pada permukaan spesimen.
3. Solvent Removable System
Solvent removable sistem digunakan pada saat pre-cleaning dan
pembasuhan penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan
penetrant secara optimum dapat dicapai dengan cara mengelap
permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan dengan
solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan
kain kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan cara membanjiri
permukaan benda kerja dengan solvent.
Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini
ditunjukkan pada penampilannya yang kontras terhadap latar
belakang warna developernya. Proses ini tidak membutuhkan
pencahayaan ultra violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal
1000 lux untuk pengamatan.
6
2. Fluorescent Penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitas
fluorescent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultra violet yang lemah pada
ruangan yang gelap.
3. Dual Sensitivity Penetrant
Pada system ini, spesimen mengalami dua kali pengujian yaitu
visible penetrant dan fluorescent penetrant, sehingga dengan dual
sensitivitas dapat diperoleh hasil dengan ketelitian yang lebih tinggi
dan akurat.
II.4 ACCEPTABLE CRITERIA
Dalam uji ini material dapat dinyatakan memiliki cacat yang harus
di-reject apabila material tersebut secara umum memiliki ukuran cacat
yang lebih dari 1,6 mm, dan material tersebut dapat diterima apabila
permukaannya bebas dari :
1. Linier indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier apabila pada
cacat tersebut memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya.
2. Rounded indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada
cacat tersebut memili panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
o Material tersebut akan di-reject apabila memiliki
panjang atau lebar indikasi lingkaran lebih dari 4,8 mm.
o Material tersebut akan di-reject apabila memiliki 4 atau
lebih indikasi lingkaran yang tersusun dalam satu baris,
dengan jarak antara indikasi lingkaran kurang dari 1,6
mm.
Maka, apabila permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi
yang telah disebutkan di atas, material tersebut dapat diterima.
7
BAB III
METODOLOGI
III.1. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
III.1.1.Alat
a. Penggaris
b. Kain dan Tissue
c. Kamera
d. Timer (Stop Watch)
e. Lampu Meja Philips
f. Sikat Baja
g. Light meter
h. Thermo Gun
III.1.2. Bahan
a. Spesiment uji berupa weld part
b. Cleaner (SKC – S Magnaflux)
c. Liquid Penetrant (SKL – SP 1 Magnaflux)
d. Developer (SKD - S2 Magnaflux)
Pelaksana hendaknya menyediakan prosedur kerja dan alat pelindung diri
selama pengujian.
8
Gambar 3.1 Gambar Peralatan Uji Penetrant
Gambar 3.2 Cairan Developer, Cleaner dan Penetrant (urut dari kiri)
III.2. PROSEDUR PERCOBAAN
III.2.1 Menentukan Teknik Uji Liquid Penetrant
Sebelum percobaan dilakukan ditentukan terlebih dahulu teknik
yang digunakan dalam Liquid Penetrant Test, yaitu dengan
menggunakan Solvent Removable System. Solvent removable system
digunakan pada saat pre-cleaning dan pembasuhan penetrant.
Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara
optimum dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda
kerja dengan lap yang telah dilembabkan dengan solvent. Tahap
akhir dari pengelapan dilakukan dengan menggunakan kain kering.
Percobaan kemudian dilakukan dengan menggunakan material uji
berupa weld part.
III.2.2 Pre Celaning
Pertama-tama sebelum dilakukan pengujian liquid penetrant,
spesimen dibersihkan terlebih dahulu dengan cara menyikat dengan
sikat baja. Setelah itu mengelap permukaan spesimen menggunakan
kain lap, kemudian kain lap yang lebih bersih dibasahi dulu dengan
cleaner lalu digosokkan pada spesimen untuk membersihkan
spesimen dari kotoran, oli, lemak-lemak, dll. Proses pembersihan
spesimen (tahap pre-cleaning) tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.3 di bawah ini:
Kemudian spesimen disemprot dengan cleaner, lalu material uji
di-lap hingga benar-benar bersih.
