22
KONSEP DASAR MEDIS 1.1. Pengertian - Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir, (YBp– sp, Hal : 709,2002) - Asfiksia neonatorum adalah hipoksia yang prograsif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/ kematian pada bayi fungsi. (JNPKKR-pogi, Hal: 347,2001) 1.2. Etiologi Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan perlu karena gangguan pertukaran gas, serta transpor O 2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O 2 dan dalam menghilangkan CO 2 , gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemi,

KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

  • Upload
    aligebe

  • View
    117

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

KONSEP DASAR MEDIS

1.1.     Pengertian

-         Asfiksia neonatorum adalah

keadaan dimana bayi tidak dapat

segera bernafas secara spontan

dan teratur setelah lahir, (YBp–

sp, Hal : 709,2002)

-         Asfiksia neonatorum adalah

hipoksia yang prograsif,

penimbunan CO2 dan asidosis.

Bila proses ini berlangsung

terlalu jauh dapat mengakibatkan

kerusakan otak/ kematian pada

bayi fungsi. (JNPKKR-pogi, Hal:

347,2001)

1.2.     Etiologi

Hipoksia janin yang

menyebabkan asfiksia

neonatorum terjadi karena

gangguan perlu karena gangguan

pertukaran gas, serta transpor O2

dari ibu ke janin sehingga

terdapat gangguan dalam

persediaan O2 dan dalam

menghilangkan CO2, gangguan

ini dapat berlangsung secara

menahun akibat kondisi atau

kelainan pada ibu selama

kehamilan, atau secara mendadak

karena hal-hal yang diderita ibu

dalam persalinan.

Gangguan menahun dalam

kehamilan dapat berupa gizi ibu

yang buruk, penyakit menahun

seperti anemi, hipertensi,

penyakit jantung, dan lain-lain.

Pada keadaan terakhir ini

pengaruh terhadap janin

disebabkan oleh gangguan oksi

genisasi serta kekurangan

pemberian zat-zat makanan

berhubungan dengan gangguan

fungsi plasenta. Hal ini dapat

dicegah atau dikurangi dengan

melakukan pemeriksaan

antenatal yang sempurna,

sehingga perbaikan sedini-

dininya dapat diusahakan.

Faktor-faktor yang timbul dalam

persalinan bersifat lebih

mendadak dan hampir selalu

mengakibatkan anoksia atau

hipoksia janin dan berakhir

dengan asfiksia

Page 2: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

1.3. Patofisiologi

Etiologi

 

Faktor IbuFaktor Janin

-          G3 hif - G3 aliran darah dalam tali

pusat karena tekanan tali pusat.

-          Hipotensi mendadak pada ibu - Depresi pernapasan

karena karena perdarahan. obat-obatan anestasia/ analgetika yang

diberikan kepada ibu.-          Hipertensi pada eklamsia.

- Perdarahan Intrakranial.

-          G3 mendadak pada plasenta - Kelainan Bawaan.

G3 aliran darah

  ↓ Perfusi O2 kejaringan → Sianosit ↓ Sirkulasi →

Sirkulasi darah ke paru↓

Nutrisi → Nutrisi ↓↓ PO2 darah ↑ PCO2

Kebutuhan ke janinSesak

Nutrisi kurang dari kabutuhan 

G3 pertukaran gas → Asidosis respiratorit → odem paru Perubahan

↓ pola nafas

↓ ↓ ↓ CO

HB – CO2 ↓ Metab. Anaerob ↑ As. Laktat

↓ ↓↓

Anemi Glikolisis glikogen Tonus otot ↓

tubuh (jant + hepar)↓

Penurunan perfusi jaringan ↓ daya tahan tubuh ↓

Intoleran aktifitas ↓ ↓

Resiko infeksi Asidosis metabolik

↓ ↓↓ glikogen jantung

mengenai otak↓ ↓

↓ Sel otot jantungKerusakan sel otak↓ ↓

↓ HR – TD – Bradikardi Kematian

↓ Cardic Output

Page 3: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

bayi, keadaan ini perlu dikenal, agar dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir, faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas :

1.2.1. Faktor-faktor dari pihak janin

seperti :

1.2.1.1.gangguan aliran darah dalam

tali pusat karena tekanan tali

pusat

1.2.1.2.depresi pernapasan karena obat-

obatan aektesia/ analgetika yang

diberikan kepada ibu, perdarahan

intrakranial, dan kelaian bawaan

(hernia diafragmatika, atresia

saluran pernapasan, hipoplasia

paru-paru, dan lain-lain).

