Author
juanita-hariandja
View
1.251
Download
7
Embed Size (px)
ANALISIS PERAMALAN PENGGUNAAN MATERIAL UNTUK PERHITUNGAN REORDER POINT DAN REORDER QUANTITY PADA BAGIAN INVENTORY PT INCO TBK SOROWAKOLAPORAN KERJA PRAKTEKDiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mata Kuliah TI-421, Kerja Praktek Pada Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Harapan Bangsa
Disusun oleh: Nama NIM : Juanita : 1506011
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA BANDUNG 2009
ABSTRAKDefinisi peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa. Dengan adanya jumlah barang yang dibutuhkan suatu perusahaan, akan mengakibatkan timbulnya kebutuhan untuk mengelola barang, baik dalam pemesanan barang maupun dalam mengatur persediaan barang. Selain jumlah barang yang dibutuhkan, jangka waktu pemesanan dan penerimaan barang pun mempengaruhi tingkat persediaan barang. Permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan barang di PT. INCO Soroako ialah mengenai penggunaan barang yang seringkali melebihi kebutuhan yang direncanakan. Selain itu, jumlah kebutuhan yang berubah-ubah tanpa adanya jumlah yang jelas semakin mempersulit perencanaan untuk penyediaan barang yang ditetapkan. Salah satu alat yang dapat digunakan ialah peramalan penggunaan barang. Oleh sebab itu, peramalan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil perkiraan penggunaan periode mendatang. Semakin baik hasil peramalan, maka semakin efisien pula pengendalian persediaan yang dilakukan. Peranan peramalan sangat penting, baik dalam penelitian, perencanaan, maupun pengambilan keputusan. Pada penelitian ini, peramalan dilakukan untuk tiga buah material, yaitu Electrode Paste, Adhesive, dan Ballast Lamp. Peramalan dilakukan menggunaklan software WinQSB. Hasil peramalan menyatakan bahwa setiap material tidak dapatdiramalkan dengan satu metode saja. Hasil peramalan kemudian sigunakan untuk menghitung ROP dan ROQ, sehingga dapat diketahui titik pemesanan kembali yang terhitung dan juga jumlah saat pemesanan kembali dilakukan. Dengan demikian, hasil perhitungan ROP dan ROQ dapat mengoptimalkan biaya yang dibebankan pada setiap material sehingga 5
semakin baik hasil peramalan yang didapatkan, maka semakin optimal pula hasil ROP dan ROQ yang didapat.
6
PRAKATAPuji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih dan anugerah-Nya yang besar telah memberikan kekuatan dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat melakukan Kerja Praktek di PT. International Nickel Indonesia, Tbk. Sorowako serta menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Laporan Kerja Praktek ini merupakan tugas yang diberikan dalam rangka memenuhi syarat mata kuliah (TI 421) Kerja Praktek pada Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa. Laporan Kerja Praktek ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dorongan, fasilitas, dan arahan serta nasehat dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :. 1. Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan-Nya, kasih-Nya, dan perbuatan-Nya yang dashyat. 2. Keluarga, terlebih mama yang selalu memberikan dukungan dan nasehatnya. 3. Tante Christina Ken Widati yang telah mengupayakan penulis untuk dapat melakukan kerja praktek di perusahaan dan telah memberikan fasilitas kepada penulis selama kerja praktek. 4. Bapak Jemmy yang telah memberikan bimbingannya selama melakukan Kerja Praktek. 5. Bu Titin yang selalu membimbing dan memberikan bantuan selama melakukan Kerja Praktek. 6. Bapak Ir. Roland Y.H, Silitonga selaku kepala departemen Teknik Industri ITHB dan juga yang telah memberikan masukan selama kerja praktek. 7. Bapak Anggoro Prasetyo Utomo, ST., MT. yang telah memberikan perhatian dan bimbingannya. 8. Pak Taha, Pak Kresna, Kak Ranti yang selalu menemani dan membantu selama kerja praktek. 7
9. Irwan, yang memberikan masukan dan menjadi tempat bertukar pikiran selama kerja praktek. 10. Lia, Rhenna, Rosita, dan Jo Yolanda yang selalu memberikan semangat, tempat bertukar pikiran dan juga menjadi teman curhat selama kerja praktek. 11. KSandra, KAnne, dan KFrando yang sudah memberikan semangat selama penulis kerja praktek. 12. Ivan yang sudah menjadi wakil penulis untuk melakukan perwalian di kampus. 13. Mario L Junico yang selalu menyemangati di tengah kepenatan pembuatan laporan kerja praktek ini. 14. TI 2006 dan juga semua pihak yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya selama mengerjakan laporan Kerja Praktek. 15. Segala pihak yang telah mendukung penulis dalam pembuatan laporan kerja praktek ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Bandung, November 2009 Penulis
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................................v PRAKATA.....................................................................................................................vii DAFTAR ISI...................................................................................................................ix DAFTAR TABEL..........................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xiv DAFTAR PUSTAKA
9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Moving Average......................................................................................II-11 Tabel 2.2. Service level dan K-Factor......................................................................II-22 Tabel 3.1. Contoh Barang Berdasarkan Stock Code.................................................II-24 Tabel 3.2. Stock Type...............................................................................................II-24 Tabel 3.3. Contoh Barang Berdasarkan Stock Type.................................................II-25 Tabel 3.4. Stock Class..............................................................................................II-26 Tabel 3.5. Contoh Barang Berdasarkan Stock Class................................................II-28 Tabel 4.1. Usage Material........................................................................................IV-1 Tabel 4.2. Hasil Peramalan Simple Average Electrode Paste....................................IV-4 Tabel 4.3. Hasil Peramalan Simple Average Adhesive.............................................IV-5 Tabel 4.4. Hasil Peramalan Simple Average Ballast Lamp.......................................IV-6 Tabel 4.5. Hasil Peramalan 4-MA Electrode Paste...................................................IV-8 Tabel 4.6. Hasil Peramalan 6-MA Adhesive............................................................IV-9 Tabel 4.7. Hasil Peramalan 8-MA Ballast Lamp....................................................IV-10 Tabel 4.8. Hasil Peramalan 4-MAT Electrode Paste..............................................IV-12 Tabel 4.9. Hasil Peramalan 6-MAT Adhesive........................................................IV-13 Tabel 4.10. Hasil Peramalan 8-MAT Ballast Lamp................................................IV-14 Tabel 4.11. Hasil Peramalan Electrode Paste (SES)..............................................IV-16 Tabel 4.12. Hasil Peramalan Adhesive (SES).........................................................IV-17 Tabel 4.13. Hasil Peramalan Ballast Lamp (SES)..................................................IV-18 Tabel 4.14. Hasil Peramalan Electrode Paste (SEST).............................................IV-20 Tabel 4.15. Hasil Peramalan Adhesive (SEST)......................................................IV-21 Tabel 4.16. Hasil Peramalan Ballast Lamp (SEST)................................................IV-22 Tabel 4.17. Hasil Peramalan Electrode Paste (DES)..............................................IV-23 Tabel 4.18. Hasil Peramalan Adhesive (DES)........................................................IV-25 Tabel 4.19. Hasil Peramalan Ballast Lamp (DES)..................................................IV-26 Tabel 4.20. Hasil Peramalan Electrode Paste (DEST)............................................IV-27 Tabel 4.21. Hasil Peramalan Adhesive (DEST)......................................................IV-29 Tabel 4.22. Hasil Peramalan Ballast Lamp (DEST)...............................................IV-30 Tabel 4.23. Hasil Peramalan Electrode Paste (AES)..............................................IV-31 Tabel 2.24. Hasil Peramalan Adhesive (AES)........................................................IV-32 Tabel 4.25. Hasil Peramalan Ballast Lamp (AES)..................................................IV-34
10
Tabel 4.26. Hasil Peramalan Electrode Paste (LR).................................................IV-35 Tabel 4.27. Hasil Peramalan Adhesive (LR)..........................................................IV-36 Tabel 4.28. Hasil Peramalan Ballast Lamp (LR)....................................................IV-37 Tabel 4.29. Hasil Peramalan Electrode Paste (HWA)............................................IV-39 Tabel 4.30. Hasil Peramalan Adhesive (HWA)......................................................IV-40 Tabel 4.31. Hasil Peramalan Ballast Lamp (HWA)................................................IV-41 Tabel 4.32. Hasil Peramalan Electrode Paste (HWM)............................................IV-43 Tabel 4.33. Hasil Peramalan Adhesive (HWM).....................................................IV-44 Tabel 4.34. Hasil Peramalan Ballast Lamp (HWM)...............................................IV-45 Tabel 4.35. Ringkasan Hasil Peramalan Electrode Paste (Efektivitas Peramalan)..IV-47 Tabel 4.36. Ringkasan Hasil Peramalan Adhesive (Efektivitas Peramalan)...........IV-47 Tabel 4.37. Ringkasan Hasil Peramalan Ballast Lamp (Efektivitas Peramalan).....IV-47 Tabel 4.38. Urutan Hasil Peramalan Electrode Paste Berdasarkan Nilai MAD......IV-49 Tabel 4.39. Urutan Hasil Peramalan Adhesive Berdasarkan Nilai MAD...............IV-50 Tabel 4.40. Urutan Hasil Peramalan Ballast Lamp Berdasarkan Nilai MAD.........IV-50
TABEL 4.40. URUTAN HASIL PERAMALAN BALLAST LAMP BERDASARKAN NILAI MAD
11
