Upload
harry
View
111
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kumpulan ringkasan
Citation preview
Tamin, O.Z, 2003
Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung
Analisis dampak lalu lintas pada dasarnya merupakan analisis pengaruh pengembangan
tata guna lahan terhadap sistem pergerakan arus lalu-lintas disekitarnya yang
diakibatkan oleh bangkitan lalu-lintas yang baru, lalulintas yang beralih, dan oleh
kendaraan keluar masuk dari/ke lahan tersebut.
Tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan
atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lalu lintas yang
mencakup fungsi tata guna lahan yang menghasilkan arus lalu lintas
Dikun, S. dan Arief, D., 1993,
Strategi Pemecahan Masalah Luas Bangunan dan Lalu Lintas
Bahan Seminar Dampak pemanfaatan Intensitas lahan gedung tinggi/Superblok di Jakarta
terhadap lalu lintas disekitarnya, Universitas Taruma Negara bekerja sama dengan
Pemerintah DKI Jakarta.
Analisis dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus dari dibangunnya suatu fasilitas
gedung dan penggunaan lahan lainnya terhadap sistem transportasi kota, khususnya
jaringan jalan di sekitar lokasi gedung.
Murwono, D, 2003
Perencanaan Lingkungan Transportasi
Bahan Kuliah, Magister Sistem dan Teknik Transportasi, UGM, Yogyakarta
Menurut Murwono (2003), fenomena dampak lalu lintas diakibatkan oleh adanya
pembangunan dan pengoperasian pusat kegiatan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas
yang cukup besar, seperti pusat perkantoran pusat perbelanjaan, terminal, dan lain-lain.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak lalu lintas terjadi pada 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Tahap konstruksi / pembangunan. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu lintas
akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani ruas jalan pada
rute material;
2. Tahap pasca konstruksi / saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu-
lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi yang akan
membebani ruas-ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan parkir kendaraan.
Derry.R., Iwan P.Kusumantoro. 2012
Perubahan Pola Pergerakan dan Kinerja Jaringan Transportasi Sebagai Dampak
Pengembangan Kawasan Strategis Di Pusat Kota Bekasi
Jurnal. Program Sarjana SAPPK Institut Teknologi Bandung
Kawasan summarecon sebagai suatu kawasan yang tidak terpisahkan dari Kota Bekasi,
merupakan salah satu kawasan strategis yang memberikan dampak positif namun juga
memberikan dampak negatif. Dalam hal ini Kawasan summarecon menjadi salah satu
pusat bangkitan dan tarikan pergerakan sehingga memberikan perubahan dalam volume
lintas pada sekitar kawasan summarecon. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dampak pembangunan kawasan summarecon bekasi terhadap kinerja jaringan jalan di
Kota Bekasi, menggunakan model perencanaan transportasi empat tahap ( 4-step moodel)
yang merupakan prediksi dari bangkitan dan tarikan pergerakan, distribusi pergerakan dan
pembebanan pergerakan yang kemudian di simulasikan menggunakan software SATURN.
Selanjutnya penilaian dari kinerja jaringan jalan di Kota Bekasi akibat pengaruh kawasan
summarecon dinilai berdasarkan tingkat pelayanan jalan ( LOS).
Ir. Rachmad Basuki, MS dan Indah Puji Lestari (2011)
Analisa Dampak Lalu Lintas terhadap Kinerja Simpang dan Ruas Jalan Akibat
Pembangunan Apartemen Guna Wangsa di Kawasan Menur Surabaya
Seminar Nasional Aplikasi Teknnologi Prasarana Wilayah
Apartemen merupakan salah satu investasi yang menarik investor di Kota besar seperti
Surabaya. Pembangunan apartemen Guna Wangsa pada Jalan Menur Pumpungan
Surabaya akan berdampak terhadap lalu lintas di beberapa ruas dan persimpangan di
sekitar apartemen, serta menimbulkan bangkitan / tarikan lalu lintas baru yang akan
berdampak pada lalu lintas di sekitarnya. Selain itu akan berdampak langsung akibat
keluar masuknya kendaraan pada lokasi apartemen.
Analisa ini bertujuan untuk menganalisa kinerja ruas jalan di sekitar apartemen.
Analisa yang digunakan yaitu kondisi lalu lintas sebelum beroperasinya apartemen dan
setelah apartemen beroperasi dengan tolak ukur nilai DS
DS kondisi eksisting bundaran dan persimpangan rata rata di atas 0,75. Setelah
apartemen beroperasi dan setelah 5 tahun beroperasi DS bundaraan menjadi A B
1,315, B C 0,904, C D 0,460, D A 0,637. DS Persimpangan Jl. Menur Pumpungan
Jl. Manyar Kartika 8 Jika DS 1,145. Persimpangan Jl. Menur Pumpungan Jl.
