107
KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DENGAN MENDASARKAN PADA AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 13-19 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar MUAMMAR NIM: 105 191 108 317 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2021 M

KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

DENGAN MENDASARKAN PADA AL-QUR’AN

SURAH LUQMAN AYAT 13-19

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

MUAMMAR

NIM: 105 191 108 317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1442 H/2021 M

Page 2: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

iii

Page 3: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

iv

Page 4: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

v

Page 5: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

vi

Page 6: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

vii

ABSTRAK

Muammar. 105191108317. 2021. Konsep parenting dalam perspektif Pendidikan

islam dengan mendasarkan pada Al-Qur’an surah Luqman ayat 13-19.

Dibimbing oleh Dahlan Lama Bawa dan Wahdaniya.

Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh

peserta didikan agar senantiasa dapat memahami ajaran agam Islam secara

meneluruh, lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan Islam sebagai pandangan hidupnya dan Pendidikan keluarga

merupakan pendidikan alamiah yang melekat pada setiap rumah tangga. Institusi

keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai anak dan yang mula-mula

memberikan pengaruh yang mendalam serta memegang peranan utama dalam

proses perkembangan anak. Institusi keluarga mempunyai peranan yang penting

dalam proses pendidikan anak, karena dalam proses pendidikan, seorang anak

belum mengenal masyarakat yang lebih luas dan sebelum mendapat bimbingan

dari sekolah, ia terlebih dahulu menerima bimbingan dari keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep parenting dalam

persfektif Pendidikan islam dengan berdasarkan Al-Qur‟an surah Luqman ayat

13-19. Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research).

Adapun sumber data penelitian ini diperoleh melalui sumber primer yaitu Al-

Qur‟an dan sumber skunder yaitu buku-buku yang berhubungan dengan

pendidikan anak dalam pendidikan islam berdasarkan surah Luqman ayat 13-19.

Berdasarkan penelitian ini maka diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan

anak dalam surah Luqman ayat 13 yaitu mengajarkan kepada anak untuk

menanamkan keyakinan bahwa Tuhan yang berhak disembah hanya Allah SWT,

tidak boleh menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Pada ayat 14 dan 15

adalah mengajarkan kepada anak untuk berakhlak yang baik dan berbakti kepada

kedua orangtua. Pada ayat 16 adalah menumbuhkan perasaan kepada anak bahwa

ia selalu berada dalam pengawasan Allah SWT, dan semua perbuatan yang ia

lakukan akan dibalas dengan balasan yang setimpal. Pada ayat 17 adalah

pengajaran kepada anak agar ia menunaikan sholat. Pada ayat 18 adalah

mengajarkan kepada anak untuk tidak bersifat sombong dan angkuh. Pada ayat 19

adalah mengajarkan kepada anak untuk berbicara dengan lembut dan tutur kata

yang baik.

Kata Kunci : Pendidikan Islam, Parenting, Surah Luqman

Page 7: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

viii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم الله الر

الصلاة و السلام على محمد المبعوث رحمة للعالمين, و على الحمد لله حمد الشاكرين, و

أله و أصحابه و من اهتدى بهديه و عمل بسنته إلى يوم الدين... و بعد

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas

kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-

Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul konsep

parenting dalam perspektif pendidikan Islam dengan mendasarkan pada Al-

Qur‟an surah Luqman ayat 13-19. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang

senantiasa menegakkan Islam hingga yaumul akhir, aamiin…

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya peneliti banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari Bapak/Ibu dosen

Fakultas Agama Islam oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terimakasih

kepada yang terhormat :

1. Kedua orangtua Tercinta Bapak Syamsu Alam dan Ibu Nurdiani, yang tiada

henti-hentinya mendo‟akan, memberi dorongan moril maupun materil selama

menempuh pendidikan. Terima kasih atas do‟a, motivasi dan bantuannya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar

3. Kepada Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si Selaku Dekan Fakultas Agama

Islam

4. Kepada Ibu Nurhidayah M. S.Pd.I., M.Pd.I. selaku Ketua Prodi Pendidikan

Agama Islam

5. Bapak Dr. Dahlan Lama Bawa, M. Ag. dan Ibu Wahdaniya, S.Pd.I., M.Pd.I.

selaku pembimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada bapak Dr. KH. Abdullah Renre, M.Ag selaku Direktur Pendidikan

Ulama Tarjih dan kepada bapak Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag selaku

Page 8: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

ix

sekertaris Direktur Pendidikan Ulama Tarjih Universitas Muhammadiyah

Makassar.

7. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar

8. Kepada Bapak Muslimin B, S.Pd selaku ketua dan Drs. H. M. Taufiq

Bustaman selaku sekretaris pimpinan daerah Muhammadiyah kabupaten

Gowa.

9. Teman dan sahabat peneliti, yang selalu memberikan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini

10. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada yang namanya tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa

dan budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Aamiin Ya Robbal „alamin.

Makassar, 13 Dzulhijjah 1442 H

22 Juli 2021 M

Peneliti

Page 9: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii

PEGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH .............................................................. v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Parentimg Dalam Perspektif Pendidikan Islam ..................... 8

B. Makna Surah Luqman ayat 13-19 ....................................................... 13

1. Profil Luqman ................................................................................ 13

2. Deskripsi Surah Luqman ................................................................ 16

3. Asbabun-Nuzul............................................................................... 17

4. Tafsir Surah Luqman Ayat 13-19................................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................................... 32

B. Variabel Penelitian .............................................................................. 32

C. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 32

D. Sumber Data........................................................................................ 33

E. Teknik Pengumupulan Data ................................................................ 34

F. Teknik analisis data ............................................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur‟an ......................................... 35

Page 10: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

xi

1. Pendidikan Fisik ............................................................................ 35

2. Pendidikan Intelektual ................................................................... 39

3. Pendidikan Spiritual ....................................................................... 43

B. Konsep Parenting Perpektif Pendidikan Islam Berdasarkan

Al-Qur‟an Surah Luqman Ayat 13-19 ............................................... 47

1. Konsep Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam.................. 47

2. Mendidik Anak Berdasarkan Al-Qur‟an Surah Luqman Ayat

13-19 .............................................................................................. 59

C. Makna Surah Luqman Ayat 13-19 ...................................................... 74

1. Kriteria Pendidik Dalam Surah Luqman Ayat 13-19 ..................... 74

2. Metode Pendidikan Anak Dalam Surah Luqman Ayat 13-19 ....... 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 84

B. Saran ...................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 87

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 91

LAMPIRAN ...................................................................................................... 92

Page 11: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting serta memerlukan

perhatian yang sangat mendalam, dikarenakan jaminan atas keberlangsungan

kehidupan suatu bangsa atau negara sangat dipengaruhi oleh kualitas mutu

pendidikan dalam negara itu sendiri karena tingkat kualitas sumber daya manusia

sangat dipengaruhi dengan adanya pendidikan. Pendidikan juga memiliki peran

yang sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan suatu bangsa.

Proses pendidikan juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam

pencapaian masyarakat yang sejahtera serta adil dan makmur, khususnya

pendidikan islam. Dengan adanya pendidikan islam yang senantiasa memberikan

pendidikan berupa bimbingan ilahi sehingga terbentuklah pribadi-pribadi islami

dalam setiap individu. Dengan adanya pendidikan islam maka potensi yang

dimiliki manusia baik yang bersifat fisik maupun non fisik dapat senantiasa di

latih dan di aktualisasikan yang profilnya di gambarkan Allah SWT dalam Al-

Qur’an sebagai sosok ulul albab, sebagai manusia muslim paripurna yaitu

manusia yang beriman, berilmu dan selalu produktif mengerjakan amal sholeh

sesuai dengan tutunan ajaran Agama Islam.1

Anak merupakan karunia Allah SWT yang sangat berharga bagi orang tua.

Anak terlahir dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanya yang akan membawa

1 Heri Gunawan, pendidikan Islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2014), h.16

Page 12: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

2

dia tetap pada fitranya atau menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. Hal ini

telah di jelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Setiap anak lahir dalam keadaan

fitrah, hanya karena orang tuanyalah, anak itu menadi yahudi, nasrani, atau

majusi”. Anak dapat menjadi investasi akhirat bagi kedua orang tuanya apabila

orang tua mampu mendidiknya menjadi anak yang saleh dan berakhlak mulia.2

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang didapati oleh

seorang anak dan paling besar pengaruhnya serta berperan penting dalam proses

pendidikan anak. Selain itu lingkungan keluarga juga memegang peranan utama,

dimana kedudukan orang tua lebih dominan dalam perkembangan kepribadian

sang anak. Seorang anak tentunya tidak lahir dalam keadaan sholeh begitu saja,

melainkan pribadi anak yang sholeh terbentuk dengan adanya proses pendidikan

dan pola asuh yang baik yang di berikan orang tuanya sebagai lingkungan

keluarga yang berperan penting dalam memberikan pendidikan kepada anaknya.

Anak mulai mengenal konsep benar salah atau baik buruk pertama kali di

lingkungan keluarga. Kualiatas keagamaan anak akan sangat di pengaruhi oleh

proses pembentukan dan pendidikan yang di terimanya. Oleh karena itu

pendidikan yang di berikan orag tua sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang

anak.3

Permasalahan yang banyak terjadi dalam lingkungan keluarga ialah

banyak orang tua yang tidak memahami bagaimana cara atau langkah yang dapat

diterapkan dalam proses mendidik anak, sehingga banyak sekali kasus negatif

2 Syamsu yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), h. 136. 3 Syamsu yusuf LN., Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, h. 183

Page 13: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

3

pada anak diakibatkan karena pola asuh atau pendidikan yang di berikan orang tua

selaku lingkungan pendidikan pertama bagi anak yang salah.

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali kasus yang terjadi yang

mencerminkan rusaknya akhlak dan moral seorang anak seperti tauran antar

pelajar, mahasiswa yang melakukan demo yang pada akhirnya menimbulkan

kerusuhan, seorang anak yang menganiaya guru di sekolahnya dan bahkan tega

menganiaya orang tuanya sendiri, banyak juga anak yang hilang rasa kepercayaan

dirinya dalam menentukan pilihannya dalam jenjang pendidikan diakibatkan

karena tekanan dari orang tua yang harus memilih jalan sesuai keinginan orang

tuanya, yang mengakibatkan tidak maksimalnya prestasi seorang anak di

karenakan pilihan yang di ambil bukan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya,

tapi pilihan dari orang tuanya.

Pendidikan yang diberikan pada anak usia dini haruslah senantiasa

dilakukan dan tidak boleh dianggap remeh, karena jika terdapat kesalahan dalam

mendidik anak pada masa usia dini, maka dapat berpengaruh pada masa yang akan

datang, inilah yang sering kali luput dari perhatian orang tua, yang menyebabkan

seorang anak tidak tumbuh dan berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh

orang tuanya. Hal ini boleh jadi bukan merupakan kesalahan dari seorang anak,

melainkan karena cara orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya

yang kurang tepat

Kesiapan orang tua dalam mendidik anak-anaknya merupakan hal yang

paling penting dimiliki oleh orang tua, karena tidak sedikit dari orang tua yang

Page 14: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

4

telah mepunyai anak, akan tetapi belum siap secara mental dan pengetahuan untuk

menjalakan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anaknya.

Menurut al-Ghazali dalam Hasbiyallah menjelaskan bahwa orangtua harus

memperhatikan fase-fase perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan

yang memadai sesuai dengan fase yang ada.4 Pendidikan yang islami dengan

demikian tidak lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi nilai-nilai agama yang

dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan secara utuh kepada

manusia, masyarakat dan dunia pada umumnya.5

Agama Islam telah mengajarkan kepada kita tentang metode dalam

mendidik anak. Allah SWT telah menjelaskan melalui firmannya dalam Al-

Qur’an surah Luqman/31:12

اشنش لل خ ا اىحن ىقذ اريب ىق غ نش ى ب نش بش ش ش ب مش

يذ ح الل غ

Terjemahannya:

“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,

"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah),

maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa

yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha

Terpuji.”6

Allah SWT telah memberikah kita petunjuk dalam mengarungi kehidupan

ini. Terkait dengan petunjuk dalam mengasuh dan mendidik anak maka Allah

SWT telah mengisahkan di dalam Al-Qur‟an tentang perjalanan hidup seorang

4 Hasbiallah dan Moh sulhan, “Hadis Tarbawi”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

2015), h. 2 5 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 121-122

6 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 371.

Page 15: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

5

Luqman dan bagaimana Luqman memberikan pendidikan kepada anaknya. Ini

menunjukkan betapa pentingnya orang tua memahami serta menyadari

kewajibannya dalam mendidikan anak-anaknya.

Terkait dengan pemaparan di atas maka penulis merasa penting untuk

membahas lebih dalam mengenai pola asuh atau konsep parenting dalam

perspektif pendidikan Islam dengan mengkaji petunjuk yang telah diberikan Allah

SWT melalui firmannya yaitu Al-Qur‟an Surah Luqman.

Berdasarkan penjelasan yang telah di paparkan oleh penulis di atas, maka

penulis tertarik meneliti tentang bagaiamana konsep pendidikan yang benar yang

harus di berikan orang tua kepada anaknya, dengan merujuk pada pendidikan

Islam dengan mendasarkan petunjuk Allah SWT melalui firmannya dalam Al-

Qur‟an surah Luqman. Oleh sebab itu penulis mengangkat judul “KONSEP

PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DENGAN

MENDASARKAN PADA AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 13-19”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :

1. Bagaimana Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur‟an ?

2. Bagaimana Konsep Parenting Perspektif Pendidikan Islam yang

Berdasarkan Al-Qur‟an Surah Luqman ayat 13-19?

3. Bagaimana Makna Surah Luqman ayat 13-19 dalam Al-Qur‟an ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Bagaimana Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur‟an.

Page 16: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

6

2. Mengetahui Bagaimana Konsep Parenting Perspektif Pendidikan Islam

yang Berdasarkan Al-Qur‟an Surah Luqman ayat 13-19

3. Mengetahui Bagaimana Makna Surah Luqman ayat 13-19 dalam Al-

Qur‟an.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat di kemukakan menjadi dua segi

1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi

dunia pendidikan.

2. Segi Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan Islam khususnya

konsep pendidikan orang tua terhadap anak.

b. Bagi para orang tua

a) Menambah wawasan bagi para orang tua tentang konsep dalam

pendidikan anak menurut pendidikan Islam dengan berdasar pada

Al-Qur‟an surah Luqman.

b) Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk di terapkan dalam proses

mendidik anak.

c. Bagi ilmu pendidikan

a) Menambah Khazah keilmuan tentang konsep pendidikan orang tua

terhadap anak perpektif pendidikan Islam dengan mendasarkan pada

Page 17: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

7

Al-Qur‟an surah Luqman, sehingga di ketahui betapa pentingnya

pendidikan yang harus di berikan orang tua terhadap anaknya.

b) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat

memperkaya dan menambah wawasan.

d. Bagi peneliti Berikutnya.

Dapat di jadikan sebagai bahan perbandingan atau perkembangan lebih

lanjut, serta referensi bagi peneliti yang sejenis.

Page 18: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

8

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Muhammad Quthb menuturkan bahwa cara mendidikan anak dapat

dilakukan memalui teladan, teguran, cerita-cerita, pembiasaan dan pengalaman-

pengalaman.7 Sedangkan Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan beberapa metode

influentif yang bisa di terapkan dalam mendidik anak aitu dengan keteladanan,

pembiasaan, nasihat, adanya perhatian dan hukuman.8

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa pendidikan

terhadap anak tidak hanya ada pada lembaga pendidikan formal, namun juga ada

pada lingkungan masyarakat dan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ada

banyak metode yang dapat di berikan yang dapat berpengaruh terhadap mental,

spiritual, moral, dan sosial agar anak dapat menggapai cita-citanya.

Berikut ini beberapa metode-metode parenting bagi orang tua yang sesuai

untuk usia anak pra sekolah adalah sebagai berikut:

1. Metode Keteladanan

Keteladanan adalah contoh yang diikuti orang lain dan akan menjadi

panutan dalam setiap melakukan perbuatan.9 Teladan merupakan metode yang

penting dalam mendidik anak kecil atau orang dewasa. Adanya teladan terhadap

7 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: Al-

Ma‟arif, 1993), h. 38. 8 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: asy-

Syifa‟: 1993), h. 2. 9 Muhammad Al-Khal‟awi dan Muhammad Sa‟id Mursi, Mendidik Anak Dengan

Cerdas, terj. Arif Rahman Hakim, (Sukaharjo: Insan Kamil 207), Cet. I, h. 90.

Page 19: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

9

hal-hal kecil dan praktis lebih berpengaruh daripada hal toeritis. Yang perlu di

perhatiakn antar praktek dan teori tidak boleh bertolak belakang.10

Allah Swt berfirman di dalam Q.S. Al-Ahzab/33:21

مب ح حغخ ى ه الل اع ي سع ىن رمش ىقذ مب خش ال اىي شجا الل

الل مثيشا

Terjemahannya:

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.11

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa metode

keteladanan adalah salah satu metode dalam memberikan pendidikan kepada

anak. Hal ini sama ketika kita kaitkan dengan umat Islam dalam melaksanakan

syari‟at agama dengan baik dan benar, maka kita membutuhkan sosok teladan.

Maka sama halnya dengan seorang anak, ketika orang tua selalu melakukan hal-

hal positif dalam rumahnya maka seorang anak akan mengikuti kebiasaan baik

tersebut dan begitu pula sebaliknya.

2. Metode Pembawaan Kisah

Pembawaan kisah dapat meyakinkan anak pada sejarah dan meningkatkan

ke Islaman pada anak. Kisah yang dapat disampaikan pada anak ialah kisah yang

mendidik, yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan kisah para nabi. Sebagaimana juga

terdapat dalam Al-Qur‟an Surah Yusuf/12:111

10

Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin

Abu Sayed, (Solo: Pustaka Arafah, 2004), Cet. II, h. 458.

11 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (Jakarta: Departemen

Agama,1990),, h. 422.