1.2.2. Faktor-faktor dari pihak ibu

seperti :

1.2.2.1.gangguan his, misalnya

hipertoni dan tetani

1.2.2.2.hipotensi mendadak pada ibu

karena perdarahan misalnya pada

plasenta previa

1.2.2.3.hipertensi pada eklampsia

1.2.2.4.gangguan mendadak pada

plasena seperti solusio plasenta

1.4.    Gejala Klinis

TAMPILAN

0 1 2 NILAI

A Appearance

Warna kulit

Pucat

Badan merah ekstremitas kebiruan

Seluruh tubuh kemerahan

P Pulse

Denyut jantung

Tidak ada

< 100> 100

G Grimace

Reaksi terhadap rangsangan

Tidak ada

Menyeringai

Bersin / batuk

A Activity

Kontraksi otot

Tidak ada

Ekstremitas sedikit fleksi

Gerakan aktif

R Respiration

Pernafasan

Tidak ada

Lemah / tidak teratur

Menangis kuat

Jumlah NilaiAPGAR

Page 4: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Kerangan :0 – 3 : Asfiksia berat4 – 6 : Asfiksia sedang7 – 10 : Asfiksia ringan / Normal

Nilai APGAR

Nilai apgar bukan hanya dipakai untuk menentukan kapan kita memulai tindakan tetapi lebih banyak kaitannya dalam memantau kondisi bayi dari waktu ke waktu. Apabila ternyata terjadi penyulit atau gangguan kondisi vital pada bayi baru lahir, maka nilai tampilan dari tiap-tiap menit kehidupan bayi, dapat dijadikan tolak ukur perkembangan kondisi vital bayi, dapat dijadikan tolak ukur perkembangan kondisi vital bayi baru lahir sebagai berikut :

  Bagaimana kondisi bayi sesaat

setelah lahir, menit pertama,

menit kelima dan pada menit-

menit selanjutnya?

  Apakah kondisi bayi lebih baik

pada lima menit pertama atau

malah memburuk, jika

dibandingkan dengan menit

pertama lahirnya.

1.5.    Penatalaksanaan

Apgar score menit 1 : 0 – 3 1. Memperbaiki Ventilasi paru-

paru dengan memberikan Oksigen secara langsung dan berulang-ulang.

2.   Melakukan intubasi

Endotrakcal dan setelah kateter

dimasukkan ke dalam trakua, O2

diberikan dengan tekanan tidak

lebih dari 30 ml air.

3.   Massage jantung dikerjakan

dengan melakukan penekanan

diatas tulang dada secara teratur

80 – 100 x/menit.

Apgar score menit 1 : 4 – 6

1.      Melakukan stimulasi untuk

menimbulkan reflek pernafasan.

2.      Ventilasi dapat dikerjakan

dengan cara ventilasi mulut ke

mulut atau Ventilasi kantong ke

masker.

1.6. Prinsip Dasar Resusitasi

Gambaran umum dan prinsip-prinsip resusitasi telah dijelaskan mulai dari pendahuluan hingga perlengkapan yang diperlukan untuk resusitasi.

1.7.    Langkah Awal Resusitasi

Page 5: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Pelajaran Langkah awal meliputi :

         Penentuan apakah neonatus

memerlukan resusitasi.

         Membuka jalan nafas dan

mencegah hipotemi.

         Bagimana jika ketuban

mengandung mekonium.

         Memberikan oksigen aliran

bebas.

Dalam beberapa detik setelah

bayi 5 pertanyaan harus segera

dijawab/ ditentukan.

  Apakah cairan amnion dari

mekonium?

  Apakah bayi bernafas/ menangis?

  Apakah tonus otot baik?

  Apakah warna kulit kemerahan?

  Apakah bayi lahir cukup bulan?

Bila semua jawaban YA, bayi tidak perlu resusitasi. Mungkin hanya penghangatan dan pembersihan jalan nafas (mulut dan hidung) dari sisa-sia sekret/ air ketuban.

Bila salah satu dari

pertanyaan diatas ada yang

dijawab TIDAK, bayi

memerlukan resusitasi! Dimulai

dengan Langkah Awal Resusitasi

yaitu :

1. Berikan kehangatan.

2.       Posisikan bayi sedikit

ekstensi/ tengadah.

3.       Bersihkan jalan nafas.

4.       mengeringkan tubuh dari air

ketuban.

5.       reposisi sedikit ekstensi/

tengadah.

6.       rangsang taktil.

7.       pemberian oksigen aliran

bebas.

