Upload
budhi-agung-prasetyo
View
63
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Lap. Resmi Dinamika Populasi Ikan
Citation preview
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI
STUDI SURPLUS PRODUKSI DEMERSAL DI KABUPATEN
DEMAK
Oleh:Kelompok 18
Ana Triana K2A 008 008
Gawang Pandu H K2A 008 033
M. Gilang Nur F K2A 008 053
Ardana Yulisa K2A 008 085
JURUSAN PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
2007
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendugaan Stok Ikan Model Surplus Produksi
Stok ikan sesungguhnya merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai
dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu
tertentu. Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa
melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka
sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomasnya.
Kegiatan pendugaan stok ikan disebut sebagai fish stock assessment dan
metode yang digunakan disebut stock assessment methods. Leonart (2002),
menyatakan bahwa stock assessment merupakan suatu kegiatan pengaplikasian ilmu
statistika dan matematika pada sekelompok data untuk mengetahui status stok ikan
secara kuantitatif untuk kepentingan pendugaan stok ikan dan alternatif kebijakan ke
depan.
Metoda surplus production digunakan untuk menduga ikan dengan
memanfaatkan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di
tempat pendaratan ikan. Pendekatan Surplus Production relatif lebih murah
dibandingkan metode lainnya. Kunci keberhasilan penggunaan metode ini adalah
keakuratan sumber data yang digunakan. Ironisnya, adapun data hasil tangkapan dan
upaya penangkapan yang kita miliki sekarang kurang begitu akurat. Data sering
dimanipulasi untuk berbagai kepentingan pejabat pemerintah, sehingga tidak jarang
data yang dilaporkan tidak sinkron dan akurat.
2.1.1. Pendugaan stok pada perikanan tereksploitas
Menurut Rahardjo (1985), surplus produksi merupakan teori yang mengukur
reproduksi, pertumbuhan dan mortalitas baik mortalitas alami atau mortalitas
penangkapan. Surplus produksi bertujuan untuk mengetahui besar potensi di alam,
besar produksi yang boleh ditangkap agar sumberdaya lestari dan jumlah atau trip alat
tangkap yang boleh dioperasiakan.
Menurut Effendi (1997), penggunaan model dalam perikanan bertujuan untuk
menentukan perubahan jumlah pada sumber daya perairan yang disebabkan oleh
eksploitasi dan menentukan beberapa banyak spesies yang dapat diambil tanpa
mengakibatkan perubahan alam yang layak dan berkesinambungan. Maximum
Sustainable Yield mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memaksimumkan kualitas hasil;
2. Tingkat maksimum tersebut dapat dicapai dan dilestarikan;
3. Hasil tangkapan secara fisik merupakan keberhasilan usaha perikanan.
Rekruitmen adalah penambahan anggota baru ke dalam suatu kelompok.
Dalam hal ini rekruitmen merupakan kelanjutan proses reproduksi yang bersifat
menambah biomassa. Untuk rekruitmen tidak terjadi, jika terjadi penyatuan
organisme dengan populasi induk. Untuk ikan yang mempunyai fekunditas tinggi,
rekruitmen terjadi sangat lama. Rekruitmen langsung terjadi jika ikan tersebut bersifat
parental care, artinya terdapat perlindungan induk terhadap anaknya (Effendi, 1997).
Secara sederhana Yield adalah porsi atau bagian yang diambil oleh manusia.
Mortalitas karena pengambilan ialah yang dimaksud dengan yield. Diantara beberapa
usaha yang dilakukan manusia perikanan ialah menentukan penangkapan yang
seimbanng tetapi maksimum atau maximum sustainable yield (MSY). Keseimbangan
stok akan terganggu apabila penangkapan melampaui batas seperti apabila
pengambilan stok yang dapat diambil secara tetap dimana sebenarnya secara
komersial tidak memadai lagi (Effendi, 1997).
2.2.1. Model schaefer
Menurut Suradi (2009), data yang diperlukan sebagai masukkan model
schaefer adalah upaya per tahun dan hasil tangkapan (dalam berat) per unit upaya per
tahun. Nilai ini di peroleh sesaat setelah kapal pertama melakukan penangkapan pada
stok untuk pertama kalinya.