Page 20: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

10

ت ى ٱلىج عجشح ل قصص ىقذ مب

Terjemahannya:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang-orang yang mempunyai akal”.12

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa metode

pembawaan kisah ini sangat baik dalam mendidik anak, karena ada banyak sekali

kisal-kisah Islam baik bersumber dari Al-Qur‟an maupun Hadis yang dapat

menambah wawasan sang anak dan sekaligus sebagai bekal pendidikan akidah

akhak seorang anak.

3. Metode Nasihat

Nasihat ialah suatu metode yang penting dalam mendidik dan mengasuh

anak. Terdapat beberapa media dalam memberikan nasihat kepada anak yaitu:

a) Bermain, saat anak larut dalam permainnanya, maka terjadi perpaduan

antara beberapa proses yaitu berfikir, gerak tubuh, bersosialisasi, emosi,

yang menjadi suatu proses integral.13

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa orang tua

yang pandai memilihkan permainan yang baik dan bermanfaat bagi anaknya,

maka ketika anaknya tertarik maka di sinilah kesempatan bagi orang orang tua

untuk memberikan nasihat kepada anaknya.

12

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (Jakarta: Departemen

Agama,1990), h. 248. 13

Mahmud Al-Khal‟awi dan Muhammad Sa‟id Mursi, Mendidik Anak Dengan

Cerdas...,h. 212.

Page 21: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

11

b) Berbicara langsung, Berbicara langsung kepada anak lalu menyampaikan

informasi pengetahuan dapat membuat anak lebih mudah menerima apa

yang di sampaikan.14

Dalam pengaplikasiannya orang tua sering kali salah dalam memberikan

pendidikan dengan metode ini, contohnya sering kali di sampaikan dengan suara

dan nada yang besar atau menyakiti perasaan anak sehingga sang anak tidak

mengambil itu sebagai sebuah pelajaran.

c) Memanfaatkan kejadian tertentu, ketika terjadi peristiwa maka ini

dimanfaatkan untuk menanamkan pemahaman yang bersifat mendidik baik

itu keimanan atau pendidikan dalam jiwa anak.15

4. Metode Targhib dan Tarhib

Tabiat manusia adalah perpaduan dan kombinasi dari kebaikan dan

keburukan. Al-Qur‟an telah memberikan petunjuk mengenai metode targhib

(janji) dan tarhib (ancaman). 16

Abu Yaqien mmengemukakan bahwa janji atau targhib dan hukuman

tarhib tidak mesti berbentuk materi.17

Bisa berupa sanjungan atau pujian.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa salah satu

cara kebiasaan baik seorang anak bisa bertahan di lakukan dan sampai mengakar

di dalam dirinya adalah dengan memberikan janji maupun hadiah, dengan

demikian sang anak akan selalu bersemangat mengerjakan hal-hal positif yang

14

Muhammad Nur Abdu Hafizh Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi..., h. 496. 15

Najib Khalid al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW, terj. M. Iqbal Haetami, (Bandung:

Pustaka Hidayat, 200). Cet. I, h. 121. 16

Abi M.F. Yaqien, Mendidik Anak Secara Islami, (Jombang: Lintas Media tt), h. 10. 17

Abi M.F. Yaqien, Op.cit, h. 42.

Page 22: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

12

telah kita ajarkan. Agar seorang anak senantiasa menjaga dirinya dari perilaku

buruk maka orang tua bisa memberikan berupan hukuman atau ancaman, namun

hal ini harus di sampaikan kepada anak agar anak tidak merasa terancam, dan

pemberian hukuman juga bisa di berikan dengan model hukuman yang sifatnya

mendidik.

5. Metode Perumpamaan

Muhammad Abduh, dalam tafsir al-Manar mengatakan bahwa

perumpamaan yaitu suatu fase yang di gunakan untuk menceritakan peristiwa

tertentu yang serupa dan sama dengan yang sedang di alaminya.18

Perumpamaan

juga bisa menambah wawasan, mengukuhkan pengetahuan yang di alami anak.

6. Metode Pembiasaan

Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan pendidikan dengan pembiasaan dan

pendisiplinan ialah penentu keberhasilan dalam pendidikan dan wasilah paling

baik untuk menumbuhkan keimanan dan akhlak pada anak.19

Metode pembiasaan sangat cocok dalam proses pendidikan dengan

membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik yang di lakukan di dalam rumah seperti

contoh: sholat berjamaah, sholat tepat waktu, membaca doa sebelum dan sesudah

makan, membaca doa ketika hendak tidur atau bangun tidur, membaca doa keluar

dan masuk WC, dan masih banyak hal-hal kebaikan yang apabila di biasakan di

lakukan bersama anak, maka kebiasaan tersebut akan tertanam dengan kokoh pada

anak.

18 Muhammad Bajuri, Dalam Seratus Cerita Tentang Anak (Jakarta: Republika, 2006),

Cet. I, h. 104. 19

Abdullah Nashih Ulwan, Op.cit, hlm. 45.

Page 23: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

13

B. Makna Surah Luqman Ayat 13-19

1. Profil Luqman

Kisah Luqman adalah orang yang shaleh dan sangat bijak pada masanya.

Terdapat perbedaan dikalangan ulama terkait dengan seorang Luqman apakah

seorang Nabi atau seorang shaleh yang bijak. Selain itu terdapat pula perbedaan

pendapat mengenai masa hidupnya dikalangan Ahli Tafsir. Ada yang berpendapat

bahwa Luqman hidup pada masa Daud. Adapula yang berpendapat bahwa ia

adalah anak saudara Nabi Ayub.20

Diatara perbedaan pendapat para ahli tentang

Luqman dapat diterangkan sebagai berikut:

Hamka berpendapat dalam bukunya yaitu tafsir Al-Azhar, bahwa Luqman

ialah sosok orang yang selalu mendekatkan hatinya kepada Allah SWT dan

merenungkan alam yang ada disekelilingnya, sehingga ia memperoleh kesan yang

mendalam, begitu pula dengan renungannya terhadap kehidupan ini, sehingga

terbukalah rahasia hidup dan mendapatkan hikmat.21

Al-Imam As-Suyuti dalam kitabnya, Ad-Durrul Mantsur yang dikutip

kembali oleh Shalah Al-Khalidy dalam bukunya yang berjudul kisah-kisah Al-

Qur‟an pelajaran dari orang terdahulu “menjelaskan bahwa Luqman merupakan

seorang hamba sahaya yang berkebangsaan Habsy Najr. Yang memiliki pekerjaan

sebagai tukang kayu, memiliki tubuh yang kecil, dengan hidung mancung, mahir

20

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang di sempurnakan),

(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h. 546 21

Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar juzu XVIII,

(Surabaya: Yayasan Latimojong, 1981), h.142

Page 24: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

14

dalam silat lidah, memiliki kaki yang lebar, yang memperoleh hikmah dari Allah

SWT, namun bukan kenabian”.22

Ibnu Abbas yang dikutip oleh Muhammad Nasib ArRifa‟i dalam bukunya

“kemudahan dari Allah”, menerangkan bahwa Luqman merupakan hamba

berkembangsaan Habsyi dengan pekerjaan yaitu tukang kayu. Selain itu Jabir bin

Abdillah menerangkan bahwa Luqman adalah orang yang memiliki tubuh pendek

dan hidung pesek. Sedangkan Said bin Mussayab menuturkan bahwa Luqman

berasal dari kota Sudan, mempunyai kekuatan dan memperoleh hikmah dari

Allah, akan tetapi tidak menerima kenabian.23

Quraish Shihab dalam tafsirnya yaitu Tafsir Al-Misbah menjelaskan

bahwa Luqman berasal dari Etiopia. Pendapat lain menyebutkan bahwa Luqman

adalah sosok yang berkulit hitam yang berasal dari Mesir Selatan. Terdapat pula

pendapat yang mengatakan ia berasal dari Ibrani. Terkait dengan pekerjaannya,

terdapat pula perbedaan pendapat, Ada yang menebutkan bahwa ia seorang

penjahit, pengumpul kayu atau tukang kayu adapula yang berpendapat bahwa ia

adalah pengembala. Hampir semua riwayat sepakat menyebutkan bahwa Luqman

bukan seorang Nabi akan tetapi ahli hikmah.24

Hikmah yang berasal dari Allah SWT ialah mengetahui sesuatu dan

mengakui keberadaannya dengan tujuan memutuskan sesuatu. adapun hikmah dari

manusia berarti mengetahui sesuatu yang sudah ada dan mengerjakan perbuatan-

22

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisan Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang Terdahulu,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.133 23

Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan Dari Allah (ringkasan tafsir Ibnu

Katsir),(Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 787 24

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran jilid 10,

(Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 29

Page 25: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

15

perbuatan yang baik. Inilah yang disifatkan kepada Luqman dalam Al-Qur‟an dan

memberi tahu kumpulan hikmah yang disifatinya.25

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Luqman Al-

Hakim bukan seorang Nabi akan tetapi seorang manusia biasa yang telah

diberikan hikmah kepadanya dari Allah SWT disebabkan ketakwaan dan

kesyukurannya kepada Allah SWT, Luqman Al-Hakim bukan keturunan dari

bangsa Arab dan bukan golongan orang-orang yang kaya dan bangsawan.

Untuk mencari intisari Al-Qur‟an tidaklah penting bagi kita mengetahui

dari mana asal-usul Luqman. Al-Qur‟an pun tidaklah menonjolkan asal-usulnya.

Yang penting adalah dasar-dasar hikmah yang diwasiatkannya kepada putranya,

yang mendapat kemulian demikian tinggi, sampai dicatat menjadi ayat-ayat dalam

Al-Qur‟an, disebutkan namanya dua kali yaitu pada ayat 12 dan 13 dalam surat ke

31, yang diberi nama depan Luqman.

Surah Luqman terdiri dari 34 ayat dan termasuk golongan surah

makkkiyah, diwahyukan sesudah surah As-Saffat. Dinamakan surah Luqman

karena pada intinya ayat-ayat itu memuat nasehat, bimbingan dan pengajaran dari

Luqman kepada anaknya bernama Tasaran.26

Anak Luqman pada mulanya adalah

orang musrik, tapi ia selalu berusaha memberi bimbingan dan pengajaran kepada

anak dan istrinya sampai keduanya beriman dan meneriman ajaran Tauhid yang

diajarkan Luqman.27

Nasehat-nasehat Luqman itu tertuang dalam Al-Qur‟an

Surah Luqman ayat 13-19. Wasiat Luqman kepada putranya hanya terdiri dari 7

25

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisan Al-Qur’an..., h. 141 26

Adil Mustofa Abdul Hakim, Kisah Bapak dan Anak Dalam Al-Qur’an, (jakarta: Gema

Insani , 2007), h. 127 27

M. Nasib Ar-Rifai, Kemudahan dari Allah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 789

Page 26: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

16

ayat saja. Tetapi dalam ayat yang 7 itu tersimpan dasar-dasar bimbingan yang

tidak akan berubah-ubah selama manusia masih hidup dalam dunia ini.

Luqman Hakim adalah sosok yang disebutkan namanya dalam Al-Qur‟an

ini mempunyai keistimewaan dalam memberikan hikmah bagi banyak kalangan.

Ibnu Katsir mengatakan bahwa nama panjang Luqman Hakim adalah Luqman bin

Unada bin Sadun,28

dan putranya bernama Tasaran.29

Lukman Al-Hakim diperkirakan hidup satu zaman dengan Nabi Ayub as,

Luqman dianugrahi umur panjang sehingga sempat bertemu Nabi Daud as. Pada

zaman Rasullullah SAW banyak orang kulit hitam memeluk Islam.

2. Deskripsi Surah Luqman

Surat Luqman diturunkan di Mekah sesudah Surah As-Saffat, terkecuali

ayat 28, 29, dan 30 yang diturunkan di Madinah, terdiri dari 34 ayat. ayat-ayat ini

turun berdasarkan diskusi dengan orang-orang Yahudi. Setelah Nabi berhijrah ke

Madinah pendeta Yahudi berkata kepadanya: Menurut kabar yang sampai kepada

kami, bahwasanya engaku berkata: “Dan tidaklah diberi kepada kamu ilmu,

melainkan sedikit sekali, apakah yang engkau maksud itu untuk kami ataukah

untuk engkau sendiri”. Nabi menjawab: “yang saja dikehendaki untuk kita semua

ini”. Sesudah itu mereka berkata: “bukankah engkau ketahui bahwa kepada kami

diberikan Taurat yang didalamnya terdapat semua penjelasan”. Nabi menjawab:

“apa yang tersebut dalam Taurat itu hanyalah sedikit sekali bila dibandingkan

dengan ilmu Allah”. Berdasarkan dengan hal yang tersebut diatas ini, maka

turunlah ayat 28, 29, dan 30. Sebab turun ayat ini, ialah untuk menjawab

28

Horriyah, Kisah-kisah Sangat Misterius Super Ispiratif Dalam Al-Qur’an, (Jogjakarta:

Bening, 2011), h. 34 29

Terjamah Singkat Tafsir Ibnu Katrir 6, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 2006), h. 262

Page 27: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

17

pertanyaan orang Qurais mengenai kisah Luqman dan anaknya dan mengenai

kebaktian anaknya itu.30

Dinamai “Luqman” karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah

diberi oleh Allah nikmat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu ia bersukur kepada

-Nya atas nikmat yang diberikan itu. Dan pada ayat 13-19 terdapat nasihat-nasihat

Luqman kepada anaknya.31

Tema utama adalah ajakan kepada Tauhid dan kepercayaan akan

keniscayan kiamat serta pelaksanaan perinsip-perinsip dasar Agama. Al-Biqa‟I

berpendapat bahwa tujuan surat ini adalah membuktikan bahwa kitab Al-Qur‟an

mengandung hikmah yang sangat dalam, yang mengantar kepada kesimpulan

bahwa yang menerunkan adalah dia yang maha bijak dalam fiman-firman dan

perbuatan-perbuatannya.

Surah ini terdiri dari 33 ayat yang menurut perhitungan ulama Mekah dan

Madinah dan 34 ayat menurut ulama Syam, Kuffah dan Basrah, perbedaan itu

sebagaimana anda ketahui hanya perbedaan dalam cara menghitung, bukan ada

ayat yang tidak diakui oleh yang menilai 33 ayat.32

3. Asbabun-Nuzul

Secara etimologi Asbabun-Nuzul adalah sebab-sebab yang mengakibatkan

turunnya Al-Qur‟an. Sedangkan secara terminologis Asbabun-Nuzul adalah

pristiwa yang melatar belakangi turunya ayat atau surah pada waktu peroses

30

Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an madjied An-Nur Djuz XXI, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1970), h. 76 31

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid VII, (Yogyakarta: PT. Dana

Bakti Wakaf), h. 618 32

Ibid., h. 274

Page 28: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

18

penurunan Al-Qur‟an.33

Menurut Al-Zarqoni Asbabun-Nuzul adalah suatu

pristiwa yang terjadi menjelang turunnya Ayat. Sedangkan menurut Subhi Sholeh

Asbabun-Nuzul adalah pertiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23

tahun itu maupun yang terjadi sebelum atau sesudahnya34

.

Turunya suatu Surah atau ayat, bertujuan untuk memperbaiki akidah,

ibadah, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah meyimpang dari kebenaran.

Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam

tatanan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur‟an. Asbaban-Nuzul (sebab-

sebab turunya ayat) disini dimaksudkan sebab-sebab secara khusus berkaitan

dengan turunanya ayat-ayat tertentu. Sedangkan menurut Manna‟ Al-Qaththan

dan Subhi As-Salih, Asbab An-Nuzul adalah sesuatu yang karena sesuatu itu

meyebabkan sebagian atau beberapa ayat Al-Qur‟an diturunkan.35

Adapun sebab turunnya ayat 13-19 dari Surah Luqman sejauh penelusuran

yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang melatar belakangi

turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam Tafsir Al-Qur‟an Madjied, diriwayatkan

bahwa turunya ayat 14 dari Surah Luqman, ini mengenai Sa‟ad bin Waqqash.

Beliau berkata: “setelah aku Islam ibuku bersumpah tidak akan makan dan tidak

akan minum. Aku memohon agar beliau makan dan minum, tetapi beliau tetap

menampik, dan beliau tetap juga bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua,

aku meminta lagi agar beliau makan dan minum, namun beliau tetap juga

menampik, kemudian pada hari yang ketiga, aku mohon lagi, tetapi beliau masih

juga menampik, karena itu akupun berkata: “Demi Allah, sekiranya ibu

33

Anshori, Ulumul Qur’an, ( Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 101 34

Abu Anwar, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, (Amzah, 2009), h.29 35

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an , (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 205

Page 29: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

19

mempunyai seratus jiwa niscaya jiwa itu keluar satu persatu sebelum aku

meninggalkan Agamaku ini”. Setelah ibu meyakini bahwa aku tidak akan surut

barulah beliau mau makan lagi”.36

4. Tafsir Surah Luqman Ayat 13-19

a. Tafsir Ayat 13

عظ شك ىظي اىش ا ل رششك ثبلله ج عظ لث ار قبه ىق

Terjemahannya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman [31]: 1337

Ayat di atas menerangkan bahwa Luqman berpesan agar anaknya

menyembah Allah yang maha Esa, tiada Tuhan baginya. Kemudian ia mewanti-

wanti anaknya bahwa “sesungguhnya mempersekutukan-Nya itu benar-benar

merupakan kezaliman yang besar”. Syirik merupakan perbuatan terzalim diantara

kezaliman.38

Syirik, yaitu mepersekutukan Allah. Atau suatu kepercayaan tentang

adanya tuhan selain Allah SWT.39

Syrik berdasarkan dalil Al-Qur‟an dan Sunah

Rasul, berati: perbuatan orang yang mengaku beriman kepada Allah, tetapi

perbuatan itu mengikuti cara hidup diluar ketentuan dan petunjuk Allah.

فادذ اى ن ب اى ا اى د ضين ب اب ثشش ا ىقبء سة قو ا شج مب

ل ب لا صبىذا و ع ادذاا فيع ششك ثعجبدح سث

36

Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an madjied ..., h. 89 37

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412. 38

Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 789 39

Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Jakarta: PT Alma‟arif), h. 50

Page 30: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

20

Terjemahannya:

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang

diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah

Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,

maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia

mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS.