DAFTAR GAMBARGambar II-1. Pola Data Horisontal.................................................................................II-7 Gambar II-2. Pola Data Musiman..................................................................................II-8 Gambar II-3. Pola Data Siklis........................................................................................II-8 Gambar II-4. Pola Data Trend........................................................................................II-8 Gambar II-5. Hubungan ROP dan Safety Stock............................................................II-23 Gambar III-1. Nikel Laterit...........................................................................................III-4 Gambar III-2. PLTA Larona.........................................................................................III-5 Gambar III-3. Proyek PLTA Karebbe...........................................................................III-7 Gambar III-4. ESP pengendali emisi debu....................................................................III-7 Gambar III-5. Proses Bisnis PT. INCO.......................................................................III-10 Gambar III-6. Struktur Organisasi PT. INCO, Tbk.....................................................III-19 Gambar III-7. Area Kontrak Karya PT. INCO, Tbk....................................................III-20 Gambar IV-1. Grafik Data Usage 000300293..............................................................IV-2 Gambar IV-2. Grafik Data Usage 304017758..............................................................IV-2 Gambar IV-3. Grafik Data Usage 214001250..............................................................IV-3 Gambar IV-4. Hasil Peramalan Simple Average Usage Electrode Paste.......................IV-5 Gambar IV-5. Hasil Peramalan Simple Average Usage Adhesive................................IV-6 Gambar IV-6. Hasil Peramalan Simple Average Usage Ballast Lamp..........................IV-7 Gambar IV-7. Hasil Peramalan 4-MA Usage Electrode Paste......................................IV-9 Gambar IV-8. Hasil Peramalan 6-MA Usage Adhesive.............................................IV-10 Gambar IV-9. Hasil Peramalan 8-MA Usage Ballast Lamp.......................................IV-11 Gambar IV-10. Hasil Peramalan 4-MAT Usage Electrode Paste...............................IV-12 Gambar IV-11. Hasil Peramalan 6-MAT Usage Adhesive.........................................IV-14 Gambar IV-12. Hasil Peramalan 8-MAT Usage Ballast Lamp...................................IV-15 Gambar IV-13. Hasil Peramalan Electrode Paste (SES).............................................IV-17 Gambar IV-14. Hasil Peramalan Adhesive (SES).......................................................IV-18 Gambar IV-15. Hasil Peramalan Ballast Lamp (SES)................................................IV-19 Gambar IV-16. Hasil Peramalan Electrode Paste (SEST)...........................................IV-20 Gambar IV-17. Hasil Peramalan Adhesive (SEST)....................................................IV-22 Gambar IV-18. Hasil Peramalan Ballast Lamp (SEST)..............................................IV-23 Gambar IV-19. Hasil Peramalan Electrode Paste (DES)............................................IV-24 Gambar IV-20. Hasil Peramalan Adhesive (DES)......................................................IV-26 Gambar IV-21. Hasil Peramalan Ballast (DES)..........................................................IV-27
12
Gambar IV-22. Hasil Peramalan Electrode Paste (DEST)..........................................IV-28 Gambar IV-23. Hasil Peramalan Adhesive (2MA).....................................................IV-29 Gambar IV-24. Hasil Peramalan Ballast Lamp (DEST).............................................IV-31 Gambar IV-25. Hasil Peramalan Electrode Paste (AES)............................................IV-32 Gambar IV-26. Hasil Peramalan Adhesive (AES)......................................................IV-33 Gambar IV-27. Hasil Peramalan Ballast Lamp (AES)................................................IV-35 Gambar IV-28. Hasil Peramalan Electrode Paste (LR)...............................................IV-36 Gambar IV-29. Hasil Peramalan Adhesive (LR)........................................................IV-37 Gambar IV-30. Hasil Peramalan Ballast Lamp (LR)..................................................IV-38 Gambar IV-31. Hasil Peramalan Electrode Paste (HWA)...........................................IV-40 Gambar IV-32. Hasil Peramalan Adhesive Paste (HWA)...........................................IV-41 Gambar IV-33. Hasil Peramalan Ballast Lamp (HWA)..............................................IV-42 Gambar IV-34. Hasil Peramalan Electrode Paste (HWM)..........................................IV-44 Gambar IV-35. Hasil Peramalan Adhesive (HWM)...................................................IV-45 Gambar IV-36. Hasil Peramalan Ballast Lamp (HWM).............................................IV-46 GAMBAR IV-36. HASIL PERAMALAN BALLAST LAMP (HWM)
13
BAB I PENDAHULUANI. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya mineral. Salah satu mineral yang terkandung dalam bumi Indonesia ialah mineral logam. Banyaknya kandungan logam di Indonesia mengakibatkan berkembangnya perusahaan pertambangan logam di Indonesia. Salah satu kekayaan logam Indonesia ialah nikel. Potensi nikel di Indonesia sangat besar, terutama di sepanjang pegunungan Verbeek, Sulawesi. Perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel di Sulawesi dikelola oleh PT. International Nickel Indonesia, Tbk. (PT. INCO). Setiap perusahaan, baik membutuhkan barang untuk melakukan setiap kegiatan usahanya. Barang-barang yang dibutuhkan perusahaan dapat berupa bahan baku, bahan penolong, dan lainnya. Jumlah barang yang dibutuhkan mengakibatkan timbulnya kebutuhan untuk mengelola barang, baik dalam pemesanan barang maupun dalam mengatur persediaan barang. Selain jumlah barang yang dibutuhkan, jangka waktu pemesanan dan penerimaan barang pun mempengaruhi tingkat persediaan barang. Banyak sedikitnya tingkat persediaan, akan menghadapkan perusahaan pada risiko untuk pemenuhan persediaan dengan waktu yang tepat. Tanpa adanya persediaan, perusahaan suatu saat tidak dapat memenuhi pesanan tepat waktu. Selain itu, ketidakpastian akan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang merupakan faktor yang membuat perusahaan mengadakan persediaan. PT. INCO sebagai salah satu perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel menyadari pentingnya persediaan untuk memenuhi kebutuhan barang dalam menunjang proses pertambangan dan pengolahan nikel yang dilakukan. Akan tetapi, perusahaan juga menyadari pemborosan yang terjadi dari pengadaan 1
Bab I Pendahuluan
I-2
persediaan yang diputuskan. Oleh sebab itu, perusahaan membuat persediaan yang sekecil mungkin untuk menekan biaya, tetapi juga diharapkan tetap dapat memenuhi kebutuhan konsumen (user). Penentuan jumlah persediaan barang ditentukan dari beberapa faktor, seperti jumlah penggunaan barang, tingkat kritis, harga barang, biaya pemesanan barang, biaya penanganan barang, dan lainnya. Permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan barang di PT. INCO ialah mengenai penggunaan barang yang seringkali melebihi kebutuhan yang direncanakan. Selain itu, jumlah kebutuhan yang berubah-ubah tanpa adanya jumlah yang jelas semakin mempersulit perencanaan untuk penyediaan barang yang ditetapkan. Jumlah persediaan berhubungan dengan titik pemesanan kembali (ROPreorder point), jumlah barang yang dipesan kembali (ROQreorder quantity), dan juga persediaan pengaman (safety stock). Untuk menghitung nilai ROP, ROQ, dan safety stock, dibutuhkan jumlah penggunaan barang periode terbaru. Dengan demikian, dibutuhkan perencanaan yang baik dalam penentuan jumlah persediaan barang ke depan agar dalam menentukan ROP dan ROQ dihasilkan nilai yang mendekati nilai aktual penggunaan. Salah satu alat yang dapat digunakan ialah peramalan penggunaan barang. Oleh sebab itu, peramalan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil perkiraan penggunaan periode mendatang. Semakin baik hasil peramalan, maka semakin efisien pula pengendalian persediaan yang dilakukan. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Apabila hasil peramalan kurang tepat, maka semakin kurang baik pula keputusan yang akan diambil. Peranan peramalan sangat penting, baik dalam penelitian, perencanaan, maupun pengambilan keputusan.
Bab I Pendahuluan
I-3
Metode peramalan yang sangat banyak membuat hasil peramalan pun akan berbeda-beda. Hasil peramalan digunakan sebagai gambaran kebutuhan di masa yang akan datang sehingga dibutuhkan metode peramalan yang tepat untuk mendapatkan hasil peramalan yang mendekati kebutuhan sesungguhnya. Dengan demikian, dibutuhkan pula variabel-variabel penentu dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan metode peramalan terbaik, sehingga nilai efektivitas peramalan sangat menentukan. Selain itu juga peraturan perusahaan dalam mengelola persediaan barang turut membantu pemilihan metode peramalan yang terbaik. I. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pola penggunaan barang beberapa periode lalu hingga saat ini? Metode peramalan apakah yang digunakan di perusahaan? Metode peramalan manakah yang terbaik untuk digunakan dalam menentukan ROP dan ROQ? Variabel apa saja yang digunakan untuk menentukan pemilihan hasil peramalan? I. 3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah : Mengetahui proses pengelolaan persediaan di perusahaan Mengetahui metode peramalan terbaik untuk digunakan dalam menghitung nilai ROP dan ROQ
Bab I Pendahuluan
I-1
I. 4
Mengetahui variabel-variabel yang membantu menentukan metode peramalan terbaik Menghitung nilai ROP dan ROQ
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini diantaranya: Penelitian dilakukan pada PT. INCO Sorowako departemen Procurement Contract and Logistic Warehousing bagian Inventory. Penelitian dilaksanakan pada periode 09 Juni 2009 14 Agustus 2009. Analisis masalah akan dilakukan terhadap hasil peramalan Time Series yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan software WinQSB. I. 5 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membagi laporan ke dalam lima bab. Bab I Pendahuluan
Bab pertama, pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II Teori Dasar Pada bab dua, teori dasar, berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian. Dalam hal ini, teori lebih menjelaskan mengenai metode dan efektivitas peramalan, serta manajemen persediaan barang. Teori dasar dikemukakan berdasarkan beberapa referensi buku dan beberapa sumber dari internet. Bab III Tinjauan Perusahaan
Bab I Pendahuluan
I-3
Pada bab tiga, tinjauan perusahaan, berisi tentang profil perusahaan, sejarah perusahaan, proses bisnis perusahaan yang didalamnya terkandung struktur organisasi perusahaan; lokasi perusahaan, dan manajemen persediaan perusahaan. Bab IV Pemecahan Masalah Bab empat, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data; berisi mengenai berisi data-data yang diambil untuk diteliti, pengolahan data untuk peramalan dengan berbagai metode, analisis dari setiap hasil peramalan yang diperoleh dari setiap metode yang dipakai, serta pemilihan metode peramalan yang terbaik untuk digunakan oleh perusahaan dalam peramalan selanjutnya, dan perhitungan nilai reorder point dan reorder quantity dari hasil peramalan terbaik. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab lima, simpulan dan saran, merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan juga diungkapkan mengenai saran-saran baik untuk penelitian selanjutnya maupun terhadap perusahaan.
BAB II TEORI DASARII. 1 Definisi Peramalan
Menurut Dr. Vincent Gaspersz, D.Sc. CIQA, CFPIM (2002), peramalan atau forecasting merupakan suatu fungsi bisnis yang berupaya memperkirakan penjualan dan pemakaian produk sehingga produk-produk tersebut dapat dibuat dalam jumlah tepat. Pendapat lain dikemukakan oleh Jay Heizer dan Barry Render dalam bukunya, Operation Management Seventh Edition, peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memprediksikan kejadian di masa yang akan datang. Dalam memprediksikan masa yangakan datang, ada kemungkinan berhubungan dengan mengambil data historis dsn memproyeksikan ke masa yang akan datang dengan menggunakan beberapa model perhitungan matematis. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa (Arman H. Nasution, 2005). Peramalan adalah penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Peramalan merupakan bagian vital bagi setiap organisasi bisnis dan untuk setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang perusahaan. Peramalan adalah suatu teknik atau metode untuk memprediksikan mengenai keadaan di masa depan dan digunakan untuk tujuan perencanaan. Peramalan terhadap permintaan yang dilakukan dalam membantu para manajer membuat rencana yang tepat mengenai kapan, bagaimana, dan seberapa besar kapasitas 1
Bab II Teori Dasar
II-2
harus ditambah. Oleh karena itu peramalan yang dailakukan harus baik dan akurat.
