21
KONSEP MEDIS 2.1 Pengertian Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ) Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ) Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi. b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor. Berdasarkan penyebabkannya : a. Rhinitis alergi Pengertian Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran

KONSEP MEDIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP MEDIS

KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro,

2005 )

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan

menjadi dua:

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa

hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.

Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali

terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan

musim semi.

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

Berdasarkan penyebabkannya :

a. Rhinitis alergi

Pengertian

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh

perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa

saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,

serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang

mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat

mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang

menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan

semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.

( www. Google.com )

Page 2: KONSEP MEDIS

Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan

setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.

(Dorland,2002 )

Etiologi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi

yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen

hingga 1 jam setelahnya

Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat

jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24

jam.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu

rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur

Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,

telur, coklat, ikan dan udang

Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau

sengatan lebah

Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,

misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap

besar :

1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik

2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,

system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen

berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena

defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier

3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan

Page 3: KONSEP MEDIS

Manifestasi Klinis

1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih

dari 6 kali).

2. Hidung tersumbat.

3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya

bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan

jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

Patofisiologi

Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada

mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu

individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin

lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil,

eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi

fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang,

gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan

hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan.

(Behrman, 2000).

When to see an allergy/asthma specialistPenatalaksanaan

Hindari kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari

kontak dengan alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi

makanan).

Simptomatik : Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan

kortikosteroid

o Antihistamin

Page 4: KONSEP MEDIS

Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral

dibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai

antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai

antihistamin nonsedatif.

Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami

gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping

yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek

antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi.

Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan

tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.

Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar

allergen. Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai

efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek

sedative yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.

O Dekongestan

Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi

pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi.

Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray.

Penggunaan dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi

secara sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang

lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan

obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan

antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu

penggunaan obat ini memerlukan konseling bagi pasien.

Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun

durasinya biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah

pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat

walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati

digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah

Page 5: KONSEP MEDIS

ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini

rasional karena mekanismenya berbeda.

O Nasal Steroid

Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk

rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.

Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium

bromida.

Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang

mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi

inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.

Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan

hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang

gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan.

Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.

Macam-Macam Rinitis alergi

Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:

1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)

Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari

luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk

penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

Gejala:

Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik

secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata

berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala,

batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan

Page 6: KONSEP MEDIS

nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata

bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung

membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung

tersumbat.

Pengobatan

Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.

Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya

pseudoephedrine atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan hidung tersumbat.

Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara

ketat.

Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada

hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin

tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid.

Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan gejala, maka

diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari.

2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa

(tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah

misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat

Gejala

Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik

secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata

berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala,

batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan

nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan

hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan

hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba

eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-

anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

Page 7: KONSEP MEDIS

Pengobatan

Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.

Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoefedrin

atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan

pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat.

Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada

hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin

tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid;

tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut).

Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa

diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa

memperburuk atau memperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan

pembedahan untuk membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.

Seseorang dapat mengalami rhinitis kombinasi antara dua jenis tersebut. Masih ada

satu lagi jenis rhinitis alergi, yaitu : Rhinitis alergi occupational adalah Rhinitis yang

terkait dengan pekerjaan. Paparan allergen didapat di tempat bekerja. Biasanya

dialami oleh orang yang bekerja dekat dengan binatang. (Sheikh, 2008)

b. Rhinitis Non Alergi

Pengertian

Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis

bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma,

dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral,

kokain dan anti hipertensif.

Gejala

Kongesti nasal

Rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis)

Gatal pada nasal

Bersin-bersin

Sakit kepala

Page 8: KONSEP MEDIS

Terapi Medik

Pemberian antihistamin

Dekongestan

Kortikosteroid topikal

Natrium kromolin

Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut :

Rinitis vasomotor

Pengertian

Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung

yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.(www. Google.com).

Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergisehingga sulit

untuk dibedakan.

Etiologi

Belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangn

vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :

Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti:

ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.

Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi,

dan bau yang merangsang

Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme

Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)

Manifestasi klinis

Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi pasien. Terdapat

rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak

Page 9: KONSEP MEDIS

disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena

perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea.

Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung,

konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau

berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada

golgongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak.