Al-Kahf [18]:110)40

Orang beriman dilarang meyekutukan Allah SWT, atau melakukan amalan

apapun yang tidak sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Mengakui kebenaran

Allah SWT tetapi berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan petunjuknya berarti

meyekutukan Allah SWT.41

Kepercayaan Syrik itu adalah dosa besar disisi Allah. Allah sangat murka

kepada siapapun yang mengakui keesaan, keagungan, kesempurnaan dan

kebesarrannya tetapi tidak konsisten dengan pengakuannya. Sebagaimana yang

telah Allah terangkan dalam firmannya sebagai berikut:

فق ششك ثبلله شبء رىل ى ب د غفش ششك ث ل غفش ا الله ذ ا

ب ا ب عظ ا اص افزش

Terjemahannya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka

sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa [4]:48)42

Tidak ada kejahatan dan dosa paling besar melainkan dosa syirik atau

meyekutukan Allah dengan sesuatu. Sebab syirik tidak hanya merugikan diri

40

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 304. 41

Abdurrahman Madjrie, Meluruskan Aqidah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), h. 95-96 42

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 86.

Page 31: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

21

sendiri, namun juga merugikan orang lain dan merusak alam sekitarnya.

Perbuatan syirik adalah perbuatan dusta kepada Allah, dusta kepada orang

beriman, dusta kepada orang tidak beriman, sekaligus dusta kepada diri sendiri.

Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu

merupakan kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan zalim, karena

perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu kepada bukan tempatnya dan

berdampak merendahkan harkat dan martabat manusia.43

Kesyirikan itu amat buruk dan berakibat buruk serta kezaliman yang nyata

karena kesyirikan adalah meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Siapa yang

menyamakan antara pencipta (khalik) dengan yang dicipta (makhluk), antar

patung dengan Tuhan tidak diragukan lagi dia adalah orang yang bodoh yang

dijauhkan oleh Allah dari nikmat dan akal sehat, sehingga pantas untuk disebut

zalim dan dimasukan dalam kelompok hewan.44

b. Tafsir Ayat 14

اشنش ى ا عب ف فصبى اب عي يز ا د اىذ ث غب ب ال ص

ش ص اى ل اى اىذ ى

Terjemahannya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu” (QS. Luqman [31]:14)45

43

Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2004), h.165 44

M. Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2002) h.389 45

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412.

Page 32: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

22

Ayat di atas dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran

Luqman kepada anaknya, akan tetapi menujukan betapa penghormatan dan

kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengangungan

kepada Allah SWT. Berbuat baik kepada orang merupakan kewajiban kedua

setelah kewajiban manusia untuk menyembah Allah saja.46

Tetapi kendati nasehat ini bukan nasehat Luqman, itu tidak berarti bahwa

beliau tidak menasehati anaknya dengan nasehat serupa. Al-Biqa‟i menilainya

sebagai lanjutan dari nasehat Luqman. Ayat ini menurutnya, bagaikan meyatakan:

Luqman meyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasehat kepadanya, padahal

kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang

dinasehatkannya meyangkut hak kami.47

Perintah dan kewajiban yang diberikan Allah kepada anak, agar anak

memperlakukan orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan hormat. Perintah itu

ditunjukan kepada setiap anak manusia. Perintah itu merupakan perintah yang

teramat mulia karena meyadarkan kepada manusia bahwa hubungan keluarga dan

perasaan kasih sayang dan hormat kepada orang tua memberikan makna yang

dalam akan kehadiran manusia di dunia.48

Luqman memnyertakan pesan beribadah kepada Allah yang Esa dengan

berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam surah ini Allah berfirman, “Dan

kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya:

ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah”

46

Nurcholish Madjid, Pintu-pintu ..., h. 136 47

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., h. 299 48

4 Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 77

Page 33: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

23

yakni semakin bertambah lemah. “dan menyapihnya dalam dua tahun” berarti

setelah anak dilahirkan, maka si ibu merawatnya dan meyusuinya.49

Hal ini sebagaimana Firman Allah Ta‟ala dalam Al-Qur‟an Surah Al-

Baqarah ayat 233:

عي ظبعخ اىش ز اساد ا ى ي مب ى د لد ا اىذد شظع اى

سصق د ى ى ب ل رعبس اى عع ف ل رنيف فظ ال عش ثبى ر مغ

اسادا فصبلا ع ضو رىل فب اسس عي اى ىذ ث د ى ى ل ب ىذ اىذح ث

س فل جبح ع رشب ب فل جبح رشاض لدم ا ا رغزشظع ا اسدر ا ب ي

ي ب رع ث الله ا ا اعي ارقا الله ف عش ثبى ز ب ار ز ارا عي ن ش عي ثص

Terjemahannya:

“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,

bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah

menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.

Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang

ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita)

karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila

keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara

keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin

menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu

memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada

Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan.50

Seorang ibu yang telah mengadung, melahirkan dan meyusui adalah suatu

pengorbanan yang luhur, yang menuntut adanya balasan terimakasih dari anaknya.

Oleh karena itu kita diperintahkan untuk senantisa berbuat baik kepada mereka.

49

Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 790 50

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 37.

Page 34: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

24

Selanjutnya kita diperintahkan untuk senantiasa bersukur kepada Allah dan

kepada kedua orang tua. “Bersukurlah kamu kepada Allah dan kepada kedua

orang tuamu”. Syukur pertama adalah kepada Allah. Karena semuanya itu, sejak

mengandung sampai mengasuh dan sampai mendidik dengan tidak ada rasa bosan,

dipenuhi rasa cinta kasih adalah berkat Rahmat Allah belaka. Setelah itu bersukur

kepada kedua orang tuamu. Ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan

melindungi ibu dan anak-anaknya.51

Setelah ayat sebelumnya menegaskan bahwasannya syirik itu adalah

perbuatan zalim. Selanjutnya diiringi hal tersebut dengan wasiatnya kepada semua

anak supaya mereka berbuat baik kepada orang tuanya, berbuat baik kepada kedua

orang tua adalah wasiat dari Allah, karena sesungguhnya kedua orang tua ialah

peyebab pertama bagi keberadaanya di dunia ini.

c. Tafsir Ayat 15

ب ب ف اىذ صبدج ب فل رطع عي ظ ىل ث ب ى رششك ث ذك عي ا جب ا

ب ث فبجئن شجعن اى ص ابة اى و ارجع عج فاب عش ي رع ز م

Terjemahannya:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan

ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-

Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan”. (QS. Luqman [31]: 15)52

51

Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar..., h. 159 52

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412.

Page 35: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

25

Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu bapak,

kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian mentaati perintah kedua orang

tua, sekaligus menggaris bawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang

keharusan meninggalkan kemusrikan dalam bentuk apapun serta kapan dan

dimanapun.53

Dalam ayat 15 ini Allah menetapkan kaidah yang pertama dan utama

dalam masalah akidah yaitu bahwasanya ikatan dalam akidah adalah yang harus

didahulukan atas ikatan keluarga, keturunan, dan ikatan kekerabatan, meskipun

dalam ikatan yang kedua ini adalah suatu ikatan yang didasari kasih sayang dan

emosional pribadi.54

d. Tafsir Ayat 16

ضقبه دجخ رل ب ا ا ج ف السض د ا ف اىغ صخشح ا ف خشده فزن

ش ف خج ىط الله ا ب الله أد ث

Terjemahannya:

“(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman

[31]:16)55

Dasar ayat 16 Surah Luqman, tokoh yang dianugrahi hikmah ini kembali

kepada akidah dengan memperkenalkan sifat Tuhan, khususnya yang berkaitan

53

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., h.303 54

Ali Syawakh Ishaq As-Syu‟aibi, Metode Pendidikan Al-Qur’an dan As-Sunah,

(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1995), h. 69 55

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412.

Page 36: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

26

dengan sifat maha mengetahui, Allah mampu mengungkapkan segala sesuatu,

betapapun kecilnya.56

Ayat di atas melanjutkan wasiat Luqman kepada anaknya, kali ini yang

diuraikan adalah kedalaman ilmu Allah SWT, yang diisaratkan pula oleh penutup

ayat lalu dengan peryataannya: “maka ku beritakan kepada kamu apa yang telah

kamu kerjakan”. Luqman berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada

(sesuatu perbuatan baik atau buruk walau) seberat biji sawi dan berada (pada

tempat yang paling tersembuyi, misalnya) dalam batu karang (sekecil, sesempit,

dan sekokoh apapun batu itu,) atau di langit (yang demikian luas dan tinggi) atau

di dalam (perut) bumi (yang sedemikian dalam dimanapun keberadaannya)

niscaya Allah mendatangkannya (lalu memperhitungkan dan memberinya

balasan.) sesungguhnya Allah maha halus (menjangkau segala sesuatu) lagi maha

mengetahui (segala sesuatu sehingga tidak satupun luput darinya).57

Ayat ini sangat penting dalam memperteguh hubungan batin insan dengan

Tuhannya, pengobat jerih payah atas amal usaha yang kadang-kadang tidak ada

penghargaan dari manusia. Pesan-pesan ini sangat bermanfaat. Pesan ini

dikisahkan Allah SWT melalui Luqman Hakim agar diteladani dan diikuti oleh

manusia. Luqman berkata: “Hai anakku, sesungguhnya walaupun ia seberat biji

sawi.” Maksudnya jika kezaliman atau kesalahan itu seberat biji sawi, “Niscaya

Allah akan menampilkannya” pada hari kiamat, lalu membalasnya. Jika yang

seperti biji sawi itu kebaikan maka dibalas dengan kebaikan dan bila berupa

56

M. Qurais Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an, (Bandung:

Mizan, 2001), h. 69 57

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., h. 305-306

Page 37: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

27

keburukan maka dibalas dengan keburukan pula.58

Penggalan ini seperti firman

Allah SWT dalam Surah Az-Zalzalah ayat 7-8:

, ا ش شا ح خ ضقبه رس و ع ضقبه °ف و ع ا ش ح شش رس

Terjemahannya:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia

akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan

sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. az-

Zalzalah [99]:7-8)59

e. Tafsir Ayat 17

رىل ب اصبثل ا اصجش عي نش اى ع ا ف عش ش ثبى أ يح اىص اق ج

س ال عض

Terjemahannya:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-halyang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman [31]:17)60

Luqman melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat

menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak.

Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan pangilan mesra: wahai anakku

sayang, laksanakanlah Shalat dengan sempurna syarat, rukun dan sunah-sunahnya.

Dan disamping engkau memperhatikan dirimu dan membetenginya dari kekejian

dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu,

perintahkanlah secara baik-baik siapapun yang mampu engkau ajak dalam

58

Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 792 59

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 599. 60

Ibid. h. 412.

Page 38: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

28

melaksanakan tugasmu. Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi

kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yakni Shalat, amr ma‟ruf nahi

mungkar dan kesabaran termasuk hal-hal yang diperintahkan Allah agar

diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.61

“Hai anaku, dirikanlah Shalat” sejalan dengan kewajiban, hukum, rukun,

dan waktunya. “dan serulah manusia mengerkajakan yang baik dan cegalah dari

perbuatan mungkar” sesuai dengan kesanggupanmu “serta bersabarlah terhadap

apa yang menimpamu”, sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah SWT pasti

mendapat ganguan. “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang

ditetapkan.”62

Nasihat Luqman di atas yang berupa perintah untuk mendirikan Shalat,

berbuat ma‟ruf, mencegah kemungkaran dan bersabar. Merupakan empat modal

hidup yang diberikan Luqman kepada anaknya dan dibawakan pula menjadi

modal pula bagi kita semua. Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan

hubungan dengan Allah, untuk memperdayakan rasa syukur kepada Allah SWT

atas nikmat dan perlindungannya63

.

f. Tafsir Ayat 18-19

س خزبه فخ ل ذت مو الله ب ا شدا ش ف السض ل ر ش خذك ىيبط ل رصع

ش د اىذ اد ىص نش الص ا رل ا ص اغعط شل اقصذ ف

Terjemahannya:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

61

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah..., h. 308 62

Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan ..., h. 792 63

Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar..., h. 163

Page 39: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

29

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri.” “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan

lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara

keledai.” (QS. Luqman [31]:18-19)64

Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun

berinteraksi dengan manusia. Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang diartikan

sama dengan budi pekerti. Akhlak mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya

berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus

berhubungan dengan sesama manusia.

Menurut Imam Al-Ghazaly yang dikutip oleh Nasharudin Razak dalam

bukunya yang berjudul dinul Islam “akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa,

dari padanya timbul perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan perimbangan

pikiran.”65

Sedangkan menurut Mu‟jam Al-Wasith Ibrahim Anis sebagaiman yang

dikutip oleh Abuddin Nata dalam buku akhlak tasauf dan karakter mulia,

mengatakan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang

dengannya lahir macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan

pemikiran dan pertimbangan.”66

Luqman menasehati anaknya dengan berkata: dan wahai anakku,

disamping nasihat-nasihat yang lalu, janganlah juga engkau berkeras

memalingkan pipimu, yakni mukamu, dari manusia siapapun dia didorong oleh

penghinaan dan kesombongan. Tetapi, tunjukkanlah kepada setiap orang dengan

wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan

64

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412. 65

Nasruddin Razak, Dienul..., h. 49 66

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.

3

Page 40: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

30

dimuka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh

wibawa. Sesungguhnya Allah tidak meyukai, yakni tidak melimpahkan anugrah

kasih sayangnya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan

bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan

jangan juga merunduk seperti orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan juga

jangan sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakanlah suaramu sehingga

tidak terdengar kasar seperti teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruknya

suara adalah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya

tarikan nafas yang buruk.67

Firman Allah, “dan jangan lah kamu memalingkan wajah dari mausia” ini

adalah termasuk budi pekerti, sopan santun, dan akhlak yang tertinggi.68

Firman

Allah: “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” yakni dengan

congkak dan sombong. Janganlah kamu berbuat demikian Allah akan

memurkaimu. Karena itu, dia berfirman, “sesunguhnya Allah tidak meyukai

orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,” yakni orang yang kagum

kepada dirinya dan besar kepala atas orang lain.69

Firman Allah Ta‟ala, “Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan,” yakni

tidak lambat dan tidak pula cepat, namun pertengahan diantara keduanya. Firman

Allah Ta‟ala. “Dan lunakkanlah suramu” yakni, janganlah kamu meninggikan

suara tanpa guna. Karena itu, Allah SWT berfirman “Sesungguhnya seburuk-

buruknya suara adalah suara keledai” yakni, tidak ada suara terburuk selain suara

67

M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah...., h. 311 68

Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar...., h. 165s 69

Muhamad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan..., h. 792

Page 41: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

31

yang keras yang diserupakan dengan suara keledai dalam hal melengking dan

kerasnya.70

70

Ibid. h. 793

Page 42: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti terapkan adalah adalah penelitian

kepustakaan (Library Research) karena yang dijadikan sebagai objek kajian

adalah buku pendidikan agama islam dan Al-Qur‟an Surah Luqman.

B. Variabel Penelitian

Dalam penulisan skripsi yang diteliti adalah konsep Parenting (Pendidikan

Anak) perspektif pendidikan islam dengan mendasarkan pada Al-Qur‟an Surah

Luqman ayat 13-19.

Data Variabel tersebut dianalisis berdasarkan literatur yang ada tanpa

memberikan analisis khusus. Adapun Variable dalam penelitian ini adalah:

1. Buku pendidikan Islam dan Al-Qur‟an surah Luqman ayat 13-19 sebagai

Variable bebas (independent variable) yang menjadi sebab suatu

perubahan pada variabel terkait.

2. Konsep Parenting sebagai variabel terkait (dependent variable) yaitu

variabel yang menjadi akibat adanya variabel bebas.

C. Defenisi Operasional Variable

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman antara pembaca dan

penulis, maka judul penelitian di atas perlu adanya penegasan istilah yaitu sebagai

berikut:

Page 43: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

33

1. Pengertian Parenting.

Secara sederhana parenting adalah proses memanfaatkan keterampilan

mengasuh anak yang dilandasi dengan aturan-aturan yang agung dan mulia

Artinya Parenting adalah cara dalam mengasuh dan mendidik anak dengan baik,

serta memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep dalam mendidik anak

sesuai dengan tingkat usia anak sehingga seorang anak bisa mendapatkan pola

asuh yang baik.

2. Al-Qur‟an Surah Luqman.

Surah Luqman adalah salah satu surah di dalam Al-Qur‟an juz ke-21 yang

terdiri dari 34 ayat dan termasuk golongan surah makkiyyah. Disebut surah

Luqman dikarenakan diambil dari kisah Luqman yang mengisahkan tentang

bagaimana Luqman mendidik anaknya.71

D. Sumber Data

1. Sumber Primer

Data primer diambil dari buku Pendidikan Islam dan Al-Qur‟an surah

Luqman aat 13-19.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dari buku-buku artikel dan

jurnal ilmiyah yang berhubungan dengan pendidikan anak dalam

pendidikan islam dan Surah Luqman serta konsep Parenting.

71 https://id.m.wikipedia.org/wiki/surah-luqman diakses pada hari Rabu, 10 Februari 2021

pukul 12:24 wita.

Page 44: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

34

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data

primer dan sekunder. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan dalam

hubungannya dengan masalah yang di teliti, sehingga di peroleh data sebagai

bahan penelitian

F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif deskriktif-analisis. Metode

dekskriktif analisis dalam penelitian ini dimasukkan sebagai metode penelitian

yang sumber-sumbernya di kumpulkan, dianalisis dan kemudian di interpretasi

secara kritis kemudian di sajikan secara sistematik dan menambahkan penjelasan-

penjelasan yang berhubungan sehingga dapat lebih mudah untuk di pahami dan

disimpulkan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan benar

mengenai objek yang di teliti.72

72 Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar,Metode,Tekhnik, cet ke-7,

(Bandung : Tarsito, 1982).

Page 45: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Parenting Berdasarkan Al-Qur’an

Bila dirunut secara detail, memang Al-Qur'an tidak mengungkap secara

langsung bentuk pendidikan terhadap anak. Maksudnya ayat-ayat Al-Qur'an tidak

menggambarkan secara terperinci bagaimana sistem, pola dan mekanisme

pendidikan yang efektif diterapkan untuk anak. Sejumlah redaksi Al-Qur'an yang

ditelusuri ternyata berupa rangkaian indikator yang berkaitan dengan segala

sesuatu di seputar proses kelangsungan hidup berkeluarga dalam kaitannya

dengan keberadaan anak.