Manyar Indah Raya dan Jl. Manyar Tompotika DS 1,261. Pada persimpangan Jl. A.R
Hakim Jl. Klampis anom dan Jl. Klampis Jaya U 0,909, S - , T 0,713, B 0,563.
Jika DS < DS ijin maka perlu adanya alternatif untuk memperbaiki kinerja dan ruas
jalan di sekitar apartemen. Dengan alternatif perbaikan DS menjadi turun.
Yani Triyandani dan Sardjito (2006)
Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim
Surabaya
Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539
Ruas Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal
ini sehubungan perubahan tata guna lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian. Permasalahan sampai sejauh mana perubahan tata guna lahan tersebut
khususnya apartemen di sekitar Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya dan pengaruhnya
terhadap Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh keberadaan apartemen terhadap kinerja
jalan Arief Rahman Hakim Surabaya. Pengukuran volume bangkitan apartemen
terhadap koridor Jalan Arief Rahman Hakim sebagaimana pengukuran kinerja jalan,
menggunakan analisis kuantitatif. Selanjutnya pengukuran pengaruh keberadaan
apartemen di koridor Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya terhadap kinerja jalan
dengan analisis deskriptif-kuantitatif
Hasil analisis tersebut diperoleh derajat kejenuhan 1,01 setelah apartemen beroperasi.
Nilai derajat kejenuhan ini mengalami peningkatan dari nilai derajat kejenuhan
sebesarn0,63 sebelum apartemen beroperasi. Kecepatan rata-rata kendaraan yang
melewati ruas Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya mendukung kondisi tersebut
sebesar 13,35 km/jam. Kemudian volume bangkitan apartemen terhadap kinerja Jalan
Arief Rahman Hakim bahwa apartemen Cosmopolis beroperasi secara penuh sebesar
145 smp/jam, apartemen Puncak Kertajaya sebesar 400 smp/jam dan apartemen
Sukolilo Dian Regency sebesar 155 smp/jam. Selanjutnya pengaruh apartemen
terhadap kapasitas Jalan Arief Rahman Hakim adalah apartemen Cosmopolis
berpengaruh sebesar 6%, sedangkan apartemen Puncak Kertajaya berpengaruh sebesar
17% dan apartemen Sukolilo Dian Regency berpengaruh sebesar 7%. Volume
bangkitan akibat apartemen tersebut memberi pengaruh cukup berarti bagi kinerja jalan
Arief Rahman Hakim.
Arief Subechi Widodo (2007)
Analisis Dampak Lalu Lintas Pada Pusat Perbelanjaan Yang Telah Beroperasi
Ditinjau Dari Tarikan Perjalanan (Studi Kasus : Pada Pacific Mall Tegal)
Tesis Program Magister Teknik Sipil Jurusan Managemen Rekeyasa Infrastruktur
Universitas Diponegoro
Zona-zona aktivitas berkedudukan sebagai zona penarik perjalanan. Salah satu zona
aktifitas tersebut adalah pusat perbelanjaan. Pusat perbelanjaan Pacific Mall yang
terletak di pusat kota Tegal memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Interaksi
yang terjadi antara penjual dan pembeli di pusat perbelanjaan tersebut akan
menghasilkan pergerakan arus lalu lintas di sekitar komplek pusat perbelanjaan yang
akan menimbulkan permasalahan diantaranya terjadinya peningkatan volume lalu
lintas pada ruas jalan yang berada di sekitar pusat perbelanjaan Pacific Mall.
Hasil dari penelitian tersebut adalah pada ruas jalan Mayjen Sutoyo pada tahun 2006
derajat kejenuhannya adalah 0,78 dengan volume lalu lintas sebesar 3661,67 smp/jam,
dengan adanya Pacific Mall maka jalan Mayjen Sutoyo pada tahun 2008 derajat
kejenuhan sudah mencapai titik kritis yaitu sebesar 0,84 dengan volume lalu lintas
sebesar 3945,24 smp/jam. Pada ruas jalan Kapten Sudibyo pada tahun 2006 derajat
kejenuhannya adalah 0,42 dengan volume lalu lintas sebesar 1038,93 smp/jam, dengan
adanya Pacific Mall pada tahun 2016 derajat kejenuhannya mencapai 0,61 dengan
volume lalu lintas sebesar 1508,55 smp/jam.