9
Gambar 3.2 Proses pembersihan dengan sikat baja dan kain lap
III.2.3 Penentuan Dwell Time
Sebelum dilakukan penyemprotan liquid penetrant terlebih
dahulu ditentukan Dwell Time yang digunakan untuk proses
penetrasi liquid penetrant dengan baik. Dwell Time ditentukan
dengan dua pertimbangan, yang pertama ditentukan dari bahan
penetrant tersebut, dan yang kedua menggunakan tabel standard dari
ASME 2001 section V article 6 (Gambar 3.4), berdasarkan bahan
yang digunakan.
Karena material ujinya berupa baja maka Dwell Time
minimumnya adalah 5 menit.
III.2.4 Aplikasi Liquid Penetrant
Setelah itu dilakukan penyemprotan liquid penetrant ke material
uji dengan Dwell Time 5 menit yang ditujukan agar diperoleh
penetrasi cairan penetrant yang baik. Selain itu juga warna cairan
penetrant yang digunakan berbeda (kontras) dengan warna developer
yang digunakan supaya dapat diketahui secara visual diskontinyuitas
yang ada. Proses penyemprotan dilakukan secara merata pada
permukaan spesimen, hasil penyemprotan dapat dilihat pada
Gambar 3.5 berikut:
10
Gambar 3.4 Tabel Standart ASME untuk Dwelling Time
Gambar 3.4 Hasil penyemprotan cairan penetrant pada spesimen
III.2.5 Cleaning sisa penetrant
Setelah liquid penetrant disemprotkan, dan melalui waktu
Dwelling Time 5 menit, liquid penetrant yang ada di daerah spesimen
yang akan diamati, dibersihkan dengan menggunakan kain lap.
Caranya yaitu dengan mengelap permukaan spesimen dengan kain
yang telah dilembabkan dengan cleaner untuk membersihkan
permukaan spesimen hingga tidak ada lagi sisa penetrant yang ada
kecuali yang meresap di dalam diskontinyuitas. Perhatian kain yang
digunakan harus bersih karena dikhawatirkan kotoran yang ada pada
kain akan menempel pada spesimen uji.
III.2.6 Aplikasi Developer
Sesudah permukaan spesimen dibersihkan dari sisa penetrant,
setelah itu barulah disemprotkan cairan developer ke material uji
dengan jarak penyemprotan ± 25 centimeter. Sehingga diperoleh
penyemprotan yang merata ke seluruh permukaan material uji. Rata
atau tidaknya lapisan cairan developer dapat terlihat dari warna putih
yang tidak terlalu tipis atau pun tebal di permukaan spesimen seperti
pada Gambar 3.5 berikut:
III.2.7 Evaluasi
Setelah spesimen disemprot dengan liquid penetrant dengan rata,
kemudian ditunggu selama 20 menit hingga benar-benar diperoleh
hasil yang baik lalu kita mengamati adanya warna liquid penetrant
yang tampak karena terangkat keluar kepermukaan oleh developer.
11
Gambar 3.5 Permukaan benda setelah disemprot cairan developer
Warna yang tampak tersebut kemudian diukur panjangnya dan
didokumentasikan untuk diperoleh data yang lebih baik mengenai
diskontinyuitas yang diperoleh dari pengujian Non-Destructive Test
dengan menggunakan cairan Penetrant. Hasil dari tahap ini ialah
munculnya cairan penetrant yang terserap oleh developer, sehingga
dapat dilakukan penilaian terhadap indikasi seperti yang terlihat pada
Gambar 3.6 berikut:
Sebelum proses evaluasi / inspeksi terlebih dahulu dilakukan
pengukuran pada temperature spesimen (dengan thermo gun) dan
intensitas cahaya (dengan light meter) dalam ruangan uji. Penetrant
test tipe ini membutuhkan cahaya putih dalam ruangan minimal 1000
lux (100 foot candle) serta dapat dilakukan pada temperature (10 –
52 0C). Apabila kondisi pencahayaan diatas belum terpenuhi, maka
dapat dilakukan instalasi penerangan tambahan dengan lampu Philips
Essential 18W seperti tampak pada Gambar 3.6 berikut:
12
Gambar 3.5 Cairan penetrant perlahan merembes keluar menunjukkan adanya indikasi
Gambar 3.6 Instalasi lampu meja sebagai penerangan buatan
III.2.8 Post Cleaning
Setelah diadakan evaluasi, tahap yang terakhir yaitu
pembersihan spesimen. Spesimen dibersihkan dengan cara mengelap
permukaan menggunakan kain lap, kain lap yang telah dibasahi
dengan cleaner, kemudian specimen disemprot dengan cleaner
kemudian dilap lagi dengan kain lap. Hal ini ditujukan agar cairan
penetrant dan developer yang telah disemprotkan pada spesiment
dapat terangkat, sehingga spesiment bersih seperti pada tahap pre-
cleaning.