Menurut Suradi (2009), model schaefer hanya diterapkan terhadap nilai f
(upaya per tahun) yang lebih rendah dari – a/b. Dengan pernyataan lain model
schaefer hanya diterapkan bagi perikanan yang upayanya belum mencapai optimum.
Menurut Birkin et al. (1996), data yang terkumpul dianalisis dengan metoda
sederhana/analisis deskriptif yang hasilnya dapat berupa tabel, gambar, histogram,
grafik dan lainnya. Selain itu juga digunakan model-model pendugaan yang telah
dikemukakan oleh para ahli perikanan seperti : Surplus Production Model (Metoda
Schaefer dan Fox).
Menurut Wijayanto (2008), model Gordon-Schaefer dikembangkan oleh
Schaefer yang menggunakan fungsi pertumbuhan logistik yang dikembangkan oleh
Gordon. Model fungsi pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan dengan prinsip
ekonomi, terutama konsep maksimalisasi profit. Dalam model Gordon-Schaefer
pendekatan statik dipergunakan tiga kondisi keseimbangan, yaitu: maximum
sustainable yield (MSY), maximum economic yield (MEY) dan open access
equilibrium (OAE).
2.2.2. Model fox
Menurut Suradi (2009), data yang diperlukan sebagai masukkan model fox
adalah upaya per tahun dan hasil tangkapan (dalam berat) per unit upaya per tahun.
Nilai ini di peroleh sesaat setelah kapal pertama melakukan penangkapan pada stok
untuk pertama kalinya.
Menurut Wijayanto (2008), pada model Fox, diperhitungkan adanya
decreasing rate upaya penangkapan. Hal itu berbeda pada model Gordon-Schaefer
karena asumsi decreasing rate upaya diabaikan atau menggunakan asumsi constant
rate upaya penangkapan. Tingkat decreasing rate penangkapan dapat dilihat pada
besarnya betha. Apabila betha sama dengan 1, maka tidak terjadi decreasing rate
upaya penangkapan seperti pada model Gordon-Schaefer. Sedangkan pada model
Fox, betha tidak sama dengan 1.
2.3. Sumberdaya Ikan Demersal di Kabupaten Demak
Perairan Demak mempunyai kondisi biofisik yang relatif sama di utara Jawa
Tengah, yaitu didukung oleh ekosistem pantai dan estuarin. 3. Keaanekaragaman
hayati yang ditunjukan oleh indeks kekayaan dan indek keanekaragaman jenis ikan
demersal dan udang di perairan Demak masing-masing terdapat 22 jenis ikan yang
cukup melimpah dan 13 jenis yang paling melimpah. 6. Ikan petek (famili
Leiognathidae) yang terdiri dari 7 jenis mendominasi hasil tangkapan jaring arad di
kedua perairan tersebut. Biodiversitas spesies cucut di Demak cukup tinggi. Struktur
populasi, terutama komposisi ukuran dari masing-masing spesies menunjukkan
variasi yang tinggi dengan kisaran panjang yang relatif cukup lebar
(http://www.brkp.dkp.go.id/basisdata/index.php?
com=riset&task=view&id=448&PHPSESSID=ec578bb48d8ff30089bc797592dc335
6)
2.4. Alat Tangkap Ikan Demersal di Kabupaten Demak
Alat tangkap yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap pari dan cucut
antara lain : jaring insang tetap, trammel net, dan dogol. Ketiga alat tangkap demersal
ini lebih sering digunakan oleh nelayan di Demak. Karena penggunaannya yang
mudah dan hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap ini juga lumayan
banyak (http://www.brkp.dkp.go.id/basisdata/index.php?com).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Dinamika Populasi mengenai Studi Surplus
Produksi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Produksi Ikan Demersal di Kabupaten Demak.