II. 2
Peranan Peramalan
Dalam rangka usaha untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa depan, harus dilakukan peramalan. Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Apabila kurang tepat ramalan yang kita susun, maka makin kurang baiklah keputusan yang kita mabil. Peranan peramalan sangat penting, baik dalam penelitian, perencanaan, maupun pengambilan keputusan. Peranan peramalan sendiri dalam sistem produksi yaitu untuk menentukan kebijakan dalam sistem inventori, membuat perencanaan produksi, pembebanan mesin, menentukan kebutuhan pasar yang mencakup jenis produk apa yang diperlukan, berapa jumlah yang diperlukan, dan kapan dibutuhkan. Kemudian peramalan digunakan untuk menentukan kebutuhan akan mesin, peralatan, bahan yang diperlukan dalam produksi serta menentukan tenaga kerja yang terlibat. Karena bagian organisasi berkaitan satu sama lain, baik atau buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi. Beberapa bagian organisasi yang di dalamnya membutuhkan peranan peramalan ialah: 1. Penjadwalan sumber daya yang tersedia 2. Penyediaan sumber daya tambahan 3. Penentuan sumber daya yang diinginkan
II. 3
Fungsi Peramalan
Bab II Teori Dasar
II-2
Dalam fungsi peramalan tidak hanya termasuk di dalamnya teknik khusus dan model, tetapi juga termasuk input dan output dari subyek peramalan . Pengembangan fungsi peramalan dibutuhkan untuk mengidentifikasi output, karena spesifikasi output dapat menyederhanakan pemilihan model peramalan, tetapi fungsi permalan tidak lengkap tanpa mempertimbangkan input. Peramalan biasanya meliputi beberapa pertimbangan berikut ini (Zulian Yamit, 2005): 1. Item yang diramalkan 2. Peramalan dari atas (top-down) atau dari bawah (buttom-up) 3. Teknik peramalan (model kuantitatif atau kualitatif) 4. Satuan yang digunakan 5. Interval/horison waktu 6. Komponen peramalan 7. Ketepatan peramalan 8. Pengecualian dan situasi khusus 9. Perbaikan parameter model peramalan.
II. 4
Karakteristik Peramalan
Peramalan yang baik mempunyai beberapa criteria yang penting, antara lain akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari criteria criteria tersebut adalah sebagai berikut (Arman H. Nasution, 1999):
1.
Akurasi
Bab II Teori Dasar
II-3
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan kekonsistensian peramalan. Hasil peramalan dikarakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanidng dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. 2. Biaya
Biaya yang diperlukan untuk pembuatan suatu peramalan tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. 3. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Buffa menjelaskan bahwa metode yang lebih canggih tidak menjamin dihasilkannya hasil yang lebih akurat ketimbang metode yang lebih sederhana, lebih mudah diterapkan, dan lebih murah. Berikut ini merupakan temuan temuan yang berhubungan dengan pemilihan metode peramalan dan akurasi hasil peramalan: 1. Akurasi peramalan meningkat jika ramalan dari lebih banyak metode dikombinasikan untuk menghasilkan ramalan akhir; tetapi dampak marjinal dari penambahan satu metode berkurang dengan semakin banyaknya jumlah metode yang digunakan. 2. Resiko kesalahan yang lebih besar dalam peramalan yang mungkin disebabkan oleh pemilihan metode yang keliru, resiko kesalahan akan berkurang jika hasil dari dua atau lebih metode dikombinasikan. 3. Variabilitas dalam akurasi ramalan diantara berbagai kombinasi metode peramalan berkurang dengan makin banyaknya metode yang digunakan.
II.5
Klasifikasi Peramalan
Bab II Teori Dasar
II-3
Terdapat dua cara untuk mengategorikan teknik yang digunakan dalam peramalan, cara pertama ialah 1. Teknik Kualitatif Teknik ini digunakan pada saat histori data yang tersedia tidak ada atau sangat sedikit. 2. Teknik Kuantitatif Pada teknik ini digunakan pola data historis untuk meramalkan data masa depan. Ada dua teknik kuantitatif utama, yaitu time-series analysis (analisa deret waktu) dan causal methods (metode kausal)
Cara kedua, peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu akan datang. Horizon waktu terdiri dari tiga kategori, yaitu : 1. Shoort-range forecasting (peramalan jangka pendek) Peramalan ini memiliki jangka waktu hingga 1 tahun, tetapi pada kenyataannya jangka waktu yang digunakan kurang dari 3 (tiga) bulan. Peramalan ini lebih akurat daripada medium atau long-range forecasting. 2. Medium-range forecasting (peramalan jangka menengah) Peramalan ini menggunakan jangka waktu antara 1 tahun hingga 5 tahun. 3. Long-range forecasting (peramalan jangka panjang) Peramalan ini menggunakan waktu diatas 5 tahun. II.5.1 Peramalan Kualitatif
Peramalan kualitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu tersedia. Metode peramalan kualitatif atau teknologis tidak memerlukan data yang serupa seperti metode peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan bergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil pemikiran intuitif, pertimbangan, dan pengetahuan yang telah didapat. Metode kualitatif (teknologis) dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode eksploratoris dan normatif. Metode
Bab II Teori Dasar
II-2
eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak kea rah masa depan secara heuristic, seringkali dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi (relevance trees), dan analisis sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian bekerja mundur untuk melihat ketercapaian berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia. Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk membantu perencana, dan untuk melangkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik.
II.5.2
Peramalan Kuantitatif
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : 1. 2. 3. Tersedia informasi tentang masa lalu Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.
Kondisi terakhir, yang dikenal sebagai asumsi kesinambungan; merupakan premis yang mendasari semua metode peramalan kuantitatif dan banyak metode peramalan teknologis. Terdapat dua jenis model peramalan kuantitatif yang utama, yaitu model deret berkala dan model kausal (regresi). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan/atau kesalahan masa lalu. Tujuannya menemukan pola dalam deret data historis mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.
Bab II Teori Dasar
II-2
Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Tujuannya adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas. Model deret berkala sering digunakan dengan mudah untuk meramal, sedangkan metode kausal dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan. Dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dibedakan menjadi empat jenis siklis dan trend. 1. Pola Horisontal (H)
Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.Gambar II-1. Pola Data Horisontal
2.
Pola Musiman (S) Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu).Penjualan dari produk es krim, dan bahan bakar pemanas ruang menunjukkan jenis pola ini.
Gambar II-2. Pola Data Musiman
3.
Pola Siklis (C) Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.Gambar II-3. Pola Data Siklis
4.
Pola Trend (T)
Bab II Teori Dasar
II-3
Terjadi jika terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan perusahaan dan GNP mengikuti pola trend selama perubahannya sepanjang waktu.Gambar II-4. Pola Data Trend
Ada beberapa metode peramalan, yaitu: 1. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method) Metode rata-rata bergerak menggunakan beberapa data actual permintaan masa lalu untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan pada masa yang akan datang. Metode ini akan efektif dalam penerapannya jika dapat diasumsikan bahwa permintaan pasar terhadap pasar akan tetap stabil sepanjang waktu. 2. Metode Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing Methods) Exponential smoothing adalah suatu teknik matematika yang menggunakan prinsip sama untuk suatu periode n-periode rata-rata bergerak; tetapi metode ini memerlukan lebih banyak perhitungan. Metode ini tidak memerlukan penyimpanan histori data dalam waktu lama, melainkan hanya memerlukan data baru. Exponential smoothing berguna untuk peramalan jangka pendek. Metode ini berguna untuk peramalan jangka pendek. Ada 3 macam metode exponential smoothing, yaitu:
1.
Single Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing Winter
Trend Linear Digunakan untuk meramalkan kecenderungan linear. Perbandingan antara permintaan dan periode dibuat fungsi linearnya terlebih dahulu
Pada laporan ini, akan dilakukan peramalan material dengan metode Simple Average, Moving Average, Exponential Smoothing, Linear Regression, dan HoltWinters.
Bab II Teori Dasar
II-3
II.5.2.1 Simple Average Method Simple Average Method merupakan metode sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan hasil peramalan dengan menjumlahkan data historis dan kemudian dirata-ratakan sesuai banyak data yang dijumlahkan yang hasilnya kemudian digunakan sebagai hasil peramalan pada periode selanjutnya.Ft=i=1txit dimana, Ft : Rata-rata nilai untuk t period xi : nilai pada setiap periode t = periode (Pers. 2-1)
II.5.2.2 Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method) Metode rata-rata bergerak mengasumsikan bahwa suatu hubungan ada diantara variabel independen dan variabel dependen dank arena itu hubungan ini stabil setiap waktu. Agar dapat digunakan, nilai variabel independen dalam peramalan harus diketahui. Rata-rata bergerak digunakan untuk mendeskripsikan prosedur ini sebagaimana tiap ada observasi baru, suatu pembagian baru dapat dihitung dengan cara membuang observasi yang lama dan memasukkan yang terbaru. Metode rata-rata bergerak ini kemudian menjadi peramalan untuk periode berikutnya. Data sebanyak dan suatu keputusan untuk menggunakan observasi sebanyak t untuk setiap pembagian disebut rata-rata bergerak dengan periode t, atau MA(t), dapat digambarkan sebagai berikut:
Bab II Teori Dasar
II-1
Tabel 2.1. Moving Average
TimeT t+1 t+2
Moving Average x=x1 + x2 + ... + xtt x=x2+x3+...+xt+1t x=x3+x4+...+xt+2t dan sebagainya.
Forecast Ft+1=x=i=1txit Ft+2=x=i=2t+1xit Ft+3=x=i=3t+2xit
Sumber: Spyros Makridakis, Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee.Metode dan Aplikasi Peramalan. 2nd ed. Jakarta: Binarupa Aksara. 1999. Hal 87.
Moving Average dengan periode t memiliki karakteristik sebagai berikut (Spyros Makridakis, Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee, 1999): Hanya menggunakan periode t yang paling akhir dari data yang diketahui, Jumlah data dalam tiap rata-rata tidak berubah seiring dengan berjalannya waktu. Ada juga beberapa kekurangannya, yaitu (Spyros Makridakis, Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee, 1999): Metode ini memerlukan penyimpanan yang lebih banyak karena semua pengamatan terakhir harus disimpan, tidak hanya nilai tengahnya, Metode ini tidak dapat menanggulangi dengan baik adanya trend atau musiman, walaupun metode ini lebih baik dibanding rata-rata total.
II.5.2.3 Single Exponential Smoothing (Pemulusan Eksponensial Tunggal) Metode ini digunakan untuk peramalan pada saat datanya konstan (karena datanya memiliki trend kecil). Karakteristik pemulusan diatur dengan menggunakan suatu
Bab II Teori Dasar
II-2
faktor yang disebut faktor pemulusan , yang nilainya antara 0 dan 1. Tujuan faktor ini untuk memberikan lebih banyak tekanan pada data baru. Seperti halnya pada metode rata-rata bergerak, pada metode Single Exponential Smoothing ini dimulai dengan asumsi bahwa proses generasi data tanpa trend yang signifikan.xt = a0 + 1 (Pers. 2-2)
Tujuannya adalah untuk observasi yang baru menjadi lebih berbobot daripada observasi yang lama.xt = xt + 1- xt-1 (Pers. 2-3)
Persamaan di atas dapat diartikan menjadi suatu peramalan pemulusan xt sama dengan suatu perkalian dari permintaan aktual xt ditambah dengan perkalian (1) dari perkuraan permintaan xt-1 dalam periode sebelumnya. Nilai dari xt-1 dapat diperkirakan dengan menggunakan salah satu dari pendekatan di bawah ini: Ketika data lampau tersedia xt-1 = penjumlahan dari data terbaru (n) dibagi dengan n. Nilai awal xt-1. Ketika data tidak tersedia, dapat digunakan perkiraan.