Gambar 3.2 di bawah ini menunjukkan tahapan kerja yang
terjadi pada spesimen secara singkat saat pengujian dengan metode
Liquid Penetrant:
13
Gambar 3.2 Tahapan Penetran Test ditinjau dari cairan penetrant
BAB IV
ANALISIS DATA
IV.1 Data Hasil Percobaan
Berikut merupakan data hasil percobaan yang diperoleh berdasarkan uji
penetrant test, ditampilkan pada Tabel 3.1:
Date : Wednesday, 20th September 2015
Material : Steel
Welding Process / Position : 1G / SMAW
Reference : ASME 2001 Section V Article 6
No Part/ItemSize (mm) Type of
Defect
ResultRemark
width length Accepted Rejected
1 Plat A1 85 130Linear
Indication√
Perbaikan
atau
Penggantian
Material
2 Plat E 182 214Rounded
Indication√ OK
Pada percobaan ini, dwell time ditentukan selama minimal 5 menit (material
steel). Kondisi cahaya pada ruangan kurang dari 100 fc. Sehingga digunakan alat
bantu berupa lampu Philips Essential 18W dan diperoleh nilai intensitas 145,6
fc.untuk plat A1 dan 116 fc untuk plat E. Jarak dari lampu ke spesimen A1 adalah
17,5 cm dan spesimen E adalah 17,3 cm, pengaturan lampu terhadap spesimen
tampak pada Gambar 4.1. Setelah dilakukan pengukuran dengan Thermo Gun,
suhu spesimen berada pada 260C.
14
Tabel 4.1 Hasil Uji Penetrant Test
Gambar 4.1 Posisi Lampu terhadap spesimen A1
17,5 cm
Lembar kerja hasil percobaan penetrant test secara lengkap dilampirkan
pada halaman berikutnya.
15
IV.2 Pembahasan
Saat dilakukan evaluasi terhadap kedua benda, dapat diketahui bahwa
terdapat diskontinuitas pada keduanya. Baik pada plat A1 maupun plat E, berikut
merupakan penjelasan lengkapnya:
IV.2.1 Plat A1
Setelah dilakukan tahap Evaluasi pada spesimen, diperoleh hasil
bahwa ditemukan empat diskontinuitas berukuran >1,5 mm yang ditandai
warna merah (cairan penetrant) yang terserap ke permukaan oleh
developer seperti tampak pada Gambar 4.2 di bawah ini. Kesemua
diskontinuitas relevan dengan tipe Linear Indication dengan panjang
indikasi > tiga kali lebarnya, dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
No Part / ItemSize (mm)
Type of Defectwidth length
1. Indikasi 1 (L1) 1 23 Linear Indication
2. Indikasi 2 (L2) 1 33 Linear Indication
3. Indikasi 3 (L3) 1 12,5 Linear Indication
4. Indikasi 4 (L4) 1,5 22,5 Linear Indication
16
Tabel 4.2 Daftar diskontinuitas yang ditemukan pada Plat A1
Gambar 4.2 Sketsa lengkap spesimen uji (plat A1) setelah diberi cairan developer
Gambar 4.2 diatas merupakan sketsa lengkap dari spesimen yang
menunjukkan urutan diskontinuitas, mulai L1, L2, L3 hingga L4, juga
indikasi palsu. Dengan hasil seperti gambar diatas dapat ditentukan bahwa
hasil penilaian pada plat A1 adalah rejected. Sehingga harus dilakukan
repair pada spesimen berdasarkan posisi yang telah ditentukan pada
lampiran lembar kerja.
