KTI Skripsi No.221 Hubungan Antara BBLR Dengan Terjadinya Asfiksia

Embed Size (px)

Citation preview

Document

HUBUNGAN ANTARA BBLR DENGAN TERJADINYA

ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

. KABUPATEN .

KARYA TULIS ILMIAH / SKRIPSI

Oleh:

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

NIM. ...............

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES ........

PROGRAM STUDI ................

TAHUN

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Menurut

Undang-Undang

Kesehatan

No.29,

2004

bahwa

pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam upaya mencapai visi dan misi pemerintah daerah Kabupaten

..........

dengan melihat permasalahan dan pencapaian IPM khususnya sektor

kesehatan,

maka

dibutuhkan

masyarakat

yang

sehat

dan

memiliki

kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk

pembangunan kesehatan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM), melalui pembangunan kesehatan Kabupaten .......... diformulasikan

dalam Visi Dinas Kesehatan Kabupaten .......... yaitu

.......... SEHAT

2OO8 (Dinas Kesehatan Kabupaten .........., 2006 : 4).

Dengan visi .......... Sehat .......... tidak berarti bahwa pada tahun

..........

tidak ada lagi penduduk .......... yang sakit, namun diartikan pada

tahun .......... diharapkan setiap penduduk/orang di Kabupaten .......... sudah

memiliki keterjangkauan/aksebilitas terhadap pelayanan kesehatan serta

keterjangkauan

terhadap

berbagai

peluang

untuk

mengembangkan

kemampuan hidup sehat melalui kesadaran berperilaku hidup sehat (Dinas

Kesehatan Kabupaten .......... Tahun 2006 : 5).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Di Indonesia Angka Kematian Baru Lahir (AKBBL) saat ini masih

jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan

kesepakatan sasaran pembangunan millennium. Hasil Survey Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 2003, jadi Angka Kematian Bayi Baru

Lahir (AKBBL) di Indonesia mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup atau

dua kali lebih besar dari target WHO sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup.

Menurut Menteri Kesehatan 2007, berdasarkan Survey Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyebab kematian bayi baru lahir di

Indonesia diantaranya asfiksia 27%, BBLR 29%, tetanus neonatorum 10%,

masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%,

dan lain-lain 13%.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila

dibandingkan dengan angka nasional yaitu 321,15 per 100.000 kelahiran

hidup (BPS, 2003). Penyebab langsung kematian bayi adalah asfiksia,

komplikasi pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi.

Penyebab tidak langsung AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik

dan pelayanan kesehatan sendiri (Retnasih, 2005).

Di Kabupaten .......... Angka Kematian Bayi (AKB) tahun ..........

adalah 41,25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih diatas target dalam

indikator .......... Sehat Tahun .........., yakni < 35 per 1000 kelahiran hidup

(Dinas Kesehatan Kabupaten .........., ..........). Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten .......... pada tahun .......... jumlah kematian bayi di

Kabupaten .......... sebanyak 346 kasus. Penyebabnya adalah BBLR, Asfiksia

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

neonatorum, infeksi, tetanus neonatorum dan lain-lain. Dari data Dinas

Kesehatan .......... tahun .......... bahwa penyebab kematian bayi terbesar

kedua adalah asfiksia yaitu 69 kasus (19,94%) dari 346 bayi meninggal.

Menurut data medis RSUD .......... tahun .......... jumlah seluruh bayi

tahun .......... yang dirawat di ruang Perinatologi yaitu 1.073 bayi, bahwa

kejadian asfiksia di RSUD .......... yaitu 215 bayi, angka BBLR tahun ..........

adalah 279 bayi. Jumlah BBLR dengan Asfiksia adalah 107 bayi. Sedangkan

jumlah seluruh angka kematian bayi pada tahun .......... yaitu 102 bayi.

Penyebab utamanya ialah BBLR dengan asfiksia 23 kasus (22,55%),

pneumonia 6 kasus (5,9%) dan lain-lain 73 kasus (71,6%). Dari data Rekam

Medik RSUD .......... tahun .......... kejadian BBLR dan asfiksia masih tinggi,

sehingga

penulis

tertarik

untuk

melakukan

penelitian

dengan

judul

Hubungan Antara BBLR Dengan Terjadinya Asfiksia di Rumah Sakit

Umum Daerah .......... Tahun ...........

