24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi 1

Komunitas kesehatan kerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Komunitas kesehatan kerja

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23

dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan

di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,

mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika

memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke

dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan

dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi

juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak

pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-

bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,

kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber

cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan

psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa

dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada

di lingkungan RS.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa

terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang

sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka

bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan

kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing,

bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries:

2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%;

dan lain-lain: 12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium

Statistics, 1983). Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa

kasus penyakit kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia

1

Page 2: Komunitas kesehatan kerja

(kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan

urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.

Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS

lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit,

saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,

gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,

penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,

meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola

dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan

sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari keperawatan kesehatan komunitas dan kesehatan lingkungan di

Rumah Sakit ?

2. Bagaimana kondisi lingkungan kesehatan di Rumah Sakit?

3. Bagaimana perlindungan terhadap pasien?

4. Bagaimana peranan rumah sakit dalam K3?

5. Bagaimana cara perlindungan lingkungan rumah sakit dan pengelolaan sampah?

6. Bagaimana tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas kerja di

rumah sakit?

7. Bagaimana fungsi dan peran perawat dalam K3 di rumah sakit?

1.3 Tujuan

1 Mampu menjelaskan definisi dari keperawatan kesehatan komunitas dan kesehatan

lingkungan di Rumah Sakit.

2 Mampu menjelaskan kondisi lingkungan kesehatan di Rumah Sakit

3 Mampu menjelaskan perlindungan terhadap pasien

4 Mampu menjelaskan peranan rumah sakit dalam K3

5 Mampu menjelaskan cara perlindungan lingkungan rumah sakit dan pengelolaan

sampah

2

Page 3: Komunitas kesehatan kerja

6 Mampu menjelaskan tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas

kerja di rumah sakit

7 Mampu menjelaskan fungsi dan peran perawat dalam K3 di rumah sakit

1.4 Manfaat

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang manajemen kesehatan perawat di Rumah

Sakit dan cara menanggulangi.

3

Page 4: Komunitas kesehatan kerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan,

kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul

Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :

a. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,

penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang

terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga,

ataupun masyarakat dan ekosistem.

b. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai

dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap

unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan

tingkat sistem tubuh.

c. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih

sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling

ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting

untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan

khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan

masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan

masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan

kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan

bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai

masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok

4

Page 5: Komunitas kesehatan kerja

resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien

sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).

Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu

sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan

dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas

ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada

kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas

adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara

keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,

serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan

dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh

dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

2.1.2. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Lingkungan adalah pengukuran, evaluasi dan pengendalian

faktor-faktor dalam lingkungan kita yang berpengaruh pada kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat.. Kesehatan Kerja adalah aspek Kesehatan Lingkungan,

yang menyangkut dirinya dengan interaksi antara tempat kerja dan kesehatan

pekerja.

Orang memiliki hak untuk mengharapkan dan memastikan bahwa ada

tingkat yang memadai kontrol atas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi

kesehatan diri mereka. Setiap masyarakat harus memiliki hak untuk minum air

bersih, untuk menghirup udara yang aman, untuk makan makanan yang aman,

untuk tinggal di tempat yang aman, untuk memiliki tempat kerja yang aman di

mana untuk mendapatkan penghasilan, dan komunitas yang aman untuk hidup.

5

Page 6: Komunitas kesehatan kerja

2.2 Lingkungan Kesehatan Rumah Sakit

Rumah sakit yang besar, merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi

menimbulkan penyakit akibat kerja bagi karyawannya, seperti terpapar : berbagai bahan

kimia, biologi, ergonomi dan psikologis bahaya fisik. Jadi isu-isu Kesehatan dan

Keselamatan yang berkaitan dengan keselamatan pribadi dan perlindungan pekerja

adalah sangat penting Rumah sakit juga memainkan peran integral dalam perlindungan

masyarakat melalui isu-isu yang lebih luas termasuk cedera dan pencegahan penyakit,

pengawasan kesehatan dan pemberitahuan penyakit, dan manajemen bencana. Akhirnya,

rumah sakit juga peduli dengan perlindungan lingkungan melalui pengelolaan sampah

strategi mereka, dan khususnya, pengumpulan dan pembuangan limbah terkontaminasi.

