22
Tamin, O.Z, 2003 Perencanaan dan Pemodelan Transportasi”, ITB, Bandung Analisis dampak lalu lintas pada dasarnya merupakan analisis pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap sistem pergerakan arus lalu-lintas disekitarnya yang diakibatkan oleh bangkitan lalu-lintas yang baru, lalulintas yang beralih, dan oleh kendaraan keluar masuk dari/ke lahan tersebut. Tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lalu lintas yang mencakup fungsi tata guna lahan yang menghasilkan arus lalu lintas Dikun, S. dan Arief, D., 1993, ”Strategi Pemecahan Masalah Luas Bangunan dan Lalu Lintas” Bahan Seminar Dampak pemanfaatan Intensitas lahan gedung tinggi/Superblok di Jakarta terhadap lalu lintas disekitarnya, Universitas Taruma Negara bekerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta. Analisis dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus dari dibangunnya suatu fasilitas gedung dan penggunaan lahan lainnya terhadap sistem transportasi kota, khususnya jaringan jalan di sekitar lokasi gedung. Murwono, D, 2003 “Perencanaan Lingkungan Transportasi” Bahan Kuliah, Magister Sistem dan Teknik Transportasi, UGM, Yogyakarta Menurut Murwono (2003), fenomena dampak lalu lintas diakibatkan oleh adanya pembangunan dan pengoperasian pusat kegiatan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas yang cukup besar, seperti pusat perkantoran pusat perbelanjaan, terminal, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak lalu lintas terjadi pada 2 (dua) tahap, yaitu: 1. Tahap konstruksi / pembangunan. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu lintas akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani ruas jalan pada rute material; 2. Tahap pasca konstruksi / saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu- lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi yang akan membebani ruas-ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan parkir kendaraan.

Kumpulan Bahan Sistem Transportasi

  • Upload
    harry

  • View
    111

  • Download
    27

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kumpulan ringkasan

Citation preview

  • Tamin, O.Z, 2003

    Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung

    Analisis dampak lalu lintas pada dasarnya merupakan analisis pengaruh pengembangan

    tata guna lahan terhadap sistem pergerakan arus lalu-lintas disekitarnya yang

    diakibatkan oleh bangkitan lalu-lintas yang baru, lalulintas yang beralih, dan oleh

    kendaraan keluar masuk dari/ke lahan tersebut.

    Tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan

    atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lalu lintas yang

    mencakup fungsi tata guna lahan yang menghasilkan arus lalu lintas

    Dikun, S. dan Arief, D., 1993,

    Strategi Pemecahan Masalah Luas Bangunan dan Lalu Lintas

    Bahan Seminar Dampak pemanfaatan Intensitas lahan gedung tinggi/Superblok di Jakarta

    terhadap lalu lintas disekitarnya, Universitas Taruma Negara bekerja sama dengan

    Pemerintah DKI Jakarta.

    Analisis dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus dari dibangunnya suatu fasilitas

    gedung dan penggunaan lahan lainnya terhadap sistem transportasi kota, khususnya

    jaringan jalan di sekitar lokasi gedung.

    Murwono, D, 2003

    Perencanaan Lingkungan Transportasi

    Bahan Kuliah, Magister Sistem dan Teknik Transportasi, UGM, Yogyakarta

    Menurut Murwono (2003), fenomena dampak lalu lintas diakibatkan oleh adanya

    pembangunan dan pengoperasian pusat kegiatan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas

    yang cukup besar, seperti pusat perkantoran pusat perbelanjaan, terminal, dan lain-lain.

    Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak lalu lintas terjadi pada 2 (dua) tahap, yaitu:

    1. Tahap konstruksi / pembangunan. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu lintas

    akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani ruas jalan pada

    rute material;

    2. Tahap pasca konstruksi / saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu-

    lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi yang akan

    membebani ruas-ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan parkir kendaraan.

  • Derry.R., Iwan P.Kusumantoro. 2012

    Perubahan Pola Pergerakan dan Kinerja Jaringan Transportasi Sebagai Dampak

    Pengembangan Kawasan Strategis Di Pusat Kota Bekasi

    Jurnal. Program Sarjana SAPPK Institut Teknologi Bandung

    Kawasan summarecon sebagai suatu kawasan yang tidak terpisahkan dari Kota Bekasi,

    merupakan salah satu kawasan strategis yang memberikan dampak positif namun juga

    memberikan dampak negatif. Dalam hal ini Kawasan summarecon menjadi salah satu

    pusat bangkitan dan tarikan pergerakan sehingga memberikan perubahan dalam volume

    lintas pada sekitar kawasan summarecon. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi

    dampak pembangunan kawasan summarecon bekasi terhadap kinerja jaringan jalan di

    Kota Bekasi, menggunakan model perencanaan transportasi empat tahap ( 4-step moodel)

    yang merupakan prediksi dari bangkitan dan tarikan pergerakan, distribusi pergerakan dan

    pembebanan pergerakan yang kemudian di simulasikan menggunakan software SATURN.

    Selanjutnya penilaian dari kinerja jaringan jalan di Kota Bekasi akibat pengaruh kawasan

    summarecon dinilai berdasarkan tingkat pelayanan jalan ( LOS).

