15
I. Title of the experiment : Equilibrium Constants II. Day/date of the experiment : Monday / April 14 th , 2013 III. Purpose of the experiment : 1. Understanding the equilibrium constant of a reaction 2. Observing that the equilibrium constant does not depend on the initial concentration of the reaction. IV. Basic Theory Reaksi kimia terdiri dari 2 macam yaitu, reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible adalah reaksi kimia yang tidak dapat dapat kembali lagi menjadi reaktan setelah terbentuknya suatu produk. Reaksi reversible adalah suatu reaksi kimia yang berlangsung dua arah, yaitu produk dapat membentuk reaktan kembali. Pada reaksi kesetimbangan kimia, dapat terjadi reaksi dua arah (reversible). Kesetimbangan kimia adalah suatu reaksi kimia dimana jumlah pereaksi dan jumlah hasil reaksinya tidak berubah lagi dengan membentuk komposisi tertentu dari pereaksi dan hasil reaksi pada suhu tertentu. Walaupun secara makroskopis tidak terjadi perubahan namun secara mikroskopis, perubahan tetap berlangsung (bersifat dinamis) hanya tak dapat diamati, yakni perubahan pereaksi dan hasil reaksi dengan laju yang sama tetapi arahnya berlawanan. Oleh karena itu, kesetimbangan kimia disebut juga kesetimbangan dinamik dengan notasi . Misalnya : aA + bB cC + dD Ada empat aspek dasar keadaan kesetimbangan, yaitu : keadaan kesetimbangan tidak menunjukkan perubahan makroskopik yang nyata, keadaan kesetimbangan dicapai melalui proses yang berlangsung spontan, keadaan kesetimbangan menunjukkan keseimbangan dinamik antara proses maju atau balik dan keadaan kesetimbangan adalah sama walaupun arah pendekatannya berbeda.

Konstanta Kesetimbangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konstanta kesetimbangan

Citation preview

  • I. Title of the experiment : Equilibrium Constants

    II. Day/date of the experiment : Monday / April 14th, 2013

    III. Purpose of the experiment :

    1. Understanding the equilibrium constant of a reaction

    2. Observing that the equilibrium constant does not depend on the initial

    concentration of the reaction.

    IV. Basic Theory

    Reaksi kimia terdiri dari 2 macam yaitu, reaksi irreversible dan

    reaksi reversible. Reaksi irreversible adalah reaksi kimia yang tidak dapat

    dapat kembali lagi menjadi reaktan setelah terbentuknya suatu produk.

    Reaksi reversible adalah suatu reaksi kimia yang berlangsung dua arah,

    yaitu produk dapat membentuk reaktan kembali. Pada reaksi

    kesetimbangan kimia, dapat terjadi reaksi dua arah (reversible).

    Kesetimbangan kimia adalah suatu reaksi kimia dimana jumlah

    pereaksi dan jumlah hasil reaksinya tidak berubah lagi dengan membentuk

    komposisi tertentu dari pereaksi dan hasil reaksi pada suhu tertentu.

    Walaupun secara makroskopis tidak terjadi perubahan namun secara

    mikroskopis, perubahan tetap berlangsung (bersifat dinamis) hanya tak

    dapat diamati, yakni perubahan pereaksi dan hasil reaksi dengan laju yang

    sama tetapi arahnya berlawanan. Oleh karena itu, kesetimbangan kimia

    disebut juga kesetimbangan dinamik dengan notasi . Misalnya :aA + bB cC + dD

    Ada empat aspek dasar keadaan kesetimbangan, yaitu : keadaan kesetimbangan tidak menunjukkan perubahan makroskopik yang nyata,

    keadaan kesetimbangan dicapai melalui proses yang berlangsung spontan, keadaan kesetimbangan menunjukkan keseimbangan dinamik antara proses maju atau balik dan keadaan kesetimbangan adalah sama walaupun arah pendekatannya berbeda.