Tahun
Jenis Ikan Jumlah
Produksi
(Ton)Manyung Boloso
Kakap
Merah
Kaka
p Gulamah Pari
Bawal
Hitam
Bawal
Putih
Kerapu
Karang Layur
Kakap
Putih Peperek
1999 4,1 140,2 0 3,2 84,7 13,9 0,9 1,2 0 0 0 213,3 461,5
2000 4,1 119,7 0 1,2 69,4 11,9 7,8 0 0 0 0 176,1 390,2
2001 1,2 104,3 0 1,3 58 11 0 10,8 0 69,6 0 128,7 384,9
2002 0,8 41,5 0 2,9 22,9 4 11,9 0 0 87,2 0 68,1 239,3
2003 0 8,1 0 3,5 11 1,9 6,6 0 0 0 0 12,9 44
2004 0 0 0 0 11,9 8,5 21,1 0 1 70,4 2,8 19,8 135,5
2005 0 0 0,7 0 64,8 11,2 11 0 0 67,9 7,8 70,2 233,6
2006 0 0 7 0 32,9 11,7 27,1 0 0 42,5 2,4 36 159,6
2007 0 0 0,2 0 109 2,8 25,5 0 0 99,9 16,1 99,6 353,1
2008 0 0 1,4 0 93,2 0 4,3 4,1 0 0 3,4 164,7 271,1
Tabel 2. Jumlah Trip per Alat Tangkap Ikan demersal di Kabupaten DemakTahun Alat Tangkap (Trip)
Jumlah Produksi (Ton) Dogol Jaring Insang Tetap Trammel net
1999 33.381 1030 929 35.340
2000 11193 920 0 12.113
2001 8821 500 0 9.321
2002 4517 470 0 4.987
2003 2.437 86 0 2.523
2004 5236 0 0 5.236
2005 5487 0 0 5.487
2006 5.254 0 0 5.254
Tahun
Alat Tangkap (Trip)Jumlah Produksi (Ton)
Dogol Jaring Insang Tetap Trammel net
2007 5.212 0 0 5.212
2008 5.212 0 0 5.212
Tabel 3. Jumlah Produksi per Alat Tangkap Ikan demersal di Kabupaten Demak
Tahun
Alat Tangkap (Ton)Jumlah Produksi (Ton)
Dogol Jaring insang tetap Trammel net
1999 1416,1 6,5 16,8 1439,4
2000 1333,4 0 9,2 1342,6
2001 1037,1 0 5 1042,1
2002 603,4 0 1,7 605,1
2003 541,7 0 1,3 543
2004 354,2 0 0 354,2
2005 484,1 0 0 484,1
2006 345,3 0 0 345,3
2007 126,2 0 0 126,2
2008 433,1 0 0 433,1
Tabel 4. CPUE per Alat Tangkap Ikan Demersal di Kabupaten Demak
Tahun Alat
Tangkap
Produksi Trip CPUE FPITrip
Standart
1999 Dogol 1416,1 33381 0,042 1 33381
Jaring insang tetap 16,8 1030 0,016 0,384 396,018
Trammel net 6,5 929 0,007 0,165 153,221
33930,239
2000 Dogol 1333,4 11193 0,119 1 11193
Jaring insang tetap 9,2 920 0,010 0,084 77,228
Trammel net 0,0 0 0,000 0,000 0
11270,228
2001 Dogol 1037,4 8821 0,118 1 8821
Jaring insang tetap 5,0 500 0,010 0,085 42,515
Trammel net 0,0 0 0,000 0,000 0
8863,515
2002 Dogol 603,4 4517 0,134 1 4517
Jaring insang tetap 1,7 470 0,004 0,027 12,726
Trammel net 0,0 0 0,000 0,000 0
4529,726
2003 Dogol 541,7 2437 0,222 1 2437
Jaring insang
tetap 1,3 86 0,015 0,068 5,848
Trammel net 0 0 0,000 0,000 0
2442,848
Tahun
Alat
Tangkap Produksi Trip CPUE FPI
Trip
Standart
2004 Dogol 345,2 5236 0,066 1 5236
Jaring insang tetap 0 0 0,000 0 0
Trammel net 0 0 0,000 0 0
5236
2005 Dogol 484,1 5487 0,088 1 5487
Jaring insang tetap 0 0 0,000 0 0
Jrammel net 0 0 0,000 0 0
5487
2006 Dogol 345,3 5254 0,066 1 5254
Jaring insang tetap 0 0 0,000 0 0
Trammel net 0 0 0,000 0 0
5254
2007 Dogol 126,2 5212 0,024 1 5212
Jaring insang
tetap 0 0 0,000 0 0
Trammel net 0 0 0,000 0 0
5212
2008 Dogol 433,1 5212 0,083 1 5212
Jaring insang
tetap 0 0 0,000 0 0
Trammel net 0 0 0,000 0 0
Tabel 5. Perkembangan Produksi,Trip Standard,CPUE Standard, Ln CPUE Standard dan Trip Standard di Kabupaten Demak
Tahun Produksi Trip Standard CPUE Standard Ln CPUE Standard
1999 461,5 33533 0,014 -4,268
2000 390,2 11270 0,035 -3,352