Misalnya, mengandung seruan agar orangtua memerintahkan anak untuk

selalu berbuat baik (QS. Luqman [31]:13 dan 17-18); mengajarkan anak berdikari

secara mandiri (QS. Al-Anbiya' [21]:78-79); menanamkan sikap adil terhadap

anak (QS. Yusuf [12]:8); mengajari anak beribadah (QS. Al-Baqarah [2]:132-133,

QS. Luqman [31]:17, QS. At-Tahrim [66]:6); dan sebagainya.

Namun demikian, sejumlah redaksi Al-Qur'an tersebut dapat digunakan

untuk mengkaji perhatian Al-Qur'an terhadap pendidikan anak. Untuk itu, penulis

akan mencoba membuat klasifikasi bentuk pendidikan anak dalam tiga hal, yaitu

pendidikan fisik, pendidikan intelektual, dan pendidikan spiritual.

1. Pendidikan Fisik

Pendidikan fisik ini sangat diperhatikan oleh Islam, bahkan sejak anak

masih dalam kandungan. Saking besarnya kepedulian Islam terhadap jabang bayi

dalam kandungan sampai-sampai terhadap istri yang telah ditalak tiga kali pun

Page 46: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

36

tetap diperhatikan hak-haknya. Dalam konteks demikian, terhadap istri yang

ditalak tiga kali sebenarnya kewajiban mantan suami untuk memberi nafkah telah

gugur. Hanya saja, disebabkan mantan istri tersebut tengah hamil, maka

kewajiban menafkahi itu masih berlaku. Ini berarti fungsi nafkah yang substansial

sejatinya tidak diperuntukkan bagi mantan istri, melainkan bagi jabang bayi yang

dikandungnya.73

Terkait dengan hal ini, dengan tegas Al-Qur'an dalam Surah Ath-Thalaq

[65] ayat 6 menyatakan:

الد اعن م ا ا عي ىزعق ل رعبس جذم ز ش عن د

ش أر س اج فبر ىن اسظع فب ي د دزه عع ا عي فق و فب د ا ث ن

اخش فغزشظع ى رعبعشر ا ف عش ث

Terjemahannya:

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah

ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya

sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusukan (anak-

anak)mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika

kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak

itu) untuknya."74

Berkaitan dengan ayat di atas, al-Qurtubi menjelaskan bahwa karena

(status) anak yang berada dalam kandungan (mantan) istri adalah anak suami,

maka ia wajib memberi nafkah kepada anak tersebut walau masih dalam

73

Jamal Abdurrahman, Tumbuh di Bawah Naungan Ilahi, terj. Ghazali Mukri,

(Yogyakarta: Media Hidayah, 2002), hal. 30-31. 74

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h.559.

Page 47: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

37

kandungan. Dalam hal ini, suami mustahil bisa memberi nafkah kepada anak

tersebut selain dengan cara memberi nafkah kepada ibunya. Oleh karena itulah,

suami tersebut wajib memberi nafkah sebagaimana kewajibannya memberi upah

penyusuan seandainya anak itu nanti disusui oleh perempuan lain.75

Bukti lain perhatian Islam terhadap aspek pendidikan fisik adalah sedapat

mungkin seorang ibu menyusui anaknya sampai rentang masa dua tahun penuh.

Kalaupun terpaksa tidak bisa menyusui selama rentang waktu tersebut, maka

dibolehkan untuk menggunakan jasa orang lain. Ihwal demikian direkam oleh Al-

Qur'an dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 233 berikut:

ى د لد ا اىذد شظع اى د ى ى عي اى ظبعخ اىش ز اساد ا ى ي مب

ل ب ىذ اىذح ث ب ل رعبس عع ف ل رنيف فظ ال عش ثبى ر مغ سصق د ى ى

ا عي اى ىذ س فل جبح ث رشب ب رشاض اسادا فصبلا ع ضو رىل فب سس

ز ب ار ز ارا عي ن فل جبح عي لدم ا ا رغزشظع ا اسدر ا ب ف عي عش ثبى

ارقا الله ش ثص ي ب رع ث الله ا ا اعي

Terjemahannya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah

memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.

Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.

Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan

seorang ayah karena anaknya. "76

75

54 Abu Abdillah Muhammad al-Qurtubi, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, juz 18, (Kairo:

Dar al-Kitab), h. 166-167. 76

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 37.

Page 48: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

38

Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manâr memberi penjelasan terkait ayat

tersebut bahwa menyusui anak selama rentang masa dua tahun memberi

kemaslahatan tersendiri terhadap pertumbuhan fisik anak.77

Sebab, dalam rentang

waktu ini sebenarnya anak membutuhkan asupan gizi ekstra yang hanya bisa

diperoleh melalui air susu ibu (ASI).78

Dalam konteks yang lain, perhatian Al-Qur'an terhadap pentingnya

pendidikan jasmani tampak pada seruan menyerahkan pengelolaan dan

pemanfaatan harta anak yatim untuk kemaslahatan dirinya. Dalam Surah An-

Nisa'[4] ayat 2 dijelaskan:

اى ا ارا اىز اىن اى ا اى ا ا ل رأمي ش ثبىطت ل رزجذىا اىخج

ا شا ثاب مج د مب ا

Terjemahannya:

"Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta

mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan

kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-

tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar."79

Quraish Shihab berpendapat, ayat di atas turun dalam konteks pembicaraan

Al-Qur'an tentang siapa yang harus dipelihara hak-haknya dalam rangka bertakwa

kepada Allah dan menjalin hubungan kekerabatan. Dalam hal ini, yang paling

utama adalah yang paling lemah, yaitu anak yang belum dewasa yang telah

meninggal orangtuanya. Dengan kata lain, dia adalah anak yatim. Pengelolaan

77

Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz 4, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 298. 78

Lutfiatus Solihah, Panduan Lengkap Hamil Sehat, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), h.

202-203. 79

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 77.

Page 49: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

39

harta anak yatim ini lebih dikarenakan ia belum cukup kompeten untuk

memanfaatkan dan mengembangkan sendiri, sehingga dibutuhkan pihak lain.80

Pada praktiknya, pengelolaan harta anak yatim bisa dengan dipakai

sebagai modal kerja di mana hasil sepenuhnya nanti diperuntukkan bagi anak

yatim. Selain itu, bisa pula dalam bentuk pemberian dalam arti memberikan untuk

sekadar kepentingan konsumtif selama rentang masa anak yatim itu dalam

pemeliharaan.81

Menurut Ali as-Sayyis dalam Tafsîr Ayat al-Ahkam, yang dimaksud

"jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu" adalah larangan mencampur

adukkan harta anak yatim bersama dengan harta pemeliharanya.82

Jadi,

pengelolaan harta anak yatim mesti disertai dengan transparansi manajemen

terhadap harta tersebut.

2. Pendidikan Intelektual

Pendidikan intelektual menitikberatkan pada peranan akal. Tak bisa

dipungkiri, keberadaan akal memang menjadi salah satu faktor yang memiliki

peranan cukup penting dalam proses pemerolehan ilmu pengetahuan. Dalam kosa

kata arab kata akal disebut dengan istilah aql. Dalam Al-Qur'an istilah aql diulang

sebanyak 49 kali dengan berbagai derivasinya.83

Pendidikan intelektual berarti memberi kesempatan belajar seluas-luasnya

kepada anak. Pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang kuat untuk

80

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, , Vol. 2

(Jakarta: Lentera Hati, 2003), hal. 336-337. 81

Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al-Qur'an, Juz I, (Bandung: Penerbit Fa Sumatra,

1978), hal. 58.. 82

Ali as-Sayyis, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2, (Mesir: Math'baah Muhammad Ali Sabih,

t.th.), hal. 21. 83

Ahmad bin Hasan, Fath ar-Rahman li Thalib Ayat Al-Qur'an, (Beirut: al-Ma'arif, t.th.),

h. 306.

Page 50: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

40

menghafal apapun yang sampai ke pendengarannya. Karena itu, proses belajar

menjadi sangat penting untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan

membuatnya tetap melekat dalam ingatan anak. Berkaitan dengan hal ini,

Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya :"Orang yang belajar di waktu

kecil itu ibarat melukis di atas batu." (HR. Muslim)84

Dalam Al-Qur'an, seruan untuk memberikan pendidikan intelektual kepada

anak dapat disimak dalam beberapa ayat, seperti Surah At-Taubah [9]:122 dan Al-

Mujadalah [58]: 11, sebagai berikut:

غبىفخ ىزفق مو فشقخ ل فش فيا مبفخا فش ى ؤ اى ب مب ا ف

ذزس ىعي ا اى ارا سجع ا ق زس ى اىذ

Terjemahannya:

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah

[9]:122)85

Qur‟an Surah Al-Mujadalah (58) ayat 11 yaitu:

ا جيظ فبفغذ ا ف اى رفغذ و ىن ا ارا ق ا ب اىز ب ا شض و ا ارا ق ىن فغخ الله

ب رع ث الله دسجذ را اىعي ا اىز ن ا ا اىز ا شفع الله شض ش فب خج ي

Terjemahannya:

"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

84

Sikun Pribadi, Mutiara-Mutiara Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1987), hal. 76. 85

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 206.

Page 51: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

41

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-

Mujadalah [58]:11)86

Kedudukan akal mendapat peranan penting dalam proses pencerapan

pengetahuan dapat disinyalir dari wahyu yang pertama kali diturunkan, yaitu

(Q.S. Al-Alaq [96]:1-6):

خيق سثل اىز عيق -اقشأ ثبع غب -خيق ال سثل المش -اقشأ عي اىز

-ثبىقي عي ب ى غب ال -عي ىطغ غب ال ا -مل

Terjemahannya:

"[1] Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, [2]

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. [3] Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, [4] Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, [5] Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya. [6] Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar

melampaui batas," (Q.S. Al-Alaq [96]:1-6)87

Dari ayat terdapat perintah untuk membaca. Dalam pengertian yang paling

sederhana, membaca merupakan aktivitas intelektual yang bertujuan untuk

memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan membaca, semua arus informasi dan ilmu

pengetahuan bisa direkam dalam ingatan. Adapun ingatan adalah salah satu fungsi

utama dari adanya otak manusia.

Dari konsepsi ini bisa dimengerti bahwa membaca seyogyanya diajarkan

sejak anak berusia dini sebelum menempuh pendidikan formal di sekolah. Wahyu

pertama ini pula yang menjadi spirit moral dari kelangsungan program pendidikan

86

Ibid. h. 543. 87

Ibid. h. 597

Page 52: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

42

anak usia dini (PAUD). Dengan memberi pendidikan secara intelektual, anak akan

terbiasa belajar berpikir jernih, sehingga bisa menentukan mana sesuatu yang baik

dan mana yang buruk. Dalam konteks demikian, intelektualitas anak terisi dengan

serangkaian patokan moralitas dan etika yang luhur. Karena itu, tepatlah bila Nabi

Muhammad SAW dalam sebuah hadis riwayat Anas bin Malik menyatakan:

"Dari Rasululullah SAW., bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan

perbaikilah akhlak (moralitas)nya." (HR. Ibn Majah)88

Selain hadis di atas, ada pula hadis Nabi Muhammad SAW. yang

mengandung maksud pendidikan intelektual, yaitu sebagai berikut:

"Hak anak yang mesti dipenuhi orangtuanya adalah diajari menulis,

menunggang kuda dan memanah."89

Dalam hadis di atas disebut 3 hak anak yang mesti diberikan, yaitu diajari

menulis, menunggang kuda, dan memanah. Dari aspek runtutan penyebutan hak,

dapat dipahami dengan maksud skala prioritas. Bahwa pelajaran menulis harus

didahulukan ketimbang yang lainnya. Sementara hak diajari menunggang kuda

dan memanah dalam konteks sekarang bisa jadi perlu ditafsir ulang sesuai dengan

kebutuhan zaman modern ini. Namun yang pasti, semua hak anak yang disebut

dalam hadis tersebut bisa digolongkan dalam aspek pemenuhan keterampilan

hidup (life skill).

88

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, hadis nomor 3661, juz 11, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.),

h. 64 89

Al-Baihaqi, Syu'b al-Iman li al-Baihaqi, juz 18, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.), h. 181.

Page 53: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

43

3. Pendidikan Spiritual

Di samping pendidikan fisik dan intelektual, pendidikan spiritual juga

mendapat perhatian serius dalam Al-Qur'an. Sebab, dalam konteks kehidupan

modern saat ini, pendidikan spiritual yang berorientasi pada pengembangan

kecerdasan spiritual amat diperlukan. Semakin cerdas spiritualitas seseorang, kian

terbuka kesempatan untuk memaknai hidup dengan penuh kearifan. Kecerdasan

spiritual ini bahkan diklaim lebih utama ketimbang kecerdasan intelektual (IQ)

dan kecerdasan emosional (EQ).90

Pendidikan spiritual terhadap anak mencakup pada proses pemenuhan

kelapangan jiwa. Dengan begitu berarti bahwa anak tidak cukup diberi asupan

kebutuhan fisik (materi) saja, tetapi juga kepuasan batin dan merasakan kasih

sayang dan perhatian yang penuh dari orangtuanya.91

Dalam Al-Qur'an, konsepsi pendidikan spiritual ini telah ditekankan sejak

anak masih berada dalam kandungan, yakni setelah prosesi peniupan ruh ke dalam

embrio bayi. Al-Qur'an merekam hal ini dalam Surah Al-A'raf [7] ayat 172:

اىغذ ث فغ عي ا ذ اش ز رس س ظ اد ث ار اخز سثل شثن

زا غفي خ اب مب ع اىق ا ى رق ذب ا ش ا ثي قبى

Terjemahannya:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami

90

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual

(ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Penerbit Arga, 2002), hal. 57. 91

Zakiyah Darajat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989),h. 469.

Page 54: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

44

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap Ini (keesaan Tuhan)."92

Dalam Tafsir Ruh al-Ma'ani, al-Alusi menjelaskan bahwa dialog antara

Tuhan dan ruh manusia dalam kandungan tersebut merupakan bukti nyata telah

terjadi pengakuan spiritualitas ketuhanan. Manusia mengakui keesaan Tuhan.93

Hal ini sesungguhnya merupakan puncak spiritualitas yang adil.

Terkait dengan hal ini, Surah Al-Baqarah [2] ayat 138 perlu diperhatikan:

صجغخ الله عجذ ى ذ صجغخا الله ادغ

Terjemahannya:

"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada

Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah."94

Maksud dari "shibghah" dalam ayat tersebut keimanan kepada Allah. At-

Tabari dalam tafsirnya, Jami' al-Bayan an Ta'wil Ayat Al-Qur'an, mengartikan

"shibghah" dengan agama Islam dengan bersandar pada keterangan beberapa

hadis di antaranya diriwayatkan oleh Abu Quraib dan Ahmad bin Ishaq.95

Jadi,

dalam konteks pendidikan spiritual, anak perlu ditanamkan dasar-dasar ajaran

agama Islam semisal shalat.

Sehubungan dengan perintah salat, Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah

hadis Amr bin Syu'aib bersabda:

92

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 173. 93

Al-Alusi, Tafsir Ruh al-Ma'ani, juz 6, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.), hal. 419. 94

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 21. 95

Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ar-Tabari, Jami' al-Bayan an Ta'wil Ayat Al-Qur'an,juz

I, (Beirut: Maqalah ad-Din, t.th.) hal. 580.

Page 55: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

45

"Rasululullah SAW. bersabda: perintahlah anak-anakmu untuk

mengerjakan salat ketika memasuki usia 7 tahun, dan pukullah mereka ketika

pada usia 10 tahun tidak mengerjakan salat." (HR. Abu Dawud)96

Pesan moral yang bisa dipetik dari hadis di atas adalah betapa pentingnya

keberadaan shalat sehingga mesti diajarkan kepada anak sejak usia dini. Tak bisa

dipungkiri memang, bahwa shalat menjadi parameter kehidupan seorang muslim.

Bahkan kelak di hari kiamat, hal yang pertama kali ditanyakan kepada manusia

adalah mengenai shalat.

Di samping itu, pendidikan spiritual anak bisa dilakukan dengan cara

mengenalkan anak kepada Allah. Kewajiban ayah dan ibu adalah mengenalkan

anak pada Allah. Tentu saja, pengenalan tersebut sebatas kemampuan sang anak

dalam mencerna pembicaraan dan permasalahan yang ada di hadapannya.

Pengenalan anak pada keimanan kepada Allah SWT sama-sama ditekankan, baik

oleh para ulama agama maupun para pakar ilmu jiwa.

Imam Muhammad Baqir. dalam hal pendidikan bertahap ini mengatakan,

"Jika anak telah berumur tiga tahun, ajarilah ia kalimat “Laa ilaaha illallah” (tiada

Tuhan selain Allah) sebanyak tujuh kali lalu tinggalkan ia. Saat ia berusia tiga

tahun tujuh bulan dua puluh hari, katakan kepadanya “Muhammad Rasulullah”

(Muhammad adalah utusan Allah) sebanyak tujuh kali, lalu tinggalkan sampai ia

berumur empat tahun. Kemudian, ajarilah ia untuk mengucapkan “Shallallaah

„alaa Muhammad wa aalihi” (Salam sejahtera atas Muhammad dan keluarganya)

sebanyak tujuh kali dan tinggalkan. Setelah ia genap berusia lima tahun,

96

Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, hadis nomor 418, juz 2, (Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.),

h. 88

Page 56: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

46

tanyakanlah kepadanya mana kanan dan mana kiri? Jika ia mengetahui arah kanan

dan kiri palingkan wajahnya untuk menghadap kiblat dan perintahkanlah ia untuk

bersujud lalu tinggalkan. Setelah ia berumur tujuh tahun suruhlah ia untuk

mencuci wajah dan kedua tangannya dan perintahkanlah ia untuk shalat lalu

tinggalkan. Saat ia berusia genap sembilan tahun ajarilah wudhu dan shalat yang

sebenarnya dan pukullah ia bila meninggalkan kewajibannya ini. Jika anak telah

mempelajari wudhu dan shalat dengan benar, maka Allah akan mengampuninya

dan mengampuni kedua orang tuanya, Insya Allah."97

Menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak pada usia dini

seperti ini sangat penting dalam program pendidikannya. Anak di usianya yang

dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang

menyangkut masalah keimanan.

