Upload
imamezy
View
230
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
htrikaka
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data resmi WHO (1994) abortus terjadi pada 10% dari seluruh kejadian abortus
erat kaitannya dengan kuretase, namun tidak semua kejadian abortus atau keguguran harus
dilakukan kuretase. Di Inggris, setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion (aborsi
akibat diinduksi/ sengaja digugurkan) setiap tahun dan 11.500 kasus di Skotlandia. Di
Indonesia sendiri diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya
atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun. Dan frekuensinya terus
meningkat setiap tahun. Studi-studi terkini melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai
dari intensitas yang ringan sampai dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung.
(Niken Yunita Sari, 2009).
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 195 per 100.000
kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2019 kematian ibu bisa lebih berkurang menjadi 60-
80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan oleh
perdarahan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi dari keguguran. Menurut kejadian kematian ibu
di Indonesia disebabkan oleh perdarahan sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-
30% sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain. Dan juga kematian ibu disebabkan oleh
keterlambatan rujukan dan transportasi yang sulit. (Niken Yunita Sari, 2009).
Menurut Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) tahun 2007 dari klinik Yasmin Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa
dijumpai adanya pertumbuhan embrio, dan kejadian kuretase dengan indikasi blighted ovum
sangat jarang ditemukan mungkin hanya berkisar antara 2-3% saja. (Dr.Andon Hestiantoro,
2007).
Janin yang tidak berkembang atau biasa disebut pertumbuhan janin terhambat (PJT)
adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi di mana berat
janin tidak sesuai dengan masa kehamilan. Kondisi ini dapat diketahui apabila berat janin
berada di bawah kisaran normal berat janin yang ditentukan. Selain itu, tanda yang paling
mudah ditemukan adalah tidak seimbangnya besar rahim dengan usia kehamilan. (Dr.Andon
Hestiantoro, 2007).
Menurut Dr. Bambang Fajar, Sp.OG, tahun 2009 dari RS Internasional Bintaro
Tangeranang Banten Kuret atau kuretase adalah sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan
jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami
abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai
persalinan. (Dr.Bambang Fajar, 2009)
Dari Data sekunder Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru satu tahun terakhir pasien
yang melakukan kuretase dengan berbagai indikasi seperti keguguran (abortus) baik itu
inkomplit ataupun abortus komplit terdapat 493 dan hanya terdapat 2 orang yang
diindikasikan kuretase dengan blighted ovum atau janin yang tidak berkembang, dan pada
tahun 2012 dari awal januari hingga bulan juli didapatkan bahwa kehamilan dengan janin
yang tidak berkembang yaitu hanya 1 orang dan dilakukan kuretase. (RSUD Banjarbaru
tahun 2011 dan 2012 bulan Januari-Juli)
Berdasarkan pendapat para ahli tentang Blighted ovum atau janin yang tidak berkembang
dan pendapat para ahli tentang kuretase serta didukung oleh data sekunder Rumah Sakit
Umum daerah Banjarbaru yang menyatakan bahwa hanya ada satu pasien dengan Blighted
ovum dan melakukan kuretase maka saya tertarik untuk mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada ibu post kuretase fisiologis dengan Blighted Ovum”, untuk lebih
menambah wawasan serta pengetahuan saya khususnya tentang perawatan setelah kuretase
dengan blighted ovum.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada ibu post kuretase dengan blighted ovum di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru.
2. Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi ibu setelah dilakukan kuretase.
b. Mengetahui tetang factor penyebab Blighted Ovum.
c. Mengetahui prosedur kuretase.
d. Mengetahui perawatan pasca kuretase.
e. Mengetahui dampak dari kuretase.
f. Mengetahui pengobatan yang diberikan pada ibu setelah kuretase dengan blighted ovum.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang gangguan perawatan setelah kuretase dengan
blighted ovum.