Single Exponential Smoothing with TrendFt= xt+ (1-)Ft-1+T(t-1) Tt= Ft-F(t-1)+ (1-)Tt-1 F(t+h) = Ft+ hT(t) dimana, , Ft = konstanta pemulusan (0 1, 0 1) = faktor pemulusan pada saat t (Pers. 2-4) (Pers. 2-5) (Pers. 2-6)
Bab II Teori Dasar
II-2
Tt
= faktor trend pada saat t
F(t+h) = peramalan periode t+h
II.5.2.4 Double Exponential Smoothing Metode peramalan ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Double Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing with Trend
Rumus peramalan untuk metode Double Exponential Smoothing adalah sebagai berikut:Ft= xt+ (1-)Ft-1 F't= Ft+ (1-)F't-1 F(t+h) = F't dimana, = konstanta pemulusan (0 1) F(t+h) = peramalan (Pers. 2-7) (Pers. 2-8) (Pers. 2-9)
Rumus peramalan untuk Double Exponential Smoothing with TrendFt= xt+ (1-)Ft-1 F't= Ft+ (1-)F'(t-1) F(t+h) =2Ft-F't+ h(1-)Ft-F't (Pers. 2-10) (Pers. 2-11) (Pers. 2-12)
II.5.2.5 Linear Regression Rumus peramalan untuk metode regresi linear ialah= x(i)n = x(i) 2= x(i)2n (Pers. 2-13) (Pers. 2-14) (Pers. 2-15)
Bab II Teori Dasar
II-3
b= -n(n+1)22-n(n+1)24 a=-b(n+1)/2 ft=a+bt
(Pers. 2-16) (Pers. 2-17) (Pers. 2-18)
II.5.2.6 Holt-Winter Method Holt-Winter terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Holt-Winters Additive Algorithm Holt-Winters Multiplicative Algorithm
Rumus peramalan untuk metode Holt-Winters Additive Algorithm adalahF(t)= x(t)-S(t-c)+(1-)F(t-1)+T(t-1) T(t)= F(t)-F(t-1)+(1-)T(t-1) S(t)= x(t)-F(t)+(1-)S(t-c)) F(t+h) =Ft+hTt+S(t+h-c) (Pers. 2-19) (Pers. 2-20) (Pers. 2-21) (Pers. 2-22)
Rumus peramalan untuk metode Holt-Winters Multiplicative Algorithm adalahF(t)= x(t)/S(t-c)+(1-)F(t-1)+T(t-1) T(t)= F(t)-F(t-1)+(1-)T(t-1) S(t)= x(t)/F(t)+(1-)S(t-c)) F(t+h) =Ft+hTt+S(t+h-c) (Pers. 2-23) (Pers. 2-24) (Pers. 2-25) (Pers. 2-26)
II.5.3
Efektivitas Peramalan
Forecast error merupakan ukuran ketepatan dan menjadi dasar untuk membandingkan kinerja model. Forecast error memengaruhi keputusan dalam dua cara, yang pertama adalah membuat keputusan bermacam-macam teknik peramalan, dan yang kedua adalah dalam mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan suatu teknik dalam penggunaannya. Keputusan untuk menggunakan suatu model baru atau melanjutkan yang sudah ada biasanya bergantung pada beberapa ukuran dari forecast error. Tiap teknik telah dicoba pada data histori, dan yang memiliki forecast error paling kecil yang dipilih untuk peramalan.
Bab II Teori Dasar
II-3
Efektivitas dari peramalan yang digunakan, dapat diukur menggunakan mean absolute deviation (MAD), mean absolute percentage error (MAPE), dan mean squared error (MSE). Biasanya kesalahan peramalan dapat diukur dari standar deviasinya, dan alternatif untuk menghitung standar deviasi didefinisikan sebagai berikut:MAD= t=1mYt- Ytm MAPE= 100t=1mYt- Yt/Yt m MSE= t=1mYt- Yt2m dimana: MAD MAPE MSE Yt Yt m Yt- Yt Yt- Yt = mean absolute deviation dari forecast error melampaui suatu peramalan dari = mean absolute percentage error = mean squared error = jumlah permintaan hasil peramalan untuk periode t, = data permintaan aktual untuk periode t, = jumlah observasi = deviasi atau forecast error = deviasi absolute (Pers. 2-27) (Pers. 2-28) (Pers. 2-29)
1 periode,
MAD memberikan informasi tambahan yang digunakan untuk memilih model peramalan dan parameternya. MAPE adalah ukuran relative yang dihitung dengan membagi kesalahan peramalan untuk periode t, dan dengan permintaan aktual untuk periode t, dan hitung kesalahan persentase pada periode t. MSE dihitung dengan menjumlahkan kesalahan-kesalahan kuadrat individu dan membaginya dengan jumlah observasi. Untuk memilih metode peramalan yang tepat, dapat dilihat dari nilai MAD setiap metode, yang hasilnya terkecil, maka dianggap sebagai metode yang peling tepat.
II. 6
Manajemen Persediaan Barang
Bab II Teori Dasar
II-5
Inventori bagi perusahaan digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan pelanggan. Dalam industry, inventori digunakan untuk aktivitas produksi untuk memenuhi pelanggan yang terkadang tidak dapat diprediksi sehingga, stok harus dikendalikan dalam kegiatan produksi. Maksud dasar dari inventori adalah untuk mengendalikan kebutuhan supply dan demand. Inventori juga berperan sebagai buffer dalam hal supply dan demand, memenuhi customer demand, dan juga menyediakan komponen yang dibutuhkan untuk produksi. Tujuan diadakannya manajemen persediaan adalah: Meminimalkan biaya, memaksimalkan keuntungan Menghindari risiko penundaan produksi dengan cara: a. Selalu menyediakan bahan yang diperlukan b. Mengurangi pergudangan c. Memungkinkan pemberian jasa yang lebih memuaskan kepada pelanggan dengan cara selalu menyediakan bahan yang diperlukan d. Mengatur investasi modal dengan menekan investasi modal dalam persediaan bahan sampai batas minimum e. Melindungi persediaan terhadap pencurian/kehilangan, kerusakan, dan kemerosotan mutu. investasi dalam fasilitas dan peralatan
Dalam manajemen persediaan, ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan dasar, yaitu: APA yang dikendalikan? BERAPA BANYAK jumlah yang harus dipesan? KAPAN seharusnya pemesanan dilakukan?
Bab II Teori Dasar
II-3
Untuk menjawab pertanyaan pertama, dapat dilakukan pembagian sumber daya menjadi tiga criteria, yaitu: A Most Attention (Perhatian terbesar) B Average Attention (Perhatian rata-rata) C Least Attention (Perhatian terkecil)
Beberapa kriteria yang dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yang setiap kategori termasuk ke dalam peringkat ABC: a. Usage (Penggunaan Barang) Termasuk penggunaan tahunan vale; A = High, usage > 5000 B = Moderate, usage > 1000 C = Low, usage < 1000 b. Stockholding (Biaya penyimpanan) Rata-rata biaya selama 12 periode sebelumnya; A = Biaya lebih dari $5000 B = Biaya lebih dari $500 C = Biaya kurang dari $500 c. Lead Time Availability Termasuk internal dan eksternal lead time. A = lead time 90 hari B = 7 lead time < 90 hari C = lead time < 7 hari
Bab II Teori Dasar
II-1
d. Criticality Termasuk potensi memberhentikan pabrik, kepentingan operasi, biaya stockout yang tinggi. A = Menberhentikan pabrik B = Moderate criticality, menunda pekerjaan C = tidak mempengaruhi pekerjaan apabila tidak tersedia.
Group Class dan Part Number Group Class merupakan pengelompokan stock code yang sama dalam nama dan deskripsinya. Group Class memudahkan user mencari item tertentu. Part Number merupakan nomor part yang diberikan dari perusahaan manufaktur yang membuat barang tersebut.
Tracking Signal Tracking Signal atau dikenal sebagai koefisien dari deviasi merupakan pengukuran kemampuan dari kesesuaian peramalan dengan data masa lampau (history). Semakin kecil nilai tracking signal, maka hasil peramalan semakin baik.
Manajemen persediaan sangat erat hubungannya dengan penyediaan barangbarang yang dibutuhkan. Peramalan penggunaan pun merupakan salah satu proses dalam manajemen persediaan agar perkiraan perubahan penggunaan dapat diketahui sejak dini. Salah satu tujuan untuk meramalkan penggunaan, ialah agar hasil peramalan penggunaan yang didapat digunakan untuk menentukan Reorder Point (ROP) dan Reorder Quantity (ROQ).
II.6.1
Reorder Point (ROP)
ROP digunakan untuk menjawab pertanyaan KAPAN seharusnya pemesanan dilakukan? Reorder point (ROP) adalah pengendalian persediaan untuk memulai
Bab II Teori Dasar
II-2
pengadaan barang kembali. Salah satu pengendalian yang digunakan oleh metode ROP ialah memperhatikan stok pada safety stock yang telah ditentukan. Safety stock berfungsi sebagai parameter untuk melakukan tindakan pemesanan kembali. ROP juga seringkali disebut sebagai titik pemesanan kembali atau persediaan minimum yang ditentukan. ROP merupakan posisi stok suatu barang pada saat barang tersebut harus dipesan kembali. Dalam menentukan reorder point, atau tingkat pemesanan kembali, beberapa faktor yang mempengaruhi ialah: Tingkat penggunaan barang rata-rata per satuan waktu tertentu (usage) Lead time Service Level
Usage Usage adalah banyaknya barang atau item yang dipakau dalam kurun waktu tertentu. Pemakaian barang (usage) dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Scheduled Pemakaian ini distok di warehouse kerana barang atau item jenis ini pengadaannya baru dilakukan hanya jika ada permintaan khusus, misalnya untuk proyek-proyek tertentu.
Unscheduled Pemakaian barang yang unscheduled inilah yang bisaanya digunakakn untuk menghitung ROP dan ROQ dari suatu barang. Item ini akan distok di warehouse.