2001 384,9 8864 0,043 -3,146
2002 239,3 4530 0,053 -2,882
2003 44,6 2479 0,018 -4,017
2004 135,5 5236 0,026 3,649
2005 233,6 5487 0,043 -3,17
2006 159,6 5254 0,030 -3,506
2007 353,1 5212 0,068 -2,688
2008 271,1 5212 0,052 -2,956
Grafik 1. Grafik Perkembangan Produksi
Grafik 2. Grafik Perkembangan Usaha Penangkapan
Grafik 3. Grafik Perkembangan CPUE per Tahun
Grafik 4. Grafik Hubungan CPUE dan Trip
Hubungan CPUE dan Trip
y = -9E-07x + 0,0457
0,000
0,010
0,020
0,030
0,040
0,050
0,060
0,070
0,080
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000
Trip Standard
CP
UE
Sta
nd
ard
Grafik 5. Grafik Hubungan ln CPUE dan Trip
y = -0,6438Ln(x) + 3,0274
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000
Trip Standard
ln C
PU
E
Grafik 6. Grafik MSY
Series1; 0; 0
Series1; 26123,26157; 2,18894E-07
Series1; 52246,52314; 0
0
0,00000005
0,0000001
0,00000015
0,0000002
0,00000025
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Trip Standard
Pro
du
ksi
4.1.1. Gambaran umum kabupaten Demak
Letak geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian
Utara dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang
merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat
potensial sebagai daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada
pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak
terletak pada koordinat 60 43' 26" - 70 09' 43" Lintang Selatan dan 110 ° 27' S8" -
1100 48' 47" Bujur Timur (http://www.demakkab.go.id/potensi-daerah/gambaran-
umum.html. Diunduh pada 5 Mei 2010. 13.05).
Luas Wilayah Kabupaten Demak adalah 88.743 ha, sedang luas laut 252,34
ha. Topografi, Luas kemiringan lahan : metiputi datar : 0 – 2%, seluas : 88.765 ha,
bergelombang (2 – 15%) 834 ha, curam (15 – 40%) seluas : 408 ha, serta sangat
curam (>40%) seluas :136 ha. Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dari
permukaan laut (elevasi), wilayah Demak terletak dari 0 m sampai dengan 100 m dari
permukaan laut. Sedang dilihat dari tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak
terdiri atas tekstur tanah halus (liat) seluas 49.066 ha dan tekstur tanah sedang
(lempung) seluas 40.677 ha (http://www.demakkab.go.id/potensi-daerah/gambaran-
umum.html. Diunduh pada 5 Mei 2010. 13.05).
Menurut http://www.demakkab.go.id, Kabupaten Demak dengan bentang
Barat ke Timur sepanjang 49 km dan bentang Utara ke Selatan sepanjang 41 km,
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa.
b. Sebelah Timur : Kab. Kudus dan Kab. Grobogan
c. Sebelah Selatan : Kab. Grobogan dan Kab. Semarang.
d. Sebelah Barat : Kota Semarang.
Kabupaten Demak mempunyai potensi Perikanan yang sangat melimpah baik
perikanan laut maupun perikanan darat, dengan garis pantai sepanjang 34,71 Km
menyebar di 4 kecamatan (Sayung, Karangtengah, Bonang dan Wedung). Potensi
lahan pertambakan seluas 10.000 Ha yang menghasilkan bandeng dan udang, kiranya
masih dapat dikembangkan untuk budidaya kepiting, kerapu dan sebagainya
(http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?
kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10).