2. Bagi pasien
Menambah pengetahuan dan wawasan pasien tentang pentingnya untuk memeriksakan
kehamilan agar tidak terjadi blighted ovum.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Menambah referensi atau sebagai bahan kepustakaan.
b. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan menjaga program jaminan mutu pelayanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Blighted Ovum
1. Pengertian
Menurut Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) dari klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa
dijumpai adanya pertumbuhan embrio. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007)
2. Etiologi
Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara normal,
yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya, kehamilan kosong terjadi karena sel
telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung kehamilan
terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi. Kehamilan kosong
atau tidak berkembang dapat diketahui saat melakukan USG (Ultrasonografi). (Dr.Andon
Hestiantoro, 2007).
Gambar janin yang tidak berkembang :
Penjelasan gambar :
Gambar kiri dilihat dengan ultrasonografi, hanya terlihat kantung kehamilan atau rahim yang
membesar namun tidak terlihat ada perkembangan janin didalamnya.
Gambar kanan merupakan hasil setelah kuretase dan diawetkan dapat dilihat bahwa janin
benar-benar tidak berkembang hanya placenta atau ari-ari yang berkembang.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
a. Penyebab ibu
1) Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat : Faktor keturunan dari ibu
dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan
dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.
apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal
ditambah dengan 10-12 kg
2) Penyakit ibu kronik : Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik,
diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat
menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT
3) Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik
b. Penyebab janin
1) Infeksi selama kehamilan : Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela
dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
2) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom : Kelaianan kromosom seperti trisomi atau
triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
3) Paparan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin) : Berbagai macam zat yang
bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan
PJT
c. Penyebab plasenta (ari-ari)
1) Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang
baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta),
korioangioma, dan plasenta previa
2) Kehamilan kembar : janin yang satu berkembang dan janin yang lainnya tidak, atau bahkan
keduanya tidak berkembang akibat asupan nutrisi yang kurang baik.
3. Patofisiologi
Komplikasi juga kerap dialami oleh pasien dengan kehamilan kosong, yaitu pendarahan
akibat kehamilannya tidak normal, perdarahan dapat berhenti jika hasil konsepsi dikeluarkan
dari rahim, Agar pendarahan tidak terjadi terus menerus, ada dua cara yang umumnya
dilakukan untuk mengeluarkan kehamilan kosong. Yaitu dengan menggunakan obat atau
melakukan kuretase. (Dr.Andon Hestiantoro, 2007).
Konsep Kuretase
1. Pengertian
Menurut Dr. Bambang Fajar, Sp.OG.,dari RS Internasional Bintaro Tangeranang Banten
Kuret atau kuretase adalah sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa
jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus,
endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang tertinggal seusai
persalinan. (Dr.Bambang Fajar, 2009)
Prosedur kuretase adalah serangkaian pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) kedalam
kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan
secara sistematik (Sarwono Prawirohardjo, 2006)
2. Etiologi
Untuk membersihkan bagian rahim dan merupakan tindakan medis. Biasanya ada dua
alasan mengapa dokter melakukan kuretase yaitu pertama terjadi keguguran, tindakan ini
biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai dan yang kedua bagian dari
pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim seperti perdarahan yang tidak teratur,
perdarahan ketika berhubungan intim, perdarahan setelah masa menopause dan perdarahan
banyak yang membahayakan nyawa ibu, hasil pemesriksaan menunjukan bahwa janin tidak
berkembang dan tidak dapat diatasi lagi dengan pemenuhan nutrisi atau pengobatan sehingga
harus diambil tindakan kuretase. (Dr.Bambang Fajar, 2009)
3. Patofisiologi
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan
yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat
melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu
seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya :
a. Perdarahan Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi
perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit
pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan.
Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan
melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun
biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, Jika
terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.
b. Cerukan di Dinding Rahim : Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai
meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan
mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid, Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim,
dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi, Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa
memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah
oleh cairan seperti darah.
e. Kanker, kemungkinan kecil terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak
dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan
yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang
disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
4. Perawatan Pascakuretase
a. Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Misal, ibu harus
menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak
melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar
hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan
penghilang rasa sakit.
b. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan,
segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua
karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret
berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST KURETASE 1 HARI
DI RUANG MERPATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
Tanggal pengakjian : Selasa 17 Juli 2012
Jam : 21.00 WITA
Tempat pengkajian : Ruang Merpati (Nifas) RSUD Banjarbaru
A. SUBJEKTIF DATA
1. Identitas
Istri
Nama : Ny. M
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Nusantara No.17 RT.07/05, Loktabat Selatan.
Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Nusantara No.17 RT.07/05, Loktabat Selatan.
2. Keluhan Utama : ibu mengatakan 1 hari yang lalu dilakukan kuretase akibat keguguran
dan sekarang ibu mengatakan nyeri yang dirasakan telah sedikit berkurang, darah yang
keluarpun hanya sedikit.
3. Riwayat perkawinan : kawin 1 kali, pertama kali kawin umur 24 tahun dengan suami
sekarang sudah 12 tahun.
4. Riwayat haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 29 hari
c. Teratur / tidak: teratur
d. Lamanya : ± 7 hari
e. Banyaknya : ± 2-3 kali ganti pembalut/hari
f. Dysmenorrhea: tidak pernah
5. Riwayat Obstetri : P1 A1
No Thn Kehamilan Persalinan BayiPenyulit
nifas
UK Penyulit UK CaraTempat/
penolongPenyulit BB PB JK
Keadaan
lahirNifas
1
2
2004
2012
Aterm
12 mg
T.A.P
abortus
Aterm
12 mg
Spontan
kuretase
Bidan
dr.Sp.OG
T.A.P
--
3100
--
49
--
L
--
Normal
--
T.A.P
T.A.P
6. Riwayat Ginekologi
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17 Juli 2012
Keluhan Masuk Rumah Sakit : Ibu mangatakan telah melakukan USG (ultrasonografi) tadi
pagi dan ditemukan bahwa janinnya tidak mengalami perkembangan sehingga memutuskan
untuk melakukan kuret.
Tindakan yang dilakukan : Kuretase oleh dr.Budi, Sp.OG
Jam dilakukan tindakan : 13.25 WITA
7. Riwayat keluarga berencana
a. Jenis : suntik 3 bulan
b. Lama : 3 tahun
c. Masalah : tidak ada
8. Riwayat kesehatan
a. Klien : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
hipertensi, ashma, diabetes militus/kencing manis, jantung dan penyakit menular seperti
TBC, HIV/AIDS.
b. Keluarga : ibu mengatakan bahwa keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, ashma, diabetes militus/kencing manis, jantung dan penyakit menular
seperti TBC, HIV/AIDS.
9. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Jenis yang dikonsumsi : Nasi, Ikan, Sayur, Air putih.
2) Frekuensi : 3 kali sehari
3) Porsi makan : 1 piring
4) Pantangan : tidak ada.
b. Eliminasi
1) BAB : frekuensi : 1 kali sehari
Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
2) BAK : frekuensi : 3-4 kali sehari
Warna : kuning jernih
Bau : khas urine.
c. Personal hygine
Frekuensi mandi : 1 kali sehari
Frekuensi gosok gigi : 1 kali sehari
Frekuensi ganti pakaian : 1 kali sehari/ sesuai kebutuhan.
d. Aktifitas : ibu mengatakan hanya bisa melakukan aktifitas ringan seperti pergi kekamar
mandi.
e. Tidur dan istirahat
Siang hari : ± 1 jam
Malam hari : ± 6 jam
Masalah : tidak ada.
f. Pola seksual : belum dilakukan
Masalah. : tidak ada.
10. Data psikososial dan spiritual
Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : sedih
Ibadah yang diinginkan ibu saat ini : berdo’a
Pengetahuan ibu tentang penyakit yang diderita : dari petugas kesehatan
Hubungan social ibu dengan keluarga : baik
Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami.
B. OBJEKTIF DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 55 kg
d. Tinggi Badan : 159 cm
e. Tanda vital : TD 120/80mmhg, nadi 80x/m, R 22x/m, suhu 36,5oC
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : tidak ada benjolan, rambut tidak rontok dan tidak berketombe
Muka : terlihat pucat namun tidak paralisys
Mata : simetris, konjungtiva terlihat pucat, sclera putih, tidak
strabismus.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
Mulut : tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak sariawan/stomatitis.