Oleh karena itu, diskusi tentang Kesehatan Lingkungan masalah yang

berhubungan dengan rumah sakit dapat dengan mudah dibagi menjadi 4 bagian

perlindungan: perlindungan pasien, perlindungan penduduk (komunitas), serta

lingkungan dan perlindungan tubuh.

1. Perlindungan Pribadi – Bahaya Fisik

a. Radiasi

Ada berbagai bahaya radiasi yang berkaitan dengan pencitraan medis (x

ray, scan nuklir memanfaatkan isotop radioaktif) dan onkologi radiasi yang

memanfaatkan radiasi pengion dari berbagai sumber untuk mengobati berbagai

tumor ganas. Sumber-sumber ini termasuk (i) sumber tertutup yang mengandung

bahan radioaktif seperti isotop radium, kobalt dan strontium, dan (ii) akselerator

linear memancarkan gelombang pendek panjang gelombang gamma.

b. Back Injury

Staf rumah sakit dan terutama perawat rentan untuk terkena cedera

terutama saat member perawatan pada pasien. Rumah sakit sekarang diminta

untuk memberikan pelatihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan perawat.

2. Perlindungan Pribadi – Bahaya Kimia

Bahan kimia beracun yang digunakan di rumah sakit meliputi:

Industri pembersih yang digunakan oleh staf kebersihan.

6

Page 7: Komunitas kesehatan kerja

Sterilisasi Kimia, di gluteraldehyde khususnya digunakan untuk sterilisasi

endoskopi dan peralatan lainnya yang tidak bisa disterilisasi uap.

Bahan pengawet seperti formaldehida digunakan untuk menyimpan dan

memelihara jaringan tubuh sebelum histopatologi.

Reagen kimia yang digunakan di rumah sakit Laboratorium Patologi.

Obat sitotoksik membutuhkan persiapan sebelum pemberian parenteral untuk

pasien kanker.

Pengolahan bahan kimia untuk pengembangan film X-ray.

Prinsip hirarki untuk mengendalikan bahaya kimia dengan baik, meliputi :

Eliminasi (menggunakan proses alternatif atau strategi misalnya pakai.).

Substitusi (menggunakan bahan kimia beracun).

Isolasi (menjaga kimia yang relevan dalam satu daerah terisolasi jika

memungkinkan).

Enclosure atau Lampiran (misalnya asap lemari gluteraldehyde, persiapan

kandang untuk sitotoksik, mesin anestesi sirkuit tertutup dengan pembilasan dari

emisi gas buang).

Ventilasi (X-ray prosesor).

Perlindungan personal (sarung tangan, kacamata, plastik dll gaun yang sesuai).

Personal hygiene atau kebersihan pribadi (mencuci tangan setelah digunakan).

General cleanliness (membersihkan tumpahan, penyimpanan yang sesuai, dll).

Sekali lagi, staf yang relevan harus memiliki pelatihan dan pendidikan dalam

penggunaan salah satu bahan kimia, dan harus diberitahu tentang setiap bahaya yang

termasuk risiko rendah.

3. Perlindungan Pribadi – Bahaya Biologi

Pengelolaan bahaya biologi seharusnya secara komprehensif tercakup dalam

rumah sakit Pengendalian Infeksi Manual, dengan kebijakan dan prosedur yang

dikembangkan dan dipantau oleh Komite Pengendalian Infeksi . Ada 3 mode penting

penularan penyakit dari pasien ke staf:

7

Page 8: Komunitas kesehatan kerja

a. Paparan aerosol dan droplet

Termasuk virus infeksi saluran pernapasan bagian atas, campak dan TB.

Tindakan pencegahan termasuk

(1) menjaga jarak (> 1m) dari frontal batuk sebanyak mungkin

(2) mencuci tangan setelah setiap kontak dengan pasien dan terutama

menghindari menggosok mata sebelum dicuci

(3) masker wajah filtrasi tinggi (di mana berlaku - umumnya tidak praktis dalam

pengaturan pasien rawat jalan)

(4) mengisolasi pasien rawat inap di ruang tekanan udara negatif.

b. Skin contact exposure-includes Staphylococcus aureus and Varicella .