    Ir. Rachmad Basuki, MS dan Indah Puji Lestari (2011)

    Analisa Dampak Lalu Lintas terhadap Kinerja Simpang dan Ruas Jalan Akibat

    Pembangunan Apartemen Guna Wangsa di Kawasan Menur Surabaya

    Seminar Nasional Aplikasi Teknnologi Prasarana Wilayah

    Apartemen merupakan salah satu investasi yang menarik investor di Kota besar seperti

    Surabaya. Pembangunan apartemen Guna Wangsa pada Jalan Menur Pumpungan

    Surabaya akan berdampak terhadap lalu lintas di beberapa ruas dan persimpangan di

    sekitar apartemen, serta menimbulkan bangkitan / tarikan lalu lintas baru yang akan

    berdampak pada lalu lintas di sekitarnya. Selain itu akan berdampak langsung akibat

    keluar masuknya kendaraan pada lokasi apartemen.

    Analisa ini bertujuan untuk menganalisa kinerja ruas jalan di sekitar apartemen.

    Analisa yang digunakan yaitu kondisi lalu lintas sebelum beroperasinya apartemen dan

    setelah apartemen beroperasi dengan tolak ukur nilai DS

    DS kondisi eksisting bundaran dan persimpangan rata rata di atas 0,75. Setelah

    apartemen beroperasi dan setelah 5 tahun beroperasi DS bundaraan menjadi A B

    1,315, B C 0,904, C D 0,460, D A 0,637. DS Persimpangan Jl. Menur Pumpungan

    Jl. Manyar Kartika 8 Jika DS 1,145. Persimpangan Jl. Menur Pumpungan Jl.

  • Manyar Indah Raya dan Jl. Manyar Tompotika DS 1,261. Pada persimpangan Jl. A.R

    Hakim Jl. Klampis anom dan Jl. Klampis Jaya U 0,909, S - , T 0,713, B 0,563.

    Jika DS < DS ijin maka perlu adanya alternatif untuk memperbaiki kinerja dan ruas

    jalan di sekitar apartemen. Dengan alternatif perbaikan DS menjadi turun.

    Yani Triyandani dan Sardjito (2006)

    Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim

    Surabaya

    Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539

    Ruas Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal

    ini sehubungan perubahan tata guna lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non

    pertanian. Permasalahan sampai sejauh mana perubahan tata guna lahan tersebut

    khususnya apartemen di sekitar Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya dan pengaruhnya

    terhadap Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya

    Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh keberadaan apartemen terhadap kinerja

    jalan Arief Rahman Hakim Surabaya. Pengukuran volume bangkitan apartemen

    terhadap koridor Jalan Arief Rahman Hakim sebagaimana pengukuran kinerja jalan,

    menggunakan analisis kuantitatif. Selanjutnya pengukuran pengaruh keberadaan

    apartemen di koridor Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya terhadap kinerja jalan

    dengan analisis deskriptif-kuantitatif

    Hasil analisis tersebut diperoleh derajat kejenuhan 1,01 setelah apartemen beroperasi.

    Nilai derajat kejenuhan ini mengalami peningkatan dari nilai derajat kejenuhan

    sebesarn0,63 sebelum apartemen beroperasi. Kecepatan rata-rata kendaraan yang

    melewati ruas Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya mendukung kondisi tersebut

    sebesar 13,35 km/jam. Kemudian volume bangkitan apartemen terhadap kinerja Jalan

    Arief Rahman Hakim bahwa apartemen Cosmopolis beroperasi secara penuh sebesar

    145 smp/jam, apartemen Puncak Kertajaya sebesar 400 smp/jam dan apartemen

    Sukolilo Dian Regency sebesar 155 smp/jam. Selanjutnya pengaruh apartemen

    terhadap kapasitas Jalan Arief Rahman Hakim adalah apartemen Cosmopolis

    berpengaruh sebesar 6%, sedangkan apartemen Puncak Kertajaya berpengaruh sebesar

    17% dan apartemen Sukolilo Dian Regency berpengaruh sebesar 7%. Volume

    bangkitan akibat apartemen tersebut memberi pengaruh cukup berarti bagi kinerja jalan

    Arief Rahman Hakim.

  • Arief Subechi Widodo (2007)

    Analisis Dampak Lalu Lintas Pada Pusat Perbelanjaan Yang Telah Beroperasi

    Ditinjau Dari Tarikan Perjalanan (Studi Kasus : Pada Pacific Mall Tegal)

    Tesis Program Magister Teknik Sipil Jurusan Managemen Rekeyasa Infrastruktur

    Universitas Diponegoro

    Zona-zona aktivitas berkedudukan sebagai zona penarik perjalanan. Salah satu zona

    aktifitas tersebut adalah pusat perbelanjaan. Pusat perbelanjaan Pacific Mall yang

    terletak di pusat kota Tegal memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Interaksi

    yang terjadi antara penjual dan pembeli di pusat perbelanjaan tersebut akan

    menghasilkan pergerakan arus lalu lintas di sekitar komplek pusat perbelanjaan yang

    akan menimbulkan permasalahan diantaranya terjadinya peningkatan volume lalu

    lintas pada ruas jalan yang berada di sekitar pusat perbelanjaan Pacific Mall.

    Hasil dari penelitian tersebut adalah pada ruas jalan Mayjen Sutoyo pada tahun 2006

    derajat kejenuhannya adalah 0,78 dengan volume lalu lintas sebesar 3661,67 smp/jam,

    dengan adanya Pacific Mall maka jalan Mayjen Sutoyo pada tahun 2008 derajat

    kejenuhan sudah mencapai titik kritis yaitu sebesar 0,84 dengan volume lalu lintas

    sebesar 3945,24 smp/jam. Pada ruas jalan Kapten Sudibyo pada tahun 2006 derajat

    kejenuhannya adalah 0,42 dengan volume lalu lintas sebesar 1038,93 smp/jam, dengan

    adanya Pacific Mall pada tahun 2016 derajat kejenuhannya mencapai 0,61 dengan

    volume lalu lintas sebesar 1508,55 smp/jam.

    Kinerja ruas jalan sudah hampir mencapai batas atas aman ditunjukan dengan DS yang

    sudah mencapai 0.78 pada tahun 2006 dan DS akan bertambah menjadi 1.13 pada

    tahun 2016. Sebagai saran dan rekomendasi perlu adanya pembenahan pada jalan

    terutama untuk angkutan umum dan becak yang parkir tidak pada tempat yang benar

    sehingga hambatan samping menjadi berkurang

  • Ir. Rachmad Basuki, MS dan A. Yusuf Zuhdi (2011)

    Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel

    Seminar Nasional Aplikasi Teknnologi Prasarana Wilayah

    Kota Surabaya sebagaimana terlihat mempunyai permasalahan yang cukup serius di

    bidang transportasi khususnya lalu lintas. Sehubungan dengan itu akan dibangun

    gedung baru yaitu Hotel Rich Palace yang berlokasi di Jl. HR Muhammad No. 269-

    271 Surabaya, Kelurahan Pradah Kalikendal, Kecamatan Dukuh Pakis Surabaya.

    Dengan adanya rencana pembangunan tersebut tentunya akan terjadi bangkitan lalu

    lintas baru di kawasan tersebut dan kemudian akan memberikan tambahan volume lalu

    lintas yang membebani jalan - jalan sekitar Jl. HR Muhammad yang mana pada kondisi

    saat ini (eksisting) sudah mulai menunjukkan terjadinya kemacetan khususnya pada

    jam sibuk.

    Mengacu pada kondisi tersebut dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun

    2006 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) Hotel Rich Palace

    memenuhi kriteria kewajiban untuk melakukan studi Analisis Dampak Lalu Lintas

    (ANDALALIN) sebagai upaya pengendalian dan menentukan teknik manajemen dan

    rekayasa lalu lintas, untuk meminimalisir terjadinya penurunan tingkat pelayanan dan

    kinerja ruas jalan maupun persimpangan.

    Mohammad Riki Ananda (2013)

    Analisis Dampak Lalu Lintas Akibat Adanya Mall Ciputra World Surabaya

    Tugas Akhir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran

    Zona-zona aktivitas berkedudukan sebagai zona penarik perjalanan. Salah satu zona

    aktifitas tersebut adalah pusat perbelanjaan. Mal Ciputra World Surabaya yang terletak

    di pusat kota Surabaya memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Interaksi yang

    terjadi antara penjual dan pembeli di pusat perbelanjaan tersebut akan menghasilkan

    pergerakan arus lalu lintas di sekitar komplek pusat perbelanjaan yang akan

    menimbulkan permasalahan, diantaranya terjadi peningkatan volume lalu lintas pada

    ruas jalan yang berada di sekitar Mal Ciputra World Surabaya.

  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar tarikan yang terjadi pada Mal

    Ciputra World Surabaya, mencari kontribusi pembagian lalu lintas yang terjadi pada

    ruas jalan disekitar Mal Ciputra World Surabaya serta kapasitas jalan yang terbebani

    pengunjung Mal Ciputra World Surabaya., Pada penelitian ini dilakukan metode

    analisa regresi dengan bantuan program komputer SPSS untuk mendapatkan tarikan

    perjalanan pengunjung mal.

    Hasil analisa data menunjukkan besar tarikan pengunjung yang terjadi adalah 6574

    orang. Sedangkan tarikan untuk mobil adalah sebesar 3434 kendaraan. Lalu tarikan

    untuk sepeda motor sebesar 2528. Dan dari hasil analisa lalu lintas menunjukkan nilai

    derajat kejenuhan yang tertinggi pada kondisi eksisting untuk Jalan Mayjend Sungkono

    adalah 0,88. Sedangkan prediksi derajat kejenuhan tertinggi yang terjadi pada umur

    rencana 5 tahun sebesar 1,02.

    Josef Sumajouw, Bonny F Sompie, dan James A.Timboeleng (2013)

    Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) Kawasan Kampus Universitas Sam

    Ratulangi

    Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334

    Perubahan tataguna lahan baik perubahan kategori maupun intensitasnya akan

    membangkitkan lalulintas, sehingga kecil ataupun besar akan mempunyai pengaruh

    terhadap lalu lintas di sekitarnya. Untuk mengantisipasi terjadinya pengaruh lalu lintas

    yang cukup besar pada jaringan transportasi di sekitar pembangunan tersebut, perlu

    dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas (traffic impact analysis). Analisis dampak

    lalu lintas atau sering disebut Andalalin adalah suatu studi khusus yang menilai efek-

    efek yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu pengembangan

    kawasan terhadap jaringan transportasi di sekitarnya.

    Pembangunan gedung baru di beberapa bagian kawasan kampus Unsrat seperti

    pembangunan Rumah Sakit Kampus, pembangunan gedung kuliah baru di beberapa

    fakultas, dan pembangunan gedung baru lainnya diperkirakan akan berpengaruh

    terhadap volume dan sistem pergerakan lalu lintas di beberapa jaringan jalan dalam

    kampus dan jaringan jalan sekitar kampus Universitas Sam Ratulangi diantaranya

    adalah ruas Jalan Wolter Monginsidi dan ruas jalan kawasan kelurahan Bahu, sehingga

    perlu dilakukan kajian analisa dampak lalu lintas (Andalalin). Misalnya pada ruas jalan

    Wolter Monginsidi, sebagai akibat kondisi tataguna lahan jalan tersebut adalah

  • pertokoan dan merupakan salah satu pintu masuk dan keluar dari kawasan kampus

    Unsrat, maka di ruas jalan ini sering terjadi kemacetan pada jam puncak pagi, siang

    dan sore hari. Kondisi yang sama terjadi pula di ruas jalan dalam kawasan kampus.

    Pada jam-jam tertentu sering terjadi kemacetan

    Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997

    Jalan perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

    seluruh atau hampir seluruh jalan, minimal pada satu sisi jalan, apakah berupa

    perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk

    lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok jalan tersebut.

    Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan dapat dibagi

    menjadi beberapa tipe, yaitu :

    a. Jalan satu arah ( 1 - 3 / 1 )

    b. Jalan dua lajur dua arah ( 2 / 2 )

    c. Jalan empat lajur dua arah ( 4 / 2 ), yang terbagi menjadi :

    o Tanpa median (undivided)

    o Dengan median (divided)

    d. Jalan enam lajur dua arah terbagi ( 6 / 2 D )

    Karakteristik jalan satu arah ( 1 3 / 1 )

    - Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu arah dengan lebar jalur lalu lintas dari 5,0

    meter sampai dengan 10,5 meter.

    - Kondisi dasar tipe jalan ini dari mana kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas

    ditentukan didefinisikan sebagai berikut:

    o lebar jalan 7 meter

    o memakai kerb, terbebas minimal 2 meter dari rintangan jalan

    o tanpa median

    o hambatan samping rendah

    o ukuran kota 1,0 3,0 juta juwa penduduk.

    o tipe alinyemen datar

  • Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan kota adalah sebagai berikut :

    C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS

    Keterangan :

    C = Kapasitas (smp/jam)

    Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

    FCW = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar lajur lalu lintas

    FCSP = Faktor koreksi kapasitas untuk pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan

    satu arah)

    FCSF = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping

    FCCS = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan ukuran kota

    Ekivalensi mobil penumpang (emp) yang digunakan untuk jalan perkotaan :

    Kapasitas Dasar (Co)

    Kapasitas dasar jalan tergantung pada tipe jalan, jumlah lajur, dan apakah jalan

    dipisahkan dengan pemisah fisik atau tidak

    Tipe Jalan Kota Kapasitas Dasar

    Co (smp/jam)

    Keterangan

    Empat lajur terbagi atau jalan satu arah 1650 per lajur

    Empat lajur tak terbagi 1500 per lajur

    Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah

    Faktor Koreksi Kapasitas akibat Pembagian Arah (FCSP)

    Pemisah Arah SP % - % 50 -50 55 - 45 60 - 40 65 - 35 70 - 30

    FCSP Dua lajur 2/2 1,00 0,970 0,940 0,910 0,880

    Empat lajur 4/2 1,00 0,985 0,970 0,955 0,940

  • Untuk jalan terbagi dan jalan satu arah faktor penyesuaian kapasitas untuk pembagian

    arah tidak dapat diterapkan

    Faktor Koreksi Kapasitas akibat Lebar Lajur Lalu Lintas (FCW)

    Tipe Jalan Lebar Jalur Efektif (m) FCW Keterangan

    4 lajur terbagi atau

    jalan satu arah

    3,00

    3,25

    3,50

    3,75

    4,00

    0,92

    0,96

    1,00

    1,04

    1,08

    per lajur

    4 lajur tidak pisah 3,00

    3,25

    3,50

    3,75

    4,00

    0,91

    0,95

    1,00

    1,05

    1,09

    per lajur

    2 lajur tidak terbagi 5 6

    7 8

    9

    10 11

    0,56 0,87

    1,00 1,14

    1,25

    1,29 1,34

    total kedua arah

    Faktor Penyesuaian Bahu Jalan dan Kerb (FCSF)

    Tipe Jalan Hambatan

    Samping

    Faktor penyesuaian bahu jalan dengan jarak ke

    penghalang

    Lebar efektif bahu jalan Ws (m)

    0,5 1,0 1,5 2,0

    4/2 D VL

    L

    M

    H

    VH

    0,96

    0,94

    0,92

    0,88

    0,84

    0,98

    0,97

    0,95

    0,92

    0,88

    1,01

    1,00

    0,98

    0,95

    0,92

    1,03

    1,02

    1,00

    0,98

    0,95

    4/2 UD VL

    L

    M

    H

    VH

    0,96

    0,94

    0,92

    0,87

    0,80

    0,99

    0,97

    0,95

    0,91

    0,86

    1,01

    1,00

    0,98

    0,94

    0,90

    1,03

    1,02

    1,00

    0,98

    0,95

    2/2 D atau

    jalan satu

    arah

    VL

    L

    M

    H

    VH

    0,94

    0,92

    0,89

    0,82

    0,73

    0,96

    0,94

    0,92

    0,86

    0,79

    0,99

    0,97

    0,95

    0,90

    0,85

    1,01

    1,00

    0,98

    0,95

    0,91

    Catatan :

    - Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dan kanan jalan

    sama, jika lebar bahu di kiri dan kanan jalan berbeda, maka digunakan nilai

    rata-ratanya.

    - Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala rintangan, bila di tengah

    terdapat pohon, maka lebar efektifnya adalah setengahnya.

  • Tipe Jalan Hambatan

    Samping

    Faktor penyesuaian bahu jalan dengan jarak

    ke penghalang

    Jarak Kerb (Wk)

    0,5 1,0 1,5 2,0

    4/2 D VL

    L

    M

    H

    VH

    0,95

    0,94

    0,91

    0,86

    0,81

    0,97

    0,96

    0,93

    0,89

    0,85

    0,99

    0,98

    0,95

    0,92

    0,88

    1,01

    1,00

    0,98

    0,95

    0,92

    4/2 UD VL

    L

    M

    H

    VH

    0,95

    0,93

    0,90

    0,84

    0,77

    0,97

    0,95

    0,92

    0,87

    0,81

    0,99

    0,97

    0,95

    0,90

    0,85

    1,01

    1,00

    0,97

    0,93

    0,90

    2/2 D atau jalan satu

    arah

    VL L

    M

    H

    VH

    0,94 0,90

    0,86

    0,78

    0,68

    0,95 0,92

    0,88

    0,81

    0,72

    0,97 0,95

    0,91

    0,84

    0,77

    0,99 0,97

    0,94

    0,88

    0,82

    Kerb berpengaruh terhadap :

    - Pengurangan kecepatan dan kapasitas walaupun tidak terdapat rintangan pada kerb.

    - Bila terdapat rintangan yang terletak pada kerb, maka akan mengurangi sedikit

    gesekan sampingnya.

    Hambatan Samping

    Nilai yang digunakan mulai dari kelas hambatan samping yang sangat rendah hingga

    dengan yang sangat tinggi

    Komponen hambatan

    samping

    Kelas hambatan samping Sangat rendah

    Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

    Pergerakan jalan kaki 0 1 2 4 7 Angkutan kota berhenti di jalan 0 1 3 6 9 Angkutan kota berhenti di jalan 0 1 3 5 8

    Nilai total Kelas hambatan samping

    0 -1

    2 5

    6 -11

    12 18

    19 24

    Sangat rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

  • Penilaian pada Tabel di atas dilakukan atas dasar kriteria yang akan disebutkan pada Tabel

    berikut ini :

    Komponen hambatan Jumlah hambatan samping

    VL L M H VH

    Pejalan kaki (pjlkk / jam) 0 0 - 80 80 - 120 120 220 > 220 Pejalan kaki menyebrang (pjlkk/

    jam /km)

    0 0 - 200 200 - 500 500 - 1300 >1300

    Angkutan berhenti 0 0 - 100 100 - 300 300 - 700 >700

    Kend. Keluar/masuk persil

    (kend/jam/km)

    0 0 - 200 200 - 500 500 - 800 >800

    Faktor Ukuran Kota (FCCS)

    Berdasar hasil penelitian ternyata ukuran kota mempengaruhi kapasitas

    Ukuran Kota

    (Juta Penduduk)

    Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran

    Kota

    < 0,1 0,86

    0,1 - 0,5 0,90

    0,5 - 1,0 0,94

    1,0 - 3,0 1,00

    > 3,0 1,04

    Kapasitas Simpang Bersinyal

    C = S (g/c)

    S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT

    Dimana :

    C = Kapasitas kaki simpang (smp/jam)

    g = Waktu hijau efektif (detik)

    c = Waktu siklus (detik)

    S = Arus jenuh kaki simpang (smp/jam)

    S0 = Arus jenuh dasar kaki simpang (smp/jam)

    FCS = Faktor pengaruh ukuran kota

    FSF = Faktor pengaruh hambatan samping

    FG = Faktor gradien memanjang

    FP = Faktor pengaruh jarak parkir

    FRT = Faktor pengaruh proporsi arus belok kanan

    FLT = Faktor pengaruh arus belok kiri

  • Pedoman Analisis Dampak Lalu Lintas Jalan Akibat Pengembangan Kawasan di

    Perkotaan, Departemen PU

    Analisis dampak lalu lintas adalah suatu studi khusus yang dilakukan untuk menilai

    pengaruh yang dapat mengakibatkan perubahan tingkat pelayanan pada ruas dan/atau

    persimpangan jalan yang diakibatkan oleh lalu lintas jalan yang dibangkitkan suatu

    kegiatan dan/atau usaha pada suatu kawasan tertentu

    4.2 Kriteria pengembangan kawasan yang wajib melakukan Andalalin

    Suatu rencana pengembangan kawasan wajib melakukan andalalin jika memenuhi salah

    satu dari beberapa kriteria berikut:

    a) Pengembangan kawasan yang direncanakan tersebut langsung mengakses ke jalan

    arteri ;

    b) Pengembangan kawasan yang direncanakan tersebut tidak mengakses ke jalan

    arteri, maka berlaku kriteria sebagai berikut :

    Skala kegiatan dan/atau usaha yang direncanakan lebih besar atau sama

    dengan dari ukuran minimal pengembangan kawasan yang ditetapkan pada

    Tabel 1;

    Pengembangan kawasan tersebut diprakirakan akan membangkitkan

    perjalanan lebih besar dari atau sama dengan 100 perjalanan orang per jam;

    Terdapat beberapa rencana pengembangan kawasan yang mengakses ke ruas

    jalan yang sama, sehingga secara kumulatif memenuhi kriteria pada 4.2 b) 1)

    dan 4.2 b) 2);

    Pengembangan kawasan tersebut langsung mengakses ke ruas jalan yang saat

    ini sudah memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari atau sama dengan 0,75

    dan/atau jika persimpangan jalan terdekat dengan lokasi pengembangan

    kawasan sudah memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari atau sama dengan

    0,75.

  • Tabel 1 - Ukuran minimal pengembangan kawasan yang wajib melakukan Andalalin

    Peruntukan Lahan Ukuran Minimal Kawasan

    Permukiman 50 Unit

    Apartemen 50 Unit

    Perkantoran 1000 m2 Luas Lantai Bangunan

    Pusat Perbelanjaan 500 m2 Luas Lantai Bangunan

    Hotel/Motel/Penginapan 50 Kamar

    Rumah Sakit 50 Tempat Tidur

    Klinik Bersama 10 Ruang Praktek Dokter

    Sekolah/Universitas 500 Siswa

    Tempat Kursus Bangunan dengan kapasitas 50 siswa/waktu

    Tempat pertemuan/tempat hiburan/pusat

    olah raga

    Kapasitas 100 tamu atau 100 tempat duduk

    Stasiun pengisian bahan bakar umum

    (SPBU)

    4 Slang pompa

    Gedung/Lapangan Parkir 50 petak parkir

    Bengkel Kendaraan Bermotor 2000 m2 Luas Lantai Bangunan

    Drive-through untuk

    bank/restoran/pencucian mobil

    wajib

    Secara umum terdapat 4 tahapan kegiatan yang harus dilalui di dalam melakukan prakiraan

    lalu lintas, yakni:

    1) Tahap penetapan sistem zona;

    2) Tahap bangkitan perjalanan;

    3) Tahap distribusi perjalanan;

    4) Tahap pembebanan lalu lintas.

  • Siregar. Heriansyah., et al. 2005

    Analisis Kinerja Jalan Akibat Peningkatan Intensitas Bangunan Perumahan Pada

    Kawasan Permukiman ( Studi Kasus : Jalan Jenderal besar A. H. Nasution / Jalan

    Lingkar Luar Medan)

    Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no. 02, 2005 : 48-55

    Lalu lintas merupakan permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia, yang

    diawali dengan menurunnya kinerja jalan sampai menghasilkan kemacetan pada

    akhirnya.Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti urbanisasi, pertumbuhan

    penduduk yang cepat, pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah kendaraan.

    Faktor - faktor ini juga mempengaruhi pertumbuhan sebuah kota, untuk melihat

    bagaimana intensitas peningkatan perumahan gedung di kawasan permukiman

    mempengaruhi volume lalu lintas dan penurunan kinerja jalan.

    Ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution, sebagai bagian dari jalan lingkar luar

    Medan (Medan Outer Ring Road) yang berfungsi sebagai jalan arteri primer, pada

    kenyataannya harus melayani lalulintas lokal dan juga terganggu oleh adanya kegiatan

    lokal di sepanjang sisi jalan. Hal ini menyebabkan penurunan kinerja jalan tersebut,

    dimana nilai Q/C maksimum telah mencapai 0,89 pada arah timur jalan tersebut pada

    saat volume lalulintas aktual 2.875 smp/jam dan kecepatan 28,87 km/jam.

    Besarnya lalulintas lokal yang berasal dari perumahan pada daerah selatan Jalan

    Jenderal Besar A. H. Nasution dibanding arus lalulintas total adalah 20,2% pada arah

    timur dan 33,9% pada arah barat, sementara pengaruh maksimum dari permukiman

    terhadap kinerja (Q/C) Jalan A.H. Nasution adalah sebesar 0,11 pada arah Timur (pagi)

    dan 0,17 pada arah Barat (sore).