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis, dan kelenjar tiroid
Dada : Saat inspirasi dan ekspirasi tidak terlihat adanya retraksi.
Mamae : simetris, tidak terlihat peregangan pada payudara
Perut : tidak terlihat adanya luka bekas operasi.
Tangan : terpasang infuse RL 20 tetes per menit.
Tungkai : tidak terlihat adanya odema dan varises
Genetalia : dibagian vulva tidak terlihat condiloma akuminata dan tidak
nampak odema, tidak ada perdarahan karena darah yang
keluar hanya sedikit.
b. Palpasi.
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tirid
Mamae : tidak teraba benjolan abnormal.
Perut : TFU tidak teraba.
Tungkai : tidak teraba odema dan varises, serta tidak ada tanda
homan’s.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Hemoglobin ( HB) : 11,7 gr%
Leukosit : 6.100/mm3
Trombosit : 199000/mm3
Hematosit : 31%
C. ASSASMENT
Diagnosa : post kuretase hari pertama fisiologis
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : KIE, kolaborasi Dokter.
D. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan umum kepada ibu yaitu tekanan darah 120/80 mmhg,
nadi 80 kali/ menit, respirasi 22 kali/ menit, suhu 36,5oC. dan hasil dari pemeriksaan
penunjang yaitu hemoglobin 11,7 gr% yang menandakan bahwa ibu tidak mengalami anemia
karena keluar darah akibat kuretase.
“ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2. Memberikan dukungan psikologis kepada ibu bahwa kuretase yang dilakukan 1 hari yang
lalu untuk menyelamatkan nyawa ibu dikarenakan janin dalam kandungan ibu sudah tidak
dapat dipertahankan lagi, dan harus diambil tindakan secepat mungkin, memberikan
pengertian kepada ibu agar tidak terlalu larut dalam kesedihan akibat kehilangan janinnya,
semoga hal itu menjadi yang terbaik untuk ibu, memberikan dukungan berupa ibu harus tetap
semangat dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
“dukungan psikologis telah diberikan”
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga daerah bekas dilakukan kuretase, tidak melakukan
aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu
sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang
diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit, Jika ternyata muncul keluhan,
sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke
dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan
yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan jarang
terjadi perdarahan, ibu tinggal menunggu kesembuhannya.
“ibu bersedia menjaga bekas kuretnya”
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari dan
membersihkan daerah genetalia setiap kali mandi, jika buang air besar harus dicuci dari
depan kebelakang agar kuman yang berada di anus tidak menyebar ke daerah vagina,
sehingga tidak memperbanyak flora normal vagina yang akan menambah lebih banyak
keputihan.serta mencuci tangan setiap kali selesai buang air besar atau buang air kecil agar
terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh kuman ecoli. Jika kebersihan diri dilakukan
dengan benar maka akan mengurangi keputihan yang sedang dirasakan ibu, serta akan
mengurangi pula radang yang dialami ibu.
“ibu mengerti tentang perawatan diri”
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk tetap
menjaga daya tahan tubuh ibu.
“ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi seimbang”
6. Melanjutkan terapi dokter berupa injeksi efotax (cefotaxim) 2x1, injeksi antrain 2x1 ampul,
injeksi tricer (Ranitidine) 2x1 ampul.
“ibu telah mendapatkan terapi.”
7. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu dapat hamil kembali setelah menjalani kuret, asalkan
kondisi organ reproduksinya baik, ditambah dengan masa subur yang tidak bermasalah.
namun, seusai kuret ibu dianjurkan untuk mengistirahatkan rahimnya dahulu sampai benar-
benar sehat dan siap hamil, terutama bila kuret dilakukan pada saat kondisi kehamilan tua
karena kondisi uterus sudah membesar sehingga perlu istirahat hingga luka bekas kuret
sembuh total, Pemulihan setelah tindakan kuretase ini tidak membutuhkan waktu lama, kira-
kira 24 jam. Bahkan, 2-3 jam setelah tindakan kuretase, pasien diperkenankan pulang.
