KUMPULAN PUISI

Embed Size (px)

Citation preview

KUMPULAN PUISI-PUISI MODERN

Manusia Kepingin kalau Bisa Setelah lepas dari sekedar jadi pedagang dan punya rumah toko manusia kepingin televisi, kulkas dan Honda bebek Setelah lepas dari sekedar jadi pengusaha dan punya supermarket manusia kepingin laser disk, baby benz dan kebun anggrek Setelah lepas dari sekedar jadi konglomerat dan punya kondominium manusia kepingin kapal pesiar, hotel terapung dan lapangan golf Setelah lepas dari sekedar jadi pedagang Setelah lepas dari sekedar jadi pengusaha Setelah lepas dari sekedar jadi konglomerat manusia kepingin tak mati-mati kalau bisa karya Jose Rizal Manua (Kompas, 5 Agustus 2003)

Fajar Membayang gilang langit di timur, Kilat-kemilat cahya berhambur, Sinaran terang simbur-menyimbur, Lenyap melayang udara kabur Itu gerangan fajar menjelma, Surya turun ke dunia, Girang-gemirang segala sukma, Dihibur alam puspa warna. Tapiwahaipondokku kelam, Hari tlah pagi, serupa malam Tiada cahaya masuk ke dalam Entah karena dindingnya rapat, Entahkan pintu terkunci rapat, Beta tak tahu, beta tak ingat karya A. Hasjmy (Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak) puisi ini termasuk puisi Soneta Lubuk Menyepi Tak ada nyanyian dewa dewi di sini Hanya lenting baja yang terus menempa dan memercikkan bunga api Sang peri yang memudar dalam debu Dewi telah pergi dari relung ini

Hanya lavender yang mekar di musim hujan lalu jatuhkan daun hijau Pencerita berteriak kepak kelelawar Pulau ini lahan gersang yang telah ditinggalkan petani dan penjual pergi bersama pohon-pohon rindang yang menyisakan tunas kaktus karya Ari Tayori (Wiyata Mandala, 2 Desember 2010) Dengan Puisi, Aku Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbahasa cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian yang akan datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya karya Taufik Ismail (Tirani dan Benteng, 1993)

CONTOH PUISI KONTEMPORER

BATU batu mawar batu langit batu duka batu rindu batu jarum batu bisu kaukah itu teka teki yang tak menepati janji? Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh? Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai sedang lambai tak sampai. Kau tahu? batu risau batu pukau batu Kau-ku batu sepi batu ngilu batu bisu kaukah itu teka teki yang tak menepati janji? Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK ,1981 1

AMUK Ngiau! Kucing dalam darah dia menderas Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba Darahku dia besar dia bukan hariamau bu Kan singa bukan hiena bukan leopar dia Macam kucing bukan kucing tapi kucing Ngiau dia lapar dia menambah rimba af Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya Dia meraung dia mengerang jangan beri Daging dia tak mau daging jesus jangan Beri roti dia tak mau roti ngiau.

SEPISAUPI Sepisau luka sepisau duri Sepikul dosa sepukau sepi Sepisau duka sepisau duri Sepisau sepi sepisau nyanyi Sepisaupa sepisaupi Sepisapanya sepikau sepi Sepisaupa sepisaupi Sepikuldiri sekeranjang duri Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sampai pisaunya kedalam nyanyi ( Sutardji Calzoum Bachri)