Dr Spock mengatakan, “Yang mendasari keimanan anak kepada Allah dan

kecintaannya pada Tuhan Yang Maha Pencipta sama dengan apa yang mendasari

kedua orang tuanya untuk beriman kepada Allah dan mencintai-Nya. Antara umur

tiga sampai enam tahun, anak selalu berusaha untuk menirukan apa yang

dilakukan oleh kedua orang tuanya. Ketika mereka berdua mengenalkannya

kepada Allah, ia akan mengenal Allah sejauh kemampuan orang tuanya

menuangkan pengenalan ini dalam bentuk kata-kata.”98

97

Rama Yulis, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),

h.121. 98

Ibid., hal. 125.

Page 57: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

47

B. Konsep Parenting Perspektif Pendidikan Islam Berdasarkan Al-Qur’an

Surah Luqman Ayat 13-19

1. Konsep Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam.

Orang tua tidak boleh bersikap masa bodoh atau menganggap enteng

terhadap situasi yang terjadi sekarang yakni adanya pergeseran budaya pada pada

kalangan generasi muda. Apabila kita lihat perilaku anak pada jaman sekarang

maka sangatlah jauh berbeda dengan budaya yang terjadi pada generasi zaman

dulu.

Thomas Lickona dalam Ayah Edy menuturkan setidaknya terdapat

sepuluh ciri-ciri sebab kemunduran dan kehancuran dari suatu Bangsa, yakni:

a. Semakin meningkatnya tindak kekerasan pada remaja dan masyarakat.

b. Banyaknya pemakaian bahasa kotor, kasar, dan bersifat mejek.

c. Pengaruh dari lingkungan luar yaitu teman ataupun masyarakat sudah

melebihi pengaruh dari keluarga.

d. Tingginya penggunaan obat-obatan terlarang serta maraknya seks bebas.

e. Hilangnya moral dan kebenaran dalam masyarakat.

f. Rendahnya rasa kebangsaan serta cinta terhadap tanah air.

g. Orang tua dan guru tidak lagi di hormati.

h. Mental anak yang rusak akibat tayangan-tayangan di media.

i. Korupsi dan manipulasi terjadi dimana-mana.

j. Meningkatnya kebencian dan saling curiga antar sesama warga Negara.

Page 58: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

48

Ayah Edy, Thomas Lickona menjelaskan penyebab permasalahan diatas

ialah dari rendahnya pendidikan99

. Disinilah pentingnya pendidikan dalam

lingkungan keluarga, karena pendidikan haruslah dimulai dari yang sederhana

yang bisa diberikan dilingkungan keluarga, sehingga untuk merealisasikannya

maka orang tua perlu memahami hal berikut yaitu:

a. Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anak.

Kehadiran orang tua sangalah penting dan besar peranannya karena

keluarga adalah yang paling utama dan pertama yang mempunyai peranan

strategis dalam proses mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang diperlukan seorang

anak pada saat anak mencari makna hidupnya. Namun keluarga bukanlah satu-

satunya pranata yang mengatur kehidupan anak, melainkan banyak paranata sosial

yang dapat berusaha serta ikut andil terhadap proses pembentukan kehidupan.

Sehingga dapat dipahami bahwa titik awal keberangkatan dalam proses

pendidikan adalah pada keluarga, kemudian lingkungan pergaulan, disekolah

maupun masyarakat.

Agama Islam telah mengajarkan bahwa pendidikan kepada anak adalah

kewajiban. Orang tua yang lalai dari kewajiban mendidik anaknya dianggap tidak

bertanggung jawab terhadap anaknya.

Mohammad Fauzil Adhim menyebutkan setidaknya ada empat fungsi dan

perang parenting atau pendidikan terhadap anak yaitu:

99

Ayah Edy, Ayah Edy Punya Cerita, (Bandung: PT. Mizan Publikasi, 2014), h. 7.

Page 59: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

49

a) Memberikan pendidikan terhadap anak agar kelak mampu meninggikan

kalimat Allah dimuka bumi, bukanya meninggikan dirinya sendiri

menggunakan kalimat Allah.

b) Mendidik mereka agar senantiasa menjadi anak yang sholeh shalihah yaitu

diharapkan mampu mendoakan orang tuanya.

c) Mengembangkan serta menumbuhkan kecerdasan dan bakat pada diri

seorang anak.

d) Memberikan bekal berupa ilmu terhadap anak sebagai bekal untuk

menjalani kehidupan yang sementara ini.100

Terkait dengan tugas dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak-

anaknya maka orang tua perlu memperhatikan prinsip yang yang telah

diterapkan. Terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan orang tua dalam upaya

mengasuh dan mendidik anak-anaknya yaitu: memelihara dan menjaga fitrah

anak, mengembangkan potensi yang dimiliki anak, terdapat arah yang jelas dalam

pendidikannya, dan pendidikan diberikan secara bertahap.101

maka dalam proses

pelaksanakan pendidikan terhadap anak, orang tua tidak mampu melakukan

semuanya secara sendiri.

100

Mohammad Fauzil Adhim, Positive Parenting; Cara-Cara Islami Mengembangkan

Karakter Positif Pada Anak Anda, (Bandung: Mizania, 2006), h. 25-68. 101

Ummi Shofi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar; Kiat-Kiat Mendidik Anak Ala

Rasulullah, (Sukarta: Afra Publising, 2007), h. 9-11.

Page 60: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

50

Abidin Rusn, menyebutkan bahwa berdasrkan konsep pendidikan Islam,

periodisasi proses pendidikan dalam keluarga dibagi tiga periode, yakni: periode

pra-konsepsi, periode pre-natal, dan periode post-natal.102

Dengan memahami pembagian periode tersebut, maka orang tua mampu

menerapkan metode yang tepat yang bisa digunakan untuk mendidik anak-

anaknya untuk menghindari terjadinya kekeliruan terhadap proses mendidik

anaknya. Anak yang masih berada di dalam kandungan ibunya hingga ia lahir

sampai meninggal, melewati rangkaian proses tahapan-tahapan. Maka dari itu,

usaha-usaha dalam membina dan menumbuh kembangkan pribadi pada diri anak

maka perlu dilakukan dengan cara bertahap. Karena hanya dengan proses

pendidikan yang dilakukan secara bertahap inilah maka seorang anak akan

mencapai kemampuan, kematangan dan kesempurnaan pribadi nya.103

a. Periode Pra-Konsepsi

Periode Pra-Konsepsi ialah suatu kesiapan pendidikan mulai sejak

seseorang mempunyai pasangan hingga terjadinya proses pembuahan pada ibu.

Dalam hal ini Islam telah memberikan petunjuk terkait dengan masalah ini,

sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah/2:221:

شمخ خ خيش ؤ خ ل ش شمذ حز ؤ نحا اى ل ر

شك خيش ؤ ىعجذ ا حز ؤ شمي نحا اى ل ر اعججزن ى ش

102

Zuhairinim “Islam dan Pendidikan Keluarga, Dalam Mudjia Rahardjo (ed), Quo Vadis

Pendidikan Islam; Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan, (Malang: UIN

Malang Press, 2006), h. 157. 103

M. Arifin , Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 11.

Page 61: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

51

ىل اى اعججن ى ش جي شح ثبر غ اى ا اى اىجشخ الل ذع اى اىشبس ذع

ززمشش ىيشبط ىعيش از

Terjemahannya:

“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka

beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik

daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan

janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan

yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki

yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik

hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga

dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya

kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran”.104

Rasulullah juga bersabda dalam Hadisnya:

ع أثي أثي ععيذ ع ي ععيذ ث قبه حذشث عجيذ اللش غذشد حذشثب حي ع حذشثب

ش نح اى قبه ر عيش عيي اىشجي صيش اللش ع ع ششح سظي اللش أح لسثع أثي

رشثذ ذاك ب بظش ثزاد اىذ ىذ ب بى ج ب ىحغج ب بى ى

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada

kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata: Telah menceritakan kepadaku

Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu,

dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Wanita itu

dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena

kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya,

niscaya kamu akan beruntung."105

104

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965) h. 53. 105

Abdullah Nashir Ulwan, Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami, (Jogjakarta:

Darul Hikmah, 2009), h. 66.

Page 62: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

52

b. Pedidikan Pre-Netral

Pendidikan Pre-Netral ialah suatu upaya yang diterapkan calon ayah dan

ibu ketika anak masih dalam kandungan seorang Ibu. Pendidikan Pre-Natal

merupakan upaya yang sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan pribadi anak,

anak yang masih dalam kandungan ibunya akan menerima pengaruhi dari orang

tuanya. Muchtar Yahya dalam Abidin Rusa menjelaskan upaya pendidikan

haruslah dimulai saat anak masih dalam kandungan ibunya, sebab anak nantinya

akan mewarisi sifat-sifat dan tingkahlaku yang dimiliki orang tunya, selain itu

anak mewarisi kecerdasan dan akhlaknya.106

Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada kita melalui firmannya

yang berkenaan dengan Konsep pendidikan Pre-Natal, sebagai mana terdapat

dalam Al-Quran Q.S Ali-Imran/3:35:

ي اشل زقجشو سا حشش ي ب ي ثط سة اي زسد ىل شا شاد ع ار قبىذ ا

يع اىعيي ذ اىغش ا

Terjemahannya:

(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku

bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak)

menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu)

dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha

Mengetahui.”107

Penelitian modern sudah menejelaskan ketika ibu yang mengandung

mendengar musik klasik maka akan berpengaruh bagi janinnya, sebab janin sudah

memiliki kemampuan mendengar saat ia masih didalam kandungan ibunya. Maka

106

Zuhairini. “Islam dan Pendidikan Keluarga”: 2006, h. 160 107

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965) h. 81.

Page 63: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

53

mendengarkan musik klasik bisa membawa pengaruh, bagaimana jika yang

didengarkan adalah lantunan ayat suci Al-Quran? maka berpengaruh terhadap

proses pertumbuhan pribadi seorang anak hingga ia menjadi dewasa.108

c. Periode Post-Natal

Periode Post-Natal ialah proses pendidikan yang dimulai sejak kelahiran

anak sampai ia dewasa hingga meninggal dunia atau pendidikan seumur hidup

(long life education).

Periode Post-Natal natal adalah proses pendidikan setelah kelahiran anak

kedunia ini. Imam Al-Ghazali sebagaimana di kutip oleh Abidin Rush membagi

periodisasi proses mendidik anak menjadi lima bagian, dimana pembagian ini

merupakan berdasarkan petunjuk dari hadis nabi SAW terkait kewajiban orang tua

terhadap anaknya yaitu:

a) Sejak usia 0-6 tahun, pada usia ini seorang anak masih dalam pengasuhan

orang tuanya.

b) Sejak usia 6-9 tahun, anak sudah mulai memperoleh pendidikan formal.

c) Sejak usia 9-13 tahun, anak sudah memperoleh pendidikan mengenai

kesusilaan dan kemandirian.

d) Sejak usia 13-16 tahun, masa evaluasi mengenai proses pendidikan yang

sudah berjalan dan telah diperolah.

e) Sejak usia 16 tahun sampai seterusnya ialah merupakan tahap pendidikan

kedewasaan. Dalam pandangan Islam pada usia ini anak sudah dipandang

108

M. Fauzi Rachman, Islamic Parenting:2011,h. 39.

Page 64: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

54

dewasa dan setiap perilakunya sudah menpunyai nilai dihadapan Allah

SWT.109

Selain beberapa matode pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang tua

dalam mendidik anaknya, terdapat pula beberapa faktor penting yang tidak

boleh dilupakan orang tua yaitu:

a. Doa

Doa adalah anjuran dalam agama. Karena berdoa yang di barengi ikhtiar

maka manusia menyadari dan mengakui betapa rendahnya dirinya dihadapan

Allah yang maha besar, tanpa adanya petunjuk Allah, maka manusia tidak bisa

menjalani hidup yang baik.

Upaya orang tua dalam mengemban amanah dari Allah kepadanya yakni

mengasuh dan mendidik anaknya hendaknya senantiasa meminta hidayah berupa

petunjuk serta kekuatan dalam mengemban amanah tersebut. Terdapat Doa mulia

yang telah disebutkan Allah SWT di dalam Al-Qur‟an, yaitu Q.S. AL-Furqan/25:

74.

اجب اص ت ىب ب سثش ى ق اىشز ب ب ا زشقي اجعيب ىي ش ح اعي زب قشش رس

Terjemahannya:

Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada

kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),

dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” 110

Banyak sekali manusia yang tersesat dalam mengarungi kehidupannya

namun pada akhirnya mereka memperoleh hidayah dari Allah berupa petunjuk

109

Abidin Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan: 1998, h. 95. 110

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965) h. 569.

Page 65: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

55

disebabkan doa yang senantiasa dipanjatkannya, ada banyak sekali doa yang

apabila dipanjatkan maka mampu meringankan amanah besar dari Allah. Maka

hendaknya kita untuk senantiasa memperbanyak berdoa kepada Allah dan

senantiasa bersungguh-sungguh mendidik anak, sehingga terbentuklah generasi-

generasi sebagai pelanjut yang baik. Sebab usaha yang dilakukan tanpa adanya

doa yang mengiringinya maka tidak akan menuai hasil yang sempurna, begitu

pula dengan sebaliknya, doa tanpa diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh

termasuk perbuatan yang sia-sia.

b. Adanya teladan yang baik dari kedua orang tua

Keteladanan yang baik ialah sesuatu yang sangat penting dan menjadi

keharusan dalam dunia pendidikan, Karena adanya keteladan yang baik akan

menjadi contoh terhadap anak. Seorang anak akan cenderung berperilaku sesuai

dengan apa yang dilihatnya, ketika seorang anak mendapatkan contoh yang baik

maka anak pun cenderung mengikuti contoh perilaku yang baik tersebut, begitu

pula dengan sebaliknya. Terkait dengan ini Allah SWT menjelaskan di dalam

firmannya yaitu: Q.S. Ash-Shaff/ 61: 2-3.

ب ل رفعي ى رق ا ى ا ب اىز ب )( ب ل رفعي ا ى رق ا ذ الله قزاب ع مجش

Terjemahannya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu

yang tidak kamu kerjakan?(2). (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika

kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3).111

111

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965) h. 928.

Page 66: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

56

Perlu dipahami bahwa anak merupakan tiruan kita dalam bentuk yang

kecil, dalam hal ini kerberadaan orang tua sangat dibutuhkan terkait bagaimana

orang tua membentuk anaknya. Apakah orang tua membentuk anaknya menjadi

anak shaleh atau sebaliknya menjadikan anaknya sebagai anak yang tidak shaleh.

c. Rezeki yang didapatkan dengan cara yang halal

Kewajiban orang tua adalah dengan memberi nafkah untuk anak-anaknya.

Terkait dengan ini Allah SWT menjelaskan melalui firmannya ( Al-Baqarah/ 2 :

168 ).

ىن ا ط د اىش ا خط جع ل رز ب ف السض ديلا غجاب ا ب اىبط مي ب عذ ج

Terjemahannya:

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.112

M. Fauzi Rachman menjelaskan bahwa, makanan yang diperoleh dari

sumber haram maka membawa dampak yang besar untuk kesehatan manusia,

selain itu, makanan yang didapat dari sumber yang haram juga akan berubah

menjadi api yang membakar dan merusak kemampuan dalam berpikir,

penghalang nikmatnya zikir, menghilangkan kesucian niat, dapat membutakan

mata hati, dapat merapuhkan, penghalang makrifat serta hikmah dari Allah SWT.

Begitu juga sebaliknya, orang yang senantiasa mengkomsumsi makanan halal ia

akan memperoleh segala kemudahan setiap urusannya.113

d. Sikap adil yang diterapkan kepada anak

112

Ibid. h. 41. 113

M. Fauzi Rachman, Anakku, ku Antarkan Kau ke Surga: Panduan Mendidik Anak di

Usia Balig, (Bandung: Mizania, 2009), h. 165.

Page 67: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

57

Sikap adil yang diterapkan kepada anak sangat dianjurkan dan ditekankan

dalam ajaran Islam. Sebab adanya sikap yang adil terhadap anak akan mencegah

tumbuhnya permusuhan anatara saudara sekandung, selain memutus hubungan

silaturahmi dengan saudaranya.

Anak memiliki sikap berbeda-beda dan ini merupakan sesuatu yang wajar

dalam setiap pribadi seorang anak. Namun adanya sikap yang berbeda ini maka

orang tua perlu bijaksana dalam menyikapi perbedaan tersebut. Maka dari itu

sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang tua agar bersikap adil dalam mendidik

anaknya. Terkait dengan ini, Allah SWT meberikan pelajaran lewat kisah Nabi

Yusuf yang di jelaskan di dalam Al-Qur‟an, ( Q.S. Yusuf /12:7-9 ).

أحت إى أثيب أخ عف ا ىي إر قبى اذ ىيغشبئيي ر إخ عف ي شب ىقذ مب

أسظب شخو ىن اغشح عف أ ا جي اقزي ي ظيو ش أثبب ى إ عصجخ ح

ج أ ب صيحي ق ثعذ ا رن ثين

Terjemahannya:

“Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-

tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yag bertanya.(7). Ketika mereka

berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai

ayah dari pada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat).

Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata,(8). bunuhlah Yusuf dan

buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu,

dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik."(9).114

114

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965) h. 394.

Page 68: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

58

e. Kesabaran dalam mendidik

Mendidik anak haruslah sabar, karena masing-masing anak mempunyai

sikap dan kepribadian yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman dalam Q.S.

Thaha/20:132

اصطجش يح يل ثبىصش ش ا أ اىعبقجخ ىيزشق شصقل ل غـيل سصقب حب عيي

Terjemahannya:

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam

mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang

memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi

orang yang bertakwa.115

Orang tua senantiasa diwajibkan untuk mendidik, namun perlu kita pahami

bahwa yang memberikan petunjuk sehingga anak mau mengamalkan kebaikan

yang kita inginkan adalah datangnya dari Allah SWT.

f. Sikap lemah lembut yang diterapkan dalam keluarga

Sikap lemah lembut dalam lingkungan keluarga merupakan sebab

munculnya kebahagiaan serta kedamaian dalam keluarga. Maka sikap lemah

lembut amatlah penting diterapkan dalam keluarga antara suami terhadap istri dan

anak- anaknya.