Namun, pada masa pemulihan ini sebaiknya pasien ditemani, karena umumnya masih pusing
atau mual akibat pembiusan. Setelah pulang, ibu yang baru saja mengalami tindakan kuretase
sebaiknya istirahat sehari. Bagi ibu yang bekerja, dua hari setelah kuretase biasanya sudah
dapat masuk kerja kembali. Namun, ibu yang bersangkutan sebaiknya tidak melakukan
kegiatan yang berat dulu. Ibu dapat hamil saat mengalami haid kembali setelah kuretase dan
tidak terjadi perdarahan banyak setelah kuretae.
“ibu merasa lega setelah mendapatkan penjelasan bahwa dirinya dapat hamil kembali.
Catatan Perkembangan :
Hari, Tanggal
pengkajian.CATATAN PERKEMBANGAN
Rabu, 18 juli
2012
Jam : 07.00
WITA
S : ibu mengatakan tidak lagi mengalami nyeri dan tidak ad lagi
keluar darah.
O :
Tekanan darah = 100/60 MmHg
Nadi = 64 x/menit
Respirasi = 20 x/menit
Suhu = 360C
A : post kuretase 1 hari Fisiologis
Jam 12.00
WITA
P :
Terpasang infuse RL 20 tetes per menit
Injeksi efotax (cefotaxim) 2x1
Injeksi antrain 2x1 ampul
Injeksi triker (ranitidine) 3x1 ampul.
Pasien pulang dengan keadaan baik.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara
normal, yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya, kehamilan kosong terjadi
karena sel telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung
kehamilan terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi.
Kehamilan kosong atau tidak berkembang dapat diketahui saat melakukan USG
(Ultrasonografi). Berdasarkan hasil pemeriksaan ultrasonografi ibu memiliki janin yang tidak
berkembang namun rahim atau uterus ibu terus membesar yang berarti ibu mengalami
blighted ovum dan harus dilakukan kuret agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
kepada ibu seperti perdarahan.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
penyebab ibu seperti fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, faktor
keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat tidak adekuat
selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Karena penyakit ibu kronik seperti hipertensi
kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat
menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat
membawa ke PJT, Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik. Dari hasil
anamnesa, ibu mengatakan bahwa dia tidak memiliki penyakit keturunan ataupun menular,
berdasarkan data subjektif juga ibu tidak memiliki tubuh yang kecil dan berat badan yang
ringan namun berat badan ibu tidak bertambah banyak selama kehamilan dikarenakan ibu
kurang mengkonsumsi serat, ini merupakan salah satu faktor penyebab dari ibu yang
menyebabkan janin tidak berkembang secara optimal.
Berdasarkan penyebab janin seperti infeksi selama kehamilan, Infeksi bakteri, virus,
protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang
sering menyebabkan PJT, Kelainan bawaan dan kelainan kromosom seperti trisomi atau
triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT, atau bahkan akibat paparan teratogen (zat yang
berbahaya bagi pertumbuhan janin), berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat
anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT, dari data yang didapatkan
bahwa ibu tidak pernah mengkonsumsi jenis obat-obatan yang mengandung teratogen.
Dilihat dari hasil pemeriksaan ultrasonografi janin tidak berkembang dikarenakan adanya
kelainan dari kromosom janin sehingga tidak terbentuk secara sempurna dan
perkembangannya menjadi terhambat.
Penyebab dari plasenta (ari-ari) yang menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan
nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, dan plasenta previa, serta kehamilan kembar dapat menyebebkan
janin yang satu berkembang dan janin yang lainnya tidak, atau bahkan keduanya tidak
berkembang akibat asupan nutrisi yang kurang baik, dilihat dari hasil kuret yang telah
dilakukan ditemukan bahwa ada kematian sebagian jaringan dari plasenta yang merupakan
penyebab janin tidak bisa berkembang dengan optimal.