Lead time Lead time adalah jangka waktu kapan barang itu mulai, pesanan dikeluarkan sampai barang tiba di bagian receiving warehouse. Istilah lead time dapat digunakan ketika proses procurement, delivery time, ataupun pada proses BOM (Bill Of Material). Lead time juga merupakan bagian dari komponen perhitungan-perhitungan dalam proses produksi atau proses perencanaan inventori. Jumlah barang yang akan digunakan selama masa lead time sangat bergantung pada lamanya masa lead time. Semakin lama waktunya, maka
Bab II Teori Dasar
II-2
akan semakin banyak pula barang yang harus distok untuk digunakan, Lead time terbagi menjadi dua, yaitu:
Internal Lead time Internal lead time adalah masa waktu yang dibutuhkan untuk mengadakan barang yang berasal daru dalam perusahaan, yaitu waktu untuk menghitung apa dan berapa yang perlu dipesan, mencaru sumber pembelian, melakukan tender atau permintaan penawaran, mengevaluasi tender, menyiapkan kontrak, pengiriman ke warehouse, pemeriksaan baik jumlah maupun kualitas barang yang tiba di receiving, pemeriksaan bea cukai (juka merupakan barang impor).
External Lead time External Lead time adalah masa waktu yang dibutuhkan untuk mengadakan barang yang berasal dari luar perusahaan, antara lain waktu pengiriman oleh supplier, waktu konsolidasi oleh bagian pengapalan barang, transportasi dari lokasi pembelian ke warehouse pembeli.
Safety stock Saftety Stock merupakan cadangan inventori yang harus disediakan untuk menghindari terjadinya kekurangan barang atau item, terutama pada saat memenuhi permintaan pelanggan yang tak bisa diduga. Safety stock merupakan stok barang yang disimpan untuk menyeimbangkan persediaan yang minimal dengan permintaan pelanggan yang bervariasi, sehingga tidak terjadi Istock outI barang. Safety stock diadakan untuk menghadapi risiko juka terjadi hal-hal sebagai berikut: Terjadi lonjakan kenaikan pemakaian barang di luar kebutuhan rata-rata yang diramalkan Barang yang dibeli terlambat kedatangannya Gabungan dari situasi di atas
Bab II Teori Dasar
II-3
Faktor-faktor yang memengaruhi safety stock adalah: Lead time Usage waktu pemakaian barang Usage Variances jumlah pemakaian barang yang bervariasi atau tidak menentu Lead time Variances waktu pemakaian barang yang bervariasi. Business impact dampak pada bisnis jika permintaan tidak segera dipenuhi, terlambat datang dan mengalami stock out. Service level tingkat pelayanan yang ditentukan oleh perusahaan untuk memperkecil kemungkinan untuk kehabisan barang. Service level yang dimaksud adalah kondisi probabilitas mengenai posisi inventori yang tersedia (on hand) bisa memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam kondisi probabilitas ini keadaan stock out diusahakan tidak terjadi. Semakin besar kondisi probabilitas, maka semakin besar kemungkinan untuk bisa memenuhi kebutuhan pelanggan dan semakin jauh dari kondisi stock out.
Rumus manual untuk menghitung safety stock adakah sebagai berikut:SS=MAD x K-Factor Dimana, K-Factor = angka antara 1.25 5 yang mewakili persentase service level yang sudah ditentukan untuk setiap barang. MAD = Mean Absolute Deviation, jumlah selisih antara actual usage dengan forecast usage untuk setiap periode. (Pers. 2-30)
Rumus untuk menghitung MAD adalah:MAD= actual usage-forecast usagen (Pers. 2-31)
Bab II Teori Dasar
II-1
Penentuan besarnya K-Factor diperlihatkan dalam tabel berikut:Tabel 2.2 Service level dan K-FactorSERVICE LEVEL 84.13% 85.00% 90.00% 94.00% 98.00% 99.00% 99.50% 99.90% 99.99% K-Factor jika menggunakan Deviasi Standar MAD 1.00 1.25 1.04 1.30 1.28 1.60 1.56 1.95 2.05 2.56 2.33 2.91 2.57 3.20 3.09 3.85 4.00 5.00
Berikut merupakan gambar ROP dengan disertai safety stock:
Gambar II-5. Hubungan ROP dan Safety stock (aororaoperations.files.wordpress.com)
Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka ROP dapat dihitung dengan beberapa metode, diantaranya: Moving Average Matrix Forecast Usage Modified Moving Average
Bab II Teori Dasar
II-1
Single Exponential Smoothing Adaptive Smoothing
Dalam laporan kali ini akan digunakan hanya metode Forecast Usage, karena data penggunaan barang yang digunakan merupakan hasil peramalan periode sebelumnya. Rumus ROP untuk metode Forecast Usage ialah:ROP= MFU L/T30.42+ SS Substitusi persamaan (2-30) ke (2-32) ROP= MFU L/T30.42+ SS Dimana: MFU L/T K = Forecast usage untuk periode mendatang = lead time (days) = K-Factor (berdasarkan Service Level) (Pers. 2-33) (Pers. 2-32)
MAD = Mean Absolute Deviation 30.42 = average days per month
II.6.2
Re-Order Quantity (ROQ)
Reorder Quantity (ROQ) merupakan teknik pengendalian persediaan untuk menentukan jumlah barang yang harus dipesan pada saat ROP. ROP juga yang merupakan jawaban dari pertanyaan BERAPA BANYAK jumlah yang harus dipesan? Metode yang digunakan ialah EOQ (Economic Order Quantity) yang menghitung ROQ dengan mmpertimbangkan biaya persediaan yang serendah mungkin. Jumlah biaya yang ditekan ialah biaya penyimpanan (holding cost) dan biaya pemesanan (ordering cost). Variasi penghitungan dan pengandalian
Bab II Teori Dasar
II-2
persediaan yang berhubungan dengan EOQ model bergantung dari keadaan supply dan permintaannya. Variasi ini meliputi keadaan stock out, keadaan kebutuhan tetap, kebutuhan kapasitas lebih, masa tenggang (penundaan antara saat pemesanan dengan saat penerimaan), kebutuhan tidak tetap, potongan harga, dan juga ketika aliran produk yang berkelanjutan. Rumus untuk menghitung ROQ dengan metode EOQ ialah:EOQ= 2RPCI dimana: R P C I = annual usage (jumlah penggunaan barang tahunan, unit) = ordering cost ($) = harga per unit ($) = holding cost (%) (Pers. 2-34)
Ordering Cost
Ordering cost adalah biaya yang dibutuhkan ketika memesan barang dari supplier atau pabrik. Biaya ini tidak bergantung pada kuantitas yang dipesan, tetapi bergantung pada jumlah order yang dilakukan dalam satu tahun.Biaya pemesanan init termasuk: Gaji dan upah karyawan purchasing Biaya overhead departemen purchasing Seluruh gaji, upah, dan overhead karyawan Seluruh hutang gaji, upah dan overhead Seluruh biaya peralatan termasuk forklift trucks, kapal, dan lainnya. Besarnya antara $10 - $200 .
Cost of Holding
Cost of holding merupakan biaya penanganan barang selama berada di gudang. Biaya penanganan ini, termasuk di dalamnya antara lain:
Bab II Teori Dasar
II-1
Gaji dan upah pegawai warehouse Biaya overhead warehouse Biaya peralatang seperti rak, bins, dan lainnya. Keusangan, penyusutan barang Opportunity cost Biaya yang dibebankan biasanya antara 20% - 45% dari harga barang, atau biaya dari nilai total inventori.
BAB III TINJAUAN PERUSAHAANIII. 1 Profil Perusahaan
PT International Nickel Indonesia Tbk (PT. INCO) merupakan salah satu produsen nikel utama dunia (www.pt-inco.co.id). Perusahaan didirikan pada bulan Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited (semula Inco Limited, Vale Inco) dan menandatangani Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juli 1968 (Kontrak Karya Awal). Pada awalnya, kegiatan eksplorasi yang dilakukan setelah penandatanganan Kontrak Karya tersebut dengan luas wilayah seluas 6,6 juta hektar yang. Seperti yang diatur dalam Kontrak Karya, secara bertahap wilayah kontrak dilepaskan secara signifikan setelah menemukan wilayah yang lebih tepat bagi kegiatan operasi. Luas wilayah Kontrak Karya saat ini adalah 218.529 hektar atau kurang dari 5% luas awal wilayah dalam Kontrak Karya. PT. INCO memproduksi nikel dalam matte yang dihasilkan dari bijih laterit dan diolah di fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu yang terletak dekat Sorowako, Sulawesi. Nikel dalam matte merupakan produk setengah jadi dengan kandungan rata-rata nikel sebesar 78%, sulfur sebesar 20%, kobalt sebesar 1% dan 1% material lainnya. Keseluruhan produksi PT. INCO dijual dalam mata uang Dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak jangka panjang. Kekuatan daya saing perusahaan terletak pada cadangan bijih yang berlimpah, tenaga kerja yang terampil dan terlatih dengan baik, dan pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah.
1
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-1
III. 2
Sejarah PT. INCO, Tbk
Sejak PT. INCO, Tbk didirikan, berbagai hal yang telah dilakukan dan dicapai dalam sejarah PT. Inco adalah sebagai berikut: 1968 - 1973 1973 - 1978 1978 - 1986 1987 - 2000 Eksplorasi dan studi kelayakan Pembangunan fasilitas pertambangan dan pabrik Produksi komersial (kerugian finansial sebesar US$ 416 juta) Perusahaan yang menguntungkan 1988 1991 Ekspansi dari 80 juta menjadi 100 juta pound/per tahun. Penawaran saham publik 20% 1993 1995 Negosiasi modifikasi dan perluasan Kontrak Karya Januari 1996 Penandatanganan hasil modifikasi dan perluasan Kontrak Karya 1996 1999 Proyek Ekspansi Jaringan Keempat termasuk Balambano yang berkapasitas 93 MW untuk meningkatkannya menjadi 150 juta pound/tahun Investasi sejak 1968 sampai 2000: US$ 2.2 milyar 1901 Bijih nikel mula-mula ditemukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt pada saat meneliti bijih besi di pegunungan Verbeek, 1937 Sulawesi . Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan nikel laterit di Sulawesi . Ia 1966 1967 mengunjungi Sorowako. Survei geologi yang komprehensif atas endapan di pulau Sulawesi dilakukan oleh Pemerintah Indonesia . Pemerintah mengundang perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi eksplorasi dan pengembangan endapan mineral di pulau Sulawesi .
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-1
INCO LIMITED mengirim tim ahli geologi ke Sulawesi untuk mengumpulkan data dan menjelaskan kemampuan-kemampuan 1968 INCO. Pada bulan Januari, INCO terpilih dari enam perusahaan untuk merundingkan sebuah Kontrak Karya. 25 Juli, Akta Pendirian disahkan dan didaftarkan. Sebuah perusahaan baru, PT Internasional Nickel Indonesia (PT INCO) berdiri secara resmi. 27 Juli, Kontrak Karya ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan PT INCO. Kegiatan eksplorasi berskala penuh dimulai segera setelah penandatanganan Kontrak Karya. Daerah eksplorasi mula-mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Tes pemboran di daerah Pomalaa merupakan awal alih teknologi yaitu ketika ahli-ahli geologi dari INCO LIMITED mulai mendidik rekan-rekan kerjanya dari Indonesia , cara sistematis 1970 mengambil contoh endapan laterit dan menganalisanya. Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario . Sebuah pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari Sorowako dapat diolah dengan 1971 hasil yang memuaskan. Eksplorasi yang dilakukan telah cukup membuktikan bahwa endapan laterit di sekitar Sorowako mampu mendukung pabrik nikel yang besar.
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-1
Gambar III-1. Nikel Laterit
1973 1974
Pembangunan satu unit jaringan pengolahan pyrometalurgi mulai dilakukan di kawasan Sorowako. Sebagai reaksi atas lonjakan harga minyak yang pertama, maka diambillah keputusan untuk mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ukuran pabrik peleburan ditingkatkan tiga kali untuk mengurangi biaya per unit dan mengimbangi kapasitas PLTA tersebut.
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-1
Gambar III-2. PLTA Larona
1976
10.000
tenaga
kerja
Indonesia
dan
1.000
tenaga
asing
dipekerjakan membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga, bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara serta sarana dan prasarana lain yang 1977 1978 1988 dibutuhkan. 31 Maret, Presiden Soeharto mengunjungi Sorowako dan meresmikan fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan nikel. 1 April, PT INCO mulai berproduksi secara komersial. INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT INCO yang dimilikinya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dari 1990 Jepang. 16 Mei, INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT INCO yang dimilikinya kepada publik dan dicatatkan pada bursa-bursa efek di Indonesia. INCO LIMITED tetap memiliki 58,19 persen 2000 saham PT INCO. PT INCO meningkatkan produksi 30% menjadi 130,5 juta pon nikel dalam matte, sejalan dengan rencana Perseroan untuk mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi per tahun.
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-1
PT INCO menyelesaikan penelitian dan rekayasa atas presipitator elektrostatis Tanur Pengering No.2 yang dirancang untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40%. 14 Desember, penanda-tanganan Kesepakatan Kerja Bersama 2003 - 2004 untuk masa dua tahun dengan Serikat Pekerja, di Sorowako. Tahun 2003, PT Inco membangun daerah penambangan baru di Petea (sebelah Timur Danau Matano, berdekatan dengan wilayah timur penambangan bijih (ore body) PT Inco) Petea memiliki 5 juta ton cadangan mineral terbukti dengan kualitas 1,81% nikel dan 24 juta ton cadangan mineral terduga dengan kualitas 1,78% nikel Investasi yang dialokasikan sebesar US$11.8 juta Bulan Februari 2003, PT Inco menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk bersama-sama membangun daerah kontrak di Sulawesi Tenggara. PT Inco akan menambang bijih saprolitik di wilayah timur Pomalaa, sementara Antam akan melakukan proses peleburan (smelting).PT Inco berencana untuk mulai mengirim bijih dari Pomalaa ke tempat peleburan Antam pada pertengahan tahun 2005. Pada tahun 2004, PT Inco memulai kegiatan pengeboran di Bahodopi dan Pomalaa, dan uji coba penambangan bijih di Petea. Pada tahun 2004, PT Inco melakukan tahap pertama dari rencana optimalisasi besar-besaran yang direncanakan akan menelan biaya US$275-580 juta dengan membangun bendungan ketiga di Karebbe, Sungai Larona, untuk meningkatkan kapasitas listrik tenaga air dari 275 MW ke 365 MW
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-1
Gambar III-3. Proyek PLTA Karebbe
2005
Berhasil memasang teknologi Bag House System di Tanur Listrik No. #4. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah. Direncanakan akhir tahun 2009 semua tanur listrik akan dilengkapi dengan alat ini.
Gambar III-4. ESP Pengendali Emisi Debu
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-2
III. 3
Visi dan Misi
PT. INCO sebagai perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel memiliki visi Menjadi Satu di Antara Produsen Nikel Utama Terkemuka di Dunia. Sedangkan untuk mencapai visi tersebut, misi yang dilakukan oleh PT.INCO ialah Mengembangkan Sumberdaya Indonesia yang Dipercayakan Kepada Perusahaan Sebaik-baiknya Bagi Manfaat Semua Pemangku Kepentingan. Dalam melakukan proses bisnisnya, PT. INCO selalu memilki komitmen kepada: Karyawan Memastikan bahwa tempat kerja mereka aman, sehat dan memberi imbalan yang baik. Pelanggan Memenuhi kewajiban PT. INCO yang berkenaan dengan mutu, biaya dan pengiriman dari pengolahan dan produk PT. INCO. Penanaman modal Melalui sasaran PT. INCO terhadap pertumbuhan keuntungan yang berkesinambungan dan jangka panjang. Masyarakat Menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta menangani lingkungan hidup dengan baik. Strategi yang dilaksanakan PT. INCO adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Secara menguntungkan PT. INCO memperluas kapasitas produksi dan penggunaan sumber daya guna memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan PT. INCO dan persyaratan yang tercantum dalam Kontrak Karya.
Efisiensi
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-3
Meningkatkan efisiensi kegiatan operasional guna meningkatkan keuntungan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi penurunan harga nikel. Tenaga Kerja Untuk memastikan semua tenaga kerja yang ada melaksanakan strategi PT. INCO. Tenaga kerja PT. INCO merupakan tenaga kerja terlatih dengan jumlah yang memadai yang memberikan kemampuan yang tepat pada tempat, waktu dan biaya yang tepat. Lisensi Sosial Bertindak berkesinambungan untuk dapat berkembang bersama dengan masyarakat dalam beroperasi. Perlindungan Aset Bertanggung jawab secara aktif dalam melindungi aset-aset strategis PT. INCO. Reputasi Memastikan bahwa tindakan-tindakan PT. INCO secara efektif mendemonstrasikan dan mengkomunikasikan nilai-nilai Perseroan dalam mengelola persepsi dari para pemangku kepentingan dan meningkatkan reputasi perusahaan. III. 4 Proses Bisnis Perusahaan
PT. INCO telah dikelola secara profesional dengan membagi pusat kegiatan ke dalam dua lokasi, yaitu: Kantor Pusat Perusahaan Kantor Pusat berkedudukan di Jakarta, dikepalai seorang President and Chief Excecutive Officer yang membawahi beberapa posisi, yaitu: Senior Vice President and Chief Financial Officer Senior Vice President and Chief Operating Officer Vice President Project Development Senior Vice President Corporate Affairs and General Counsel
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-4
Manager Regional Audit Kantor Kegiatan Operasional Kantor kegiatan operasional terletak di Soroako, dikepalai oleh Senior Vice President and Chief Operating Officer. Secara umum, proses bisnis yang dilakukan di perusahaan dapat digambarkan dalam gambar berikut:
Support and Engineering Services Department Nickel Laterite
Exploration and Mines Development Department
Utilities Department Nickel Matte Sumitomo
Mines Department
Process plant Department
KELOMPOK OPERASI
Comptroller Department
Procurement Contracts and Logistic Warehousing Department General Facilities and Services Department Medical Officer Department
Human Resiurce Department
Masyarakat
Finance Department
External Relations Department Environmental Health and Safety Department
Information Technology Department
Vendor/ Supplier
Internal Audit Department Kelompok Keuangan
Security Services Department
Kelompok Pendukung Operasi
Gambar III-5. Proses Bisnis PT. INCO
Bijih nikel yang diperoleh dari Pegunungan Verbeek, akan dieksploitasi dan diolah oleh kelompok operasi. Kelompok pendukung operasi akan menyokong kelompok operasi dalam menjalankan proses operasinya, baik dalam pengelolaan barang, penyediaan barang, sumber daya manusia, kesehatan, serta teknologi. Kelompok pendukung operasi juga berhubungan dengan lingkungan dalam penyediaan material untuk perusahaan, penyediaan fasilitas bagi masyarakat
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-5
sekitar, juga dengan customer, dalam hal ini Sumitomo, Jepang. Kelompok pendukung operasi juga berhubungan dengan perusahaan lain yang melakukan kerjasama, baik kontraktor ataupun kerjasama dengan perusahaan lain, seperti PT. ANTAM (Aneka Tambang). Berdasarkan tanggung jawab yang diberikan, Senior-Vice President and Chief Operating Officer membawahi beberapa bidang operasi sesuai dengan karakteristik masing-masing di lapangan, yaitu: Vice President Operation, yang membawahi: General Manager Mines General Manager Exploration & Mine Development General Manager Process Plant General Manager Support & Engineering Service General Manager Utilities Director Security General Manager Environmental Health and Safety General Manager Human Resource General Manager Procurement Contracts and Logistic Warehousing General Manager Facilities and Services SPCL Business Development Executive Secretary
Kantor operasional, berdasarkan fungsi terbagi ke dalam tiga kelompok organisasi, yaitu: 1. Kelompok pendukung operasi, pelayanan, dan administrasi. a. Procurement Contracts and Logistic Warehousing Department Departemen ini berfungsi untuk mengatur dan mengelola barangbarang yang merupakan pesanan dari user, memantau jumlah persediaan dalam gudang, dan mengelola proses pembelian yang dilakukan oleh user, untuk selanjutnya barang yang telah sampai di
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-6
disimpan di warehouse maupun langsung didistribusikan kepada user. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Department Procurement and Contracts Sub-Department Logistic and Warehousing a. Human Resource Department Departemen ini bertanggung jawab terhadap administrasi kepegawaian, personalia, serta pelatihan dan pengembangan karyawan. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Department of Human Resource and Organization Development (HROD) Sub-Department of Employs Services and Industrial relation Sub-Department of Educations Sub-Department of Compensation and Workforce Planning a. External Relations Department Departemen ini berfungsi menjalin hubungan dengan pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Departemen ini membawahi: Sub-Department of Government Relation Sub-Department of Community Development Sub-Department of Communication a. General Facilities and Services Department Departemen ini bertugas dalam menangani fasilitas dan pelayanan umum, seperti tata letak dan fasilitas pabrik, memperbaiki taman, serta sarana olahraga dan perumahan. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Department of Town Facilities Services Sub-Department of Town Facilities Maintenance and Operation a. Information Technology Department
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-7
Departemen ini bertugas dalam melayani dan mengawasi penerapan teknologi informasi di perusahaan. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of IT Business System Sub-Departement of IT Business Support Sub-Departement of IT Technical Support a. Environmental Health and Safety Department Departemen ini bergerak dalam bidang kesehatan, keselamatan kerja, dan penanganan terhadap bahaya pencemaran lingkungan yang berada di area produksi serta memperhatikan kondisi-kondisi lingkungan hidup. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Safety Sub-Departement of Environment Sub-Departement of Fire and Rescue a. Medical Officer Department Bertangung jawab memberikan pelayanan kesehatan terhadap karyawan dan keluarganya, serta masyarakat setempat meliputi perawatan medis dan pemeriksaan tahunan karyawan dan keluarganya. Pelayanan tersebut dilakukan di Balai Kegiatan Sorowako, Wasuponda, dan Wawondula.