Memberikan kehangatan :

Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas. Biarkan bayi telanjang agar panas dari alat pemancar panas dapat mencapai bayi dan untuk mendapat pandangan penuh pada bayi.Meletakkan bayi dengan sedikit

menengadah kepalanya :

Bayi diletakkan terlentang

atau miring dengan kepala sedikit

tengadah (extansi). Dengan

demikian posisi farings, larings

dan trakea dalam satu garis lurus.

Pada posisi ini jalan nafas

terbuka dan mudah dilakukan

ventilasi dengan balon-sungkup.

Page 6: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Intubasi endotrakeal juga

dilakukan pada posisi telentang

dan sedikit tengadah. Untuk

mempertahankan posisi sedikit

tengadah ini, letakkan gulungan

kain/ handuk dibawah bahu.

Bersihkan jalan nafas

Untuk persalinan dimana

ketuban mengandung

mekonium :

Bila terdapat mekonium

dalam ketuban, petugas yang

menolong persalinann harus

menghisap cairan dari mulut,

farings dan hidung bayi sebelum

bahu dilahirkan, agar bayi tidak

mengalami aspirasi mekonium

jika bayi menangis/ bernafas

sesaat setelah lahir. Kemudian

bayi dilahirkan dan harus segera

dinilai “bugar” atau “tidak

bugar” (tidak bugar : apneu/

gasping, tonus otot jelek,

frekuensi jantung <

100/menit).

Jika bayi tidak bugar harus

dilakukan pernghisapan

mekonium dari trakea (dengan

cara laringoskopi dan intubasi

trakea, kemudian cabut pipa

endotrakeal sambil melakukan

penghisapan). Prinsipnya kita

harus membersihkan jalan nafas

dulu sebelum memberikan nafas

buatan.

Untuk persalinan dimana

ketuban tidak mengandung

mekonium :

Bila tida ada mekonium,

lahirkan bayi kemudian hisap

lendir dari mulut bayi terlebih

dahulu, selanjutnya penghisapan

dilakukan melalui hidung kiri-

kanan. Jangan menghisap terlalu

dalam, terlalu lama atau terlalu

kuat (gunakan kekuatan

penghisapan – 100 mmHg).

Penghisapan terlalu dalam/ lama

mengakibatkan bradikardi.

Mulut dihisap terlebih

dahulu sebelum hidung, karena

penghisapan hidung merangsang

bayi bernafas dan akan terjadi

aspirasi jika farings belum bersih.

Page 7: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Mengeringkan :

Pengeringan membantu

mengurangi kehilangan suhu

tubuh dan juga merupakan

rangsangan agar bayi bernafas/

menangis. Jika ada 2 penolong

bisa dilakukan bersama tindakan

pembersihan/ pembebasan jalan

nafas (posisi sedikit tengadah,

penghisapan sekret). Handuk

yang digunakan untuk

mengeringkan harus diganti

dengan yang baru/ masih kering

dan hangat sebagai selimut.

Rangsang taktil :

Setelah bayi dibebaskan/

dibersihkan jalan nafasnya dan

dikeringkan tetap apnea/ tidak

menangis, berikan rangsang taktil

agar bernafas/ menangis.

Cara rangsang yang aman :

         menepuk atau menyentil

telapak kaki.

         Menggosok punggung, perut,

atau ekstremitas bayi.

Rangsangan berbahaya

Akibat yang bisa terjadi

Menepuk

punggung

Perlukaan

Patah tulang,

Menekankan

rongga dada

Menekankan

dada ke perut

Mendilatasi

sfingter ani

Kompres

dingin, panas

Mengguncang-

guncang tubuh

pneumothorax,

distres nafas

Pecahnya hati,

limpa

Sfingter ani

robek

Hipo/ hipertemi

Kerusakan otak

Pemberian oksigen aliran

bebas :

Jika bayi bernafas tapi penilaian warna kulit menunjukkan adanya sianosis sentral (mukosa bibir, lidah kebiruan), berikanlah oksigen aliran bebas 100% sampai sianosis sentral hilang.

Setelah menghangatkan,

memposisikan, membersihkan

jalan nafas, mengeringkan,

memberikan oksigen bila perlu,

kita melakukan penilaian untuk

menentukan tindakan lebih

lanjut.

Penilaian bayi baru lahir ini

meliputi :

Pernafasan :

Page 8: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan seperti apneu.

Jika pernafasan telah

efektif/ menangis, kita

melangkah ke penilaian

selanjutnya.