    Pertumbuhan lalulintas menerus dan lalulintas yang berasal dari perumahan di

    sepanjang Jalan Karya Wisata akan menyebabkan nilai Q/C di ruas Jalan Jenderal

    Besar A. H. Nasution pada 5 (lima) tahun mendatang akan mencapai nilai 0,97, dimana

    arus menjadi tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas (arus

    jenuh).

  • Cok Agung.P.P., I. Gusti.P., I. Gusti.P.S. 2011

    Analisis Kinerja Ruas Jalan Raya Sukawati Akibat Bangkitan Pergerakan Dari

    Pasar Seni Sukawati

    Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil

    Pasar seni Sukawati sebagai penunjang pariwisata di Kabupaten Sukawati

    menyebabkan adanya aktivitas guna lahan yang cenderung mempengaruhi kondisi arus

    lalu lintas pada Jalan Raya Sukawati dan jaringan disekitarnya yang akan

    menimbulkan terjadi bangkitan pergerakan. Pada makalah ini akan dinalisis kinerja

    ruas jalan raya Sukawati akibat bangkitan pergerakan yang diakibatkan oleh pasar seni

    Sukawati pada saat ini dan 10 tahun yang akan datang

    Pasar Seni Sukawati mempengaruhi kinerja ruas Jalan Raya Sukawati. Pada jam

    puncak volume lalu lintas bila tanpa aktivitas Pasar Seni Sukawati : terjadi penurunan

    volume lalu lintas ( Q ) sebesar 46.78 %, terjadi peningkatan kapasitas ( C ) sebesar 19

    %, terjadi penurunan derajat kejenuhan ( DS )sebesar 80 %, terjadi peningkatan

    kecepatan ( V ) sebesar 64.42 %. Pada jam puncak bangkitan pergerakan bila tanpa

    aktivitas Pasar Seni Sukawati : terjadi penurunan volume lalu lintas ( Q ) sebesar 41.22

    %, terjadi peningkatan kapasitas ( C ) sebesar 12 %, terjadi penurunan derajat

    kejenuhan ( DS )sebesar 60 %, terjadi peningkatan kecepatan ( V ) sebesar 61.56 %

    dan hasil prediksi bangkitan pergerakan 10 tahun mendatang adalah pada jam puncak

    volume lalu lintas terjadi peningkatan derajat kejenuhan sebesar 11.11 % dan pada jam

    puncak bangkitan pergerakan terjadi peningkatan derajat kejenuhan sebesar 11.76

    %.Tingkat pelayanan jalan terletak pada level C.

    Indra Rachman Efendi (2006)

    Evaluasi Kinerja Jalan Ahmad Yani Depan Pasar Kosambi Bandung

    Tugas Akhir Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha

    Bandung

    Pergerakan kendaraan dari suatu tempat asal menuju suatu tempat tujuan setiap hari

    sering kali terganggu akibat adanya aktivitas yang mengapit kedua sisi jalan. Kegiatan

    pasar pada sisi jalan seringkali menimbulkan gangguan berupa hambatan samping

    yang berakibat langsung terhadap kinerja jalan.

  • Pada Tugas Akhir dilakukan studi kapasitas, kecepatan, derajat kejenuhan dan

    hambatan samping pada saat pasar tumpah kejalan dan pada saat kendaraan parkir di

    samping ruas jalan Jalan Jendral Ahmad Yani Bandung, dengan menggunakan Manual

    Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997

    Volume maksimum yang terjadi pada kondisi pasar tumpah kejalan sebesar 1276,7

    smp/jam/2 arah dan volume maksimum yang terjadi pada kondisi kendaraan parkir

    sebesar 2304,8 smp/jam/2 arah. Derajat kejenuhan (DS) adalah 0,32 pada kondisi pasar

    tumpah ke jalan dan 0,50 pada kondisi kendaraan parkir. Kecepatan tempuh teoritis

    untuk pasar tumpah kejalan 35 km/jam. Kecepatan tempuh teoritis pada kondisi parkir

    kendaraan sebesar 36 km/jam, tetapi kecepatan tempuh hasil survei pada kondisi pasar

    tumpah kejalan arah sebesar 19,36 km/jam. kecepatan tempuh hasil survei pada kondisi

    kendaraan parkir sebesar 20,97 km/jam.

    Andi Nugroho Dirgantara, 2013

    Pengaruh Keberadaan Informasi Lalu Lintas Terhadap Masyarakat Perkotaan

    Dalam Melakukan Perjalanan

    Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2

    Ruang lingkup wilayah studi dalam penelitian adalah kawasan perbelanjaan yang terdapat

    di Kota Bandung, yaitu kompleks kawasan perbelanjaan Bandung Indah Plaza, Gramedia

    Merdeka, dan Istana Bandung Electronic Center. Survei primer dilakukan jumlah total

    responden yang memiliki kendaraan bermotor berjumlah 200 orang, hasilnya adalah 76%

    menggunakan kendaraan peribadi, 23% menggunakan angkutan umum, dan 1% kendaraan

    tidak bermotor. Kondisi lahan parkir di kawasan studi menurut responden 54% padat, 26

    % penuh sesak, 17% cukup lapang dan 3 % sangat lapang. Faktor utama yang menentukan

    responden memilih moda transportasi adalah faktor kenyamanan, kecepatan, dan ketepatan

    waktu

  • Undang-Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan

    Pasal 7 ayat 3

    Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan

    pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan

    perkotaan.