Hasil produksi perikanan laut di Demak pada tahun 2004 adalah 2.075.648 Kg
dengan nilai Rp. 5.044.421.000. Aktivitas perikanan ini didukung oleh 3.594 perahu
dengan berbagai jenis dan ukuran, 3.527 nelayan juragan, 6.848 nelayan pandega,
4.022 petani tambak dan 3.113 petani kolam. Sedangkan untuk prasarana lainnya,
tersedia pusat pendaratan ikan diantaranya yaitu PPI Moro Demak di Kecamatan
Bonang serta TPI Buko dan yang terakhir TPI Bungo di Kecamatan Wedung
(http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?
kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10).
Hasil perikanan yang menjadi aset tersendiri bagi wilayah ini yang terus
dikembangkan produksi serta jenis produknya. Berbagai sosialisasi tentang
peningkatan mutu hasil perikanan ini terus ditingkatkan untuk memberikan hasil yang
maksimal. Hasil produk perikanan tersebut antara lain yakni dengan terasi udang
serta ikan asin kering yang sudah dipasarkan hingga keluar daerah
(http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?
kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10).
4.1.2. Perkembangan sumber daya perikanan di Kabupaten Demak
Program pembangunan perikanan dan kelautan diarahkan untuk
mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang ada baik sumber daya
perikanan tangkap maupun budi daya serta mengoptimalkan unit-unit usaha
pengolahan ikan agar dapat menghasilkan produk-produk yang bernilai tambah dan
meningkatkan daya saing baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Untuk
mewujudkan harapan tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kawasan, yaitu kawasan pengembangan agropolitan yang telah ditetapkan serta luar
kawasan pengembangan agropolitan.
Prioritas programnya meliputi optimalisasi pemanfaatan lahan budi daya
perikanan, peningkatan produksi, peningkatan kualitas hasil pertanian, peningkatan
jaringan pemasaran hasil, serta peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan
nelayan. Pengembangan sumber daya perikanan di kota Demak di pusatkan pada
kegiatan pengembangan kepiting bakau/soka, antara lain dengan pelatihan
pengelolaan reservaat, dan sarana-prasarana pengembangan kepiting. Kegiatan lain
yang tidak kalah penting adalah penangkapan. Yaitu optimalisasi alat tangkap ramah
lingkungan sehingga populasi ikan di daerah Demak tetap terjaga dan tidak
mengakibatkan adanya overfishing. Kegiatan peningkatan mutu produk hasil
perikanan, antara lain dengan perbaikan jalur pemasaran dengan sistem rantai dingin,
peningkatan sarana-prasarana Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan (LPPMHP), perbaikan mutu olahan hasil perikanan dengan tidak
menambah bahan berbahaya, peningkatan mutu ikan hasil tangkapan nelayan, serta
pelatihan SDM pengolah ikan.
Kegiatan pelestarian lingkungan dalam upaya pengendalian eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya kelautan, antara lain melalui penanganan abrasi dan
pemanfaatan akresi, seperti pembuatan dan pemasangan groin, dan rehabilitasi habitat
vital (http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/31/nas13.htm. Diunduh 5 Mei
2010.13.15).
4.2. Pembahasan
Grafik 1.
Dari hasil grafik 1, grafik Perkembangan Produksi di Kabupaten Demak dapat
diketahui perkembangan produksi per tahun ikan demersal pada tahun 1999 sampai
2003 mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2004 sampai 2008 memgalami
fluktuasi. Pada tahun 2003 jumlah produksinya yang di peroleh merupakan nilai yang
terendah yaitu sebesar 44 ton. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 1999 terjadi
penurunan jumlah produksi. Pada tahun 1999 terlihat bahwa nilai produsi tinggi. Hal
ini berarti produksi yang dihasilkan dapat maksimal.
Grafik 2.