b. Security Services Department Departemen ini berfungsi menyediakan pelayanan atau penjagaan keamanan, baik internal (kawasan PT. INCO) maupun eksternal (lingkungan masyarakat). 2. Kelompok operasi, terdiri atas: a. Process Plant Department
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-8
Departemen ini berfungsi melakukan proses pengolahan bijih nikel laterit sehingga mengasilkan nickel matte berkadar 78%. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Process Technology Sub-Departement of Smellter Sub-Departement of Ore Preparation and Transportation Sub-Departement of Plant Maintenance Sub-Departement of Reduction Kiln and CTS a. Support and Engineering Services Department Departemen ini berfungsi merancang bangunan (konstruksi) yang rusak dan dibutuhkan oleh karyawan yang bekerja di bagian operasi. Departemen ini juga bertanggung jawab memberikan pelayanan rekayasa terhadap semua perubahan, modifikasi ataupun pengganti sarana pabrik, misalnya kerusakan bangunan, jalanan, dan lain-lain. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Central Planning Sub-Departement of Central Engineering Services Sub-Departement of Process Plant Engineering Sub-Departement of Construction Services Sub-Departement of Utility Engineering Sub-Departement of Support Services Sub-Departement of Maintenance System a. Mines Department Departemen ini berfungsi untuk melakukan eksploitasi untuk menyediakan bijih nikel dengan kadar tertentu di Wet Ore Stock Pile. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Mine Engineering Sub-Departement of Mine Petea Sub-Departement of Ore Quality Sub-Departement of Business Improvement
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-9
Sub-Departement of Mine Services a. Exploration and Mine Development Department Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Exploration and Mine Development Sub-Departement of Exploration and Technical Services Sub-Departement of Pomalaa CRA a. Utilities Department Departemen ini berfungsi menyediakan kebutuhan listrik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Energi listrik yang dihasilkan juga digunakan untuk keperluan listrik pada fasilitas perusahaan seperti perumahan karyawan serta digunakan untuk pasokan listrik kebutuhan masyarakat sekitas area penambangan. Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Utilities Sub-Departement of Utilities Hydro Sub-Departement of Utilities Reliabilities 1. Kelompok keuangan, terdiri atas: a. Comptroller Department Departemen ini membawahi sub-departemen: Sub-Departement of Project Accountant Sub-Departement of Accountant Services Sub-Departement of Corporate Accounting a. Finance Department Departemen ini bergerak dalam bidang finansial, perpajakan, dan administrasi saham PT. INCO di Jakarta. Departemen ini membawahi beberapa sub-departemen: Sub-Departement of Corporate Secretary and Texas Sub-Departement of Share Administration
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-10
a. Internal Audit Department Departemen ini bertugas untuk memeriksa keuangan perusahaan. III.5 Proses Bisnis Internal
PT. INCO memiliki departemen yang berwenang dalam pengelolaan persediaan dan pengadaan barang. pada tahun sebelumnya, proses tersebut dilakukan oleh Departemen Supply Chain Management (SCM), tetapi pada saat penelitian dilakukan, departemen SCM telah berubah menjadi Departemen Logistic Warehousing and Procurement Contracts. Departemen ini dikepalai oleh seorang general manager. Departemen tersebut dipecah kembali menjadi dua sub departemen besar, yaitu Subdepartemen Procurement Contract, dan Subdepartemen Logistic Warehousing. Masing-masing bagian ini juga dikepalai oleh seorang manager yang bertanggung jawab pada general manager. Setiap sub-departemen terbagi lagi menjadi masing-masing dua section. Section di Sub-departemen Procurement Contract, yaitu Procurement dan Contracts, sedangkan section di Subdepartemen Logistic Warehousing ialah Logistic dan Warehousing. Section Procurement dibagi menjadi dua bagian, yaitu Purchasing dan Inventory Catalogue. Purchasing bertugas menangani pengadaan barang, sedangkan Inventory Catalogue bertugas untuk mengelola persediaan barang serta mendata setiap barang yang tersedia. Kedua bagian ini masing-masing dikepalai oleh superintendent. Penelitian dilakukan pada bagian Inventory, berfokus pada pengendalian persediaan barang. Beberapa hal yang dilakukan oleh Inventory adalah sebagai berikut:
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-11
Mengecek ketersediaan barang yang ada di dalam gudang dan mencocokkan dengan jumlah yang ada di dalam system Ellipse. Menentukan banyaknya jumlah barang yang dipesan untuk setiap material. Memutuskan kebijakan pengadaan barang yang diajukan user (dibeli atau tidak) dengan mempertimbangkan jumlah barang yang tersedia di gudang dan tingkat kepentingan material tersebut.
III.6
Produk
Cadangan bijih terduga turun 8 juta metrik ton di tahun 2008 menjadi 153 juta metrik ton dengan kadar 1,77% nikel. Sedangkan sumber daya mineral terukur dan terindikasi naik 97 juta metrik ton menjadi 375 metrik ton dengan kadar nikel 1,53%. Sumber daya mineral tereka naik 48 juta metrik ton menjadi 288 juta metrik ton dengan kadar nikel sebesar 1,7%. Produk nikel dalam matte yang dihasilkan mempunyai kandungan nikel rata-rata 78%, yang akan dimurnikan lebih lanjut di Jepang sebelum dikirim kepada produser-produser baja nirkarat dan pelanggan lain.
III. 7
Kondisi Sistem Perusahaan
Saat ini, proses pengolahan data di PT. INCO Sorowako sudah menggunakan aplikasi Mincom Ellipse. Mincom Ellipse adalah suatu aplikasi terintegrasi secara menyeluruh dalam hal asset perusahaan yang memberikan wawasan secara menyeluruh, serta manajemen aset terhadap industri yang berkembang di bidang pertambangan, utilities, pertahanan, transportasi, dan pemerintahan. Program ini digunakan di hampir setiap departemen, dan setiap departemen saling terintegrasi dengan departemen-departemen yang lainnya. Yang membedakan hanyalah akses
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-12
dari karyawan yang berbeda-beda untuk setiap departemen, tergantung pada kebutuhan pekerjaannya. Untuk Departemen Logistic Warehousing and Procurement Contracts, aplikasi yang digunakan adalah adalah aplikasi Mincom Ellipse Supply Chain Management yang dapat menghasilkan efisiensi dan kemampuan beradaptasi yang dibutuhkan, menawarkan kerangka kerja yang dapat diuraikan untuk membangun dan menjaga kebijakan inventory dan procurement, menambahkan proses secara otomatis, dan meningkatkan manajemen warehouse dan supplier. Fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Mincom Ellipse SCM adalah: Identifikasi secara luas dan deskripsi pada setiap item barang. Metode yang fleksibel untuk mengatur material yang tertahan di inventori. Menjaga dan mengontrol semua item di inventori. Menjaga hubungan antara part individu dengan peralatan yang menggunakan part tersebut. Mekanisme untuk menetapkan batas terhadap aktifitas permintaan. Manajemen secara luas terhadap manajemen informasi supplier dan customer. Manajemen terhadap pengaturan pembelian lebih kompleks. Manajemen terhadap performa supplier agar sesuai dengan level servis. Pembayaran material dan pengawasan servis terhadap pekerjaan yang dijalankan. Penerimaan dan pengiriman barang ke tempat lain. Merekam dan mengontrol kelebihan barang, kekurangan barang dan kerusakan. Penentuan lokasi penyimpanan barang yang distok.
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-13
Hasil yang didapat adalah pengadaan barang yang lebih efisien, mengurangi siklus pemesanan barang dan biaya penyimpanan barang, meningkatkan service level kepuasan pelanggan dan pemanfaatan asset. III. 8 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi PT. INCO, Tbk. secara garis besar sebagai berikut:
President & Chief Executive Officer
Senior VP & Chief Financial Officer
Senior VP & Chief Operating Officer
VP Project Development
Senior VP Corporate Affairs & General CounselDir. Panalaa & Bahadopi Project Relations Dir. Media, Communication, & Licensing
Manager Regional Audit
General Manager Business Organization
Dir. Security
Vice President Operation
Project Director HPAL
Supervisor Audit
Comptroller
General Manager EHS
General Manager Mines General Manager Exploration & Mine Development General manager Process Palnt General Manager Support & Engineering Servic General Manager Utilities
Project Director
IT Audit
General Manager Investor Relations
General Manager Human Resource General Manager Procurement Contract & Logistic Warehousing General Manager Facilities & Services
General Manager Contract Work PRJ Development
Director of External Relation
Auditor Senior
General Manager IT
General Manager Project
Dir. Corporate Affairs
Auditor
Director of Taxes
Dir. Project SMP
Dir. Legal
Junior Auditor
Senior SPCL Financial Evaluation
SPCL Business Development
Manager Deffered Benefit
Executive Secretary
Gambar III-6. Struktur Organisasi PT. INCO, Tbk.
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-14
III. 9
Lokasi PT. INCO, Tbk.
PT. International Nickel Indonesia, Tbk. memiliki tiga kantor, yaitu: Kantor Pusat Kantor pusat PT. INCO terletak pada: Plaza Bapindo - Citibank Tower, Lantai 22 Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55 Jakarta 12190 - Indonesia Tel: (021) 524 9000, Fax: (021) 524 9020 Kantor Operasional Kantor operasional terletak di Sorowako dengan alamat Sorowako 92984, Sulawesi Selatan Kantor Cabang Makassar Perusahaan juga memiliki kantor cabang yang terletak di Jl. Somba Opu, PO.BOX 1143, Makassar 90001, Sulawesi Selatan, Indonesia. Wilayah Kontrak Karya PT. International Nickel Indonesia, Tbk. dapat dilihat melalui gambar berikut:
Gambar III-7. Area Kontrak Karya PT. INCO, Tbk.