    Pasal 8 ayat 3

    Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

    pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata

    sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi

    Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

    Pasal 99

    (1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur

    yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan

    Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan Analisis Dampak

    Lalu Lintas

    (2) Analisis dampak lalu lintas sekurang-kurangnya memuat :

    1) Analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

    2) Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;

    3) Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;

    4) Tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam

    penanganan dampak; dan

    5) Rencana pemantauan dan evaluasi.

    Peraturan Pemerintah tentang Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan

    Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.

    Pasal 47

    Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang

    akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran

    lalu lintas dan angkutan jalan wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas

  • Pasal 48

    (1) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa bangunan untuk

    :

    a) kegiatan perdagangan;

    b) kegiatan perkantoran;

    c) kegiatan industri;

    d) fasilitas pendidikan;

    e) fasilitas pelayanan umum; dan/atau

    f) kegiatan lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu

    lintas.

    (2) Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa:

    a) perumahan dan permukiman;

    b) rumah susun dan apartemen; dan/atau

    c) permukiman lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu

    lintas

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan

    Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

    Pasal 11

    (1) Kapasitas jalan untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh tingkat pelayanan yang

    merupakan rasio antara volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan (selanjutnya

    disebut RVK) dan ditetapkan sebagai berikut:

    a. RVK untuk jalan arteri dan kolektor paling tinggi 0,85 (nol koma delapan

    lima);dan

    b. RVK untuk jalan lokal dan lingkungan 0,9 (nol koma Sembilan).

    (2) Nilai kapasitas jalan ditetapkan berdasarkan manual tentang kapasitas jalan yang

    berlaku untuk Indonesia

    (3) Penetapan tingkat pelayanan perlu dikoordinasikan dengan pembina

    penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan sesuai status jalannya

    Pasal 45

    Fungsi jalan terdiri atas: jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan.

  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan

    Pasal 11 ayat 2

    Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan

    sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

    Pasal 18

    (1) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

    20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9

    (sembilan) meter.

    (2) Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume

    lalu lintas rata-rata.

    (3) Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu

    lintas lambat.

    (4) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan

    tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

    ayat (2).

    Penjelasan Pasal 12

    Yang dimaksud dengan "kecepatan rencana" (design speed) adalah

    kecepatan kendaraan yang dapat dicapai bila berjalan tanpa gangguan dan

    aman.

    Yang dimaksud dengan "kapasitas jalan" adalah jumlah maksimum

    kendaraan yang dapat melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas

    jalan, satuan waktu, keadaan jalan, dan lalu lintas tertentu.

    Penjelasan Pasal 13 ayat 2

    Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu

    penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu

    tertentu.

    Volume lalu lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan rata-rata dihitung

    menurut satu satuan waktu tertentu;

  • Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen

    dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan

    Pasal 1 : Ketentuan Umum

    (6) Tingkat pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

    menampung lalu lintas pada keadaan tertentu.

    (7) Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu

    pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan

    mobil penumpang (smp)/jam.

    (8) Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung volume lalu

    lintas ideal per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan

    mobil penumpang (smp)/jam.

    (9) Nisbah volume/kapasitas (V/C ratio) adalah perbandingan antara volume lalu

    lintas dengan kapasitas jala

    (10) Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam satuan

    waktu, dinyatakan dalam kilometer/jam.

    (11) Tundaan di persimpangan adalah waktu tambahan yang diperlukan untuk

    melewati persimpangan tersebut dibandingkan dengan situasi tanpa

    persimpangan.

    Pasal 7

    (1) Tingkat pelayanan pada ruas jalan diklasifikasikan atas:

    a. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi:

    arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;

    kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat

    dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan

    maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan;

    pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa

    atau dengan sedikit tundaan.

    b. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi:

    arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai

    dibatasi oleh kondisi lalu lintas;

    kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum

    mempengaruhi kecepatan;

  • pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya

    dan lajur jalan yang digunakan.

    c. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi:

    arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh

    volume lalu lintas yang lebih tinggi;

    kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas

    meningkat;

    pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah

    lajur atau mendahului.

    d. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi:

    arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan

    kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan

    kondisi arus;

    kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan

    hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang

    besar;

    pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam

    menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih

    dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.

    e. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi:

    arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu

    lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;

    kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi;

    pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek

    f. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi:

    arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;

    kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi

    kemacetan untuk durasi yang cukup lama;

    dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.

    (2) Tingkat pelayanan pada persimpangan mempertimbangkan faktor tundaan dan

    kapasitas persimpangan.

    Pasal 9

    (2) Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan

    sekunder sesuai fungsinya untuk:

  • a. jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;

    b. jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;

    c. jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D;

    d. jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D

    Pasal 10

    (1) Setiap pengembangan/pembangunan pusat kegiatan dan/atau permukiman yang

    berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas yang dapat mempengaruhi tingkat

    pelayanan yang diinginkan, wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas.

    (2) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

    merupakan masukan untuk penyempurnaan perencanaan lalu lintas.

    Lampiran

    Tingkat Pelayanan Jalan Arteri Sekunder dan Kolektor Sekunder

    Persimpangan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)