Dari hasil grafik 1, grafik Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Demak dapat
diketahui perkembangan produksi per tahun ikan demersal pada tahun 1999 sampai
2003 mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2004 sampai 2008 tidak
memgalami fluktuasi atau perkembangan alat tangkapnya stagnan. Pada tahun 2003
jumlah produksinya yang di peroleh merupakan nilai yang terendah yaitu sebesar
2253 trip.
Grafik 3
Dilihat dari grafik perkembangan CPUE pertahun di Kabupaten Demak dapat
diketahui perkembangan CPUE per tahun ikan demersal pada tahun 1999 nilai CPUE
yang di peroleh merupakan nilai yang terendah yaitu sebesar 0,014. Hal ini
menunjukan bahwa pada tahun 1999 terjadi overfishing. Pada tahun 2007 terlihat
bahwa nilai CPUE yang diperoleh merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 0,068, hal
ini menunjukan bahwa telah terjadi pengurangan trip penangkapan ikan di Kabupaten
Demak pada tahun 2007 sehingga nilai CPUE nya dapat naik. Bila trip penangkapan
di kurangi maka hasil tangkapan dapat maksimal.
Grafik 4
Dilihat dari grafik perkembangan CPUE pertahun di Kabupaten Demak dapat
diketahui perkembangan CPUE per tahun ikan demersal pada tahun 1999 nilai CPUE
yang di peroleh merupakan nilai yang terendah yaitu sebesar 0.014. Hal ini
menunjukan bahwa pada tahun 1999 terjadi overfishing. Pada tahun 2007 terlihat
bahwa nilai CPUE yang diperoleh merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 0.068, hal
ini menunjukan bahwa telah terjadi pengurangan trip penangkapan ikan di Kabupaten
Demak pada tahun 2007 sehingga nilai CPUE nya dapat naik. Bila trip penangkapan
di kurangi maka hasil tangkapan dapat maksimal. Berdasarkan gambar terlihat bahwa
persebaran data cenderung mengikuti pola eksponensial.
Grafik 5
Dari hasil grafik hubungan antara ln CPUE dengan Trip Standard dapat di
ketahui bahwa antara CPUE (Catch Per Unit Effort) dengan trip standard
menunjukkan nilai negatif, tetapi pada saat trip standard berjumlah 5000 dan ln
CPUE 3,649 bernilai positif pada tahun 2004. Sebagian nilai hubungan antara ln
CPUE dengan trip standard bernilai negatif yang artinya antara trip standard yang
digunakan dalam penangkapan ikan demersal di kabupaten Demak dapat
mengakibatkan overfishing di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan adanya ketidak
seimbangan antara trip standard dengan hasil tangkapan.
Grafik 6
Dari hasil grafik Msy, diperoleh hasil bahwa status perikanan ikan demersal di
kabupaten Demak tahun 1999 sampai 2008 adalah under fishing. Dimana
menjelaskan bahwa antara trip penangkapan dan hasil tangkapannya tidak seimbang.
Sehingga perlu dilakukan pengelolaan terhadap kondisi perikanan di Kabupaten
Demak,
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta
Gulland, J.A. 1976. Manual of Methods For Fish Stock Assesment . Part I; Fish population Analysis. Fourt Edition.FR-/S/S.MU FAO, Rome.
Leonart, J, 2002, Overview of Stock Assessment Methods and Their Sustainability to Mediterranean Fisheries. 5th Session of SAC-GFCM, Rome 1-4 July 2002
Saputra, Suradi Wijaya. 2009. Buku Ajar Berbasis Riset Dinamika Populasi Ikan. Undip: Semarang.
Sparre, P.E. Ursin and S.V. Venema. 1989. Introduction To Tropical Fish Stock Assessment. Part I Manual FAO. Fisheries Tech. Rome
http://www.brkp.dkp.go.id/basisdata/index.php?com=riset&task=view&id=448&PHPSESSID=ec578bb48d8ff30089bc797592dc3356)
(http://www.demakkab.go.id/potensi-daerah/gambaran-umum.html. Diunduh pada 5 Mei 2010. 13.05.
http://www.promojatengpemprovjateng.com/detilproduk.php?kota=Demak&produk=Pertanian. Diunduh 5 Mei 2010. 14.10.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/31/nas13.htm. Diunduh 5 Mei 2010.13.15.