  • Tetapan kesetimbangan (K) adalah hasil kali produk dipangkatkan

    koefisien reaksinya dibagi hasil kali reaktan dipangkatkan koefisien

    reaksinya. Tetapan kesetimbangan mempunyai nilai yang tetap pada suhu

    tertentu. Jika reaktan dan produk dinyatakan dengan konsentrasi, maka

    tetapan kesetimbangan ditulis dengan simbol Kc. Misalnya untuk reaksi:

    aA(g) + bB(g) cC(g) + dD(g)

    maka nilai

    Bila konstanta kesetimbangan (Kc) kecil (Kc < 1), berarti pada

    keadaan kesetimbangan, konsentrasi produk adalah kecil, sehingga

    konstanta kesetimbangannya juga kecil, hal ini menunjukkan reaksi bolak-

    balik tidak berlangsung dengan baik. Bila konstanta kesetimbangan (Kc)

    besar (Kc > 1) berarti pada keadaan setimbang konsentrasi reaktan adalah

    kecil, sehingga harga konstanta kesetimbangan yang besar menunjukkan

    bahwa reaksi berlangsung bolak-balik dengan baik.

    Konstanta kesetimbangan (Kc) memiliki beberapa fungsi, yaitu :

    - Meramalkan reaksi kesetimbangan secara kualitatif, yaitu jika

    harga Kc besar, maka reaksi kesetimbangan banyak mengandung

    produk, dan sebaliknya.

    - Meramalkan arah reaksi kesetimbangan, yaitu jika QKc, maka

    reaksi berlangsung ke kiri. Q adalah hasil bagi antara konsentrasi

    produk dan reaktan pada keadaan apapun.

    A. Aturan yang harus diperhatikan dalam menghitung Kc adalah :

    1. Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas

    yang dimasukkan dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat

    yang berbentuk gas saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap

    den nilainya telah terhitung dalam harga Kc itu.

    Contoh : C(s) + CO2(g) 2CO(g)

    Kc = (CO)2 / (CO2)

  • 2. Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan

    dalam perhitungan Kc hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.

    Contoh : Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

    Kc = (Zn2+) / (CO2+)

    3. Untuk kesetimbangan antara zat-zat dalam larutan jika pelarutnya

    tergolong salah satu reaktan atau hasil reaksinya maka konsentrasi

    dari pelarut itu tidak dimasukkan dalam perhitungan Kc.

    Contoh : CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)

    Kc = (CH3COOH) x (OH-) / (CH3COO-)

    Menurut Le Chatelier, suatu sistem kesetimbangan akan tetap

    mempertahankan posisinya jika terdapat perubahan yang mengakibatkan

    terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan. Ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi pergeseran reaksi kesetimbangan, yaitu :

    1. Perubahan Konsentrasi

    Jika konsentrasi reaktan diperbesar, maka reaksi kesetimbangan akan

    bergeser ke produk, demikian sebaliknya.

    2. Perubahan Volume

    Jika volume diperbesar, reaksi kesetimbangan bergeser ke jumlah

    koefisien zat yang besar, sebaliknya jika diperkecil volumenya, maka

    reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien zat yang

    kecil. Tetapi perubahan volume tidak berpengaruh jika jumlah

    koefisien reaktan dan produk sama.

    3. Perubahan Tekanan

    Merupakan kebalikan dari perubahan volume. Jika tekanan diperbesar

    maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien

    zat yang lebih kecil, demikian sebaliknya.

    4. Perubahan Suhu

    Jika suhu dinaikkan, reaksi bergeser ke reaksi endoterm. Sedangkan

    jika suhu diturunkan, reaksi bergeser ke eksoterm. Perubahan suhu

    mengakibatkan perubahan harga tetapan kesetimbangan.

    5. Katalis

  • Penambahan katalis tidak akan menggeser reaksi kesetimbangan

    karena katalis hanya berfungsi mempercepat laju reaksi.