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah pokok yang diuraikan dalam latar belakang di

atas, maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut : Belum

diketahuinya hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di Rumah

Sakit Umum Daerah .......... Tahun ...........

Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas maka pertanyaan

penelitian adalah Apakah ada hubungan antara BBLR dengan terjadinya

asfiksia di SUD .......... .......... pada tahun ..........?.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya

asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah .......... tahun ...........

1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1

Untuk mengetahui distribusi frekwensi kasus BBLR di RSUD ..........

tahun ...........

1.3.2.2

Untuk mengetahui distribusi frekwensi kasus asfiksia di RSUD ..........

tahun ...........

1.3.2.3

Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di

RSUD tahun ...........

1.4

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah secara khusus akan meneliti

tentang BBLR sebagai variabel bebas dan Asfiksia sebagai variabel terikat

di Rumah Sakit Umum Daerah .......... tahun ...........

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

1.5.2

Manfaat Bagi Institusi Rumah Sakit

Dapat mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia

sehingga dapat mengantisipasi kejadian asfiksia akibat BBLR.

1.5.3

Manfaat Bagi Penulis

Sebagai aplikasi antara ilmu yang didapat di pendidikan dengan

kondisi nyata di lapangan. Untuk menambah wawasan, pola pikir,

pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara

BBLR dengan terjadinya asfiksia.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

2.1.1

Definisi

BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran

kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram) (Jumiarni, 1995 : 73). BBLR

adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa

memandang masa kehamilan. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)

(Prawirohardjo, 2006 : 376).

WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan Berat Badan

Bayi Lahir Rendah. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur.

Bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi 2 golongan yaitu :

2.1.1.1

Prematur Murni

Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan

(Ester 2003 : 30-31).

2.1.1.2

Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami

gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilannya (Ester 2003 : 30-31).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Masalah bayi dismatur (Ester 2003 : 30-31) :

a.

Sindrom aspirasi mekonium

Hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin mengalami gasping

dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur

dengan cairan amnion. Cairan amnion yang mengandung mekonium

akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan

menderita gangguan pernapasan karena melekatnya mekonium dalam

saluran pernapasan.

b.

Hipoglikemia simtomatik

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki, penyebabnya belum

jelas, mungkin karena cadangan glikogen yang kurang pada bayi

dismatur. Diagnosis dibuat setelah pemeriksaan kadar gula darah,

dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah kurang dari 20 mg/dL

pada bayi berat lahir rendah.

c.

Penyakit membran hialin

Penyakit ini diderita bayi dismatur yang preterm terutama bila masa

gestasi kurang dari 35 minggu, hal ini disebabkan karena pertumbuhan

surfaktan paru yang belum cukup.

d.

Hiperbilirubinemia

Bayi dismatur lebih sering menderita hiperbilirubinemia dibandingkan

bayi yang beratnya sesuai dengan masa kehamilan. Berat hati bayi

dismatur

kurang

dibandingkan

bayi

biasa,

mungkin

disebabkan

gangguan pertumbuhan hati.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

e.

Asfiksia neonatorum

Bayi

dismatur

lebih

sering

menderita

asfiksia

neonatorum

dibandingkan bayi biasa. Membedakan bayi prematur murni atau

dismatur penting karena :

1.

Morbiditas yang berlainan

2.

Prematuritas murni mudah menderita komplikasi membran hialin,

perdarahan intraventrikuler, pneumonia aspirasi

3.

Bayi dismatur mudah menderita sindrom aspirasi mekonium,

hipoglikemia simtomatik dan hiperbilirubinemia

4.

Bayi dismatur yang preterm dapat menderita komplikasi bayi

dismatur dan bayi prematur

5.

Bayi dismatur harus mendapat makanan dini yang lebih dini dari

bayi prematur

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)

(Prawirohardjo, 2001 : 376).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, Bayi Berat

Lahir Rendah dibedakan dalam :

a.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 2.500 gram.

b.

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.

c.

Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.1.2

Etiologi

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Jumarni, dkk., 1994

74)

, yaitu :

2.1.2.1

Faktor ibu, meliputi penyakit

yang diderita ibu misalnya, tosemia

gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis

akut, diabetes melitus, dan lain-lain. Usia ibu saat hamil lebih dari 35

tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat, dan lain-lain.

Keadaan sosial ekonomi, golongan sosial ekonomi dan perkawinan yang

tidak sah. Sebab lain termasuk karena ibu adalah seorang perokok dan

peminum minuman beralkohol atau pengguna narkotika.

2.1.2.2

Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom,

dan lain-lain.

2.1.2.3

Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi dan zat-zat beracun.

2.1.3

Faktor-Faktor Penyebab BBLR

Menurut Manuaba (1998, : 326), faktor-faktor yang mengakibatkan

terjadinya BBLR adalah :

2.1.3.1

Faktor Ibu

a.

Gizi saat hamil yang kurang

Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin

seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati

maupun kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik yaitu

dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat

badan selama hamil (Setyowati, 1996).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

b.

Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik

belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang

masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR

lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun (Doenges,

2001

: 148).

Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi

kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga

dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan

kelahiran BBLR (Setyowati, 1996).

Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi

kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar

usia 20 sampai 35 tahun (Departemen Kesehatan, 1996 : 14).

c.

Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Jarak

kehamilan

kurang

dari

2

tahun

dapat

menimbulkan

pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada

saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik

(Departemen Kesehatan, 1998 : 33).

Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan

(dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap

terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan

placenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan

bayi dengan berat lahir rendah (Ilyas, 1995 : 106).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

d.

Paritas ibu

Jumlah

anak

lebih

dari

4

dapat

menimbulkan

gangguan

pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah

lemah (Departemen Kesehatan, 1998 : 33).

2.1.3.2

Faktor Kehamilan

a. Hamil Dengan Hidramnion

Hidramnion

yang

kadang-kadang

disebut

polihidramnion

merupakan keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat

menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga

dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan

kejadian BBLR (Cuningham, 1995 : 625).

b.

Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan

diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi

dilahirkan (Saifuddin, 2002 : 160). Komplikasi utama dari perdarahan

antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok

yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang

menyebabkan gangguan ke placenta yang mengakibatkan anemia pada

janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian

janin

intrauterin

(Wiknjosastro,

1999

:

365

)

.

Bila

janin

dapat

diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal

napas dan komplikasi asfiksia (Mansjoer, 1999 : 279).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

c. Komplikasi Hamil

1.

Pre-eklampsia / Eklampsia

Pre-eklampsia / Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan

pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran

mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada

ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan

bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan

adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen

yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995 : 5).

2.

Ketuban Pecah Dini

Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum

proses

persalinan

berlangsung.

Ketuban

Pecah

Dini

(KPD)

disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang

diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan

serviks (Mansjoer. 1999 : 310). Pada persalinan normal selaput

ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan

lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang

penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran

prematur dan terjadinya infeksi ibu (Mansjoer, 1999 : 313).

3.

Hipertensi

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler

yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau

pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal

(Sukadi,2000:3).

Ibu

dengan

hipertensi

akan

menyebabkan

terjadinya insufisiensi placenta, hipoksia sehingga pertumbuhan

janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur (Sukadi,

2000;6).

2.1.3.4

Faktor Janin

a.

Cacat Bawaan (kelainan kongenital)

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan

struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur

(Wiknjosastro, 1999 : 723). Bayi yang dilahirkan dengan kelainan

kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi

Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai

berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya

(Wiknjosastro, 1999 : 723).

b.

Infeksi Dalam Rahim

Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan

fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh,

sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh

karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau

persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim (Manuaba,

1998

: 277).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap

janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat

bawaan dan kematian janin (Mochtar, 1998 : 181).

c.

Hamil Ganda

Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat

berbeda antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada

placenta untuk kedua janin tidak sama (Wiknjosastro, 1999 : 391).

Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu

faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR (Departemen Kesehatan,

199

6

: 14). Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga

melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan

ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat

menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering

lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi

daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan

penyebab utama (Wiknjosastro, 1999 : 393).

2.1.4

Prognosis BBLR

Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah

perinatal, misalnya masa gestasi. Makin muda masa gestasi atau makin

rendah berat bayi makin tinggi angka kematian. Prognosis ini juga

tergantung dari keadaaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan

perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal. Bayi Berat Lahir

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Rendah cenderung memperlihatkan gangguan pertumbuhan setelah lahir

(Wiknjosastro, 1999 : 783).

2.1.4.1

Masalah Bayi Dengan BBLR

Menurut Manuaba (1998 : 327), menghadapi bayi BBLR harus

memperlihatkan masalah-masalah berikut :

a. Suhu tubuh yang belum stabil

1.

Pusat mengatur napas badan masih belum sempurna

2.

Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah

3.

Otot bayi masih lemah

4.

Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan

panas

5.

Pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi dengan baik

b.

Gangguan pernapasan

1.

Pusat pengaturan pernapasan belum sempurna

2.

Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangan tidak

sempurna

3.

Otot pernapasan dan tulang iga masih lemah

4.

Penyakit gangguan pernapasan : penyakit hialin membran, mudah

terkena infeksi paru-paru dan gagal pernapasan

c. Gangguan alat pencernaan makanan dan problema nutrisi

1.

Alat

pencernaan

belum

berfungsi

sempurna

sehingga

penyerapan makanan masih lemah dan kurang baik

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.

Aktifitas

otot

pencernaan

makanan

masih

belum

sempurna,

sehingga pengosongan lambung berkurang

d.

Hepar yang belum matang (immatur)

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga

mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) dan defisiensi vitamin K.

e.

Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air

masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema dan asidosis

metabolic.

f.

Perdarahan dalam otak

1.

Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah

2.

Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi

perdarahan dan nekrosis

3.

Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan

kematian bayi

4.

Sering mengalami gangguan pernapasan sehingga mempermudah

terjadi perdarahan otak

Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh

sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus

ibunya.

Makin

pendek

masa

kehamilannya

makin

kurang

sempurna

pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya

komplikasi dan makin tingginya angka kematiannya. (Prawirohardjo, 2005 :

775). Pada saat persalinan, BBLR mempunyai resiko yaitu asfiksia atau

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit

setelah lahir. Hal itu diakibatkan factor paru yang belum matang. (Kosim,

2008).

2.1.5

Penanganan BBLR

2.1.5.1

Mempertahankan suhu dengan ketat

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan dengan ketat.

2.1.5.2

Mencegah infeksi dengan ketat

BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan

infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

2.1.5.3

Pengawasan nutrisi / ASI

Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi

harus dilakukan dengan cermat.

2.1.5.4

Penimbangan ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat

badan harus dilakukan dengan ketat (Prawirohardjo, 2006 : 377)

2.1.6

Upaya Pencegahan BBLR

Mengingat bahwa perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui

dilaksanakan di negara maju ataupun di beberapa rumah sakit rujukan di

Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya pencegahan

pada masa pra hamil dan masa hamil menjadi sangat penting.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Pada masa hamil perawatan antenatal harus mampu mendeteksi

dini resiko terjadinya BBLR. Bila resiko ini ada maka penatalaksanaannya

yang tepat adalah merujuk kasus ke pusat pelayanan yang memiliki

kemampuan

diagnostik

lebih

lengkap

guna

penelitian

laboratorium,

sehingga terapi akan ditentukan dengan baik (Arcan, 1995).

Adapun

upaya-upaya

lain

yang

dapat

dilaksanakan

untuk

mencegah terjadinya BBLR :

2.1.6.1

Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan

konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.

2.1.6.2

Meningkatkan

gizi

masyarakat

sehingga dapat

mencegah

terjadinya

persalinan dengan BBLR.

2.1.6.3

Tingkatkan penerimaaan keluarga berencana.

2.1.6.4

Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau

istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan

normal.

2.1.6.5

Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat

kepercayaan masyarakat (Arcan, 1995).

2.2

Asfiksia

2.2.1

Definisi

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernapas secara spontan dan teratur setelah melahirkan (Prawirohardjo,

2002

: 709). Asfiksia neonatorum dapat diartikan sebagai kegagalan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

bernapas

pada

bayi

yang

baru

lahir,

sehingga

bayi

tidak

dapat

memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari

tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996 : 1).

Asfiksia adalah keadaan dimana fetus atau neonatus mengalami

kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau menurunnya perfusi (iskemia) ke

berbagai macam organ (Soetomo, 2004 : 1).

Asfiksia adalah keadaan janin dalam rahim yang tertekan, karena

terjadinya hipoksia atau kekurangan nutrisi (Manuaba, 1999 : 255).

2.2.2

Etiologi

Penyebab terjadinya asfiksia menurut (Manuaba, 1999 : 255 256).

2.2.2.1

Faktor Intrauterin

a. Keadaan Ibu

1.

Hipotensi (syok) dengan berbagai sebab

2.

Penyakit kardiovaskuler dan paru

3.

Anemia / malnutrisi

4.

Keadaan asidosis / dehidrasi

5.

Sindrom supin-hipotensi (posisi tidur)

6.

Penyakit diabetes melitus

b.

Uterus

1.

Kontraksi uterus yang berlebihan

2.

Gangguan sistem pembuluh darah uterus

c. Placenta

1.

Gangguan pembuluh darah placenta

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.

Perdarahan pada placenta pravia

3.

Solusio placenta

4.

Gangguan pertumbuhan placenta

d.

Tali Pusat

1.

Kompresi tali pusat

2.

Simpul tali pusat

3.

Tali pusat terpuntir pada tempat jelli whartom yang lemah

4.

Lilitan tali pusat

5.

Prolapsus / tali pusat terkemuka

e. Fetus

1.

Infeksi intrauterin

2.

Gangguan pertumbuhan intrauterin

3.

Perdarahan pada janin

4.

Anemia

2.2.2.2

Faktor Umur Kehamilan

a.

Persalinan prematur

b.

Persalinan presipitatus

c.

Persalinan lewat waktu

2.2.2.3

Faktor Persalinan

a.

Persalinan memanjang / terlantar

b.

Persalinan dengan tindakan operatif

c.

Persalinan dengan induksi

d.

Persalinan dengan anestesi

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

e.

Perdarahan (solusio placenta marginalis)

2.2.2.4

Faktor Buatan (Iatrogenik)

a. Sindrom hipotensi supinasi (posisi tidur)

b.

Asfiksia intrauterin pada induksi persalinan

c. Asfiksia intrauterin pada persalinan dengan anestesi

Gangguan menahun dalam kehamilan pada ibu dapat berupa gizi

buruk, anemia, hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain. Faktor-faktor

yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu

mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia

bayi (Prawirohardjo, 2005 : 709).

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena

gangguan pertukaran gas serta transportasi O2 dari ibu ke janin sehingga

terdapat

gangguan

dalam

O2

dan

dalam

menghilangkan

CO2

(Prawirohardjo, 2005 : 709).

Penyebab yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu :

1.

Gangguan oksigenasi pada ibu hamil

2.

Penurunan aliran darah dari ibu ke placenta atau dari placenta ke fetus

3.

Gangguan pertukaran gas yang melalui placenta atau fetus

4.

Peningkatan kebutuhan fetal oksigen (Soetomo, 2004 : 3)

2.2.3

Klasifikasi Klinis Asfiksia

Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam :

2.2.3.1

Asfiksia Livida, ciri-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot masih

baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognosi lebih baik

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.2.3.2

Asfiksia Pallida, ciri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang,

tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek

2.2.4

Patofisiologi Asfiksia Intrauterin

Pada asfiksia (hipoksia) intrauterin, dengan semakin turunnya

tekanan O2 atau dengan adanya kekurangan nutrisi, maka akan terjadi

perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik dalam pemecahan

glukosa / glikogen (melalui tes) dan protein. Glukosa yang pertama akan

dipecah adalah cadangan dalam lever (hati) dan lemak diubah menjadi

glukosa (Manuaba, 1999 : 259).

Gangguan pertukaran gas dan transpor O2 dapat terjadi karena

kelainan dalam kehamilan atau persalinan yang bersifat menahun atau

mendadak. Kelainan menahun seperti gizi ibu yang buruk atau penyakit

menahun pada ibu (anemia, hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain)

dapat ditanggulangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal ibu yang

teratur. Kelainan yang bersifat mendadak yang umumnya terjadi pada

persalinan hampir selalu mengakibatkan anoksia / hipoksia yang berakhir

dengan asfiksia bayi (Kapita Selekta Kedokteran, 1982 : 539).

2.2.5

Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari

anoreksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia dapat dibuat

dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal

yang perlu mendapatkan perhatian (Prawirohardjo, 2005 : 710 - 711) :

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.2.5.1

Denyut Jantung Janin

Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit.

Selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada

keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak

banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100

semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan

tanda bahaya.

2.2.5.2

Mekonium Dalam Air Ketuban

Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi

dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air

ketuban

pada

presentasi

kepala

dapat

merupakan

indikasi

untuk

mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

2.2.5.3

Pemeriksaan Darah Janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks

dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah

janin.

Darah

ini

diperiksa

pH-nya.

Adanya

asidosis

menyebabkan

turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap

sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan

tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum,

sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut

jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan

resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut

APGAR.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.2.6

Klasifikasi

2.2.6.1

Tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10).

2.2.6.2

Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4 7).

2.2.6.3

Asfiksia berat (nilai APGAR 0 3).

2.2.7

Penatalaksanaan

Prinsip resusitasi (Prawirohardjo, 2005 : 711)

2.2.7.1

Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap

bebasnya jalan napas.

2.2.7.2

Memberikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha

pernapasan buatan.

2.2.7.3

Memperbaiki asidosis yang terjadi.

2.2.7.4

Menjaga agar peredaran darah tetap baik.

Nilai APGAR 7 10 (bayi dinyatakan baik)

Pada keadaan ini bayi tidak memerlukan tindakan istimewa.

penatalaksanaan terdiri dari :

1.

Memberikan lingkungan suhu yang baik pada bayi

2.

Pembersihan jalan napas bagian atas dari lendir dan sisa-sisa darah

3.

Kalau perlu melakukan rangsangan pada bayi

(Kapita Selekta Kedokteran, 1982 : 540).

Nilai APGAR 4 6 (asfiksia ringan sedang)

Cara penanganannya :

1.

Menerima bayi dengan kain hangat

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

2.

Letakkan bayi pada meja resusitasi

3.

Bersihkan jalan napas bayi

4.

Berikan oksigen 2 liter per menit. Bila berhasil teruskan perawatan

selanjutnya

5.

Bila belum berhasil rangsang pernapasan dengan menepuk-nepuk

telapak kaki, bila tidak berhasil juga pasang penlon masker di pompa

60

x / menit

6.

Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, biasanya

diberikan terapi natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc, dekstrose

40% sebanyak 4 cc, disuntikkan melalui vena umbilikalis masukkan

perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya perdarahan intra kranial

karena perubahan pH darah mendadak (EGC, 1995 : 81).

Nilai APGAR 0 3 (asfiksia berat)

Prawirohardjo (2005 : 712 713) : Resusitasi aktif dalam keadaan

ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah memperbaiki ventiliasi

paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-

ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan inkubasi endotrakeal dan setelah

kateter di masukkan ke dalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak

lebih dari 30 ml air. Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara

yang telah diperkaya dengan O2 melalui kateter. Untuk mencapai tekanan

30

ml, air peniupan yang dapat dilakukan dengan kekuatan kurang lebih

1/3 dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

Untuk memperoleh tekanan yang positif yang lebih aman dan

efektif, dapat digunakan pompa resusitasi. Pompa ini dihubungkan dengan

kateter trakea, kemudian udara dengan O2 dipompakan secara teratur

dengan memperhatikan gerakan-gerakan dinding toraks. Bila bayi telah

memperlihatkan pernapasan spontan, keteter trakea segera dikeluarkan.

Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang

segera membutuhkan bikarbonas natrikus 7,5 dengan dosis 2 4 ml / kg

berat badan. Diberikan dengan hati-hati dan perlahan-lahan. Untuk

menghindarkan efek samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air

steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dengan satu semprit melalui

pembuluh darah umbilikus.

Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan

frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 permenit) maka pemberian

obat-obat lain serta massege jantung segera dilakukan. Massege jantung

dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur

80

100 per menit. Tindakan ini dilakukan berselingan dengan napas

buatan, yaitu setiap 5 kali massege jantung diikuti dengan satu kali

pemberian

napas

buatan.

Hal

ini

bertujuan

untuk

menghindarkan

kemungkinan

timbulnya

komplikasi

pneumotoraks

atau

pneumomediastinum apabila tindakan dilakukan secara bersamaan.

Di samping massege jantung ini, obat-obatan yang diberikan antara

lain adalah larutan 1 / 10.000 adrenalin dengan dosis 0,5 1 cc secara

intravena / intrakardial (untuk meningkatkan frekuensi jantung) dan

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

kalsium glukonet 50 100 mg / kg berat badan secara perlahan-lahan

melalui intravena (sebagai obat inotropik).

Bila tindakan-tindakan tersebut diatas tidak memberikan hasil yang

diharapkan, hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan

asam

dan

basa

yang

belum

diperbaiki

secara

semestinya,

adanya

gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau stenosis jalan

napas, dan lain-lain.

2.3

Hubungan BBLR dengan Terjadinya Asfiksia

Bayi prematur secara umum bayi lahir dalam keadaan belum

matang, dan karena itu belum dilengkapi dengan kemampuan untuk

adaptasi fisiologik di luar uterus sehingga terjadi asfiksia (Departemen

Kesehatan RI, 1996 : 15).

Hipoksia sering ditemukan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Kejadian ini umumnya telah dimulai sejak janin di kandungan, berupa

gawat janin atau terjadinya stres janin pada waktu proses kelahiran.

Akibatnya, bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernapas spontan dan

teratur pada menit-menit pertama setelah lahir). Umumnya terjadi akibat

belum matangnya paru-paru, kekurangan bahan surfaktan yang berfungsi

mempertahankan mengembangnya gelembung paru, bayi akan mengalami

sesak napas atau Sindroma Gangguan Napas (SGN) (Kadri, 2008 : 1).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) cenderung mengalami kesulitan

dalam

melakukan

transisi

akibat

berbagai

penurunan

pada

sistem

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

pernapasan, diantaranya : penurunan jumlah alveoli fungsional, defisiensi

kadar surfaktan, lumen pada sistem pernapasan lebih kecil, jalan napas

lebih sering kolaps dan mengalami obstruksi, insufisiensi kalsifikasi tulang

toraks, lemah, kapiler-kapiler paru mudah rusak dan tidak matur. Fungsi

kardiovaskuler mengalami penurunan darah, perlambatan pengisian kapiler

dan gawat napas yang berlanjut walaupun telah dilakukan oksigenasi dan

ventilasi (Jensen, 2004 : 891).

Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan oleh kekurangan

surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,

otot

pernapasan

yang

masih

lemah

dan

tulang

iga

yang

mudah

melengkung, sehingga sering terjadi apneu, asfiksia berat dan sindroma

gangguan pernapasan (Prawirohardjo, 2005 : 776).

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep

Berat badan lahir rendah akan menimbulkan komplikasi medis yang lebih

berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas janin yang dilahirkan, hal ini

disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru

yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang

mudah

melengkung,

perdarahan

intraventikuler

:

50%

bayi

prematur

menderita perdarahan intraventikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi

prematur sering menderita apneu, afiksia berat dan sindroma gangguan

pernapasan.

3.1.1

Visualisasi Kerangka Konsep

Dengan

demikian

variabel-variabel

yang

akan

penulis

teliti

digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :

Diagram 3.I.I Hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia

Variabel Bebas

(Independen)

Variabel Terikat

(Dependen)

Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR)

ASFIKSIA

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com

http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com

http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com

http://kti-skripsi-kesehatan-masyarakat.blogspot.com

3.2

Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitiannya

adalah sebagai berikut : Ada hubungan antara BBLR dengan terjadinya

asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah .......... tahun ...........

3.3

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :

3.3.1

Variabel Independen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah BBLR.

3.3.2

Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah asfiksia.

3.4

Definisi Operasional

Tabel 3.4.1 Definisi Operasional

No.

Variabel

Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur

Skala

Ukur

1.

BBLR

Bayi baru lahir

di timbang

sejak 0-24 jam

setelah lahir