Kinerja ruas jalan sudah hampir mencapai batas atas aman ditunjukan dengan DS yang
sudah mencapai 0.78 pada tahun 2006 dan DS akan bertambah menjadi 1.13 pada
tahun 2016. Sebagai saran dan rekomendasi perlu adanya pembenahan pada jalan
terutama untuk angkutan umum dan becak yang parkir tidak pada tempat yang benar
sehingga hambatan samping menjadi berkurang
Ir. Rachmad Basuki, MS dan A. Yusuf Zuhdi (2011)
Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel
Seminar Nasional Aplikasi Teknnologi Prasarana Wilayah
Kota Surabaya sebagaimana terlihat mempunyai permasalahan yang cukup serius di
bidang transportasi khususnya lalu lintas. Sehubungan dengan itu akan dibangun
gedung baru yaitu Hotel Rich Palace yang berlokasi di Jl. HR Muhammad No. 269-
271 Surabaya, Kelurahan Pradah Kalikendal, Kecamatan Dukuh Pakis Surabaya.
Dengan adanya rencana pembangunan tersebut tentunya akan terjadi bangkitan lalu
lintas baru di kawasan tersebut dan kemudian akan memberikan tambahan volume lalu
lintas yang membebani jalan - jalan sekitar Jl. HR Muhammad yang mana pada kondisi
saat ini (eksisting) sudah mulai menunjukkan terjadinya kemacetan khususnya pada
jam sibuk.
Mengacu pada kondisi tersebut dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun
2006 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) Hotel Rich Palace
memenuhi kriteria kewajiban untuk melakukan studi Analisis Dampak Lalu Lintas
(ANDALALIN) sebagai upaya pengendalian dan menentukan teknik manajemen dan
rekayasa lalu lintas, untuk meminimalisir terjadinya penurunan tingkat pelayanan dan
kinerja ruas jalan maupun persimpangan.
Mohammad Riki Ananda (2013)
Analisis Dampak Lalu Lintas Akibat Adanya Mall Ciputra World Surabaya
Tugas Akhir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Zona-zona aktivitas berkedudukan sebagai zona penarik perjalanan. Salah satu zona
aktifitas tersebut adalah pusat perbelanjaan. Mal Ciputra World Surabaya yang terletak
di pusat kota Surabaya memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Interaksi yang
terjadi antara penjual dan pembeli di pusat perbelanjaan tersebut akan menghasilkan
pergerakan arus lalu lintas di sekitar komplek pusat perbelanjaan yang akan
menimbulkan permasalahan, diantaranya terjadi peningkatan volume lalu lintas pada
ruas jalan yang berada di sekitar Mal Ciputra World Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar tarikan yang terjadi pada Mal
Ciputra World Surabaya, mencari kontribusi pembagian lalu lintas yang terjadi pada
ruas jalan disekitar Mal Ciputra World Surabaya serta kapasitas jalan yang terbebani
pengunjung Mal Ciputra World Surabaya., Pada penelitian ini dilakukan metode
analisa regresi dengan bantuan program komputer SPSS untuk mendapatkan tarikan
perjalanan pengunjung mal.
Hasil analisa data menunjukkan besar tarikan pengunjung yang terjadi adalah 6574
orang. Sedangkan tarikan untuk mobil adalah sebesar 3434 kendaraan. Lalu tarikan
untuk sepeda motor sebesar 2528. Dan dari hasil analisa lalu lintas menunjukkan nilai
derajat kejenuhan yang tertinggi pada kondisi eksisting untuk Jalan Mayjend Sungkono
adalah 0,88. Sedangkan prediksi derajat kejenuhan tertinggi yang terjadi pada umur
rencana 5 tahun sebesar 1,02.
Josef Sumajouw, Bonny F Sompie, dan James A.Timboeleng (2013)
Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) Kawasan Kampus Universitas Sam
Ratulangi
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334
Perubahan tataguna lahan baik perubahan kategori maupun intensitasnya akan
membangkitkan lalulintas, sehingga kecil ataupun besar akan mempunyai pengaruh
terhadap lalu lintas di sekitarnya. Untuk mengantisipasi terjadinya pengaruh lalu lintas
yang cukup besar pada jaringan transportasi di sekitar pembangunan tersebut, perlu
dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas (traffic impact analysis). Analisis dampak
lalu lintas atau sering disebut Andalalin adalah suatu studi khusus yang menilai efek-
efek yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu pengembangan
kawasan terhadap jaringan transportasi di sekitarnya.
Pembangunan gedung baru di beberapa bagian kawasan kampus Unsrat seperti
pembangunan Rumah Sakit Kampus, pembangunan gedung kuliah baru di beberapa
fakultas, dan pembangunan gedung baru lainnya diperkirakan akan berpengaruh
terhadap volume dan sistem pergerakan lalu lintas di beberapa jaringan jalan dalam
kampus dan jaringan jalan sekitar kampus Universitas Sam Ratulangi diantaranya
adalah ruas Jalan Wolter Monginsidi dan ruas jalan kawasan kelurahan Bahu, sehingga
perlu dilakukan kajian analisa dampak lalu lintas (Andalalin). Misalnya pada ruas jalan
Wolter Monginsidi, sebagai akibat kondisi tataguna lahan jalan tersebut adalah
pertokoan dan merupakan salah satu pintu masuk dan keluar dari kawasan kampus
Unsrat, maka di ruas jalan ini sering terjadi kemacetan pada jam puncak pagi, siang
dan sore hari. Kondisi yang sama terjadi pula di ruas jalan dalam kawasan kampus.
Pada jam-jam tertentu sering terjadi kemacetan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
Jalan perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang
seluruh atau hampir seluruh jalan, minimal pada satu sisi jalan, apakah berupa
perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk
lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan dalam kelompok jalan tersebut.
Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan dapat dibagi
menjadi beberapa tipe, yaitu :
a. Jalan satu arah ( 1 - 3 / 1 )
b. Jalan dua lajur dua arah ( 2 / 2 )
c. Jalan empat lajur dua arah ( 4 / 2 ), yang terbagi menjadi :
o Tanpa median (undivided)
o Dengan median (divided)
d. Jalan enam lajur dua arah terbagi ( 6 / 2 D )
Karakteristik jalan satu arah ( 1 3 / 1 )
- Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu arah dengan lebar jalur lalu lintas dari 5,0
meter sampai dengan 10,5 meter.
- Kondisi dasar tipe jalan ini dari mana kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas
ditentukan didefinisikan sebagai berikut:
o lebar jalan 7 meter
o memakai kerb, terbebas minimal 2 meter dari rintangan jalan
o tanpa median
o hambatan samping rendah
o ukuran kota 1,0 3,0 juta juwa penduduk.
o tipe alinyemen datar
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan kota adalah sebagai berikut :
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar lajur lalu lintas
FCSP = Faktor koreksi kapasitas untuk pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan
satu arah)
FCSF = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping
FCCS = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan ukuran kota
Ekivalensi mobil penumpang (emp) yang digunakan untuk jalan perkotaan :
Kapasitas Dasar (Co)
Kapasitas dasar jalan tergantung pada tipe jalan, jumlah lajur, dan apakah jalan
dipisahkan dengan pemisah fisik atau tidak
Tipe Jalan Kota Kapasitas Dasar
Co (smp/jam)
Keterangan
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah 1650 per lajur
Empat lajur tak terbagi 1500 per lajur
Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah
Faktor Koreksi Kapasitas akibat Pembagian Arah (FCSP)
Pemisah Arah SP % - % 50 -50 55 - 45 60 - 40 65 - 35 70 - 30
FCSP Dua lajur 2/2 1,00 0,970 0,940 0,910 0,880
Empat lajur 4/2 1,00 0,985 0,970 0,955 0,940
Untuk jalan terbagi dan jalan satu arah faktor penyesuaian kapasitas untuk pembagian
arah tidak dapat diterapkan
Faktor Koreksi Kapasitas akibat Lebar Lajur Lalu Lintas (FCW)
Tipe Jalan Lebar Jalur Efektif (m) FCW Keterangan
4 lajur terbagi atau
jalan satu arah
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
0,92
0,96
1,00
1,04
1,08
per lajur
4 lajur tidak pisah 3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
0,91
0,95
1,00
1,05
1,09
per lajur
2 lajur tidak terbagi 5 6
7 8
9
10 11
0,56 0,87
1,00 1,14
1,25
1,29 1,34
total kedua arah
Faktor Penyesuaian Bahu Jalan dan Kerb (FCSF)
Tipe Jalan Hambatan
Samping
Faktor penyesuaian bahu jalan dengan jarak ke
penghalang
Lebar efektif bahu jalan Ws (m)
0,5 1,0 1,5 2,0
4/2 D VL
L
M
H
VH
0,96
0,94
0,92
0,88
0,84
0,98
0,97
0,95
0,92
0,88
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
1,03
1,02
1,00
0,98
0,95
4/2 UD VL
L
M
H
VH
0,96
0,94
0,92
0,87
0,80
0,99
0,97
0,95
0,91
0,86
1,01
1,00
0,98
0,94
0,90
1,03
1,02
1,00
0,98
0,95
2/2 D atau
jalan satu
arah
VL
L
M
H
VH
0,94
0,92
0,89
0,82
0,73
0,96
0,94
0,92
0,86
0,79
0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
1,01
1,00
0,98
0,95
0,91
Catatan :
- Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dan kanan jalan
sama, jika lebar bahu di kiri dan kanan jalan berbeda, maka digunakan nilai
rata-ratanya.
- Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala rintangan, bila di tengah
terdapat pohon, maka lebar efektifnya adalah setengahnya.
Tipe Jalan Hambatan
Samping
Faktor penyesuaian bahu jalan dengan jarak
ke penghalang
Jarak Kerb (Wk)
0,5 1,0 1,5 2,0
4/2 D VL
L
M
H
VH
0,95
0,94
0,91
0,86
0,81
0,97
0,96
0,93
0,89
0,85
0,99
0,98
0,95
0,92
0,88
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
4/2 UD VL
L
M
H
VH
0,95
0,93
0,90
0,84
0,77
0,97
0,95
0,92
0,87
0,81
0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
1,01
1,00
0,97
0,93
0,90
2/2 D atau jalan satu
arah
VL L
M
H
VH
0,94 0,90
0,86
0,78
0,68
0,95 0,92
0,88
0,81
0,72
0,97 0,95
0,91
0,84
0,77
0,99 0,97
0,94
0,88
0,82
Kerb berpengaruh terhadap :
- Pengurangan kecepatan dan kapasitas walaupun tidak terdapat rintangan pada kerb.
- Bila terdapat rintangan yang terletak pada kerb, maka akan mengurangi sedikit
gesekan sampingnya.
Hambatan Samping
Nilai yang digunakan mulai dari kelas hambatan samping yang sangat rendah hingga
dengan yang sangat tinggi
Komponen hambatan
samping
Kelas hambatan samping Sangat rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Pergerakan jalan kaki 0 1 2 4 7 Angkutan kota berhenti di jalan 0 1 3 6 9 Angkutan kota berhenti di jalan 0 1 3 5 8
Nilai total Kelas hambatan samping
0 -1
2 5
6 -11
12 18
19 24
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Penilaian pada Tabel di atas dilakukan atas dasar kriteria yang akan disebutkan pada Tabel
berikut ini :
Komponen hambatan Jumlah hambatan samping
VL L M H VH
Pejalan kaki (pjlkk / jam) 0 0 - 80 80 - 120 120 220 > 220 Pejalan kaki menyebrang (pjlkk/
jam /km)
0 0 - 200 200 - 500 500 - 1300 >1300
Angkutan berhenti 0 0 - 100 100 - 300 300 - 700 >700
Kend. Keluar/masuk persil
(kend/jam/km)
0 0 - 200 200 - 500 500 - 800 >800
Faktor Ukuran Kota (FCCS)
Berdasar hasil penelitian ternyata ukuran kota mempengaruhi kapasitas
Ukuran Kota
(Juta Penduduk)
Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran
Kota
< 0,1 0,86
0,1 - 0,5 0,90
0,5 - 1,0 0,94
1,0 - 3,0 1,00
> 3,0 1,04
Kapasitas Simpang Bersinyal
C = S (g/c)
S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT
Dimana :
C = Kapasitas kaki simpang (smp/jam)
g = Waktu hijau efektif (detik)
c = Waktu siklus (detik)
S = Arus jenuh kaki simpang (smp/jam)
S0 = Arus jenuh dasar kaki simpang (smp/jam)
FCS = Faktor pengaruh ukuran kota
FSF = Faktor pengaruh hambatan samping
FG = Faktor gradien memanjang
FP = Faktor pengaruh jarak parkir
FRT = Faktor pengaruh proporsi arus belok kanan
FLT = Faktor pengaruh arus belok kiri
Pedoman Analisis Dampak Lalu Lintas Jalan Akibat Pengembangan Kawasan di
Perkotaan, Departemen PU
Analisis dampak lalu lintas adalah suatu studi khusus yang dilakukan untuk menilai
pengaruh yang dapat mengakibatkan perubahan tingkat pelayanan pada ruas dan/atau
persimpangan jalan yang diakibatkan oleh lalu lintas jalan yang dibangkitkan suatu
kegiatan dan/atau usaha pada suatu kawasan tertentu
4.2 Kriteria pengembangan kawasan yang wajib melakukan Andalalin
Suatu rencana pengembangan kawasan wajib melakukan andalalin jika memenuhi salah
satu dari beberapa kriteria berikut:
a) Pengembangan kawasan yang direncanakan tersebut langsung mengakses ke jalan
arteri ;
b) Pengembangan kawasan yang direncanakan tersebut tidak mengakses ke jalan
arteri, maka berlaku kriteria sebagai berikut :
Skala kegiatan dan/atau usaha yang direncanakan lebih besar atau sama
dengan dari ukuran minimal pengembangan kawasan yang ditetapkan pada
Tabel 1;
Pengembangan kawasan tersebut diprakirakan akan membangkitkan
perjalanan lebih besar dari atau sama dengan 100 perjalanan orang per jam;
Terdapat beberapa rencana pengembangan kawasan yang mengakses ke ruas
jalan yang sama, sehingga secara kumulatif memenuhi kriteria pada 4.2 b) 1)
dan 4.2 b) 2);
Pengembangan kawasan tersebut langsung mengakses ke ruas jalan yang saat
ini sudah memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari atau sama dengan 0,75
dan/atau jika persimpangan jalan terdekat dengan lokasi pengembangan
kawasan sudah memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari atau sama dengan
0,75.
Tabel 1 - Ukuran minimal pengembangan kawasan yang wajib melakukan Andalalin
Peruntukan Lahan Ukuran Minimal Kawasan
Permukiman 50 Unit
Apartemen 50 Unit
Perkantoran 1000 m2 Luas Lantai Bangunan
Pusat Perbelanjaan 500 m2 Luas Lantai Bangunan
Hotel/Motel/Penginapan 50 Kamar
Rumah Sakit 50 Tempat Tidur
Klinik Bersama 10 Ruang Praktek Dokter
Sekolah/Universitas 500 Siswa
Tempat Kursus Bangunan dengan kapasitas 50 siswa/waktu
Tempat pertemuan/tempat hiburan/pusat
olah raga
Kapasitas 100 tamu atau 100 tempat duduk
Stasiun pengisian bahan bakar umum
(SPBU)
4 Slang pompa
Gedung/Lapangan Parkir 50 petak parkir
Bengkel Kendaraan Bermotor 2000 m2 Luas Lantai Bangunan
Drive-through untuk
bank/restoran/pencucian mobil
wajib
Secara umum terdapat 4 tahapan kegiatan yang harus dilalui di dalam melakukan prakiraan
lalu lintas, yakni:
1) Tahap penetapan sistem zona;
2) Tahap bangkitan perjalanan;
3) Tahap distribusi perjalanan;
4) Tahap pembebanan lalu lintas.
Siregar. Heriansyah., et al. 2005
Analisis Kinerja Jalan Akibat Peningkatan Intensitas Bangunan Perumahan Pada
Kawasan Permukiman ( Studi Kasus : Jalan Jenderal besar A. H. Nasution / Jalan
Lingkar Luar Medan)
Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no. 02, 2005 : 48-55
Lalu lintas merupakan permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia, yang
diawali dengan menurunnya kinerja jalan sampai menghasilkan kemacetan pada
akhirnya.Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti urbanisasi, pertumbuhan
penduduk yang cepat, pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah kendaraan.
Faktor - faktor ini juga mempengaruhi pertumbuhan sebuah kota, untuk melihat
bagaimana intensitas peningkatan perumahan gedung di kawasan permukiman
mempengaruhi volume lalu lintas dan penurunan kinerja jalan.
Ruas Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution, sebagai bagian dari jalan lingkar luar
Medan (Medan Outer Ring Road) yang berfungsi sebagai jalan arteri primer, pada
kenyataannya harus melayani lalulintas lokal dan juga terganggu oleh adanya kegiatan
lokal di sepanjang sisi jalan. Hal ini menyebabkan penurunan kinerja jalan tersebut,
dimana nilai Q/C maksimum telah mencapai 0,89 pada arah timur jalan tersebut pada
saat volume lalulintas aktual 2.875 smp/jam dan kecepatan 28,87 km/jam.
Besarnya lalulintas lokal yang berasal dari perumahan pada daerah selatan Jalan
Jenderal Besar A. H. Nasution dibanding arus lalulintas total adalah 20,2% pada arah
timur dan 33,9% pada arah barat, sementara pengaruh maksimum dari permukiman
terhadap kinerja (Q/C) Jalan A.H. Nasution adalah sebesar 0,11 pada arah Timur (pagi)
dan 0,17 pada arah Barat (sore).
Pertumbuhan lalulintas menerus dan lalulintas yang berasal dari perumahan di
sepanjang Jalan Karya Wisata akan menyebabkan nilai Q/C di ruas Jalan Jenderal
Besar A. H. Nasution pada 5 (lima) tahun mendatang akan mencapai nilai 0,97, dimana
arus menjadi tidak stabil, kecepatan rendah dan volume mendekati kapasitas (arus
jenuh).