( kapita)

Patofisiologi

Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi

dilatasi pembuluh darah dalm konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi

kelenjar, sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan sebaliknya.( kapita)

Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaaan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Kadang

ditemukan juga eosinofil pada sekret kulit tetapi jumlahnya sedikit. Tes kulit biasnya negatif.

Penatalaksanaan

Di cari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan disingkirkan kemungkinana

rhinitis alergi. Terapi bervariasi, tergantung faktor penyebab dan gejala yang menonjol.

Secara umum terbagi atas :

Menghindari penyebab

Pengobatan simtomatis, dengan obat dekongestan oral dan kortikosteroid topikal

Operasi, dengan bedah beku, elektrokauter, atau konkotomi konka inferior

Neurektomi nervus vidianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika cara-cara di

atas tidak berhasil. Operasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat.

(kapita )

Pengobatan

Page 10: KONSEP MEDIS

Pengobatan Rinitis Vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan gejala yang

menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam:

1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )

2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :

Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan

hidung tersumbat. Contohnya: Pseudoephedrine dan Phenylpropanolamine

(oral) serta Phenylephrine dan Oxymetazoline (semprot hidung ).

Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.

Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin-

bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator

vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2 minggu sebelum

dicapai hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal : Budesonide,

Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone

Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan

utamanya.Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )

3. Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal ) :

Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat

pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).

Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior

turbinate )

Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )

Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)

Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy )

Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy )

Rinitis Medikamentosa

Pengertian

Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon

normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes

hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga

menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan

oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).

Page 11: KONSEP MEDIS

Gejala dan Tanda

Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan

konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema

konka tidak berkurang.

Terapi

1. Hentikan pemakaian obat tetes dan sempror hidung.

2. Untuk mengatasi sunbatan berulang, beri kortikosteroit secara penurunan bertahab

dengan menurunkan dosis 5 mg setiap hari.(misalnya hari 1: 40 mg, hari 2: 35 mg

dan seterusnya).

3. Obat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefredin). Apabila dengan cara

ini tak ada perbaikan setelah 3 minggu pasien dirujuk ke dokter THT.

Rhinitis Atrofi

Pengertian

Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi

progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret

kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering

mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk.

Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.

Etiologi

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh

kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian

stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A,

sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan

dengan trauma atau terapi radiasi.

Manifestasi klinis

Page 12: KONSEP MEDIS

Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau

(sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau,

gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan

media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.

Pemeriksaan penunjang

Dapat dilakukan transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme

uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi

darah. Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia

hilang, metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar

degenerasi dan atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.

Penatalaksanaan

Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan

etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara

konservatif dapat diberikan

1. Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala hilang.

2. Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan

betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat

3. Vitamin A 3x50.000 unit selama 2 minggu

4. Preparat Fe

5. Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.

2.2 Komplikasi

Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip

hidung.

Page 13: KONSEP MEDIS

Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan

terutama kita temukan pada pasien anak-anak.

Sinusitis kronik

Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi

melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

2.3 Discharge planning

Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan spt (debu,

asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)

Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.

Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan.

Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.

Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun thd hidung

2.4 PNP

Alergen

Dihirup

Diendapkan pada mukosa

Allergen larut

Ig E

Reaksi allergen

Hipeesponsitivas hidung

Masuknya benda asing

Infeksi saluran nafas atas

Inflamasi mukosa

RHINITIS

Perineal

Vasomotor

Medikamentosa

Page 14: KONSEP MEDIS

Atropik

Kerusakan sel plasma mukosa

Rangsangan saraf parasimpatis

Pemakaian vasokontriktor topikal

Atropi progesif tulang dan mukosa

Dilatasi pembuluh darah

Terlepasnya

asetil kolin

G3 respon normal vasomotor

Peningkatan sekresi

Rhinore

Gangguan konsep diri

Dilatasi pembuluh darah

Fase dilatasi

Kongesti jaringan

Peningkatan mukosa dan rangsangan sel-sel mukoid

Penyumbatan

G3 pola istirahat

Ketidak efektifan jalan nafas

Perubahan mokosa

Infeksi

Oedem konka

Drainage sekret terganggu

Silia rusak

Pertumbuhan bakteri

Page 15: KONSEP MEDIS

PK: Sinusitis kronik