    Untuk praktikum ini reaksi esterifikasi yang terjadi adalah sebagai

    berikut

    CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l)

    Reaksi ini berlangsung sangat lambat, untuk mempercepat diberi katalis

    berupa ion H+ dari larutan HCl 2N. Untuk mencapai kesetimbangan

    diperlukan waktu +1 minggu atau minimal 3 hari. Konsentrasi reaktan

    atau produk dapat ditentukan dengan titrasi yang dilakukan dengan cepat

    agar tidak mengganggu kesetimbangan secara nyata. Tetapan

    kesetimbangan dari reaksi dapat dihitung menggunakan persamaan:

    Kc teoritis dari reaksi esterifikasi ini adalah 4,2 x 10-2

    V. Alat dan Bahan

    A. Alat-alat

    1. Buret 50 mL 1 buah

    2. Statif dan klem - 1 buah

    3. Gelas kimia 200 mL 1 buah

    4. Erlenmeyer 250 mL 5 buah

    5.Gelas ukur 25 mL 1 buah

    6. Pipet tetes - secukupnya

    B. Bahan-bahan

    1. NaOH 2 N

    2. Indikator PP

    3. HCl

    4. Etanol absolute

  • 5. Asam Asetat

    6. Aluminium foil

    VI. Alur Kerja

    (Larutan Blanko)

    5 mL HCl 2N2N Dimasukkan ke dalam

    Erlenmeyer

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH

    Volume NaOH

    V1= 3,5 mL

    V2= 3,5 mL

    V3= 3,8 mL

  • Volume NaOH

    V1= 6,8 mL

    V2= 5,2 mL

    V3= 4,6 mL

    V4= 3,8 mL

    Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan rapat

    Disimpan selama 3 hari

    Dicatat suhu tempat penyimpanan

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH 2N

    5 mL HCl 2N+

    1 mL Etanol +

    4 mL Asam

    Asetat

    5 mL HCl 2N+

    2 mL Etanol +

    3 mL Asam

    Asetat

    5 mL HCl 2N+

    3 mL Etanol +

    2 mL Asam

    Asetat

    5 mL HCl 2N+

    4 mL Etanol +

    1 mL Asam

    Asetat

  • VII. Hasil Pengamatan

  • NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN REAKSI KESIMPULANSEBELUM SESUDAH1.

    2.

    HCl: larutan tidak

    berwarna

    NaOH: larutan

    tidak berwarna

    PP: larutan tidak

    berwarna

    HCl: larutan tidak

    berwarna

    Asam asetat:

    larutan tidak

    berwarna, bau (+)

    NaOH: larutan

    tidak berwarna

    PP: larutan tidak

    HCl + NaOH:

    Larutan tidak

    berwarna

    Setelah ditetesi PP:

    Larutan tidak

    berwarna

    Setelah dititrasi:

    Larutan berwarna

    merah muda

    V1= 3,5 mL

    V2= 3,5 mL

    V3= 3,8 mL

    HCl + etanol +

    asam asetat:

    Larutan tidak

    berwarna dan bau

    seperti balon

    Setelah ditetesi PP:

    Larutan tidak

    berwarna

    Setelah dititrasi:

    HCl(aq) + NaOH(aq)

    NaCl(aq) + H2O(l)

    H3COOH(aq) +

    C2H5OH(aq) CH3COOC2H5(aq) +

    H2O(l)

    CH3COOCH2(aq)+

    NaOH(aq) CH3COONa(aq)+ CH3CH2OH(aq)

    Terjadi reaksi

    esterifikasi ditandai

    dengan bau seperti

    balon dan

    menghasilkan Kc

    sebesar:

    Kc1= -2, 1325 mol/L

    Kc2= -8,5387 mol/L

    Kc3= 8,9189 mol/L

    Kc4= 8, 2849 mol/L

    (Larutan Blanko)

    5 mL HCl 2N

    2N Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH

    Volume

    NaOH

    V1= 3,5 mL

    V2= 3,5 mL

    V3= 3,8 mL

    5 mL HCl 2N+

    1 mL Etanol +

    4 mL Asam AsetatDimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan rapat

    Disimpan selama + 1 minggu (min. 3 hari)

    Dicatat suhu tempat penyimpanan

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH 2N

    Ditentukan mol etanol absolut dan mol asam asetat

    Volume NaOH (mL)

    5 mL HCl 2N+

    4 mL Etanol +

    1 mL Asam AsetatDimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan rapat

    Disimpan selama + 1 minggu (min. 3 hari)

    Dicatat suhu tempat penyimpanan

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH 2N

    Ditentukan mol etanol absolut dan mol asam asetat

    Volume NaOH (mL)

    5 mL HCl 2N+

    2 mL Etanol +

    3 mL Asam AsetatDimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan rapat

    Disimpan selama + 1 minggu (min. 3 hari)

    Dicatat suhu tempat penyimpanan

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH 2N

    Ditentukan mol etanol absolut dan mol asam asetat

    Volume NaOH (mL)

    5 mL HCl 2N+

    3 mL Etanol +

    2 mL Asam AsetatDimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan rapat

    Disimpan selama + 1 minggu (min. 3 hari)

    Dicatat suhu tempat penyimpanan

    Ditambahkan 2 tetes indikator PP

    Dititrasi dengan larutan NaOH 2N

    Ditentukan mol etanol absolut dan mol asam asetat

    Volume NaOH (mL)

  • VIII. Analisis dan Pembahasan

    Pada praktikum konstanta kesetimbangan ini didapat data sebagai

    berikut :

    Untuk 5 mL larutan HCl (larutan blanko) yang jernih dan tidak

    berwarna lalu diberi 2 tetes indikator phenolphtalein maka larutan tetap

    jernih, tak berwarna. Lalu larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N,

    setelah mencapai titik ekivalen larutan menjadi jernih dan berwarna merah

    muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH dengan rata-

    rata 3,6 mL.

    Untuk erlenmeyer I yang berisi 5 mL HCl 2N + 1 mL Etanol + 4

    mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum

    dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak

    ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik

    ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna

    merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH

    sebanyak 6,8 mL.

    Untuk erlenmeyer II yang berisi 5 mL HCl 2N + 2 mL Etanol + 3

    mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum

    dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak

    ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik

    ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna

    merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH

    sebanyak 5,6 mL.

    Untuk erlenmeyer III yang berisi 5 mL HCl 2N + 3 mL Etanol + 2

    mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum

    dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak

    ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik

    ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna

    merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH

    sebanyak 4,6 mL.

    Untuk erlenmeyer IV yang berisi 5 mL HCl 2N + 4 mL Etanol + 1

    mL Asam Asetat, maka larutan tersebut jernih dan tak berwarna. Sebelum

  • dititrasi ditetesi 2 tetes indikator phenolphtalein larutan tetap jernih dan tak

    ber. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2N hingga mencapai titik

    ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi jernih dan berwarna

    merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH

    sebanyak 3,8 mL.

    Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konstanta

    kesetimbangan suatu reaksi dan memperhatikan bahwa konstanta

    kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Untuk

    membuktikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada

    konsentrasi awal reaksi, maka dibuat 4 macam larutan yang sama dengan

    perbandingan konsentrasi awal reaktan yang berbeda. Reaktan terdiri atas

    asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) yang akan bereaksi

    membentuk etil asetat (CH3COOC2H5) dengan reaksi esterifikasi. Berikut

    adalah reaksi yang terjadi:

    CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOCH2CH3(aq) + H2O(l)Dalam erlenmeyer, selain kedua reaktan tersebut juga terdapat HCl dengan

    jumlah yang sama untuk masing-masing tabung. Fungsi penambahan HCl

    ini sebagai katalis karena HCl akan terion dalam air menghasilkan ion H+

    yang dapat mempercepat laju reaksi eseterifikasi.

    Setelah semua larutan dimasukkan dalam erlenmeyer, segera

    ditutup dengan Aluminium Foil agar etanol tidak menguap serta disimpan

    dalam lemari tertutup. Selain itu, penutupan dengan Aluminium Foil serta

    penyimpanan dalam lemari tertutup juga untuk mempertahankan suhu

    dalam tabung agar tidak berubah secara drastis selama reaksi esterifikasi

    berjalan. Jika terjadi perubahan suhu terjadi secara drastis, maka reaksi

    kesetimbangan akan terganggu karena reaksi reversible dapat berjalan

    sempurna jika suhunya konstan. Setelah itu, erlemmeyer yang telah

    ditutup rapat disimpan selama 3 hari. Hal ini dilakukan karena reaksi

    esterifikasi berjalan sangat lambat meskipun telah diberi katalis berupa

    larutan HCl.

    Setelah disimpan selama 3 hari maka ester terbentuk, larutan

    tersebut kemudian di titrasi dengan NaOH 2N. Akan tetapi, sebelumnya

  • terlebih dahulu dilakukan titrasi terhadap larutan blanko (HCl 2N) dengan

    NaOH 2N untuk mengetahui konsentrasi ion H+ yang menjadi katalis pada

    reaksi esterifikasi. Setelah titrasi larutan blanko, selanjutnya dilakukan

    titrasi terhadap larutan ester dengan bantuan indikator PP. Hal ini karena

    PP memiliki trayek pH antara 8,0 9,6. Rentang trayek ini sesuai untuk

    titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekuivalen pada rentang

    trayek tersebut. Reaksi ester saat di titrasi dengan NaOH :

    CH3COOC2H5(aq)+ NaOH(aq) CH3COONa(aq)+ CH3CH2OH(aq)Titik ekuivalen dicapai saat tejadi perubahan warna dari larutan jernih

    tidak berwarna menjadi jernih dan berwarna merah muda.

    Dari data dilakukan perhitungan-perhitungan, yang pertama adalah

    menghitung mmol HCl blanko dengan persamaan berikut :

    mol ekivalen H+ = mol ekivalen OH-

    Selanjutnya menghitung mol mula-mula untuk etanol dan asam asetat

    dengan menggunakan persamaan berikut :

    Mol Etanol =

    Mol Asam Asetat =

    Dimana massa jenis etanol 0,79 g/mL dan massa molarnya 46 g/mol,

    sedangkan untuk asam asetat massa jenisnya 1,05 g/mL dan massa

    molarnya 60 g/mol. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung mol

    titrasi dengan menggunakan persamaan berikut :

    mol ekivalen H+ = mol ekivalen OH-

    Untuk menghitung mol CH3COOH sisa menggunakan persamaan berikut :

    mol H+ sisa = mol ekivalen H+ mol blanko

    Setelah diketahui mol sisa dari seluruh zat, maka dapat dihitung konstanta

    kesetimbangannya denga persamaan berikut :

  • Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan

    yang di atas didapat nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut

    adalah -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849.

    IX. Diskusi

    Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan

    yang di atas didapat nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut

    adalah -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849.

    Hasil dari perhitungan Kc tidak sesuai dengan nilai Kc secara teoritis

    yaitu 4,2 x 10-2 . Selain itu nilai Kc untuk erlenmeyer I dan II memiliki

    perbedaan yang signifikan dengan nilai Kc untuk erlenmeyer III dan IV

    dimana pada Erlenmeyer I dan II menghasilkan Kc yang bernilai minus.

    Namun, nilai Kc untuk erlenmeyer III dan IV memiliki nilai yang dekat

    rangenya. Dengan begitu dapat terbukti jika nilai Kc tidak dipengaruhi

    oleh konsentasi awal.

    Untuk ketidaksesuain nilai Kc hasil praktikum dan secara teoritis

    dapat berbagai hal. Pertama, karena pada saat titrasi, pada saat tetes

    terakhir warna berubah terlalu merah atau terlalu jauh dari titik ekivalen.

    Hal ini dikarenakan titrasi yang dilakukan tidak sesuai dengan standar

    titrasi. Titrasi pada percobaan ini dilakukan dengan konsentrasi 2N dan

    volume yang terlalu kecil. Hal ini menyebabkan kesalahan yang terjadi

    pada titrasi terlalu besar sehingga hasil perhitungan Kc yang diperoleh

    juga tidak terlalu akurat. Titrasi yang baik seharusnya dilakukan dengan

    konsentrasi 0.1 M dan volume 50 mL. Kedua, penyimpanan larutan yang

    kurang sempurna. Suhu lemari penyimpanan dianggap sama seperti suhu

    kamar pada saat awal menyimpan. Akan tetapi pada saat dikeluarkan

    setelah disimpan selama beberapa hari, suhu ruang penyimpanan dan

    erlenmeyer jauh lebih dingin daripada suhu ruang. Namun tidak diketahui

  • suhu ruangnya karena tidak dilakukan pengukuran suhu ruang akibat

    keterbatasan termometer pengukur suhu ruang. Ketiga, karena kurang

    rapatnya tutup Aluminium Foil dalam menutup erlenmeyer.

    X. Kesimpulan

    Dari praktikum konstanta kesetimbangan yang telah dilakukan

    didapat nilai Kc untuk erlenmeyer I, II, III, IV, berturut turut adalah

    -2,1325 ; -8,5387 ; 8,9189 ; 8,2849., tidak sesuai dengan Kc secara teori

    yaitu 4,2 x 10-2 . Namun nilai Kc antara tabung III, dan IV memiliki range

    yang tidak terlalu jauh, maka terbukti jika nilai Kc tidak dipengaruhi oleh

    konsentrasi awal larutan.

    XI. Jawaban Pertanyaan

    1.

    2. Penambahan larutan HCl pada proses esterifikasi berfungsi sebagai

    katalis. Sehingga dapat mempercepat jalannya reaksi esterifikasi dan

    mempercepat mencapai keadaan setimbang dengan cara menurunkan

    energi aktivasi.

    Erlenmeyer

    I

    Erlenmeyer

    II

    Erlenmeyer

    III

    Erlenmeyer

    IVV NaOH (mL) 6,8 5,6 4,6 3,8

    mol CH3COOH 0,07 0,0525 0,035 0,0175mol CH3CH2OH 0,017 0,0343 0,0515 0,0687

    mol

    CH3COOCH2CH30,0636 0,0485 0,0330 0,0171

    Kc -2,1325 -8,5387 8,9189 8,2849

  • 3. Persamaan reaksi esterifikasi :

    CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOCH2CH3(aq) + H2O(l)

    4.

    Kc1 = -2,1325 mol/L

    Kc2 = -8,5387 mol/L

    Kc3 = 8,9189 mol/L

    Kc4 = 8,2849 mol/L

    DAFTAR PUSTAKA

    Keenan, et-al.1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. (terjemahan

    A.H.Pudjaatmaka). Jakarta: Erlangga.

    Rohman. Ijang . 2004 . Common Text Book : Kimia Fisika I. Edisi revisi. Malang :

    Universitas Negeri Malang.

    Tjahjani, Siti.dkk. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Surabaya :

    Laboratorium Kimia Fisika UNESA.

    Karakteristik, macam-macam system dan konstanta kesetimbangan, (online).

    (www.chem-is-try.org, diakses 16 Maret 2012, pukul : 18.40 WIB ).

    Konstanta Kesetimbangan Kimia, (online).(www.wikipedia.com , diakses 5

    Desember 2012, pukul 18.38 WIB).