Cok Agung.P.P., I. Gusti.P., I. Gusti.P.S. 2011
Analisis Kinerja Ruas Jalan Raya Sukawati Akibat Bangkitan Pergerakan Dari
Pasar Seni Sukawati
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil
Pasar seni Sukawati sebagai penunjang pariwisata di Kabupaten Sukawati
menyebabkan adanya aktivitas guna lahan yang cenderung mempengaruhi kondisi arus
lalu lintas pada Jalan Raya Sukawati dan jaringan disekitarnya yang akan
menimbulkan terjadi bangkitan pergerakan. Pada makalah ini akan dinalisis kinerja
ruas jalan raya Sukawati akibat bangkitan pergerakan yang diakibatkan oleh pasar seni
Sukawati pada saat ini dan 10 tahun yang akan datang
Pasar Seni Sukawati mempengaruhi kinerja ruas Jalan Raya Sukawati. Pada jam
puncak volume lalu lintas bila tanpa aktivitas Pasar Seni Sukawati : terjadi penurunan
volume lalu lintas ( Q ) sebesar 46.78 %, terjadi peningkatan kapasitas ( C ) sebesar 19
%, terjadi penurunan derajat kejenuhan ( DS )sebesar 80 %, terjadi peningkatan
kecepatan ( V ) sebesar 64.42 %. Pada jam puncak bangkitan pergerakan bila tanpa
aktivitas Pasar Seni Sukawati : terjadi penurunan volume lalu lintas ( Q ) sebesar 41.22
%, terjadi peningkatan kapasitas ( C ) sebesar 12 %, terjadi penurunan derajat
kejenuhan ( DS )sebesar 60 %, terjadi peningkatan kecepatan ( V ) sebesar 61.56 %
dan hasil prediksi bangkitan pergerakan 10 tahun mendatang adalah pada jam puncak
volume lalu lintas terjadi peningkatan derajat kejenuhan sebesar 11.11 % dan pada jam
puncak bangkitan pergerakan terjadi peningkatan derajat kejenuhan sebesar 11.76
%.Tingkat pelayanan jalan terletak pada level C.
Indra Rachman Efendi (2006)
Evaluasi Kinerja Jalan Ahmad Yani Depan Pasar Kosambi Bandung
Tugas Akhir Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha
Bandung
Pergerakan kendaraan dari suatu tempat asal menuju suatu tempat tujuan setiap hari
sering kali terganggu akibat adanya aktivitas yang mengapit kedua sisi jalan. Kegiatan
pasar pada sisi jalan seringkali menimbulkan gangguan berupa hambatan samping
yang berakibat langsung terhadap kinerja jalan.
Pada Tugas Akhir dilakukan studi kapasitas, kecepatan, derajat kejenuhan dan
hambatan samping pada saat pasar tumpah kejalan dan pada saat kendaraan parkir di
samping ruas jalan Jalan Jendral Ahmad Yani Bandung, dengan menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997
Volume maksimum yang terjadi pada kondisi pasar tumpah kejalan sebesar 1276,7
smp/jam/2 arah dan volume maksimum yang terjadi pada kondisi kendaraan parkir
sebesar 2304,8 smp/jam/2 arah. Derajat kejenuhan (DS) adalah 0,32 pada kondisi pasar
tumpah ke jalan dan 0,50 pada kondisi kendaraan parkir. Kecepatan tempuh teoritis
untuk pasar tumpah kejalan 35 km/jam. Kecepatan tempuh teoritis pada kondisi parkir
kendaraan sebesar 36 km/jam, tetapi kecepatan tempuh hasil survei pada kondisi pasar
tumpah kejalan arah sebesar 19,36 km/jam. kecepatan tempuh hasil survei pada kondisi
kendaraan parkir sebesar 20,97 km/jam.
Andi Nugroho Dirgantara, 2013
Pengaruh Keberadaan Informasi Lalu Lintas Terhadap Masyarakat Perkotaan
Dalam Melakukan Perjalanan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2
Ruang lingkup wilayah studi dalam penelitian adalah kawasan perbelanjaan yang terdapat
di Kota Bandung, yaitu kompleks kawasan perbelanjaan Bandung Indah Plaza, Gramedia
Merdeka, dan Istana Bandung Electronic Center. Survei primer dilakukan jumlah total
responden yang memiliki kendaraan bermotor berjumlah 200 orang, hasilnya adalah 76%
menggunakan kendaraan peribadi, 23% menggunakan angkutan umum, dan 1% kendaraan
tidak bermotor. Kondisi lahan parkir di kawasan studi menurut responden 54% padat, 26
% penuh sesak, 17% cukup lapang dan 3 % sangat lapang. Faktor utama yang menentukan
responden memilih moda transportasi adalah faktor kenyamanan, kecepatan, dan ketepatan
waktu
Undang-Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Pasal 7 ayat 3
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
Pasal 8 ayat 3
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Pasal 99
(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang akan menimbulkan gangguan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan Analisis Dampak
Lalu Lintas
(2) Analisis dampak lalu lintas sekurang-kurangnya memuat :
1) Analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2) Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
3) Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
4) Tanggung jawab Pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak; dan
5) Rencana pemantauan dan evaluasi.