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-15
III. 10 Manajemen Persediaan Barang PT. INCO Dalam rangka kegiatan operasional maupun administratif, PT. INCO harus memiliki persediaan untuk memperlancar aktivitas produksinya. Produksi yang besar memerlukan persediaan yang besar pula, sehingga dalam pengadaannya membutuhkan departemen untuk menangani masalah ini. Masalah persediaan barang PT. INCO ditangani oleh sebuah departemen yang bernama Procurement Contract and Logistic Warehousing (dahulu Dept. SCM). SCM merupakan seperangkat pendekatan yang digunakan untuk mengefisienkan dan mengintegrasikan pemasok, pabrik, dan gudang penyimpanan, sehingga barang dapat diproduksi dan didistribusikan pada jumlah, tempat, dan waktu yang tepat. Departemen ini merupakan penghubung antar pengguna (Users) dan pemasok (Suppliers). Departemen Procurement Contract and Logistic Warehousing terbagi menjadi dua sub-departemen, yaitu Procurement and Contract dan Logistic and Warehousing. Barang yang masuk ke PT. INCO ada yang dijadikan sebagai stock (Stock Item), ada juga yang langsung dikirimkan ke bagian yang meminta untuk langsung digunakan (Direct Charge). Jenis barang yang dimasukkan dan ditatausahakan sebagai barang persediaan adalah barang yang digunakan berulang kali oleh users. Barang yang jarang sekali digunakan dan dipesan tidak perlu dimasukkan ke dalam persediaan terlebih dahulu, bisaanya barang ini akan langsung dibebankan ke bagian yang memintanya. Jenis barang yang ada dalam persediaan INCO berdasarkan Buyer adalah sebagai berikut: 1. Bulk item batubara, sulfur, High Speed Diesel (HSD) 2. Mechanical besi, machine, motor, pipe, wire, mesh, transformer oil 3. Electrical kabel 4. Consumable stationery, food and beverage 5. Mobile equipment component assemblies, spare parts
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-16
6. General computer software and hardware dan suku cadangnya Pencatatan persediaan dilakukan perusahaan melalui metode FIFO (First In First Out), dimana barang yang masuk pertama kali merupakan barang yang akan keluar lebih dulu. Untuk penentuan harga yang digunakan metode harga rata-rata, dimana harga barang baru merupakan rata-rata dari barang yang dibeli sebelumnya. Pengendalian persediaan di PT. INCO dilakukan oleh bagian inventory control dan kataloger. Kataloger mengizinkan user untuk menambah, mengubah, atau mengurangi jenis material ke dalam catalog melalui proses Add, Deletion and Revision (ADR) dan menjaga informasi tersebut sehingga dapat dengan mudah diakses jika dibutuhkan. Proses ADR dilakukan setelah user mengisi form ADR. ADR Add Jika user ingin menambah item dan menjadikannya sebagai Stock, kemudian mengirim ke kataloger. Setelah dilihat kembali oleh kataloger dan di-input ke sistem, selanjutnya dikirim ke inventory control untuk menentukan jumlah persediaan dan parameter juga melakukan update data ke sistem. Sistem akan mencetak SRO (Store Recommended Order) dan dilihat kembali oleh inventory control yang selanjutnya diubah menjadi BRO (Buy Recommended Order) bagi Procurement. Procurement mengeluarkan Purchase Order (PO) berdasarkan BRO dan membeli item. Setelah itu kataloger mengirim salinan ADR ke user dan Purchasing, dan ADR asli disimpan di master list. Deletion Item yang sudah masuk menjadi stock hanya saja user sudah tidak memakainya lagi dalam produksi. Kataloger melihat apakah user lain membutuhkan item tersebut dan memberitahu kepada user bahwa item akan dihapus (delete). Kataloger akan mengecek Outstanding PO, jika
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-17
terdapat
Outstanding
PO,
kataloger
menghubungi
buyer
untuk
membatalkan order namun jika tidak dapat dibatalkan, inventory tidak dapat melakukan proses delete sampai barang diterima, jika tidak ada Outstanding PO maka kataloger melakukan update data ke sistem. Inventory control selanjutnya melakukan update parameter. Proses deletion ini juga akan dilakukan oleh inventory control sebagai tanggung jawab untuk mengontrol barang yang benar-benar sudah tidak dipakai lagi oleh user dan untuk mengurangi nilai persediaan. Jika melalui sistem ternyata barang tidak pernah bergerak selama dua tahun lebih, maka inventory control akan memberikan daftar tersebut kepada user dan meminta agar barang tersebut dilihat kembali (review). Jika hasil review menyatakan barang sudah tidak dipakai lagi, maka dilakukan proses delete. Revision Jika stock tersebut ingin direvisi oleh user karena ada perubahan item yang diinginkan (agak berbeda dari stock sebelumnya tapi dengan jenis yang sama). Kataloger akan melihat apakah user lain menggunakan item tersebut dan akan memberitahu ke user bahwa item akan direvisi. Kemudian kataloger melihat apakah terdapat barang di gudang (stock on hand) atau Outstanding PO, jika tidak ada, revisi bisa dilakukan. Selanjutnya memasukkan data ke sistem dan inventory control melakukan parameter ke sistem. Inventory control adalah bagian yang berfungsi untuk menentukan jumlah pembelian, setting parameter stock item, mempercepat kedatangan barang bila diperlukan, dan meninjau keberadaan barang stock item yang tidak dipergunakan serta memutuskan perlakuan terhadap barang yang bermasalah. Informasi yang dimilki oleh inventory control:
Stock Item / Stock Code
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-18
Stock code adalah kode material yang diberikan oleh sistem secara otomatis atau secara manual diinputkan. Kodenya berupa alphanumeric. Stock Code ini dapat diinput pada MSO 100/1 yang merupakan metode yang teratur untuk mengidentifikasi dan menggambarkan item-item dari material dan mengijinkan user secara cepat dan mudah mendapatkan item-item material.Tabel 3.1. Contoh Barang Berdasarkan Stock CodePerio d 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 Group Class BEARINGS,ANTIFRICTION BEARINGS,ANTIFRICTION BEARINGS,ANTIFRICTION BOLTS BOLTS BOLTS ABRASIVE MATERIALS ADHESIVES ADHESIVES ABRASIVE MATERIALS BATTERIES,NONRECHARG EABLE CABLE,CORD,& WIRE ASSEMBL ADP SOFTWARE Stock Code 0001207 90 0001209 80 0001258 56 0001383 21 0001390 06 0001391 21 0001963 78 0001974 59 0001974 67 0002136 45 0003644 06 0003667 24 0003788 69
Stock Type (Criticality)Tabel 3.2. Stock Type CODE A JUDUL Criticality A KETERANGAN Jika part tidak ada ketika diperlukan, dapat mengakibatkan kehilangan produksi atau tambahan cost lebih dari 250,000 pound nickel matte setiap kejadian sebelum part berhasil diperoleh. (Meliputi kerugian yang menyangkut keselamatan
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-19
dan lingkungan). Jika part tidak ada ketika dibutuhkan, dapat mengakibatkan B Criticality B kehilangan produksi atau tambahan cost kurang dari 250,000 pound nickel matte setiap kejadian sebelum part berhasil diperoleh. (Meliputi kerugian menyangkut keselamatan dan lingkungan). Criticality C Jika part tidak ada, tidak mempengaruhi produksi secara langsung. Material yang telah diidentifikasi sebagai material yang O Obsolete tidak dibutuhkan lagi dan stok yang ada akan di-written off dan dibuang. Under Review Material yang potensial obsolete (tidak bergerak lebih dari 2 tahun)
C
R
Sumber: Standard Procedure Instruction-Inventory Policy Supply Chain Management PT. INCO (Januari 2006) Tabel 3.3. Contoh Barang Berdasarkan Stock TypeStock Code 10108685 4 00007343 7 04970330 2 23306070 7 04956414 1 05861395 1 23306060 8 23306080 6 00026461 4 11300987 5 00030015 Stock Name DRUGS AND BIOLOGICALS ELECTRICAL CONTACT BRUSH PIPE AND TUBE WIRE AND CABLE,ELECTRICAL ELECTRICAL CONTACT BRUSH ELECTRICAL CONTACT BRUSH WIRE AND CABLE,ELECTRICAL WIRE AND CABLE,ELECTRICAL ELECTRICAL CONTACT BRUSH OILS & GREASES PHOTOGRAPHIC MATERIALS Stock Type A A A B B B C C C O O
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-20
2
Stock ClassTabel 3.4. Stock Class
CODE
TITTLE
KETERANGAN Barang-barang aktif yang merupakan suku cadang dan umumnya terkait langsung dengan peralatan utama, dan dengan mengantisipasi
S
SPARES
pola List),
permintaan. dengan EGI
Barang-barang (Equipment klasifikasi yang tidak
harus Group peralatan terkait
dikatalogkan dengan APL (Application Part Identifier) sebagai aktif
minimum. Barang-barang C CONSUMABLES
langsuing dengan peralatan utama, dan dapat dikaitkan dengan proses produksi, dan dengan permintaan konstan. Barang-barang yang secara jelas diidentifikasi dan disetujui oleh departemen user sebagai barang yang tidak lagi diperlukan karena mesin, peralatan, atau proses terkait mengalami pengurangan (tidak lagi digunakan). Barangbarang ini juga tidak lagi disediakan oleh supplier. Permintaan barang jenis ini masih dapat dilakukan untuk excess stock (sisa stock) Juga dikenal sebagai strategic atau standby, yang merupakan barang-barang yang penting, bisaanya berupa suku cadang yang tidak memiliki perkiraan umur penggunaan, lead
D
DO NOT REORDER
I
INSURANCE
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-21
time yang lama dan disimpan pada inventory sebagai jaminan terhadap kerugian operasional yang tidak dapat diterima. Material akan dikapitalisasi dan disimpan di inventory dengan nilai 0,01. Pengadaan barang ini tidak dilakukan melalui inventory, tetapi melalui ORDER ON DEMAND pembelian Direct Purchase. Material yang dikatalogkan, tapi tidak
O
disimpan pada inventory. Material ini dibeli ketika diperlukan oleh user tertentu. Barang-barang yang memiliki nilai lebih besar dari US$ 10,000 dan memiliki waktu pakai 2 tahun. Material akan dikapitalisasi dan
V
CAPITAL
disimpan di inventory dengan nilai 0.01. pengadaan barang tidak dilakukan melalui inventory, tetapi melalui pembelian Direct Purchase. Material-material, biasanya berupa suku
cadang, yang dibeli melalui proyek kapital dan biayanya dibebankan ke biaya project. SukuP PROJECT cadang disimpan dan diatur di inventory dengan nilai 0.01, tapi pengadaannya tidak dilakukan secara rutin melalui inventory. Barang-barang ini dikonversikan ke stock class yang sesuai berdasarkan keperluannya yaitu moving atau Order on DemandSumber: Standard Procedure Instruction-Inventory Policy Supply Chain Management PT. INCO (Januari 2006)
Tabel 3.5. Contoh Barang Berdasarkan Stock Class
Bab III Tinjauan Perusahaan
III-22
Stock Code233061609 233061708 233061807 000299578 025406007 000263020 000072074 000083998 505025609 607012087 265711006 000222885 223369201 767223006 000263012
Stock NameWIRE AND CABLE,ELECTRICAL WIRE AND CABLE,ELECTRICAL WIRE AND CABLE,ELECTRICAL CAMERAS,STILL PICTURE COILS AND TRANSFORMERS COMPUTERS & PERIFERALS BELTING,DRIVE BELTS,FAN BELTING,DRIVE BELTS,FAN BELTING,DRIVE BELTS,FAN BARS AND RODS:NONFERROUS BATTERIES,NONRECHARGEABLE BEARINGS,ANTIFRICTION ABRASIVE MATERIALS ADHESIVES ADPE SYSTEM CONFIGURATION
Stock ClassCONSUMABLES CONSUMABLES CONSUMABLES DO NOT REORDER DO NOT REORDER DO NOT REORDER INSURANCE ITEM INSURANCE ITEM INSURANCE ITEM ORDER ON DEMAND ORDER ON DEMAND ORDER ON DEMAND SPARES SPARES SPARES
Group Class dan Part Number Group Class merupakan pengelompo