Frekuensi jantung :

Frekuensi denyut jantung harus > 100/menit. Cara yang termudah dan cepat adalah meraba pulsasi pada pangkal tali pusat. Cara lain dengan stetoskop mendengarkan denyut jantung. Kerugian cara ini, kita harus menghentikan ventilasi.Kita menghitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = frekuensi denyut jantung selama 1 menit). Cara ini tujuannya untuk tidak membuang waktu. Jika FJ (frekuensi jantung) < 100/menit, lakukan VTP (ventilasi tekanan positif) meskipun nafas sudah spontan. Jika FJ > 100/menit kita melangkah ke penilaian selanjutnya.

Warna kulit :

Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.

Jika masih ada sianosis

sentral, berikan oksigen aliran

bebas 100% hingga sianosisnya

hilang. Jika tidak juga hilang

(sianosis sentral yang menetap),

coba lakukan VTP + oksigen

100% hingga sianosis sentral

hilang.

II. KONSEP DASAR ASKEP

1.       Pengkajian

1.1.     Identitas

Terutama terjadi pada menit-

menit pertama bayi baru lahir

sampai beberapa hari.

1.2.     Riwayat Penyakit

1.2.1. Keluhan Utama

Tidak bernapas secara spontan.

1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Napas tersengal-sengal dan tangisan bayi tidak begitu keras, warna kulit pucat tidak aktif.

1.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya predisposisi terjadi asfiksia partus lama, tali pusat terjepit.

1.3.     Activity Daily Life (ADL)

1.3.1. Nutrisi

Kebutuhan ASI/ cairan/ susu pada bayi pada hari pertama bayi

Page 9: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

lagi banyak tidur terjadi penurunan berat badan 10% BBVL kembali 7 – 10 kg.

1.3.2. Eliminasi

Mekonium

1.3.3. Istirahat Tidur

Lebih banyak tidur.1.3.4. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum lemah, Asfiksia berat Apgar 0- 3; Asfiksia sedang Apgar 4 – 6.

1.3.5. Pemeriksaan Fisik

TAMPILAN

0 1 2 NILAI

A Appearance

Warna kulit

Pucat

Badan merah ekstremitas kebiruan

Seluruh tubuh kemerahan

P Pulse

Denyut jantung

Tidak ada

< 100> 100

G Grimace

Reaksi terhadap

Tidak ad

Menyeringai

Bersin / batuk

rangsangan

a

A Activity

Kontraksi otot

Tidak ada

Ekstremitas sedikit fleksi

Gerakan aktif

R Respiration

Pernafasan

Tidak ada

Lemah / tidak teratur

Menangis kuat

Jumlah NilaiAPGAR

2.       Diagnosa Keperawatan

1.         Inefektif bersihan/ pola nafas/ kerusakan pernafasan sehubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernafasan.

2.         Resiko terjadi infeksi

sehubungan dengan pemotongan

tali pusat.

3.         Intoleransi aktivitas

sehubungan dengan iritabilitas

sistem saraf pusat.

4.         Perubahan perfusi jaringan

renal sehubungan dengan

hipovolemia iskemia.

5.         Cardiac output sehubungan

dengan edema paru.

Page 10: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

6.         Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan

dispenea

3.       Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan I

Tujuan : Mempertahankan

efektifitas pernafasan

Kriteria hasil :

1.      Tidak ada sekret

2.      Tidak ada gerakan cuping

hidung

3.      Tidak ada tarikan intrcostae

Intervensi :

1.      Monitor pola dan fungsi nafas

R/ Mendeteksi kelainan

pernafasan lebih lanjut

2.      Lakukan penghisapan lendir

R/ Menjaga kebersihan jalan

nafas

3.      Pasang selang oksigen

R/ Memenuhi kebutuhan oksigen

4.      Berikan penjelasan kepada ibu

dan keluarga tentang penyebab

sesak dan cara mengatasi

R/ Mengurangi kecemasan ibu

dan keluarga serta kooperatif

dalam tindakan

5.      Atur posisi bayi

R/ Memberikan rasa nyaman

Diagnosa Keperawatan II :

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

1. Sign dan symptom tidak

menunjukkan infeksi

sistemik

-          Tanda-tanda sepsis

-          Tanda-tanda apnea, dispnue

-          Tanda-tanda panas yang tidak

stabil

-          Tanda-tanda cianosis

2. Hitung darah normal

lengkap ketika melahirkan

Intervensi :

1.         Menilai parameter dan

memberikan intervensi untuk

menunjang BBL dilakukan

secara berkelanjutan.

Memonitor jantung ke paru-paru

2.         Memonitor hitung darah

3.         Berikan antibiotik sesuai

perintah dokter

4.         Catat peningkatan dan

penurunan suhu

Rasional :

Page 11: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Neonatus sangat rentang dengan

resiko infeksi-asfiksia mungkin

merupakan hasil dari infeksi.