Berdasarkan faktor ibu, janin, dan plasenta serta dari data yang ditemukan dari pasien
ditemukan bahwa yang menyebebkan janin tidak berkembang (blighted ovum) disebabkan
oleh faktor ibu yaitu pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
12 minggu yang seharusnya bertambah minimal 3-4 kilogram, namun pertambahan berat
badan ibu hanya kurang lebih 1 kilogram. Disebabkan oleh faktor janin berdasarkan hasil dari
pemeriksaan ultrasonografi janin tidak berkembang kemungkinan besar disebabkan oleh
kelainan kromosom sehingga janin tidak terbentuk secara sempurna dan perkembangannya
menjadi terhambat. Berdasarkan faktor plasenta (ari-ari) setelah dilakukan pengeluaran
dengan kuret ditemukan bahwa ada kamtian sebagian dari jaringan plsenta yang
menyebabkan janin tidak berkembang, dari tiga faktor yang telah disebutkan yaitu faktor ibu,
janin dan plasenta semua menjadi faktor mengapa janin dari ny. M tidak berkembang secra
sempurna dan harus dilakukan tindakan kuretase.
Kuret dilakukan untuk membersihkan bagian rahim dan merupakan tindakan medis.
Biasanya ada dua alasan mengapa dokter melakukan kuretase yaitu pertama terjadi
keguguran, tindakan ini biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai dan
yang kedua bagian dari pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim seperti perdarahan
yang tidak teratur, perdarahan ketika berhubungan intim, perdarahan setelah masa menopause
dan perdarahan banyak yang membahayakan nyawa ibu, hasil pemesriksaan menunjukan
bahwa janin tidak berkembang dan tidak dapat diatasi lagi dengan pemenuhan nutrisi atau
pengobatan sehingga harus diambil tindakan kuretase. Pada kasus ini ditemukan bahwa ibu
memiliki janin yang tidak berkembang sehingga perlu untuk dilakukan tindakan kuretase
untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan kepada ibu seperti perdarahan.
Keadaan ibu setelah kuret satu hari tidak mengalami perdarahan karena darah yang keluar
pervaginam hanya sedikit-sedikit dan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah kuret
seperti perdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di dinding rahim,
gangguan haid, bahkan infeksi. Berdasarkan catatan perkembangan dapat dilihat bahwa
keadaan umum ibu baik dan dari tidak lagi mengalami keluhan sehingga dapat dikatakan
bahwa ibu post kuretase dengan blighted ovum tidak terdapat sisa konsepsi didalam
rahimnya, tidak terjadinya perdarahan setelah dilakukan kuretase disebabkan karena
penanganan yang cepat serta pengambilan keputusan yang tepat dari pihak dokter perawat
dan juga dari pihak keluarga. Pada kasus yang dialami ibu post kuretase dengan blighted
ovum tidak membahayakan jika dilakukan oleh tenaga profesional dan akan menjadi post
kuretase normal sama seperti kuretase yang lainnya.
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio dan
kuretase adalah alternatif cara untuk membersihkan rahimyang merupakan sebuah tindakan
medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa
janin yang mengalami abortus, endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta
yang tertinggal seusai persalinan.
Pasien yang ditemukan di Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru setelah dilakukan
pemeriksaan dengan ultrasonografi juga mengalami blighted ovum dan dilakukan
penatalaksanaan berupa kuretase.
Dari teori yang didapatkan dan pasien yang ditemukan memiliki beberapa persamaan
setelah kuretase yaitu tidak mengalami perdarahan lagi dan tidak mengalami tanda-tanda
bahaya setelah kuret seperti perdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di
dinding rahim, gangguan haid, bahkan infeksi sehingga dapat dikatakan bahwa ibu
mengalami masa post kuretase yang normal.
2. SARAN
a. Pasien
Saat mengetahui jika dirinya mengalami tanda-tanda hamil atau mengetahui bahwa dirinya
hamil namun tidak mengalami perkembangan pada perutnya atau perut terasa kosong, tidak
ada gerakan janin maka segera memeriksakan diri kepetugas kesehatan untuk mencegah
terjadinya blighted ovum dan menghindari kehilangan bayi dengan dikuretase.
b. Untuk pelayanan di Ruang Merpati (Ruang Nifas) Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Memberikan informasi kepada ibu setelah dilakukan kuretase ataupun setelah tindakan yang
lainnya untuk menjaga mutu pelayanan dan meningkatkan kenyamanan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho use. 2001. Rencana
Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba
Medika
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP