187
KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh BESLINA AFRIANI SIAGIAN 127009026/ LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Universitas Sumatera Utara

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA

TESIS

Oleh

BESLINA AFRIANI SIAGIAN

127009026/ LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

2

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Sains dalam Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

BESLINA AFRIANI SIAGIAN

127009026/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

3

Judul Tesis : KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK

TOBA

Nama Mahasiswa : Beslina Afriani Siagian

Nomor Pokok : 127009026

Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Linguistik

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Dr. Mulyadi, M.Hum) (Dr. Eddy Setia, M.Ed.,TESP)

Ketua

Anggota

Ketua Program Studi,

Direktur,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.)

Tanggal Lulus: 07 Agustus 2014

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

4

Telah Diuji pada

Tanggal : 07 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Mulyadi, M. Hum.

Anggota : 1. Dr. Eddy Setia, M. Ed. TESP

2. Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd.

3. Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M. Ling

4. Dr. Nurlela, M. Hum.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

5

PERNYATAAN

Judul Tesis

Konstruksi Kausatif Bahasa Batak Toba

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, 07 Agustus 2014

Penulis,

Beslina Afriani Siagian

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

6

BUKTI PERBAIKAN TESIS

Judul Tesis : KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA

Nama mahasiswa : Beslina Afriani Siagian

Nomor Pokok : 127009026

Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Linguistik

NO. NAMA TANDA TANGAN TANGGAL

1. Dr. Mulyadi, M. Hum.

2. Dr. Eddy Setia, M. Ed. TESP

3. Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd.

4. Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M. Ling

5. Dr. Nurlela, M. Hum.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

7

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji konstruksi kausatif dalam bBT. Urgensi penelitian

didasarkan pada (1) kekhasan konstruksi kausatif sebagai kajian tipologi, (2)

kekhasan bBT sebagai bahasa yang memiliki sistem tata bahasa sendiri, dan (3)

kepentingan pengkajian sintaksis terhadap bBT. Berkaitan dengan itu, masalah

yang diteliti adalah (1) tipe konstruksi kausatif berdasarkan parameter formal dan

semantis dari segi tipologi dan (2) struktur yang membangun konstruksi kausatif

dari segi sintaksis. Data penelitian, baik lisan maupun tulisan diperoleh dengan

metode simak dan metode cakap melalui daftar pertanyaan sintaksis (DCT:

Discourse Completion Test). Seluruh data dikaji dengan metode padan dan

metode agih dan disajikan dengan metode formal dan informal serta diuji dengan

teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan dua kesimpulan. Secara

tipologis, tipe kausatif bBT berdasarkan parameter formal dimarkahi oleh

pasangan supletif pada kausatif leksikal; afiks {-hon}, {-i,} {pa- / par-}, {pa- -

hon}, dan {pa- - i} pada kausatif morfologis; dan verba mambahen, mangido, dan

manuru pada kausatif analitik, sedangkan berdasarkan parameter semantis

dimarkahi oleh fitur (1) [ bernyawa], (2) [ sengaja], (3) [ kontak], dan (4) [

manusia] pada kausatif sejati dan permisif; dan struktur verba pada kausatif

langsung dan tak langsung. Secara sintaksis, kausatif leksikal dan morfologis

dibentuk oleh struktur monoklausa, sedangkan kausatif analitik dibentuk oleh

struktur biklausa. Uji yang digunakan untuk menentukan struktur tersebut

dilakukan dengan menyematkan operasi sintaksis seperti negasi dan modalitas

pada salah satu fungsi predikat. Oleh karena itu, dalam kausatif analitik, verba

kausatif berinkorporasi dengan verba klausa dasar membentuk predikat kausatif.

Kata kunci: kausatif, tipologi, monoklausa, biklausa.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

8

THE CAUSATIVE CONSTRUCTION IN BATAK TOBA LANGUAGE

ABSTRACT

This study examines the causative construction in bBT. This study is based on (1)

the specificity of the causative construction as typology studies, (2) the specificity

of bBT as the language has its own grammar system, and (3) the importace of

syntactic analysis of bBT. The problem of this study is (1) the type of causative

construction based on formal and semantic parameters and (2) the structure of

the causative construction building. Research data, whether oral or written

obtained by instrument through syntactic questionnaire (DCT: Discouse

Completion Test). All data is analyzed by the “padan” and “agih” methods,

served with formal and informal methods, and tested by the technique of

triangulation. The results showed two conclusions. Tipologically, the type of

causative bBT based on formal parameters marked by suppletive pairs in lexical

causative; affix {-hon}, {-i}, {pa-/ par-}, {pa- -hon}, and {pa- -i} in morphological

causative; and causative verbs mambahen, mangido, and manuru in analytic

causative; while based on semantic parameters marked by feature (1) [±animate],

(2) [±intentionally], (3) [±contact], and [±human] in true and permissive

causatives; and the word catagories, types of causative, and structure of verbs in

direct and indirect causatives. Syntactically, the causative lexical and

morphological structures formed by monoclause, while the analytic causative is

formed by biclause structure. The test is used to determine the structure by

placing syntactic operations such as negation and modalities on one of the

predicate function. Therefore, in the analytic causative, the causative verbs

incorporated with basic verb clause to form causative predicate.

Keywords: typology, causative, monoclause, biclause

Universitas Sumatera Utara

Page 9: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Maha pengasih karena

berkat dan limpahan kasih karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar magister

(linguistik) pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis

menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan pernyataan terima kasih, penghargaan, dan penghormatan kepada

pihak-pihak terkait.

Pertama-tama, penulis menyampaikan penghargaan setulus hati kepada

dosen pembimbing satu, Dr. Mulyadi, M. Hum. yang penuh dengan kerelaan hati

telah memberikan ilmu yang berharga berupa arahan, bimbingan, masukan,

waktu, dan kesabaran kepada penulis. Tantangan beliau telah memotivasi penulis

untuk bekerja keras dalam menghasilkan temuan-temuan penelitian. Ucapan yang

serupa ditujukan kepada dosen pembimbing dua, Dr. Eddy Setia, M. Ed. TESP.

yang telah merelakan waktu dan tenaga dalam membimbing dan mengarahkan

penulis sehingga tesis ini diselesaikan dengan baik.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp. A(K) atas berbagai kemudahan dalam melengkapi

fasilitas akademik; kepada Direktur Sekolah Pascasajana Universitas Sumatera

Utara, Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis menjadi mahasiswa Program Magister Linguistik; kepada Dekan Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Dr. Syahron Lubis, M.A. atas

Universitas Sumatera Utara

Page 10: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

10

pelayanan kebutuhan akademik yang diperoleh penulis; kepada Ketua program

Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,

Ph.D., serta Sekretaris Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara,

Dr. Nurlela, M. Hum., yang selalu memberikan nasihat kepada penulis dan

melengkapi kebutuhan akademik.

Selain itu, ungkapan terima kasih dan rasa hormat disampaikan kepada tim

penguji tesis, Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd., Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.

Ling., dan Dr. Nurlela, M. Hum. atas berbagai saran, koreksi, kritik, dan

sanggahan yang konstruktif sehingga tesis ini memiliki kualitas yang dapat

digunakan sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada staf

pengajar pada Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Prof. T.

Silvana Sinar, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., Prof. Dr. Aron Meko

Mbete, Dr. Mulyadi, M. Hum., Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M. Ling., Dr. Eddy

Setia, M. Ed. TESP., Dr. Ridwan Hanafiah, M. Hum., Dr. Gustianingsih, M.

Hum., Dr. Nurlela, M. Hum., Dr. T. Syarfina, M.Hum, Dr. Abdurrahman

Adisaputera, M. Hum. yang telah memperluas wawasan penulis tentang kajian

linguistik pada setiap mata kuliah.

Pada kesempatan yang sama, penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada staf administrasi Program Magister Lingustik Universitas Sumatera Utara,

Yuni dan Nila atas keramahan dan kesantunannya dalam melengkapi kebutuhan

akademik penulis.

Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada civitas

akademika Universitas HKBP Nommensen yang telah memberikan izin kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 11: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

11

penulis untuk melanjutkan studi; kepada Rektor Universitas HKBP Nommensen,

Dr. Ir. Jongkers Tampubolon, M. Sc. atas kesempatan untuk studi lanjut; kepada

Dekan FKIP Universitas HKBP Nommensen, Dr. Tagor Pangaribuan, M. Pd.

beserta seluruh Wakil Dekan di kelas Medan atas bimbingan yang diberikan

selama ini; kepada Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Elza

Saragih, S.S., M.Hum atas pengertiannya yang sungguh besar, dan semua rekan-

rekan dosen di FKIP Universitas HKBP Nommensen, Ruth M. Simanjuntak,

S.Pd., M.Si., Dame Ifa Sihombing, M.Si., Imelda Novita Siringoringo, S.E., M.Si.

(Ak), Erna H. Tampubolon, M.Pd., Linda Septi Yanti Sianipar, S. Pd., M. Pd., dan

Rani Farida Sinaga, S. Pd.,M.Si., dan Christin Sitepu, S.Si.,M.Pd.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala Camat Balige,

Drs. Sahala Siahaan beserta stafnya, Jenni Sihite yang telah memberikan izin dan

melengkapi administrasi penelitian yang dibutuhkan oleh penulis. Dalam hal ini,

penulis juga menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada informan

penelitian, Manasye Lubis, Lumongga Tambunan, Petti Sinambela, serta keluarga

Pasaribu yang telah membantu penulis untuk menghimpun data penelitian.

Ucapan terima kasih yang hangat disampaikan kepada teman-teman kuliah

angkatan 2012, khususnya Linguistik Reguler, Nurhayati Sitorus, S. Pd., Rida

Suryati Gultom, S. S., Erna J. Pakpahan, S. S., Dina M. Tarigan, S.S., Demak M.

Silaban, S.S., Sheila S. Siregar, S.S., Erni Sibuea S. Pd., Immanuel Tarigan, S.

Pd., Dairi S. Simanjuntak, S. Pd., Gunawan Purba, S. Pd., Bangun Tarigan, S.S.,

Khatib Lubis, S.S., Kholiq Lubis, S.Pdi., Novita Sari, S. Pdi., sebagai teman

seperjuangan, dan teman-teman yang ada di kelas Paralel.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

12

Di atas semua ungkapan itu, rasa terima kasih dan penghormatan yang

tinggi disampaikan kepada orang tua penulis, Ibunda D. Br. Rumapea atas kerja

keras dan kasih sayang yang tulus sebagai orang tua tunggal dalam memenuhi

kebutuhan tujuh orang anak. Perjuangan beliau memotivasi penulis untuk

menjalani kehidupan dengan doa dan usaha. Penulis juga menyampaikan terima

kasih yang hangat kepada adik-adik, Adinda Justina Siagian/ Jempiter Sinaga,

Pesta Dumaris Siagian, A.Md., Lestarina Siagian, James Siagian, Andar Jaksen

Siagian, dan Krisna Siagian atas kesempatan dan doa yang memberangkatkan

penulis menapaki pendidikan lanjut. Terima kasih telah menjadi adik-adik yang

baik dalam keluarga kita.

Sebagai hasil produktivitas manusia, tesis ini tentu masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk memperbaiki

kesalahan dalam tesis ini. Penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan

kontribusi bagi penelitian linguistik, khususnya bidang tipologi gramatikal.

Medan, Agustus 2014

Universitas Sumatera Utara

Page 13: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

13

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Beslina Afriani Siagian

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Sei Bamban, 23 April 1988

Alamat : Jalan Parang II, Gang Sejahtera No. 4J,

Kwala-Bekala, Medan

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

HP : 081263828050

Alamat Kantor : Universitas HKBP Nommensen

Jalan Sutomo Ujung, No. 4A, Medan

E-mail : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan

1994 – 2000 : SD Negeri 102043 Bakaran Batu

2000 – 2003 : SMP Negeri 2 Sei Rampah

2003 - 2006 : SMA Negeri 1 Sei Rampah

2006 – 2010 : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Medan

2012- 2014 : Program Studi Pascasarjana Linguistik,

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara

III. Riwayat Pekerjaan

1. Pernah mengajar di STKIP Pelita Bangsa Medan

2. Dosen di Universitas HKBP Nommensen, FKIP-Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

14

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 6

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………. 7

1.4.1 Manfaat Teoretis .......................................................... 7

1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................... 7

1.5 Definisi Istilah ...................................................................... 8

Catatan ....................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 12

2.1 Teori-Teori yang Relevan...................................................... 12

2.1.1 Tipe-Tipe Kausatif ....................................................... 12

2.1.1.1 Parameter Formal ............................................. 14

2.1.1.2 Parameter Semantis .......................................... 18

2.1.2 Teori Penguasaan dan Pengikatan ................................. 24

2.1.2.1 Teori X-Bar ...................................................... 25

2.1.2.2 Teori Perpindahan ............................................. 27

2.2 Penelitian yang Relevan ........................................................ 29

2.3 Kerangka Kerja Teoretis ....................................................... 35

Catatan ....................................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 37

3.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 37

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................ 38

3.3 Data dan Sumber Data ......................................................... 39

3.4 Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ......................... 40

3.5 Analisis Data ......................................................................... 41

3.6 Pemeriksaaan dan Pengecekan Keabsahan Data .................... 46

Catatan ....................................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 50

4.1 Pengantar .............................................................................. 50

4.2 Tipe Kausatif Bahasa Batak Toba ......................................... 50

Universitas Sumatera Utara

Page 15: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

15

4.2.1 Parameter Formal ......................................................... 50

4.2.1.1 Kausatif Leksikal .............................................. 51

4.2.1.2 Kausatif Morfologis .......................................... 53

4.2.1.3 Kausatif Analitik ............................................... 68

4.2.2 Parameter Semantis ...................................................... 70

4.2.2.1 Kausatif Sejati dan Permisif ................................. 70

4.2.2.2 Kausatif Langsung dan Tak Langsung ................. 73

4.3 Struktur Kausatif Bahasa Batak Toba .................................... 74

Catatan ....................................................................................... 80

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................... 81

5.1 Pengantar .............................................................................. 81

5.2 Tipe Kausatif Bahasa Batak Toba.......................................... 81

5.2.1 Parameter Formal ......................................................... 81

5.2.1.1 Konstruksi Kausatif Leksikal ........................... 82

5.2.1.2 Konstruksi Kausatif Morfologis ........................ 87

5.2.1.3 Konstruksi Kausatif Analitik............................. 97

5.2.2 Parameter Semantis ...................................................... 104

5.2.2.1 Kausatif Sejati dan Permisif .............................. 104

5.2.2.2 Kausatif Langsung dan Tak Langsung ............. 110

5.3 Struktur Kausatif Bahasa Batak Toba .................................... 116

5.3.1 Struktur Kausatif Leksikal ................................... 116

5.3.2 Struktur Kausatif Morfologi ................................. 117

5.3.3 Struktur Kausatif Analitik .................................... 119

5.4 Temuan Penelitian................................................................. 123

Catatan ....................................................................................... 126

BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 128

6.1 Simpulan ............................................................................... 128

6.2 Saran ..................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 132

Universitas Sumatera Utara

Page 16: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

16

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1. Jenis Kausatif Analitik ................................................................ 13

Tabel 2. Kausatif Berdasarkan Parameter Semantis .................................. 21

Tabel 3. Jenis Kasus dan Pesebab ............................................................. 22

Tabel 4. Perubahan Valensi antara Verba Dasar dan Verba Kausatif ......... 23

Tabel 5. Luas Wilayah Berdasarkan Persebaran Kecamatan...................... 38

Tabel 6. Pelekatan Afiks {pa--hon} pada Kategori Verba Intransitif ......... 62

Tabel 7. Pelekatan Afiks {pa--hon} pada Kategori Adjektiva ................... 63

Tabel 8. Perbedaan Kausatif Sejati dan Permisif dalam bBT ..................... 110

Tabel 9. Struktur Logis Verba................................................................... 111

Tabel 10. Perbedaan Kausatif Langsung dan Tak Langsung........................ 115

Universitas Sumatera Utara

Page 17: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

17

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1. Pembagian Kausatif .................................................................... 17

Gambar 2. Tingkatan Kedekatan Penyebab dan Pesebab .............................. 17

Gambar 3. Piramida Haiman ........................................................................ 20

Gambar 4. Struktur Frasa Berdasarkan Teori X-Bar ..................................... 25

Gambar 5. Diagram Pohon Kalimat Sematan ............................................... 26

Gambar 6. Diagram X-Bar Kalimat Sematan ................................................ 27

Gambar 7. Struktur Dasar Kausatif ............................................................... 29

Gambar 8. Kerangka Kerja Teoretis ............................................................. 35

Gambar 9. Peta Penutur Bahasa Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir ..... 38

Gambar 10. Representasi Sintaksis Kausatif Morfologis bBT........................ 75

Gambar 11. Representasi Sintaksis Kausatif Leksikal bBT ............................ 76

Gambar 12. Representasi Sintaksis Kausatif Analitik bBT ............................ 78

Gambar 13. Struktur Kausatif Leksikal bBT.................................................. 117

Gambar 14. Struktur Kausatif Morfologis bBT ............................................. 118

Gambar 15. Struktur Kausatif Analitik bBT .................................................. 120

Universitas Sumatera Utara

Page 18: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

18

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

Acc : Accusative

Adv : Adverbia

AKT : Aktif

APL : Aplikatif

Aux : Auxiliary

bBT : Bahasa Batak Toba

bI : Bahasa Indonesia

bJ : Bahasa Jepang

bS : Bahasa Serawai

COMP : Complement

Det : Determinant

DLP : Data Lisan Percakapan

DLW : Data Lisan Wawancara

DT : Data Tulis

Fadj : Frasa Adjektif

Fadv : Frasa Adverbial

FI : Frasa Infleksional

FN : Frasa Nominal

FP : Frasa Pemerlengkap

Fprep : Frasa Preposisi

FV : Frasa Verbal

I : Infleksional

ITR : Iteratif

K : Kalimat

KAUS : Kausatif

Ket : Keterangan

Konj : Konjungsi

Komp : Komplemen

LFG : Lexical Functional Grammar

MNCP : Maximum Number of Core NPs

NOM : Nominatif

NP : Noun Phrase

O : Objek

OL : Objek Langsung

OTL : Objek Tidak Langsung

OBJ : Objek

OBL : Oblik

P : Pemerlengkap

PAS : Pasif

Pe : Pemerkuat

Prep : Preposisi

PRED : Predikat

Pron : Pronomina

Pel : Pelengkap

Universitas Sumatera Utara

Page 19: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

19

S : Subjek

Spes : Spesifier

Spes FP : Spesifier Frasa Pemerlengkap

T : Topik (Partikel)

TOP : Topik

TBL : Toba Batak Language

1TG : Orang Pertama Tunggal

2TG : Orang Kedua Tunggal

3TG : Orang Ketiga Tunggal

V : Verba

V-KAUS : Verba Kausatif

VP : Verb Phrase

LAMBANG

* : Konstruksi yang meragukan

‘ ʼ : Makna atau terjemahan

“ ˮ : Penegasan bentuk atau bermakna khusus

+ : Pemilikan ciri semantis

- : Ketiadaan ciri semantis

± : Pemilikan atau ketiadaan ciri semantis

/ : Konstituen opsional

X : Penyebab

Y : Pesebab

( ) : Pengapit nomor data/ kalimat, (2) pengapit keterangan tambahan

[...] : Padanan bentuk

{...} : Pengapit afiks

Universitas Sumatera Utara

Page 20: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

20

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

LAMPIRAN 1 Daftar Informan Penelitian ................................................. 135

LAMPIRAN 2 Discourse Completion Test................................................. 136

LAMPIRAN 3 Data Discourse Completion Test ........................................ 137

LAMPIRAN 4 Pedoman Wawancara ......................................................... 139

LAMPIRAN 5 Data Lisan Percakapan Sehari-hari ..................................... 140

LAMPIRAN 6 Data Lisan Acara Adat ....................................................... 141

LAMPIRAN 7 Data Tulis Mitos bBT......................................................... 145

LAMPIRAN 8 Data Tulis: Materi Seminar ................................................ 148

LAMPIRAN 9 Pemetaan Potensi Afiks Kausatif Morfologis ..................... 161

LAMPIRAN 10 Surat Izin dari Pascasarjana USU ....................................... 164

LAMPIRAN 11 Surat Balasan dari Bupati Balige ........................................ 165

Universitas Sumatera Utara

Page 21: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

7

KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji konstruksi kausatif dalam bBT. Urgensi penelitian

didasarkan pada (1) kekhasan konstruksi kausatif sebagai kajian tipologi, (2)

kekhasan bBT sebagai bahasa yang memiliki sistem tata bahasa sendiri, dan (3)

kepentingan pengkajian sintaksis terhadap bBT. Berkaitan dengan itu, masalah

yang diteliti adalah (1) tipe konstruksi kausatif berdasarkan parameter formal dan

semantis dari segi tipologi dan (2) struktur yang membangun konstruksi kausatif

dari segi sintaksis. Data penelitian, baik lisan maupun tulisan diperoleh dengan

metode simak dan metode cakap melalui daftar pertanyaan sintaksis (DCT:

Discourse Completion Test). Seluruh data dikaji dengan metode padan dan

metode agih dan disajikan dengan metode formal dan informal serta diuji dengan

teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan dua kesimpulan. Secara

tipologis, tipe kausatif bBT berdasarkan parameter formal dimarkahi oleh

pasangan supletif pada kausatif leksikal; afiks {-hon}, {-i,} {pa- / par-}, {pa- -

hon}, dan {pa- - i} pada kausatif morfologis; dan verba mambahen, mangido, dan

manuru pada kausatif analitik, sedangkan berdasarkan parameter semantis

dimarkahi oleh fitur (1) [ bernyawa], (2) [ sengaja], (3) [ kontak], dan (4) [

manusia] pada kausatif sejati dan permisif; dan struktur verba pada kausatif

langsung dan tak langsung. Secara sintaksis, kausatif leksikal dan morfologis

dibentuk oleh struktur monoklausa, sedangkan kausatif analitik dibentuk oleh

struktur biklausa. Uji yang digunakan untuk menentukan struktur tersebut

dilakukan dengan menyematkan operasi sintaksis seperti negasi dan modalitas

pada salah satu fungsi predikat. Oleh karena itu, dalam kausatif analitik, verba

kausatif berinkorporasi dengan verba klausa dasar membentuk predikat kausatif.

Kata kunci: kausatif, tipologi, monoklausa, biklausa.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

8

THE CAUSATIVE CONSTRUCTION IN BATAK TOBA LANGUAGE

ABSTRACT

This study examines the causative construction in bBT. This study is based on (1)

the specificity of the causative construction as typology studies, (2) the specificity

of bBT as the language has its own grammar system, and (3) the importace of

syntactic analysis of bBT. The problem of this study is (1) the type of causative

construction based on formal and semantic parameters and (2) the structure of

the causative construction building. Research data, whether oral or written

obtained by instrument through syntactic questionnaire (DCT: Discouse

Completion Test). All data is analyzed by the “padan” and “agih” methods,

served with formal and informal methods, and tested by the technique of

triangulation. The results showed two conclusions. Tipologically, the type of

causative bBT based on formal parameters marked by suppletive pairs in lexical

causative; affix {-hon}, {-i}, {pa-/ par-}, {pa- -hon}, and {pa- -i} in morphological

causative; and causative verbs mambahen, mangido, and manuru in analytic

causative; while based on semantic parameters marked by feature (1) [±animate],

(2) [±intentionally], (3) [±contact], and [±human] in true and permissive

causatives; and the word catagories, types of causative, and structure of verbs in

direct and indirect causatives. Syntactically, the causative lexical and

morphological structures formed by monoclause, while the analytic causative is

formed by biclause structure. The test is used to determine the structure by

placing syntactic operations such as negation and modalities on one of the

predicate function. Therefore, in the analytic causative, the causative verbs

incorporated with basic verb clause to form causative predicate.

Keywords: typology, causative, monoclause, biclause

Universitas Sumatera Utara

Page 23: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup

menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama,

konstruksi tersebut memiliki konvergensi dengan disiplin ilmu lain, seperti filsafat

dan antropologi (Comrie, 1983: 158)1. Kedua, konstruksi tersebut memiliki dua

komponen atau kejadian dalam membentuk satu situasi yang mengekspresikan

relasi di antara penyebab (seorang individu atau peristiwa) dan pesebab (peristiwa

yang disebabkan oleh kausasi) (lihat Comrie, 1983: 158; Song, 2001: 257, bdk.

Goddard, 1998: 266)2, yang memuat struktur argumen dari predikat kausatif

dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan

adanya keterlibatan sintaksis formal dan analisis semantik (Comrie, 1983: 159).

[Hal itulah yang menyebabkan pembagian konstruksi tersebut berdasarkan

parameter formal dan parameter semantis]3

Sejalan dengan itu, para ahli bahasa telah banyak mengkaji konstruksi

kausatif dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang mengkaji dari segi tipologis

(misalnya, Comrie, 1983; Song, 2001); ada juga yang mengkaji dari segi sintaksis

(Shibatani [ed.] 1976; Ackerman dan Webelhuth, 1998; Mulyadi, 2004;

Subiyanto, 2013), bahkan ada yang telah mengkaji dari segi semantis (lihat

Curnow, 1993 dalam Mulyadi, 2004; Goddard, 1998). Kajian-kajian itu

memberikan kontribusi dalam mengembangkan konstruksi tersebut sesuai dengan

tataran masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

22

Seiring dengan ramainya pengkajian konstruksi kausatif, banyak ahli yang

telah mengklasifikasikan kausatif berdasarkan parameter tertentu. Misalnya, di

satu sisi, Comrie (1983) mengklasifikasikan kausatif berdasarkan parameter

formal, yakni kausatif leksikal, kausatif morfologis, dan kausatif analitik – yang

dalam pandangan Whaley (1997) dan Payne (2002) disebut kausatif perifrastis.

Parameter tersebut sama dengan pembagian Goddard (1998) dan Song (2001).

Lebih lanjut, Shibatani (1976) menyatakan bahwa kausatif analitik (perifrastik)

merupakan konstruksi biklausal, sedangkan kausatif morfologis dan kausatif

leksikal merupakan konstruksi monoklausal4. Di sisi lain, berdasarkan parameter

semantis, kausatif dibedakan atas tingkat kendali yang diterima pesebab dan

kedekatan antara penyebab dan pesebab dalam situasi makro (Comrie, 1983: 164).

Berkaitan dengan itu, Song (2001: 278) menyatakan bahwa di antara ketiga tipe,

kausatif leksikal menempati jarak terdekat dalam menghubungkan penyebab dan

pesebab, sedang dua tipe lainnya berada di posisi setelahnya.5

Pembentukan konstruksi kausatif seperti parameter di atas tentu berbeda

dalam setiap bahasa. Hal itu berhubungan dengan relasi makna, fungsi gramatikal,

dan juga valensi yang terdapat dalam bahasa tersebut (Ackerman dan Webelhuth,

1998: 268). Misalnya, dalam bahasa Batak Toba (disingkat bBT)6, pembentukan

konstruksi kausatif memiliki keunikan secara gramatikal. Namun, sampai saat ini

kajian sintaksis terhadap konstruksi kausatif bBT belum pernah disinggung sama

sekali. Oleh karena itu, urgensi penelitian ini berkaitan dengan (1) kekhasan

konstruksi kausatif sebagai kajian tipologi, (2) kekhasan bBT sebagai bahasa yang

memiliki sistem tata bahasa sendiri, dan (3) kepentingan pengkajian sintaksis

terhadap bBT.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

23

Berdasarkan urgensi di atas, penelitian ini berfokus pada konstruksi

kausatif bBT. Secara sederhana, ketiga tipe konstruksi dapat dideskripsikan dalam

contoh kalimat berikut ini.

(1) Mamunu ulok nangkiningan Bapa. [kausatif leksikal]

AKT-bunuh-KAUS ular Adv-tadi Bapak-TOP

‘Bapak membunuh ular tadi’.

(2) Torop do halak na manjambarhon boli nasida.[kaus. morfologi]

Banyak T orang-TOP Pe AKT-bagi-KAUS mahar mereka-3TG.7

‘Banyak orang yang membagikan maharnya itu’.

(3) (a) Mangombak saba ibana.

AKT-cangkul sawah dia-3TG-TOP.

‘Dia mencangkul sawah’.

(b) Oma do mambahen ibana mangombak saba.8 [kausatif analitik]

Ibu-TOP T V-KAUS dia-3TG AKT-cangkul sawah.

‘Ibu menyuruh dia mencangkul sawah’.

Contoh di atas merupakan bentuk lazim dari ketiga tipe konstruksi kausatif

yang terdapat dalam bBT. Sesuai dengan data di atas, kausatif leksikal dimarkahi

verba leksikal mamunu ‘membunuh’ yang mengandung komponen sebab dan

akibat, sedangkan kausatif morfologis dimarkahi afiks {-hon}, dan kausatif

analitik dimarkahi verba kausatif mambahen ‘membuat’.

Berbeda dengan bentuk lazim di atas, terdapat beberapa fenomena dalam

konstruksi kausatif bBT. Pertama, fenomena dalam kaitannya dengan kausatif

morfologis. Lazimnya, perubahan verba intransitif menjadi transitif dimarkahi

afiks kausatif {pa-}, {-i}, {pa- -hon}, {pa- -i}, dan {-hon} seperti contoh di atas,

tetapi dalam bBT (contoh 4b), hal itu dimarkahi afiks {maN-}. Selain itu,

pemarkah afiks {-i} tidak hanya ditemukan pada bentuk dasar yang berkategori

adjektiva dan nomina, tetapi juga ditemukan dalam kategori verba (contoh 5).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

24

Pemarkah afiks {pa-/ par-} juga tidak hanya ditemukan pada kategori adjektiva,

adverbia, dan numeralia, tetapi juga pada kategori nomina (contoh 6).

(4) (a) Mapitung manukna.

AKT-buta ayam-3TG-TOP.

‘Ayamnya buta’.

(b) Ibana do hape na mamitung manuk i.

Dia-3TG-TOP T ternyata Pe AKT-buta-KAUS ayam Pron.

‘Dia ternyata membutakan ayam itu’.

(5) Ompung do nakkaning mandungoi bapa.

Nenek-TOP T tadi AKT-bangun-KAUS bapak.

‘Nenek membangunkan bapak tadi’.

(6) Ndang tama ho mampartulang dongan samargam.

Tidak baik kau-2TG-TOP AKT-paman-KAUS teman semarga-2TG.

‘Tidak baik memperpamankan teman semargamu’.

Kedua, fenomena lain dalam kaitan dengan parameter semantis juga

ditemukan dalam bBT (contoh 7). Afiks {maN- dan -hon} yang melekat pada

adjektiva robur ‘hancur’ memunculkan verba mangarobur dan mangaroburhon

yang memiliki nuansa makna. Apabila dihubungkan dengan parameter semantis,

hal itu menunjukkan rentang waktu yang berbeda antara peristiwa sebab dan

akibat. Nuansa makna yang dimaksud dapat dibuktikan dengan melekatkan fitur

semantis kesengajaan seperti contoh berikut ini.

(7) (a) Marobur artana.

AKT-hancur harta-3TG-TOP.

‘Hartanya hancur.’

(b) Ibana do na sangajo mangarobur artana.

Dia-3TG-TOP T Pe sengaja AKT-hancur-KAUS harta-3TG.

‘Dia sengaja menghancurkan hartanya’.

(c) Ibana do na sangajo mangaroburhon artana.

Dia-3TG-TOP T Pe sengaja AKT-hancur-KAUS harta-3TG.

‘Dia sengaja menghancurkan hartanya’.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

25

Kedua fenomena yang dikemukakan di atas dijelaskan dalam pembahasan

selanjutnya. Fenomena tersebut menjadi alasan pertama untuk pelaksanaan

penelitian ini.

Dalam penelitian ini juga dibahas struktur yang membangun konstruksi

kausatif. Perhatikan contoh berikut.

(8) (a) Dabu anggina.

AKT-jatuh adik-3TG-TOP.

‘Adiknya jatuh.’

(b) Ibana do mandabuhon anggina.

Dia-3TG-TOP T AKT-jatuh-KAUS adik-3TG.

‘Dia menjatuhkan adiknya.’

(c) Ibana do mambahen anggina madabu.

Dia-3TG-TOP T V-KAUS adik-3TG AKT-jatuh.

‘Dia membuat adiknya jatuh.’

Struktur dasar (8a) membentuk struktur derivasi (8b) dan (8c). Adanya

pemarkah afiks {-hon} (8b) telah memunculkan konstituen FN baru yang

berakibat pindahnya subjek anggina ke posisi objek dalam struktur yang

membangun konstruksi kausatif. Selanjutnya, kehadiran verba kausatif mambahen

pada struktur derivasi (8c) menyebabkan munculnya dua predikat terpisah

mambahen dan madabu yang membentuk struktur matriks ibana mambahen dan

struktur derivasi madabu anggina.

Adanya perpindahan konstituen dalam konstruksi di atas dijelaskan

dengan teori Penguasaan dan Pengikatan. Dua subsistem teori yang relevan adalah

teori X-bar dan teori Perpindahan. Teori X-bar menerangkan struktur yang

membangun konstruksi kausatif, sedangkan teori perpindahan menjelaskan proses

perpindahan suatu konstituen yang menduduki posisi tertentu dalam struktur asal

Universitas Sumatera Utara

Page 28: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

26

ke posisi lain dalam struktur derivasi (Mulyadi, 2004: 136). Pembahasan

mengenai struktur ini merupakan alasan kedua diadakannya penelitian ini.

Berdasarkan semua konsep dan fenomena yang dijelaskan di atas,

penelitian ini difokuskan pada tipe-tipe konstruksi kausatif bBT dan struktur yang

membangun konstruksi tersebut. Artinya, dalam tulisan ini digunakan dua kajian

secara eklektis; tipologi untuk menjelaskan tipe konstruksi kausatif bBT dan

sintaksis untuk menjelaskan struktur yang membangun konstruksi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah tipe-tipe konstruksi kausatif bBT berdasarkan parameter

formal (morfosintaksis) dan parameter semantis?

2) Bagaimanakah struktur yang membangun konstruksi kausatif bBT?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan dalam dua bentuk, yakni tujuan umum dan

tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsepsi

penutur bBT terhadap peristiwa sebab-akibat dan mendeskripsikan konstruksi

kausatif dalam struktur sintaksis bBT.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

27

1.3.2 Tujuan Khusus

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasikan tipe-tipe konstruksi kausatif dalam bBT berdasarkan

parameter formal (morfosintaksis) dan parameter semantis.

2) Mendeskripsikan struktur yang membangun konstruksi kausatif bBT.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini digolongkan atas dua bagian, yaitu manfaat secara

teoretis dan manfaat secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khazanah

pengetahuan linguistik, khususnya bidang tipologi gramatikal. Pendekatan

tipologi yang digunakan dalam penelitian ini menjadi referensi bagi kajian lain

dalam mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan tipe tertentu. Selain itu,

penelitian ini juga menjadi referensi dan bahan rujukan dalam mengenal kekhasan

bBT, khususnya dalam tataran sintaksis. Hal itu dianggap perlu mengingat

minimnya penelitian yang dilakukan terhadap sintaksis bBT.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan penyusunan buku

pengajaran bBT, baik di lembaga pendidikan formal maupun pendidikan informal.

Selain itu, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dan rujukan bagi

penelitian lanjutan dan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan kajian

Universitas Sumatera Utara

Page 30: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

28

lanjut sehingga dapat memperkaya khazanah telaah sosial; bahasa, budaya, dan

lingkungan Indonesia.

1.5 Definisi Istilah

Bagian ini merupakan batasan mengenai sejumlah konsep yang digunakan

sebagai suatu istilah teknis. Semua konsep itu merupakan kerangka dari fenomena

empiris tentang konstruksi kausatif. Oleh karena itu, definisi istilah dari konsep-

konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Kausatif dan Kausativisasi

Kausatif merupakan gabungan dari dua situasi yang menggambarkan

komponen sebab (verba kausatif) dan komponen akibat (predikat akibat) (Comrie,

1983: 158; Song, 2001: 257). Selanjutnya, kausativisasi merupakan proses

pembentukan kausatif (Payne, 2002: 175). Menurut Comrie (1983: 158),

kausativisasi merupakan proses peningkatan valensi dengan penambahan argumen

agen/ aktor yang sekaligus merupakan penyebab terjadinya sebuah peristiwa

kausatif.

2. Aplikatif

Aplikatif merupakan proses penciptaan objek atau pengubahan fungsi

nonobjek menjadi objek (Haspelmath, 2002: 216). Selain itu, peningkatan hierarki

objek, misalnya objek tak langsung menjadi objek langsung juga dikategorikan

sebagai proses aplikatif (Haspelmath, 2002: 217; bandk. Payne, 2002: 186). Itu

sebabnya, aplikatif disebut juga sebagai alat penambahan valensi verba (Payne,

2002: 186; bandk. Whaley, 1997: 191).

3. Valensi

Valensi adalah jumlah argumen dalam sebuah kalimat dikaitkan dengan

verba yang disebabkan oleh fungsi-fungsi gramatikal (Katamba, 1993: 266).

Lebih sederhana, Van Vallin dan Lapolla (1999: 147-150) mengatakan bahwa

valensi adalah banyaknya argumen yang diikat atau diambil oleh verba. Konsep

valensi berkaitan erat dengan perubahan jumlah argumen verba sebagai PRED

dalam sebuah klausa yang memengaruhi argumen A atau SUBJ dan P atau OBJ

suatu PRED verba (Haspelmath: 2002:218).

4. Relasi Gramatikal

Relasi gramatikal merupakan bagian-bagian atau unsur dari kalimat/

klausa yang dikategorikan sebagai subjek (S), objek langsung (OL), dan objek tak

langsung (OTL). Comrie, 1983: 170; Song, 2001: 264; dan Payne, 1997: 176

menyebutkan bahwa tiga relasi gramatikal tersebut adalah relasi yang bersifat

sintaksis. Di samping itu, ada relasi yang bersifat semantik, yaitu: lokatif,

Universitas Sumatera Utara

Page 31: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

29

benefaktif, dan instrumental yang secara kolektif disebut relasi oblik. (Blake,

1991; Artawa, 2000: 490).

5. Transitivitas

Transitivitas dibedakan atas ketransitifan struktural dan tradisional.

Transitivitas struktural mengacu kepada struktur yang berhubungan dengan

sebuah predikat dan dua argumen, yaitu S dan OL, sedangkan transitivitas

merujuk kepada proses membawa atau memindahkan tindakan dari agen ke pasien

(Hopper dan Thompson (ed), 1982 dalam Budiarta, 2013).

6. Argumen

Argumen merupakan unsur sintaksis dan semantis yang diperlukan oleh

sebuah verba yang umumnya berkorelasi dengan partisipasi pada suatu kejadian

atau keadaan yang dinyatakan oleh verba atau predikatnya. Jumlah argumen

dalam sebuah klausa atau kalimat sangat ditentukan oleh verba sebagai inti (head)

dari klausa atau kalimat tersebut (Culicover, 1997: 16-17).

7. Struktur Argumen

Struktur argumen merupakan keterikatan argumen predikat dengan

predikat itu sendiri yang membentuk sebuah struktur (Alsina, 1996: 4-7). Di sisi

lain, Manning (1996: 35-36) menyatakan bahwa struktur gramatikal dan struktur

argumen adalah hasil langsung dari gramatikalisasi dua rangkaian hubungan yang

berbeda. Artinya, persoalan struktur argumen ditempatkan sebagai perwujudan

sintaksis.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

30

Catatan:

1 Peranan penting konstruksi kausatif dapat dilihat berdasarkan disiplin ilmu lain,

misalnya filsafat dan antropolinguistik. Filsafat akan memasuki wilayah kajian

sifat penyebab dari peristiwa kausatif, sedangkan antropolinguistik akan

mengkaji persepsi manusia dan juga kategorisasi sebab-akibat yang dihasilkan

peristiwa kausatif tersebut (Comrie, 1983: 158).

2Goddard cenderung mengarahkan definisi kausatif ke kajian semantik, yakni

ungkapan yang di dalamnya sebuah peristiwa (peristiwa yang disebabkan)

digambarkan sebagai peristiwa yang terjadi karena (disebabkan) seseorang

melakukan sesuatu atau karena sesuatu terjadi (Goddard, 1998: 266).

3Kajian konstruksi kausatif melibatkan interaksi antara sintaksis formal dan

analisis semantik, dan itulah yang menghubungkan parameter formal dan

parameter semantis (lihat Comrie, 1983:159).

4Pembagian konstruksi kausatif yang dikemukakan oleh Arka (1993:8) didasarkan

atas jumlah klausa yang terdapat dalam sebuah konstruksi kausatif. Perbedaan

pembagian kausatif menurut Arka (1993:8) dan Comrie (1981: 158--160;

1989:165--171) pada prinsipnya tidak bertentangan satu sama lain.

5Kausatif leksikal merupakan perpaduan maksimum antara dua predikat meskipun

tidak mungkin menganalisis verba kausatif leksikal dalam dua morfem. Kausatif

sintaksis merupakan perpaduan minimum antara predikat penyebab dan akibat,

dengan dua predikat terpisah. Selanjutnya, kausatif morfologi menempati titik

tengah pada kontinum fusi formal yang rentan terhadap analisis dari satu

morfem ke morfem yang lain (Song, 2001: 278).

6Salah satu contoh kekhasan bahasa Batak Toba tampak pada banyaknya kata

yang tidak memiliki padanan makna atau sulit diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia, seperti kata panongosan (pa + tongos + -an), tidak mempunyai

padanan dalam bahasa Indonesia sehingga harus diterjemahkan dengan

seseorang, yang dengan perantaraannya sesuatu dikirimkan. Oleh karena itu,

adakalanya penggunaan bBT lebih sederhana daripada bahasa Indonesia, tetapi

terkadang bisa lebih rumit atau kompleks (lihat Sinaga, 2002:1)

7bBT memiliki partikel na yang dapat digunakan untuk memperkuat unsur yang

mengikutinya. Partikel itu hampir sama dengan pronomina penghubung yang

dalam bahasa Indonesia, tetapi penggunaannya lebih luas dalam BBT. Dalam

beberapa hal, partikel na itu dapat diterjemahkan dengan yang, tetapi dalam

beberapa hal tidak. Apabila partikel itu tidak dapat diterjemahkan dengan yang

dalam bahasa Indonesia digunakan pemarkah Pe sebagai singkatan pemerkuat.

Partikel tersebut berfungsi sebagai pemerkuat kalimat tanya, pemerkuat kalimat

berita, pemerkuat kalimat terbelah, pemerkuat kalimat negatif, pembentuk kata

majemuk, pemerkuat keterangan waktu lampau, pronomina relatif dalam klausa

relatif dan atribut relatif, serta pembentuk nominalisasi (Sibarani, 1997: 220).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

31

8

Partikel do berfungsi sebagai pemarkah topik yang tempatnya tetap setelah topik

meskipun fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat itu dipertukarkan. Partikel do

(1) mengandung makna eksklusif yang menegaskan bahwa “topiklah yang

terjadi, bukan yang lain”; (2) cenderung menyiratkan waktu yang lampau yang

menyatakan bahwa kejadian itu telah terjadi pada waktu lampau, dan (3)

perintah itu merupakan desakan/ saran penyapa untuk melakukan tindakan

tertentu (Sibarani, 1997: 216).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Teori-Teori yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada teori tipologi bahasa, khususnya tipologi

gramatikal. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, penelitian ini

memperhatikan kajian pustaka sebelumnya, baik berdasarkan teori-teori yang

relevan maupun berdasarkan penelitian mengenai konstruksi kausatif yang

dilakukan sebelumnya.

2.1.1 Tipe-Tipe Kausatif

Secara umum, konstruksi kausatif merupakan konstruksi yang

mengungkapkan suatu situasi makro kompleks yang mengandung dua situasi

mikro atau peristiwa yang terdiri atas (1) peristiwa penyebab (causer) yang

menyebabkan suatu peristiwa terjadi (causing event) dan (2) peristiwa yang terjadi

atau akibat yang timbul (caused) yang disebabkan oleh tindakan pesebab (causee)

(Shibatani [ed.] 1976: 239; Comrie, 1985: 330; dan Song, 2001: 253).

Di sisi lain, Ackerman dan Webelhuth (1998: 269) mengungkapkan:

“... like other predicates causatives traverse the syntax-

morphology boundary. Their contentive aspects can be

expressed synthetically in one construction but analytically in

another. In fact, in causatives the situation is quite involved,

since a few things are going on simultaneously in their

grammatical behaviour. One issue that arises with these

predicates is that causatives semantically express two states of

affairs....”

Kutipan di atas menjelaskan bahwa seperti predikat lain, kausatif juga

melintasi batas antara sintaksis dan morfologi. Aspek kontentifnya dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 35: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

33

dinyatakan secara sintesis (digabungkan) dalam satu konstruksi, tetapi dianalisis

dalam konstruksi yang berbeda. Bahkan, dalam kausatif, situasi turut berpengaruh

karena beberapa hal yang terjadi secara bersamaan dalam perilaku gramatikal

konstruksi tersebut. Ditambahkan juga bahwa melalui predikat yang

memunculkan konstruksi kausatif, muncul dua situasi peristiwa (Ackerman dan

Webelhuth, 1998: 269), yakni dua situasi mikro yang mencerminkan komponen

sebab dan akibat (Comrie, 1983: 158; Song, 2001: 257; Payne, 2002: 175)1.

Sejalan dengan dua situasi peristiwa yang disebutkan di atas, Ackerman

dan Webelhuth (1998: 269) menjelaskan bahwa struktur biproposional itulah yang

menyebabkan beberapa kausatif berperilaku dalam struktur biklausal. Namun,

struktur tersebut tidak selalu demikian sebab dalam banyak bahasa, kausatif

secara konsisten berperilaku dalam struktur monoklausal.

Tabel 1. Jenis Kausatif Analitik

Analitik Sintaktik

Monoklausal Bahasa Jerman I Bahasa Malayalam

Biklausal Bahasa Jerman II Bahasa Chi-Mwi:ni

Campur Bahasa Italia Bahasa Turki

Sumber: Ackerman dan Webelhuth (1998: 269)2

Ackerman dan Webelhuth (1998: 271) mengemukakan tes untuk kausatif

monoklausa, yakni (1) tidak ada fungsi gramatikal yang dirangkap, (2) penyebab

dapat mengikat pasien dari verba transitif sematan, dan (3) pasien dapat menjadi

subjek lahir bila verba kausatif dipasifkan. Tes untuk kausatif biklausa ialah (1)

fungsi gramatikalnya dirangkap, (2) pesebab dapat mengikat pasien dari verba

transitif sematan, dan (3) pasien tidak dapat menjadi subjek dari kausatif yang

dipasifkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

34

Setiap bahasa mempunyai konstruksi gramatikal yang berbeda dalam

mengungkapkan kekausatifan. Namun, secara lintas bahasa ditemukan bahwa

kesetaraan konstruksi kausatif dapat diungkapkan secara sintaksis dan secara

analitis (lihat Comrie, 1983: 159). Hal itulah yang menyebabkan pembagian tipe

kausatif berdasarkan parameter formal dan parameter semantis.

2.1.1.1 Parameter Formal

Berdasarkan parameter formal, Comrie (1983: 159) mengatakan bahwa

ada tiga tipe kausatif, yaitu kausatif leksikal, kausatif morfologis, dan kausatif

analitik, yang dalam Whaley (1997: 195) dan Payne (2002: 182) disebut juga

kausatif perifrastis. Kausatif analitik adalah kausatif dengan verba kausatif. Dalam

hal ini, terdapat predikat terpisah pada kata yang menunjukkan peristiwa sebab

(penyebab) dan peristiwa akibat (pesebab) (Comrie, 1983: 159). Berkenaan

dengan itu, Payne (2002: 176) mengungkapkan bahwa hampir semua kausatif

dalam bahasa Inggris menggunakan verba kausatif yang terpisah, misalnya make,

made, cause, force, dan compel.

(9) I caused Jhon to go.

Saya-1TG-TOP V-KAUS Jhon Prep AKT-pergi.

‘Saya menyebabkan Jhon pergi’

Komponen sebab pada contoh (9) ditandai oleh verba caused yang secara

eksplisit menerangkan bahwa I melakukan sesuatu pada John dan komponen

akibat secara eksplisit ditandai oleh predikat go pada John to go. Jadi pada

konstruksi kausatif analitik, penyebab I melakukan sesuatu terhadap pesebab John

sehingga memunculkan akibat John to go hadir secara eksplisit dalam struktur.

Dengan demikian, secara morfosintaksis, kausatif analitik tidak dapat dikatakan

Universitas Sumatera Utara

Page 37: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

35

sebagai operasi penambahan valensi, tetapi secara semantis dapat

diinterpretasikan demikian (Payne, 2002: 177).

Tipe selanjutnya merupakan kausatif morfologis. Kausatif ini

merefleksikan hubungan antara predikat nonkausatif dan predikat kausatif yang

dimarkahi oleh perangkat morfologis, misalnya oleh afiksasi (Comrie, 1983: 159).

Perhatikan contoh berikut ini.

(10) a. Palka slomala-s’

The stick-TOP AKT-broke.

‘Tongkat patah’.

b. Tanja slomala palku.

Tanja-TOP AKT-broke-KAUS the stick.

‘Tanja mematahkan tongkat’.

Pada konstruksi kausatif morfologis, komponen yang seolah-olah hadir

hanyalah komponen sebab (Tanja slomala palku), sedangkan komponen akibat

tidak muncul secara eksplisit (Palka slomala-s’). Makna bahwa Tanja melakukan

sesuatu sehingga tongkat patah terkandung dalam verba kausatif slomala.

Berbeda dengan tipe lainnya, kausatif morfologis melibatkan perubahan

bentuk verba3. Di samping dengan verba derivatif, kausatif morfologis dapat

dibentuk dengan menggunakan afiks. Seperti dalam bahasa Turki (Altaic) yang

memiliki dua bentuk kausatif morfologis sangat produktif dengan menggunakan

sufiks -dIr (dan alomorfnya) dan -t (Payne, 2002: 176).

Tipe terakhir adalah kausatif leksikal. Kausatif ini merupakan kausatif

yang dinyatakan oleh sebuah leksikon tanpa melalui proses produktif apa pun.

Leksikon tersebut secara mandiri dapat menyatakan hubungan sebab-akibat

sekaligus. Comrie (1983: 159) memberi contoh sebagai berikut.

(11) Jhon killed Bill.

Jhon PAS-bunuh-KAUS Bill-TOP.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

36

‘Jhon membunuh Bill’.

Pada contoh (11) situasi-situasi mikro dalam konstruksi kausatif leksikal

dituangkan dalam satu kejadian. Komponen sebab dan komponen akibat dapat

ditafsirkan dari verba kausatif itu sendiri, yaitu kill. Dua kejadian dalam kalimat

(11) adalah ‘Jhon membunuh Bill’ sebagai komponen penyebab yang ditampilkan

secara eksplisit dan ‘Bill meninggal’ dapat dipahami sebagai komponen akibat

walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit. Jadi, makna bahwa penyebab John

melakukan sesuatu sehingga mengakibatkan pesebab Bill meninggal tercakup

dalam verba kausatif kill.4

Menurut Payne (2002: 179), hampir semua bahasa memiliki kausatif

leksikal. Ada tiga subtipe kausatif leksikal, yaitu:

(a) No change in verb

Nonkausatif : The vase broke.

Kausatif: Macbeth broke the vase (=Macbeth caused the vase to break)

(b) Some idiosyncratic change in verb

Nonkausatif : The tree fell (Verb = to fall)

Kausatif : Bunyan felled the tree (Verb = to fell)

(c) Different verb

Nonkausatif : Stephanie ate the beans.

Kausatif : Gilligan fed Stephanie beans.

Nonkausatif : Lucretia died.

Kausatif : Gloucester killed Lucretia.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

37

Pembagian semua tipe yang dijelaskan di atas diilustrasikan secara ringkas

dalam gambar Goddard (1998: 260) berikut.

Pembagian Bentuk Kausatif

Kausatif Analitik Kausatif Morfologi Kausatif Leksikal

(Kausatif Perifrastik) (Kausatif Langsung)

- I made him work - membunuh

- I got him to do it - memecah

- I had him to do it

Sufiksasi

Kausatif produktif Kausatif tak produktif

Gambar 1. Pembagian Kausatif

Song (2001: 278) membuat pemetaan yang berbeda dalam meringkas tiga

tipe kausatif. Hal ini tampak dalam bagan berikut.

Gambar 2. Tingkatan Kedekatan Penyebab dan Pesebab (Song, 2001: 278)

Gambar tersebut menjelaskan bahwa ketiga tipe kausatif yang berbeda

tersebut membentuk sebuah kontinum fusi formal antara kedekatan predikat

komponen penyebab dengan predikat komponen akibat. Kausatif leksikal

merupakan perpaduan maksimum antara dua predikat meskipun tidak mungkin

menganalisis verba kausatif leksikal dalam dua morfem. Kausatif sintaksis

Leksikal Morfologis Analitik

Universitas Sumatera Utara

Page 40: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

38

merupakan perpaduan minimum antara predikat komponen penyebab dengan

komponen akibat berdasarkan dua predikat terpisah. Selanjutnya, kausatif

morfologis menempati titik tengah pada kontinum fusi formal yang rentan

terhadap analisis dari satu morfem ke morfem yang lain.

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa para ahli sepakat

mengklasifikasikan tipe kausatif berdasarkan parameter formal meskipun dari

sudut pandang yang berbeda. Tipe-tipe itu digunakan dalam mendeskripsikan

konstruksi kausatif bBT.

2.1.1.2 Parameter Semantis

Comrie (1983: 164) membedakan tipe-tipe kausatif berdasarkan parameter

semantis. Parameter semantis ini membedakan kausatif berdasarkan tingkat

kendali yang diterima pesebab dan kedekatan antara penyebab dengan pesebab

dalam situasi makro atau kausatif itu sendiri.

Berdasarkan tingkat kendali yang diterima pesebab, Comrie (1983: 165)

membedakan kausatif sejati (true causative) dan kausatif permisif (permissive

causative). Pada kedua konstruksi tersebut, penyebab – dalam hal ini agen –

memiliki kendali atas terjadi atau tidaknya akibat pada pesebab. Dalam kausatif

sejati, penyebab hanya memiliki kemampuan untuk menimbulkan akibat terhadap

pesebab, sedangkan dalam kausatif permisif, penyebab memiliki kemampuan

untuk mencegah terjadinya akibat pada pesebab.

Selanjutnya, berdasarkan kedekatan hubungan terjadinya komponen sebab

dan komponen akibat, Comrie (1983: 160) membedakan kausatif langsung dan

kausatif tak langsung. Kausatif langsung adalah kausatif yang menggambarkan

kedekatan penyebab dengan pesebab (misalnya, Anton broke the stick), sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 41: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

39

dalam kausatif tak langsung hubungannya lebih jauh (misalnya, Anton brought it

about that the stick broke). Walaupun penyebab selalu diikuti oleh pesebab, dalam

kausatif tak langsung, pesebab terjadi beberapa saat setelah penyebab terjadi.

Sejalan dengan uraian di atas, Whaley (1997: 195) menyebutkan bahwa

kausativisasi langsung mengacu pada situasi ketika tindakan penyebab

mempunyai efek langsung pada pesebab, sedangkan kausativisasi tak langsung

mengacu pada situasi kausativisasi yang derajat kelangsungannya sangat jauh.

Misalnya, kausatif leksikal kill dan konstruksi kausatif cause to die dalam bahasa

Inggris (lihat juga Payne, 2002: 175; Song 2001: 276).

Menurut Payne (2002: 175), kausativisasi langsung dan kausativisasi tidak

langsung berhubungan dengan integrasi struktural dan integrasi konseptual antara

cause dan effect. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh tiga hal berikut ini.

(a) Structural distance, yaitu jumlah silabe, segmen, dalam operasi kausatif

secara khusus berhubungan dengan kuantitas jarak konseptual antara cause

dan effect.

(b) Bentuk verba finit dan nonfinit: jika cause dan effect berhubungan dengan

kala/ aspek/ modalitas/ evidensialitas/ dan atau lokasi, salah satu verba

adalah nonfinit.

(c) Kasus morfologi pesebab: jika pesebab menguasai tingkat kendali atas

kejadian yang menjadi dasar penyebabnya (caused event), maka akan

muncul kasus agen, yaitu kasus ergatif/ nominatif; jika pesebab hanya

sedikit menguasai atau tidak memiliki kendali, maka akan muncul kasus

pasien, yaitu dalam kasus akusatif/ absolutif.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

40

Prinsip pertama di atas digambarkan seperti dalam Piramida Haiman

(dalam Payne, 2002: 182) tentang langsung/ tidak langsungnya efek yang

ditimbulkan oleh pesebab.

(Kausatif leksikal) Kausativisasi lebih langsung

(Kausatif morfologi)

(Kausatif analitik) Kausativisasi tidak langsung

Gambar 3. Piramida Haiman

Dalam Piramida Haiman (Whaley, 1997: 195), ketiga tipe kausatif

berdasarkan parameter formal mengungkapkan makna kausatif yang berbeda dan

ini berkaitan dengan efeknya yang langsung atau tidak langsung.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Song (2001: 259):

“There is, for instance, a strong correlation between the formal

types of causative construction (i.e. lexical, morphological, and

syntactic), and the semantic types of causation to the extent that

the formal distance between the predicate of cause and that of

effect is claimed to be motivated iconically by the conceptual

distance between the cause and the effect, and between the

causer and the causee. It is also suggested that the case marking

of the causee is determined by the type of causation, which is in

turn related to other semantic and/ or pragmatic factors such as

agency, control, affectedness and topicality.” (Song, 2001: 259)

Kutipan di atas menjelaskan hubungan yang kuat antara tipe kausatif

berdasarkan parameter formal (leksikal, morfologis, dan analitik) dan tipe kausatif

berdasarkan parameter semantis, yakni bahwa jarak formal antara predikat

komponen penyebab dan komponen akibat diklaim oleh jarak konseptual antara

X

Y = Z

Y # Z

Y

Universitas Sumatera Utara

Page 43: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

41

penyebab dan pesebab. Hal ini juga menyarankan bahwa kasus yang menandai

pesebab ditentukan oleh jenis peristiwa sebab-akibat, yang pada gilirannya

berhubungan dengan semantik lain dan/ atau faktor pragmatis seperti agen,

kontrol, keterikatan, dan pentopikalan.

Sehubungan dengan itu, kausatif leksikal mempunyai efek yang paling

langsung dibandingkan dengan kausatif morfologis dan kausatif analitik (Whaley,

1997: 195).

Tabel 2. Kausatif Berdasarkan Parameter Semantis

Tipe Kausatif Bentuk Kausativisasi

Kausatif Leksikal (X-“lebih dekat”) Langsung

Kausatif Morfologi (Y – Z)

Kausatif Analitik (Y# Z – “lebih jauh”) Tidak langsung

Sumber: Whaley (1997: 195)

Perbedaan semantis yang kedua antara tipe-tipe kausatif adalah derajat

kontrol/ tingkat kendali/ kuasa atas pesebab. Contoh berikut menjelaskan

perbedaan semantis tersebut.

(12) Rocco made her leave.

Rocco-TOP AKT-buat-KAUS dia-3TG cuti.

‘Rocco membuat dirinya cuti.’

(13) Al let her leave.

Al-TOP AKT-izin-KAUS dia-3TG cuti.

‘Al mengizinkan dirinya cuti.’

Dapat dipastikan bahwa penyebab Rocco tetap memegang kontrol/ kendali

atas situasi dalam kalimat (12). Berbeda dengan itu, pesebab dalam kalimat (13)

masih mempunyai pilihan untuk pergi atau tidak, sekalipun penyebab memiliki

derajat kuasa yang lebih besar.

Pertimbangan semantis selanjutnya atas bentuk kausatif adalah apakah

bentuk kausatif tersebut mengindikasikan makna permisif, permintaan, atau

Universitas Sumatera Utara

Page 44: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

42

kausativisasi sejati. Dalam beberapa bahasa, tidak ada perbedaan morfosintaktis

antara kausativisasi dan permisif, tetapi dalam beberapa bahasa yang lain ada.

Misalnya, dalam bahasa Inggris, ada pilihan verba yang mengindikasikan permisif

(misal, allow, let, permit), permintaan (ask), dan kausativisasi (made, cause, dan

force). Namun, ada properti struktural (properti sintaksis) yang berhubungan

dengan perbedaan leksikal ini.

Tabel 3. Jenis Kasus dan Pesebab (Whaley, 1997)

Kasus Tingkat Kendali terhadap Pesebab

Nominatif Tinggi

Oblik Kurang

Akusatif Tidak ada sama sekali

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(14) I asked that he (NOM) leave.

(15) I asked him (ACC) to leave.

(16) I made him (ACC) leave.

Pada kalimat (14), pesebab mempunyai kasus nominatif sehingga

memiliki tingkat kendali yang kuat (pesebab he bisa pergi atau tidak), sedangkan

pada kalimat (15) dan (16) pesebab berkasus akusatif sehingga tingkat kendali

yang dimiliki pesebab tidak sekuat pada kasus nominatif; bahkan pesebab tidak

memiliki kuasa sama sekali (pesebab him tidak mempunyai pilihan lain/ tidak bisa

menolak).

Comrie (1983: 170) mengatakan bahwa pembentukan kausatif meliputi

penambahan agen terhadap valensi. Dengan demikian, jika klausa dasar adalah

klausa intransitif, subjek akan diungkapkan sebagai OL. Subjek pada klausa

dengan verba ekatransitif akan diungkapkan sebagai OTL dan OL tetap sebagai

OL. Jika klausa dasar adalah klausa dengan verba dwitransitif, subjek akan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

43

ditandai sebagai oblik, OL dan OTL akan tetap sebagai relasi gramatikal yang

sama. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 4. Perubahan Valensi antara Verba Dasar dan Verba turunan

Kausatif

No. Tipe Klausa Verba Nonkausatif Verba Kausatif

1. Intransitif SUBJ SUBJ

OL

SUBJ SUBJ

2.

3.

Ekatransitif

Dwitransitif

OL OL

OL OTL

SUBJ SUBJ

OL OL

OTL OTL

OBL

Sumber: Comrie (1983:170)

Berdasarkan tabel di atas, Comrie mengusulkan hierarki relasi gramatikal

sebagai berikut: subjek > objek langsung > objek tak langsung > objek oblik.

Menurutnya, penyimpulan gramatikal dari pesebab bergerak sebagai berikut:

pesebab menempati posisi tertinggi (paling kiri) pada hierarki yang belum terisi.

Hal itu tidak berbeda dengan konsepsi Song (2001: 264) yang juga

menawarkan hierarki kasus yang sama dengan Comrie (1983: 170). Namun,

penjelasan tambahan diungkapkan seperti ini:

“The tendency for causative affixes to apply more frequently to

intransitive verbs than to transitive verb, and more frequently to

transitive verbs than to ditransitive verbs has been interpreted to

reflect the way languages manage to comply with the MCNP in

morphological causativization as much as in simple non-

causative clauses. The restrictions on application of causative

affixes may be seen to cheat transitive and/ or ditransitive verbs

of the opportunity to undergo morphological causativization, as

it were.” (Song, 2001: 264)

Kutipan itu menjelaskan bahwa kecenderungan pelekatan kausatif berada

pada verba intransitif daripada verba transitif dan lebih sering pada verba transitif

Universitas Sumatera Utara

Page 46: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

44

daripada ditransitif. Hal tersebut ditafsirkan dalam rangka mencerminkan cara

bahasa-bahasa untuk mematuhi MCNP (Maximum Number of Core NPs)5 pada

kausatif morfologis sebanyak klausa nonkausatif sederhana. Penjelasan mengenai

hal ini sangat diperlukan untuk mengamati perubahan valensi dan relasi

gramatikal nonkausatif yang terdapat dalam konstruksi kausatif bBT.

2.1.2 Teori Penguasaan dan Pengikatan

Struktur kausatif dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Penguasaan

dan Pengikatan. Teori ini dipelopori oleh Chomsky (1980, 1986, 1990) dan

merupakan pengembangan teori tata bahasa Transformasi Gramatika Generatif

(TGG) yang bertujuan untuk memberikan pemerian sistematik tentang kalimat.

Hal itu dilakukan dengan mengajukan satu tata bahasa yang universal dengan

harapan agar tata bahasa dapat menerangkan setiap fenomena bahasa secara

menyeluruh.

Berhubungan dengan itu, Sag (1999: 149-150) menyebutkan bahwa

prinsip Binding Theory menghubungkan pronomina dengan anteseden (bandk.

Haegeman, 1992: 244)6. Istilah anafora digunakan untuk mengekspresikan

(pronomina) yang penafsirannya memerlukan asosiasi dengan unsur lain dalam

sebuah wacana.

(17) (a) Johni frightens himselfi.

(b) *Susani frightens heri.

(c) Susani frightens herselfj.

Berdasarkan kalimat di atas, Sag (1999: 150) menjelaskan bahwa himself

(17a) mengacu pada orang yang sama, yakni Jhon dan her, namun (17b)

Universitas Sumatera Utara

Page 47: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

45

menggambarkan bahwa her bukanlah Susan. Pronomina himself dan herself diikat

oleh anteseden dengan notasi yang ditunjukkan di atas.

Penggunaan Teori Penguasaan dan Pengikatan dalam kajian ini

berhubungan dengan dua subsistem teori tersebut yang relevan dengan kajian

konstruksi kausatif, yakni teori X-bar dan teori Perpindahan.

2.1.2.1 Teori X-Bar

Teori X-bar menjelaskan struktur umum frasa yang direpresentasikan pada

skema X-bar. Melalui skema ini, kaidah struktur frasa sebuah bahasa dapat

dideskripsikan atau disederhanakan (Haegeman, 1992: 95).

Relasi antara kategori leksikal dan kategori frasa digambarkan dalam dua

tataran proyeksi. Kedua proyeksi itu direpresentasikan pada level sintaksis. Jika

sebuah kategori leksikal seperti N, V, A, atau P, yang di dalam teori ini

disimbolkan dengan X, dibentuk oleh sebuah komplemen, keterangan, dan

spesifier, komplemen yang berkombinasi dengan X akan membentuk proyeksi X-

bar, keterangan yang berkombinasi dengan X-bar akan membentuk proyeksi X-

bar yang lebih tinggi, dan pada level berikutnya spesifier yang berkombinasi

dengan X-bar akan membentuk proyeksi maksimal X. Kategori bar, dengan

demikian, adalah sebuah proyeksi X dan frasa dengan bar tertinggi ialah proyeksi

maksimal dari kategori X.

X”

Spes X’

X’ Ket

X Komp

Gambar 4. Struktur Frasa berdasarkan Teori X-Bar (Haegeman, 1992: 95)

Universitas Sumatera Utara

Page 48: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

46

Gambar di atas dapat dijelaskan dengan struktur skema di bawah ini.

(18) X” = Spes; X’

X’ = X’; Ket

X’ = X; Komp

Teori ini dapat diaplikasikan pada konstituen frasa dan konstituen klausa

(Haegeman, 1992: 74-97).

(19) Poirot will abandon the investigation.

(20) They will wonder [whether Poirot will abandon the investigation].

Kehadiran FN Poirot dan the investigation (19) merupakan struktur

argumen dari predikat abandon. Munculnya kalimat matriks They will wonder

(20) mengubah posisi kalimat sematan Poirot will abandon the investigation. Hal

ini mengasumsikan bahwa rangkaian kalimat Poirot will abandon the

investigation dapat menjelaskan maksud dari pelengkap whether. Dalam tata

bahasa generatif, kalimat sederhana tersebut diberi label S dan S tersebut bersama

dengan pelengkapnya adalah S’ (Haegeman, 1992: 74; 97). Perhatikan diagram

pohon untuk kalimat (19) dan (20) berikut.

S

NP AUX VP

V NP

N Det N

Poirot will abandon the investigation

Gambar 5. Diagram Pohon Kalimat Sematan7 (Haegeman, 1992: 74)

Universitas Sumatera Utara

Page 49: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

47

C’

C FI

whether

NP I’

Poirot

I VP

will

abandon the investigation

Gambar 6. Diagram X-Bar Kalimat Sematan (Haegeman, 1992: 97)

Diagram pohon di atas menjelaskan bahwa teori X-Bar tidak hanya dapat

digunakan dalam menerangkan struktur frasa, tetapi juga dapat menerangkan

struktur kalimat. Hal itu sejalan dengan pendapat Daly dan Rhodes (1981: 40)

yang mengatakan bahwa sarana termudah untuk memperlihatkan struktur

konstituen suatu kalimat adalah dengan diagram pohon (tree diagram) atas

penanda satuan sintaksis (P-Maker). Unsur diagram pohon terdiri atas “node” atau

simpai, yaitu titik pada diagram pohon, tempat munculnya satu cabang atau lebih.

Kemudian termina simpai (unsur leksikal) dan rangkaian (string), yakni rangkaian

unsur dalam yang berurutan pada pohon, baik nama kategori maupun unsur

leksikal. Dengan demikian, teori X-bar digunakan dalam tulisan ini untuk

menerangkan semua kategori struktur frasa dan relasi struktur antarkalimat bBT.

2.1.2.2 Teori Perpindahan

Teori perpindahan dapat menjelaskan proses perpindahan suatu konstituen

yang menduduki posisi tertentu dalam struktur asal untuk berpindah ke posisi lain

dalam struktur derivasi (Haegeman, 1992: 272). Perhatikan kalimat berikut.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

48

(21) (a) This story is believed by the villagers.

(b) The villagers believe this story

Verba (21a) merupakan bentuk pasif believe (21b). Perbandingan antara

kalimat (21a) dan (21b) merupakan bentuk aktif-pasif dari kalimat yang sama.

Artinya, dapat ditentukan bahwa FN subjek dari kalimat pasif (21a) this story

merupakan FN objek dari predikat pada kalimat aktif (21b). Dengan demikian,

dapat diusulkan bahwa FN this story ditetapkan oleh peran tematis pada kalimat

(21a) dan (21b). Peran tematis merupakan definisi yang ditetapkan secara

langsung oleh penguasa dari inti. Oleh sebab itu, FN this story (21a) seharusnya

ditetapkan oleh peran tematis di bawah penguasa yakni oleh verba believe,

tepatnya sebagaimana yang terdapat pada kalimat (21b). Verba believe tidak

menguasai FN this story pada kalimat (21a). Dengan demikian, teori ini

digunakan untuk mengamati adanya perpindahan konstituen (unsur-unsur) ketika

membentuk konstruksi kausatif bBT.

Perlu diketahui bahwa dalam teori Penguasaan dan Pengikatan struktur

dasar sebuah konstruksi kausatif terdiri atas kalimat matriks dan kalimat sematan.

Kalimat sematan adalah konstituen yang didominasi oleh frasa infleksional (FI),

terdiri atas FN subjek (pesebab) plus satu FN objek berupa pasien sesuai dengan

valensi verba sematan. Kalimat matriks adalah konstituen yang berada di atas

posisi [SPES, FP] atau di atas K’, terdiri atas FN subjek (penyebab) dan verba

kausatif. Posisi P adalah untuk pemerlengkap seperti that atau for dalam bahasa

Inggris, posisi [SPES, FP) untuk frase wh- dalam bahasa Inggris. Diasumsikan

bahwa predikat kausatif menginkorporasi verba yang lebih rendah, V, untuk

menghasilkan sebuah predikat kompleks. Struktur dasar sebuah konstruksi

kausatif dapat digambarkan pada diagram berikut.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

49

K

FN0 FV

penyebab

V FP

MENYEBABKAN

Spes FP P’

P FI

FN1 I’

pesebab

I FV

FV FN2

pasien

Gambar 7. Struktur Dasar Kausatif (Mulyadi, 2004: 133)

Konstituen FV yang didominasi oleh I’ dapat berpindah ke posisi [SPES,

FP] dan meninggalkan jejak pada posisinya yang lama. Hal ini menaikkan seluruh

FV sehingga tidak lagi berada di bawah FI. Dari posisi ini, inti verba dari FV yang

lebih rendah kemudian berinkorporasi ke dalam predikat MENYEBABKAN8.

Sementara itu, FN pesebab (subjek yang lebih rendah) diperlakukan sebagai

keterangan atau oblik yang dimarkahi sebagai objek kedua. Teori ini digunakan

untuk mendeskripsikan struktur yang membangun konstruksi kausatif bBT.

2.2 Penelitian yang Relevan

Arka (1993) dalam artikel “Morpholexical Aspects of the –kan Causative

in Indonesian” menjelaskan kausatif derivasi {-kan} dalam bahasa Indonesia

dengan menggunakan Teori Penguasaaan dan Pengikatan dan Teori Tata Bahasa

Fungsional Leksikal. Teori Penguasaan dan Pengikatan digunakan untuk

menjelaskan fenomena kausatif secara sintaksis, sementara Teori Tata Bahasa

Universitas Sumatera Utara

Page 52: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

50

Fungsional Leksikal digunakan untuk menerangkan properti kausatif {-kan}.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas mengenai perbedaan antara

nilai semantis dan properti gramatikal kausatif morfologis secara umum dalam

bahasa Indonesia. Dihipotesiskan juga bahwa dalam bahasa Indonesia,

pengausatifan melalui proses afiksasi berlangsung pada tataran leksikon dan

bukan pada tataran sintaksis. Penelitian ini juga mengungkapkan struktur paralel

(kausatif –kan) yang menjadi ciri teori LFG, yaitu struktur konstituen, struktur

argumen, struktur fungsional, dan struktur semantis. Temuan dalam penelitian ini

menjadi masukan yang penting dalam menunjukkan konstruksi kausatif bBT.

Mulyadi (2004) dalam artikel “Konstruksi Kausatif dalam Bahasa

Indonesia” membahas (1) perilaku verba dalam membentuk konstruksi kausatif

bI, (2) tipe-tipe konstruksi kausatif bI, dan (3) struktur konstruksi kausatif bI. Data

dikaji dengan metode distribusional dengan alat penentu berupa struktur argumen

verba. Penelitian ini menggunakan pendekatan tipologis dan sintaksis. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembentukan konstruksi kausatif, verba

intransitif berubah menjadi transitif, sedangkan verba transitif dan ditransitif tidak

mengalami perubahan.

Selanjutnya, tipe konstruksi kausatif bI terdiri atas monoklausa, yang

terbentuk dari verba intransitif dan transitif yang berobjek refleksif dan bermakna

tindakan dan biklausa, yang terbentuk dari verba transitif dan ditransitif. Dalam

struktur kausatif monoklausa verba sematan berpindah ke [Spes FP] dan

kemudian berinkorporasi ke dalam verba kausatif kalimat matriks. Dalam struktur

biklausa verba sematan berpindah ke [Spes FP] dan berinkorporasi ke dalam

verba kausatif kalimat matriks serta meninggalkan argumen internalnya di bawah

Universitas Sumatera Utara

Page 53: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

51

[Spes FP]. Hasil penelitian ini menjadi referensi utama mengingat penggunaan

teori Penguasaan dan Pengikatan yang juga digunakan dalam kajian ini.

Mayani (2005) dalam artikel “Konstruksi Kausatif Bahasa Madura”

membahas konstruksi kausatif berdasarkan parameter morfosintaksis dan semantis

bM. Sistem kerja yang digunakan merujuk pada penggunaan konjungsi yang

terdapat dalam kalimat kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

tipe pembagian kausatif terdapat pada BM. Verba Ngabay [N+gabay] ‘membuat’

dan nyoro [N+soro] ‘menyuruh’ adalah verba kausatif yang digunakan dalam

kausatif analitik BM. Afiks yang digunakan sebagai pemarkah kausatif morfologis

BM adalah {ma-}, {-aghi}, {ma--aghi}, {ma+N--aghi}, dan {pa-}. Selanjutnya,

konstruksi kausatif leksikal BM sama dengan struktur logis konstruksi kausatif

morfologis, yaitu [do (X)] CAUSE [BECOME predicate (Y)].

Selain itu, berdasarkan parameter semantis ditemukan bahwa rentang

durasi antara komponen sebab dan akibat pada konstruksi kausatif morfologis

lebih pendek dibandingkan dengan kausatif analitik. Artinya, kausatif morfologis

BM bersifat langsung daripada kausatif analitik. Setakat ini, sistem kerja

penelitian ini tidak dapat dijadikan referensi dalam kajian ini. Peneliti cenderung

sejalan dengan konsepsi Song (2001: 258) yang mengatakan bahwa kausatif tidak

dapat dibentuk dari konjungsi karena penyebab dalam kalimat kompleks bukan

subjek pada klausa utama atau juga bukan predikat pada verba utama. Hal yang

sama tidak berlaku dalam penelitian bM ini.

Hadi (2007) dalam artikel “Konstruksi Kausatif Bahasa Serawai”

mengenai konstruksi kausatif bS berdasarkan parameter morfosintaksis dan

parameter semantis. Sistem kerja yang digunakan juga merujuk pada penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 54: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

52

konjungsi (sejalan dengan Mayani, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konstruksi kausatif bS dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (1)

menggunakan kalimat kompleks – dua klausa digabungkan dengan menggunakan

konjungsi kernau/ sebap, (2) menggunakan kausatif analitik – dengan penanda

verbanya nganuka ‘membuat’, njadika ‘membuat jadi’, dan ngajung ‘menyuruh’,

(3) menggunakan kausatif morfologis – dengan menambahkan afiks ng-ka

(dengan alomorf-alomorfnya), ng-i (dengan alomorf-alomorfnya) –ka dan –i, dan

(4) memilih verba kausatif leksikal tertentu yang sudah bermakna kausatif. Dalam

parameter semantis dijelaskan kesinoniman verba kausatif dalam bS. Analisis itu

diawali dengan mendistribusikan verba kausatif ke dalam kalimat, lalu

mensubstitusikannya ke dalam konstruksi yang lebih luas, kemudian

menunjukkan batas-batas kemampuannya dalam bersubstitusi. Penelitian ini

dijadikan referensi dalam memperkaya konsepsi peneliti dalam memerikan

kausatif bahasa nusantara.

Winarti (2009) dalam tesis “Konstruksi Kausatif Morfologis dan

Perifrastis dalam Bahasa Indonesia” membahas (1) konstruksi tipologi kausatif

bI, (2) mekanisme pembentukan konstruksi kausatif morfologis dan perifrastis bI,

(3) mekanisme perubahan valensi dan relasi gramatikal konstruksi kausatif

morfologis dan perifrastis bI, (4) faktor-faktor yang menjadi kendala

pengungkapan sebuah peristiwa dengan konstruksi kausatif morfologis dan

perifrastis bI. Konstruksi kausatif dilakukan dengan mengungkapkan

kausativisasi, valensi, dan relasi gramatikal yang terdapat dalam konstruksi

kausatif. Hasill penelitian menunjukkan bahwa konstruksi kausatif morfologis

dapat dibentuk dari konstruksi nonkausatif yang diberi pemarkah kausatif berupa

Universitas Sumatera Utara

Page 55: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

53

afiks. Pemarkah afiks dalam bahasa Indonesia yang dapat membentuk konstruksi

kausatif morfologis adalah {-kan}, {per-}, {-i}, serta kombinasi afiks {per--kan}

dan {per--i}. Konstruksi kausatif analitik dapat dibentuk dari konstruksi

nonkausatif yang diberi pemarkah kausatif berupa verba kausatif, yakni membuat.

Dalam kausatif analitik, konstruksi dibentuk oleh predikat yang mengandung

verba (intransitif dan transitif), adjektiva, dan nomina. Penelitian ini menjadi

masukan yang sangat penting dalam memberi kontribusi terhadap penelitian bBT,

khususnya dalam mengenal konstruksi kausatif secara mendasar.

Maulia (2011) dalam artikel “Pengkausatifan dalam Bahasa Jepang”

membahas masalah (1) struktur dan makna yang dihasilkan dalam pengausatifan

morfologis bJ, (2) struktur dan makna yang dihasilkan oleh pengausatifan

sintaksis bJ, (3) struktur dan makna yang dihasilkan oleh pengausatifan leksikon

bJ, (4) struktur logis pengausatifan bJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengausatifan morfologis bJ hadir dalam bentuk afiksasi verba dengan sufiks –

saseru. Tipe ini menandai penyebab dengan pentopikalan wa atau nominatif ga.

Makna yang dihasilkan oleh pengausatifan morfologis adalah makna ‘menjadikan/

membuat’, ‘memaksa’, ‘memerintahkan/ menyuruh’, ‘membiarkan/

mengizinkan’, yang berbeda dipandang dari segi paksaan dan keinginan dari

penyebab dan penerima sebab.

Sementara itu, struktur pengausatifan sintaktis ditandai dengan kehadiran

verba morau, yang melekat bersama verba dalam struktur kausatif kemudian

verba tersebut akan mengalami perubahan silabel dalam bentuk –te. Ciri

strukturnya juga ditandai dengan pentopikalan wa atau nominatif ga pada unsur

penyebab, dan partikel kasus ni pada penerima sebab. Makna yang dihasilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 56: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

54

pengausatifan sintaktis menunjukkan makna ‘menyuruh’, tetapi karena struktur ini

menunjukkan tingkat ‘kesopanan’ pada penerima sebab, kata ‘meminta’ dapat

mewakili terjemahan struktur –te morau ini. Pengkausatifan leksikal memiliki ciri

hadir dalam bentuk verba transitif yang dalam sistem bJ, verba tersebut

merupakan verba berpasangan yang dikenal dengan istilah jidoushu dan tadoushi.

Makna yang dihasilkan oleh pengausatifan leksikal menunjukkan makna

‘menjadikan’, yang penyebab bertindak langsung melakukan tindakan tersebab

kepada penerima sebab. Kadar kelangsungan akibat yang diperoleh penerima

sebab terhadap perbuatan yang dilakukan penyebab dari tiga tataran pengausatifan

tersebut menunjukkan bahwa pengausatifan leksikal memiliki kadar kelangsungan

tertinggi, kemudian diikuti oleh pengkausatifan morfologis dan pengausatifan

sintaktis. Hal ini akan sangat berguna sebagai referensi penelitian ini, khususnya

berkaitan dengan parameter semantis.

Subiyanto (2013) dalam artikel “Analytic Causatives in Javanese: A

Lexical-Functional Approach” membahas (1) mekanisme pembagian (konstruksi)

argumen yang terdapat di antara verba dalam kausatif analitik bJa, (2) bentuk

konstruksi struktur mono- atau biklausal bJa, dan (3) struktur sintaksis kausatif

analitik bJa dalam kerangka tata bahasa LFG. Dengan menggunakan alat uji

pemarkah negasi dan penggunaaan modalitas ditemukan bahwa kausatif analitik

dalam bJa membentuk struktur biklausa, artinya PRED1 dan PRED2 bisa

mendapatkan polaritas dan modalitas yang berbeda. Selain itu, konstruksi

tersebut memiliki struktur X-KOMP, yakni SUBJ dari verba kedua dilesapkan dan

dikendalikan oleh OBJ dari verba kausatif nggawe. Dalam struktur konstituen,

kausatif analitik memiliki dua macam bentuk, yakni V-kausatif OBJ X-COMP

Universitas Sumatera Utara

Page 57: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

55

and V-kausatif X-COMP OBJ. Temuan penelitian ini menjadi masukan yang

penting dalam penelitian bBT, khususnya dalam penggunaan teori tata bahasa

Leksikal Fungsional sebagai bandingan terhadap tata bahasa TG.

2.3 Kerangka Kerja Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini menggunakan pendekatan tipologi

gramatikal, sedangkan analisis dalam kajian ini menjelaskan beberapa aspek

sintaksis bBT khususnya kalimat yang memiliki verba kausatif. Selanjutnya,

struktur kalimat tersebut dianalisis dengan menggunakan kajian yang mendukung

proses penemuan tipe bBT.

Gambar 8. Kerangka Kerja Teoretis

Parameter Formal

Teori Perpindahan Teori X-Bar

Parameter Semantis

TIPOLOGI

GRAMATIKA

L

SINTAKSIS

Kausatif bBT

Tipe

Struktur

KALIMAT

ANALISIS DATA

TEMUAN

Universitas Sumatera Utara

Page 58: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

56

Catatan:

1Payne (2002: 175) mendefinisikan kausatif, “A causative is a linguistic

expression that contains in semantic/ logical structure a predicate of causee, one

argumen of which is a predicate expressing an effect”. Oleh karena itu,

konstruksi kausatif disimbolkan dengan: CAUSE (x, P) = x causes P.

2Bahasa Jerman I adalah konstruksi kausatif yang menunjukkan monoklausal dan

yang predikat dinyatakan secara analitis, yaitu dengan lebih dari satu kata

morfologi. Bahasa Malayalam juga memiliki konstruksi kausatif dengan perilaku

konsisten monoklausal, tetapi tidak seperti bahasa Jerman yang mengungkapkan

predikat penyebab dalam satu kata morfologi tunggal. Bahasa yang tercantum di

sisa dua baris tabel tersebut memiliki konstruksi kausatif yang telah dilaporkan

secara konsisten menunjukkan biklausal dan efek campuran masing-masing

(lihat Ackerman dan Webelhuth, 1998: 269).

3Verba fell dalam bahasa Inggris tidak memenuhi syarat sebagai bentuk verba

kausatif morfologis bukan karena verba derivatif seperti halnya felled. Contoh

lain misalnya, verba lay yang merupakan kausatif dari verba lie (Payne, 2002).

4Istilah ‘komponen’ dirujuk pada konsep Metabahasa Semantik Alami (MSA)

yang memiliki perangkat makna ‘ciri’ atau ‘fitur’. Dalam kajian ini, istilah

‘komponen penyebab’ digunakan pada ‘peristiwa sebab’ yakni memiliki ciri atau

fitur penyebab, sedangkan ‘komponen akibat’ digunakan pada ‘peristiwa akibat’.

Berkenaan dengan itu, istilah ‘penyebab’ atau causer merujuk pada entitas yang

menyebabkan peristiwa sebab, sedangkan ‘pesebab’ atau causee merujuk pada

entitas yang dikenai peristiwa akibat.

5MNCP adalah jumlah maksimum frasa nomina yang terdapat pada setiap klausa

(lihat Song, 2001: 264).

6Anteseden merupakan kata atau bagian kalimat yang mendahului pronomina.

Adapun Teori Penguasaan dan Pengikatan menghubungkan pronomina dengan

anteseden (bandk. Haegeman, 1992: 244).

7Kalimat sematan adalah konstituen yang didominasi oleh frasa infleksional (FI),

terdiri atas FN subjek (causee) plus satu FN objek berupa pasien sesuai dengan

valensi verba sematan. Berbeda dengan itu, kalimat matriks adalah konstituen

yang berada di atas posisi [SPES, FP] atau di atas K’, terdiri atas FN subjek

(causer) dan verba kausatif (Mulyadi, 2004: 136).

8Penggunaan huruf kapital secara keseluruhan pada istilah MENYEBABKAN

merujuk pada banyaknya jenis verba kausatif yang diperikan pada istilah

tersebut dalam bahasa-bahasa lain di dunia.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

57

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian difokuskan di Kabupaten Toba Samosir.

Kabupaten tersebut adalah wilayah kajian yang cukup representatif mengingat

penutur bahasa Batak Toba tersebar di beberapa titik di tempat tersebut.

Gambar 9. Peta Penutur Bahasa Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir

Sumber: Data BPS Kabupaten Toba Samosir tahun 2009

Total luas wilayah daratan Kabupaten Toba Samosir adalah 2.021,8 km²,

yang terdiri atas 16 kecamatan, 13 kelurahan, dan 231 desa. Jumlah penduduk

Toba Samosir adalah 175.325 jiwa, dengan jumlah rumah tangga (RT) 39.339

Universitas Sumatera Utara

Page 60: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

58

rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk adalah 86.7 org/km². Di bawah ini

disajikan tabel jumlah penduduk yang menempati sejumlah wilayah di kabupaten

Toba Samosir.

Tabel 5. Luas Wilayah Berdasarkan Persebaran Kecamatan

No. Kecamatan Jumlah Jumlah Wilayah Jumlah

Desa Kelurahan Penduduk

1. Balige 29 6 91,05 43.737

2. Tampahan 6 - 24,45 5.476

3. Laguboti 22 1 73,90 17.349

4. Habinsaran 21 1 408,70 14.248

5. Borbor 15 - 176,65 7.671

6. Nassau 10 - 335,50 6.214

7. Silaen 23 - 172,58 10.832

8. Sigumpar 9 1 25,20 6.743

9. Porsea 14 3 31,45 10.896

10. PP Meranti 7 - 277,27 8.078

11. S. Narumonda 14 - 22,20 5.764

12. Lumban Julu 12 - 90,90 7.233

13. Uluan 17 - 91,50 7.399

14. Ajibata 9 1 72,80 6.887

15. Parmaksian 11 - 45,98 8.043

16. Bonatua Lunasi 12 - 81,67 6.176

Jumlah 231 13 2.021,80 172.746 Sumber: Data BPS Kabupaten Toba Samosir tahun 2009

Berdasarkan data di atas, lokasi penelitian ini hanya difokuskan di

kecamatan Balige. Hal tersebut didasarkan pada jumlah penduduk di lokasi

tersebut cukup padat sehingga mempermudah pemerolehan data lisan.

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut merupakan pendekatan yang paling

tepat digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda karena mampu

menyajikan hakikat hubungan antara peneliti dengan informan secara langsung

(Moleong, 2002). Selain itu, pendekatan tersebut juga merupakan pendekatan

Universitas Sumatera Utara

Page 61: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

59

yang berangkat dari kasus tertentu yang terdapat pada suatu situasi sosial yang

ditransfer ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan

situasi sosial pada kasus yang dipelajari (Sugiyono, 2008: 216)1. Bahasa sebagai

ranah kajian ini merupakan bagian dari situasi sosial. Konsepsi masyarakat

penutur bBT mengenai peristiwa sebab-akibat dalam situasi sosial tercermin

melalui penggunaan kausatif. Oleh karena itu, berdasarkan konsep pendekatan ini,

peneliti memasuki situasi sosial untuk melakukan observasi dan wawancara

kepada informan.

3.3 Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa ragam kalimat dalam

bBT. Mallison dan Blake (1981: 12-18) menyatakan terdapat tiga jenis sumber

data yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan data dalam penelitian

linguistik, yakni sebagai berikut.

1. Data primer berupa data lisan, yakni: data lisan wawancara (DLW); data

lisan percakapan sehari-hari (DLP), dalam hal ini diambil di gereja dan

pajak Balige; data lisan acara adat (DLA). Oleh karena itu, untuk

memperoleh data primer yang sahih, peneliti memanfaatkan sumber data

lisan sejumlah informan yang memenuhi kriteria sebagai berikut.

a) bersedia menjadi informan;

b) penutur asli bBT dewasa (berusia antara 20 sampai 70 tahun);

c) penutur berada di lokasi yang telah dipilih untuk penelitian ini;

d) memahami penggunaan bBT dan mempunyai alat ujar yang baik;

Universitas Sumatera Utara

Page 62: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

60

e) memiliki karakter baik dan jujur dalam pemberian data, baik dalam

kesediaan waktu maupun ragam ujaran (lihat juga Nida, 1970: 109).

Selain itu, dalam penelitian ini digunakan data lisan yang dikumpulkan

dalam bentuk daftar pertanyaan sintaksis dan DCT (Discourse

Compeletion Test) yang dirancang peneliti.2

2. Data sekunder berupa data tulis, yakni dengan menggunakan beberapa

cerita rakyat bBT seperti mitos bBT ‘Sipiso Nasumalim’, dan teks lain

seperti materi seminar ‘Tarbahensa do Ulaning Manotas Dalan tu Abad 21

on?” yang diproduksi dalam bahasa Batak Toba.

3.4 Prosedur dan Pengumpulan Perekaman Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode cakap

dan metode simak. Metode cakap digunakan untuk mendapatkan data lisan.

Dengan metode ini peneliti terlibat langsung dalam percakapan dengan

narasumber (penutur bBT). Ada dua jenis teknik yang digunakan dalam metode

ini, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan.

Teknik dasar yang dimaksud adalah teknik pancing, yakni dengan

menggunakan segenap kecerdikan peneliti untuk memancing informan dalam

menggunakan bBT sehingga dapat dipilah menjadi data lisan penelitian. Teknik

lanjutan dalam metode cakap terbagi atas empat bagian, yakni teknik cakap

semuka (teknik CS), teknik cakap tansemuka (teknik CTS), teknik rekam, dan

teknik catat, namun yang digunakan dalam penelitian hanyalah dua di antaranya.

Pertama, teknik cakap semuka merupakan teknik yang digunakan dalam

melibatkan informan dalam percakapan langsung untuk memperoleh data

Universitas Sumatera Utara

Page 63: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

61

selengkap-lengkapnya. Teknik ini dilengkapi dengan instrumen berupa pedoman

wawancara seperti yang dimuat dalam lampiran. Kedua, teknik cakap tansemuka

merupakan teknik yang digunakan dalam menjaring data lengkap bBT. Teknik ini

dilengkapi dengan instrumen berupa daftar pertanyaan sintaksis.

Selanjutnya, metode simak digunakan untuk memperoleh data lisan.

Dalam metode ini, teknik dasar yang digunakan ialah teknik sadap, yakni dengan

menyadap pembicaraan informan, baik dalam proses wawancara, dalam

pembicaraan sehari-hari, maupun dalam acara adat (Sudaryanto 1993 :133).

Dalam teknik lanjutan digunakan beberapa teknik, yakni (1) teknik simak libat

cakap (teknik SLC) dalam melakukan percakapan langsung dengan informan, (2)

teknik simak bebas libat cakap (teknik SBLC) dalam mendengarkan tuturan

informan tanpa terlibat langsung, (3) teknik rekam dalam merekam pembicaraan

informan, dan (4) teknik catat dalam mencatat semua situasi yang ditemukan di

lapangan yang mungkin memengaruhi data dan dapat dibahas dengan lengkap

pada hasil temuan. Kedua metode yang telah dijelaskan di atas beserta teknik

masing-masing digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kebutuhan masing-

masing.

3.5 Analisis Data

Pada tahap analisis data digunakan dua metode, yaitu metode padan dan

metode agih (Sudaryanto, 1993:13-16). Metode padan merupakan metode yang

menggunakan alat penentu di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa

(langue) yang bersangkutan. Metode ini digunakan dalam penelitian sebab

Universitas Sumatera Utara

Page 64: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

62

kausatif merupakan satuan bahasa yang mendeskripsikan peristiwa sebab-akibat

yang tercipta dalam konteks sosial.

Subjenis yang digunakan dalam mengklasifikasikan macam alat penentu

ada lima, yakni (1) kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa, (2)

organ pembentuk bahasa atau organ wicara, (3) pembeda larik tulisan, (4)

pembeda reaksi dan kadar keterdengaran, dan (5) sifat dan watak aneka langue.

Semua subjenis itu digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam menganalisis data

yang ditemukan di lapangan.

Selanjutnya, metode agih menggunakan bahasa sebagai alat penentu, yakni

dengan cara mengagihkan atau mengelompokkan kata ke dalam satuan-satuan

lingual. Metode ini menggunakan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung

(teknik BUL), dan teknik lanjutan berupa teknik sisip, teknik perluas, teknik ubah

wujud, teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik.

Teknik BUL sebagai teknik dasar digunakan dengan membagi satuan

lingual data menjadi beberapa bagian atau unsur sehingga unsur-unsur yang

bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual

yang dimaksud. Berbeda dengan teknik dasar, teknik lanjutan yang digolongkan

cukup beragam, namun yang digunakan hanyalah teknik lesap, teknik ganti,

teknik perluas, teknik sisip, teknik balik, dan teknik ubah wujud (Sudaryanto,

1993: 36).

Teknik lesap berguna untuk mengetahui kadar keintian suatu unsur yang

dilesapkan. Jika proses pelesapan tersebut menghasilkan sebuah konstruksi yang

tidak gramatikal berarti unsur yang dilesapkan adalah unsur yang memiliki kadar

keintian yang sangat tinggi atau unsur tersebut merupakan unsur yang mutlak

Universitas Sumatera Utara

Page 65: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

63

hadir dalam sebuah konstruksi. Dalam penelitian ini, teknik lesap diaplikasikan

untuk mengidentifikasi afiks kausatif yang terdapat dalam bBT.

Teknik berikutnya adalah teknik ganti (substitusi). Teknik ganti ini

merupakan teknik yang dalam penerapannya mengganti unsur tertentu dengan

unsur lain sehingga mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori terganti

dengan unsur pengganti (Sudaryanto, 1993: 48). Dalam penelitian ini, teknik ganti

digunakan untuk menentukan predikat yang merefleksikan konstruksi kausatif.

(22) (a) Ibana mandungoi bapa. [kausatif morfologi]

Dia-3TG-TOP AKT-bangun-KAUS bapak.

‘Dia membangunkan bapak’.

(b) Ibana mamodomi huting. [nonkausatif]

Dia-3TG-TOP AKT-tidur-KAUS kucing.

‘Dia meniduri kucing’.

Verba mandungoi dan mamodomi pada konstruksi kalimat di atas dilekati

oleh afiks {-i}, tetapi keduanya tidak dapat merefleksikan konstruksi kausatif

sebab kehadiran afiks tersebut memunculkan makna yang berbeda. Afiks {-i}

pada verba mandungoi memunculkan makna bahwa penyebab ibana

membangunkan pesebab bapa sehingga pesebab bapa bangun. Dua situasi mikro

tersebut tergambar dalam satu situasi makro (kausatif). Berbeda dengan itu, afiks

{-i} pada verba mamodomi memunculkan makna yang berbeda. Dalam hal ini,

agen (pelaku) ibana meniduri pasien huting dalam waktu yang lama sehingga

secara implisit bermakna bahwa pesebab huting tersebut mati. Dengan demikian,

teknik ganti sangat diperlukan dalam penelitian ini.

Teknik perluas diterapkan untuk mengetahui segi-segi kemaknaan

(semantis) satuan lingual tertentu (Sudaryanto, 1993: 55). Teknik perluas ini dapat

dilakukan pada sebuah konstruksi dengan cara menambahkan unsur di depan

Universitas Sumatera Utara

Page 66: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

64

kalimat (teknik perluas ke depan) dan menambahkan unsur di belakang kalimat

(teknik perluas ke belakang). Dalam penelitian ini, teknik perluas digunakan

untuk menghasilkan sebuah predikat baru dalam membentuk kausatif analitik.

(23) (a) Ibana mangombak saba. [kalimat sematan]

Dia-3TG-TOP AKT-cangkul sawah.

‘Dia mencangkul sawah’.

(b) Oma do manuru ibana mangombak saba. [kausatif analitik]

Ibu-TOP T V-KAUS dia-3TG AKT-cangkul sawah.

‘Ibu menyuruh dia mencangkul sawah’.

Dalam konstruksi kausatif di atas, kalimat ibana mangombak saba

merupakan kalimat sematan yang dibawahi oleh kalimat matriks oma do manuru.

Adanya penambahan unsur di depan kalimat sematan berupa verba kausatif

manuru telah membentuk konstruksi kausatif analitik seperti contoh di atas.

Dengan demikian, teknik ini juga digunakan dalam menganalisis data penelitian.

Teknik sisip digunakan untuk mengetahui kadar keeratan unsur-unsur

dalam sebuah konstruksi kalimat (Sudaryanto, 1993: 64). Dengan penggunaan

teknik sisip ini diharapkan dapat diketahui kadar keeratan unsur-unsur yang

disisipi. Terkait dengan penelitian ini, teknik sisip digunakan untuk menentukan

tipe kausatif berdasarkan parameter semantis. Hal itu dilakukan dengan

menyisipkan fitur semantis kesengajaan seperti contoh di bawah ini.

(24) (a) Ibana do na sangajo mangarobur artana.

Dia-3TG-TOP T Pe sengaja AKT-hancur-KAUS harta-3TG.

‘Dia sengaja menghancurkan hartanya’.

(b) Ibana do na sangajo mangaroburhon artana.

Dia-3TG-TOP T Pe sengaja AKT-hancur-KAUS harta-3TG.

‘Dia sengaja menghancurkan hartanya’.

Secara sekilas verba mangarobur dan mangaraburhon yang terdapat

dalam konstruksi kalimat di atas menunjukkan kesamaan makna, namun

Universitas Sumatera Utara

Page 67: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

65

kehadiran fitur semantis kesengajaan menunjukkan adanya nuansa makna pada

keduanya. Apabila dihubungkan dengan parameter semantis, kedua konstruksi

tersebut menunjukkan rentang waktu yang berbeda antara komponen penyebab

dan komponen akibat. Dengan demikian, teknik sisip juga digunakan dalam

penelitian ini untuk menentukan parameter semantis.

Teknik berikutnya adalah teknik balik. Penerapan teknik balik ini berupa

pembalikan unsur satuan lingual. Tujuan teknik balik ini adalah untuk mengukur

kadar ketegaran letak unsur lingual dalam sebuah konstruksi kalimat (Sudaryanto,

1993: 72--74). Dalam penelitian ini, teknik balik digunakan untuk

mendeskripsikan proses perpindahan unsur-unsur dalam konstruksi nonkausatif

membentuk konstruksi kausatif dalam bBT.

(25) (a) Use tesna.

AKT-tumpah teh-3TG-TOP.

‘Tehnya tumpah’.

(b) Dakdanak i do mambahen use tesna.

Anak-TOP Pron T V-KAUS AKT-tumpah teh-3TG.

‘Anak itu membuat tumpah tehnya.

(c) Dakdanak i do mambahen tesna use.

Anak-TOP Pron T V-KAUS teh-3TG AKT-tumpah.

‘Anak itu membuat tehnya tumpah’.

Teknik terakhir adalah teknik ubah wujud (parafrasa). Teknik ubah wujud

atau parafrasa ini sering disebutkan sebagai teknik perubahan bentuk (Sudaryanto,

1993: 82). Teknik ubah wujud ini merupakan sebuah teknik dengan cara

memparafrasakan atau mengubah bentuk dari satuan lingual yang dianalisis.

Perubahan wujud atau parafrasa yang merupakan hasil dari perubahan bentuk

tidak hanya harus mempertahankan informasi asli, tetapi juga harus bermakna dan

berterima/ gramatikal.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

66

(26) (a) Ai bapa do mangunsathon boras i tu jolo an.

Konj bapa-TOP T AKT-pindah-KAUS beras Pron Prep depan Pron.

‘Sebab bapak memindahkan beras itu ke depan sana’.

(b) Ai boras i na diunsathon bapa do tu jolo an.

Konj beras Pron Pe PAS-pindah-KAUS bapak-TOP T Prep depan Pron.

‘Sebab beras itu dipindahkan bapak ke depan sana’.

Kedua konstruksi di atas merupakan kausatif morfologi yang dimarkahi

oleh afiks {-hon}, baik dalam bentuk aktif, maupun dalam bentuk pasif. Teknik

ubah wujud digunakan untuk memastikan ketegaran pemarkah kausatif yang

digunakan dalam konstruksi tersebut. Oleh karena itu, teknik yang terakhir

tersebut juga digunakan dalam analisis data kajian ini.

3.6 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan

metode informal dan metode formal. Penyajian hasil analisis data secara informal

adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata yang biasa

(Sudaryanto, 1993:145). Metode ini tampak dalam penggunaan kata-kata atau

kalimat yang dikembangkan secara deduktif dan induktif. Penggunaan metode ini

membuat penjelasan lebih terperinci dan terurai.

Metode formal direalisasikan melalui pemakaian tanda, gambar, dan

diagram untuk menerangkan contoh-contoh data. Tanda yang dimaksud, yakni (1)

tanda asterik (bintang), (2) tanda kurung: kurung biasa, kurung kurawal, dan

kurung persegi, dan (3) beberapa tanda-tanda yang lain. Teknik yang digunakan

dalam penyajian hasil analisis melalui teknik konflasi, yaitu penyajian beberapa

kaidah tunggal secara berjalin sedemikian rupa sehingga membentuk satu

gabungan kaidah ganda (Sudaryanto, 1993:145).

Universitas Sumatera Utara

Page 69: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

67

Penilaian kesahihan kualitatif dibagi dalam empat jenis, yakni kompetensi

subjek riset, trustworthiness ‘layak dipercaya’, intersubjectivity agreement, dan

conscientization (Kriyantono, 2007). Teknik pemeriksaaan keabsahan data

penelitian ini menggunakan jenis trustworthiness, yaitu menguji kebenaran dan

kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami,

dirasakan, atau dibayangkan. Hal itu mencakup dua hal, yaitu sebagai berikut.

a) Authencity, periset memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan

konstruksi personal yang lebih detail sehingga memengaruhi mudahnya

pemahaman yang lebih mendalam.

b) Analisis triangulasi, menganalisis jawaban subjek dengan meneliti

kebenarannya berdasarkan data empiris (sumber data lainnya) yang

tersedia. Jawaban di-crosscheck dengan dokumen yang ada.

Berdasarkan pembagian di atas, analisis yang digunakan adalah analisis

triangulasi. Ada beberapa macam triangulasi, yakni sebagai berikut.

a) Triangulasi sumber, yakni dengan membandingkan atau mengecek ulang

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang

berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara;

membandingkan apa yang dikatakan umum dengan apa yang dikatakan

pribadi.

b) Triangulasi waktu, berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku

manusia karena manusia dapat berubah setiap waktu.

c) Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk dipadu atau

diadu, maka diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis

data supaya hasilnya komprehensif.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

68

d) Triangulasi periset, menggunakan teori dari satu periset dalam

mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing periset

mempunyai gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati

fenomena, hasil pengamatan bisa berbeda meskipun fenomenanya sama.

e) Triangulasi metode, dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik

pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.

Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi

sumber, triangulasi waktu, dan triangulasi metode.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

69

Catatan:

1Situasi sosial terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan

aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Spradley dalam Sugiyono,

2008: 215). Situasi sosial tersebut dapat ditemukan di rumah berikut keluarga

dan aktivitasnya, orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang ngobrol, atau di

tempat kerja, di kota, di desa, atau wilayah suatu negara.

2Tipe DCT yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe campuran DCT

format klasik dan versi DCT terbaru yang dikembangkan oleh Billmyer dan

Varghese (dalam Sukerti, 2013: 201). Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe

verbal respons terbuka dengan pemaparan situasi percakapan yang diberikan

secara lebih terperinci dan disertai pancingan ujaran lawan tutur. Kasper dan

Dahl 1991 (dalam Sukerti, 2013: 201) mendefinisikan DCT sebagai kuesioner

tertulis berisi deskripsi singkat mengenai situasi tuturan yang dirancang untuk

menjaring pola tuturan yang digunakan oleh narasumber bahasa berdasarkan

situasi yang diberikan. Kuesioner DCT ini digunakan untuk menjaring pola

tuturan langsung (respons verbal) yang muncul pada situasi rekaan percakapan

yang berbeda-beda. Data tertulis yang dijaring menggunakan kuesioner DCT ini

digunakan untuk mendukung korpus data lisan dan sebagai dasar pengecekan

ulang satuan lingual yang muncul dalam tuturan lisan.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Pengantar

Penelitian ini memaparkan konstruksi kausatif yang terdapat dalam bBT.

Pemaparan pertama diawali dengan mengemukakan tipe kausatif berdasarkan

parameter formal dan parameter semantis. Dalam hal ini, kausatif leksikal,

kausatif morfologis, kausatif analitik, kausatif sejati, kausatif permisif, kausatif

langsung, dan kausatif tak langsung menjadi bahasan dalam kajian ini. Pemaparan

kedua dilanjutkan dengan mengemukakan struktur yang membangun konstruksi

kausatif. Dalam hal ini, teori Penguasaan dan Pengikatan digunakan untuk

menggambarkan perpindahan unsur dalam membentuk konstruksi kausatif yang

dapat diamati melalui peristiwa penambahan argumen, perubahan relasi

gramatikal, dan peningkatan jumlah valensi.

4.2 Tipe Kausatif Bahasa Batak Toba

Pembagian tipe kausatif didasarkan pada dua parameter, yakni parameter

formal - kausatif leksikal, kausatif morfologis, dan kausatif analitik, dan

parameter semantis - tingkat kendali yang diterima oleh pesebab dan kedekatan

hubungan terjadinya komponen penyebab dan pesebab.

4.2.1 Parameter Formal

Ketiga tipe kausatif berdasarkan parameter formal, yakni kausatif leksikal,

kausatif morfologis, dan kausatif analitik, cukup banyak ditemukan dalam bBT.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

71

Namun, intensitas penggunaan ketiga tipe tersebut berbeda satu sama lain sesuai

dengan kebutuhan masyarakat penutur bBT.

4.2.1.1 Kausatif Leksikal

Ada tiga subtipe verba dalam bBT yang membentuk konstruksi kausatif

leksikal (Payne, 2002: 179), yakni (1) subtipe verba yang tidak mengalami

perubahan (no change in verb), (2) subtipe verba yang memiliki keunikan (some

idiosyncratic change in verb), dan (3) subtipe verba berbeda dalam membentuk

konstruksi kausatif (different verb). Verba tersebut menuangkan situasi-situasi

mikro dalam satu kejadian.

Subtipe pertama merupakan subtipe kausatif leksikal yang tidak

mengalami perubahan dalam verba pembentuknya. Berdasarkan data yang

ditemukan, subtipe tersebut tidak terdapat dalam bBT. Pada umumnya, subtipe

tersebut terdapat dalam bahasa Inggris, yakni pada verba broke. Verba ini tidak

mengalami perubahan sama sekali, baik dalam konstruksi nonkausatif maupun

dalam konstruksi kausatif.

Subtipe kedua merupakan subtipe kausatif leksikal yang menggolongkan

verba yang istimewa (khas) sebagai dasar konstruksi kausatif. Verba ini

mendeskripsikan peristiwa kausal tanpa bantuan afiks pada kausatif morfologis

dan verba kausatif pada kausatif analitik. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa

afiks dalam verba tersebut bukan pemarkah kausatif seperti yang terdapat dalam

kausatif morfologis, melainkan hanya penanda diatesis, baik aktif maupun pasif.

(27) (a) Pultak gambiri.

AKT-pecah kemiri-TOP.

‘Kemiri pecah.’

Universitas Sumatera Utara

Page 74: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

72

(b) Hatana mamultak gambiri.

Perkataan-3TG-TOP AKT-pecah-KAUS kemiri.

‘Perkataannya memecah kemiri.’

(28) (a) Gargar dolok i.

AKT-pecah bukit-TOP Pron.

‘Bukit itu pecah.’

(b) Ro udan na gogo manggargar dolok i.

Datang hujan-TOP Pe kuat AKT-pecah-KAUS bukit Pron.

‘Datang hujan yang kuat memecah bukit itu.’

(29) (a) Rumpak hau na balga na di porlak i.

AKT-tumbang kayu-TOP Pe besar Pe Prep ladang Pron.

‘Kayu yang besar yang di ladang itu tumbang.’

(b) Bapa do mangarumpak hau na balga na di porlak i.

Bapa-TOP T AKT-tumbang-KAUS kayu Pe besar Pe Prep ladang Pron.

‘Bapak menumbangkan kayu yang besar yang di ladang itu.’

Konstruksi (27a, 28a, 29a) merupakan komponen akibat yang disebabkan

oleh penyebab pada konstruksi (27b, 28b, 29b). Kategori dasar verba intransitif

pultak, gargar, dan ruppak merupakan bentuk dasar konstruksi kausatif yang

tidak mendapat pengaruh afiks sama sekali. Adapun pelekatan afiks mam- (27b),

mang- (28b), dan manga- (29b) membentuk diatesis aktif dan memunculkan

argumen baru yang bertindak sebagai subjek pada konstruksi tersebut.1

Subtipe terakhir merupakan subtipe kausatif leksikal paling murni yang

dibentuk oleh satu leksikon yang mandiri dalam menggambarkan sebab dan akibat

dengan verba yang berbeda.

(30) (a) Nunga mate nasida.

Sudah-Adv mati dia-3TG-TOP.

‘Dia sudah mati.’

(b) E tahe, sahitna i do mamunu nasida.

INT penyakit-3TG-TOP Pron T AKT-bunuh-KAUS dia-3TG.

‘Eh, itulah penyakitnya itu membunuh dia.’

Universitas Sumatera Utara

Page 75: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

73

Konstruksi (30) merupakan kausatif leksikal yang merepresentasi sebuah

leksikon dalam mengungkapkan peristiwa sebab-akibat dengan dua verba yang

berbeda. Verba mate pada komponen akibat (30a) disebabkan oleh penyebab

sahitna dalam verba mamunu pada komponen sebab (30b).2

4.2.1.2 Kausatif Morfologis

Perangkat morfologis seperti afiksasi merupakan pemarkah dalam

membentuk konstruksi kausatif morfologis. Bentuk afiks yang memiliki potensi

menjadi pemarkah kausatif dalam bBT adalah {-hon}, {-i}, {pa-/ par-}, {pa--

hon}, dan {pa--i}.

a. Afiks Kausatif {-hon}

Afiks kausatif {-hon} merupakan sufiks dalam bBT yang mampu

membentuk konstruksi kausatif. Umumnya, sufiks ini dikombinasikan dengan

prefiks mang- (serta alomorf ma-, man-, mam-, dan manga-) dan melekat pada

kategori verba intransitif, adjektiva, nomina, adverbia, dan numeralia.

(31) (a) Tolbak gadugadu ni hauma i.

AKT-longsor benteng-TOP Pron sawah Pron.

‘Benteng sawah itu longsor.’

(b) Ai ibana do hape manolbakhon gadugadu ni hauma.

Konj dia-3TG-TOP T ternyata AKT-longsor-KAUS benteng Pron sawah.

‘Sebab ternyata dia melongsorkan benteng sawah itu.’

Kehadiran afiks {-hon} pada verba intransitif tolbak mengubah konstruksi

nonkausatif (31a) menjadi konstruksi kausatif (31b). Afiks tersebut mengubah

verba tolbak menjadi transitif sehingga memunculkan sebuah argumen baru ibana

sebagai penyebab (31b) atas pesebab gadugadu ni hauma (31a). Verba intransitif

Universitas Sumatera Utara

Page 76: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

74

bBT lain yang dimarkahi oleh afiks ini terdapat pada kata mangauphon

‘menghanyutkan’, mangunsathon ‘memindahkan’, dan mangaithon ‘menarikkan’.

(32) (a) Ondol na tarsurat di patik i.

AKT-benar Pe PAS-tulis Prep titah Pron.

‘Titah yang tertulis itu benar.’

(b) Malo do pandita mangondolhon na tarsurat di patik i.

Adj T pendeta AKT-benar-KAUS Pe PAS-tulis Prep titah Pron.

‘Pendeta itu pintar membenarkan titah yang tertulis itu.’

Selain melekat pada kategori verba intransitif, afiks {-hon} juga melekat

pada kategori adjektiva. Adjektiva ondol (32a) berubah menjadi verba transitif

setelah dilekati afiks morfologis {-hon} (32b). Perubahan tersebut memunculkan

argumen baru pandita yang menjadikannya sebagai penyebab (32b) atas pesebab

na tarsurat di patik i (32a). Dengan demikian, konstruksi (32b) merupakan

konstruksi kausatif atas pesebab tersebut (32a).

Bentuk lain kategori adjektiva bBT yang memunculkan konstruksi kausatif

ditemukan pada kata mangonjathon dan mangaringkothon.

(33) (a) Onjat hirang i.

AKT-penuh keranjang Pron.

‘Keranjang itu penuh.’

(b) Eda do mangonjathon hirang i.

Ipar-TOP T AKT-penuh-KAUS keranjang Pron.

‘Ipar memenuhkan keranjang itu.’

(c) Eda do mambahen onjat hirang i.

Ipar-TOP T V-KAUS AKT-penuh keranjang Pron.

‘Ipar membuat keranjang itu penuh.’

(d) Eda do mangonjathon lasiak tu hirang i.

Ipar-TOP T AKT-penuh-KAUS cabe Prep keranjang Pron.

‘Ipar memenuhkan cabe ke keranjang itu.’

(e) Eda do mangonjathon hirang i lasiak.

Ipar-TOP T AKT-penuh-KAUS keranjang Pron cabe.

‘Ipar memenuhkan keranjang itu cabe.’

Universitas Sumatera Utara

Page 77: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

75

Kategori adjektiva onjat (33b) dan ringkot (34b) membentuk konstruksi

kausatif dengan pelekatan afiks {-hon} seperti tampak pada konstruksi berikut.

(34) (a) Ringkot singkolana.

AKT-penting sekolah-3TG-TOP.

‘Sekolahnya penting.’

(b) Jolma na burju mangaringkothon singkolana.

Orang-TOP Pe baik AKT-penting-KAUS sekolah-3TG.

‘Orang baik mementingkan sekolahnya.’

(c) Jolma na burju do mambahen ringkot singkolana.

Orang-TOP Pe baik T V-KAUS penting sekolah-3TG .

‘Orang baik membuat sekolahnya penting.’

*(d) Jolma na burju mangaringkothon halak singkolana.

Orang Pe baik-TOP AKT-penting-KAUS orang sekolah-3TG.

‘Orang baik mementingkan orang sekolahnya.’

Kedua konstruksi di atas mendeskripsikan beberapa hal. Pertama,

peristiwa akibat yang timbul pada pesebab dengan kategori dasar adjektiva onjat

(33a) dan ringkot (34a) merupakan predikat pada konstruksi nonkausatif. Kedua,

pelekatan afiks {-hon} mengubah kedua adjektiva tersebut menjadi verba transitif

sehingga memunculkan argumen baru eda (33b) dan jolma na burju (34b) yang

sekaligus menjadi penyebab dalam peristiwa kausal yang dicerminkan pada

konstruksi tersebut. Ketiga, pelekatan afiks kausatif mambahen pada konstruksi

(33c) dan (34c) merupakan uji yang paling tepat untuk membuktikan pernyataan

pertama dan kedua. Keempat, meski dibentuk oleh kategori kata yang sama,

penambahan argumen baru pada kedua konstruksi tersebut menunjukkan perilaku

yang berbeda. Penambahan argumen lasiak (33d) menunjukkan konstruksi yang

berterima, sedangkan argumen *halak (34d) tidak mampu menunjukkan hal yang

sama dengan itu. Dengan demikian, konstruksi tersebut menunjukkan

keberterimaan yang berbeda meski dibentuk atas kategori dan perlakuan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 78: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

76

sama. Selain melekat pada kategori verba intransitif dan adjektiva, afiks {-hon}

juga melekat pada kategori nomina. Perhatikan contoh berikut.

(35) (a) Balati sambilu i.

AKT-belati kulit bambu-TOP Pron.

‘Sembilu itu menjadi belati.’

(b) Ingkon mamalatihon sambilu do iba maneat pusok ni posoposo.

MOD AKT-belati-KAUS sembilu T 1TG menyayat tali pusat Pron bayi.

‘Kita harus membelatikan sembilu menyayat tali pusat bayi.’

(c) Iba mambahen balati sambilu.

Aku-1TG-TOP V-KAUS belati sembilu.

‘Aku membuat belati itu menjadi sembilu.’.

Kategori nomina pada predikat mamalatihon (35b) tentu mempersulit

pemahaman terhadap konstruksi kausatif yang dibentuk oleh nomina. Komponen

akibat (35a) dibentuk atas nomina sambilu sebagai subjek (S) dan balati sebagai

predikat (P). Biasanya fungsi predikat diisi oleh kategori verba, namun dalam

konteks ini, fungsi tersebut diisi oleh kategori nomina. Oleh karena itu, pengujian

pada (35c) dihadirkan untuk membuktikan keberterimaannya kategori nomina

dalam membentuk konstruksi kausatif.

b. Afiks Kausatif {pa- / par-}

Afiks kausatif {pa- /par-} dalam bBT berfungsi untuk membentuk kata

kerja aktif transitif. Afiks tersebut cenderung melekat pada kategori adjektiva dan

nomina.

(36) (a) Singkor na dung singkor.

AKT-pedih Pe Adv pedih-TOP.

‘Orang yang pedih jadi pedih.’

(b) Sai unang ma hita mamparsingkor na dung singkor.

Adv-selalu Adv Pe kita-TOP AKT-pedih-KAUS Pe Adv pedih.

‘Janganlah kita selalu memperpedih orang yang telah pedih.’

Universitas Sumatera Utara

Page 79: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

77

Konstruksi nonkausatif (36a) dibentuk atas kategori adjektiva singkor.

Kemudian, adjektiva tersebut mendapat pelekatan afiks {par-} sehingga

memunculkan konstruksi kausatif (36b). Pelekatan afiks tersebut memunculkan

penyebab hita dan menggeser na dung singkor ke posisi pesebab sehingga

mendeskripsikan peristiwa kausal.

Ada beberapa kategori adjektiva lainnya yang juga dapat dilekati oleh

afiks {par-}, seperti mamparrundut ‘memperkacaukan’, mampartimbo

‘mempertinggi’, mamparrejet ‘memperrata’, dan mampartoru ‘memperrendah’.

Dalam bahasa lisan, konstruksi ini cenderung digantikan oleh afiks

kausatif lainnya seperti {pa--hon}. Pada dasarnya, kedua afiks tersebut

bersubstitusi satu sama lain.

(37) (a) Timbo gadu-gaduna.

AKT-tinggi benteng-3TG-TOP.

‘Benteng sawahnya tinggi.’

(b) Ro do tulang i mampartimbo gadu-gaduna.

Datang T paman-TOP Pron AKT-tinggi-KAUS benteng-3TG.

‘Tulang itu datang mempertinggi benteng sawahnya.’

(c) Ro do tulang i patimbohon gadu-gaduna.

Datang T paman-TOP Pron AKT-tinggi-KAUS benteng-3TG.

‘Tulang itu datang mempertinggi benteng sawahnya.’

Kategori adjektiva timbo (37a) membentuk konstruksi kausatif dengan

pelekatan afiks {pa-/ par-} (37b) dan bersubstitusi dengan afiks {pa--hon}(37c).

Dalam hal ini, adjektiva timbo membentuk konstruksi kausatif dengan pelekatan

{pa-/ par-} atau {pa--hon} sehingga memunculkan argumen baru tulang sebagai

penyebab atas pesebab gadugaduna. Hal ini menunjukkan bahwa kedua afiks

tersebut bersubstitusi satu sama lain pada kategori adjektiva dalam membentuk

konstruksi kausatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

78

Berbeda dengan itu, kategori verba intransitif yang dilekati oleh kedua

afiks tersebut menunjukkan konstruksi (38a-c) yang berbeda.

(38) (a) Tupa juhut.

AKT-sedia daging-TOP.

‘Daging tersedia.’

(b) Ro halak namboru i patupahon juhut tu jabu.

Datang-V orang bibi-TOP Pron AKT-sedia-KAUS daging Prep rumah.

‘Bibi itu datang menyediakan daging ke rumah.’

*(c) Ro halak namboru i mampartupa juhut tu jabu.

Berbeda dengan konstruksi sebelumnya, konstruksi (38) menunjukkan

bahwa afiks {pa-/par-} tidak dapat bersubstitusi dengan afiks {pa--hon}.

Konstruksi kausatif yang dibentuk atas kategori verba intransitif tupa hanya

berterima apabila dilekati oleh afiks {pa--hon} (38b), sedangkan apabila dilekati

afiks {pa-/par-} konstruksi tersebut tidak berterima (38c). Tampaknya, substitusi

kedua afiks tersebut hanya berterima pada kategori adjektiva yang dilekatinya.

(39) (a) Saong bulung ni gaol.

AKT-tudung daun Pron pisang-TOP

‘Daun pisang tudung.’

(b) Dung ro udan, holan mamparsaong bulung pisang ma ibana.

Konj V hujan, Adv AKT-tudung-KAUS daun pisang Pe dia-3TG-TOP.

‘Setelah hujan datang, dia hanya mempertudung daun pisang.’

Selanjutnya, konstruksi (39a) menunjukkan bahwa verba mamparsaong

berasal dari kategori dasar nomina saong yang dilekati oleh afiks {par-}.

Pelekatan afiks tersebut memunculkan argumen baru ibana sebagai penyebab atas

pesebab bulung pisang (39b) sehingga membentuk konstruksi kausatif. Kategori

nomina tidak banyak ditemukan sebagai dasar pembentuk konstruksi kausatif

dalam bBT. Namun, data ini merupakan salah satu temuan pada bBT yang tidak

terdapat dalam bahasa lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

79

c. Afiks Kausatif {-i}

Afiks kausatif {-i} berfungsi untuk membentuk kata kerja transitif.

Pemarkah kausatif ini melekat pada bentuk dasar yang berkategori adjektiva dan

verba (transitif dan intransitif).

(40) (a) Rara sisilonna.

AKT-merah kuku-3TG-TOP .

‘Kukunya merah.’

(b) Ndang lupa ibana mangararai sisilonna.

Adv lupa dia-3TG-TOP AKT-merah-KAUS kuku-3TG.

‘Dia tidak lupa memerahi kukunya.’

Kehadiran afiks kausatif {-i} pada kategori adjektiva rara (40a)

membentuk konstruksi kausatif dan menghadirkan ibana sebagai argumen baru

dalam peristiwa sebab (40b). Pelekatan afiks ini membentuk konstruksi kausatif

dengan dua komponen, yakni penyebab ibana dan sisilonna. Kategori adjektiva

lain yang dapat dilekati oleh afiks ini terdapat pada kata mangaroai

‘menjelekkan’, mandamei ‘mendamaikan’, mamburbari ‘meributkan’,

mangarsaki ‘menyusahi’, manggunturi ‘meributkan’, mangorui ‘mengurangi’,

manjonoki ‘mendekati’, dan mandaei ‘memburukkan’.3

Selain membentuk konstruksi kausatif seperti contoh pada bagian

sebelumnya, pelekatan afiks {-i} khusus pada kategori adjektiva dapat

memunculkan konstruksi aplikatif. Hal ini perlu dibahas dalam kajian ini karena

konstruksi tersebut cenderung muncul pada afiks ini.

(41) (a) Sai holan na manggaori jabu do ulaonmu.

Adv hanya Pe AKT-ribut-APL rumah T pekerjaan-2TG-TOP.

‘Pekerjaanmu hanyalah meributi rumah.’

*(b) Ibana mambahen gaor jabu.

Dia-3TG-TOP V-KAUS ribut-Adj rumah.

‘Dia membuat rumah ribut.’

Universitas Sumatera Utara

Page 82: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

80

(c) Ibana gaor i jabu.

Dia-3TG-TOP ribut-Adj Prep rumah.

‘Dia ribut di rumah.’

Kategori adjektiva gaor yang mendapat pelekatan afiks {-i} tidak

memunculkan konstruksi kausatif (41a) seperti kategori adjektiva sebelumnya

(40b). Kategori (41a) tidak dapat mendeskripsikan peristiwa kausal seperti konsep

kausatif sebab pesebab jabu sebagai komponen tidak bernyawa [-bernyawa] tidak

mampu menimbulkan keadaan gaor seperti rujukan makna konstruksi kausatif

(41b). Konstruksi yang lebih tepat ditunjukkan pada (41c), yakni menempatkan

argumen jabu sebagai oblik pada keadaaan gaor yang ditimbulkan oleh penyebab

ibana. Dengan demikian, konstruksi (41a) merupakan konstruksi aplikatif yang

sifatnya lokatif.

Selain itu, afiks kausatif {-i} juga cenderung membentuk makna repetitif

atau iteratif seperti konstruksi berikut ini.

(42) (a) Ndang adong labana hita manirai tombak.

Adv ada untung kita-2JM-TOP AKT-garam-ITR hutan.

‘Tidak ada untungnya kita menggarami hutan.’

*(b) Hita mambahen sira tombak.

Kita-2JM-TOP V-KAUS garam hutan.

‘Kita membuat hutan garam.’

Konstruksi (42b) di atas menunjukkan bahwa konstruksi sebelumnya (42a)

bukan konstruksi kausatif melainkan konstruksi repetitif. Kategori nomina tombak

(42a) cenderung mendapat perlakuan repetitif dalam konstruksi tersebut karena

berpasangan dengan kategori nomina sira yang mendapat pelekatan afiks {-i}.

Pengujian yang paling tepat untuk membuktikannya dilakukan dengan pelekatan

verba kausatif mambahen (42b). Itu sebabnya, pelekatan afiks tersebut tidak

selamanya membentuk konstruksi kausatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

81

Bentuk lain yang juga dapat dibahas dalam kajian ini merupakan kategori

yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

(43) (a) Nang pe marsahit, ro do ibana mangapuli na agoan ama.

Konj Pe AKT-sakit, datang T dia-TOP menghibur Pe kehilangan ayah.

‘Meski sakit, dia datang menghibur anak yatim itu.’

*(b) Ibana mambahen apul na agoan ama.

Dia-3TG-TOP V-KAUS hibur Pe kehilangan ayah.

‘Dia membuat anak yatim hibur.’

(c) Ibana mambahen tarapul na agoan ama.

Dia-3TG-TOP V-KAUS PAS-hibur Pe kehilangan ayah.

‘Dia membuat anak yatim terhibur.’

Ketidakberterimaan konstruksi (43b) telah digantikan oleh konstruksi

(43c) melalui penambahan pemarkah diatesis pasif {tar-}. Hal ini menunjukkan

bahwa makna yang dikandung oleh verba transitif apul yang mendapat pelekatan

afiks {-i} (43a) bukanlah konstruksi kausatif.

Temuan lain yang juga merupakan kekhasan konstruksi kausatif bBT

tampak pada pelekatan afiks {-i} pada kategori verba. Pada umumnya, afiks

tersebut hanya melekat pada kategori adjektiva dan nomina, namun contoh berikut

menunjukkan bahwa afiks tersebut juga melekat pada kategori verba.

(44) (a) Hehe oma.

AKT-bangkit ibu-TOP.

‘Ibu bangkit.’

(b) Ahu do manghehei oma.

Aku-1TG-TOP T AKT-bangkit-KAUS ibu.

‘Aku membangkitkan ibu.’

Kategori verba hehe (44a) yang dilekati oleh afiks {-i} memunculkan

penyebab ahu sehingga membentuk konstruksi kausatif. Pelekatan afiks tersebut

mendeskripsikan peristiwa kausal melalui penyebab ahu dan pesebab oma yang

dibentuk oleh verba intransitif hehe. Kategori verba bBT seperti mamborhati

Universitas Sumatera Utara

Page 84: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

82

‘memberangkatkan’, manangkoki ‘menaikkan’, dan mangalohai ‘meruntuhkan’

juga dapat memunculkan konstruksi kausatif seperti manghehei. Berbeda dengan

bBT, kategori verba seperti itu tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia.

d. Afiks Kausatif {pa- -hon/ par- -hon}

Bentuk afiks kausatif {pa--hon} dan {par--hon} berfungsi untuk

membentuk kata kerja transitif dan membentuk kontsruksi kausatif pada kategori

verba intransitif, adjektiva, adverbia, dan nomina.

(45) (a) Tolhas tona i.

AKT-sampai pesan-TOP Pron.

‘Pesan itu sampai.’

(b) Dung i ro ma ibana patolhashon tona i.

Konj Pron datang Pe dia-3TG-TOP AKT-sampai-KAUS pesan Pron.

‘Setelah itu, datanglah dia menyampaikan pesan itu.’

Konstruksi (45b) di atas menunjukkan bahwa kategori verba intransitif

tolhas (45a) membentuk konstruksi kausatif setelah dilekati oleh kombinasi afiks

{pa--hon}. Pelekatan tersebut memunculkan ibana sebagai penyebab dan tona

sebagai pesebab pada peristiwa kausal patolhashon.

Ada banyak kategori verba intransitif yang mendapat pelekatan afiks {pa--

hon} dan memunculkan konstruksi kausatif seperti tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Pelekatan Afiks {pa--hon} pada Kategori Verba Intransitif

No. Kata dasar Kausatif Makna

1. Dabu padabuhon Menjatuhkan

2. Ro parohon Mendatangkan

3. Modom papodomhon menidurkan

4. Sae pasaehon Menyiapkan

5. Sidung pasidunghon Menyelesaikan

6. Ulak paulakhon Mengembalikan

7. Masa pamasahon mengembalikan

8. Ihut paihuthon mengikutkan

9. Tupa patupahon menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara

Page 85: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

83

10. Jojor pajojorhon membariskan

11. Jongjong pajongjonghon mendirikan

12. Hehe pahehehon membangkitkan

13. Borhat paborhathon memberangkatkan

14. Unduk paundukhon menundukkan

15. Bungkuk pabungkukhon Membungkukkan

16. Unsat paunsathon Memindahkan

17. Tait pataithon menyentakkan

18. Juguk pajugukhon mendudukkan

19. Eret paerethon memindahkan

20. Togu patoguhon meneguhkan

21. Ruhot goyang menggoyangkan

Selain itu, afiks {pa--hon} juga melekat pada kategori adjektiva, namun

produktivitasnya berbeda dengan pelekatan pada kategori verba sebelumnya.

(46) (a) Balga halak si Naomi.

AKT-besar orang ART Naomi-TOP.

‘Orang si Naomi besar.’

(b) Ai Ompung do pabalgahon halak si Naomi saleleng on.

Konj nenek-TOP T AKT-besar-KAUS orang ART Naomi Adv Pron.

‘Sebab nenek membesarkan orang si Naomi selama ini.’

Kategori adjektiva balga mendapat pelekatan afiks {pa--hon} sehingga

membentuk konstruksi kausatif (46b). Argumen baru ompung yang dimunculkan

pada konstruksi (46b) tersebut mengisi fungsi subyek (S) setelah adjektiva balga

berubah menjadi verba transitif pabalgahon dan membuat halak si Naomi

bergeser ke posisi objek langsung (OL).

Bentuk seperti di atas ditemukan pada beberapa kata dalam bBT seperti

tampak dalam tabel berikut.

Tabel 7. Pelekatan Afiks {pa--hon} pada Kategori Adjektiva

No. Kata dasar Kausatif Makna

1. Tangkas patangkashon menjelaskan

2. Tolbak patolbakhon melongsorkan

3. Gok pagokhon memenuhkan

4. Las palashon Menyenangkan

5. Sangap pasangaphon menghormati

Universitas Sumatera Utara

Page 86: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

84

6. Tata patatahon mementahkan

7. Hansit pahansithon menyakitkan

8. Dirgak padirgakhon menegakkan

9. Tigor patigorhon meluruskan

10. Bolak pabolakhon melebarkan

11. Hantus pahantushon menetapkan

12. Suda pasudahon menghabiskan

13. Timbo patimbohon meninggikan

14. Gogo pagogohon menguatkan

15. Lehet palehethon mengindahkan

16. gale pagalehon melemahkan

17. Hatop pahatophon mencepatkan

18. Sabas pasabashon memuaskan

19. Lambas palambashon melapangkan

20. Tipak patipakhon membereskan

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

Songe

benget

burju

toltol

uli

hinsa

ganjang

gotap

malo

ingot

lua

ture

denggan

torang

mora

siat

godang

ringgas

raek

otik

domu

pasongehon

pabengethon

paburjuhon

patoltolhon

paulihon

pahinsahon

paganjanghon

pagotaphon

pamalohon

paingothon

paluahon

paturehon

padengganhon

patoranghon

pamorahon

pasiathon

pagodanghon

paringgashon

paraekhon

paotikhon

padomuhon

menakutkan

menabahkan

membaikkan

menegangkan

mencantikkan

menyemangatkan

memanjangkan

memutuskan

mencerdaskan

mengingatkan

melepaskan

merapikan

membaikkan

menerangkan

mengayakan

mengizinkan

membanyakkan

merajinkan

membasahkan

menyedikitkan

menghubungkan

Selanjutnya, afiks {pa--hon} juga melekat pada kategori adverbia seperti

yang tampak dalam contoh berikut.

(47) (a) Lobi pisik-pisik i.

AKT-lebih remah-remah Pron.

‘Remah-remah itu lebih.’

(b) Ompung do palobihon pisik-pisik i.

Nenek-TOP T AKT-lebih-KAUS remah-remah Pron.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

85

‘Nenek melebihkan remah-remah itu.’

Kategori adverbia lobi (47a) dilekati oleh afiks {pa--hon} dan membentuk

konstruksi kausatif (47b). Sesuai dengan fungsinya, kategori adverbia dikenal

sebagai penjelas pada kategori verba, adjektiva, dan adverbia lain. Oleh karena

itu, kategori kata ini tidak banyak ditemukan dalam bBT karena tugasnya yang

hanya menjelaskan tiga kategori sebelumnya - yang tentu telah memenuhi

konstruksi kausatif seperti penjelasan pada bagian terdahulu.

Sama dengan kategori adverbia, kategori numeralia juga dapat dilekati

oleh afiks {pa--hon}, namun tidak banyak ditemukan dalam bBT.

(48) (a) Sada halak i.

AKT-satu orang-TOP Pron.

‘Orang itu satu.’

(b) Adong do natua-tua ni huta pasadahon halak i.

Ada T orang tua-TOP Pron kampung AKT-satu-KAUS orang Pron.

‘Ada para tetua kampung menyatukan orang itu.’

Kategori numeralia sada yang dilekati oleh afiks kausatif {pa--hon}

memunculkan konstruksi kausatif (48b), namun hal itu tidak sama dengan

kategori numeralia dua (49b) di bawah ini. Hal itu disebabkan oleh perilaku

numeralia sada yang berpotensi membentuk konstruksi kausatif yang tidak

dimiliki oleh numeralia dua seperti contoh berikut ini.

(49) (a) Dua halak i.

Dua orang-TOP Pron.

‘Orang itu dua.’

*(b) Adong do natua-tua ni huta paduahon halak i.

(50) Ho ma na paduahon manjaha liturgi i.

Kau-2TG-TOP Pe Pe yang kedua AKT-baca liturgi Pron.

‘Kaulah yang kedua membaca liturgi itu.’

Universitas Sumatera Utara

Page 88: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

86

Satu-satunya kategori numeralia yang berpotensi membentuk konstruksi

kausatif hanyalah numeralia sada. Apabila kategori numeralia lainnya dilekati

oleh afiks kausatif {pa--hon}, konstruksi yang muncul bukanlah konstruksi

kausatif, melainkan konstruksi kata yang memiliki makna ‘urutan yang ke....’. Itu

sebabnya, numeralia dua yang terdapat dalam konstruksi (49b) tidak berterima.

Keberterimaan numeralia dua yang dilekati oleh afiks {pa--hon} tampak dalam

konstruksi (50), namun tidak membentuk konstruksi kausatif seperti dalam

konstruksi (48b).

Berikut ini disajikan satu contoh konstruksi kausatif bBT yang dilekati

oleh afiks {pa--hon} dan sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

(51) (a) Dumarede iluna.

PAS-tercurah air mata-3TG-TOP.

‘Air matanya tercurah.’

(b) Ndang mansohot ibana mampardumaredehon iluna.

Adv berhenti dia-3TG-TOP AKT-curah-KAUS air mata-3TG.

‘Dia tidak berhenti mencurahkan air matanya.’

Kategori verba transitif mampardumaredehon (51b) merupakan konstruksi

kausatif yang mendeskripsikan peristiwa kausal pada penyebab ibana dan pesebab

iluna (51a). Konstruksi tersebut mengandung berbagai unsur imbuhan yang

melekat dan masing-masing memberi nuansa imbuhan. Pertama, awalan {mam-}

berdiri sebagai imbuhan pembentuk aktif transitif. Kedua, awalan {par-} berdiri

sebagai pembentuk aktif transitif. Ketiga, kata dasar kategori verba dede.

Keempat, sisipan {-um-} yang melekat pada awalan {mam-} memunculkan

makna aktif transitif pada kata dasar dede. Kelima, sisipan {-ar-} yang ekuivalen

dengan sisipan {-al-} dalam bBT yang memunculkan makna ‘ramai, berulang’.

Terakhir, akhiran {-hon} yang muncul dalam memberi nuansa pemberi makna

Universitas Sumatera Utara

Page 89: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

87

aktif transitif. Tentulah sangat sukar menerangkan satu arti dari kompleksitas

nuansa yang merujuk pada satu pengertian. Namun, perlu diketahui bahwa

intensitas maksud dan kesengajaan sangat jelas terlihat dalam konstruksi tersebut,

terbukti dari adanya beberapa imbuhan pengaktif yang dilekatkan di dalamnya.

Dalam hal ini, verba tersebut dapat menunjukkan konstruksi kausatif morfologis

dengan adanya unsur [+kesengajaan] yang merupakan fitur pada tipe kausatif

berdasarkan parameter semantis. Oleh karena itu, sebagai bagian dari fenomena

bBT, konstruksi seperti ini juga merupakan temuan khas dalam kajian ini.

e. Afiks Kausatif {pa- -i}

Bentuk kombinasi afiks kausatif {pa--i} hanya melekat pada kategori

adjektiva dalam bBT seperti tampak pada contoh berikut ini.

(52) (a) Ahu gogo saleleng on.

Aku-1TG-TOP kuat Adv Pron.

‘Aku kuat selama ini.’

(b) Haporseaonhu do na mampargogoi ahu saleleng on.

Kepercayaan-1TG-TOP T Pe AKT-kuat-KAUS aku-1TG Adv Pron.

‘Kepercayaanku menguatkan aku selama ini.’

Konstruksi (52b) di atas menunjukkan bahwa verba mampargogoi

memunculkan argumen baru berupa haporseaon yang membuatnya menjadi

penyebab atas akibat yang ditimbulkan pada pesebab ahu (52a). Afiks ini tidak

banyak ditemukan dalam bBT.

Kelima afiks yang dikemukakan di atas merupakan pemarkah dalam

konstruksi kausatif bBT. Fenomena yang terkait dengan pemarkah tersebut

dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

88

4.2.1.3 Kausatif Analitik

Kausatif analitik merupakan kausatif yang menunjukkan peristiwa kausal

dengan dua predikat (sebab dan akibat) yang terpisah. Dalam bBT, konstruksi ini

dibentuk dengan melekatkan verba kausatif mambahen, manuru, dan mangido.

Penggunaan verba tersebut dibedakan berdasarkan kategori yang dilekati dan

makna yang diungkapkan. Verba mambahen melekat pada kategori verba

(transitif dan intransitif), adjektiva, nomina, adverbia, dan numeralia, sedangkan

verba mangido dan manuru hanya dapat melekat pada kategori verba transitif dan

intransitif. Berikut ini disajikan contoh pelekatan verba kausatif mambahen pada

kategori adjektiva.

(53) (a) Muruk partigatiga. [adjektiva]

AKT-marah pedagang-TOP.

‘Pedagang marah.’

(b) Ama-ama na bolon i do mambahen muruk partigatiga.

Bapak-bapak-TOP Pe besar Pron T V-KAUS AKT-marah pedagang.

‘Bapak-bapak itu membuat pedagang marah.’

Konstruksi (53a) dibentuk atas kategori adjektiva muruk dengan adanya

satu argumen sebagai subjek (S). Penyematan verba kausatif mambahen dalam

konstruksi tersebut menghadirkan argumen baru ama-ama na bolon sebagai

subjek baru (53b) sehingga keberadaannya menjadi penyebab atas akibat yang

ditimbulkan pada pesebab dalam klausa dasar (53a). Hal ini menunjukkan bahwa

dalam sebuah konstruksi terdapat dua predikat terpisah sebagai komponen sebab-

akibat; PRED1 mambahen sebagai komponen sebab dan PRED2 muruk sebagai

komponen akibat.

Selain melekat pada kategori adjektiva, verba mambahen juga melekat

pada kategori verba seperti tampak pada contoh berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

89

(54) (a) Ahu manodo ho. [verba transitif]

Aku-1TG-TOP AKT-pilih kamu-2TG.

‘Aku memilih kamu.’

(b) Tona ni Bapa na hinan do mambahen ahu manodo ho.

Pesan Bapak-TOP Pe dulu T V-KAUS aku-1TG AKT-pilih kamu-2TG

‘Pesan almarhum Bapak membuat aku memilih kamu.’

Konstruksi di atas dibentuk oleh verba transitif, yakni ahu sebagai subjek

(S) dan ho sebagai objek langsung (OL) dalam klausa dasar (54a). Penyematan

verba kausatif mambahen menyebabkan penambahan argumen ahu pada

konstruksi sebelumnya dan menggeser posisi argumen ho. Verba ini membentuk

konstruksi kausatif pada klausa dasar intransitif, ekatransitif, dan dwitransitif.

Selain verba mambahen seperti contoh di atas, verba mangido dan manuru

juga dapat memunculkan makna kausatif dalam bBT. Penggunaan verba ini

terbatas pada kategori verba (transitif dan intransitif).

(55) (a) Laho ahu tu jabu ni ompung. [verba intransitif]

AKT-pergi aku-1TG-TOP Prep rumah Pron nenek.

‘Aku pergi ke rumah nenek.’

(b) Oma do manuru ahu laho tu jabu ni ompung.

Ibu-TOP T V-KAUS aku-1TG pergi Prep rumah Pron nenek.

‘Ibu menyuruh aku pergi ke rumah nenek.’

(56) (a) Mian di jabu ni nantulang ahu. [verba intransitif]

AKT-tinggal Prep rumah Pron bibi aku-1TG.

‘Aku tinggal di rumah bibi.’

(b) Nantulang do mangido ahu mian di jabuna.

Bibi-TOP T V-KAUS aku-1TG AKT-tinggal Prep rumah-3TG.

‘Nantulang meminta aku tinggal di rumahnya.’

Verba manuru disematkan pada klausa dasar (55a) yang dibentuk atas

verba intransitif laho. Kehadiran verba manuru membuat klausa dasar tersebut

membentuk konstruksi kausatif sehingga verba tersebut menjadi PRED1

(komponen sebab) dan verba laho pada klausa dasar menjadi PRED2 (komponen

Universitas Sumatera Utara

Page 92: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

90

akibat). Bentuk yang sama tampak pada konstruksi (56b) yang menempatkan

verba kausatif mangido sebagai PRED 1 dan mian sebagai PRED2.

Konstruksi kausatif analitik yang menunjukkan perubahan valensi dan

relasi gramatikal dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4.2.2 Parameter Semantis

Selain parameter formal, kausatif juga dibedakan berdasarkan parameter

semantis. Parameter ini diperlukan untuk mengetahui makna yang ditampilkan

oleh konstruksi kausatif, baik dengan pelekatan afiks, maupun dengan pelekatan

verba kausatif.

4.2.2.1 Kausatif Sejati dan Permisif

Satu dari bagian parameter semantis dilihat berdasarkan tingkat kendali

yang diterima oleh penyebab. Dalam hal ini, parameter tersebut dibedakan atas

kausatif sejati dan kausatif permisif. Kausatif sejati terbentuk apabila penyebab

hanya memiliki kemampuan untuk menimbulkan akibat, sedangkan kausatif

permisif terbentuk apabila penyebab memiliki kemampuan untuk mencegah

terjadinya akibat. Perhatikan contoh berikut.

(57) (a) Gotap angka rabis ni gaol.

AKT-putus Num dahan Pron pisang-TOP.

‘Dahan-dahan pisang itu putus.’

(b) Digotaphon bapa angka rabis ni gaol i.

PAS-putus-KAUS bapak-TOP Num dahan Pron pisang Pron.

‘Dahan-dahan pisang itu diputuskan oleh bapak.’

Pada konstruksi (57b) di atas, penyebab bapa memiliki kemampuan untuk

mencegah terjadinya komponen akibat (57a). Sebagai entitas yang bernyawa

Universitas Sumatera Utara

Page 93: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

91

[+bernyawa], tentu bapa memiliki potensi untuk mencegah agar angka rabis ni

gaol tidak mengalami keadaan gotap. Konstruksi seperti inilah yang disebut

sebagai kausatif permisif, yakni penyebab berpotensi mencegah akibat dari

tindakan yang dilakukannya.

(58) (a) Loha sopo i.

AKT-runtuh gubuk-TOP Pron.

‘Gubuk itu runtuh.’

(b) Lalo na gogo do mangalohai sopo i.

Gempa-TOP Pe kuat T AKT-runtuh-KAUS gubuk Pron.

‘Gempa yang kuat meruntuhkan gubuk itu.’

Hal yang berbeda tampak pada konstruksi (58b). Penyebab lalo na gogo i

merupakan entitas yang tidak bernyawa [-bernyawa] sehingga tidak memiliki

kendali sama sekali untuk mencegah terjadinya akibat loha sopo i (58a). Itu

sebabnya, sebagai entitas yang tidak bernyawa [-bernyawa], entitas tersebut hanya

memiliki kemampuan untuk menimbulkan akibat dan tidak memiliki kemampuan

untuk mencegah akibat. Kesejatian penyebab tersebut membuatnya dinamakan

sebagai kausatif sejati. Sifat kebernyawaan [ bernyawa] itu mengisyaratkan

bahwa penyebab bernyawa [+bernyawa] cenderung dilakukan dengan sengaja,

sedangkan penyebab tidak bernyawa [-bernyawa] cenderung dilakukan dengan

tidak sengaja.

Selain itu, adanya sifat [ kontak] antara penyebab dan pesebab menjadi

bahasan dalam kajian ini. Kelangsungan kontak tersebut didasarkan pada

kemampuan penyebab dalam mencegah atau menimbulkan akibat yang dialami

oleh pesebab.

(59) (a) Rusuk albuk ni panangko. [kausatif leksikal]

PAS-tusuk lambung Pron pencuri-TOP.

‘Lambung pencuri itu tertusuk.’

Universitas Sumatera Utara

Page 94: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

92

(b) Parhuta i do mangarusuk albuk ni panangko.

ART-kampung-TOP Pron T AKT-tusuk-KAUS lambung Pron pencuri.

‘Orang kampung itu menusuk lambung pencuri.’

(60) (a) Malo ahu. [kausatif morfologis]

AKT-cerdas aku-1TG-TOP.

‘Aku cerdas.’

(b) Pangajarion ni ompung do pamalohon ahu.

Pengajaran Pron nenek-TOP T AKT-cerdas-KAUS aku-1TG.

‘Pengajaran nenek mencerdaskan aku.’

(61) (a) Suda jagal i. [kausatif analitik]

AKT-habis daging-TOP Pron.

‘Daging itu habis.’

(b) Parhobas do mambahen suda jagal i.

Pelayan-TOP T V-KAUS AKT-habis daging Pron.

‘Pelayan membuat daging itu habis.’

Ada tiga sifat [ kontak] yang perlu dijelaskan terkait dengan ketiga

konstruksi di atas. Pertama, konstruksi kausatif leksikal (59b) menunjukkan

bahwa penyebab parhuta menyentuh albuk ni panangko secara fisik (59b)

sehingga entitas tersebut menimbulkan akibat terhadap pesebab panangko secara

langsung (59a). Kedua, konstruksi kausatif morfologis (60b) mendeskripsikan

bahwa komponen sebab pangajarion ni Ompung dan komponen akibat ahu malo

(60a) tidak terjadi secara langsung. Artinya, pangajarion ni Ompung tidak

langsung menyentuh pesebab ahu secara fisik sehingga penyebab tersebut juga

tidak menimbulkan akibat secara langsung terhadap pesebab ahu. Ketiga,

konstruksi kausatif analitik (61b) menunjukkan kontak langsung antara penyebab

dan pesebab. Tindakan penyebab parhobas (61b) secara langsung menyentuh

pesebab jagal secara fisik sehingga menimbulkan akibat suda (60a) dan dalam hal

ini, penyebab dapat mencegah akibat yang ditimbulkan. Pemetaan tersebut tidak

menyarankan pada adanya perbedaan kontak berdasarkan tipe tertentu, tetapi lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 95: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

93

didasarkan pada kemampuan penyebab dalam mencegah atau menimbulkan

akibat. Artinya, sesuai dengan penjelasan sebelumnya, apabila penyebab

[+bernyawa] maka entitas tersebut mampu mencegah akibat yang ditimbulkan,

sebaliknya apabila penyebab [-bernyawa] maka entitas tersebut hanya mampu

menimbulkan akibat.

Perbedaan ketiga konstruksi tersebut dapat dianalisis berdasarkan

beberapa pelekatan fitur semantis yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

4.2.2.2 Kausatif Langsung dan Tak Langsung

Berdasarkan parameter kedua, yakni parameter kedekatan hubungan antara

penyebab dan pesebab (fitur rentang durasi), kausatif dibedakan menjadi kausatif

langsung dan kausatif tidak langsung. Jika rentang durasinya pendek, terbentuk

kausatif langsung, sebaliknya jika rentang durasinya panjang, terbentuk kausatif

tak langsung. Pada dasarnya penyebab selalu diikuti oleh pesebab, namun dalam

kausatif tak langsung, pesebab terjadi beberapa saat setelah penyebab terjadi.

(62) (a) Ponggol balobas i.

AKT-patah penggaris-TOP Pron.

‘Penggaris itu patah.’

(b) Tanganna na hadal i do mamonggolhon balobas i.

Tangan-3TG-TOP Pe nakal Pron T AKT-patah-KAUS penggaris Pron.

‘Tangannya yang nakal itu mematahkan penggaris itu.’

(63) (a) Ture dapur i.

AKT-rapi dapur Pron.

‘Dapur itu rapi.’

(b) Na ringgas an omanami paturehon dapur i.

Pe Adj Pron ibu-3JM-TOP AKT-rapi-KAUS dapur Pron.

‘Ibu kami rajin merapikan dapur.’

Universitas Sumatera Utara

Page 96: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

94

Konstruksi kausatif morfologis (62b) menunjukkan bahwa proses yang

terjadi antara tindakan yang dilakukan penyebab hadal ni tanganna terhadap

akibat ponggol yang ditimbulkan pada pesebab balobas (62a) berlangsung secara

cepat. Hal itu berbeda dengan proses yang berlangsung lebih lama pada penyebab

omanami (63b) terhadap akibat dapur ture (63a). Proses mamonggolhon (62b)

memerlukan waktu yang lebih singkat dibanding proses paturehon (63b).

Perbandingan durasi antara penyebab dan pesebab pada kedua konstruksi tersebut

menunjukkan kelangsungan kausatif yang dibentuknya. Itu sebabnya, konstruksi

(62b) merupakan kausatif langsung, sedangkan konstruksi (63b) merupakan

kausatif tidak langsung.

Pemetaan kausatif langsung dan tak langsung yang didasarkan pada

rentang durasi tidak dapat disimpulkan secara mutlak. Hal itu dipengaruhi oleh

kategori kata, tipe kausatif berdasarkan parameter formal, dan jarak konseptual

penyebab dan pesebab dalam konstruksi tersebut. Pembahasan lebih lanjut

dijelaskan pada bagian berikutnya.

4.3 Struktur Kausatif Bahasa Batak Toba

Penstrukturan konstruksi kausatif dilakukan berdasarkan jumlah klausa

yang membentuk konstruksi tersebut. Konstruksi kausatif morfologis dan kausatif

leksikal membentuk struktur monoklausa, sedangkan konstruksi kausatif analitik

membentuk struktur biklausa.

(1) Struktur monoklausa

(64) (a) Onjat goni i. [kausatif morfologis]

AKT-penuh goni-TOP Pron.

‘Goni itu penuh.’

Universitas Sumatera Utara

Page 97: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

95

(b) Tulang do paonjathon goni i.

Paman-TOP T AKT-penuh-KAUS goni Pron.

‘Paman memenuhkan goni itu.’

(c) Goni i dionjathon tulang.

Goni-TOP Pron PAS-penuh-KAUS paman.

‘Goni itu dipenuhkan oleh paman.’

Konstruksi kausatif morfologis dibentuk atas struktur monoklausa dengan

beberapa pengujian berikut ini. Pertama, tidak ada fungsi gramatikal yang

dirangkap pada konstruksi di atas (64b). Kedua, penyebab tulang dapat mengikat

pasien dari verba transitif paonjathon (64b). Ketiga, pasien yang disebutkan pada

uji kedua dapat menjadi subjek dalam mekanisme pemasifan sehingga

memunculkan konstruksi (64c).

Selanjutnya, pembentukan kausatif morfologis tersebut menunjukkan

adanya perpindahan konstituen. Klausa sematan (64a) yang didominasi oleh FI

terdiri atas satu FN subjek goni dan verba bervalensi satu onjat. Pelekatan afiks

{pa--hon} (64b) memunculkan satu FN subjek baru tulang sehingga FN goni i

meninggalkan jejak sebelumnya dan menempati posisi objek langsung (OL).

Konstruksi (64a) Konstruksi (64b)

FI FI

I’ FN FN FV

goni i

I FV V FN

onjat tulang paonjathon

goni i

Gambar 10. Representasi Sintaksis Kausatif Morfologis bBT

Konstruksi dasar (64a) beserta derivasinya (64b) diformulasikan dalam

struktur berikut ini.

(64) (a) [K[FV[FP[P’[FI goni [I’[FV[V onjat ]]]]]]]].

Universitas Sumatera Utara

Page 98: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

96

(b) [K[FN tulang [FV paonjathoni [FP[P’[FI goni [I’[FV[Vi ]]]]]]]]].

Hal yang sama juga tampak pada kausatif leksikal. Subtipe kausatif ini

dibentuk oleh dua predikat yang sama dalam bBT.

(65) (a) Dimpal hauma i.

AKT-subur sawah-TOP Pron.

‘Sawah itu subur.’

(b) Hubang do mandimpal hauma i.

Abu jerami-TOP T V-KAUS sawah Pron.

‘Abu jerami menyuburkan sawah itu.’

Konstruksi (65a) Konstruksi (65b)

FI FI

I’ FN FN I’

hauma i

I FV I FV

dimpal hubang do

V FN

mandimpal

hauma i

Gambar 11. Representasi Sintaksis Kausatif Leksikal bBT

Tidak berbeda dengan perpindahan konstituen pada kausatif morfologis

(64b), kausatif leksikal juga menunjukkan pergeseran yang sama. Kehadiran FN

subjek baru (hubang) (65b) menggeser posisi FN subjek lama (hauma) (65a) yang

berada di bawah dominasi FI ke posisi objek langsung (OL). Dalam hal ini,

perpindahan tersebut disebabkan oleh kehadiran verba bervalensi dua mandimpal

yang menginkorporasi verba dasar dimpal (65a) sehingga hubang menjadi

penyebab atas pesebab dalam mendeskripsikan peristiwa kausal.

Konstruksi dasar (65a) beserta derivasinya (65b) diformulasikan dalam

struktur berikut ini.

(65) (a) [K[FV[FP[P’[FI hauma [I’[FV[V dimpal ]]]]]]]].

(b) [K[FN hubang [FV mandimpali [FP[P’[FI hauma [I’[FV[Vi ]]]]]]]]].

Universitas Sumatera Utara

Page 99: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

97

(2) Struktur biklausa

Pada umumnya, struktur biklausa merupakan kategori pembentuk

konstruksi kausatif analitik. Namun, dalam beberapa bahasa, konstruksi kausatif

analitik terbentuk atas struktur monoklausa. Oleh karena itu, pengujian berikut

perlu dilakukan untuk memastikan struktur yang membentuk konstruksi ini.

(66) (a) Hu tongos hepeng tu anggihu.

Aku-1TG-TOP AKT-kirim uang Prep adik-1TG.

‘Aku mengirimkan uang kepada adikku.’

(b) Oma do manuru ahu manongos hepeng tu anggihu.

Ibu-TOP T V-KAUS aku-1TG AKT-kirim uang Prep adik-1TG.

‘Ibu menyuruh aku mengirimkan uang kepada adikku.’

Konstruksi kausatif analitik di atas dibentuk atas struktur biklausa dengan

alasan sebagai berikut. Pertama, adanya rangkap pada fungsi gramatikal dalam

kausatif tersebut, yakni fungsi predikat manuru dan manongos yang terdapat

dalam satu kalimat (66b). Apabila ada dua predikat dalam satu kalimat, maka

kalimat itu terdiri atas dua klausa. Kedua, dalam hal ini, penyebab tidak dapat

mengikat pasien. Konstruksi (66b) menunjukkan bahwa pesebab ahu

berhubungan langsung dengan verba manongos pada klausa sematan (66a).

Terakhir, pasien tidak dapat menjadi subyek dari kausatif yang dipasifkan karena

penyebab yang muncul tidak berhubungan langsung dengan verba klausa sematan.

Konstruksi (66a)

FI

FN0 I’

Hu

I FV

V FN1

tongos

hepeng tu anggihu

Universitas Sumatera Utara

Page 100: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

98

Konstruksi (66b)

FI

FN0 I’

oma

I FV

do

V FP

manuru

SPES P’

P FI

FN1 I’

ahu

I FV

V FN2

manongosi

hepeng tu anggihu

Gambar 12. Representasi Sintaksis Kausatif Analitik bBT

Klausa (66a) terdiri atas verba bervalensi dua dengan FN subjek ahu dan

FN objek hepeng. Klausa sematan tersebut mengalami perpindahan konstituen

setelah kehadiran klausa matriks oma do manuru yang terdiri atas FN subjek baru

oma dan verba kausatif manuru (57b). Kehadirannya menggeser posisi FN ahu

menjadi objek tak langsung dan FN hepeng tetap menjadi objek langsung,

sedangkan verba manuru menginkorporasi verba manongos untuk menghasilkan

sebuah predikat kompleks. Adapun topikal do menempati posisi infleksional dan

berada di bawah dominasi FI karena keberadaannya sama dengan aspek telah

dalam bahasa Indonesia.4

Konstruksi dasar (66a) beserta derivasinya (66b) diformulasikan dalam

struktur berikut ini.

(66) (a) [K[FV[FP[P’[FI hu [I’[FV[V tongos [FN hepeng tu anggihu ]]]]]]]]].

Universitas Sumatera Utara

Page 101: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

99

(b) [K[FN oma [FV manuru-manongosi [FP[P’[FI ahu [I’[FV[Vi [FN hepeng

tu anggihu]]]]]]]]]].

Konstruksi berikut menggambarkan bahwa bBT memiliki tipologi struktur

yang sama dengan bahasa pada umumnya meski dibentuk dengan tata urutan kata

bertipe V-O-S. Penjelasan lebih lanjut mengenai struktur yang menggambarkan

konstruksi kausatif dan perpindahan konstruksi yang tampak dalam

pembentukannya dibahas lebih lanjut pada bab 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

100

Catatan:

1Afiks maN- dalam bBT membentuk verba transitif. Pembentukan tersebut

menghasilkan alomorf mang- jika berpadu dengan kata dasar yang diawali huruf

{a-, i-, u-, e-, o-, g-, h-, k-, w-}, alomorf man- jika berpadu dengan kata dasar

yang diawali huruf {z-, c-, d-, j-, n-, s-, t-}, alomorf manga- jika berpadu dengan

kata dasar yang diawali huruf {r-}, dan alomorf mam- jika berpadu dengan kata

dasar yang diawali huruf {p-, b-} (lihat Sinaga, 2001: 18).

2Verba yang mengindikasikan makna ‘membunuh’ cukup banyak ditemukan

dalam bBT. Selain bunu (mamunu), verba lain yang sama dengan itu adalah (1)

bija, (2) buje (mamuje), (3) todos (manodos), dan (4) pusa (mamusa). Keempat

verba tersebut mengindikasikan makna (1) membunuh dan (2) menikam, namun

tidak ditemukan data (baik lisan, maupun tulisan) mengenai keempat bentuk

verba tersebut.

3Penerjemahan kosakata bBT tersebut disesuaikan dengan makna kata yang paling

tepat dan berterima dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003).

Misalnya, kata mangarsaki dalam bBT mengandung dua makna kausatif yang

berterima dalam bI, yakni ‘menyusahi’ dan ‘menyusahkan’, namun ‘menyusahi’

merupakan padanan kata yang paling tepat untuk memaknai kata tersebut.

4Partikel do dalam bBT berfungsi sebagai pemarkah topik yang tempatnya tepat

setelah topik meskipun fungsi-fungsi sintaksis dalam kalimat itu dipertukarkan.

Partikel ini (1) mengandung makna eksklusif yang menegaskan bahwa topiklah

yang terjadi dan bukan yang lain, (2) cenderung menyiratkan waktu lampau

yang menyatakan bahwa kejadian itu telah terjadi pada waktu lampau, (3)

menyatakan bahwa perintah itu merupakan desakan/ saran penyapa untuk

melakukan tindakan tertentu (Sibarani, 1997: 216).

Universitas Sumatera Utara

Page 103: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

101

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Pengantar

Bagian ini menjelaskan fenomena yang terdapat dalam kausatif, baik

berdasarkan paramater formal, maupun berdasarkan paramater semantis.

Fenomena tersebut diteliti melalui rujukan teori sehingga menghasilkan temuan

penelitian. Itu sebabnya, kajian mengenai aplikatif, valensi, konstruksi resultatif,

serta relasi gramatikal turut menjadi bahasan dalam memaparkan temuan kausatif

bBT berdasarkan parameter formal, sedangkan berdasarkan parameter semantis,

kajian mengenai struktur logis verba digunakan untuk mengetahui kadar

kelangsungan penyebab dan pesebab. Selain itu, struktur kausatif yang dinyatakan

dengan diagram X-Bar dan perpindahan konstituen juga dijelaskan sesuai dengan

struktur kalimat bBT dalam kajian ini.

5.2 Tipe Kausatif Bahasa Batak Toba

Sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan pada bagian

sebelumnya, telah dijelaskan bahwa semua pembagian tipe kausatif, baik

berdasarkan parameter formal, maupun berdasarkan parameter semantis (Comrie,

1983: 159) ditemukan dalam bBT.

5.2.1 Parameter Formal

Tipe kausatif bBT berdasarkan parameter formal ditemukan dengan

pelekatan verba khas pada kausatif leksikal, pelekatan afiks {-hon, -i, pa-, pa--

Universitas Sumatera Utara

Page 104: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

102

hon, dan pa--i} pada kausatif morfologis, dan pelekatan verba kausatif

mambahen, mangido, dan manuru pada kausatif analitik.

5.2.1.1 Konstruksi Kausatif Leksikal

Kausatif leksikal merupakan kausatif yang dinyatakan oleh sebuah

leksikon tanpa melalui proses produktif apa pun. Dalam hal ini, Comrie (1983:

161) menyebut bahwa di antara semua tipe kausatif, kausatif ini merupakan

kausatif yang paling tidak sistematis (unsystematic) karena relasi antara peristiwa

sebab dan akibat tidak dapat dijelaskan secara gamblang seperti pada kausatif

morfologis dan kausatif analitik. Pada umumnya, kausatif ini diwakili oleh

pasangan pelengkap (suppletive pairs), seperti dalam bahasa Russian ubit ‘to kill’

dan umerest ‘to die’, dalam bahasa Jerman toten ‘to kill’ dan sterben ‘to die’, dan

dalam bahasa Jepang koros ‘to kill’ dan sin ‘to die’ (Comrie, 1983: 161; Song,

2001: 260) yang dalam bBT tampak pada leksikon mamunu dan mate (lihat

konstruksi 30a-b).

Selain subtipe leksikon dengan pasangan pelengkap seperti di atas, dalam

konsep Payne (2002: 179), kausatif leksikal juga memiliki subtipe verba lain yang

mengandung keistimewaan dalam membentuk konstruksi kausatif. Payne

menyebutnya sebagai verba yang memiliki kekhasan dalam pemprosesannya

menjadi konstruksi kausatif. Berkaitan dengan hal itu, dalam bBT terdapat verba

yang sifatnya putatif (baca: diduga kausatif) (Comrie, 1983: 163). Verba tersebut

digolongkan dalam kausatif leksikal karena tidak memiliki ciri kausatif, baik

pelekatan afiks kausatif {-i, -hon, pa-, pa--hon, pa--i} seperti pada kausatif

morfologis, maupun pelekatan verba kausatif {mambahen, manuru, mangido}

Universitas Sumatera Utara

Page 105: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

103

seperti pada kausatif analitik. Namun, adanya afiks {maN-} pada leksikon tersebut

memerlukan pengujian apakah leksikon itu dikategorikan kausatif leksikal,

kausatif morfologis, atau bukan kausatif sama sekali. Hal ini dikaitkan dengan

pendapat Comrie yang mengatakan bahwa dalam beberapa bahasa, ada tipe

kausatif yang posisinya berada di antara kontinum kausatif morfologis dan

kausatif leksikal (Comrie, 1983: 163). Perhatikan kalimat berikut.

(67) (a) Mose padanta.

AKT-ingkar janji-2JM.

‘Janji kita ingkar.’

(b) Ai ho do na dung mangose padanta.

Konj kau-2TG-TOP T Pe Adv AKT-ingkar-KAUS janji-2JM.

‘Sebab kau telah mengingkari janji kita.’

Konstruksi (67a) dibentuk oleh verba intransitif mose dan pesebab

padanta pada klausa dasar. Kemudian, pelekatan afiks {maN-} pada klausa

tersebut membentuk verba transitif dan memunculkan ho sebagai penyebab pada

pesebab padanta (67b). Konstruksi di atas merupakan kausatif leksikal karena

struktur tersebut secara seragam memberlakukan subyek sebagai penyebab dan

objek sebagai pesebab.

Data penelitian di atas sulit diterima tanpa adanya pembuktian. Sebagai

bagian dari kajian ilmiah, data tersebut dibuktikan dengan beberapa pengujian

seperti berikut. Pertama, kausatif leksikal merupakan kausatif yang mengalami

proses peleburan dan infleksi yang sifatnya alami (Song, 2001: 260; Comrie,

1983: 161). Berkaitan dengan hal itu, Comrie berpendapat bahwa kealamiahan

leksikon yang mengandung pelengkap pasangan (supplective pairs) jauh lebih

rendah dibandingkan leksikon yang terbentuk atas dasar yang sama (1983: 163).

Universitas Sumatera Utara

Page 106: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

104

Pengujian kealamiahan tersebut dapat dilakukan dengan menyematkan verba

manubo ‘mencoba’ seperti ini.

(68) Ho manubo mangose padanta, alai ndang boi. (mose)

Kau-2TG AKT-coba AKT-ingkar-KAUS janji-2JM Konj NEG bisa. (ingkar)

‘Kau mencoba mengingkari janji kita, tetapi tidak bisa. (ingkar)’

(69) Ho manubo mamunu ahu, alai ndang boi. (mate) Kau-2TG-TOP AKT-coba AKT-bunuh-KAUS aku-1TG Konj NEG bisa. (mati)

‘Kau mencoba membunuhku, tetapi tidak bisa. (mati)’

Penyematan verba manubo pada kedua konstruksi (68) dan (69) di atas

menunjukkan perbedaan kealamiahan yang tampak pada akibat yang ditimbulkan.

Konstruksi (68) menunjukkan bahwa verba manubo pada verba kausatif mangose

tidak mengubah akibat mose yang ditimbulkan pada pesebab. Artinya, konstruksi

tersebut tetap bermakna kausatif meski peristiwa kausal yang terdapat dalam

konstruksi tersebut diketengahi oleh verba manubo. Sebaliknya, pelekatan verba

manubo pada konstruksi kausatif mamunu (69) menunjukkan kealamiahan yang

lebih rendah sebab ketiadaan peristiwa kausal pada konstruksi tersebut membuat

akibat yang timbul pada pesebab kurang alami.

Kedua, afiks {maN-} berfungsi membentuk kata kerja dalam bBT (Sinaga,

2001: 18; Sibarani, 1997: 155), sama dengan bahasa Indonesia (Alwi, dkk. 2003:

29). Afiks tersebut terdapat pada konstruksi (67) di atas, namun tidak berfungsi

sebagai pemarkah kausatif seperti afiks {-i, -hon, pa-, pa--hon, pa--i}. Pernyataan

tersebut dijelaskan dengan contoh berikut.

(70) (a) Ahu do mangorui boras i.

Aku-1TG-TOP T AKT-kurang-KAUS beras Pron.

‘Aku mengurangi beras itu.’

(b) Huorui boras i.

1TG-PAS-kurang-KAUS beras-TOP Pron.

‘Beras itu kukurangi.’

Universitas Sumatera Utara

Page 107: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

105

(71) (a) Ahu do mangusehon aek i.

Aku-1TG-TOP T AKT-tumpah-KAUS air Pron.

‘Aku menumpahkan air itu.’

(b) Huusehon aek i.

1TG-PAS-tumpah-KAUS air-TOP Pron.

‘Air itu kutumpahkan.’

(72) (a) Ndang boi hita mamparsorat halak.

NEG bisa kita-2JM-TOP AKT-pedih-KAUS orang.

‘Kita tidak bisa memperpedih orang.’

(b) Ndang boi halak taparsorat.

NEG bisa orang-TOP 2JM-PAS-pedih-KAUS.

‘Orang tidak bisa kita pedihkan.’

(73) (a) Ibana paiashon hudon tano.

Dia-3TG-TOP AKT-bersih-KAUS periuk tanah.

‘Dia membersihkan periuk tanah.’

(b) Dipaias ibana hudon tano.

PAS-bersih-KAUS dia-3TG periuk-TOP tanah.

‘Periuk tanah dibersihkannya.’

(74) (a) Indahan do mampargogoi ahu.

Nasi-TOP T AKT-kuat-KAUS aku-1TG.

‘Nasi memperkuat aku.’

(b) Dipargogoi indahan ahu.

PAS-kuat-KAUS nasi aku-1TG-TOP.

‘Aku dikuatkan oleh nasi.’

Kelima konstruksi di atas dibentuk oleh afiks kausatif morfologis dengan

ciri diatesis aktif dan pasif. Perlu dipahami bahwa bentuk pasif dalam bBT

ditandai dengan tujuh pemarkah afiks (di, ni, -in-, tar-, ha--an, -on/ -an, -an), tiga

proklitik (hu-, ta-, hu-/ hami-), dan kata (tu + N, hona + Vt & N, dapot/ jumpang)

(Sibarani, 1997: 158)1. Pemarkah bentuk pasif tersebut berkombinasi dengan afiks

pemarkah kausatif dan menunjukkan diatesis pasif seperti yang tampak pada

setiap konstruksi. Kombinasi itu menunjukkan bahwa meskipun konstruksi

tersebut dipasifkan, namun pemarkah afiks kausatif pada setiap konstruksi tetap

Universitas Sumatera Utara

Page 108: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

106

melekat pada konstruksi kausatif, yakni pemarkah pasif {hu-} + pemarkah

kausatif {-i} (70b), pemarkah pasif {hu-} + pemarkah kausatif {-hon} (71b),

pemarkah pasif {ta-} + pemarkah kausatif {par-} (72b), pemarkah pasif {di-} +

pemarkah kausatif {par--hon} (73b), dan pemarkah pasif di- + pemarkah kausatif

{par--i} (74b). Hal yang berbeda tampak pada contoh berikut.

(75) (a) Ho do mangose padanta.

Kau-2TG-TOP T AKT-ingkar-KAUS janji-2JM.

‘Kau mengingkari janji kita.’

(b) Diose ho padanta.

PAS-ingkar-KAUS kau-2TG-TOP janji-2JM.

‘Janji kita kau ingkari.’

*(c) Dimangose ho padanta.

Afiks {maN-} yang melekat pada leksikon mangose (75a) tidak bertahan

dalam konstruksi pasif (75b) dan jika dipertahankan (75c) konstruksi tersebut

tidak berterima. Hal ini tentu berbeda dengan kebertahanan afiks kausatif lainnya

dalam konstruksi pasif yang dijelaskan di atas. Oleh karena itu, pengujian ini

membuktikan bahwa afiks {maN-} bukan pemarkah kausatif yang berfungsi

membentuk kausatif, melainkan hanya pembentuk kata kerja (diatesis aktif) pada

leksikon mose. Artinya, mangose dikategorikan sebagai kausatif leksikal, bukan

kausatif morfologis.

Ketiga, hal yang sama dikemukakan oleh Goddard (1998: 260) yang

mengkategorikan verba memecah sebagai kausatif leksikal berdasarkan pemetaan

tipe kausatif. Verba yang dapat mendeskripsikan peristiwa kausal tanpa bantuan

afiks dan verba kausatif digolongkan sebagai kausatif leksikal.

Pengujian ini sekaligus menjelaskan fenomena yang dinyatakan

sebelumnya dalam bagian latar belakang masalah pada kajian ini, seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 109: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

107

mamitung ‘membutakan’ (4), mangarobur ‘menghancurkan’ (7), mamultak

‘memecah’ (27), manggargar ‘memecah’ (28), mangaruppak ‘menumbangkan’

(29), mangarusuk ‘menusuk’ (59), dan mandimpal ‘menyuburkan’ (65). Verba

tersebut tergolong sebagai verba khas bBT yang menunjukkan keistimewaannya

dalam menggambarkan peristiwa kausal dengan satu leksikon. Temuan ini tidak

dibahas dan dikaji oleh peneliti konstruksi kausatif sebelumnya, namun pengujian

di atas dapat diterima sebagai bukti kajian ilmiah.

Berdasarkan semua pemaparan di atas disimpulkan bahwa konstruksi

leksikal dalam bBT dapat dirumuskan sebagai berikut.2

Rumus ini bermakna bahwa peristiwa kausal dalam konstruksi kausatif

dilakukan oleh ‘penyebab’ yang disimbolkan dengan (X) dan dicerminkan melalui

‘verba kausatif’ yang disimbolkan dengan MENYEBABKAN sehingga

menimbulkan ‘akibat’ yang disimbolkan dengan MENJADI dalam bentuk

predikat pada klausa dasar (konstruksi nonkausatif) terhadap ‘pesebab’ yang

disimbolkan dengan (Y).

5.2.1.2 Konstruksi Kausatif Morfologis

Sebagai bahasa bertipe aglutinatif, afiks menjadi salah satu pemarkah

kausatif dalam bBT. Afiks kausatif {-hon}, {-i}, {pa-/ par-}, {pa--hon}, dan {pa-

-i} tersebut disematkan pada kategori verba (baik transitif, maupun intransitif),

adjektiva, numeralia, nomina, dan adverbia. Beberapa fenomena terkait dengan

penggunaan afiks tersebut dipaparkan dalam pembahasan berikut ini.

[melakukan (X) MENYEBABKAN [MENJADI predikat (Y)]

Universitas Sumatera Utara

Page 110: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

108

Pertama, pelekatan afiks kausatif pada kategori verba dalam bBT tidak

selamanya membentuk konstruksi kausatif. Verba intransitif dabu memunculkan

mandabuhon dengan pelekatan afiks {-hon}, namun tidak demikian halnya

dengan verba intransitif ro dan sae berikut ini.

(76) (a) Dabu urutan tu alaman.

AKT-jatuh tungkul benang-TOP Prep halaman.

‘Tungkul benang jatuh di halaman.’

(b) Siboru Deang Parujar mandabuhon urutan tu alaman.

Siboru Deang -TOP AKT- jatuh-KAUS tungkul benang Prep alaman.

‘Siboru Deang Parujar menjatuhkan tungkul benang ke halaman.’

(77) (a) Ro udan dohot las ni ari.

AKT-datang hujan Konj matahari-TOP.

‘Hujan dan matahari datang.’

*(b) Balga do huaso ni Tuhan i mangarohon udan dohot las ni ari.

(78) (a) Sae ulaon on.

AKT-siap acara-TOP Pron.

‘Acara itu siap.’

*(b) Lehet do tangiangna manaehon ulaon on.

Pelekatan afiks {-hon} pada verba intransitif dabu (76a) memunculkan

derivasi mandabuhon (76b) sehingga membentuk konstruksi kausatif dengan

penyebab Siboru Deang Parujar dan pesebab urutan. Berbeda dengan itu,

pelekatan afiks yang sama pada verba intransitif sae (77a) dan ro (78a)

memunculkan konstruksi *mangarohon (77b) dan *manaehon (78b) yang tidak

berterima. Bila dikaji lebih lanjut, hal itu dipengaruhi oleh kedua verba tersebut.

Meski terbentuk atas kategori yang sama dengan verba dabu, kedua verba tersebut

menunjukkan perilaku yang berbeda.3

Kedua, pelekatan afiks yang berbeda pada kategori kata yang sama

memunculkan konstruksi kausatif. Misalnya, verba intransitif dabu dapat dilekati

Universitas Sumatera Utara

Page 111: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

109

afiks {-hon} dan {pa--hon} sekaligus, sedangkan verba intransitif ro dan sae

hanya dapat dilekati oleh afiks {pa--hon}.

(76) (c) Siboru Deang Parujar do padabuhon urutan tu alaman.

Siboru Deang -TOP T AKT- jatuh-KAUS tungkul benang Prep alaman.

‘Siboru Deang Parujar menjatuhkan tungkul benang ke halaman.’

(77) (c) Balga do huaso ni Tuhan i parohon udan dohot las ni ari. Adj T kuasa Pron Tuhan-TOP Pron AKT-datang-KAUS hujan Konj matahari.

‘Besar kuasa Tuhan mendatangkan hujan dan terik matahari.’

(78) (c) Lehet do tangiangna pasaehon ulaon on.

Adj T doa-3TG-TOP AKT-selesai-KAUS acara Pron.

‘Doanya sungguh baik menyelesaikan acara ini.’

Beberapa kategori kata seperti verba, adjektiva, dan nomina menunjukkan

perilaku yang sama dengan verba dabu, yakni dapat membentuk konstruksi

kausatif dengan pelekatan afiks kausatif yang berbeda. Hal itu tampak pada

pemetaan potensi afiks kausatif bBT dalam lampiran 5.

Ketiga, adanya kesulitan bBT mencari padanan makna dengan bahasa lain

membuat bahasa tersebut memiliki sistem tata bahasa yang berbeda dengan

bahasa lain. Dalam hal ini, verba intransitif modom memunculkan makna yang

berbeda apabila dilekati oleh afiks {-hon} dan afiks {pa--hon}.

(79) (a) Ndang malo Bapa papodomhon Si Butet i.

NEG Adj Bapa-TOP AKT-tidur-KAUS Art Butet Pron.

‘Bapak tidak pintar menidurkan si Butet itu.’

*(b) Ndang malo Bapa mamodomhon Si Butet i.

NEG Adj Bapa-TOP AKT-eram Art Butet Pron.

‘Bapak tidak pintar mengeram si Butet itu.’

(c) Lehet do manuk na mamodomhon i?

Adj-bagus T ayam-TOP Pe mengerami Pron?

‘Baguskah telur yang dierami oleh ayam itu?

Pelekatan afiks kausatif {-hon} dan {pa--hon} pada verba intransitif

modom menunjukkan konstruksi yang berbeda. Di satu sisi, afiks {-hon} pada

Universitas Sumatera Utara

Page 112: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

110

konstruksi (79a) memunculkan verba papodomhon dan membentuk konstruksi

kausatif dengan bapa sebagai penyebab dan Butet sebagai pesebab. Di sisi lain,

pelekatan afiks tersebut pada konstruksi (79b) memunculkan verba

*mamodomhon yang tidak berterima dalam konstruksi kausatif. Dalam konsep

budaya bBT, *mamodomhon bermakna ‘mengerami telur (ayam, itik)’. Dengan

demikian, perlu dipahami bahwa konsep budaya bBT memengaruhi perilaku

gramatikal yang tampak pada konstruksi kausatif.

Keempat, pelekatan afiks bBT tidak memiliki makna yang sepadan dengan

afiks yang sama dalam bahasa Indonesia, misalnya (1) mamparlobi bukan

*memperlebih melainkan melebihkan, (2) mamparsada bukan *mempersatu

melainkan mempersatukan (menyatukan), (3) padabuhon bukan *perjatuhkan

melainkan menjatuhkan, (4) papodomhon bukan *pertidurkan melainkan

menidurkan, dan (5) mampargogoi bukan *memperkuati melainkan memperkuat,

(lih. Depdiknas, 2003) serta bentuk lain yang tampak dalam pemetaan potensi

afiks kausatif pada lampiran 5.

Kelima, pelekatan afiks kausatif, khususnya {pa--i} dan {pa--hon}

memerlukan penelusuran secara leksikal karena afiks tersebut telah mengalami

beberapa proses morfologis (Alwi, dkk., 2003: 130).

(80) (a) Lam gogo ompung.

Adv kuat nenek-TOP.

‘Nenek semakin kuat.

(b) Herbal Life i do na mampargogoi ompung saleleng on.

Herbal Life-TOP Pron T Pe AKT-kuat-KAUS nenek Adv Pron.

‘Herbal life memperkuat nenek selama ini.’

(c) Herbal Life i do na manggogoi ompung saleleng on.

Herbal Life Pron T Pe AKT-kuat-KAUS nenek Adv Pron.

‘Herbal Life menguatkan nenek selama ini.’

Universitas Sumatera Utara

Page 113: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

111

Pada konstruksi (80b), kategori verba mampargogoi dibentuk dari

adjektiva gogo + afiks {pa- -i}. Setelah itu, kategori tersebut mendapat afiks

{maN-} sebagai penanda diatesis aktif sehingga membentuk mampargogoi

dengan bentuk diagram berikut.

(80b) mampargogoi (80c) manggogoi

pargogoi maN- gogo maN- -i

gogo pa- -i

Dalam bahasa Indonesia, afiks {-i} adakalanya harus menggandeng afiks

{meN-} untuk memperoleh status verba (Alwi, dkk., 2003: 123). Sama halnya

dengan bBT, afiks {-i} juga menggandeng afiks {maN-} dalam membentuk verba

(80c). Adjektiva gogo yang digandeng dengan afiks {-i} dan {maN-} membentuk

verba transitif manggogoi yang juga dapat menjadi verba kausatif tanpa pelekatan

afiks {pa-/ par-}. Hal ini tergolong unik karena pada umumnya (khususnya dalam

bahasa Indonesia) kategori adjektiva yang dilekati oleh {per- -i} tidak mampu

berdiri sendiri hanya dengan afiks {meN-} dan {-i} dalam membentuk konstruksi

kausatif (lihat Winarti, 2009: 58, 81; bdk. Alwi, dkk., 2003: 123). Namun dalam

bBT, afiks tersebut melekat pada kategori adjektiva dan membentuk konstruksi

kausatif morfologis.

. Keenam, pelekatan afiks kausatif, dalam hal ini afiks {-hon} dan {-i} ada

kalanya membentuk konstruksi aplikatif. Dalam konteks ini, aplikatif perlu

dijelaskan sebab pelekatan afiks dalam sebuah leksikon tidak selalu menambah

jumlah argumen agen seperti pembentukan konstruksi kausatif (lihat Payne, 2002:

Universitas Sumatera Utara

Page 114: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

112

186; Whaley, 1997: 191). Artinya, pelekatan afiks tersebut ada kalanya

menunjukkan penambahan argumen nonagen seperti berikut.

(81) (a) Oma manuhor hansang.

Ibu-TOP AKT-beli kacang.

‘Ibu membeli kacang.’

(b) Oma manuhor hansang tu siampudannami.

Ibu-TOP AKT-beli kacang Prep adik bungsu-1JM.

‘Ibu membeli kacang untuk adik bungsu kami.’

(c) Oma manuhorhon siampudannami hansang.

Ibu-TOP AKT-beli-APL adik bungsu-1JM kacang.

‘Ibu membelikan adik bungsu kami kacang.’

Klausa dasar transitif yang dimarkahi oleh verba manuhor diapit oleh dua

argumen, yakni oma dan hansang (81a). Lalu, verba tersebut dilekati oleh afiks {-

hon} sehingga menghasilkan derivasi manuhorhon dan menambah argumen baru

siampudannami dalam konstruksi (81c). Proses tersebut menyebabkan unsur

periferal (bukan inti) berubah menjadi unsur inti dengan mengubahnya menjadi

objek langsung. Dalam hal ini, penaikan unsur periferal yang dimarkahi oleh

preposisi tu pada komplemen siampudannami (81b) mengubahnya menjadi objek

langsung (81c). Konstruksi tersebut bukan merupakan kausatif. Berdasarkan

proses penaikan oblik menjadi objek langsung, konstruksi itu disebut konstruksi

aplikatif dengan ciri benefaktif yang bermakna ‘melakukan sesuatu untuk orang

lain’. Oleh karena itu, pelekatan afiks, baik {-hon} maupun {-i} tidak hanya

mampu memunculkan konstruksi kausatif, tetapi juga mampu memunculkan

konstruksi aplikatif.4

Berdasarkan pengamatan secara lintas bahasa, aplikatif yang bersifat

benefaktif dengan dasar intransitif jarang berterima dalam satu bahasa (Shibatani,

1996: 160-161). Walaupun beberapa bahasa, seperti Chichewa, menggunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 115: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

113

afiks verbal yang sama untuk aplikatif dan benefaktif, namun ada perbedaan

penting di antara kedua konstruksi itu. Aplikatif umumnya menerima/

menggunakan dasar intransitif, sedangkan benefaktif jarang menerima dasar

intransitif. BBT merupakan bahasa yang termasuk dalam kesemestaan tersebut,

yakni menggunakan verba dasar transitif dalam membentuk konstruksi aplikatif

yang bersifat benefaktif (81b).

(82) (a) Sira lompan.

AKT-garam lauk-pauk-TOP.

‘Lauk pauk garam.’

(b) Ho do hape manirai lompan i.

Kau-2TG-TOP T ternyata AKT-garam-APL lauk-pauk Pron.

‘Ternyata kau menggarami lauk-pauk itu.’

(c) Ho do mambahen sira tu lompan.

Kau-2TG-TOP T V-KAUS garam Prep lauk-pauk.

‘Kau membuat garam di lauk-pauk.’

*(d) Ho do mambahen sira lompan.

Kau-2TG-TOP T V-KAUS garam lauk-pauk.

‘Kau yang membuat garam lauk-pauk.’

Pelekatan afiks {-i} pada nomina sira (82a) menghadirkan derivasi

manirai sehingga membutuhkan dua argumen dalam konstruksinya sebagai

peristiwa kausal, yakni penyebab ho dan pesebab lompan (82b). Hal itu

menyebabkan unsur noninti lompan naik menjadi objek langsung. Selanjutnya,

pelekatan verba kausatif dalam konstruksi (82c) membuat argumen lompan

berada pada posisi oblik dan dimarkahi dengan preposisi tu. Oleh karena itu,

pembuktian pada konstruksi (82d) menunjukkan bahwa konstruksi (82b) bukanlah

kausatif melainkan aplikatif yang sifatnya lokatif. Dengan demikian, perlu

dipahami bahwa pelekatan afiks {-hon} dan {-i} tidak selamanya memunculkan

konstruksi kausatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

114

Ketujuh, pelekatan afiks kausatif mampu mengubah relasi gramatikal yang

terdapat dalam konstruksi tersebut (lihat Comrie, 1983: 170; Song, 2001: 264).

Perubahan tersebut disebabkan oleh hadirnya satu konstituen yang menempati

fungsi subjek dan memiliki peran baru sebagai agen (pelaku).

(83) (a) Denggan poti i. [klausa intransitif]

AKT-baik harmonium-TOP Pron.

Harmonium itu bagus.’

S P

(b) Amang sintua do padengganhon poti i. [klausa transitif]

Penatua-TOP T AKT-baik-KAUS harmonium Pron.

‘Penatua memperbaiki harmonium itu.’

S P OL

Konstruksi (83a) merupakan klausa intransitif yang mendapat afiks

kausatif {pa--hon} pada konstruksi (83b). Hal itu menyebabkan subjek poti yang

merupakan argumen satu-satunya dalam konstruksi (83a) berpindah menempati

posisi objek langsung setelah kehadiran amang pandita sebagai subjek baru pada

konstruksi (83b). Pergeseran argumen-argumen tersebut telah mengubah hierarki

relasi gramatikal pada konstruksi tersebut.

Selain terjadi pada klausa intransitif, perubahan relasi gramatikal juga

terjadi pada bentuk dasar klausa ekatransitif dan dwitransitif. Namun, berbeda

dengan bentuk sebelumnya, perubahan tersebut disebabkan oleh pelekatan

pemarkah verba kausatif. Perhatikan contoh klausa ekatransitif berikut.

(84) (a) Ahu mamboan hirang tu onan. [klausa ekatransitif]

Aku1TG-TOP AKT-bawa keranjang Prep pajak.

‘Aku membawa keranjang ke pajak.’

S OL

(b) Nantulang do manuru ahu mamboan hirang tu onan.

Bibi-TOP T V-KAUS aku-1TG AKT-bawa keranjang Prep pajak.

‘Bibi menyuruh aku membawa keranjang ke pajak.’

S OTL OL

Universitas Sumatera Utara

Page 117: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

115

Konstruksi (84a) terbentuk atas klausa ekatransitif dengan argumen ahu

sebagai subjek (S) dan hirang sebagai objek langsung (OL). Selanjutnya,

penyematan klausa matriks nantulang do manuru pada konstruksi (84b)

memunculkan subjek (S) baru pada konstruksi tersebut sehingga membuat subjek

(S) pada konstruksi (84a) bergeser ke posisi objek tak langsung (OTL), sedangkan

objek langsung (OL) tetap menempati posisinya.

Selanjutnya, perubahan relasi gramatikal juga ditunjukkan oleh konstruksi

kausatif yang dibentuk oleh klausa dwitransitif berikut ini.

(85) (a) Namboru mangido ahu mangalompa indahan di jabuna.

Bibi-TOP AKT-minta aku-1TG AKT-masak nasi Prep rumah-3TG.

‘Bibi meminta aku memasak nasi di rumahnya.’

S OTL OL

(b) Oma manuru ahu mangalompa indahan tu namboru di jabuna.

Ibu-TOP V-KAUS aku-1TG AKT-masak nasi Prep bibi Prep rumah-3TG.

‘Ibu menyuruh aku memasak nasi untuk bibi di rumahnya.’

S OTL OL OBL

Pergeseran relasi gramatikal ditunjukkan oleh klausa dwitransitif (85a)

yang sudah memiliki tiga argumen sebelumnya, namboru sebagai subjek (S), ahu

sebagai objek tak langsung (OTL), dan indahan sebagai objek langsung (OL)

dengan dua predikat, yakni mangido sebagai PRED1 dan mangalompa sebagai

PRED2. Posisi itu berubah ketika argumen oma dimunculkan oleh verba kausatif

manuru (85b) dan langsung menempati posisi subjek (S) baru sehingga subjek

sebelumnya berpindah ke posisi oblik (OBL) dan dua relasi gramatikal lainnya

(OL dan OTL) tetap menempati posisi sebelumnya. Pergeseran gramatikal

tersebut disebabkan oleh pelekatan verba kausatif manuru. Pergeseran tersebut

menjelaskan bahwa konstruksi kausatif dapat mengubah relasi gramatikal dari

setiap fungsi yang ada di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 118: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

116

Kedelapan, pelekatan afiks kausatif juga mampu menambah jumlah

valensi dalam sebuah konstruksi. Dalam hal ini, valensi juga perlu dibahas terkait

dengan jumlah argumen dalam kerangka sintaksis berdasarkan jenis verba yang

disebabkan oleh fungsi-fungsi gramatikal (lihat Katamba, 1993: 266). Selain itu,

pembahasan ini menjadi lebih penting karena kausatif juga disebut sebagai operasi

penambahan valensi (lihat Payne, 2002: 177).

(86) (a) Unsat hudon tu pamurunan.

AKT-pindah periuk-TOP Prep tungku dapur.

‘Periuk pindah ke tungku dapur.’

1

(b) Oma do paunsathon hudon tu pamurunan.

Ibu-TOP T AKT-pindah-KAUS periuk Prep tungku dapur.

‘Ibu memindahkan periuk ke tungku dapur.’

1 2

Konstruksi (86a) dibentuk oleh verba intransitif unsat dengan hudon

sebagai subjek (S) yang sekaligus menjadi argumen satu-satunya. Pelekatan afiks

{pa--hon} menghadirkan argumen oma sebagai subjek (S) baru sehingga argumen

hudon berpindah menempati posisi objek langsung (OL) (86b). Penambahan

argumen tersebut disebut sebagai peningkatan jumlah valensi. Dengan demikian,

konstruksi (86a) disebut verba bervalensi satu, sedangkan konstruksi (86b) verba

bervalensi dua. Jumlah valensi tersebut disesuaikan dengan jenis verba yang

mampu mengikat beberapa argumen dalam satu konstruksi.

Berkaitan dengan itu, apabila konstruksi kausatif (86b) dipasifkan maka

akan muncul konstruksi antikausatif (lihat Comrie, 1983) yang dalam Artawa

(1998: 55-56) disejajarkan dengan konstruksi resultatif.5

(86) (c) Tarunsat hudon i.

PAS-pindah periuk-TOP Pron.

‘Periuk terpindah.’

Universitas Sumatera Utara

Page 119: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

117

Istilah ‘resultatif’ dimaknai sebagai suatu keadaan yang di dalamnya

tersirat peristiwa yang dinyatakan oleh verba resultatif ‘telah terjadi’ dan dari

peristiwa yang dinyatakan itu menghasilkan suatu hasil. Pembentukan resultatif

tersebut dinamakan konstruksi resultatif. Konstruksi itu merupakan salah satu

mekanisme penurunan jumlah valensi. Dalam hal ini, kausatif paunsathon (86b)

dipasifkan menjadi tarunsat sehingga fungsi argumen inti oma menjadi argumen

noninti pada konstruksi (86c). Secara tipologi morfologis, bBT tergolong sebagai

bahasa yang aglutinatif, artinya bBT memiliki afiks yang dapat menurunkan

valensi sebuah verba. Melalui pemarkah morfologis, bBT mampu membentuk

konstruksi resultatif (antikausatif) atau menurunkan valensi verba dari verba

transitif menjadi verba intransitif.

Berdasarkan semua pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya konstruksi kausatif morfologis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Penjelasan terhadap rumus ini sesuai dengan pembahasan yang disajikan

pada konstruksi kausatif leksikal sebelumnya.

5.2.1.3 Konstruksi Kausatif Analitik

Konstruksi kausatif analitik dalam bBT dimarkahi oleh verba mambahen,

mangido, dan manuru. Verba tersebut digunakan untuk mengemukakan peristiwa

kausal dalam bBT, namun pada kategori dan makna yang berbeda (Whaley, 1997:

195). Verba mambahen melekat pada kategori verba (transitif & intransitif),

adjektiva, nomina, dan numeralia dengan makna kausativisasi seperti kategorisasi

dalam kausatif morfologis, sedangkan verba mangido dan manuru hanya melekat

[melakukan (X) MENYEBABKAN [MENJADI predikat (Y)]

Universitas Sumatera Utara

Page 120: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

118

pada kategori verba (transitif & intransitif) dengan makna permisif. Pelekatan

verba tersebut pada kategori adjektiva dan verba transitif tampak seperti berikut.

(87) (a) Muruk partigatiga. [adjektiva]

AKT-marah pedagang-TOP.

‘Pedagang marah.’

(b) Ama-ama na bolon i do mambahen muruk partigatiga.

Bapak-bapak-TOP Pe besar Pron T V-KAUS AKT-marah pedagang.

‘Bapak yang berbadan besar itu membuat pedagang marah.’

(88) (a) Ahu manodo ho. [verba transitif]

Aku-1TG-TOP AKT-pilih kamu-2TG.

‘Aku memilih kamu.’

(b) Tona ni Bapa na hinan do mambahen ahu manodo ho.

Pesan Bapak-TOP Pe dulu T V-KAUS aku-1TG AKT-pilih kamu-2TG

‘Pesan dari almarhum Bapak membuat aku memilih kamu.’

Kedua konstruksi di atas menunjukkan pelekatan verba kausatif pada

setiap kategori pembentuknya. Kategori adjektiva (87a) dan verba transitif (88a)

yang dilekati verba mambahen membentuk konstruksi kausatif dengan adanya dua

predikat terpisah dalam satu kalimat. Verba mambahen menjadi PRED1 dan

adjektiva muruk menjadi PRED2 pada penyebab ama-ama na bolon dan pesebab

partigatiga dalam konstruksi (87b), demikian juga verba mambahen menjadi

PRED1 dan verba transitif manodo menjadi PRED2 pada penyebab tona ni bapa

dan pesebab ahu dalam konstruksi (88b).

Selain itu, verba kausatif lainnya - manuru dan mangido tampak melekat

pada kategori verba intransitif berikut ini.

(89) (a) Laho ahu tu jabu ni ompung. [verba intransitif]

AKT-pergi aku-1TG-TOP Prep rumah Pron nenek.

‘Aku pergi ke rumah nenek.’

(b) Oma do manuru ahu laho tu jabu ni ompung.

Ibu-TOP T V-KAUS aku-1TG pergi Prep rumah Pron nenek.

‘Ibu menyuruh aku pergi ke rumah nenek.’

Universitas Sumatera Utara

Page 121: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

119

(90) (a) Mian di jabu ni nantulang ahu. [verba intransitif]

AKT-tinggal Prep rumah Pron bibi aku-1TG-TOP.

‘Aku tinggal di rumah bibi.’

(b) Nantulang do mangido ahu mian di jabuna.

Bibi-TOP T V-KAUS aku-1TG AKT-tinggal Prep rumah-3TG.

‘Nantulang meminta aku tinggal di rumahnya.’

Sama dengan pembentukan konstruksi sebelumnya, pelekatan verba

manuru dan mangido juga memunculkan predikat terpisah dalam konstruksinya.

Kehadiran verba kausatif manuru pada konstruksi (89b) membuatnya menempati

posisi PRED1 dan laho sebagai PRED2 pada penyebab oma dan pesebab ahu. Hal

yang sama tampak dalam konstruksi (90b). Kehadiran verba kausatif mangido

memunculkan penyebab nantulang sebagai subyek (S) sehingga mian menjadi

PRED2 dan ahu menjadi objek langsung (OL).

Pembahasan mengenai konstruksi kausatif analitik dikaitkan dengan

beberapa penjelasan. Pertama, berkaitan dengan tataurutan kata (word order).

BBT merupakan bahasa dengan tipe VOS (Sibarani, 1997:11), namun dalam

konstruksi kausatif analitik, bBT cenderung bertipe S-V-V-O dengan pemarkah

do sebagai pentopikalan. Dengan kata lain, PRED1 dan PRED2 menempati posisi

berdampingan di antara dua argumen (S dan OL) pada konstruksi tersebut.

Namun, tipe yang berbeda, yakni S-V-O-V juga tampak pada konstruksi kausatif

analitik bBT. Perbedaan tipe tersebut terletak pada kategori kata yang menempati

fungsi PRED 2 dalam konstruksi tersebut.

(87) (b) Ama-ama na bolon i do mambahen muruk partigatiga.

Bapak-bapak-TOP Pe besar Pron T V-KAUS AKT-marah pedagang.

‘Bapak-bapak itu membuat pedagang marah.’

(90) (b) Nantulang do mangido ahu mian di jabuna.

Bibi-TOP T V-KAUS aku-1TG AKT-tinggal Prep rumah-3TG.

‘Nantulang meminta aku tinggal di rumahnya.’

Universitas Sumatera Utara

Page 122: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

120

*(c) Nantulang do mangido mian ahu di jabuna.

(91) (a) Holan ho do na boi mambahen las rohangku.

Adv kau-2TG-TOP T Pe bisa V-KAUS senang hati-1TG.

‘Hanya kau yang bisa membuat hatiku senang.

*(b) Holan ho do na boi mambahen rohangku las.

Ketiga konstruksi di atas menunjukkan tipe urutan kata yang berbeda.

Konstruksi (87b) dan (91a) menunjukkan bahwa konstruksi kausatif analitik bBT

memiliki tipe S-V-V-O dengan adjektiva muruk dan las sebagai pembentuk pada

klausa dasar. Dalam hal ini, verba kausatif mambahen yang menduduki posisi

PRED1 langsung diikuti muruk (87b) dan las (91a) sebagai PRED2. Artinya, tipe

S-V-V-O dilekati oleh kategori adjektiva pada PRED 2. Hal yang berbeda tampak

pada konstruksi (80b). Kategori verba intransitif laho yang dilekati verba kausatif

mangido membentuk tipe S-V-O-V. Dalam hal ini, verba mangido sebagai

PRED1 diketengahi oleh objek langsung (OL) ahu dan diikuti oleh verba mian

sebagai PRED2. Pola tersebut merupakan variasi kanonik dari urutan kata S-V-V-

O (lih. Subiyanto, 2013:23)6.

Hal kedua yang dijelaskan dalam bagian ini berkaitan dengan perbedaan

semantis antarverba kausatif yang dilekatkan. Perbedaan itu tampak pada fitur

kesengajaan yang disematkan pada konstruksi kausatif analitik yang dibentuk oleh

ketiga verba tersebut.

(92) (a) Ho do na sangajo mambahen rarat barita i.

Kau-2TG-TOP T Pe sengaja V-KAUS tersebar pesan Pron.

‘Kau sengaja membuat berita itu tersebar.’

(b) Barita i sangajo dibahen ho rarat.

Berita-TOP Pron sengaja V-KAUS kau-2TG tersebar.

‘Berita itu sengaja disebar olehmu.’

(93) (a) Hampung do sangajo manuru abang i mulak tu jabu.

Kepala desa-TOP T sengaja V-KAUS abang Pron pulang Prep rumah.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

121

‘Kepala desa itu sengaja menyuruh abang itu pulang ke rumah.’

(b) Abang i sangajo disuru hampung mulak.

Abang-TOP Pron sengaja V-KAUS kepala desa pulang.

‘Abang itu sengaja disuruh pulang oleh kepala desa.’

(94) *(a) Namboru do sangajo mangido ahu mangoloi anakna i.

Bibi-TOP T sengaja V-KAUS aku-1TG AKT-mau anak-3TG Pron.

‘Bibi sengaja menyuruh aku menuruti anaknya itu.’

*(b) Ahu sangajo dipangido namboru mangoloi anakna i.

Pelekatan adverbia sangajo pada ketiga konstruksi tersebut menunjukkan

makna semantis yang berbeda. Adverbia sangajo yang melekat bersama verba

mambahen (92a) dan manuru (93a) mendeskripsikan bahwa kedua verba tersebut

bermakna kesengajaan, sedangkan pada verba mangido dalam konstruksi (94a)

tidak bermakna kesengajaan. Selanjutnya, pemasifan konstruksi tersebut

membuktikan bahwa verba mambahen (92b) dan manuru (93b) berterima sebagai

kausatif bermakna kesengajaan, sedangkan verba mangido (94b) tidak berterima

sebagai kausatif bermakna kesengajaan.

Hal ketiga berkaitan dengan struktur klausa yang membentuk kausatif

analitik bBT. Pada umumnya, konstruksi kausatif analitik dibentuk oleh biklausa,

namun pada bahasa Vietnam, konstruksi kausatif analitik berada di antara struktur

monoklausa dan biklausa (lih. Subiyanto, 2013: 22). Oleh karena itu, pengujian

diperlukan untuk membuktikan apakah konstruksi kausatif analitik bBT terbentuk

atas monoklausa atau biklausa. Dalam hal ini, pengujian dilakukan dengan

menyematkan operasi sintaksis seperti negasi dan modalitas. Konstruksi kausatif

analitik yang dibentuk atas struktur monoklausa dilekati oleh polaritas dan

modalitas yang sama pada PRED1 dan PRED2. Artinya, PRED1 dan PRED2

tidak dapat dilekati oleh polaritas dan modalitas yang berbeda dalam satu

Universitas Sumatera Utara

Page 124: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

122

konstruksi. Sebaliknya, apabila konstruksi tersebut dilekati oleh polaritas dan

modalitas yang berbeda pada PRED1 dan PRED2, maka konstruksi tersebut

dibentuk oleh struktur biklausa seperti yang tampak pada konstruksi berikut.

(95) (a) Pariban i ndang mambahen hansit rohangku.

Pariban-TOP Pron NEG V-KAUS AKT-sakit hati-1TG.

‘Pariban itu tidak membuat hatiku sakit.’

(b) Pariban i mambahen ndang hansit rohangku.

Pariban-TOP Pron NEG V-KAUS AKT-sakit hati-1TG.

‘Pariban itu tidak membuat hatiku sakit.’

(96) (a) Namboru boi mambahen si Asri modom.

Bibi-TOP MOD V-KAUS ART Asri AKT-tidur.

‘Bibi bisa membuat si Asri tidur.’

(b) Namboru mambahen si Asri boi modom.

Bibi-TOP V-KAUS ART Asri MOD AKT-tidur.

‘Bibi membuat aku bisa datang ke kampung.’

Konstruksi (95a) menunjukkan bahwa negasi ndang melekat pada verba

mambahen sebagai PRED1 dan dapat juga melekat pada verba hansit sebagai

PRED2 (95b). Demikian juga pelekatan modalitas boi pada verba mambahen

sebagai PRED1 (96a) dan pada verba modom sebagai PRED2 (96b). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa negasi dan modalitas yang berbeda dapat

melekat pada PRED1 dan PRED2 dalam sebuah konstruksi. Berdasarkan

konstruksi tersebut ditunjukkan bahwa konstruksi kausatif analitik bBT dibentuk

oleh struktur biklausa.

Pengujian mengenai struktur klausa yang membentuk konstruksi kausatif

leksikal, morfologis, dan analitik telah dipaparkan pada bagian sebelumnya

dengan mengacu teori yang digunakan Ackerman & Webelhuth (1998: 269).

Namun, pengujian seperti di atas perlu dilakukan karena Subiyanto (2013: 22)

menggunakan cara yang berbeda. Meski demikian, kedua pengujian tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 125: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

123

menyimpulkan bahwa konstruksi kausatif analitik bBT dibentuk oleh struktur

biklausa.

Berdasarkan semua pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

konstruksi analitik bBT dapat dirumuskan sebagai berikut.

(a) Apabila predikat pada konstruksi nonkausatif berkategori adjektiva,

nomina, dan verba intransitif, konstruksi kausatif yang terbentuk adalah

sebagai berikut.

(b) Apabila predikat pada konstruksi nonkausatif berkategori verba transitif,

konstruksi kausatif yang terbentuk adalah sebagai berikut.

Rumus pertama di atas mengacu pada makna yang sama dengan

pembahasan dalam konstruksi leksikal dan morfologis sebelumnya.

Berbeda dengan itu, rumus kedua bermakna bahwa peristiwa kausal yang

dilakukan oleh penyebab yang disimbolkan dengan (X) dicerminkan melalui

verba kausatif MENYEBABKAN sehingga pesebab yang disimbolkan dengan

(Y) melakukan tindakan yang tercermin melalui verba MENJADI pada entitas

yang disimbolkan dengan (Z). Oleh karena itu, konstruksi kausatif analitik yang

dibentuk oleh struktur biklausa memiliki dua predikat, yakni PRED 1 dan PRED

2, serta tiga argumen yang menduduki fungsi subyek (S), objek tak langsung

(OTL), dan obyek langsung (OL).

[melakukan (X) MENYEBABKAN [MENJADI predikat (Y)]

[melakukan (X) MENYEBABKAN [melakukan (Y) MENJADI predikat (Z)]

Universitas Sumatera Utara

Page 126: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

124

5.2.2 Paramater Semantis

Adanya perbedaan makna pada verba dengan pelekatan afiks yang berbeda

memerlukan penelaahan kausatif berdasarkan parameter semantis. Misalnya,

terdapat perbedaan makna pada verba kausatif mangarobur dan mangaraburhon.

Dalam hal ini, parameter semantis dapat menjelaskan perbedaan kedua verba

kausatif tersebut berdasarkan pelekatan fitur-fitur semantis.

5.2.2.1 Kausatif Sejati dan Permisif

Analisis kausatif berdasarkan parameter semantis, dalam hal ini

berdasarkan tingkat kendali yang diterima pesebab perlu dilakukan karena

konstruksi kausatif, baik yang dihasilkan dengan pelekatan afiks, maupun yang

dihasilkan dengan verba kausatif secara semantis menampilkan makna yang

serupa tetapi tidak sama.

Setakat ini, analisis yang membedakan konstruksi kausatif sejati dan

kausatif permisif didasarkan pada pelekatan beberapa fitur-fitur semantis, yakni

(1) fitur kebernyawaan [ bernyawa] penyebab, (2) fitur kesengajaan [ sengaja]

penyebab, (3) fitur keterlibatan [ kontak] penyebab, dan (4) fitur [ manusia]

penyebab (lihat Mayani, 2005: 243-247).

(97) (a) Biltak sorminan ni jabu. [kausatif leksikal]

AKT-pecah kaca Pron rumah-TOP.

‘Kaca rumah itu pecah.’

(b) Angka dakdanak i do mambiltak sorminan ni jabu.

Num anak-TOP Pron T AKT-pecah kaca Pron rumah.

‘Anak-anak itu memecah kaca rumah.’

(98) (a) Aup langkat ni gambiri i tu binanga. [k.morfologis]

AKT-hanyut kulit Pron kemiri-TOP Pron Prep sungai.

‘Kulit kemiri itu hanyut ke sungai.’

Universitas Sumatera Utara

Page 127: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

125

(b) Namboru do mangauphon langkat ni gambiri i tu binanga.

Bibi-TOP T AKT-hanyut-KAUS kulit Pron kemiri Pron Prep sungai.

‘Bibi menghanyutkan kulit kemiri itu ke sungai.’

(99) (a) Gok panghirimonhu. [kausatif analitik]

AKT-penuh pengharapan-1TG-TOP.

‘Penuh pengharapanku.’

(b) Hata ni Debata do mambahen gok panghirimonhu.

Firman Pron Tuhan-TOP T V-KAUS penuh pengharapan-1TG.

‘Firman Tuhan membuat pengharapannya penuh.’

Fitur semantis yang pertama dikaitkan dengan kebernyawaan [ bernyawa]

penyebab. Konstruksi kausatif leksikal (97b) menunjukkan bahwa penyebab

angka dakdanak merupakan entitas yang [+bernyawa] sehingga mampu mencegah

terjadinya akibat biltak sorminan (97a). Kemampuan penyebab tersebut membuat

tipe kausatif ini tergolong kausatif permisif. Tidak berbeda dengan itu, konstruksi

kausatif morfologis (98b) juga menunjukkan kausatif permisif. Hal itu tampak

pada penyebab namboru [+bernyawa] yang mampu mencegah terjadinya akibat

aup langkat ni gambiri (98a). Bentuk yang berbeda tampak pada konstruksi

kausatif analitik (99b). Penyebab hata ni Debata sebagai entitas [-bernyawa] tentu

tidak mampu mencegah timbulnya akibat gok panghirimonhu (99a).

Ketidakbernyawaan entitas tersebut membuatnya hanya mampu menimbulkan

akibat, tetapi tidak mampu mencegah terjadinya akibat. Oleh karena itu,

konstruksi kausatif analitik (99b) di atas tersebut tergolong kausatif sejati.

Fitur semantis kedua terkait dengan fitur kesengajaan [ sengaja] yang

dilekatkan pada konstruksi kausatif dalam memetakan sejati atau permisifkah

konstruksi tersebut.

(97) (b) Angka dakdanak i do sangajo mambiltak sorminan ni jabu.

Num anak-TOP Pron T sengaja AKT-pecah-KAUS kaca Pron rumah.

‘Anak-anak itu sengaja memecah kaca rumah.’

Universitas Sumatera Utara

Page 128: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

126

(98) (b) Namboru do sangajo mangauphon langkat ni gambiri.

Bibi-TOP T sengaja AKT-hanyut-KAUS kulit Pron kemiri.

‘Bibi sengaja menghanyutkan kulit kemiri.’

(99)*(b) Hata ni Debata do sangajo mambahen gok panghirimonhu.

Firman Pron Tuhan-TOP T sengaja V-KAUS penuh pengharapan-1TG.

‘Firman Tuhan sengaja membuat pengharapannya penuh.’

Pelekatan fitur semantis kesengajaan [ sengaja] mengacu pada

kebernyawaan [ bernyawa] penyebab. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya,

konstruksi (97b) memiliki penyebab angka dakdanak [+bernyawa] maka tindakan

mambiltak dilakukan dengan sengaja. Selanjutnya, konstruksi (98b) juga

disebabkan oleh namboru [+bernyawa] yang mampu mencegah terjadinya akibat

maka tindakan yang terjadi dilakukan dengan sengaja. Berbeda dengan itu,

konstruksi (99b) disebabkan oleh hata ni Debata yang tidak bernyawa [-

bernyawa] maka tindakan manggohi dilakukan dengan tidak sengaja.

Pengkategorian ini didasarkan pada kebernyawaan [ bernyawa] penyebab

(Winarti, 2009: 48) dan bentuk yang berbeda dijelaskan lebih lanjut dalam

pembahasan berikut ini.

Berkaitan dengan pelekatan fitur semantis [ sengaja] ini, terdapat

beberapa hal yang perlu dijelaskan. Pertama, pelekatan fitur ini pada verba

mambiltak memunculkan nuansa makna yang berbeda.

(97) *(b) Angka dakdanak i do sangajo mambiltak sorminan ni jabu.

Num anak-TOP Pron T sengaja AKT-pecah-KAUS kaca Pron rumah.

‘Anak-anak itu sengaja memecah kaca rumah.’

(c) Angka dakdanak i do sangajo mambiltakhon sorminan ni jabu.

Num anak-TOP Pron T sengaja AKT-pecah-KAUS kaca Pron rumah.

‘Anak-anak itu sengaja memecah kaca rumah.’

Pelekatan fitur [ sengaja] pada konstruksi (97b) dan (97c) menunjukkan

konstruksi yang berterima dan tidak berterima karena struktur logis verba

Universitas Sumatera Utara

Page 129: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

127

mambiltak (97b) dikategorikan sebagai keadaan, sedangkan verba mambiltakhon

(97c) dikategorikan sebagai aktivitas. Perbedaan kategori verba tersebut

didasarkan pada struktur logis verba yang dikemukakan oleh Van Valin Lapolla

(2006: 10). Lebih jelasnya, ketidakberterimaan pelekatan fitur semantis

[ sengaja] pada konstruksi tersebut menunjukkan perbedaan kategori verbanya.

Hal inilah yang menjadi salah satu fenomena konstruksi kausatif bBT yang

dijelaskan dalam latar belakang. Dasar verba yang sama dengan pelekatan afiks

berbeda menunjukkan makna semantis yang berbeda pula.

Kedua, berdasarkan penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa makna

[+sengaja] cenderung muncul pada kausatif morfologis, sedangkan makna [-

sengaja] cenderung muncul pada kausatif analitik dan kausatif leksikal (Mayani,

2005: 245; bandk. Winarti, 2009: 48). Melalui kajian ini perlu dijelaskan bahwa

pengkategorian makna [+sengaja] tersebut tidak hanya didasarkan pada tipe

kausatif, tetapi juga pada kebernyawaan [+bernyawa] penyebab yang terdapat

dalam konstruksi tersebut.

(100) Si Berta do sangajo mamuntar balon i. [kausatif leksikal]

ART Berta T sengaja AKT-pecah-KAUS balon Pron.

‘Si Berta sengaja memecah balon itu.’

(101) *Alogo na gogo i do sangajo pahabanghon abit. [kaus. morfologis]

Angin-TOP Pe kencang Pron T sangajo AKT-terbang-KAUS kain.

‘Angin yang kencang itu sengaja menerbangkan kain.’

(102) Ompung do sangajo mambahen dame halak namboru i. [kausatif analitik]

Nenek T sengaja V-KAUS damai orang bibi itu.

‘Nenek sengaja membuat bibi berdamai.’

Konstruksi kausatif leksikal (100) dan konstruksi kausatif analitik (102)

memiliki penyebab [+bernyawa] sehingga tindakan untuk menimbulkan akibat

dilakukan dengan sengaja, sedangkan konstruksi kausatif morfologis (101)

Universitas Sumatera Utara

Page 130: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

128

memiliki penyebab [-bernyawa] sehingga tindakan yang terjadi pada pesebab

dilakukan dengan tidak sengaja. Artinya, kesimpulan penelitian sebelumnya

kurang tepat apabila pemetaan kausatif sejati dan permisif didasarkan pada tipe

kausatif saja. Analisis mengenai fitur semantis [+sengaja] pada penelitian tersebut

cenderung disamakan dengan fitur kelangsungan [+kontak] padahal kedua fitur

tersebut berbeda satu sama lain. Pengujian terhadap ketiga konstruksi di atas

membuktikan bahwa keduanya memang berbeda.

Fitur semantis ketiga terkait dengan keterlibatan [ kontak] antara

penyebab dan pesebab. Kontak tersebut mengacu pada tindakan penyebab yang

menyentuh pesebab secara fisik. Namun perlu dipahami bahwa fitur ini tidak

dapat memetakan kausatif berdasarkan sejati atau permisif, tetapi hanya

menjelaskan hubungan penyebab dengan pesebab (Mayani, 2005: 245; bandk.

Winarti, 2009: 48). Artinya, keterlibatan secara langsung itu akan menunjukkan

kekuatan penyebab dalam menimbulkan akibat (apabila kausatif sejati) dan

mencegah akibat (apabila kausatif permisif).

(97) (b) Angka dakdanak i do mambiltak sorminan ni jabu.

Num anak-TOP Pron T AKT-pecah-KAUS kaca Pron rumah.

‘Anak-anak itu sengaja memecah kaca rumah.’

(98) (b) Namboru do mangauphon langkat ni gambiri i tu binanga.

Bibi-TOP T AKT-hanyut-KAUS kulit Pron kemiri Pron Prep sungai.

‘Bibi menghanyutkan kulit kemiri itu ke sungai.’

(99) (b) Hata ni Debata do mambahen gok panghirimonhu.

Firman Pron Tuhan T V-KAUS penuh pengharapan-1TG.

‘Firman Tuhan membuat pengharapanku penuh.’

Pada konstruksi kausatif leksikal (97b) tampak bahwa penyebab angka

dakdanak menyentuh langsung pesebab sorminan secara fisik sehingga

membuatnya biltak. Hal yang sama juga tampak pada konstruksi kausatif

Universitas Sumatera Utara

Page 131: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

129

morfologis (98b), dimana adanya hubungan langsung antara penyebab namboru

dengan pesebab langkat ni gambiri secara fisik. Berbeda dengan itu, konstruksi

kausatif analitik (99b) menunjukkan hubungan penyebab hata ni Debata dengan

pesebab panghirimonhu tidak terjadi secara langsung dan tidak menyentuhnya

secara fisik. Secara khusus, berdasarkan ketiga konstruksi di atas tampak bahwa

penyebab [+bernyawa] cenderung memiliki [+kontak] dengan pesebab, sebaliknya

penyebab [-bernyawa] cenderung memiliki [-kontak].

(103) Alogo dohot udan i do mamunu Boru Saroding di tao i.

Angin Konj hujan-TOP Pron T V-KAUS Boru Saroding Prep danau Pron.

‘Angin dan hujanlah yang membunuh Boru Saroding di danau itu.’

Konstruksi (103) di atas merupakan pembuktian pada ketidaktepatan

pelekatan fitur [ kontak] dalam memetakan kausatif sejati dan permisif.

Penyebab alogo dohot udan tergolong [-bernyawa], namun dalam konteks ini,

entitas tersebut mampu melakukan hubungan secara fisik [+kontak] terhadap

pesebab Boru saroding hingga menyebabkan mate. Konstruksi ini menjelaskan

bahwa di satu sisi konstruksi (103) tergolong kausatif sejati berdasarkan

kebernyawaan [ bernyawa] penyebab, namun di sisi lain tergolong kausatif

permisif berdasarkan keterlibatan [ kontak] penyebab. Dengan demikian,

pelekatan fitur ini tidak dapat memetakan kausatif sejati dan kausatif permisif.

Yang terakhir atau yang keempat yakni fitur semantis sifat [ manusia]

penyebab. Berdasarkan fitur ini dapat ditentukan bahwa penyebab [-manusia]

tidak memiliki kendali untuk mencegah terjadinya akibat, sedangkan yang bersifat

[+manusia] memiliki kemampuan tersebut. Konstruksi kausatif leksikal (97b)

memiliki penyebab angka dakdanak [+manusia] sehingga memiliki kendali untuk

mencegah terjadinya akibat. Hal yang sama tampak pada konstruksi kausatif

Universitas Sumatera Utara

Page 132: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

130

morfologis (98b), dimana namboru merupakan penyebab [+bernyawa] yang juga

memiliki kemampuan mencegah terjadinya akibat. Berbeda dengan itu, konstruksi

kausatif analitik (99b) terbentuk atas penyebab hata ni Debata [-bernyawa]

sehingga hanya mampu menimbulkan akibat, tetapi tidak mampu mencegah

akibat. Dalam hal ini, sifat [ manusia] dapat disejajarkan dengan fitur

kebernyawaan [ bernyawa] penyebab. Kedua hal ini sejalan dalam memetakan

kausatif sejati dan kausatif permisif.

Keempat fitur semantis yang dijelaskan di atas dipetakan terhadap kausatif

sejati dan kausatif permisif seperti di bawah ini.

Tabel 8. Perbedaan Kausatif Sejati dan Kausatif Permisif dalam bBT

No. Fitur Semantis Kausatif Sejati Kausatif Permisif

1. [ kebernyawaan] Penyebab [-bernyawa] Penyebab [+bernyawa]

2. [ kesengajaan] Penyebab [-sengaja] Penyebab [+sengaja]

3. [ kontak] Penyebab [ kontak] Penyebab [ kontak]

4. [ manusia] Penyebab [-manusia] Penyebab [+manusia]

5.2.2.2 Kausatif Langsung dan Tak Langsung

Seperti penjelasan sebelumnya, pemetaan kausatif langsung dan tak

langsung yang didasarkan pada rentang durasi tidak dapat disimpulkan secara

mutlak (Mayani, 2005: 246). Adakalanya rentang durasi antara penyebab dan

pesebab sebuah konstruksi kausatif lebih lama dibanding konstruksi kausatif

lainnya. Oleh karena itu, pada bagian ini, dijelaskan beberapa hal yang dapat

membedakan kausatif langsung dan tak langsung.

Pertama, kategori kata yang membentuk konstruksi kausatif, khususnya

yang menempati fungsi predikat dapat menunjukkan perbedaan kausatif langsung

dan tak langsung. Berkaitan dengan itu, Comrie (1983: 165) menyatakan bahwa

konstruksi kausatif langsung umumnya dibangun oleh verba transitif, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 133: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

131

kausatif tak langsung dibangun oleh verba intransitif dan predikat intransitif yang

ditempati oleh adjektiva. Dalam hal ini, kategori verba intransitif dan adjektiva

yang dikategorikan sebagai kausatif tak langsung menunjukkan perbedaan satu

sama lain. Hal itu tampak pada konstruksi berikut.

(104) (a) Ngali indahan. [adjektiva]

AKT-dingin nasi-TOP.

‘Nasi dingin.’

(b) Paima jo, naeng pangalihon indahan do pe ahu.

Tunggu dulu, akan AKT-dingin-KAUS nasi T Pe aku-1TG-TOP.

‘Tunggu dulu, aku mau mendinginkan nasi dulu.’

(105) (a) Meret panggu. [verba intransitif]

AKT-pindah cangkul-TOP.

‘Cangkul pindah.’

(b) Ho do hape paerethon panggu i.

Kau-2TG-TOP T ternyata AKT-pindah-KAUS cangkul Pron.

‘Ternyata kau yang memindahkan cangkul itu.’

Konstruksi (104b) dan (105b) menunjukkan adanya perbedaan rentang

durasi antara penyebab dan pesebab. Rentang durasi kategori dasar adjektiva ngali

pada konstruksi (104b) cenderung lebih lama dibanding kategori verba intransitif

meret pada konstruksi (105b). Hal itu disebabkan oleh jenis verba (predikat) yang

dibentuk berdasarkan kategori tersebut. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman

mengenai struktur logis verba yang dikemukakan oleh Van Valin (2006: 10)

berikut ini.

Tabel 9. Struktur Logis Verba (Van Valin, 2006 dalam Mulyadi, 2012)

No. Verba Makna

1. Keadaan Predikat’ (x) atau (x,y)

2. Kegiatan Melakukan’ (x, [predikat’ (x) atau (x,y)])

3. Ketercapaian Predikat’INGR (ESIF) (x) atau (x,y)], atau

Melakukan ‘INGR (x, [predikat’ (x) atau (x,y)]

4. Semelfaktif Predikat’ SEML (x) atau (x,y), atau

Melakukan SEML (x’, [predikat’ (x) atau (x,y)])

5. Ketuntasan Predikat’ MENJADI (x) atau (x,y), atau

Universitas Sumatera Utara

Page 134: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

132

Melakukan’ MENJADI (x, [predikat’ (x) atau (x,y)])

6. Ketuntasan Aktif Melakukan’ (x, [predikat1’ (x; (y))], dan predikat2’

MENJADI (z,x) atau (y)

7. Kausatif α MENYEBABKAN β dimana α, β adalah representasi

dari tipe apapun.

Berdasarkan struktur logis yang dikemukakan di atas tampak bahwa verba

memiliki bentuk yang berbeda satu sama lain. Dalam hal ini, adjektiva ngali yang

mengisi fungsi predikat konstruksi (104a) tergolong verba keadaan, sedangkan

verba intransitif meret yang menempati fungsi predikat konstruksi (105a)

tergolong verba kegiatan. Lebih jelasnya, rentang durasi yang dibutuhkan dalam

menciptakan keadaan jauh lebih lama dibanding melakukan kegiatan. Dengan

demikian, konstruksi (104a) merupakan kausatif tak langsung, sedangkan

konstruksi (105a) merupakan kausatif langsung.

Kedua, pembedaan kausatif langsung dan kausatif tidak langsung juga

dapat diamati berdasarkan tipe kausatif pembentuknya.

(106) (a) Dingkal panjomuran.

AKT-tegak penjemuran-TOP.

‘Penjemuran itu tegak.’

(b) Hot do hau i mandingkal panjomuran.

Kukuh T kayu-TOP Pron AKT-tegak-KAUS penjemuran.

‘Kayu itu kukuh menegakkan penjemuran.’

(107) (a) Jongjong pahepahe i.

AKT-diri sapu-TOP Pron.

‘Sapu itu berdiri.’

(b) Ibana do pajongjonghon pahepahe i.

Dia-3TG-TOP T AKT-berdiri-KAUS sapu Pron.

‘Dia mendirikan sapu itu.’

(c) Ibana do mambahen jongjong pahepahe i.

Dia-3TG-TOP T V-KAUS berdiri sapu Pron.

‘Dia membuat sapu itu berdiri.’

Universitas Sumatera Utara

Page 135: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

133

Konstruksi kausatif leksikal (106b) menunjukkan bahwa penyebab hau

dengan pesebab panjomuran memiliki rentang durasi yang tidak lama. Verba

man(dingkal) dalam konstruksi tersebut bermakna bahwa pesebab panjomuran

(dingkal) berlangsung dengan cepat oleh penyebab hau karena dilakukan dengan

leksikon yang seragam. Berkaitan dengan itu, kutipan berikut perlu dicermati

“Lexical causative express situations involving physical manipulation of an object

or person (the cause) by the causer (Shibatani, 1976: 88, bandk. Song, 2001: 278;

Whaley, 1997: 195). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kausatif

leksikal merupakan struktur kausatif langsung.

Penggolongan kepada kausatif langsung diakibatkan struktur kausatif

leksikal tersebut yang secara seragam memberlakukan subjek sebagai penyebab

dan objek sebagai pesebab. Pesebab yang berlaku dalam kausatif leksikal

merupakan pasien dan penyebabnya adalah agen. Peristiwa tersebab yang terjadi

juga berlangsung dalam satu waktu dan diterangkan dalam satu klausa. Oleh

karena itu, perbedaan kausatif leksikal dengan kausatif lainnya terletak pada

makna yang dibentuk langsung oleh verba transitif berpasangan atau verba

transitif yang terlibat dalam menunjukkan suatu kejadian yang secara langsung

terjadi. Apabila dibandingkan dengan makna ‘membuat’ dalam kausatif

morfologis, maka dapat dibedakan dari makna implisit yang dihasilkan. Makna

kausatif leksikal lebih alami dalam menghasilkan makna, sedangkan kausatif

morfologis memiliki makna implisit yang dapat diketahui melalui konteks

kalimat.

Berbeda dengan itu, konstruksi kausatif morfologis (107b) menunjukkan

bahwa penyebab ibana dan pesebab pahepahe terjadi secara bersamaan dan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 136: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

134

durasi yang pendek. Hal itu berbeda dengan konstruksi kausatif analitik (107b)

yang menunjukkan adanya perbedaan waktu yang tidak bersamaan antara

komponen sebab ibana mambahen dan komponen akibat pahepahe jongjong.

Meski dibentuk oleh kata yang sama, namun konstruksi yang berbeda membuat

perbedaan rentang durasi di antara keduanya. Pembuktian mengenai perbedaan

tersebut tampak pada pengujian berikut.

(107) (d) Ibana do pajongjonghon pahepahe i dohot tanganna.

Dia-3TG-TOP T AKT-berdiri-KAUS sapu Pron dengan tangan- 3TG.

‘Dia mendirikan sapu itu.’

*(e) Ibana do mambahen jongjong pahepahe i dohot tanganna.

Dia-3TG-TOP T V-KAUS berdiri sapu Pron dengan tangan-3TG.

‘Dia yang membuat sapu itu berdiri.’

Perbedaan konstruksi kausatif morfologis (107d) dan kausatif analitik

(107e) tampak melalui pelekatan adverbia dohot tanganna. Keberterimaan

adverbia tersebut pada konstruksi (107d) menunjukkan bahwa durasi yang

dibutuhkan oleh kausatif morfologis lebih cepat dibanding durasi dalam kausatif

analitik (107e). Hal ini menyimpulkan bahwa kausatif morfologis dikategorikan

kausatif langsung, sedangkan kausatif analitik dikategorikan tidak langsung.

Ketiga, perlu dipahami bahwa jarak konseptual antara komponen sebab

dan komponen akibat turut memengaruhi tipe kausatif, baik berdasarkan

parameter formal, maupun berdasarkan parameter semantis (lih. Song, 2001: 259).

Artinya, tipe-tipe kausatif tersebut ditentukan oleh jenis sebab-akibat yang

nantinya juga berhubungan pada faktor semantis dan pragmatis.

(107) (a) Ibana do pajongjonghon pahepahe i.

Dia-3TG-TOP T AKT-berdiri-KAUS sapu Pron.

‘Dia mendirikan sapu itu.’

(108) Ibana do pajongjonghon godung i.

Dia-3TG-TOP T AKT-berdiri-KAUS gedung Pron.

Universitas Sumatera Utara

Page 137: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

135

‘Dia mendirikan gedung itu.’

Konstruksi (107a) dan (108a) di atas merupakan konstruksi kausatif

morfologis dengan penyebab ibana dan pesebab yang berbeda, yakni pahepahe

(107a) dan godung (108a). Perbedaan jenis pesebab pada konstruksi tersebut

membuat adanya perbedaan rentang durasi yang terjadi dalam kedua

konstruksinya. Tindakan pajongjonghon pahepahe bukanlah tindakan yang

memerlukan durasi yang panjang maka konstruksi (107a) tergolong sebagai

kausatif langsung, berbeda dengan tindakan pajongjonghon godung yang memang

membutuhkan waktu yang sangat panjang sehingga membuat konstruksi (108a)

tergolong sebagai kausatif tidak langsung. Hal ini menyimpulkan bahwa jenis

pesebab pada konstruksi tersebut membuat perbedaan kelangsungan waktu antara

penyebab dan pesebab.

Tabel 10. Perbedaan Kausatif Langsung dan Tidak Langsung

No. Tipe Kausatif Kausatif Langsung Kausatif Tidak Langsung

1. Kausatif Morfologi + -

2. Kausatif Analitik - +

3. Kausatif Leksikal + -

Berdasarkan tabel di atas perlu dipahami bahwa sifat kelangsungan

kausatif morfologis dan kausatif leksikal tampak pada kealamiahan keduanya.

Kausatif morfologis sifatnya implisit, sedangkan kausatif leksikal sifatnya lebih

alami. Tabel di atas sekaligus menunjukkan kesemestaan kausatif bBT dengan

bahasa lain di dunia berdasarkan tipe kausatif dengan parameter semantis

kelangsungan hubungan komponen sebab dan akibat dalam konstruksi tersebut

(Whaley, 1997: 195).

Universitas Sumatera Utara

Page 138: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

136

5.3 Struktur Kausatif Bahasa Batak Toba

Struktur konstruksi kausatif bBT dianalisis dengan menggunakan teori X-

Bar dan teori Perpindahan sebagai bagian dari Teori Penguasaan dan Pengikatan.

Teori tersebut digunakan untuk mengamati perpindahan konstituen yang

menduduki konstruksi nonkausatif ke dalam konstruksi kausatif.

(a) Struktur Kausatif Leksikal

Kausatif leksikal dibentuk oleh struktur monoklausa dengan adanya satu

predikat bermakna kausatif pada satu klausa.

(109) (a) Mose padanta.

AKT-ingkar janji-2JM.

‘Janji kita ingkar.’

(b) Ho do na dung mangose padanta.

Kau-2TG-TOP T Pe Adv V-KAUS janji-2JM.

‘Kau telah mengingkari janji kita.’

(c) Ho do na dung mambahen mose padanta.

Kau-2TG-TOP T Pe Adv V-KAUS ingkar janji-2JM.

‘Kau telah membuat janji kita ingkar.’

Konstruksi kausatif leksikal (109a-c) menghadirkan verba mangose (109b)

sehingga memunculkan FN0 subjek baru ho dan menggeser kedudukan FN1

subjek lama padanta ke posisi objek langsung. Di sisi lain, predikat mose pada

klausa dasar berinkorporasi dengan verba kausatif mangose pada konstruksi

kausatif sehingga komponen akibat digambarkan secara implisit.

Konstruksi (109a) Konstruksi (109b)

FI FI

I’ FN FN I’

padanta ho

I FV I FV

mose na dung

V FN

mangose

padanta

Universitas Sumatera Utara

Page 139: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

137

Konstruksi (109c)

FI

FN0 I’

ho

I FV

na dung

V FP

mambahen

SPES FP P’

P FI

FN1 I’

padanta

I FV

mosei

Gambar 13. Struktur Kausatif Leksikal bBT

Pergeseran dalam konstruksi tersebut menunjukkan adanya perpindahan

konstituen di dalamnya. Verba mose (109a) berinkorporasi membentuk mangose

dan menghasilkan konstruksi (109b). Hal tersebut menunjukkan bahwa mose dan

mangose berkoindeks satu sama lain.

(109) (a) [K[FN[FP[P’[FI padanta [I’[FV[V mose]]]]]]]]

(b) [K[FN Ho [FV mangosei [FP[P’[FI padanta [I’[FV[Vi]]]]]]]]]

(c) [K[FN Ho [FV mambaheni [FP[P’[FI padanta [I’[FV[Vi mose]]]]]]]]]

(b) Struktur Kausatif Morfologis

Adapun kausatif morfologis terbentuk atas struktur monoklausa yang sama

dengan konstruksi kausatif leksikal. Perbedaannya terletak pada proses

inkorporasi predikat pada klausa dasar dengan pelekatan afiks kausatif yang

membentuk verba kausatif.

(110) (a) Moru boras sihuntion i.

Kurang beras-TOP ART-junjung Pron.

‘Beras yang dijunjung itu berkurang.’

Universitas Sumatera Utara

Page 140: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

138

(b) Oma do mangorui boras sihuntion i.

Ibu-TOP T AKT-kurang-KAUS beras ART-junjung Pron.

‘Ibu mengurangi beras yang dijunjung itu.’

(c) Oma do mambahen moru boras sihuntion i.

Ibu-TOP T V-KAUS kurang beras ART-junjung Pron.

‘Ibu membuat beras yang dijunjung itu berkurang.’

Konstruksi (110a) Konstruksi (110b)

FI FI

I’ FN FN I’

boras sihuntion oma

I FV I FV

moru do

V FN

mangorui

boras sihuntion

Konstruksi (110c)

FI

FN0 I’

oma

I FV

do

V FP

mambahen

SPES FP P’

P FI

FN1 I’

boras sihuntion i

I FV

morui

Gambar 14. Struktur Kausatif Morfologis bBT

Hal yang sama juga tampak pada konstruksi kausatif morfologis di atas.

Posisi FN0 boras sihuntion dan FV moru pada klausa dasar (110) bergeser setelah

adanya pelekatan afiks kausatif {-hon}. Pelekatan tersebut memunculkan FN

subyek baru oma yang membuat FV moru berinkorporasi dengan afiks tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 141: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

139

dan FN boras sihuntion menempati posisi FN1. Dengan demikian, konstruksi

kausatif morfologis dibentuk oleh struktur monoklausa.

Ketiga konstruksi (110a-c) di atas dapat diformulasikan dengan grafik

kurung di bawah ini.

(110) a) [K[FV[FP[P’[FI Boras sihuntion [I’[FV[V moru]]]]]]]]

b) [K[FN Oma [FV mangoruii [FP[P’[FI boras sihuntion [I’[FV[Vi]]]]]]]]]

c) [K[FN Oma [FV mambaheni [FP[P’[FI boras sihuntion [I’[FV[Vi

moru]]]]]]]]].

(c) Struktur Kausatif Analitik

Selain bentuk di atas, kausatif juga dapat dibentuk oleh struktur biklausa.

Pembentukan itu terjadi pada konstruksi kausatif analitik. Konstruksi tersebut

terbentuk atas verba ekatransitif maupun verba ditransitif.

(a) Verba Ekatransitif

(111) (a) Oma manginum hua ni bangunbangun.

Ibu-TOP AKT-minum kuah Pron sayuran.

‘Ibu meminum kuah sayuran.’

(b) Bapa do manuru oma manginum hua ni bangunbangun i.

Ayah-TOP T V-KAUS ibu AKT-minum kuah Pron sayuran Pron.

‘Bapa menyuruh ibu meminum kuah sayuran itu.’

Konstruksi (110a)

FI

FN0 I’

oma

I FV

V FN1

manginum

hua ni bangunbangun

Universitas Sumatera Utara

Page 142: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

140

Konstruksi (110a) menunjukkan bahwa posisi FV manginum hua ni

bangunbangun berada di bawah FI. Konstruksi tersebut menunjukkan bahwa FV

naik dan berpindah ke posisi [Spes FP]. Hal ini membuat inti verba dari FV itu

mengalami proses inkorporasi ke dalam predikat matriks dan meninggalkan

argumen internalnya, yaitu hua ni bangunbangun, di bawah posisi [SPES FP]

seperti pada diagram berikut.

Konstruksi (110b)

FI

FN0 I’

bapa

I FV

do

V FP

manuru

SPES FP

FVi FI

V FN2 FN1 I’

oma

I FV

manginum hua ni bangunbangun ei

Gambar 15. Struktur Kausatif Analitik bBT

Perpindahan yang terjadi pada konstruksi tersebut tampak juga pada grafik

kurung di bawah ini.

(110) (a) [K[FV[FP[P’[FI Oma [I’ [FV [V manginum [FN hua ni bangunbangun

]]]]]]]]].

(b) [K[FN Bapa [FV mambaheni [FP[P’[FI oma [I’[FV[V manginumi [FN

hua ni bangunbangun ]]]]]]]]]].

Universitas Sumatera Utara

Page 143: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

141

(b) Verba Dwitransitif

Selain terbentuk atas kategori dasar verba ekatransitif, pelekatan verba

kausatif dalam membentuk konstruksi kausatif analitik bBT juga dapat dibentuk

atas kategori dasar verba dwitransitif.

(112) (a) Oma do manuru ahu manurat ayat-ayat.

Ibu-TOP T AKT-suruh aku-1TG AKT-tulis liturgi.

‘Ibu menyuruh aku menulis liturgi.’

(b) Ompung do mambahen ahu manurat ayat-ayat tu oma.

Nenek-TOP T V-KAUS aku-1TG AKT-tulis liturgi Prep ibu.

‘Nenek membuat aku menulis liturgi untuk ibu.’

Konstruksi (112a)

FI

FN0 I’

oma

I FV

do

V FP

manurui

SPES FP P’

P FI

FN1 I’

ahu

I FV

Vj FN2

manurat

ayat-ayat

Pada konstruksi (112a) FN subjek ditempati oleh argumen oma, FN objek

tak langsung diisi oleh argumen ahu, sedangkan FN objek langsung diisi oleh

argumen ayat-ayat. Kemudian, verba bervalensi tiga manuru berinkorporasi

dengan pelekatan verba kausatif mambahen sehingga fungsi sebelumnya bergeser

Universitas Sumatera Utara

Page 144: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

142

satu sama lain dan menyebabkan FN subjek ompung pada klausa matriks menjadi

subjek baru pada konstruksi (112b), FN objek langsung dan FN objek tak

langsung tetap menempati posisinya, sedangkan FN subjek pada (112a) berpindah

ke posisi paling kanan dan menempati posisi oblik.

Konstruksi (112b)

FI

FN0 I’

ompung

I FV

do

V FP

SPES FP

V Vj

mambahen manurat

FVi FI

V FN2 FN1 I’

ej ayatayat ahu

I FV

V FPrep

ei

tu oma

Konstruksi (112b) menunjukkan bahwa keempat argumen yang mengisi

fungsi gramatis dalam kausatif analitik menempati posisi masing-masing dalam

diagram X-Bar. Posisi FI hanya ditempati oleh FN0 subjek ompung, sedangkan

FN1 ahu, FN2 ayatayat, dan FN3 oma berada di bawah dominasi FP. Perpindahan

itu masing-masing ditunjukkan oleh posisi yang ditempati oleh fungsi gramatikal.

Lebih jelasnya, tampak dalam diagram kurung berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 145: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

143

(112) (a) [K[FN oma [FV manuru-manurati [FP[P’[FI ahu [I’[FVi[FN[N

ayatayat]]]]]]]]]].

(b) [K[FN ompung [FV mambahen-manurati [FP[P’[FI ahu [I’[FVi[FN[N

ayatayat] [N oma]]]]]]]]]]]].

Demikianlah struktur kausatif bBT yang digambarkan berdasarkan teori

X-Bar dan teori Perpindahan. Perlu dipahami bahwa tata urutan kata bBT yang

berpola V-O-S tidak memengaruhi struktur kausatif yang membentuknya.

Menurut Chomsky, teori X-Bar bersifat universal sehingga dapat digunakan untuk

menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-bahasa

tersebut bertipe SVO, SOV, dan sebagainya (Mulyadi, 1998).

5.4 Temuan Penelitian

Sebagai kajian ilmiah, penelitian ini memiliki temuan yang dapat

digunakan untuk mengembangkan khazanah linguistik.

a) Temuan Teoretis

Temuan teoretis dalam penelitian ini merupakan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian.

1) Penentuan kausatif leksikal dengan mekanisme pemasifan dapat dilakukan

untuk menentukan posisi tipe konstruksi kausatif leksikal dalam kontinum

parameter formal. Artinya, apabila salah satu di antara pemarkah afiks (di,

ni, -in-, tar-, ha--an, -on/ -an, -an) tidak terdapat dalam konstruksi

tersebut, kausatif tersebut bukan kausatif morfologis melainkan leksikal.

2) Pelekatan afiks kausatif {pa--hon} dan {pa--i} dalam bBT dapat

membentuk konstruksi kausatif pada kategori kata yang sama hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 146: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

144

dengan mengkombinasikan afiks {maN-} dan {-i} atau {-hon}. Hal ini

merupakan temuan khas dalam bBT sebab dalam bahasa lain, khususnya

bahasa Indonesia, pelekatan kombinasi afiks tersebut tidak dapat

memunculkan konstruksi kausatif pada kategori kata yang sama apabila

dibentuk oleh afiks yang berbeda.

3) Konstruksi kausatif analitik bBT membentuk tipe urutan S-V-V-O dengan

pemarkah do sebagai pentopikalan. Selain itu, bBT juga membentuk pola

S-V-O-V yang disebut sebagai variasi kanonik dari urutan kata S-V-V-O.

Kedua pola itu disesuaikan oleh kategori kata yang membentuknya.

Selain itu, penentuan struktur pembentuk kausatif analitik dapat diuji

dengan pelekatan negasi dan modalitas pada PRED1 dan PRED 2.

4) Pemetaan tipe kausatif sejati dan permisif tidak didasarkan pada tipe

kausatif berdasarkan parameter formal seperti temuan penelitian terdahulu,

namun lebih didasarkan pada kebernyawaan [ bernyawa] penyebab.

5) Pemarkah do dalam bBT merupakan pemarkah aspek yang menyiratkan

waktu lampau. Posisi pemarkah tersebut berada pada Infleksional (I) dan

didominasi oleh FI dalam struktur kausatif bBT.

b) Temuan Empiris

Temuan ini memuat hasil yang diperoleh dalam penelitian yang sifatnya

praktis seperti berikut.

1) Verba yang mengindikasikan makna ‘membunuh’ cukup banyak

ditemukan dalam bBT. Selain bunu (mamunu), verba lain yang sama

dengan itu adalah (1) bija, (2) buje (mamuje), (3) todos (manodos), dan (4)

pusa (mamusa). Keempat verba tersebut mengindikasikan makna (1)

Universitas Sumatera Utara

Page 147: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

145

membunuh dan (2) menikam, namun tidak ditemukan data (baik lisan,

maupun tulisan) mengenai keempat bentuk verba tersebut. Artinya, verba

tersebut tergolong kausatif leksikal sama seperti verba mamunu.

2) Pelekatan afiks bBT tidak memiliki makna yang sejajar dengan afiks yang

sama dalam bahasa Indonesia, misalnya (1) mamparlobi bukan

*memperlebih melainkan melebihkan, (2) mamparsada bukan

*mempersatu melainkan mempersatukan (menyatukan), serta bentuk lain

yang tampak dalam pemetaan afiks kausatif pada lampiran 5.

3) Verba *mamodomhon yang dilekati oleh afiks {-hon} bukanlah kausatif

dalam bBT karena dalam konsep budaya bBT, *mamodomhon bermakna

‘mengerami telur (ayam, itik)’. Hal itu berbeda dengan verba papodomhon

yang dilekati oleh afiks {pa--hon}. Temuan ini merupakan salah satu

keunikan empiris bBT yang dihubungkan dengan konsep budaya.

4) Ada beberapa verba dalam bBT yang sulit mencari padanan makna dalam

bahasa lain, misalnya mampardumaredehon. Verba tersebut mengandung

berbagai unsur imbuhan yang melekat dan masing-masing memberi

nuansa imbuhan. Pertama, awalan {mam-} berdiri sebagai imbuhan

pembentuk aktif transitif. Kedua, awalan {par-} berdiri sebagai

pembentuk aktif transitif. Ketiga, kata dasar kategori verba dede.

Keempat, sisipan {-um-} yang melekat pada awalan {mam-}

memunculkan makna aktif transitif pada kata dasar dede. Kelima, sisipan

{-ar-} yang ekuivalen dengan sisipan {-al-} dalam bBT yang

memunculkan makna ‘ramai, berulang’. Terakhir, akhiran {-hon} yang

muncul dalam memberi nuansa pemberi makna aktif transitif.

Universitas Sumatera Utara

Page 148: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

146

Catatan:

1Pemarkah pasif bBT (Sibarani, 1997: 158)

No. Afiks Proklitik Kata

1. di- hu- tu + N

2. ni- ta- hona + Vt & N

3. -in- hu- hami dapot/ jumpang

4. tar-

5. ha-an

6. -on/ -an

7. -an

2

Rumus kausatif leksikal yang digambarkan pada bagian sebelumnya merujuk

pada struktur logis verba yang dikemukakan oleh Van Valin. Selain itu, perlu

dipahami bahwa penggunaan huruf kapital pada kata ‘MENYEBABKAN’ dan

‘MENJADI’ bermakna bahwa ada banyak jenis kata dan kategori yang dapat

mengisi kedua slot tersebut dalam membentuk konstruksi kausatif. Hal yang

sama juga terdapat pada slot (X) dan (Y). Penjelasan lebih lanjut tampak pada

tabel berikut.

Struktur Logis Verba (Van Valin, 2006: 10 dalam Mulyadi, 2012)

No. Verba Makna

1. Keadaan Predikat’ (x) atau (x,y)

2. Kegiatan Melakukan’ (x, [predikat’ (x) atau (x,y)])

3. Ketercapaian Predikat’INGR (ESIF) (x) atau (x,y)], atau

Melakukan ‘INGR (x, [predikat’ (x) atau (x,y)]

4. Semelfaktif Predikat’ SEML (x) atau (x,y), atau

Melakukan SEML (x’, [predikat’ (x) atau (x,y)])

5. Ketuntasan Predikat’ MENJADI (x) atau (x,y), atau

Melakukan’ MENJADI (x, [predikat’ (x) atau (x,y)])

6. Ketuntasan

Aktif

Melakukan’ (x, [predikat1’ (x; (y))], dan predikat2’

MENJADI (z,x) atau (y)

7. Kausatif α MENYEBABKAN β dimana α, β adalah representasi

dari tipe apapun.

3Perilaku yang berbeda pada kedua verba tersebut ditunjukkan dalam struktur

logis verba dalam tabel di atas.

4Aplikatif adalah proses perubahan valensi verba dengan penambahan argumen

nonagen. Itu sebabnya, aplikatif merupakan alat penambahan valensi verba

(Payne, 2002: 186; Whaley, 1997: 191). Proses tersebut menyebabkan unsur

periferal (bukan inti) berubah menjadi unsur inti dengan mengubahnya menjadi

objek langsung. Dalam hal ini, Payne mengajukan tiga jenis aplikatif, yaitu

aplikatif instrumental, aplikatif benefaktif, dan aplikatif lokatif (Payne, 2002:

187-188). Istilah aplikatif sering digunakan untuk merujuk ke proses

derivasional yang meliputi penaikan valensi dalam bahasa-bahasa Bantu (lihat

Artawa, 1998). Bahasa Chichewa mempunyai jenis proses sintaksis tersebut.

Konstruksi aplikatif dalam bahasa itu mempunyai dua fitur penting, yaitu: (a)

Universitas Sumatera Utara

Page 149: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

147

peran tematis yang baru dimasukkan ke dalam struktur argumen; (b) verba

mengalami modifikasi morfologis, yaitu sufiksasi dengan morfem aplikatif.

Trask (1993) dalam Jufrizal (2002, 2007) menyebutkan konstruksi aplikatif

sebagai konstruksi penciptaan objek, OTL dasar atau objek oblik dimunculkan

sebagai objek nyata (objek lahir).

5Istilah resultatif dimaknai sebagai suatu keadaan yang di dalamnya tersirat

peristiwa yang dinyatakan oleh verba resultatif ‘telah terjadi’ dan dari peristiwa

yang dinyatakan itu menghasilkan suatu hasil. Sekilas konstruksi ini sama

dengan konstruksi statif. Namun, terdapat perbedaan antara konstruksi resultatif

dan konstruksi statif, yakni (1) konstruksi statif mengungkapkan suatu keadaan

tanpa implikasi apa pun terkait dengan asal-muasalnya, sedangkan konstruksi

resultatif mengungkapkan, baik keadaan maupun tindakan yang mendahuluinya

(Nedjalkov dan Jaxontov, 1998:6 dalam Budiarta, 2013).

6Eksistensi pemarkah do pada data di atas membuat urutan kata pada konstruksi

tersebut cenderung bertipe S-V-O. Tujuan pelekatan pemarkah tersebut hanya

untuk mempermudah penganalisisan terhadap konstruksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 150: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

148

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang dikemukakan

sebelumnya, berikut ini disajikan simpulan dan saran sebagai penutup dari

rangkaian kajian ini.

6.1 Simpulan

Simpulan berikut searah dengan rumusan masalah yang dikemukakan

dalam kajian ini. Pertama, simpulan mengenai tipe kausatif bBT. Tipe kausatif

berdasarkan parameter formal terbagi atas tiga, yakni kausatif leksikal, kausatif

morfologis, dan kausatif analitik, sedangkan berdasarkan parameter semantis

terbagi atas dua, yakni kausatif sejati dan permisif dan kausatif langsung dan tak

langsung.

Kausatif leksikal dalam bBT dipetakan pada dua subtipe, yakni (1)

berdasarkan keistimewaan verba, dan (2) berdasarkan kemurnian leksikon

(suppletive pairs). Temuan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa bBT

memiliki verba khas dalam membentuk konstruksi kausatif leksikal tanpa bantuan

afiks kausatif (kausatif morfologis) dan verba kausatif (kausatif analitik). Temuan

tersebut diuji dengan mekanisme pemasifan dan pelekatan verba manubo untuk

menguji kealamiahan verba tersebut.

Kausatif morfologis dalam bBT dilekati oleh lima afiks kausatif, yakni

afiks {-hon}, {-i,} {pa- / par-}, {pa- - hon}, dan {pa- - i}. Penggunaan afiks

tersebut berbeda satu sama lain. Di antara kelimanya, afiks {pa--hon} adalah afiks

yang paling berpotensi dalam melekat pada banyak kategori dan bersubsitusi

Universitas Sumatera Utara

Page 151: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

149

dengan afiks lain. Temuan dalam kausatif morfologis menyimpulkan bahwa

pelekatan afiks {-hon} dan {-i} tidak hanya memunculkan konstruksi kausatif,

tetapi juga memunculkan konstruksi aplikatif. Dalam hal valensi, aplikatif

merupakan peningkatan jumlah valensi, sedangkan konstruksi resultatif

merupakan penurunan jumlah valensi.

Kausatif analitik dalam bBT dimarkahi oleh verba kausatif mambahen,

manuru, dan mangido. Kausatif tersebut cenderung memiliki urutan kata bertipe

S-V-V-O dengan pemarkah do sebagai bagian dari pentopikalan. Dengan kata

lain, PRED1 dan PRED2 menempati posisi berdampingan di antara dua argumen

yang menjadi subjek dan objek langsung pada konstruksi tersebut. Itu sebabnya,

pergeseran relasi gramatikal pada konstruksi ini tampak dengan jelas melalui

fungsi gramatikal PRED yang dirangkap. Selain itu, konstruksi kausatif analitik

bBT juga menampilkan pola S-V-O-V yang merupakan variasi kanonik dari S-V-

V-O. Hal itu sesuai dengan kategori kata yang dilekati oleh ketiga verba tersebut.

Kausatif sejati dan kausatif permisif dibedakan atas kendali atau

kemampuan yang dimiliki penyebab dalam menimbulkan atau mencegah akibat.

Perbedaan keduanya dipetakan berdasarkan fitur-fitur semantis, yakni (1) fitur

[ kesengajaan] penyebab, (2) fitur keterlibatan penyebab [ kontak], (3) fitur

kebernyawaan penyebab [ bernyawa], dan (4) fitur [ manusia] penyebab. Semua

fitur tersebut ditemui dalam bBT namun tidak dapat dipetakan sesuai dengan tipe

kausatif karena pengaruh yang paling besar terdapat pada potensi penyebab.

Kausatif langsung dan tak langsung dibedakan berdasarkan hubungan

antara penyebab dan pesebab (fitur rentang durasi). Namun, rentang durasi antara

penyebab dan pesebab pada suatu konstruksi kausatif tidak dapat ditentukan

Universitas Sumatera Utara

Page 152: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

150

secara mutlak. Dalam bBT, kausatif morfologis dan kausatif leksikal tergolong

kausatif langsung, sedangkan kausatif analitik tergolong kausatif tak langsung.

Meski tergolong kausatif langsung, kausatif morfologis dan kausatif leksikal

memiliki rentang durasi yang berbeda. Itu sebabnya, perbedaan kausatif leksikal

dengan kausatif lainnya terletak pada makna yang dibentuk langsung oleh verba

transitif berpasangan dengan verba transitif yang terlibat menunjukkan suatu

kejadian yang langsung terjadi.

Sama dengan tipologi bahasa lain, pembentukan konstruksi kausatif dalam

bBT, baik dengan pelekatan afiks kausatif - maupun pelekatan verba kausatif

dapat memengaruhi jumlah valensi dalam konstruksi tersebut. Perubahan jumlah

valensi tersebut disebabkan oleh munculnya argumen baru yang berperan sebagai

subjek baru. Hal itu mempengaruhi fungsi-fungsi sintaksis dan peran semantis

argumen-argumen dalam suatu proposisi. Kaitannya dengan hal itu, fungsi-fungsi

sintaksis yang mendapat pengaruh dari perubahan jumlah valensi tampak pada

perubahan relasi gramatikal.

Kedua, struktur yang membangun konstruksi kausatif dalam bBT. Kausatif

leksikal dan kausatif morfologis dibentuk oleh struktur monoklausa, sedangkan

kausatif analitik dibentuk oleh struktur biklausa. Pada struktur monoklausa,

kehadiran FN0 subjek baru membuat FV pada klausa dasar berinkorporasi dengan

pemarkah kausatif (kausatif leksikal & morfologis) sehingga subjek pada klausa

dasar bergeser ke kanan dan menempati posisi FN1. Struktur tersebut

menggambarkan bahwa posisi FV berada di bawah dominasi FI. Pada struktur

biklausa, FN0 subjek serta FV berada di bawah dominasi FI. Adanya pelekatan

verba kausatif membuat FV tersebut berpindah ke posisi [Spes FP] dan

Universitas Sumatera Utara

Page 153: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

151

meninggalkan posisi sebelumnya. Konstruksi tersebut menunjukkan bahwa FV

mengalami inkorporasi ke dalam predikat matriks dan meninggalkan argumen

internalnya di bawah posisi [Spes FP]. Struktur ini tidak berbeda dengan struktur

bahasa lain sebab urutan kata bBT yang berpola V-O-S tidak memengaruhi

struktur kausatif yang tampak dalam diagram X-Bar.

6.2 Saran

Penelitian ini mengkaji dua ranah yang berbeda, yakni dari sudut pandang

tipologi dan dari sudut pandang sintaksis. Adanya keterbatasan dalam

mengumpulkan dan menganalisis data penelitian membuat kedua sudut pandang

tersebut tidak dapat dibahas lebih terperinci. Hal itu tampak pada keterbatasan

dalam menggunakan kajian morfologis, sintaksis, dan semantis dalam

menentukan tipologi kelima konstruksi kausatif. Selain itu, penggunaan teori

Penguasaan dan Pengikatan saat menentukan struktur konstruksi kausatif juga

menjadi keterbatasan dalam kajian ini. Oleh karena itu, analisis yang cermat dari

para pengkaji bahasa, khususnya tipologi bahasa sangat dibutuhkan dalam

menambah pembahasan penelitian ini. Meski demikian, hasil penelitian ini tetap

dapat digunakan sebagai referensi dalam memetakan bahasa-bahasa daerah

lainnya berdasarkan tipologi bahasa. Secara khusus, penelitian ini juga dapat

menjadi pengembangan bagi bBT, baik secara teoretis maupun praktis.

Universitas Sumatera Utara

Page 154: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

152

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, F. & G. Webelhuth. 1998. A Theory of Predicate. Stanford: CSLI.

Alsina, A. 1996. The Role of Argument Structure in Grammar: Evidence from

Romance. Stanford, California: CSLI.

Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arka, I Wayan. 1993. Morpholexical Aspects of the –kan Causative in Indonesia.

(Tesis). The University of Sydney.

Artawa, I Ketut. 1998. “Keergatifan Sintaksis dalam Bahasa: Bahasa Bali, Sasak,

dan Indonesia”. Dalam PELLBA 10 (Penyunting: Purwo, B.K.) Jakarta:

Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.

Artawa, I Ketut. 2000. Balinese Language: Tipologycal Description. Denpasar:

Bali Media Adhikarsa.

Blake, B.J. 1990. Relational Grammar. London: Rouledge.

Budiarta, I. W. 2013. Tipologi Sintaksis Bahasa Kemak. (Disertasi). Program

Pascasarjana Linguistik Universitas Udayana.

Comrie, B. 1983. Language Universals and Linguistic Typology. Oxford: Basil

Blackwell.

Croft, William. 1993. Typology and Universals. Cambridge: Cambridge

University Press.

Culicover, P. W. 1997. Principles and Parameters; An Introduction to Syntactic

Theory. Oxford: Oxford University Press.

Daly, J. L. and M. Rhodes. 1981. Course in Basic Gramatical Analysis.

Ungtington Beach. California: SCL.

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dixon, R.W.M. 1994. Ergativy. Cambrige: Cambridge University Press.

Effendi, A. K. 2002. “Keterbatasan Teori Minimalis Chosmky”. Linguistik

Indonesia, 10 (1): 200-204.

Goddard, C. 1998. Semantic Analysis: A Practical Introduction. Oxford: Oxford

University Press.

Foley, W. A. dan R. Van Valin Jr. 1984. Functional Syntax and Universal

Grammar. Cambridge: Cambridge University Press.

Universitas Sumatera Utara

Page 155: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

153

Hadi, Wisman. 2007. “Konstruksi Kausatif Bahasa Serawai”. Linguistika, 8 (68):

8 -18.

Haegeman, L. 1992. Introduction to Government and Binding Theory. Oxford:

Blackwell.

Haspelmath, M. 2002. Understanding Morphology. London: Arnold.

Jufrizal. 2004. Struktur Argumen dan Aliansi Gramatikal Bahasa Minangkabau.

(Disertasi). Program Pascasarjana Linguistik Universitas Udayana.

Jufrizal. 2007. Tipologi Gramatikal Bahasa Minangkabau: Tataran

Morfosintaksis. Padang: UNP Press.

Katamba, F. 1993. Morphology. London: Macmillon Press.

Mallison, Graham dan Barry J. Blake. 1981. Language Typology. Amsterdam:

North-Holland.

Manning, C. D. 1996. Ergativy: Argument Structure and Gramatical Relations.

Stanford, California: CSLI Publications.

Maulia, D. 2011. “Pengkausatifan dalam Bahasa Jepang”, [Dikutip Oktober

2013] Tersedia dari: http://pasca.unand.ac.id/id/unduh/bahan-kuliah/artikel-

program-master-s2-2/pengkausatifan-dalam-bahasa-jepang.

Mayani, L. A. 2005. “Konstruksi Kausatif Bahasa Madura”. Linguistik Indonesia,

23 (2): 237-249.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyadi. 1998. Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia. (Tesis). Program

Pascasarjana Linguistik Universitas Udayana.

Mulyadi. 2004. “Konstruksi Kausatif Bahasa Indonesia”. Linguistika, 11 (21):

133-145.

Mulyadi. 2012. Verba Emosi Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Asahan:

Kajian Semantik Lintas Bahasa. (Disertasi). Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

Nida, E. A. 1970. Morphology: The Descriptive Analysis of Word. Ann Arbor:

The University of Michigan.

Payne, T.E. 2002. Describing Morphosyntax: A Guide for Field Linguists.

Cambridge: Cambridge University Press.

Universitas Sumatera Utara

Page 156: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

154

Pokja Sanitasi Kabupaten Toba Samosir. 2010. Buku Putih Sanitasi Kabupaten

Toba Samosir. Balige: Pemerintah Kabupaten Toba Samosir.

Sag, Ivan A dan Thomas Wasow. 1999. Syntactic Theory: A Formal Introduction.

Center for the Study of Language and Information.

Schachter, Paul (ed). 1984. Studies in The Structure of Toba Batak. Los Angels:

UCLA Occasional Papers in Linguistics.

Shibatani, M. 1976. “The Grammar of Causative Constructions: A Conspectus”.

Syntax and Semantics: The Grammar of Causative Constructions. Dalam

Mayayoshi Shibatani (ed.). New York: Academic Press, hlm. 1-40.

Sibarani, Robert. 1997. Sintaksis Bahasa Batak Toba. Medan: USU Press.

Sinaga, Anicetus B. 2002. Tata Bahasa Toba, Medan: Bina Media.

Song, Jae Jung. 2001. Linguistic Typology:Morphology and Syntax. Harlow,

Essex: Pearson Education.

Subiyanto, A. 2013. Analytic Causative in Javanese: A Lexical-Functional

Approach. Parole. 3 (2): 20-28.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sukerti, G. N. A. 2013. Relasi Gramatikal Bahasa Kodi: Kajian Tipologi

Sintaksis. (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Tambunan, S. P. 2012. Mangongkal Holi: Kumpulan Cerita Pendek (Torsa-torsa

Hata Batak). Jakarta: Selasar Pena Talenta.

Tumanggor, Ida B. 2012. Relasi dan Peran Gramatikal Bahasa Pakpak Dairi.

(Disertasi). Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Van Valin, Jr., R.D. dan R.J. Lapolla. 1999. Syntax: Structures, Meaning, and

Function. Cambridge: Cambridge University Press.

Whaley, Lindsay J. 1997. Introduction to Typology: The Unity and Diversity of

Language. California: Sage Publications.

Winarti. 2009. Konstruksi Kausatif Morfologis dan Perifrastis dalam Bahasa

Indonesia. (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 157: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

155

LAMPIRAN 1

DATA INFORMAN PENELITIAN

1. Nama : Lumongga Tambunan

Usia : 63 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Kecamatan Balige

2. Nama : Manasye Lubis

Usia : 69 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kecamatan Balige

3. Nama : Asko Pasaribu

Usia : 39 tahun

Pekerjaan : PNS (Sekretaris Desa)

Alamat : Kecamatan Balige

4. Nama : Hendri Pasaribu

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Kecamatan Balige

5. Nama : Herlina Sibarani

Usia : 65 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Kecamatan Balige

6. Nama : Jenni Sihite

Usia : 31 tahun

Pekerjaan : Pegawai Kantor Camat Balige

Alamat : Kecamatan Balige

7. Nama : Petti Sinambela

Usia : 39 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Kecamatan Balige

8. Nama : Bander Tambunan

Usia : 25 tahun

Pekerjaan : Pedagang kain

Alamat : Kecamatan Balige

Universitas Sumatera Utara

Page 158: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

156

LAMPIRAN 2

Discourse Completion Test (DCT)

1. Suatu sore, Anda sedang duduk di depan rumah, lalu Anda melihat

tetangga Anda baru pulang dari sawah. Dia baru saja selesai menuai

padinya. Tetapi ternyata, hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Anda

ingin mengetahui hasil panen yang sebenarnya dia dapatkan dan persenan

upah yang dia berikan kepada penuai.

2. Anak laki-laki Anda akan segera menikah. Dia tidak tahu mengenai adat

pernikahan Batak Toba. Oleh karena itu, Anda sebagai orang tua

menjelaskan adat pernikahan Batak Toba dimulai dari awal sampai akhir.

3. Anda sedang berada di pajak. Di sana, Anda bertemu dengan teman Anda

yang sudah lama tidak bertemu. Karena sudah lama tidak bertemu, maka

Anda berdua saling menanyakan kabar selama ini.

4. Ketika libur tiba, sanak saudara Anda datang berkunjung ke rumah Anda.

Dia ingin melihat tepian danau Toba dari Balige. Oleh karena itu, Anda

mengajak dia ke Lumban Binanga. Di sana dia banyak bertanya mengenai

keramba mujahir. Bagaimana cara Anda menjelaskannya.

5. Di kampung Anda akan diadakan penggalian tulang-belulang sebagai

bagian dari ritual suku Anda, oleh karena itu Anda diundang untuk

mengikuti rapat STM (serikat tolong-menolong). Dalam rapat itu, terjadi

perbedaan pendapat jenis kain yang digunakan sebagai alas tulang-

belulang. Maka bagaimana pendapat Anda?

Bagaimana bila dipertanyakan juga mengenai waktu yang tepat dalam

mengadakan penggalian tulang-belulang?

6. Anda sedang mengadakan percakapan dengan anak gadis Anda yang

merantau ke Jakarta. Dia mengatakan bahwa dia sedang menyukai orang

yang satu marga dengan Anda (ibunya). Maka bagaimana pendapat Anda?

Bagaimana cara Anda menjelaskan kepada anak Anda bahwa dia tidak

boleh menikahi laki-laki itu karena dalam adat, laki-laki itu adalah

pamannya yang tentunya tidak bisa dinikahi.

7. Anda sedang berada di rumah. Lalu tiba-tiba saja Anda mendengar bunyi

lonceng gereja yang menandakan adanya orang yang baru saja meninggal

dunia. Oleh karena itu, Anda ke luar rumah dan menanyakan hal itu

kepada tetangga Anda.

Setelah Anda tahu siapa yan meninggal dan mengapa meninggal, maka

Anda akan bertanya, kapan pergi untuk melayat ke sana.

Universitas Sumatera Utara

Page 159: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

157

LAMPIRAN 3

DATA Discourse Completion Test (DCT)

1. Di sada botari, hundul ma hamu di jolo ni jabumuna, di tingki i dibereng hamu

ma hombar jabumuna baru mulak sian balian. Ipe do pe nasida manggotil

parbue ni hauma nasida. Hape parbue na binuat na i ndang boi pasabashon

rohana. Siala ni i, naeng botoonmuna ma sadia do dapot ni nasida sian hauma i

jala sadia persenan naung nilehon nasida tu angka pambuat eme i. Songon dia

ma sungkun-sungkunmuna tu nasida?

Ahu : Ai naung sae do ememuna i dibuat, Eda?

Nasida : Nunga. Alai otik do daba. Ndang boi manutupi utang.

Ahu : Piga goni do haroa? Sadia tu angka pambuat?

Nasida : Eh he, toe ma Eda, dua pulu opat goni do sian sampulu rante.

Dijalo halak i ma 10 persen. Pahansithon daging na ma na

mangula on. So binoto be on.

2. Di na laho ro, laho mangoli ma ianakhonmuna. Ndang diboto nasida adat na

hombar taringot tu ruhut-ruhut ni pardongansaripean. Siala ni i, paboaonmuna

ma tu nasida taringot tu si. Boha do hatamuna laho mangondolhon i?

Ahu : Ai molo na parjolo, ingkon botoonmu do poang Amang taringot

tu na mangalua. Boha? Mangaluahon do ho manang dialap jual?

Nasida : Songon dia do haroa i, Oma?

Ahu : Ai molo mangalua, di jabunta on ma ibana so sidung pesta, alai

molo taalap jual, dungkon laho pe hita tu gareja asa ro hita

mangalap ibana sian jabuna.

3. Di sada tingki, maronan ma hamu. Di si, jumpang ma hamu dohot dongan

naung leleng ndang marsisisean. Ala ni i, las marsisungkunan ma hamu

taringot tu angka na masa saleleng on.

Ahu : Boha do bo? Tu marga aha ho muli? Simatupang i do saut?

Nasida : Eh tahe, ndang rongkap hami daba. Ditadinghon ibana do ahu.

Ahu : Bah, boasa songon i.

Nasida : Dibereng ibana ro paribanhu tu jabu. Dihilala roha na, na laho

mangalap ahu i.

Ahu : Jadi ndang ro haroa ho patangkashon i tu ibana?

Nasida : Nunga. Toe ma. Soala roha. Las paribanhu i do gabe saut di au.

4. Uju pere angka parsikkola, ro ma tondongmuna tu jabu. Nasida naeng

mamereng tao Toba sian topian ni Balige. Siala ni i, ditogihon hamu ma ibana

tu Lumban Binanga. Di si, na godangan sungkun-sungkun ni nasida taringot tu

karamba ni Mujahir. Songon dia ma bahenonmuna pahantushon nasida?

Ahu : Ni on ma karamba ni dengke i. Tangkuphon ma dengke i, dung i

pamasuk ma tu ingananna i. Molo songon na so tuk jaringmi,

paganjang ma saotik. Molo pagodanghu, usehon deba. Dabuhon

nanget-nanget tu bagas.

Universitas Sumatera Utara

Page 160: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

158

Nasida : Olo, Amangboru. Alai mabiar ahu mambahen gogo, so tung gabe

pagotaphon jaring on.

5. Di huta muna naeng dipatupa ma adat mangongkal holi tu sada natua-tua

naung leleng marujung ngolu. Siala ni i, ditogihon ma hamu laho mandohoti

pangarapotan. Di si, masa ma parsalisian taringot tu abit na gabe sampe ni

holiholi i. Songon dia ma alusmuna laho padengganhon panghataion i?

Ahu : Di hamu angka natua-tua ni huta, taringot tu abit na gabe sampe

tu holiholi i, na huingot abit warna bontar na hera sutra i do na uju

i tabahen tu ompunta na jolo naung tapataru. Ai ahu na holan

paingothon do dah. Asing ni i muse, ingkon tapaingot do suhut

laho pahatophon ulaon i, ai adong dope ulaonta arianna i.

Nasida : Mauliate ma di natua-tua nami siala naung patolhashon adat na

hombar tu si. Alai boha muse ma taringot na paunsathon holiholi

i tu batang i jala panangkokhon tu ginjang?

Ahu : Molo taringot tu si, tu pangula ni huria ma tapatangkas.

6. Di sada tingki manghata-hatai ma hamu tu borumuna na mangaranto tu

Jakarta. Dipaboa nasida ma namarlomo ni roha ibana tu sada baoa na samarga

dohot hamu (omana). Songon dia ma alusmuna tu nasida asa digotaphon

nasida roha na tubaoa i, ai tulangna do i.

Ahu : Inang, nang pe di pangarantoan hamu, ingkon botoonmuna do

angka ruhut-ruhut ni habatahon. Nang pe holan samarga, alai na

mariboto do hita sude, ai sada ompung do hita na uju i. Nang pe

borua hamu, ingkon paulihon roha do hamu asa tanda boru ni

raja. Tulang mu do i baoa i. Ingkon pagotaphon do roham tu si.

So tung pola be dipasada ho roham tu si da. Patulus ma roham,

Inang.

Nasida : Olo, Oma. Ai sasintongna marga i do na jumolo pajonokhon

hami, alai molo songon on do adat ni habatahon, ba marga i do ra

tong padaohon hami.

7. Di sada tingki, dibege hamu ma mangkuling giringgiring ni gareja na

patandahon adong na marujung ngolu. Siala ni i, haruar ma hamu sian jabu

jala disungkun hamu ma taringot i tu hombar jabumuna. Dung diboto hamu,

marsisungkunan ma hamu andigan laho tu jabu ni na monding i.

Ahu : Ai ise na monding i, Eda?

Nasida : I ma dah, Oppung ni si Leo ninna.

Ahu : Bah, i do? Alai nunga be tahe, ai palojahu ibana na marsahit i.

Nasida : I do da. Alai sanga do ibana marulaon na badia. Jala didok do

ingkon marbajuhon kabaya ni parari kamis na uju i do ninna

ibana. Sai lalap ninna digogohon na mate on ingkon i

pangkeonna, hape dipajait parumaenna i do baju na apala bagak.

Ahu : Toe ma, annon botari ma hita tu si da, Eda. Tu balian do pe hami.

Universitas Sumatera Utara

Page 161: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

159

LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA

I. Identitas Informan

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Tempat tinggal :

4. Umur :

5. Tempat lahir :

6. Suku bangsa :

7. Suku bangsa pihak ayah :

8. Suku bangsa pihak ibu :

9. Bahasa Pertama :

10. Bahasa sehari-hari di rumah :

II. Pertanyaan Wawancara

1. Cerita mengenai asal-usul Danau Toba cukup beragam di kalangan umum.

Coba Anda ceritakan asal-usul yang Anda ketahui!

2. Apakah itu berhubungan dengan mitos “Siboru Deang Parujar “? Coba

Anda jelaskan!

3. Batak Toba kaya akan cerita rakyat. Bisakah Anda ceritakan mitos lain

yang juga cukup Anda ingat?

4. Di dalam mitos-mitos terkandung ritual yang menjadi kepercayaan suku

Batak Toba. Apakah Anda menyukai semua adat dan ritual yang

diberlakukan dalam adat Batak Toba? Coba sebutkan yang Anda sukai dan

tidak sukai! Mengapa Anda menyukai dan tidak menyukai adat atau ritual

tersebut?

5. Apakah perlu mengajarkan tata aturan adat Batak Toba kepada anak

Anda? Bagaimana cara Anda melakukannya? Bagaimana cara

menjelaskannya di tengah maraknya globalisasi di zaman sekarang ini?

Universitas Sumatera Utara

Page 162: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

160

LAMPIRAN 5 (DATA LISAN PERCAKAPAN SEHARI-HARI)

a) Percakapan di Pajak Balige

Bagak-bagak di bariba on. Nantulang, namboru, ro hamu tu son, godang

saraoal dison. Tuhor hamu di borumuna asa ro partandang sahali pitu, nata pe

sada do na laho pasauthon. Ai hami songon i do hami angka baoa on, molo naeng

martandang, ro do hami pitu halak, sada ma antong na manandangi itoan i, ai na

onom na i holan mandongani do di baba ni pintu i.

Ro hamu nantulang, ro hamu, molo adong na sega, tapadenggan. Alai

molo naeng saut tuhoronmuna, pareso hamu, manatau adong parabola di bagas.

Ro hamu tuson. Lengkap di bariba on. “Nungnga tung loja ahu mangalului anak

boru na bagak, alai na pabagakhon dirina do na godang” (sambil bernyanyi).

b) Khotbah di Gereja

Pinuji ma Debata ala ni Tuhanta Jesus Kristus naung manubuhon hita

sian godang ni asi ni roha na marhite-hite haheheon ni Jesus Kristus sian angka na

mate, asa marpanghirimon na mangolu hita, i ma haporseaonta na so marlindang

na so manggus, na tuat sian banua ginjang di hamu. Ai mangolu do jolma marhite-

hite haporseaonna asa sahat tu banua ginjang naung rade di si hapataran, i do

mangapuli hamu nang pe marsak hamu satokkin, jala di bagasan ragam ni

pangunjunan, ai naeng jumpang do hatauon ni haporseaon, na andul ummarga

sian sere, nang pe diuji api, alai tong bagak bahen puji-pujian dohot hamuliaon,

dohot hasangapon dohot hapapatar ni Jahowa. Atik pe so dung diida hamu ibana,

dihaholongi hamu do ibana.

Adong do sada hata songon on, “masisakkui sahitna be do angka jolma”.

Jala marragam do i. Ndang pola dipabilak-bilakhon, dipaboa tu na sada, didok,

“diboto ho do sitaononhu poang?”. I do umbahen na tarsurat, dihorhon

haporsuhon i do hatauon, dihorhon hatauon i do gogo, jala dihorhon gogo i do

panghirimon. Jadi, molo ro angka sitaonon, ndang gabe dohonon pasidingon.

Ndang songon hepeng logam dohot harotas, tapillit ma haporseaonta, dia do,

harotas manang logam. Molo logam do, attar songonon do i, molo ro mata ni ari,

lam bagak do ianggo logam, alai molo harotas, molo ro mata ni ari, lam mosok do

i. Songon i ma nang haporseaon, mata ni ari ma i ma sitaonon, molo jolma na

porsea, lam porsea do molo ro sitaonon, alai molo jolma na so porsea, lam gale do

haporseaonna molo ro sitaonon. Jadi hombar tu si, sitaonon i boi do i

pabagakhon, boi do i pamosokhon. Targantung aha ma i? Targantung

haporseaon ni jolma.

Universitas Sumatera Utara

Page 163: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

161

LAMPIRAN 6 (DATA LISAN ACARA ADAT)

Marsibuhabuhai

Mandok Hata Sian Paranak (Pardede)

Di na ro hami rajanami tu Lubuk Pakam tu bagas ni hulahula i marga

Simanjuntak. Laos di bagasan manogot on, anggiat ma mambohal nauli mamboan

na denggan on di partuturonta. Rajanami adong diboan hami sipanganon dison,

tuhutuhu ni sipanganon. Tung songoni pe rajanami natarpatupa, ba tung las ma

rohamuna.

Mandok Hata Sian Parboru (Simanjuntak)

Ro hamu tu jolonta on di namamuhai ulaonta, songon dengke na dipatupa hami.

Sititik ma sigompa, golanggolang ma pangarahutna, otik pe na tarpatupa, sai

godang ma pinasuna. Tung songonon pe dengke na boi tarboan nami laho

panganonmuna, sai godang ma pinasuna. Songon i ma hata sian hami.

Marhata Dung Sae Mangan Marsibuhabuhai

Paranak: Ai ndang na marhata sinamot be hita, alai nakkaningan hombar tu

panghataionta di naung ro hami tu Lubuk Pakam, anggo siulahononta di na

marsibuhabuhai do hita. Alai Rajanami, manghilala ma hita tu tingki, ala

manghuling ma Rajanami roha manghilala. Ndang be ra mate ala roha. Boha

Rajanami, hombar tu adat Batak naung taulahon i, naung na somal i, apalagi

ndang na sipaingothon be hami tu hamu manang na sisik ni langkophon.

Rohanami Rajanami tu sirambe manis i ma dibahen hami ulaonta, unang pola be

marhata hita di bagasan manogot on.

Parboru: Gabe, Amang.

Marhata Laho Mangalap Parumaen

Paranak: Ro ma hami Tulang, mangalap parumaen nami.

Parboru: Mauliate ma di hamu, amang boru nami, di bagasan tingki on, di

haroromuna tu tongatonga ni bagasnami, jala dipatupa hamu do songon

marpiring sakti, i ma na naeng mangalap parumaenmu sian tongatonga ni bagas

nami, i ma borunami. Mauliate ma di hamu amangboru nami, sai anggiat ma di

manogot on manang tu annon, i ma na di laho borhat hita laho manaruhon i ma

anakmuna nanaeng helanami, dohot borunami nanaeng parumaenna. Di bagasan

tingki on nungnga jongjong hami, nungnga dijalo hami piring sakti, hupasahat

hami ma tu hamu asa ro hamu laho mangalap parumaenmu i ma borunami.

Hupasahat hami ma tu hamu.

Mandok Hata Sidung Pamasumasuon di Gareja

Mauliate ma parjolo ta dok tu Amanta na martua Debata, di las ni rohanta di

bagasan sadarion, di na naung diiringiring hita sian bagas ni joro ni Debata, lajo

manjalo pasupasu parbogason, anaknami dohot parumaennami, las rohanami, las

nang tondinami. Jadi on pe nuaeng asa digohi hami las ni rohanami, dipangido

hami tortornami dohot di hamu pargoal pargocci, marsitangitangian ma jo hita

Amang, tangkas ma bege sian i. Alualuhon ma jo ulaonta on tu Amanta na

martua Debata. Dung i alualuhon ma tu sude na torop. Asa bahen ma gondang i

Universitas Sumatera Utara

Page 164: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

162

tu na martua Debata. Marmula do gabe, marmula do bona. Bahen hamu ma jo

gondang mulamula i.

Mandok Hata Sian Boru Pardede

Di na marmula sangap di hami pamoruonna, asa hami pe antong pasahathon

nami do songon siluanami, alai songon na nidok ni situatua; sititik ma sigompa,

golanggolang ma pangarahutna, otik so sadia pe rajanami na pinasahat nami,

horas ma hita saluhut na pinasuna. Jadi Amang Pargocci, bahen ma jo gondang na

sangkae lombu, hujalo hami pausean.

Mandok Hata sian Punguan Sonak Malela

Di hamu amanta doli, si sada parsorion, si sada las ni roha do, jala di partingkian

on, ulaon las ni roha do na taadopi. Hami pe sian kaluarga sonak malela na di

Bamban on, las situtu do rohanami, jala sada do tangiangnami, gabe sitolopi

keluarga Sonak Malela jala haholongon ma on di Debata. Jadi, songon sian hami

Sonak Malela, tarsongon dia pe annon na boi tarbahen hami, tarpatupa hami

manghahologi gellengta on, las ma rohamuna hasuhuton Pardede. Tittin ma

sigompa, golanggolang pangarahutna; tung songon dia pe las ni rohanami

pasahathon hami tu anakta on, sai godang ma pinasuna.

Mandok Hata Sian Boru/ Bere/ Ibebere Sonak Malela

Ro do hami angka boru dohot bere, uli ma rohamu manjalo hami ate. Molo

pasahathon angka pasupasu dobah molo hami sian boru saonnari ndang boi,

holan mangido gondang ma hami. Jadi hamu pargoal pargocci, parindahan na

suksuk, parloppan na tabo, si jouon manogot, si goraon botari, nang pe so

didokhon hami, nga diboto halak damang on i, saonnari hami di son jongjong, i

ma sian angka boru dohot bere ni Sonak Malela. Hupasahat hami ma tu hamu

parmusik nami, bahen hamu ma jo gondang mulamula i.

Mandok Hata Sian Angka Tulang

Ro hami tulangmuna marga Sibuea, apala di bagasan tingki on, jala rap do hami

dohot hulahula, bona tulang dohot tulangmuna, bona ni ari, suang songoni tulang

rorobotmuna, apala di bagasan tingki on. Jadi, amangboru, hubahen hami do

dison, digoragora muna tu hami, hami tulangmuna marga Sibuea on, siantabi ma

di hamu, Amangboru nami, lumobi di laenghu dison, bona ni hasuhuton.

Sabotulna lae, tarsonggot do hami, ai ndang adong dipasahat hamu tu hami

ondolan ni hata tu angka hami Sibuea na adong dison, tulangmuna, apala di

bagasan tingki on.

Alus Sian Sonak Malela

Halangan nauli ma di ulaon on, na bodari pe ro nasida manundati, Rajanami. Jadi,

tung songoni pe nuaeng Rajanami, ba marboha bahenon ma hita. Anju ma hami

gellengmuna on, Rajanami.

Mandok Hata Sian Si Sada Uduran

a) Hata Sian Bona Ni Ari Simanjuntak

Hulahula muna sian hulahula anak manjae dohot hulahula na burju dohot bona

tulang dohot tulang bona ni ari. I ma di ulaonta sadarion, di bagasan las ni roha,

Universitas Sumatera Utara

Page 165: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

163

na manjalo pasupasu parbagason, bereniba dohot boruniba, boru ni dongan tubu

boru Simanjuntak. Au na mandok hata on, i ma bona ni ari Simanjuntak Mardauk

no. 12. Dipamasumasu muna on, jadi songon pasupasu na jinalomuna, i do

tioponmuna gomos. Gomos ma i tiop hamu, panghirimon na tarpahatopot i, ai

haposan do marbagabagahonsa. Jadi, hata pasupasu sian hami hulahulamuna,

bona ni arimuna, dohot hulahula na asing. Asa gabe keluarga na berkeadilan ma

hamu. Jala rap tu dolok ma hamu, rap tu toruan. Hata pasupasu na jinalomuna i,

pasupasu gabe ma i, pasupasu horas, asa anggiat ma manumpak sahala ni raja

mamasumasu Amanta na martua Debata, asa bintang na rumiris, ombun na

sumorop; anak pe riris, boru pe torop. Asa tubu ninna laklak, tubu singkoru di

dolok ni purba tua; sai tubuan anak ma hamu jala tubuan boru donganmuna sahat

tu na saur matua.

b) Mandok Hata Sian Tulang Gultom

Di saluhutna ibotonami dohot namborunami, di las ni rohamuna i, hami pe mansai

las rohanami, i ma di naung manjalo pasupasu parbagason berenami apala di

tingki on, anggiat ma antong pangidoannami tu Amanta Debata. Sai rokkap gabe

on antong, rokkap namora. Sai siihutihuton tu dolok tu toruan, sada rohana, alai

dohononnami ma tu hamu di las ni rohanami sadarion, molo tung pe di angka ari

marsogot, ingkon ingotonmuna do di hata ni Tuhanta na mandok, anggo ahu

dohot parnijabukku, ingkon Jahowa do oloannami. Antong, pos do rohanami

Tulangmuna, gabe sitiruon ma keluarga muna on, jala tau las ni roha di keluarga

nang di hita saluhutna. Asa dohonon nami ma, pinasa ni Siantar ma, ramos dohot

bulungna; horas ma Tulangna, gabe nang boruna. Asa pir ma potti, buhulbuhul

ma parsalongan, pir ma tondimuna jala lam tu mudurmudur ma tahe angka

pangomoan.

Alus sian Hasuhutan (Pardede)

Bagot na marhalto ma ninna tubu ni robean, horas ma hami na manjalo

sikkatmoni, di nasa hulahula nami na pasahathon tu hami. Rajanami di naung

sahat sombanami, di naung sahat patujolo ni adatmuna rajanami, hami pe tama

ingkon marsomba ma tu jolo ni raja i. Alai Rajanami, songon dia pe sombanami

na laho pasahathon i laho pasangaphon raja i, sabar ma raja i, jala marsiantusan

ma hita rajanami, i dope na tarbahen hami di partingkian on, anggiat ma tu joloan

ni ari on, na gabe boi do pinatupa i.

Mandok Hata Sian Tulang Rorobot dohot Hulahula Siagian

Dipanggokhonmuna Amangboru, ro hami hulahulamuna Siagian, suang songoni

nang hulahula nami tulang rorobotmuna, Gultom. Digokhonmuna, apala di ari na

uli di bulan na denggan on, mansai marlas ni roha do hita marolopolop di naung

tauluhon nakkin anak dohot boru ni huria i di tongatonga ni huria i manjalo

pasupasu parbogason marhite naposo ni Tuhanta. Asi ma attong roha ni Tuhan,

anggiat ma gabe rumah tangga sitiruon, gabe rumah tangga na marbahagia antong

di joloan ni ari on, di tongatonga ni keluargamu, lumobi nang di tongatonga ni

masyarakat. Tu pogu ni alamanmuna on, huboan hami do boras sihiburhibur,

boras pir asa dohononna songon hata ni natuatua, asa pir ma attong potti

buhulbuhul parsalongan, pir ma tondimuna saluhutna, julujulu ma nang

Universitas Sumatera Utara

Page 166: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

164

pansamotan. Sahat ma tu solu, sahat ma tu bortian; nungnga sahat hami tu pogu ni

alamanmu on, sai sahat ma hita mangolu sahat tu parhorasan.

Alus Sian Hasuhutan (Pardede)

Rajanami, di naung ro hamu tu pogu ni alamannami on, tama ma tutu hami ingkon

marsomba do. Alai rajanami, songon dia pe tarbaen ibotomuna on, laho manomba

hamuna, tarlumobi ma di las ni rohanta, siala naung dapot rokkap beremuna, di

bagasan sadarion, ba songon dia pe annon dibahen namborumuna i, las ma

rohamuna Rajanami. Songon i ma na boi dipatupa hami annon, rap

manghalashon ma hita, rap manangianghon ma hita.

Mandok Hata Sian Parboru (Simanjuntak)

Songon i ma nang di hamu na pamoruannami Pardede nungnga tung mansai las

rohatta. Ro hami jala sahat hami tu pogu ni alamanmuna, jala nga diboan hami

parbue na pir amangboru, anggiat ma tutu dapotan tuatua di hamu, pir ma potti

buhulbuhul parsalongan, pir ma tondimuna jala lam tu mudurmudur ma tahe

angka pangomoan. Jadi di hamu, amangboru nami, sahat na tu solu sahat ma tu

bortean, nungnga sahat hami tu pogu ni alamanmuna on, jala nungnga dipasahat

hami parbue na pir tu hamuna, sai sahat ma hita tu parhorasan.

Alus Sian Hasuhutan (Pardede)

Di na rap mangudurhon hita nakkin di anaknami i ma helamu, jala borumu gabe

parumaennami sian tongatonga ni bagas joro i, na pinasupasu ni parhalado i.

Rajanami di hamu na hulahula nami Simanjuntak, las ma rohamuna tung las ma

tondimuna. Adong dison hupasahat hami tu hamu, tuhutuhu ni sipanganon,

songon na nidok ni natuatua, tung songoni pe rajanami natarpatupa, sai tong ma

las rohamuna.

Pasahat Ulos Pansamot

Adong sidohononhu tu ho ito, tangkas do diboto ho poang parumaenmu on,

naposo dope on. Jadi malo ma ho ito manganju on. Ramba naposo dope on, ala

naposo dope parumaenmu on, so diboto agia aha. Tuson hami na laho

pasahathon ulos pansamot on, songon hata natuatua, songon andor hadumpang

ma togutogu ni lombu, andor hatiti togutogu ni horbo, pempeng saur matua ho ito

dohot lae patogutogu pahompu sahat tu na marnini sahat tu na marnono.

Sahatsahat tu solu ma sahat tu robean, hupasahat hami annon ulos pansamot on,

sai leleng ma hita mangolu, sahat ma hita di parhorasan.

Pasahat Mandar Hela

I ma songon na nidok ni hata ni natuatua tu hamu, badanmu na so jadi sirang,

tondimu marsigonggoman. Sai tubu ma di hamu, anak partahi jala hulubalang,

borumu parmas jala pareme. Eme ni sitamba tua ma parlinggoman ni si boro,

Debata ma silehon tua, horas ma hamu jala diparorot. Sahatsahat ni solu ma sahat

ma tu robean tu tiga ras, leleng ma hamu mangolu sahat tu hagabean jala

horashoras saur matua.

Universitas Sumatera Utara

Page 167: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

165

LAMPIRAN 7 (DATA TULIS MITOS BBT)

TURI-TURIAN SUKU BATAK (SIPISO NASUMALIM)

Bege hamu majolo hupatorang sada turi-turian namasa di sada luat na

margoar Luat Habinsaran di tano Batak, i ma na margoar: Turi-turian ni si Piso

Sumalim. Ia si Piso Sumalim ima sada anak ni raja, ditingki di bortian dope ibana

nunga ditinggalhon amangna ibana ala naung marujung ngolu. Dung sorang

ibana dibaen inongna ma ibana margoar si Piso Sumalim. Dung marumur ibana di

haposoon, tubuma di rohana asa mangalap boru ibana. Songon hasomalan di halak

Batak, ingkon luluanna ma boru ni tulangna parjolo. Molo adong do, ingkon do

usahahononna laho donganna saripe. Alani i tubu ma dipingkiranna laho

manungkun inana manang na didia do huta ni tulangna. Dung disungkun ibana

inana i dia do huta ni tulangnai, roma alus ni inanai mandok, ‘ueee… anak hasian

anggo tulangmu ndang adong, na mapultak sian bulu do ahu madekdek sian

langit’. Jadi dung songoni alus ni inanai gabe tarsonggot jala

longang ma si Piso Sumalim umbegesa i. Gabe loja ma ibana mamingkiri hatai

huhut dipahusor-husor di bagasan rohana ala ndang masuk tu rohana jolma

mapultak sian bulu manang madekdek sian langit. Alani i ndang sonang rohana

ia so dipaboa inanai huta ni tulangna. Dungi didok ma mandok inana i, ‘ndang

dung dope hea hubege adong jolma na mapultak sian bulung manang na

madekdek sian langit. Molo ndang olo ho do inang pabotohon didia do da tulang,

ba olo ma ahu gabe tu pandelean’. Alani i disuru inna i ma ibana borhat

dohot hatobanna namargoar si Tangkal Tabu mangalului huta ni tulangnai tu luat

Pahae. Di lehon ma dohot sada hoda asa adong hundul-hundulan ni si Piso

Sumalim dohot balanjo saleleng di pardalanan.

Dung borhat si Piso Sumalim dohot hatobanna si Pangkal Tabu, tung

mansai loja do dihilala nasida na manjalahi hutani tulangna i alani daona. Di tonga

dalan jumpang nasida ma sada batang aek na mansai tio. Didok ma asa maridi

nasida di batang aek i. Alai didokma tu hatobannai asa parpudi si Tangkal Tabu

maridi, asa adong manjaga pangkean ni si Piso Sumalim di tingki maridi ibana.

Dung sahat di paridian i si Piso Sumalim, di bungka si Tangkal Tabu ma

pangkean hatoban sian dagingna jala dipangke ma pangkean ni si Piso Sumalim

ditiop ma dohot podangna.

Dung sae maridi si Piso Sumalim dibereng ibana ma naung di pangke si

Tangkal Tabu abitna dohot podang nai. Jadi didokma mandok si Tangkal Tabu,

‘boasa pangkeonmu paheanku?’ dungi roma hata ni si Tangkal Tabu, “saonari ahu

nama Raja jala homa gabe hatobanku. Molo ndang olo ho, ba podang onma

hubahen pamatehon ho’. Alani i gabe oloma si Piso Sumalim mamangke pahean

ni hatobanna i. Jala naso jadi paboaon ni si Piso Sumalim tu manang ise di

bagasan parjanjian nasida. Dengke ni sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise si

ose padan tu ripurna tu magona. Dung sae nasida marpadan, borhat ma nasida.

Gabe si Tangkal Tabu ma hundul di ginjang ni hoda i mangihuthon mardalan.

Dang sadia leleng, dungi sahat nasida tu huta ni tulang ni si Piso Sumalim songon

naung tinonahon ni inani si Piso Sumalim. Jadi dung pajumpang nasida,

disungkun tulangnaima nasida, ise do hamu umbahen na dohononmu ahu tulang

mu?’ didokma mangalusi, ‘na sian huta habinsaran do hami Tulang’. ‘Molo

songoni, ba tubu ni ise ma ho sian habinsaran?’ ala ndang diboto si Tangkal Tabu

Universitas Sumatera Utara

Page 168: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

166

mangalusi gabe si Piso Sumalim ma mangalusi, ‘tubu ni boru tompul sopurpuron

ompung’. Dung didok songoni, gabe di haol tulangna ma si Tangkal Tabu jala

laon diboan tu jabu.

Alai anggo si Piso Sumalim di bara ni pinahan do ibana dibaen. Dungi di

suru tulangna ni si Piso Sumalim ma parsondukna manghobasi sipanganon. Molo

sipanganon ni si Tangkal Tabu di jabu tung mansai tabo ma dihilala

ibana Alana sohea didai ibana sipanganon nasongoni, jala tung sudado dibaen

ibana sude sipanganoni. Alai anggo sipanganon ni si Piso Sumalim di bara ni

pinahan sipanganon ni hatoban do dibaen marsampur jagung.

Alai dipilliti si Piso Sumalim do indahan i panganonna, anggo angka jagung i

dipasombu ibana ndang dipangan. Dung sae nasida mangan, sungkun-sungkun ma

roha ni tulang ni si Piso Sumalim. Alana tung so adong do na tinggal di baen si

Tangkal Tabu si panganon i. Jala si Piso Sumalim ndang diallang jagung. Dung

dapot bodarina, ro ma tulang ni si Piso Sumalim mandok ‘molo laengku nahinan

malo do marhasapi. Jadi dilean tulang ni si Piso Sumalim ma paluon ni si Tangkal

Tabu hasapi laos dijalo ibana ma huhut di endehon songonon: “Reng reng reng

nagau ninna hasapingkon Aut adong nian godang tinutung, Butong ma nian

butuhangkon.”

Sai mulahulak ma songoni diendehon si Tangkal Tabu. Alai ndang tabo

begeon ni pinggol ni angka naumbegesa, gabe disuru tulang ni si Piso Sumalim

ma asa dipaso soara ni hasapi dohot endenai. Dungi di jou ma si Piso Sumalim

sian bara ni pinahan i laos di sungkun ma,‘boha ia ho Tangkal Tabu diboto ho do

marhasapi? Alusna ‘huboto do ompung’. ‘Antong paluma hasapi on molo na

diboto ho do!’ Jadi dipalu si Piso Sumalim ma hasapi i laos huhut ma ibana

mangandungkon sada ende na lungun. Ala ni tabonai andungna dohot soara ni

hasapi nai, gabe sudema naumbegesa tarpodom. Dung dungo manogotnai sian

podomanna, tamba longang ma rohani tulang ni si Piso Sumalim mamingkiri

haroro ni berenai. Di nasahali disuru tulang ni si Piso Sumalim ma si Tangkal

Tabu borhat marmahan horbo tu parjampalan, alai sude horbo na pinarmahan ni si

Tangkal Tabu manunda tu angka suan-suanan ni halak jala pola do

manjalo hata tulang ni si Piso Sumalim hinorhon ni panunda ni horbonai na tung

mansegai angka suan-suanan na di ladang. Dung i marsak ma tulangna mamereng

parniulaan ni si Tangkal Tabu laos disuru ma si Piso Sumalim borhat laho

marmahan manggantihonsa. Diparmahanan tubu do halongangan marnida si Piso

Sumalim, ai holan na hundul do ibana alai sude horbo na pinarmahanna menak,

dung so adong na manunda tu suan-suanan ni halak. Alai nang pe songon i, tung

so lulu-lulu do roha ni tulang na aha do namasa tu berena i. Disada tingki toho di

bodarina di na laho modom ma angka jolma, mangandung ma si Piso Sumalim

sian toruni bara podomanna i, ia soara ni andungna songonon ma:

“Pak…pak…pak…… Ninna hapak-hapak on…. Timbo dolok Martimbang Boi di

ranap datulang on Ia ahu anak berena So diboto datulang on.”

Nang pe adong andung-andung ni berena di toru barai, tong do ndang diboto

tulangna i namasai. Dung i disorang ni ari manogotnai, disuru ma muse si Tangkal

Tabu laho maninggala hauma. Alai diparniulaan ni si

Tangkal Tabu gabe ditinggal ma hauma i rap dohot sude nasa gadu-gadu ni hauma

i, patusega jala paturongrong ma sude hauma na tininggalanai. Jadi lam tamba ma

arsak ni tulang ni Si Piso Sumalim marnida na masa i. Dungi disuruma si Piso

Sumalim maninggala huhut mardongan muruk dohot jut ni roha hinorhon ni

Universitas Sumatera Utara

Page 169: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

167

naung patusega sude hauma ni tulang ni si Piso Sumalim. Alai tung halongangan

bolon do, ai hundul do si Piso Sumalim di atas ni tinggala i, gabe boi do mulak

denggan sude hauma ni tulangnai. Di sada tingki dinamodom inang ni si Piso

Sumalim songgot ma ro tu parnipionna taringot tu pangalaho na niulahon ni si

Tangkal Tabu tu anakkonna si Piso Sumalim. Alani bonos ni rohana, disuruma

sada hoda na bontar laho manaruhon pahean si Piso Sumalim tu huta ni ibotona

rap dohot sada surat na disurathon di sambuhu bulu. Songonon ma isina: “Ito…..,

hu tongos do dison pahean ni berem, molo tusi di lehon hoda on pehean on, ido

berem. Alai molo mangalo do hoda on dang olo mangalehon pahean on, ido

hatoban.”

Di sogot ni ari, di ida tulang nai ma ro sada hoda bontar, alai sungkun-

sungkun do roha ni rajai, aha do nuaeng namasa. Dungi didapothon ma hoda i,

jala diida adong surat laos di jaha ma. Dungi disuruma si Tangkal

Tabu parjolo mambuat pahean nabinoan ni hodai. Alai disi dibuat si Tangkal Tabu

abit sian hoda i, manigor di tambik hoda ima si Tangkal Tabu laos balik. Dungi

disuru ma muse si Piso Sumalim mambuat pahean sian i, alai tung denggan do

dipasahat hodai tu ibana. Dung songoni, tarrimas ma roha ni tulang ni si Piso

Sumalim marnida na masai, laos di sungkun tulangnaima si Tangkal Tabu huhut

marsoara na gogo: Ise do nasasintongna jala boasa diulahon ho na songoni tu

berengkon?” Jadi didok si Tangkal Tabu ma alusna songon on:

Sian gampang tu gompung Sian damang tu daompung Dang hea dope raja, Ba

nanggo apala songoni dalanna asa hea ahu raja. Di natarrimas tulang ni si Piso

Sumalim, naung di paoto-oto berena si Piso Sumalim rap dohot tulangna,

didabuhon ma uhum tu si Tangkal Tabu, dipapodom ma ibana gabe sidege-

degeon ni nasa jolma naro tu bagas ni tulangnai, jala sidege-degeon ni nasa jolma

na ruar siang bagas ni tulang nai. Tung mansai hansit do uhum nabinahen ni

tulang ni si Piso Sumalim tu si Tangkal Tabu pangoto-otoi i. Di laon-laon niari,

hundul si Piso Sumalim di sada inganan, tung mansai lungun rohana naeng mulak

tu huta ni inana. Laos didok ma tu tulangna asa mualk ibana laho manjumpangi

inana. Dungi dijou si Piso Sumalim ma sada hoda laho hundulanna, laos

dinangkohi ibana ma hodai. Alai di nalaho borhat si Piso Sumalim, hatop ma

maringkat boru ni tulangna mandapothon si Piso Sumalim jala mamintor nangkok

tu hodani anakni namborunai. Jadi hatopma disuru si Piso Sumalim maringkat

hodana laho mangaluahon boru ni tulangnai bahen parsonduk

bolonna, laos dinasadari I borhatma nasida tu hutani inani si Piso Sumalim.

Harimpunanna, molo tung pe adong hamoraon dohot hasangapon di sada jolma,

naso jadi silatean. Jala molo tung pe adong jolma na pogos jala na lea, tung so jadi

martahi na jahat.

http://toba-view.blogspot.com/2012/11/turi-turian-sipiso-nasumalim.html

Universitas Sumatera Utara

Page 170: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

168

LAMPIRAN 8 (DATA TULIS MATERI SEMINAR)

BATAK TOBA: TARBAHENSA DO ULANING MANOTAS DALAN TU

ABAD 21 ON?

Dari: Pdt. Daniel Taruli Asi Harahap

Patujolo

Inanta soripada dohot amanta raja, tarlobi ma di parhobas ni horja, panitia

ni seminar on. Parjolo ma iba marsantabi tu hamuna saluhut, ala binaranihon diri

niba dohot jongjong di son laho mangarimangi pangulahonta di adatta, Adat Batak

Toba. Ndang ala bahat ni sira ginugut manang bagas ni parbinotoan tinahu

umbahen dohot iba manghatai di son. Lan ala pangoros ni panitia dohot mudar na

mangkuling ala parungkilon ni halak Batak Toba di tingki na umpudi on, nda tung

na tarbahen iba nian dohot mamungka hata di pangarimangion on. Jadi, Inang,

Amang, ala dipangido panitia iba gabe pangarimang parjolo, tontu hirim do roha

nasida asa tung tangkas nian pinatudu parpeak ni horjanta on di tonga ni

parungkilon niadopan ni Batak Toba di pudian ni ari on. Huhut tusi naeng ma nian

tangkas muse pinatorang tar tunghan dia ma tondongonta di tingki nanaeng ro on

molo naeng dapot hita papaga na lumomak.

Tung so tarbahen iba do antong manggohi panghirimon na songon i balga.

Alai nang pe songon i, songon nidok ni umpasa do dohonon: pauk-pauk hudali ma

ninna, pago-pago tarugi; na tading niulahi, na hurang pinauli. Jadi, tar songon na

mangihut on ma partording ni pangarimangion niba.

Parjolo sahali pinatudu ma rimpunan ni sungkun-sungkun, parkaro, gora,

manang “masalah” na gabe siala di seminarta on, mangihuthon panitia dohot na

monang sayembara. Tontu adong do hasintongan di bagasan pandapot ni panitia

dohot na monang sayembara i. Alai, tangkas do taboto bahat dohot turpuk ni

angka parsoalan siadopan ni sude luat dohot bangso nuaeng on, ndang holan halak

Batak Toba. Alani i, molo marpungu hita mangarimangi sada-sada parkaro, lehet

do antong manat paresoonta dokdok dohot bolak ni parkaro i di tonga-tonga ni

parsoalan na pasiar tasebut nangkin. Dung i muse, dao do hape ummura

mangalean alus sian na mamillit sungkun-sungkun. Molo sala mamillit sungkun-

sungkun gabe na tau sala do alus na talean agia pe satolop hita di alus i.

Denggan ma muse taingot poda ni Batak Toba taringot hinauli ni

pandapot na marsamung. Songon nidok ni umpasa do lapatanni i, ima: purpar

pande dorpi mambahen tu dimposna, manang: tuat si Putih nangkok Sideak, i

naummuli ima tapareak. Alani i, songon na paduahon di pangarimangion niba

annon, sinubo do patorang gora na umbolon jala na umbagas sian pangulahon ni

adat na ingkon adopan ni halak Bata Toba di angka ari na mangihut. Ai didok do

di umpasanta: hori narundut bahenon tu tapean, aek na litok tingkoran tu julu.

Molo rundut pangulahonta di adatta i, ba sai pinareso do tunghan julu. Parpudi

sahali, sinubo do muse mangado tar tunghan dia ma ulaning tondongonta asa

bolas hita mangolu di taon-taon na ro di Abad 21.

Gora Mengihuthon Panitia

Di inganan on tutu, di ombas on, didok panitia naeng rimanganta ninna

pangulahonta di adatta, Adat Batak Toba. Mengihuthon nasida, nunga gabe

Universitas Sumatera Utara

Page 171: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

169

rundut ninna, gariada tahe nunga majemur, pangulahonta di adatta i di pudian ni

ari on. Jotjot ma ninna pangulahon ni adatta i paganjanghu, palelenghu,

pagunturhu, majabuthu. Jempek hata dohonon: majemur tahe jala jotjotan gabe

mula ni gora dohot bada ulaon adat i, jadi ndang be sibaen na horas di angka na

marsihaholongan. Ala ni angka i sude, gabe jotjot ma ninna tarambat halak hita

mangula ulaonna, gabe lam sega angka dalan nasida mandapothon papaga na

lomak i. Lobi sian angka i saluhut, godangan nama hita ninna na mangulahon

adatta i ndang be mangantusi lapatanna. Asal diulahon nama adat i, alai nunga

mago anggo tondina.

Jadi, mangihuthon panitia, gora manang sungkun-sungkun sabungan di

seminarta on ima: beha ma bahenonta ulaning asa tong jeges pangulahonta di adat

i, alai huhut tusi lam hombar nian pangulahonta i tu urja-urja ni tingki saonari on.

Sungkun-sungkun na songon on torang situtu marisi hagiot padimundimun adat i,

alai di bagasan sangombas i huhut do muse marisi hagiot paimbaruhonsa.

Pelestarian dohot pembaruan adat, conservation and change, tar ima na niarumas

songon bonang manalu di bagasan pandohan ni panitia.

Mardomu tu sungkun-sungkun on ba nunga dipatupa panitia sada

sayembara. Hasilna nunga dipabotohon tu na torop di ari Minggu 24 Agustus

1997. Sian 193 naskah na masuk tu meja ni panitia, 18 ma ninna naung dipunten

songon na dumenggan. Na 18 naskah i boi dohonon manghamham onom

parkaro: Parjolo, “Adat Batak Toba dan Relevansinya dengan Agama”. Paduahon,

“Pelaksanaan Adat Batak dalam Era Globalisasi”. Patoluhon, “Parjambaran di

Ulaon Unjuk”. Paopathon, “Ulos na Marhadohoan & Ulos Holong di Ulaon

Unjuk”. Palimahon, “Paulak Une dohot Maningkir Tangga”. Jala paonomhon ima

taringot angka lan na asing alai tong na mardomu tu Adat Batak Toba.

Dung jinaha angka nasinurat ni na monang sayembara (lima, ndang onom

ditongos panitia), tangkas ma tutu disi diondolhon piga-piga pandapot, songon

na mangihut on. Sude na monang mangondolhon, adat ingkon do maruba, jala

adat Batak i pe nunga maruba. Holan i tutu, jotjotan do na maruba i maralo tu

ugamo (Kristen) manang tu parsaoran ni halak Batak Toba saonari on. Gariada

tahe, songon sinurathon ni Amanta St. Oloan Sihombing SH, adat i ndang be

dipartondihon godangan halak Batak Toba nang pe tongtong diulahon.

Asa domu tu ugamo (Kristen), Amanta St. Oloan Sihombing

mangondolhon asa tapahe ma dua tapisan laho mamillit dia adat sipadimunon,

dia muse sitinggalhonon. Dua tapisan i ima: adat na marisi holong dohot adat na

manghatindanghon huasa ni Debata. Mangula adat na mansai bolon asa gabe

sangap suhut, mansai maol do i ninna gabe adat na marisi holong, songon i muse

ma na mangula adat alai gabe manggunturi. Hape sada umpasanta mandok:

sinuan bulu si bahen na las, niula adat si bahen na horas. Baliksa, ingkon ma nian

tadinghonon mangula adat holan ala ni na ingkon (kewajiban) songon nidok ni

umpasa “si soli-soli do adat, si adapari gogo”, ai ndang adong holong disi. Adat

na mandok natoras dohot hulahula niba songon Debata na tarida ingkon ma nian

tinggalhonon, ai didok di Markus 7: 13 “Gabe disegai hamu hata ni Debata

dibahen adat napinadalandalan muna sian ompu muna.”

Amanta Bonar Victor Napitupulu mandok: gabe marganjangganjang jala

majemur adat na taulahon i ala mansai godang pinamasuk ulaon na so tardok

adat, songon tardidi, malua, dapot gelar, dohot monang marparkaro. Gabe mago

lapatan ni adat i ala sai taulahon hape ndang olo hita karejo karas laho

Universitas Sumatera Utara

Page 172: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

170

mangantusisa. Aut sura taantusi, manang saotikotikna angka raja parhata di adat i

mangantusi lapatan ni ulaon adat i, tontu dapot ma nasida begeon manghatahon

angka umpasa na bagas marlapatan, jala sian i boi ma hita marsiajar di angka

poda ni na parjolo, manang mandapot bohal laho patogu partondionta. Ulaon adat

ndang be songon na somal nuaeng, guntur ndang marlapatan.

Amanta St. W.K. Tampubolon mangandoshon: asa tapillit ma raja

parsinabul na malo jala na bisuk molo masa ulaon adat, ai holan halak na songon

i nama na tolap mamoto partording dohot parjambaran di adat na maragamragam i

molo tubu angka parsalisian pandapot.

Taringot na pasahathon ulos herbang dohot ulos holong na

marnehornehor i, Amanta Prof. Drs. L.D. Siagian mandok, mangihuthon adat ni

ompunta holan opat do ulos namarhadohoan (pansamot, hela, pamarai, sihunti

ampang). Molo tung ingkon tamba ma, songon naung tinontuhon ni piga-piga

punguan marga, ba unang ma lobi sian 11 lembar. Taringot na paulak une dohot

maningkir tangga, amanta Ir. T.V. Sipayung mangandoshon: tibas siboiboi tu na

dua mata ni adat i. Lapatanna boi diulahon boi ndang, saguru tu paranak dohot

parboru, manang fakultatif sifatna di hata nuaeng. Mangihuthon Ir. T.V.

Sipayung, molo nunga sae parunjuhon, ndang marutang be suhut na dua di adat, ai

angka tamba-tamba nama na asing i.

Jadi, di hamu ina dohot ama na lolop, aut sura sintong bahasa parkaro

nataadopi ima holan taringot pangulahon ni adat na lobi hurang, ra nunga dapot

hita angka alus na jeges sian panurat na monang sayembara i. Tontu ndang porlu

be nian seminarhononta angka pandapot nasida i, ai mardomu nunga bahat angka

pandapot na sarupa dihatahon saleleng on. Holan mangulahon nama nian hita di

angka pandapot na jeges i, ndang marseminar be.

Mangihuthon hamu ina dohot ama na lolop, aha ma alana ulaning

umbahen ndang tarulahon hita dope angka pandapot na jeges i, hape nunga

marulakulak tabege jala taseminarhon? Alusna, tontu ala adong dope

sungkunsungkun, parkaro, manang gora na asing, jala na umbalga ra, sian

pangulahonta ni adatta i.

Gora Mangihuthon Na Monang Sayembara Nang pe ndang dipapuas, tar songon on do huhilala sungkun-sungkun na

holip di bagasan ateate ni amanta Bonar Victor Napitupulu, sahalak sian na

monang sayembara. Di nasinurat nasida, butir 3a (hlm. 3), tarjaha, “Kurangnya

minat masyarakat Batak untuk menggali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam

setiap upacara adat Batak itu, [membuat] sering terjadi silang pendapat”, jala na

mambahen majemur pangulahon ni adat i. Dohot pandohan na songon i, gora ni

halak Batak Toba mengihuthon amanta Bonar Victor Napitupulu nunga gabe

asing sian gora na gabe bonsir ni seminarta on. Molo mangihuthon panitia: boha

padomu pangulahon ni adat tu hangoluon modern. Alai molo mangihuthon

amanta Bonar Victor Napitupulu: ndang tarpadomu pangulahon ni adat tu

hangoluon modern molo ndang bagas taantusi angka lapatan ni adat nataulahon i.

Antong molo songon i, beha ma bahenon mamoto tar songon dia do “nilai-nilai

luhur” on? Tar songon dia ma ulaning partording ni “nilai-nilai luhur” on dohot

adat na mameopsa? Boasa mago “nilai-nilai luhur” i sian angka adat na taulahon?

On ma tutu sungkun-sungkun natinolopan songon gora bolon na niadopan ni

halak Batak Toba na saleleng on. Jala, di toru on sinubo ma mangarimangisa.

Universitas Sumatera Utara

Page 173: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

171

Aek Na Litok Tingkoran Tu Julu

Halak Batak Toba sandiri porsea, adong do uhum di ginjang ni adat, jala

adong do haporseaon, partondion, manang falsafah di ginjang ni uhum. Haporsean

i jotjot diandoshon, songon nabinahen ni amanta Panggading, Raja Pandua ni

Sisoding (Simamora) tu J.C. Vergouwen (The Social Organization and the

Customary Laws of the Toba Batak of Northern Sumatra) 65 taon na salpu. Disi

didok, “Ditompa Debata jolma mangarajai uhum. Ditompa Debata uhum

mangarajai adat”.

Mangihuthon i, di atas ni adat adong do uhum, jala di atas ni uhum adong

haporseaon ni jolma manang falsafah ni halak Batak Toba. Songon i ma

partording ni “nilai-nilai luhur” dohot adat.

Marratus taon tagan so adong dope ilmu kebudayaan dohot antropologi,

ompunta sijolojolo tubu nunga mangantusi: molo rundut hori bahenon tu tapean,

molo litok aek tingkoran tu julu. Molo rundut adat tontu tingkoran ma tu uhum

dohot tu haporseaon, partondion, manang falsafah i.

Mangihuthon Vergouwen, na mamareso mansai bagas uhum ni halak hita,

ia uhum bolon di Batak Toba ima: angka adat na pinungka dohot sahala ni omputa

si jolo-jolo tubu. Angka ima tutu “na martagan so piltihon, maransimun so bolaon;

adat na pinungka ni ompunta tongka paubaubaon”. Jadi, nangpe ndang tarpareso

dope hamumullop dohot parmagodang ni angka adat na pinungka i, tangkas do

sahat tu hita na umpudi anggo angka umpasa namameop lapatan ni uhum i.

Holan i tutu, mura mandok, alai ndang mura ianggo maningkori uhum di

bagasan angka umpasa i. Mansai bahat angka umpasa i, alai bahat muse do

angka na so tarpadomu. Nang pe uhum pinungka ni ompunta i tongka ninna

paubaon, halak Batak Toba rade do hape manjalo angka parubaan mangihuthon

luatna. Ai adong do umpasa na mandok: muba tano, muba duhutna; muba luat,

muba uhumna. Didok muse do: disi tano niinganhon; disi solup pinarsuhathon.

Jadi, halulumbang mamahe uhum mangihuthon angka rumang ni inganan,

parpunguan, dohot horja, mambaen gabe maol tutu maningkori adatta i tu julu, tu

uhum, lan muse ma tu partondion.

Tarsongon i muse do rumang ni haporseaon, partondion ni halak Batak

Toba, haporseaon manang falsafah na mangarajai uhum nangkiningan i. Damun

dohonon alai ala marragam, ndang binoto manontuhon dia ma haporseaon

manang falsafah sabungan ni uhum i.

Aut sura sinungkun saonari on, dia ma na dihaporseai halak Batak Toba

sian nahinan: liat portibi on ditompa (Debata) manang ndang ditompa? Alusna

torang do tutu: ditompa (Debata). Alai molo sinungkun, dung ditompa (Debata)

liat portibi on, tong do pe ingkon targantung tu na manompa i saluhut angka na

masa di liat portibi i, manang targantung tu jolma i nama? Ra nunga mulai ndang

torang be alusna.

Molo naeng paresoon alus na sintong mangihuthon turi-turian ni Batak

Toba taringot panompaan ni liat portibi on, tubu ma muse hinamaol, ala

marragam-ragam do hape turi-turian i sian luat tu luat. Nunga bahat sarjana na

mangarimangi parsoalan on, alai nasida pe ndang hea dope sahat tu sabungan ni

hata. Adong dua halak Zendeling Jerman na margoar A.W. Ködding dohot

Johanes Warneck. Nasida mandok: Debata ni Batak Toba, Mula Jadi Na Bolon,

ima sitompa liat portibi on, alai di banua ginjangan do i maringan (transcendent).

Godangan na masa di liat portibi on ndang gabe urusanna be, alai urusan ni jolma

Universitas Sumatera Utara

Page 174: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

172

(tondi, sahala) nama, dohot urusan ni angka begu (sumangot). Mangihuthon

nasida: molo songon i, tontu ndang porlu be bahat angka sakramen di

parugamaon ni Batak Toba di nahinan, ima songon mangase taon, pesta bius, dln.

Unang lupa hita, haporseaon na songon on antar horis do tu haporseaon ni Kristen

Protestan.

Dungi ro ma Prof. Dr. Philip O. Lumban Tobing. Songon raja ni Banua

Ginjang, ninna, Mulajadi Na Bolon gabe Tuan Bubi Na Bolon, songon raja ni

Banua Tonga gabe Sialon Na Bolon, jala songon raja ni Banua Toru gabe Pane Na

Bolon. Ibana do sitompa tano dohot langit, alai ndang mandaodao ibana di Banua

Ginjang an. Torus do Ibana sampur tu hangoluonta siapari. Saluhut na masa di

portibi on ala ni Ibana do, jala angka uhum dohot adat na niulahon ni jolma pe,

gabe ima songon Mulajadi Na Bolon na tarida (immanent).

Sada nai pandapot ro sian Waldemar Stöhr dohot Uskup B. Sinaga. Ya, di

Banua Ginjang, ya di Portibi on. Ya, manompa portibi on, ya muse torus

marpambahenan di portibi on. Debata Mula Jadi Na Bolon ni halak Toba gabe

sada hasadaan do, na di banua ginjang dohot na di portibi on (well-balanced

whole of God’s transcendence and immanence).

Molo songon i do rumang ni parsoalanna, ba gabe tar songon na marragam

ma tutu julu ni adatta i. Antong molo marragam do, beha nama bahenon

maningkori aek na litok i tu julu? Aha nama na boi adoon ni roha songon na gabe

haporseaon sabungan ni halak Batak Toba, falsafah na mangalehon lapatan tu

uhum dohot adat na niulahon nasida?

Alusna, nang pe hurang torang, adong do dilehon Amanta Bonar Victor

Napitupulu. Di bona ni sinurat nasida didok do, “Apabila kita hendak

membicarakan masa yang akan datang yaitu Adat Batak dalam era globalisasi,

perlu dipelajari terlebih dahulu bagaimana lahirnya Adat Batak itu dahulu kala”.

Boi dohonon, naniusulhon ni Amanta Bonar Victor Napitupulu i, ima mamahe

sejarah songon ugari paningkorion tu julu, laho mangantusi: aha do ulaning

haporseaon sabungan di halak Toba.

Sude do hita mamoto, sejarah ima saluhut angka na hea masa jala na

marpanghorhon (berdampak) tu hangoluon ni sasahalak manang sapunguan. Asa

tumangkas: marpanghorhon lapatanna angka na paojak manang manguba

hasomalan, adat, uhum, dohot haporseaon.

Tontu bahat do angka na masa na songon i diahap halak Batak (Toba),

alai tapillit ma sada dua na umbalga songon parhohas laho mangalusi

sungunsungkunta na di ginjang nangkin. Parjolo, ima taringot tu asal-mula ni

halak Batak (Toba) mian di Tano Batak (tar hira 1500-an). Paduahon, ima di na

masuk huaso sian duru manontuhon parngoluon di Tano Batak (1822-1945).

Patoluhon, tar hira 50 taon mardeka (1945-1997).

Sian tolu na masa on, arop roha na tau dapot annon antusan rumang ni

haporseaon sabungan ni halak Toba i. Molo sintong do tutu bahasa na balga do

na masa on di parngoluon ni halak Toba, ba tolu namasa on ma ra na boi goaran

songon nidok ni umpasa: molo balga aekna, balga do nang dengkena; molo balga

gorana balga do nang panghorhonna.

Asal-mula Ni Batak (Toba) Boi dohonon, nang pe na tolu parkaro on ndang torang dope di godang

halak hita, anggo na gumolap di sejarah ni Batak (Toba) ima asal mula ni halak

Universitas Sumatera Utara

Page 175: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

173

Batak maringan di Tano Batak. Anggo mangihuthon pamaresoon ni angka

sarjana, Batak Toba do didok songon bona parserahan ni sude Batak naasing

(Angkola-Mandailing, Pardembanan, Pakpak, Simalungun, Karo). Lan na asing

na taboto taringot asal mula ni Batak, songon huta Sianjur Mulamula dohot Si

Raja Batak, holan sian turiturian (mitos) dohot tarombo (silsilah) nama. Turiturian

mandok, Si Raja Batak jalo do ditompa Mulajadi Nabolon marhite Si Boru Deak

Parujar di Sianjur Mulamula. Dua anakna, Guru Tatea Bulan dohot Raja

Isumbaon, ima ompu ni na dua marga bolon di halak Batak, Lontung dohot

Sumba. Dung pe sian nasida na dua asa adong tarombo sahat tu hita saonari.

Marhite tarombo i diado, tar hira 20 sundut ma (20 x 25 taon = 500 taon) sian

ompu na dua i tu hita on. Jadi, aut sura sintong tarombo i, tar hira taon 1500-an

ma halak Batak mulai mian di Sianjur Mulamula.

Bahat do anggo pandohan ni angka sarjana taringot asal mula ni halak

Batak, na asing sian pandohan ni turi-turian dohot tarombo. Pandapot na tarsar

baritana ima sian Robert von Heine-Geldern (“Prehistoric Research in the

Netherlands Indies” na di baritahon di bagasan Science and Scientists in the

Netherlands Indies, 1945; hlm. 147ff). Heine-Geldern mandok: pigapiga

galumbang parranto, ia halak Batak marmula do sian Yunan, Cina Selatan, dohot

Vietnam Utara, tar hira taon 800 SM. Saleleng i sahat tu taon 1500, halak Batak

ninna manjalo pengaruh sian kebudayaan Hindu-Buddha, molo so jalo sian India,

ba sian Jawa marhite Minangkabau.

Aut sugari pe sintong pandapot ni angka sarjana on, tar hira so sungkup do

gogo ni hatorangan on laho maningkori aek na litok tu julu. Ai so tangkas taboto

tar songon dia nasida sahat tu Tano Batak si saonari, jala ala ni aha nasida buhar

sian inganan nasida na parjolo i. Alai, haru pe songon i, mansai gomos do halak

Batak maniop hatorangan na songon on, jala boi dohonon gabe ndang adong be

hagiot mangalului hatarongan na imbaru taringot tu asal-mula i.

Situntun Lomo Ni Roha Manjalahi Papaga Na Lomak

Molo pinareso peta, harajaon Batak on boi dohonon marhapeahan ma di

Langkat-Deli-Siak di topi purba ni Sumatra, tu Alas-Gayo-Simalungun di

tongatonga, jala boi do ra i torus tu Singkil-Barus di topi pastima ni Sumatra.

Molo songon i do tutu, ise ma na mian di humaliang ni Tao Toba? Molo adong

otik pe hasintongan di tarombo ni Batak Toba i, ba tar hira di taon 1500-an ma

nasida mulai mian disi, tingki ojak dope harajaon ni Batak naginonggoman ni

Raja Tomyam manang Timur Raya.

Mangihuthon hatorangan na di ginjang on, gabe tubu ma tutu

sungkunsungkun bolon saonari: ise ma halak na mian donok ni Tao Toba i, jala

boasa nasida torus margoar Halak Batak sahat tu sadarion, hape Harajaon Batak

nangkin ndang adong be? Nda tung angka nigonggoman ni Raja Tomyam (Timur

Raya) nasida, manang angka pangulimana so olo mengihut gabe Islam? Manang

naung jumolo do nasida maringan di humaliang ni Tao Toba ipe asa gabe Islam

Harajaon Batak, jala alani i las digotap ma parsaoran nasida dohot Harajaon Batak

i? Tar songon on ma sungkunsungkun na ingkon jumolo alusan, ipe asa tolap hita

mengorisoris mata ni mual tu julu. Torang ma tutu olohonon: na so sungkup dope

angka hatorangan ni sejarah laho mangalusi sungkunsungkun na songon on. Alai

nang pe songon i, marhite hatorangan na adong on, torang ma tutu saonari taantusi

pigapiga parkaro.

Universitas Sumatera Utara

Page 176: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

174

Parjolo, nunga ndang botul be pangantusionta na saleleng on bahasa Toba

do asal mula parserahan ni Halak Batak saluhutna. Na sumintong ra:

martektuktektuk do rombongan ni Halak Batak na maporus sian jonokhon ni

Tamiang di tingki mangalului inganan na imbaru di humaliang ni Tao Toba. Jadi,

ndang marbona sian Sianjur Mulamula saluhut halak Batak. Ra, rombongan na

mamillit donokhon ni Tao Toba gabe digoari ma Halak Toba, songon i ma

Simalungun, Pakpak, Karo, Silindung, Pardembanan, Sipirok, Angkola,

Mandailing, dln. Tontu sampur jala marsitopotan dope ra nasida molo tarbahen,

jala marhitehite i gabe tarpiaro nasida ma ra angka adat nang marga habatahon

nahinan songon nabinoan nasida sian luat asal. Alai, dung lam leleng, ala maol ni

pardalanan, gabe ummura nama ra piga-piga rombongan margaul dohot angka

halak Batak naung gabe Islam di topi ni laut i dohot angka halak sileban. Leleng

ni lelengna dung songon i, gabe lam asing nama ra paradaton dohot panghataion

nasida.

Paduahon, molo sinigat sian turiturian dohot tarombo i, jalo sian Debata

do ro ninna ianggo Si Raja Batak marhitehon Si Boru Deak Parujar. Lapatan ni on

ima, ndang diokui nasida be asal nasida sian luat ginonggoman ni Raja Timur

Raya. Gotap ma tutu partalian nasida: bogas ni patna na sora degeon, timus ni

apina na sora idaon. Antong molo songon i, angka halak na ngilngil do huroha

anggo angka Batak na “imbaru” i, angka na barani manuntun lomo ni rohana.

Situntun lomo ni roha ma tutu anggo nasida, sijalahi papaga na lomak. Ndang si

jalo na masa sambing nasida, na malo padomudomu diri. Angka jolma si lului

dalan na imbaru do ra nasida jala sitotas nambur, na malo jala na bisuk

mangadopi marmansam hagogotan.

Asa lam torang hilalaon tibas na mardua on, tar pinatudos ma jolo

satongkin Halak Batak “naimbaru” on tu Halak Australia si Bontar Mata (white

Australians). Pinatudos i, ala tar bahat do na sarupa di sejarah nasida. Rap angka

halak na bali do nasida (Batak pabali diri, Australia Putih dipabali). Rap

mamutus partalian do nasida sian tano asal. Batak mangasahon dolok dohot rura,

Australia Putih mangasahon laut, dolok, dohot rura.

Halak Australia (putih) tarpaojak ma di 26 Januari 1788. Di ari i, dipatuat

ma di topi tao di holbung ni Botany Bay (New South Wales), Australia, 548 baoa

dohot 188 borua. Ima Halak Australia parjolo, saluhut nasida na dipabali do sian

Inggris/Irlandia songon halak hurungan (convicts). Mansai ambal do antong

nasida on sian parranto Eropa parjolo tu Amerika, na bahatan angka na pantun

jala parugamo (pilgrims).

Manghorhon do tutu sejarah nasida i tu partondion ni Halak Australia

sahat tu sadari on. Songon sinurat ni sahalak Australia (Rob Goodfellow,

Australia in Ten Easy Steps), tung mansai asing do Halak Australia sian bahatan

halak di portibi on. Molo bahatan halak mamestahon ari hamonangan, ari

hasangapon, dohot hinajogi ni angka ulubalang, ia Halak Australia mamestahon

ari na sabalikna do: ari hataluan. Di ari 26 Januari i, minum tuak tangkasan (grog)

ma tutu angka Halak Australia huhut manjoujouhon goar ni Ned Kelly, sahalak

Australia parjolo sian Irlandia, sahalak parmise na satonga senu, marpahean

kaleng na hirtaon jala mamodili halak laho paojakhon Republik Victoria. Di ari

27 April, marmabukmabuk do Halak Australia huhut marungkor modom sahat tu

tonga ari laho mamestahon hinatalu ni sordadu nasida di parporangan Gallipoli.

Universitas Sumatera Utara

Page 177: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

175

Jempek hata dohonon, partondion ni Halak Australia, “Aussie Battler”,

ima haporseaon nasida bahasa ngilngil mula ulaon ido na ummarga jala na

sumangap sian na marhasil mula ulaon. (Mencoba jauh lebih berharga daripada

berhasil. “Trying” is afforded more support and sympathy than “succeeding”).

Halak na “gagal” jala gabe “gale” ala ni na torus marjuang mangalo na gogo, ido

jolma na sangap jala na marsahala, ndang raja, manang na monang, manang na

mora. To struggle establishes a “battler’s” credentials. To fail heroically proves it.

Patoluhon, molo botul do Halak Batak (Toba) na mian di humaliang ni Tao Toba i

na jolo, ima angka halak na manadinghon Harajaon Batak nigonggoman ni Raja

Tomyam, holan naeng patorushon dohot padimundimun “habatahon” nasida,

tontu sude i tarida do ra di partondion, uhum, dohot adat hasomalan nasida.

Antong tar songon dia ma ulaning partondion nasida i?

Parhatian Sibola Timbang, Parninggala Sibola Tali Songon naung sinunggulan di ginjang, nunga bahat anggo

pangarimangion ni sarjana taringot tu adat, uhum, dohot partondion ni Halak

Batak (Toba). Alai nang pe songon i, ndang adong dope sian nasida na

mangujihon i tu mula mian ni Halak Batak di humaliang ni Tao Toba. Saonari,

dung tabaranihon mangado rumang ni mula mian i, ra ndang maol be

padomuonta i tu angka naung taboto taringot adat, uhum, dohot partondion ni

Halak Batak (Toba).

Molo tinimbang sian goar “Batak” nahinonghop nasida, gabe mura do

adoon bahasa nadipiaro nasida do anggo adat, uhum, dohot partondion na

pinungka ni ompu nasida tagan so gabe Islam dope harajaon Tomyam. Songon

naung nirimangan ni na malo, Dalihan Na Tolu, Tondi-Sahala, dohot Debata Na

Tolu, tar i ma ra anggo rimpunan ni adat, uhum, dohot haporseaon manang

partondion nasida i.

Taado ma satongkin panghilalaan ni halak na manuntun lomo dohot

manjalahi papaga na lomak, na maninggalhon hinabeteng ni raja nasida, songon

naniahap ni Halak Batak. Tontu ndang olo be nasida mangunsande tu huaso ni

raja na tinadinghon nasida i. Atik adong sian nasida marhagiot gabe raja, tontu

tagamonna do na ingkon aloon ni donganna na maporus i do hagiot i. Tontu ndang

olo be nasida marbernit songon tingki ni Raja Tomyam.

Alai beha ma nasida boi mangolu rap molo ndang adong na mangarajai?

Alusna: molo ndang adong raja, ba ingkon adong ma patik na mangatur asa

tarbahen mangolu songon sada rombongan, sada masyarakat, sada bangso. Beha

ma boi adong patik alai ndang adong sada raja na sangap, na marsahala, na

marhuaso? Sungkunsungkun bolon on dialusi Halak Batak “na imbaru” i ma tutu.

Alusna: ingkon adong do patik na uli na sora mose, songon prinsip moral

bersama. Tarida do i tangkas di tonggotonggo ni Parbaringin, ima naginoar

songon patik. Didok: Parhatian si bola timbang, parninggala si bola tali; pamuro

so marumbalang, parmahan so marbotahi.

Ia nidok ni tonggo-tonggo huhut na gabe patik on, ingkon boi ma nian

ganup halak Batak songon hatian na sora teleng, na satimbang. Ingkon boi tigor

roha nasida songon ninggala na mamola tali. Ingkon boi dimpos eme sian

amporik di juma agia pe ndang marumbalang, jala dimpos dorbia di jampalan

agia pe ndang marbotahi. Lapatanna, dippos ngolu ndang ala ni huaso harajaon

(umbalang, botahi), alai ala ni patik (sahala) sambing. Jadi, tondi (sahala ima

Universitas Sumatera Utara

Page 178: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

176

hagogoon ni tondi na tarida) hangoluon ni Batak ima bonar, tigor, dohot elek.

Sian partondion na songon i ma mullop angka sahala, ima hagogoon dohot huaso

laho manjalahi parngoluon na dumenggan di ganupganup turpuk.

Patik on, tondi on, mansai tangkas tarida do di Dalihan Na Tolu. Bonar

(manat) maradophon dongan tubu, tigor (somba) maradophon hulahula, jala elek

maradophon gelleng. Ala ndang adong be sahalak na gabe raja, na sangap, na

marsahala, torus manorus, ingkon sude nama ris gabe na sangap dohot na

marsahala. Asa boi songon i, pambahenan nama andosan ni sangap dohot sahala

i, ndang be nasib, ndang be tohonan (goar, arta, jabatan, pangkat). Asa tarida

angka i di hangoluon siapari, tubu ma aturan adat Dalihan Na Tolu, ima na

margantiganti ganup Halak Batak gabe dongan tubu, hulahula, manang gelleng,

asa margantiganti jala ris dapotan sahala. Ido ra alana umbahen tubu umpasa,

sisolisoli do adat, siadapari gogo. Jadi, prinsip Dalihat Na Tolu ima “marganti”,

ndang “lean ahu asa hulean ho” (quid pro quo) songon na somal taantusi nuaeng

on. Nda tung mansai uli jala bagas situtu do partondion, uhum, dohot adat ni

Batak molo songon i? Molo songon na maol ditangkup hita hinauli dohot

hinabagas na i, tapatudos ma i satongkin dohot rimpunan partondion ni Jawa,

umpamana. Didok umpasa ni Jawa, ”ngluruk tanpa bala, ngalahake tanpa

ngasorake” (mamorang so marporangan, manaluhon so paleahon). Aut sura

dibege Halak Batak na jolo i, ra dohonon nasida ma, “bah, dumenggan do unang

mamorangi, agia pe so marporangan; dumenggan do unang manaluhon, agia pe

ndang paleahon”. (Lebih baik jangan menyerang kendati tanpa bala tentara; lebih

baik jangan mengalahkan, kendati tanpa menghina.)

Sun uli partondion i gabe ndang tarulahon i di hangoluon siapari? Ima da

tutu, ninna godangan sian hita nuaeng. Alai sasintongna, ima partondion na

mangolu di bagasan pambahenan ni sude Singamangaraja. Sahala harajaonna ojak

nang pe ndang adong paranganna, ndang adong naposona, jala ndang dipapungu

balasting. Tingki loja Singamangaraja XII di harangan ni Dairi dilelei Bolanda,

marulahulak didok, “ndang ala utang ni daompung, utang ni damang, manang

utanghu sandiri, umbahen hutaon na bernit on, holan ala ni tondi dohot sahala sian

Mulajadi Na Bolon i do.” (Jaha buku sinurat ni Amanta Prof. Dr. W.B. Sidjabat,

Ahu Si Singamangaraja, Penerbit Sinar Harapan, 1983).

Ro Huaso Sileban: Mali Tondi? Partondion songon na pinatorang di ginjang i, lam maruba ma ra angka i

dung lam leleng, tarlobi dung masuk angha huaso ni halak sileban. Sian taon

1500-an tu 1820-an, tagan so masuk dope huaso ni bangso Eropa manjama Halak

Batak, boi dohonon ndang bahat na boi taboto taringot parngoluon nasida.

Alai nang pe songon i adong do barita sian zendeling Inggris, ima R.

Burton dohot N. Ward, taon 1824, na sahat tu Rura Silindung. Barita i disurathon

di “Report of a Journey into the Batak Country in the Interior of Sumatra in the

year 1824″ di bagasan buku, Transactions of the Royal Asiatic Society, I, 1827.

Barita nasida i mandok: mansai bahat do pangisi ni rura i, jala niida lehet do

parngoluon nasida. Ndang hurang sian 5.000 halak manomu-nomu nasida, sude

marpangalaho na lambok jala tota (with kindness and respect).

Niarumas tutu sian hatorangan on, boi do denggan jala maduma ngolu ni

Halak Batak di humaliang ni Tao Toba i, agia pe ndang adong sada raja na

marsangap dohot na marhuaso manggonggomi dohot maninga (nearly stateless)

Universitas Sumatera Utara

Page 179: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

177

nasida. On diolohon angka sarjana na mamareso Batak do, songon na nidok ni

Lance Castles di bagasan disertasi nasida, “The Political Life of a Sumatran

Residency: Tapanuli, 1915-1940″. Disertasi on disurat taon 1972, na mamareso

panghorhon ni panjajaon Bolanda tu parngoluon ni Halak Batak

Haru pe songon i, ngolu na maduma alai ndang adong sada harajaon na

manggonggomi dohot maninga, sanga do huroha manghorhon teal dohot ginjang

ni roha tu Halak Batak. Gabe dirimpu ganup Halak Batak ma raja diri nasida.

Gabe ndang ditanda nasida be ragam-ragam ni huaso na adong di portibi on.

Dirimpu nasida ma langit ni Batak i langit na tumimbo, ai so adong tudos-tudos,

ndang songon naniahap ni Halak Aceh, manang Melayu, manang Minangkabau.

Sasude angka partondion na jeges nangkin, sursar ma ra ndang sadia

leleng dung haroro ni R. Burton dohot N. Ward. Marmula ma i tingki porangan ni

Padri mamuhar Mandailing, tar hira 1824. Raja Gadombang sian Mandaliling

Godang mangido tolong tu Bolanda mangalo Padri. Masa ma porang saleleng

1830-an. Ditaluhon Bolanda ma Padri di Padang Bolak (Tuanku Tambuse) taon

1838. Sian tingki i gabe lam hot ma huaso ni Bolanda di Tano Batak (1843).

Niarumas, migor songon na mali tondi ma huroha Halak Batak mangadopi

angka na masa i. Naung gabe raja par langit natumimbo songon i leleng, gabe si

talu-talu nasida. Alai, ndang tarjalo Halak Batak na di daksina i huroha gabe si

talu-talu. Antong beha nama akal asa unang si talu-talu? Alusna i ma ra na gabe

jea bolon parjolo na manoro tondi ni Halak Batak. Didok nasida ma ra, ba

pinadomu ma diri niba dohot angka na monang. Alani i gabe rap ma nasida dohot

pamuhar i mamorangi sisolhot nasida angka Halak Batak na di utara, sahat tu

Bakkara, ro di na mamunu Singamangaraja X.

Ndang holan i tahe. Bahat sian Batak daksina i lam maila gabe Batak,

tarlumobi ma i na sian Mandailing. Didok nasida ma pinompar ni Iskandar

Zulkarnaen do nasida, ndang be Si Raja Batak. Adat pe ndang be dipahe, jala on

ditolopi Bolanda do. Sahat ro di na mandapothon hamerdekaan, jotjot do tarjadi

parbadaan dohot angka Batak na sian Angkola-Sipirok-Padang Bolak maralohon

na sian Mandailing, songon parkaro di Sunge Mati di Medan on taon 1922. Halak

Mandailing maminsang Halak Batak Angkola-Sipirok-Padang Bolak mananom na

mate nasida di Sungai Mati, ala nunga asing ninna Mandailing sian nasida. Ndang

Batak be ninna anggo na marasal sian Mandailing.

Di Tano Batak utara pe, masuk ma Zending Barmen, Jerman, tar hira

1864, nasininga ni Nommensen. Di Huta Dame, di sada rura di Silindung, gabe

Kristen ma piga-piga Halak Batak, alai bahatan dope ninna bohas ni

parhatobanon. Diajari Nommensen ma nasida haiason (higiene), songon

mangarobus aek (ai jalo minum aek mual na so pola dirobus do anggo Halak

Batak na jolo), manantapi pahean (maradu martusa do pahean ni Halak Batak na

jolo ai so hea ditantapi), manumpan kakus (ai marlomolomo do najolo Halak

Batak ianggo misang dohot miting). Ala ni i, sai hipas ma tutu ruas ni

Nommensen tagan patumate ganup ari bahat halak di Silindung ala ni muntah-

berak hinorhon bumi hangus ni Padri.

Marnida i, longang ma tutu saluhut Halak Batak di Silindung, porsea ma

nasida bahasa Debata na Sumurung, Debata na Tutu, ma ianggo sinomba ni

Nommensen. Gabe marsiadu ma antong raja-raja Silindung gabe Kristen, songon

Raja Jakobus Lumban Tobing dohot Raja Pontas Lumban Tobing. Lam porsea ma

nasida tutu bahasa sipeop sahala harajaon do angka zendeling i.

Universitas Sumatera Utara

Page 180: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

178

Songon i balga tutu haporseaon na songon on di godangan Halak Batak Kristen,

asa gabe lam dao ma tutu pangantusion nasida sian partondion nasida na parjolo i.

Angka on torang do diahuhon sada anak ni Batak (Toba) sandiri, songon Andar

Lumban Tobing (Das Ambt in der Batak-Kirche). Didok ibana: sahala ni

zendeling i lam mansai bolon dung marborngin Gubernur Sumatra, Arriens, di

jabu ni Nommensen, taon 1868 . Lam bahat ma na gabe Kristen. Alai huroha

sangsi do Nommensen tu pita ni hakristenon nasida i, asa gabe dipinsang ma

mangulahon sakramen ni Batak, songon ari onan na opat, mamalu gondang, pesta

bius, mangase taon, dohot angka adat na asing tahe.

Angka naginoaran parpudion, ima natatanda songon sakramen ni Halak

Batak. Marhite angka i do tolhas partondion dohot pangantusion ni sijolo-jolo

tubu tu angka pinompar nasida. Dung dipinsang Halak Batak Kristen mangulahon

i, songon Halak Batak Islam di daksina, tontu lam gale ma partondion ni ompu

nasida molo pinatudos tu togu ni partondion nasida tagan maporus nasida sian

Harajaan Batak naginonggoman ni Raja Tomyam tu humaliang ni Tao Toba tar

hira 1500-an.

Jempek hata dohonon, di daksina nang di utara, Halak Batak gabe gamang

ma marnida angka na imbaru masa, gariada tahe gabe mago ma angka haporseaon

na pinungka ni parjolo. Ndang malobihu ra molo nidok: Halak Batak i pola mali

tondi. Lam mago ma tutu partondion na jeges i, dung lam bahat angka huaso

portibi on dipatandahon Bolanda tu Halak Batak. Sian taon 1890, dipaojak

Bolanda ma afdeeling (kabupaten) na imbaru di Tano Batak utara. Naeng

dipaojak muse ma huaso partoru di pamarentaan ni Bolanda, alai ima na gabe

partimbo di huaso na tinanda ni Halak Batak dung maporus nasida sian Raja

Tomyam. Ai tingki i, holan si pungka huta do raja na tumimbo ditanda Halak

Batak na di humaliang ni Tao Toba. Jadi, ingkon raja huta i ma nian na gabe raja

na imbaru di toru ni Bolanda molo mangihuthon partording ni huaso Batak. Alai,

songon i bahat raja huta ninna, pola 8.000 godangna, songon na niondolhon ni

Lance Castles mangihuthon barita ni Residen Tapanuli, V.E. Korn (1938).

Molo songon i bahatna, tontu ndang tarsinga Bolanda be antong saluhutna

i. Ima alana, tarpaksa ma Bolanda papungu piga-piga huta gabe sada hundulan,

jala angka raja huta di hundulan ima mamillit sada sian nasida gabe Raja Ihutan.

Ndang sadia leleng dunghon i, punguan ni huta na margoar hundulan i diuba ma

gabe hampung dohot negeri. Huaso disi pe diganti ma gabe hapala hampung

manang hapala negeri.

Hinorhon ni i, porang ma tutu angka raja huta, ai sasude do hisapan gabe

raja. Asa tung moru nian saotik guntur ni angka na gulut di Raja Ihutan i, ro ma

Bolanda, dibahen ma gabe raja pandua angka raja huta na gumogo marsoara

dohot na ngumilngil mangalo. Alai nang pe songon i, tong nama ndang adong be

dame di Tano Batak, ala torus do marguluti angka raja huta i sahat tu pinompar

nasida. Dohot i lam gale ma partondion ni Dalihan Na Tolu.

Mirdong Bolanda manangani parkaro na songon i. Dung i dipaojak ma

muse tohonan na ummetmet, songon hapala rodi. Marsiadu muse do Halak Batak

mangido gabe hapala rodi. Pangurus ni gareja pe ndang olo hatinggalan.

Dipangido nasida ma asa gabe tohonan pamarentaan hasintuaon i. Dioloi Bolanda.

Ala ni angka parkaro si songon i, gabe malo ma ninna Halak Batak (Toba)

manggorahon, “ada haberatan”, songon mura ni na marhosa nasida. Marpurun-

purun ma ninna surat rekkes (rekwest di hata Bolanda), pola ninna songon timbo

Universitas Sumatera Utara

Page 181: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

179

ni dolok-dolok ala ni bahatna. Mangihuthon barita ni Korn taon 1938, songon

nanikutip ni Castles, tingki naeng paojak kepala negeri Pohan Hasundutan,

masuk ma ninna 450 halaman surat rekes sian dewan adat, dohot piga-piga meter

ganjang ni tarombo laho mampartahanhon calon nasida. Di Panggabean-

Sitompul, ingkon diurus 71 calon kepala negeri, 57 rekes pangidoan, 10 meter

tarombo, dohot 128 alaman catatan, martimbun di kantor gupernemen di

Tarutung. Di Toba taon 1917, luat na sun rundut mangihuthon kontrolir Scheffer,

saotikna ma ninna 60 rekes sabulan, jala adong dope 745 parkaro na so diputus.

Ganup ari Jumat dilean kontrolir do ninna tingkina laho mambege pangaluan, alai

holan saotik do na boi ditangani.

Ndang pola longang be iba molo Bolanda mandok, sahit naumporsa di

Halak Batak ima sahit gatal parkaro (perkaraziekte), gila sangap manang gila

hormat (eigenwaan), jala mauas harajaon (haradjaonzucht). Alai apala na mansai

borat, ima bahasa sasudena i ninna ala ni partondion ni Halak Batak na

mangandoshon sahala, asa tubu ma ninna Sahala Harajaon, Sahala Hasangapon,

Sahala Hamoraon. Gabe dosa ma sahala di Halak Batak mangihuthon

pangantusion ni Bolanda dohot angka sarjana sian Barat muse.

Jadi, lobi-hurang 100 taon panjajaon marhasil ma tutu manegai saluhut

angka na denggan di partondion ni Halak Batak. Pola sanga sarjana songon Lance

Castles palobihu mangarimpu bahasa sude na denggan niula ni Batak ndang

situtu i tubu sian tondi na pir, alai sian uas tu sahala hasangapon dohot sahala

harajaon do. Ido ninna ibana singkan mabarbar ni sasude namasa di halak Batak

rasi rasa sadari on. Gabe ro Vergouwen mandok: agia di angka parkaro na metmet

pe, tong do halak Batak margulut ninna, ima asa didok “gulut di imput”.

Alai molo tigor iba maningkori partondion i tu julu, tarida ma tutu na so

songon i sasintongna tingki di mulana paojak inganan Halak Batak di humaliang

ni Tao Toba. Anggo sasintongna, manang ise na barani songon angka ompunta na

parjolo, munsat tu humaliang ni Tao Toba, maninggalhon harajaan dohot

hasangapon ni bangsona di jae ni Aek Sitamiang an, tontu ingkon do malo jala

bisuk (cerdas dan kreatif) nasida pasaehon angka gora nasida.

Manotas Dalan Tu Abad 21 Jadi taulahi ma mangandoshon: di mula na, boi dohonon, sintuntun lomo

ni roha do anggo angka ompunta parjolo, na manadinghon hajogion ni Harajaon

Batak di topi ni Selat Malaka, na mamungka parngoluon di humaliang ni Tao

Toba. Sijalahi papaga na lomak do nasida, ndang ripe si jalo na masa, ndang na

malo padomu diri tu na majemur. Angka jolma si lului dalan na imbaru do nasida

jala sitotas nambur, na malo jala na bisuk mangadopi hagogotan. Alai, di bagasan

pardalanion ni sejarah, mago ma angka tibas ondeng, jala lupa ma pinompar ni

Batak i tu partondion ni ompuna, ala sai songon na mali tondi nama nasida nuaeng

on. Sai digulut nasida ma angka imput, songon pangulahonon ni adat i, songon

angka sahala harajaon, sahala hasangapon, dohot sahala hamoraon (jabatan,

pangkat, nama, harta)

Aha ma lapatan ni i? Gabe sala ma hape dapotan jabatan, pangkat, gelar,

harta? Ndang sala, alai gabe balik angka na denggan i di partondion ni Halak

Batak (Toba) dung masuk huaso ni panjaja Bolanda. Dung panjajaon i, molo di

halak Batak, gabe Islam manang Kristen jotjotan do ndang ala ni na porsea situtu

manang na laho mangalului partondion na imbaru, alai laho mangain sahala

Universitas Sumatera Utara

Page 182: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

180

harajaon, sahala hasangapon, dohot sahala hamoraon do. Molo masuk sikola halak

Batak jotjotan do ndang ala ni na mauas parbinotoan, alai ala naeng mangain

sahala harajaon, sahala hasangapon, dohot sahala hamoraon do. Gabe pegawai

negeri halak Batak jotjotan do ndang ala ni naeng paojakhon paningaon na lehet,

alai ala naeng mangain sahala harajaon, sahala hasangapon, dohot sahala

hamoraon do.

Dos ma rumang ni halak Batak nuaeng on songon partennis na mauas

situtu tu gelar juara, asa tingki martanding ibana sai tu scoreboard do matana.

Beha ma boi monang partennis na songon i, agia pe mauas situtu ibana gabe

juara? Ingkon gabe sitalutalu do upa ni jolma na songon i ro di saleleng ni leleng

na. Antong molo songon i, beha nama hita, tu dia ma tondongonta, tarlobi angka

pinomparta, pinompar ni Halak Batak tu joloan on? Molo tinimbang do

partondion songon na pinatorang ondeng, sai hira holan sada nama alusna. Ala

nunga saep hita gabe sitotas nambur, ingkon nama hita torus gabe sitotas nambur

tu joloan on. Adong tolu tibas na ingkon torus padimun-dimunon ni halak si totas

nambur asa bolas mangolu jeges.

Parjolo, ditopot be gume na. Gume ima talenta. Jadi dikembangkan ma

bakat pribadi gabe kemampuan na tutu. Unang diula sada ulaon hape asing

tinembakna, songon gabe kepala hampung holan asa marhuaso, songon

marsingkola holan asa mamora, manang songon gabe ulama manang pandita asa

sangap. Kasarna, molo na bandit do bakatmu, gabe bandit tangkasan ma ho.

Paduahon, unang mabiar manjalo na ro, agia pe hansit, agia pe borat. Unang

mabiar, lapatanna ingkon maretong denggan (calculated risk). Ndang adong

parkaro na so sondot, alai tutu ingkon karejo karas do hita mangantusi parkaro i,

dohot mangalului dalan pasaehonsa. Patoluhon, marbahul-bahul na bolon alias

berjiwa terbuka, berbelas kasih ma. Holan halak na tarbuka do na tolap kreatif,

ima bangko ni si totas nambur. Marugamo pe tarbuka, margaul pe tarbuka,

marpikir pe tarbuka.

Beha ma bahenon manuan dohot pabalga angka on di diri ni pinomparta?

Parjolo, tapabenget ma mangaranapi saluhut partondion ni angka

ompunta. Lapatan ni i, ingkon karejo karas hita mambuka sejarah ni Batak.

Paduahon, unok ni partondionta, ima Patik Naopat: Parhatian si bola timbang,

parninggala si bola tali; pamuro so marumbalang, parmahan so marbotahi. Unok

ni uhum dohot adatta ima Dalihan Na Tolu: somba marhulahula, manat

mardongan tubu, elek marboru. Patik Naopat on dohot Dalihan Na Tolu on do na

so boi morot, na so boi muba, molo naeng denggan mangolu ni Halak Batak, ai

nunga i gabe dasor ni parngoluonta ratusan taon na salpu. Angka naasing i, holan

sibuk dohot bunga-bunga do i, na tau muba na tau mumpat. Alani i, ringgas,

malo, jala bisuk ma hita padomuhon i tu angka na masa nuaeng dohot na naeng

ro. Patoluhon, saluhut portibi on nama jampalan na bidang dohot papaga na lomak

di hita. Tatadinghon ma bugang dohot baro na hinorhon ni panjajaon i. Tajalahi

ma saluhut angka na patut di hangoluon nanaeng ro, songon pamingkirion,

parbinotoan, habisuhon, dohot ugari (teknologi). Ingkon gabe na jeges do hita di

ganup-ganup bidang na tapillit di ngolunta, ndang gabe ingkon nomor sada, alai

gabe na jeges di turpuk naung tapillit. Kasarna, niulahan sahali nari, molo tung

gabe bandit pe, ba bandit tangkasan ma ho, na malo jala na bisuk!

http://rumametmet.com/2011/12/13/batak-toba-tarbahensa-do-ulaning-manotas-

dalan-tu-abad-21/

Universitas Sumatera Utara

Page 183: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

181

LAMPIRAN 9

PEMETAAN POTENSI AFIKS KAUSATIF

No Kategori Afiks –hon Afiks pa- -hon Afiks –i Afiks pa - -i Afiks pa-/ par-

1 Dabu (V.In) Mandabuhon Padabuhon Mandabui - -

2 Ro (V.In) - Parohon - - -

3 Tolhas (V.In) Manolhashon Patolhashon - - -

4 Modom (V.In) Mamodomhon Papodomhon Mamodomi - -

5 Sae (V.In) - Pasaehon - - -

6 Sidung (V.In) - Pasidunghon - - -

7 Ulak (V.In) - Paulakhon Mangulaki Mamparngulaki -

8 Masa (V.In) - Pamasahon - - -

9 Ihut (V.In) Mangihuthon Paihuthon Mangihuti - -

10 Tupa (V.In) - Patupahon - Mampartupa

11 Jojor (V.In) Manjojorhon Pajojorhon - - - 12 Jongjong

(V.In)

manjongjonghon pajongjonghon - - -

13 Hehe (V.In) - Pahehehon Manghehei - -

14 Borhat (V.In) - Paborhathon Mamborhati - -

15 Unduk (V.In) Mangundukhon Paundukhon Mangunduki - -

16 Bungkuk (V.In) - Pabungkukhon - - -

17 Unsat (V.In) Mangunsathon Paunsathon Mangunsati - -

18 Ait (V.Tr) Mangaithon Pataithon - - -

19 Juguk (V.In) - Pajugukhon - - -

20 Eret (V.In) Mangerethon Paerethon - - -

21 Togu (V.Tr) Manoguhon Patoguhon - - -

22 Ruhot (V.In) Mangaruhothon Paruhothon - - -

23 Balga (Adj) *manghabalgahon Pabalgahon - - -

24 Tangkas (Adj) manangkashon Patangkashon Manangkasi - -

25 Tolbak (Adj) Manolbalkhon Patolbakhon - - -

26 Gok (Adj) Manggokhon Pagokhon Manggoki - -

27 Las (Adj) *manghalashon Palashon - - - 28 Sangap (Adj) - Pasangaphon - Mamparsangapi Mamparsangap

29 Tata (Adj) - Patatahon - - -

30 Hansit (Adj) - Pahansithon Manghansiti - Mamparhansit

31 Dirgak (Adj) - Padirgakhon - - -

32 Tigor (Adj) - Patigorhon - - -

33 Bolak (Adj) Mambolakhon Pabolakhon - - -

34 Hantus (Adj) Manghantushon Pahantushon - - -

35 Suda (Adj) Manudahon Pasudahon - - -

36 Timbo (Adj) Manimbohon Patimbohon - - Mampartimbo

37 Gogo (Adj) Manggogohon Pagogohon Manggogoi - -

38 Lehet (Adj) - Palehethon - - -

39 Gale (Adj) - Pagalehon - - -

40 Hatop (Adj) - Pahatophon - - -

41 Sabas (Adj) - Pasabashon - - -

42 Lambas (Adj) - Palambashon - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 184: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

182

43 Tipak (Adj) Manipakhon Patipakhon - - -

44 Songe (Adj) - Pasongehon - - - 45 Benget (Adj) *manghabengetho

n Pabengethon - - -

46 Burju (Adj) *manghaburjuhon Paburjuhon - - -

47 Toltol (Adj) - Patoltolhon - - -

48 Uli (Adj) *manghaulihon Paulihon - - -

49 Hinsa (Adj) - Pahinsahon - - -

50 Ganjang (Adj) Mangganjanghon Paganjanghon - - -

51 Gotap (Adj) Manggotaphon Pagotaphon - - -

52 Malo (Adj) - Pamalohon - - -

53 Redep (Adj) Mangaredephon Paredephon - - -

54 Lua (Adj) Mangaluahon Paluahon - - -

55 Ingot (Adj) Mangingothon Paingothon - - -

56 Ture (Adj) - Paturehon - - - 57 Denggan (Adj) *manghadengganhon Padengganhon - - - 58 Torang (Adj) Manoranghon Patoranghon - - -

59 Mora (Adj) - Pamorahon - - -

60 Siat (V.In) - Pasiathon - - -

61 Tulus (Adj) - Patulushon - - -

62 Godang (Adj) - Pagodanghon - - -

63 Ringgas (Adj) *mangharinggashon Paringgashon - - mamparringgas

64 Tading (V.In) Manadinghon Patadinghon - - -

65 Aup (V.In) Mangauphon Paauphon - - -

66 Tait (V.In) Mangaithon Pataithon - - -

67 Tutup (V.In) Manutuphon Patutuphon Manutupi - -

68 Inum (V.In) Manginumhon Painumhon - - -

69 Ondol (Adj) Mangondolhon Paondolhon - - -

70 Ribak (V.In) Mangaribakhon Paribakhon Mangaribaki - -

71 Onjat (Adj) Mangonjathon Paonjathon Mangonjati - -

72 Peut (V.In) Mameuthon Papeuthon - - -

73 Ringkot (Adj) Mangaringkothon Paringkothon - - -

74 Baju (N) Marbajuhon Pabajuhon - - -

75 Lobi (Adv) - Palobihon - Mamparlobi

76 Sada (Num) - Pasadahon - - Mamparsada

77 Singkor (Adj) - Pasingkorhon - - mamparsingkor

78 Sorat (Adj) - Pasorathon - - Mamparsorat

79 Rundut (Adj) Parunduthon Mangarunduti - mamparrundut

80 Rejet (Adj) - Parejethon - - mamparrejet

81 Toru (Adj) - Patoruhon Manorui - mampartoru

82 Saong (N) - Pasaonghon - - Mamparsaong

83 Bantal (N) - Pabantalhon - - Mamparbantal

84 Rara (Adj) Mangararahon Pararahon Mangararai - -

85 Birong (Adj) - Pabironghon Mambirongi - -

86 Girgir (Adj) Manggirgirhon Pagirgirhon Manggirgiri - -

87 Dame (Adj) Mandamehon Padamehon Mandamei - -

88 Roa (Adj) - Paroahon Mangaroai - -

89 Burbar (Adj) Mamburbarhon Paburbarhon Mamburbari - -

90 Arsak (N) Mangarsakhon Pangarsakhon Mangarsaki - -

Universitas Sumatera Utara

Page 185: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

183

91 Guntur (Adj) - Pagunturhon Manggunturi - -

92 Oru (Adj) Mangoruhon Paoruhon Mangorui - -

93 Jonok (Adj) Manjonokhon Pajonokhon Manjonoki - -

94 Dae (Adj) - Padaehon Mandaei - -

95 Nangkok Manangkokhon Panangkokhon Manangkoki - -

96 Loha (Adj) Mangalohahon Palohahon Mangalohai - -

97 Durus (V.In) Mandurushon Padurushon - - -

98 Loja (Adj) - Palojahon Mangalojai - -

99 Tanda (V.In) Manandahon Patandahon Manandai - - 100 Dao (Adj) - Padaohon - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 186: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

184

LAMPIRAN 10

SURAT IZIN PENELITIAN DARI PASCASARJANA USU

Universitas Sumatera Utara

Page 187: KONSTRUKSI KAUSATIF BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh …

185

LAMPIRAN 11

SURAT BALASAN DARI BUPATI BALIGE

Universitas Sumatera Utara