Diagnosa Keperawatan III

Tujuan : Aktifitas optimal

Kriteria hasil :

1.      Tidak menunjukkan desaturasi/

bradikardi

2.      Merasa nyaman dengan terapi

yang diberikan

3.      Menunjukkan posisi yang

nyaman

Intervensi :

1.      Sediakan stimulasi lingkungan

seminimal mungkin

2.      Monitor TTV

3.      Beri tanda-tanda “diharap

tenang”

4.      Berikan penerangan yang

cukup sebanyak yang dapat

ditoleransi pasien

5.      Tidak terlalu sering

menggerakkan bayi

6.      Monitor TTV

7.      Berikan posisi pronasi/

telentang sesuai dengan indikasi

8.      Sediakan selimut, bantal

Rasional :

Suasana di ruang perawatan

neonatus biasanya garuh terlebih

tiba bayi/ neonatus tersebut

sangat sakit.

Diagnosa keperawatan IV

Tujuan : Perfusi jaringan baik

Kriteria hasil :

1.      Mempertahankan output yang

normal

2.      Urine normal

3.      Kandungan darah normal

Intervensi :

1.      Mempertahankan output dan

input

2.      Pemberian diuretic dan input

3.      Memonitor hasil lab urine

4.      Menurunkan kadar proterin,

glukosa, elektrolit, eritrosit urine

5.      Memonitor kadar darah

6.      Memberikan perawatan

dengan pemberian obat nefrotik

(gentamisin)

Rasional :

Selama periode asfiksia darah

mengalir dari ginjal ke organ

vital, meningkatkan potensial

iskemia.

Page 12: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

Diagnosa Keperawatan V

Tujuan : Cardiac output adekuat

Kriteria hasil :

1.      Nadi dan tekanan darah normal

2.      HR dalam rentang normal

3.      Menunjukkan sirkulasi perifer

yang normal

-          Capilary refill time < 3 detik

-          Nadi kuat

-          Tidak ada bercak-bercak

4.      Sirkulasi volume normal

-          Intake dan output seimbang

-          Urine output norma

-          CVP normal

Intervensi :

1.      Memonitor TTV (RR. Tekanan

darah, suhu) sesuai indikasi

2.      Monitor perfusi jaringan tiap 2

– 4 jam

3.      Monitor nadi perifer tiap 4 jam

4.      Berikan terapi iv dan

vasodilator sesuai indikasi

5.      Monitor intake dan output,

timbang popok

6.      Nilai CVP, tekanan darah tiap

jam

Rasional :

Asfisika dapat menyebabkan

kerusakan pada otot-otot jantung

yang disebabkan cardiac yang

menimbulkan masalah pada

perfusi jaringan. Pergantian

cairan pada ruang interstisial

menurunkan volume sirkulasi,

perfusi jaringan yang adekuat

menyediakan O2 dan nutrisi

memungkinkan fungsi sel

kembali normal.

Diagnosa Keperawatan VI

Tujuan : kebutuhan nutrisi

adekuat

Kriteria hasil :

-          Mencapai status nutrisi

normal dengan BB yang sesuai

-          Mencapai keseimbangan

intake dan output

-          Mencapai kadar gula darah

normal

-          Bebas dari adanya

komplikasi GI

-          Lingkar perut stabil

-          Pola eliminasi normal

Intervensi :

1.      Timbang berat badan tiap hari

Page 13: KONSEP DASAR MEDIS asfiksia.doc

R/ mendeteksi adanya penurunan

atau peningkatan berat badan

2.      Berikan glukosa 5 – 10%

banyaknya sesuai umur dan berat

badan

R/ diperlukan keseimbangan

cairan dan kebutuhan kalori

secara parsial.

3.      Monitor adanya hipoglikemi

R/ masukan nutrisi inadekuat

menyebabkan penurunan glukosa

dalam darah.

4.      Monitor adanya kompliksi GI

-          Distress

-          Konstipasi/ diare

-          Frekuensi muntah

R/ mempertahankan nutrisi cukup

energi dan keseimbangan intake

dan output.

4. IMPLEMENTASI

Implementasi disesuaikan dengan

intervensi

5. EVALUASI

Evaluasi disesuaikan dengan

kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono (2001), PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL, JNPKKR-POGI , Edisi 4, Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono (2002), ILMU KEBIDANAN, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Edisi 3, Jakarta

Carpenito, Linda Jual (2001), DIAGNOSA KEPERAWATAN, EGC, Jakarta

Depkes, (2000), PELATIHAN ASUHAN BERSIH DAN AMAN, KANWIL DEPKES PROP. JAWA TIMUR, Jakart