Nabi Muhammad telah banyak mencontohkan akan pentingnya bersikap

lemah lembut di dalam keluarganya, bahkan Nabi SAW senantiasa lemah lembut

terhadap siapa saja dalam keluarganya. Akan tetapi dalam kehidupan pada zaman

sekarang banyak sekali orang tua yang disibukkan dengan urusan pekerjaannya

115

Ibid. h. 492.

Page 69: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

59

sehingga melalaikan dirinya dalam memberikan kasih sayang kepada anak-

anaknya.

Maka dari itu, orang tua harus mampu mengatur waktunya, yaitu tidak

menghabiskan waktunya untuk urusan pekerjaannya, akan tetapi berusaha

menyisihkan waktunya untuk memberikan perhatian kepada anaknya, agar anak

dapat terkontrol dan tidak terpengaruh dengan hal-hal negatif dar ilingkungan

sekitarnya

2. Mendidik Anak Berdasarkan Al-Qur’an Surah Luqman ayat 13-19

1. Menanamkan nilai-nilai Ketahuidan kepada Anak

Luqman al-Hakim berwasiat kepada kita sebagaimana yang telah

dikisahkan di dalam Al-Qur‟an bahwa yang pertama kali diajarkan kepada

anaknya adalah menanamkan ketauhidan pada diri seorang anak yaitu larangan

berbuat syirik dan menyekutukan Allah SWT, Allah SWT menjelaskan dalam Al-

Quran yaitu: ".(Q.S: Luqman/31:13)

عظي شك ىظي ش اى شك ثبلل ا يش ل ر ج عظ لث ار قبه ىق

Terjemahannya:

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia

memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar.”116

Allah SWT mengisahkan perjalanan hidup Luqman dalam Al-Qur‟an

mengenai pendidikan yang diterapkan Luqman terhadap anaknya, yaitu

pendidikan tauhidan bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah SWT semata,

116

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965) h. 412.

Page 70: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

60

dan tidak boleh sedikitpun mempersekutukannya dengan sesuatu apapun,

perkataan “La tusyrik billah” menunjukkan bahwa ketauhidan merupakan materi

pendidikan terpenting yang wajib ditanamkan orang tua terhadap anaknya.

pendidikan ketauhidan ini adalah merupakan inti dari semua pendidikan yang

ada.117

Dr Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya “Tarbiyatul Aulad fil Islam”,

menyebutkan bahwa kalimat pembuka yang diajarkan dalam kehidupan anak ialah

kalimat tauhid La ilaha illallah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim

dari Ibnu Abbas r.a yang berarti: “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama

kalinya dengan kalimat La ilaha illallah (Tiada sesembahan yang hak kecuali

Allah)”.

Manfaat pengajaran ini ialah dengan masuknya kalimat tauhid tersebut

dalam diri anak, sehingga jika yang pertama didengarkan dan diajarkan kepada

anak adalah kalimat tauhid La ilaha illallah ini, maka yang pertama kali

didengarnya adalah ke Esaan Allah.118

Sa‟id bin Ali Al-Qahthani dalam bukunya Al-Hadyu An-Nabawi fi

Tarbiyah Al-Aulad fi Dhau‟ Al-Qur‟an dan As-Sunnah menyebutkan bahwa

yang paling pertama diajarkan pada anak ialah mengajarakan ilmu syariat pada

anak. pengajaran ini bisa dimulai sejak anak dilahirkan ke dunia, oleh sebab itu,

disunnahkan untuk mengadzankan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga kiri

117

Husin. Abdullah, Model Pendidikan Luqman Al-Hakim, Kajian Tafsir Sistem

Penddikan Islam Dalam Surah Luqman, (Yogyakarta: Insyira, 2013), h. 37.

118 Abdullah Nahsih Ulwan, Tarbiatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam,

(Solo: Insan Kamil, 2012), h. 112.

Page 71: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

61

bayi, agar yang pertama kali didengar oleh bayi iyalah kalimat tauhid dan

kebesaran Allah SWT.

Seorang anak ibaratkan kertas putih yang bersih tanpa noda atu coretan

apapun, sehingga yang pertama diberikan kepada anak adalah kebaikan juga,

contohnya ketika anak lahir, orang tua memperdengarkan kalimat tauhid dan

dzikir kepada Allah SWT terhadap anak dengan mengmandangkan adzan

ditelinga kanan dan iqamah di telinga kiri. Ketika anak memasuki usia belajar,

maka kewajiban orang tua adalah mendiktekan kalimat tauhid yaitu “La ilaha

illallah” tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. dan menanamkan

kalimat ini kedalam hatinya dan memperkenalkan kepada anak bahwa islam

adalah agamanya dan menumbuhkan dalam hatinya kecintaannya terhadap islam.

Berdasarkan aspek ilmu psikologi menyebutkan bahwa ini sesuai dengan

teori tabularasa yang dirumuskan oleh Jhon Locke. Teori tabularasa menyatakan

bahwa manusia yang baru lahir adalah dapat diibaratkan seperti kertas putih yang

kosong dan belum ditulisi, jadi dapat diibaratkan bahwa manusia yang lahir ke

dunia ini adalah dalam keadaan kosong dan tidak mempunyai bakat dan

kemampuan apapun dan tidak mempunyai bawaan apa-apa. Maka menurut teori

ini yang membentuk kepribadian bayi tersebut adalah yang ada disekitarnya,

seperti orang tua, lingkungan sosial, serta aktivitas yang ada di dalamnya. 119

119

A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Bandung: Rajawali Pers,

2013). H. 98.

Page 72: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

62

2. Menanamkan Akhlak yang Baik Terhadap Anak

Al-Qur‟an surah Luqman dalam ayat 14, menjelaskan kepada kita

mengenai pendidikan ahlak yang diberikan Luqman kepada anaknya, Allah SWT

berfirman dalam Q.S : Luqman/31:14

اشنش ا ي ي عب صبى ش ب عي يز ا ح اىذ ث غب يب ال صش

صيشى اىذل اىيش اى ى ي

Terjemahannya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua

orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku

kembalimu.120

Penanaman akhlak yang baik pada anak adalah hal yang sangat penting,

Rasulullah SAW memberikan perhatian besar mengenai adab dalam membentuk

akhlak yang baik pada anak. Rasulullah SAW juga menjelaskan pada kedua orang

tua bahwa hadiah atau warisan terbaik yang dianugerahkan untuk anak ialah adab

dan akhlak yang baik. Rasulullah SAW menjelasakan dalam haditsnya yang

diriwayatkan oleh At-Timridzi dari Saad bin Ash r.a :

“Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang bapak

memberikan pemberian kepada anaknya sesuatu yang lebih baik

dibandingkan abad yang terpuji”(H.R : Tirmidzi)

Oleh karena itu, mewariskan kepada anak berupa pendidikan akhlak yang

baik adalah merupakan lebih baik dibandingkan mewariskan harta. Karena adab

120

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h.412.

Page 73: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

63

yang baik atau perilaku yang baik mampu menghasilkan harta, kedudukan, dan

cinta dari orang lain, dan menggabung kebaikan dunia dan akhirat kelak121

.

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu bahwa Rasulullah SAW juga telah

menunjukkan pentingnya seorang anak mempunyai ahlak yang baik kahususnya

kepada orang tuanya sendiri:

“Bahwasanya Nabi Shallallahu aayhi wa Sallam melihat seseorang

bersama anak kecil. Beliau bertanya kepada anak itu, siapa ini? Dia

menjawab, “Bapakku”, Beliau bersabda “jangan engkau berjalan di

depannya, jangan menyebabkannya dimaki-maki, jangan duduk

sebelumnya dan jangan memanggilnya langsung dengan namanya”

Selain Firman Allah dalam Al-Qur‟an surah Luqman ayat 14, Allah

SWT juga menjelaskan pentingnya ahlak yang baik dalam surah Al-Isra ayat 23

Allah Subhanahu wa ta‟alaa juga berfirman:

ذك اىنجش اح ش ع ب جيغ ش احغب ا اىذ ثبى اشب ا الش قع سثل الش رعجذ ذ ب ا

ب ل مش ب ق قو ىش ب ش ل ر ش ب اف ب ل رقو ىش مي

Terjemahannya:

”Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain

Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di

antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada

keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan

ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.122

3. Mendidik Anak Untuk Berbakti Kepada Orang Tua

Dalam Al-Qur‟an Allah SWT memerintahkan kita untuk berbakti kepada

kedua orang tua, seperti dijelaskan dalam surah Luqman ayat 15, yang

121

Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid: 2010, h. 400.

122 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 284.

Page 74: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

64

memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat baik dan berbakti kepada

kedua orang tuanya. Allah SWT menjelaskan melalui firmannya dalam Q.S

Luqman/31:15

ب صبحج ب ل رطع عي ب ىيظ ىل ث شك ثي ر اذك عي جب ا

ابة اىيش ارشجع عجيو ش ب عش يب اىذ ي رع ز ب م ث جئن ب شجعن ش اىيش ث

Terjemahannya:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan

ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada- Ku

lah kembalimu, maka Ku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan”.123

Orang tua yang menghendaki anaknya berbakti pada kedua orang tuanya,

maka hendaknya orang tua terlebih dahulu juga harus berbakti kepada kedua

orang tua mereka, baik ketika masih hidup atau sudah meninggal. Jika masih

hidup maka berbuat baik kepada keduanya dan jika sudah meninggal maka

senantiasa mendoakan keduanya, serta menyambung silaturrahmi kepada teman-

temannya yang masih hidup124

.

Dr Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid dalam bukunya dengan judul

Prophetic Parenting, menjelaskan bahwa dampak yang muncul karena berbakti

kepada kedua orang tua dalam kehidupan manusia, baik saat manusia masih hidup

123

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h.412. 124

Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid: 2010, h. 211.

Page 75: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

65

di dunia sampai akhirat kelak. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa berbakti

kepada kedua orang tua adalah kewajiban bagi setiap orang.125

Cara yang baik untuk mendidik anak yang masih dalam keadaan fitrahnya

yaitu susah diatur dan nakal kepada orang tuanya adalah kembali kepada kedua

orang tua itu sendiri, yaitu terlebih dahulu mengoreksi perilakunya sebagai orang

tua dan meninggalkan perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang tua, kemudian

menggantinya dengan sesuatu yang baik, penuh ketaatan, dan menjauhkan diri

dari sifat kedurhakaan dalam bentuk apapun. Karena seorang anak akan senantiasa

mencontoh dan mewarisi perilaku orang tuanya sebagai tauladan bagi anak.

Kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anaknya dengan baik dan

memperkenalkan hukum-hukum Allah kepadanya. Karena terbentuknya anak

yang bertakwa kepada Allah dan menjadi penolong terhadap orang tuanya, atau

menjadi anak yang durhaka kepada Allah dipengaruhi peran orang tua dalam

membimbing anaknya. Dalam kitab al-Mushannif wal-Atsaar, Ibnu Abu Syaibah

menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu SAW bersabda, “Allah merahmati

ayah yang menolong anaknya untuk berbuat kebaikan kepadanya” .

Kharijah bin Mush‟ab rahimahullah memberikan nasehat kepada orang tua

agar mendidik anak kepada kebaikan dengan penuh kasih sayang. Beliau

mengatakan bahwa orang tua harus memberi dan berbuat baik kepada anak,

sehingga anak juga melakukan hal yang sama yakni berbuat baik kepada orang

tuanya.

125

Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid:2010, h. 214.

Page 76: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

66

Orang tua sebagai teladan bagi anaknya mampu menumbuhkan sikap

berbakti kepada orang tuanya, karena secara tidak langsung anak akan mengikuti

perbuatan orang tua. Orang tua bisa mencontohkan perilaku baik kepada anaknya

seperti mencium kedua tangan ibu bapaknya di hadapan anak yang merupakan

nenek atau kakek si anak, sehingga dengan melihatnya, anak akan belajar

menghormati orang.

Menurut ilmu psikologi, akhlak disebut sebagai moral. Seorang anak yang

baru dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi memiliki potensi moral, potensi inilah

yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, seiring dengan berjalannya waktu,

dengan sendirinya anak akan mampu membedakan mana yang baik dan buruk,

dengan melalui pengalamannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan keluarga,

masyarakat dan sekolahnya.

4. Menanamkan Perasaan Selalu diawasi oleh Allah kepada Anak

Pengajaran selanjutnya dari kisah Luqman dalam mendidik anaknya

adalah menanamkan kepada anak perasaan selalu diawasi oleh Allah SWT,

sebagaimana firman Allah dalam Qur‟an Surah Luqman ayat 16 :

د ا اىغش ي صخشح ا خشده زن ثقبه حجشخ رل ب ا جيش اش

ش الل ىطيف خجيش ب الل ا السض أد ث

Terjemahannyya:

(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)

seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi,

Page 77: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

67

niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah

Mahahalus, Mahateliti. (Q.S : Luqman/31:16)126

Surah Luqman ayat 16 mengandung pembelajaran tentang kekuasaan

Allah SWT sangat luas. Yang senantiasa menimbang dan adil terhadap semua

perbuatan makhluknya, ayat ini juga menjelaskan bahwa perbuatan seberat biji

sawi sekalipun, diketahui dan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.

Maka dari itu wasiat Luqman dari ayat 16 ini adalah menumbuhkan keyakinan

kepada anak tentang kekuasaan Allah SWT yang maha melihat dan mengetahui

perbuatan manusia, serta mengajarkan pada anak bahwa setiap perbuatan akan

dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT, sehingga dengan itu diharapkan

seorang anak senantiasa menjaga agar tidak melakukan perbuatan yang di larang

Allah SWT.

Pembelajaran lain dari kisah ini bahwa Luqman mengajarkan kepada

anaknya untuk memiliki rasa tanggung jawab, bahwa setiap apa yang kita lakukan

akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT.

5. Mengajarkan Shalat Kepada Anak

Wasiat Luqman selanjutnya kepada anaknya adalah mengajak anaknya

untuk mendirikan sholat, Allah menjelaskan dalam Q.S : Luqman/31:17

ش رىل ب اصبثل ا اصجش عي نش اى ع ا ف عش ش ثبى أ يح اىصش جيش اق

س ال عض

Terjemahannya:

“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang

makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah

126 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412.

Page 78: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

68

terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu

termasuk perkara yang penting.127

Ayat ini menjelaskan bahwa ada tiga perintah Luqman kepada anaknya,

yakni perintah sholat, berbuat baik dan mencegah kemungkaran dan perintah

senantiasa sabar.128

Ayat ini menjelaskan bahwa Luqman mengawali nasehat kepada anaknya

untuk senantiasa bertauhid atau mengesakan Allah SWT. Luqman menasehati

anaknya Dengan panggilan kasih sayang untuk menunaikan shalat berdsasarkan

ketentuan pada saat itu. Sholat yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh akan

menghadirkan keridoan dari Allah, sehingga shalat akan membawa manfaat bagi

yang melaksanakannya yaitu terhidar dari perbuatan keji dan mungkar. Sholat

juga merupakan induk dari semua ibadah.129

Ibadah Sholat yang diajarkan kepada anak akan senantiasa menumbuhkan

adanya ikatan yang kuat antara manusia sebagai hamba Allah. Berkenaan dengan

hal ini, Rasulullah Shallallahu aalayhi wa Sallam memberikan kabar gembira

kepada anak-anak yang hidupnya penuh dengan ibdadah kepada Allah Subhanau

wa Ta‟ala. Diriwayatkan ole hath-Thabrani dari Abu Umamah radhiyallahu anhu

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:

“Tidaklah seorang anak yang tumbuh dengan dipenuhi ibadah kepada

Allah sampai dia mati, melainkan Allah akan memberinya pahala sembilan

puluh sembilan orang yang terpercaya” (H.R : ath-Thabrani)

terdapat beberapa tingakatan dalam islam, mengenai mengajarkan ibadah

sholat kepada anak:

127

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412. 128

Husin. Abdullah: 2013, h. 49. 129

Husin. Abdullah: 2013, h. 50.

Page 79: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

69

a) Tingkatan perintah untuk sholat kepada anak

pada tingaktan ini, orang tua memberikan pengajaran pada anak mengenai

sholat terhadap anak, yakni untuk mengajak anak sholat. Rasulullah SAW

bersabda yang di diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abdullah bin Habib

:“Bahwasanya Nabi Shallallahu alayhi wa Sallam bersabda : Apabila seorang

anak dapat membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkan dia untuk

mengerjakan shalat” (H.R : ath-Thabrani)

berdasarkan hadits Rasulullah ini, perintah sholat bagi anak di mulai ketika

anak sudah mampu membedakan mana yang kanan dan yang kiri.

b) Tingkatan mengajarkan shalat kepada anak

Tingkatan ini menjelaskan pentingnya orangtua mengajarkan anak

mengenai rukun-rukun dalam shalat, kewajiban- kewajiban dalam sholat serta hal-

hal yang membatalkannya. Rasulullah SAW telah menyebutkan bahwa pada anak

yang menginjak usia tujuh tahun adalah usia proses pembelajaran shalat pada

seorang anak dimulai. Rasulullah SAW juga menerangkan dalam haditsnya yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Sabrah bin Ma‟bad al-Juhaniradhiyallahu

anhu :

“Rasulullah Shallallah sallallahu alaihi wasallam bersabda :

Perintahkanlah anak kecil untuk shalat apabila sudah berusia tujuh tahun.

Apabila sudah mencapat usia sepuluh tahun, maka pukullah untuk shalat”

(H.R : Abu Dawud)

Hadis Rasulullah SAW diatas, menjelaskan bahwa pada saaat anak

memasuki usia 7 tahun, maka orang tua harus memerintahkan anaknya untuk

meunaikan sholat lima waktu, dan ketika anak berusia 10 tahun tapi masih

Page 80: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

70

melalaikan sholatnya maka orang tua diperbolehkan memukul anaknya tapi tidak

mencederai, cukup sebagai pembelajaran terhadap anak.

c) Tingkatan perintah shalat yang dibarengi ancaman berupa pukulan

Tingakatan ini dimulai sejak anak berusia sepuluh tahun. Anak yang

berusia sepuluh tahun dan meninggalkan masih shalat lima waktu , maka sebagai

bentuk hukuman, orang tua boleh memukul anaknya. Pada usia ini anak masih

berada pada tingkatan fithrah sehingga godaan setan padanya masih lemah, anak

tidak boleh dibiasakan meninggalkan sholat karena dikhawatirkan kebiasan

tersebut akan mengakar dan dibawa sampai anak menjadi dewasa. Oleh karena

itu, orang tua dibolehkan memukul anaknya dengan ketentuan tidak mencederai

anak.130

Terkait dengan ini Rasulullah SAW menjelaskan melalui sabdanya:

“Perintahkanlah anak- anak kalian untuk mengerjakan sholat pada usia

tujuh tahun, dan pukullah mereka untuk shalat pada usia sepuluh tahun,

serta pisahkan tempat tidur mereka” (H.R : Abu Dawud dan al-Hakim)

Berdasarkan hadits di atas, maka ketika anak sudah berusia sepuluh tahun

namun bermalas- malasan dalam mengerjakan sholat atau bahkan meninggalkan

sholat, maka orang tua boleh memberikan hukuman yaitu berupa pukulan. Selain

itu ketika anak sudah berusia sepuluh tahun maka orang tua harus membiasakan

anaknya untuk tidur sendiri, sebab pada saat ini anak akan memasuki masa baligh

atau mukallaf.

6. Membiasakan Anak ke Masjid

130

Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid:2010), h. 361.

Page 81: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

71

Tempat yang terbaik untuk melaksanakan shalat adalah di masjid yang

dilaksankan tepat pada waktunya. Masjid merupakan tempat lahirnya generasi

penerus ummat sejak mulai dari zaman dahulu sampai sekarang. Maka dari itu,

anak-anak para sahabat senantiasa menyibukkan dirinya dengan berada dimasjid

bersama dengan Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, menunaikan sholat paling

utama ialah yang lakukan di masjid secara berjamaah, hal ini sangat penting

untuk diajarkan kepada anak mengenai pentingnya melaksanakan shalat

berjamaah di masjid.

Imam Malik rahimahullah pernah ditanya mengenai orang yang datang ke

masjid membawa anaknya. Beliau kemudian menjawab; “jika seorang anak sudah

mulai memahami dan mengetahui mengenai adab dan tidak main-main di dalam

masjid, maka saya rasa tidak apa-apa. Namum apabila seorang anak masih terlalu

kecil dan tidak bisa tenang dan masih suka bermain-main, maka aku tidak

menganjurkannya”.131

7. Senantiasa mengajarkan Kepada Anak Agar Tidak Sombong

Wasiat Luqman kepada anaknya dalam surah Luqman ayat 18 ialah agar

anaknya tidak berbuat sombong serta menghilangkan sifat-sifat kesombongan

dalam dirinya,sebagaimana telah di jelaskan di dalam Al-Qur‟an yang berbuyi :

ش الس ل ر ش خذشك ىيشبط ل رصع خزبه ش الل ل حت موش شحب ا ض

س خ

Terjemahannya:

131

Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid: 2010, h. 367.

Page 82: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

72

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong)

dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”.132

Sombong merupakan sifat ataupun perilaku yang tercela, sebab adanya

perasaan sombong adalah perasaan yang muncul dari dalam diri yang

mengandung rasa paling istimewa dan merasa lebih hebat dari orang lain. Oleh

sebab itu Allah SWT sangat mencela sifat sombong ini sebagai mana di jelaskaan

melalui firmannya di dalam Al-Qur‟an yang berbunyi

غزنجش ل حت اى اش ب عي ب غش ش الل عي ا ل جش

Terjemahannya:

”Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka

rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak

menyukai orang yang sombong”.

Allah SWT juga sangat mencela iblis yang telah durhaka kepada Allah

dikarenakan sifat kesombongnya yang tidak mau bersujud kepada Nabi Adam.

Allah berfirman:

اىصغش ب بخشج اشل رزنجشش ي ىل ا ب ن ب جػ قبه ب

Terjemahannya:

“(Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu

tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah!

Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

Berkenaan dengan sifat sombong yang tercela, sangat penting bagi orang

tua agar memberikan pendidikan kepada anaknya agar anak-anaknya senantiasa

terhindar dari penyakit hati ini. Sebab apabila anak sudah terbiasa melecehkan

132

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965), h. 412.

Page 83: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

73

dan merendahkan orang lain, bersikap sombong terhadap temannya, maka

dikhawatirkan sifat yang seperti ini akan melekat dan terbawa sampai akan

dewasa kelak. Disinilah tanggung orangtua dalam mendidik dan membimbing

anaknya agar senantiasa tidak terjangkit oleh sifat-sifat sombong.133

8. Senantiasa mengajarkan Kepada Anak perkataan yang baik.

Wasiat Luqman kepada anaknya pada ayat 19 ialah tentang pentingnya

mengajarkan kepada anak untuk berbicara dengan perkataan yang baik. (Q.S :

Luqman/31:19)

يش د اىح اد ىص نش الص ش ا رل ا ص اغعط يل اقصذ ي

Terjemahannya:

“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”134

Surah Luqman ayat 19 diatas mengisahkan bahwa Luqman al-Hakim

senantiasa mewasiatkan kepada anaknya agar supaya sederhana dalam berjalan,

yakni berjalan dengan tidak sombong dan melunakkan suara ketika hendak

berbicara. Wasiat Luqman untuk senantiasa melunakkan suara saat hendak

berbicara merupakan nasehat Luqman yang diberikan kepada anaknya agar

bertutur kata dengan baik dan santun, serta penuh dengan kesopanan.135

Adab dalam bertutur kata merupakan unsur yang penting dalam menjalani

kehidupan bermasyarakat yang sehat, karena ini merupakan faktor utama untuk

133

Adnan Hasan Shalih Baharis: 2007, h. 155. 134

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta:

Jammunu, 1965)h. 412. 135

Husin. Abdullah: 2013, h. 54.

Page 84: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

74

meraih kesuksesan dan penyebab lahirnya masyarakat yang maju136

. Oleh karena

itu, orangtua dan juga pendidik haruslah senantiasa mengarahkan anak mengenai

pentingnya membiasakan mereka berbicara yang baik.

Orangtua dapat mengajarkan kepada anak doa-doa yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW yang bisa diucapkan pada saat melihat orang-orang yang cacat,

buta, pincang, orang sakit, ataupun orang yang mendapatkan cobaan. Orang tua

juga bisa mengajarkan kepada anak agar senantiasa membiasakan membaca doa,

sehingga anak dibiasakan merasakan nikmat dan karunia Allah SWT serta

menysukuri pemberian Allah yang telah diberikan kepadanya137

.

Perkataan-perkatan atau ucapan terbaik yang bisa diajarkan kepada anak

adalah dengan membiasakan mengucapakan salam, sebab salam mengandung

unsur doa dan keselamatan, salam juga merupakan syiar kebaikan, dapat

menyenangkan hati dan menyebarkan kasih sayang sebagaimana yang kita

pahami bahwa jika seorang muslim memberi salam, maka wajib hukumnya bagi

muslim lainnya untuk menjawab salam tersebut, sebab salam merupakan sunnah

yang disukai oleh Rasulullah SAW.138

C. Makna Surah Luqman Ayat 13-19

1. Kriteria Pendidik dalam Surah Luqman Ayat 13-19

Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan sosok Luqman dalam

mendidik anaknya. Beberapa materi yang telah disampaikan oleh Luqman kepada

136

Khalid Abdurrahman, Pedoman Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an dan

Sunnah(Tarbiyatul Abna’ wal Banat fi Dhau’il Kitab wa Sunnah),(Surakarta: Al-Aqwam, 2010) h.

313. 137

Adnan Hasan Shalih Baharis: 2007, h. 189. 138

Adnan Hasan Shalih Baharis: 2007, h. 190.

Page 85: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

75

anaknya; seperti akidah, ibadah dan akhlak. Materi akidah terdapat pada ayat 13

merupakan pengajaran Luqman terhadap anaknya yakni larangan menyekutukan

Allah SWT dengan bentuk apapun. Selanjutnya tentang akhlak terhadap orangtua

terdapat pada ayat 14 dan 15, akhlak terhadap manusia sesama manusia terdapat

pada ayat 19 serta akhlak terhadap lingkungan terdapat pada ayat 18. Materi

tentang ibadah terdapat pada ayat 17 membaas tentang mendirikan salat,

mencegah kemungkaran dan menyeru kepada kebajikan. Pada ayat 16 membahas

tentang segala yang dilakukan oleh manusia akan dibalas oleh Allah SWT dengan

balasan yang setimpal.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka penulis dapat menyimpulkan

beberapa kriteria seorang pendidik dengan memperhatikan Q.S. Luqman/ 31: 12,

ب شنش فب اشنش لله خ ا اىذن ب ىق ىقذ ار غ الله مفش فب شنش ىفغ

ذ د

Terjemahnya:

“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada

Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan

barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya

lagi Maha Terpuji".139

Salah satu unsur pendidikan adalah pendidik. Pendidik memiliki tanggung

jawab terhadap kelangsungan proses pendidikan. Berhasil tidaknya proses

pendidikan akan dipengaruhi oleh pendidik itu sendiri. Pada dasarnya tugas dan

139

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan TafsirnyaI, jil.VII (Yokyakarta: PT Dana

Bahakti

Wakaf, 1990), h. 631.

Page 86: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

76

fungsi pendidikan terbagi atas dua, yakni lingkungan sekolah dan lingkungan

keluarga atau rumah tangga. Seorang guru bertanggung jawab berlangsungnya

proses pendidikan di sekolah dan orangtua bertanggung jawab pada lingkungan

keluarga.140

Akan tetapi, pada Q.S. Luqman/ 31 : 13-19 merupakan gambaran

pendidikan pada lingkungan keluarga.

Berikut kriteria seorang pendidik dalam lingkungan keluarga dengan

merujuk pada Q.S. Luqman/ 31: 13-19:

1. Ikhlas

Sebagian pendidik mengabaikan sesuatu yang sangat penting dalam

pendidikan yakni, ilmu dan amal yang ikhlas karena Allah. Pendidik yang

memiliki niat yang salah sehingga materi yang disampaikan tidak berkesan pada

diri si terdidik. Padahal ilmu, amal disertai dengan keiklasan merupakan faktor

utama dalam mencapai keberasilan pendidikan. Dengan adanya niat yang salah

sehingga pendidikan hanya mengarah pada satu sisi saja yakni mengejar

kehidupan dunia. Dengan mengejar prestasi, pangkat dan jabatan. Ketidak

ikhlasan dalam berilmu merupkan sesuatu yang sia-sia.141

Ikhlas dalam perbuatan

dan perkataan adalah sebagian dari iman. Allah tidak akan meneriman perbuatan

tanpa niat dengan ikhlas.142

Sementara Luqman mendapat hidayah dari Allah SWT dengan bersyukur

kepada-Nya dan tidak kufur kepada-Nya. Hal ini merupakan puncak hikmah yang

140

Barsihannor, Belajar dari Luqman al-Hakim (Cet. I; Yokyakarta: Kota Kembang,

2009), h. 11. 141

Muslim Life Style Community, Ensiklopedia Nabi Muhammad saw Sebagai Pendidik,

jil. 7 (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011), h. 8. 142

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, jil. II (Cet. II; Jakarta:

Pustaka Amani, 1995), h. 185

Page 87: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

77

telah diberikan kepada Luqman oleh Allah SWT. Luqman mendapat hikmah dari

Allah SWT karena ia adalah seorang hamba yang taat beribadah kepada Allah

SWT dalam berbagai hal.143

bersyukur kepada Allah SWT atas semua nikmat

yang telah diberikan dan melaksanakan ketaatan serta menunaikkan yang fardu

(wajib).

2. Bertakwa

Para ulama mendefinisikan takwa adalah mengerjakan apa yang

diperintahkan oleh Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya. Para pendidik

harus bertakwa kepada Allah SWT, sebab mereka adalah panutan yang akan

diikuti dan ditiru. Pendidik juga penanggungjawab pertama dalam pendidikan di

sekolah. Oleh karena itu, dalam mendidik peserta didik harus jujur pada diri

sendiri dahulu. Sebagian manusia menilai seseorang dengan ilmu dan perbuatan.

kejujuran juga merupakan kunci kesukesan manusia, di dunia dan akhirat. Pada

Q.S. Luqman/31 : 13-19, juga dijelaskan bahwa makna hikmah adalah mengetaui

sesuatu yang utama dari segala sesuatu, baik dalam bentuk pengetahuan maupun

perbuatan.144

Miftahul Huda mengatakan bahwa Luqman seorang laki-laki yang

saleh, jujur, perasa.145

3. Berilmu

Seorang pendidik harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Terutama

ilmu tentang pokok-pokok pendidikan yang sesuai dengan syariat Islam.

143

H. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir al-Azhar, juz. 21 (Cet. I; Jakarta: Pustka

Panjimas, 1988), h. 127. 144

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah h: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol.

10 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 294 145

Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan : 10 Cara Qur’an Mendidik Anak (Cet. I;

Yokyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 190.

Page 88: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

78

Menguasai hukum-hukum halal dan haram, etika, akhlak, juga ilmu fiqih, juga

ilmu psikologi, juga menggunakan beberapa metode untuk mendidik generasi

muslim. Dengan kesungguhan dan keteguhan akan merealisasikan kemuliaan

Islam. Selanjutnya kembali kepada hikmah yang telah diberikan Allah kepada

Luqman dalam bentuk pengetahuan adalah ilmu yang disertai dengan

pengamalan. Al-Gazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh M. Quraish

Shihab, bahwa kata hikmah dalam arti pengetahuan adalah sesuatu yang utama

yakni ilmu yang abadi.146

4. Bersabar

Sabar secara etimologi berarti mengekang. Sifat sabar hanya dapat dimiliki

oleh orang-orang yang berhati mulia. Lawannya adalah amarah, yakni gejolak

dalam jiwa yang menyebabkan pelakunya menjadi buta, tidak bisa membedakan

yang buruk dengan yang baik. Seorang pendidik harus memiliki sifat sabar dalam

berinteraksi dengan para peserta didik. Sebab para peserta didik memiliki karakter

dan pribadi yang berbeda-beda. Sehingga untuk menghadapi denga berbagai

karakter membutuhkan sifat sabar yang tinggi. Dengan adanya berbagai

perbedaan pendapat tentang sosok bentuk tubuh Luqman, namun semua ulama

berpendapat bahwa Luqman memiliki kulit hitam dan bibir tebal. Sehingga

banyak mendapat cemohan dari masyarakat di sekitarnya. Pada suatu hari ada

seorang yang kaget melihat tampang Luqman yang hitam. Luqman berkata,

walaupun engkau melihat kedua bibirku ini tebal, namun yang diucapkannya

adalah perkataan lemah-lembut yang penuh mutiara. Walaupun engkau melihat

146

M. Quraish Shihab, op, cit., h. 292.

Page 89: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

79

kulit hitam mengkilat, namun hatiku putih bagaikan kaca bersih tanpa noda.147

Pernyataan di atas merupakan salah satu bukti bahwa Luqman memiliki sifat

sabar yang tinggi dalam mengahadapi perkataan orang yang ada di sekitarnya.

Selain hal di atas, al-Qurtubi sebagaimana yang dikutip oleh Miftahul Huda, ia

mengatakan bahwa Luqman menikah dan memiliki beberapa anak dan mereka

meninggal, tetapi dia tidak menangisinya.

2. Metode Pendidikan Anak dalam Surah Luqman Ayat 13-19

Metode adalah cara, jalan dan usaha yang ditempuh untuk mencapai suatu

tujuan. Seorang pendidik dituntut agar cermat memilih dan menetapkan metode

yang tepat untuk menyampaikan materi kepada peserta didik.148

metode yang

diterapkan Luqman pada Q.S. Luqman/31:13 menurut Barsihannor di dalam

bukunya dengan judul Belajar dari Luqman al-Hakim.

1. Metode Nasehat

Nasehat Luqman terhadap anaknya dalam ayat 13-19 adalah materi

tentang tauhid, ibadah dan akhlak. Nasehat memberikan implikasi psikologi

terhadap perkembangan anak. Menurut „Abd al-Rahman Umdirah sebagaimana

dikutip oleh Barsihannor, nasehat selalu dibutuhkan oleh jiwa, karena

memberikan ketenagnan hati jika disampaikan dengan hati yang ikhlas. Luqman

memberikan nasehat kepada anaknya dengan penuh kasih sayang dengan penuh

rasa cinta seorang ayah. Karena Luqman mengulang-ulang untuk menasehati

anaknya disertai dengan kata hai anakku.

147

M. Ishom EI Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an : Tempat, Tokoh, Nama dan

Istilah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: PT Listafariska Putra, 2005), h. 384. 148

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta:

Ciputat Pres, 2002), h. 108.

Page 90: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

80

Menurut Muhammad Qutb sebagaimana dikutip oleh Marjani Alwi, bahwa

nasehat yang diberikan dengan rasa cinta dan kasih sayang akan memberikan

pengaruh psikologi terhadap seseorang. Nashi Ulwan dengan pengutip yang sama

mengatakan bahwa metode nasehat akan mempengaruhi iman, spiritual, moral

dan sosial anak. Sebab nasehat dapat membukakan mata anak pada hakekat

sesuatu dan mendorongnya untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia149

.

2. Metode Teladan

Keteladanan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan

pendidikan. Seorang pendidik dilingkungan keluarga atau sekolah akan ditiru oleh

peserta didiknya.150

Keteladanan dalam pendidikan salah satu metode yang

efektif dan akan mendorong terbentuknya kepribadian anak seperti moral,

spiritual maupun sosial. Sebab seoarang pendidik menjadi contoh yang akan ditiru

dalam segala prilaku, sopan santun serta semua ucapannya. Secara tidak langsung

figur seorang pendidik akan tergambar dalam pribadi seorang anak. Ketika

pendidik jujur, berakhlak mulia, berani dan menjauhkam diri dari perbuatan yang

bertentangan dengan agama, maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran,

memiliki akhlak yang mulia dan taat beragama. Sebaliknya ketika figure yang

mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk mengikuti sifat tidak

baik tersebut. Untuk menerapkan metode teladan dengan baik maka seorang

pendidik harus memulai terlebih dahulu untuk diri sendiri seperti membiasakan

berakhlak baik setiap hari. Mempraktekkan sesuatu yang baik dan

149

Marjani Alwi, Materi dan Metode Pendidikan Agama bagi Anak Berusia di Bawah

Lima Tahun ( Balita) (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 133. 150

Armai Arief, op, cit., h. 116-117.