Selain itu, ditemukan dua titik indikasi palsu pada plat A1 yang
diakibatkan karena proses pembersihasn sisa penetrant yang kurang pada
bagian tengah (ditunjukkan oleh lingkaran hijau pada Gambar 4.3) plat
A1. Sehingga menimbulkan bercak merah pada spesimen meskipun tidak
ditemukan guratan (retakan) atau lubang di permukaan.
IV.2.2 Plat E
Tidak jauh berbeda dengan plat A1, setelah dilakukan tahap
Evaluasi pada spesimen, diperoleh hasil bahwa ditemukan sebuah
diskontinuitas berukuran >1,5 mm yang ditandai warna merah (cairan
penetrant) yang terserap ke permukaan oleh developer seperti tampak pada
17
Gambar 4.3 Pada tahap evaluasi dapat ditemukan beberapa indikasi (diskontinuitas) seperti tampak pada gambar di samping.
Gambar 4.3 di bawah ini. Bedanya, diskontinuitas pada spesimen isi
hanya satu, dan revelan dengan Rounded Indication karena panjangnya <
tiga kali lebarnya. Ukuran diskontinuitas spesimen plat E tampak pada
Tabel 4.3 di bawah ini:
No Part / ItemSize (mm)
Type of Defectwidth length
1. Indikasi 1 (R1) 3 3,5 Rounded Indication
Namun, ukuran indikasi tidak memenuhi persyaratan Rounded
Indication yakni < 4,8 mm sehingga dapat diabaikan.
18
Gambar 4.4 Pada tahap evaluasi dapat ditemukan beberapa indikasi (diskontinutitas) seperti tampak pada gambar di samping.
Dengan hasil tersebut dapat ditentukan bahwa hasil penilaian pada
plat E adalah accepted. Selain itu, ditemukan tiga titik indikasi palsu pada
plat E yang diakibatkan karena proses pembersihasn sisa penetrant yang
kurang pada ujung sisi-sisi plat. Sehingga menimbulkan bercak merah
pada spesimen (ditandai dengan lingkaran hijau pada Gambar 4.4)
meskipun tidak ditemukan guratan (retakan) atau lubang di permukaan.
19
BAB VPENUTUP
V.I..KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terdapat
discontinuity pada material uji yakni berupa diskontinuitas garis yang memanjang
pada permukaan material. Dan pada material uji (plat) yakni berupa diskontinuitas
berbentuk lingkaran. Serta pada percobaan pengujian material weld part yang
menggunakan pengujian penetran tipe visible dengan metode solvent removable ini,
kami menggunakan bantuan pencahayaan dengan lampu Philips Essential 18 Watt
dengan intensitas pencahayaan 145,6 Fc untuk plat A1 dan 116 fc untuk plat E.
Pada percobaan ini kami menemukan diskontinuitas pada permukaan material
yaitu :
No Part / ItemSize (mm)
Type of Defectwidth length
Plat A1
1. Indikasi 1 (L1) 1 23 Linear Indication
2. Indikasi 2 (L2) 1 33 Linear Indication
3. Indikasi 3 (L3) 1 12,5 Linear Indication
4. Indikasi 4 (L4) 1,5 22,5 Linear Indication
Plat E
1. Indikasi 1 (R1) 3 3,5 Rounded Indication
V.II. SARAN
Pada saat pengujian menggunakan ASME 2001 Section V Article 6,
seharusnya pada waktu melakukan pengujian, menggunakan ASME yang terbaru
yaitu ASME 2004, sebab ASME melakukan revisi secara periodik dan lebih up to
date bila menggunakan ASME yang terbaru. Serta saat melakukan penetran test
seharusnya praktikan disediakan APD yang relevan, karena cairan penetran dapat
mengakibatkan iritasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
ASME. 2001. Section V Article 6
Munir, Moh. Miftachul. 2012. Modul Praktek Uji Bahan. Surabaya: Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya
Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:
PT. Pradya Paramita
Saputra, Wanda. 2014. Metalurgi Fisik: Liquid Penetrant Test. Pekanbaru: Uni-
versitas Muhammadiyah Riau
21