Peraturan Pemerintah tentang Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
Pasal 47
Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang
akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
lalu lintas dan angkutan jalan wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas
Pasal 48
(1) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa bangunan untuk
:
a) kegiatan perdagangan;
b) kegiatan perkantoran;
c) kegiatan industri;
d) fasilitas pendidikan;
e) fasilitas pelayanan umum; dan/atau
f) kegiatan lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu
lintas.
(2) Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa:
a) perumahan dan permukiman;
b) rumah susun dan apartemen; dan/atau
c) permukiman lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu
lintas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
Pasal 11
(1) Kapasitas jalan untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh tingkat pelayanan yang
merupakan rasio antara volume lalu lintas terhadap kapasitas jalan (selanjutnya
disebut RVK) dan ditetapkan sebagai berikut:
a. RVK untuk jalan arteri dan kolektor paling tinggi 0,85 (nol koma delapan
lima);dan
b. RVK untuk jalan lokal dan lingkungan 0,9 (nol koma Sembilan).
(2) Nilai kapasitas jalan ditetapkan berdasarkan manual tentang kapasitas jalan yang
berlaku untuk Indonesia
(3) Penetapan tingkat pelayanan perlu dikoordinasikan dengan pembina
penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan sesuai status jalannya
Pasal 45
Fungsi jalan terdiri atas: jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan
Pasal 11 ayat 2
Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Pasal 18
(1) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9
(sembilan) meter.
(2) Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume
lalu lintas rata-rata.
(3) Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu
lintas lambat.
(4) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan
tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).
Penjelasan Pasal 12
Yang dimaksud dengan "kecepatan rencana" (design speed) adalah
kecepatan kendaraan yang dapat dicapai bila berjalan tanpa gangguan dan
aman.
Yang dimaksud dengan "kapasitas jalan" adalah jumlah maksimum
kendaraan yang dapat melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas
jalan, satuan waktu, keadaan jalan, dan lalu lintas tertentu.
Penjelasan Pasal 13 ayat 2
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu
penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu
tertentu.
Volume lalu lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan rata-rata dihitung
menurut satu satuan waktu tertentu;
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan
Pasal 1 : Ketentuan Umum
(6) Tingkat pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk
menampung lalu lintas pada keadaan tertentu.
(7) Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan
mobil penumpang (smp)/jam.
(8) Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung volume lalu
lintas ideal per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan
mobil penumpang (smp)/jam.
(9) Nisbah volume/kapasitas (V/C ratio) adalah perbandingan antara volume lalu
lintas dengan kapasitas jala
(10) Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam satuan
waktu, dinyatakan dalam kilometer/jam.
(11) Tundaan di persimpangan adalah waktu tambahan yang diperlukan untuk
melewati persimpangan tersebut dibandingkan dengan situasi tanpa
persimpangan.
Pasal 7
(1) Tingkat pelayanan pada ruas jalan diklasifikasikan atas:
a. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi:
arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;
kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan;
pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa
atau dengan sedikit tundaan.
b. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi:
arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai
dibatasi oleh kondisi lalu lintas;
kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan;
pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya
dan lajur jalan yang digunakan.
c. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi:
arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh
volume lalu lintas yang lebih tinggi;
kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas
meningkat;
pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah
lajur atau mendahului.
d. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi:
arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan
kondisi arus;
kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan
hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang
besar;
pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam
menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih
dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.
e. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi:
arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu
lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;
kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi;
pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek
f. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi:
arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;
kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama;
dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
(2) Tingkat pelayanan pada persimpangan mempertimbangkan faktor tundaan dan
kapasitas persimpangan.
Pasal 9
(2) Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan
sekunder sesuai fungsinya untuk:
a. jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;
b. jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;
c. jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D;
d. jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D
Pasal 10
(1) Setiap pengembangan/pembangunan pusat kegiatan dan/atau permukiman yang
berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas yang dapat mempengaruhi tingkat
pelayanan yang diinginkan, wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas.
(2) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
merupakan masukan untuk penyempurnaan perencanaan lalu lintas.
Lampiran
Tingkat Pelayanan Jalan Arteri Sekunder dan Kolektor Sekunder
Persimpangan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)