Page 91: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

81

memperkenalkan suatu perbuatan yang buruk agar peserta didik dapat

menghindarinya.

Suatu bangsa dikatakan baik jika akhlak pemimpinnya baik. Sebaliknya

sebuah negara dikatakan buruk, jika akhlak pemimpinnya buruk. Prilaku rakyat

pada umumnya mengikuti prilaku orang yang memimpinnya. Oleh karena itu

keteladan yang baik dari pemimpin negara ini perlu ditingkatkan, agar bangsa ini

dapat lepas dari berbagai krisis yang mencekik rakyat.151

Pada bab sebelumnya penulis telah membahas kandungan ayat 13-19, pada

ayat 13 dan seterusnya Luqman memberikan materi tauhid, ibadah dan akhlak.

Karena beliau mendapat hikmah dari Allah SWT karena kesalehaannya. Pada

dasarnya sebelum Luqman mengajarkannya pada anaknya ia telah

mengamalkanya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Baihaqiy dari Sulaiman al

Taimiy sebagaimana yang dikutip oleh Barsihannor, agar anaknya memperbanyak

zikir dengan banyak mendoakan kedua orangtua (Q.S. Luqman/ 31:14).152

Ketika kata-kata di atas dicermati dengan baik maka seperti itu pula

seorang pendidik terkhusus kedua orang tua ketika di lingkungan keluarga. Ayah

dan ibu merupakan contoh dalam segala hal, baik dalam bentuk perbuatan,

ucapan, tingkah laku dan juga dalam beretika. Oleh karena itu, seorang pendidik

harus mempersiapkannya sejak dini sebelum mereka menjadi pendidik serta

berpedoman pada Al-Qur‟an dan sunnah. Seorang ibu harus menjaga ucapannya

terhadap anaknya sebab segala yang diucapkan seorang ibu merupakan doa untuk

anak-anaknya begitupula seorang ayah.

151 Ibid., h. 124.

152

Barsihannor, op, cit., h. 83.

Page 92: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

82

3. Metode Dialog ( Tanya Jawab)

Metode dialog sangat berguna untuk menumbuhkan kreatifitas anak dan

memeberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya.

Dalam Q.S.Luqman/ 31:12-19 tidak ditemukan dialog antara Luqman dengan

anaknya akan tetapi, keduanya terjadi komunikasi yang dialogis. Seperti Luqman

menasehati anaknya agar takut kepada Allah SWT dan hanya berharap kepada-

Nya dengan penuh keikhlasan (Q.S. Luqman/ 31:13). Selanjutnya Luqman

menasehati anaknya tentang perbuatan dan balasannya. Sekecil apapun kebaikan

dan keburukan yang dilakukan walaupun hanya sebesar biji sawi maka Allah akan

membalasnya dengan balasan yang setimpal. Sebab pengetahuan Allah Maha

Luas, di mana dan kapanpun manusia berada, Allah pasti mengetahuainya

(Q.S.Luqman/ 31:15). Selanjutnya ketika Luqman melakukan perjalanan, Luqman

memberikan pelajaran kepada anaknya bagaimana bersikap terhadap alam dan

lingkungan sebagai ciptaan Allah (Q.S. Luqman/31:18).153

27

4. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan sangat efektif jika penerapannya dilakukan pada

peserta didik yang berusia kecil. Karena ia memiliki rekaman atau ingatan yang

kuat. Oleh karena itu, sebagai awal dari proses pendidikan dalam menanamkan

nila-nilai moral ke dalam jiwa anak. Hal ini merupakan infestasi dalam hidupnya

ketika usia remaja dan dewasa. Metode ini hendaknya dimulai pada usia sejak

bayi, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima

153

Ibid., h. 86.

Page 93: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

83

pengaruh lingkungan sekitarnya. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus

menerus, teratur dan terprogram, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah

kebiasaan yang utuh disertai dengan pengawasan.

Luqman mendidik anaknya dengan menerapkan metode pembiasaan

sebagimana kata ya‟izhuhû yaitu nasehat (Q.S. Luqman/ 31: 13). Bentuk kata ini

berberntuk fiil mudhari yang berarti menasehati secara terus menerus.154

154

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesa, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 10

(Jakarta: Lentera Hati, 2007 ), h. 298.

Page 94: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

84

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di bab sebelumnya,

yaitu penelitian tentang konsep parenting perspektif pendidikan Islam dengan

Mendasarkan pada Al-Qur‟an surah Luqman. Maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa point-point parenting dalam pendidikan Islam dan surah Luqman.

1. Konsep parenting berdasarkan Al-Qur‟an meliputi pendidikan anak dalam tiga

hal, yaitu pendidikan fisik, dalam Al-Qur'an dalam Surah At-Thalaq ayat 6 dan

Surah Al-Baqarah ayat 233 yang menjelaskan pentingnnya menafkahi seorang

isteri terutama ketika sedang hamil agar dapat menyusui bayi yang ada dala

kandungannya. Pendidikan selanjutnya adalah pendidikan intelektual, dalam

Al-Qur'an, seruan untuk memberikan pendidikan intelektual kepada anak dapat

disimak dalam beberapa ayat, seperti Surah At-Taubah ayat 122 dan Al-

Mujadalah ayat 11 dan Qur‟an Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang menjelaskan

pentingnya pendidikan intelektual pada anak, dan pendidikan spiritual sebagai

mana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 172 dan Surah Al-

Baqarah ayat 138 yang menjelaskan akan pentingnya pendidikan spiritual pada

anak.

2. Adapun point parenting dalam surah Luqman ayat 13 yaitu mengajarkan

kepada anak untuk menanamkan keyakinan bahwa Tuhan yang berhak

disembah hanya Allah SWT, tidak boleh menyekutukanNya dengan sesuatu

apapun. Pada ayat 14 dan 15 adalah mengajarkan kepada anak untuk berakhlak

Page 95: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

85

yang baik dan berbakti kepada kedua orangtua. Pada ayat 16 adalah

menumbuhkan perasaan kepada anak bahwa ia selalu berada dalam

pengawasan Allah SWT, dan semua perbuatan yang ia lakukan akan dibalas

dengan balasan yang setimpal. Pada ayat 17 adalah pengajaran kepada anak

agar ia menunaikan sholat. Pada ayat 18 adalah mengajarkan kepada anak

untuk tidak bersifat sombong dan angkuh. Pada ayat 19 adalah mengajarkan

kepada anak untuk berbicara dengan lembut dan tutur kata yang baik.

3. Makna dari Al-Qur‟an surah Luqman ayat 13-19 adalah bahwa kritera seorang

pendidik hendaknya senantiasa ikhlas, bertakwa, berilmu dan sabar dalam

mendidik. Kemudian adapun metode pendidikan yang dapat diambil dari kisah

Luqman adalah dengan metode nasehat, menjadi teladan, dialog atau tanya

jawab dan pembiasaan.

B. SARAN

Berawal dari melihat dan mempelajari peristiwa sosial yang terjadi di

masyarakat dalam lingkungan keluarga, terkait dengan pendidikan anak, dimana

perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, berdampak pada kurangnya

kesadaran orang tua dalam mendidik anak, sehingga menyebabkan rusaknya

moral dan akhlak pada generasi bangsa, maka dalam hal ini penulis mengajukan

saran-saran sebagai berikut:

1. Lembaga Pendidikan di Indonesia dalam hal ini sekolah harusnya lebih

memaksimalkan usaha dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Islam dengan

membangun kerja sama dengan lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat dengan melakukan pengawasan terhadap peserta didik dalam

Page 96: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

86

mengaplikasikan atau mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap

lingkungannya, tidak hanya dilingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan

keluarga dan masyarakat.

2. Orang tua dari peserta didik harusnya menyadari akan tugas dan kewajibannya

dalam mendidik anak sebagai lingkungan pendidikan pertama yang didapatkan

oleh peserta didik, tidak melepaskan diri dari kewajibannya dalam mendidik

anaknya dengan hanya menitip beratkan pendidikan anaknya pada lingkungan

pendidikan formal yaitu di sekolah.

3. Orang tua dari peserta didik harusnya sadar akan pentingnya memahami dan

mengamalkan bagaimana konsep atau cara orang tua dalam memberikan

pendidikan kepada anaknya berdasarkan konsep pendidikan Islam dan petunjuk

langsung dari Allah SWT melalui Firmannya di dalam Al-Qur‟an, agar peserta

didik dapat menerima haknya untuk mendapatkan Pendidikan dari orang

tuanya dengan baik dan benar.

Page 97: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim Adil Mustofa, 2007, Kisah Bapak dan Anak Dalam Al-Qur’an,

jakarta: Gema Insani.

Abdulkarim Amirullah Syaikh Abdulmalik bin (Hamka), 1981, Tafsir Al-Azhar

juzu XVIII,

Abdullah Husin, 2013, Model Pendidikan Luqman Al-Hakim, Kajian Tafsir

Sistem Penddikan Islam Dalam Surah Luqman, Yogyakarta: Insyira.

Abdurrahman Jamal,2002, Tumbuh di Bawah Naungan Ilahi, terj. Ghazali Mukri,

Yogyakarta: Media Hidayah.

Abdurrahman Khalid, 2010, Pedoman Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an dan

Sunnah (Tarbiyatul Abna’ wal Banat fi Dhau’il Kitab wa Sunnah),

Surakarta: Al-Aqwam.

Abu Anwar, 2009, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, Amzah.

Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, hadis nomor 418, juz 2, Beirut: Dar al-Ma'arif,

Adhim Mohammad Fauzil, 2006, Positive Parenting; Cara-Cara Islami

Mengembangkan Karakter Positif Pada Anak Anda, Bandung: Mizania.

Agustian Ary Ginanjar, 2002, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,

Jakarta: Penerbit Arga.

Al-Alusi, Tafsir Ruh al-Ma'ani, juz 6, Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.

al-Amir Najib Khalid, 2000, Mendidik Cara Nabi SAW, terj. M. Iqbal Haetami,

Bandung: Pustaka Hidayat.

Al-Baihaqi, Syu'b al-Iman li al-Baihaqi, juz 18, Beirut: Dar al-Ma'arif, t.th.

Al-Khal‟awi Muhammad dan Mursi Muhammad Sa‟id, 2007, Mendidik Anak

Dengan Cerdas, terj. Arif Rahman Hakim Cet. I, Sukaharjo: Insan Kamil.

Al-Khalidy Shalah, 2000, Kisah-kisan Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, Jakarta: Gema Insani Press.

Alwi Marjani, 2011, Materi dan Metode Pendidikan Agama bagi Anak Berusia di

Bawah Lima Tahun ( Balita), Cet. I, Makassar: Alauddin University Press.

Page 98: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

88

Amrullah H. Abdulmalik Abdulkarim, 1988, Tafsir al-Azhar, juz. 21, Cet. I,

Jakarta: Pustka

Anshori, 2013, Ulumul Qur’an, Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam, Cet. I,

Jakarta: Ciputat Pres.

Arifin M, 2000, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Ar-Rifa‟i Muhammad Nasib,2000, Kemudahan Dari Allah (ringkasan tafsir Ibnu

Katsir), Jakarta: Gema Insani.

Ash-Shabuny M. Ali, 2002, Cahaya Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kausar.

ash-Shiddieqy Hasbi, 1970, Tafsir Al-Qur’an madjied An-Nur Djuz XXI, Jakarta:

Bulan Bintang.

as-Sayyis Ali, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2, Mesir: Math'baah Muhammad Ali

Sabih, t.th.

As-Syu‟aibi Ali Syawakh Ishaq, 1995, Metode Pendidikan Al-Qur’an dan As-

Sunah,

Bajuri Muhammad, 2006, Dalam Seratus Cerita Tentang Anak, Jakarta:

Republika.

Barsihannor, 2009, Belajar dari Luqman al-Hakim Cet. I, Yokyakarta: Kota

Kembang, 2009.

Darajat Zakiyah, 1989, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Jakarta: Bulan Bintang.

Edy Ayah, 2014, Ayah Edy Punya Cerita, Bandung: PT. Mizan Publikasi.

EI Saha M. Ishom dan Saiful Hadi, 2005, Sketsa al-Qur’an : Tempat, Tokoh,

Nama dan Istilah dalam al-Qur’an, Cet. I, Jakarta: PT Listafariska Putra.

Fathurrohman Pupuh dan M. Sobry Sutikno, 2011, Strategi belajar mengajar

melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: PT

Refika Aditama.

Gunawan Heri, 2014, pendidikan Islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hasan Ahmad bin, Fath ar-Rahman li Thalib Ayat Al-Qur'an, Beirut: al-Ma'arif,

Page 99: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

89

Hasbiallah dan Moh sulhan,2015, “Hadis Tarbawi”, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2015

Horriyah, 2011, Kisah-kisah Sangat Misterius Super Ispiratif Dalam Al-Qur’an,

Jogjakarta: Bening.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/surah-luqman diakses pada hari Rabu, 10 Februari

2021 pukul 12:24 wita.

Huda Miftahul, 2008, Interaksi Pendidikan : 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, Cet.

I, Yokyakarta: UIN-Malang Press.

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, hadis nomor 3661, juz 11, Beirut: Dar al-Ma'arif

Jarir ar-Tabari Abu Ja'far Muhammad bin, Jami' al-Bayan an Ta'wil Ayat Al-

Qur'an,juz I, Beirut: Maqalah ad-Din.

Kementerian Agama Republik Indonesia, 1965, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Jakarta: Jammunu.

Madjid Nurcholish, 2004, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina.

Madjrie Abdurrahman, 2003, Meluruskan Aqidah, Jakarta: Khairul Bayan.Mizan.

Muhammad al-Qurtubi Abu Abdillah, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, juz 18, Kairo:

Dar al-Kitab.

Muhammad Quthb, 1993, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun,

Bandung: Al-Ma‟arif.

Muslim Life Style Community, 2011, Ensiklopedia Nabi Muhammad saw

Sebagai Pendidik, jilid 7, Jakarta: PT Lentera Abadi.

Nashih Ulwan Abdullah, 1993, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,

Semarang: asy-Syifa‟.

Nata Abuddin, 2015, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: Rajawali Pers.

Notowidagdo Rohiman, 2000, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadits,Panjimas.

Pribadi Sikun, 1987, Mutiara-Mutiara Pendidikan, Jakarta: Erlangga.

Rachman M. Fauzi, 2009, Anakku, ku Antarkan Kau ke Surga: Panduan Mendidik

Anak di Usia Balig, Bandung: Mizania.

Page 100: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

90

Sardiman A.M, 2013, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Bandung:

Rajawali Pers.

Shihab M. Qurais, 2001, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an,

Bandung: Rajawali

Shihab M. Quraish, 2007, Tafsir al-Misbah h: Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an, vol. 10, Jakarta: Lentera Hati.

Shihab Quraish, 2003, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-

Qur'an, , Vol. 2 Jakarta: Lentera Hati.

Shofi Ummi, 2007, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar; Kiat-Kiat Mendidik Anak

Ala Rasulullah, Sukarta: Afra Publising.

Solihah Lutfiatus, 2007, Panduan Lengkap Hamil Sehat, Yogyakarta: Diva Press.

Suma Muhammad Amin, 2014, Ulumul Qur’an , Jakarta: Rajawali Pers.

Surabaya: Yayasan Latimojong

.

Surakhmad Winarto, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar,Metode,Tekhnik,

cet ke-7, Bandung : Tarsito.

Surin Bachtiar, 1978, Terjemah dan Tafsir Al-Qur'an, Juz I, Bandung: Penerbit Fa

Sumatra.

Suwaid Muhammad Nur Abdul Hafidz, 2004, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj.

Salafuddin Abu Sayed, Solo: Pustaka Arafah.

Ulwan Abdullah Nahsih, 2012, Tarbiatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak

Dalam Islam, Solo: Insan Kamil.

Ulwan Abdullah Nashir, 2009, Mencintai dan Mendidik Anak Secara Islami,

Jogjakarta: Darul Hikmah.

Yaqien Abi M.F., Mendidik Anak Secara Islami, Jombang: Lintas Media tth.

Yulis Rama, 2001, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia.

yusuf Syamsu LN, 2002, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Zuhairinim, 2006, “Islam dan Pendidikan Keluarga, Dalam Mudjia Rahardjo

(ed), Quo Vadis Pendidikan Islam; Pembacaan Realitas Pendidikan Islam,

Sosial dan Keagamaan, Malang: UIN Malang Press.

Page 101: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muammar. Lahir di Tombolo, 04 Juli 1996 dari pasangan

Bapak Syamsu Alam S. dan Ibu Nurdiani. Penulis memulai

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Inpres Tombolo,

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa pada tahun

2002 dan tamat pada tahun 2008, kemudian di tahun yang

sama penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama Di

Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Datarang

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa dan tamat pada tahun 2011.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Datarang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten

Gowa dan lulus pada tahun 2014, kemudian pada tahun 2017 penulis melanjutkan

pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar penulis masuk ke

Pendidikan ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Makassar dan terdaftar sebagai

mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), pada program S1

Pendidikan Agama Islam. Penulis menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Konsep

Parenting Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dengan Mendasarkan Pada Al-

Qur’an Surah Luqman Ayat 13-19”

Page 102: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

92

LAMPIRAN

Dokumentasi Surat Izin dan Penyampaian

Page 103: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

93

Dokumentasi Surat Izin dan Penyampaian

Page 104: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

94

Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi

Page 105: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

95

Page 106: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

96

Hasil Cek Turniting

Muammar 105191108317 by Tahap Skripsi .

Submission date: 29-Jul-2021 02:27PM (UTC+0700)

Submission ID: 1625365593

File name: SKRIPSI_MUAMMAR-1.docx (630K)

Word count: 15158

Character count: 97622

Page 107: KONSEP PARENTING DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM …

97