Pencegahan membutuhkan gaun pelindung dan sarung tangan.

c. Paparan cairan menular melalui kulit, mata, selaput lendir, dan paparan

parenteral-termasuk hepatitis B, hepatitis C, dan HIV dari semua cairan tubuh

kecuali keringat, serta gastroenteritis dan hepatitis A dari cairan tinja. Tindakan

pencegahan termasuk kewaspadaan universal (sarung tangan, gaun, kacamata dan

masker), dan pengelolaan yang sesuai benda tajam, tumpahan, dan limbah

terkontaminasi.

Pencegahan diri dari paparan biologi adalah :

a. Mencuci tepat untuk mulut, mata atau paparan kulit

b. Bantuan pertama untuk menangani cedera benda tajam

c. Profilaksis untuk eksposur risiko tinggi

d. Insiden pelaporan.

4. Perlindungan Pribadi – Bahaya Psikologis

Rumah sakit adalah tempat stres bagi pasien yang sakit dan terluka dan

keluarga mereka. Namun pegawai di Rumah Sakit juga bisa stres karena faktor-faktor

berikut:

a. Kerja Shift, bertugas panggilan, kelelahan

b. Beban kerja dan permintaan tinggi.

c. Pelecehan atau ancaman verbal dari pasien tidak puas atau mabuk.

8

Page 9: Komunitas kesehatan kerja

d. Tingginya atau harapan yang tidak realistis dari supervisor dan manajemen.

e. Terdapat masalah pada pekerjaan atau hubungan kerja interpersonal.

f. Frustasi karena sumber daya yang terbatas

Rumah Sakit adalah bagian dari permintaan yang tinggi, industri jasa harapan

yang tinggi dan sangat bergantung pada staf untuk, aman, efektif dan efisien layanan

pengiriman ramah. Untuk mengoptimalkan produktivitas dan sikap staf, manajemen

senior harus berkomitmen untuk memastikan iklim organisasi yang kondusif dengan

semangat staf yang tinggi, prioritas yang jelas dan arah, tujuan kinerja realistis dan

beban kerja, komitmen terhadap pendidikan yang berkelanjutan dan jaminan kualitas,

resepsi untuk umpan balik staf, dan dukungan dengan layanan konseling bagi staf

menekankan semua komponen penting.

2.3 Perlindungan Terhadap Pasien

Cedera pencegahan untuk pasien mungkin memerlukan beberapa intervensi

berikut jika diperlukan:

a. Ketekunan dalam menjaga tempat tidur khususnya untuk pasien-pasien dengan

keadaan tidak sadar

b. Kamar Mandi bantu toilet / khususnya untuk orang tua

c. Perawat dan mobilisasi fisioterapi

d. Berjalan bantu bagi penyandang cacat, dan selama pemulihan.

e. terapi home care untuk bantuan rumah.

2.3.1 Keamanan Pangan

Dapur Rumah Sakit menyiapkan makanan untuk pasien rawat inap Hal ini

jelas penting bahwa makanan penyimpanan, penanganan dan persiapan dilakukan

dengan standar tertinggi dan tak menimbulkan resiko bagi sakit atau

dikompromikan pasien sudah. Di dapur, Catering Supervisor bertanggung jawab

untuk mendokumentasikan dan mengelola pangan rencana rumah sakit, dan

laporan melalui Hotel Manajer Pelayanan kepada Direktur Layanan Korporasi.

9

Page 10: Komunitas kesehatan kerja

2.4 Peranan Rumah Sakit

Rumah sakit jelas memiliki peran besar dalam pengelolaan bencana di mana

mereka menghasilkan bencana di beberapa korban. Prosedur untuk mobilisasi sumber

daya untuk

(1) menerima dan triase

(2) menilai, resusitasi dan menstabilkan

(3) menyediakan perawatan definitif untuk dan memfasilitasi transfer antar-rumah sakit

pasien harus secara jelas didokumentasikan dalam bencana eksternal rencana

tersebut rumah sakit.

Komite Rumah Sakit Bencana bertanggung jawab atas kesiapan dan perencanaan

rumah sakit untuk pengelolaan banyak korban, dan secara teratur harus meninjau Komite

juga harus memastikan kecukupan cadangan dan air pasokan listrik ke rumah sakit

setelah dampak bencana alam.

2.5 Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan Sampah

Sampah klinis (biomedis) , pembuangan sampah menimbulkan beberapa isu

khusus yang berhubungan dengan bahan infeksius, bahan kimia berbahaya dan obat-

obatan, dan bagian tubuh. Komponen utama dari suatu sistem pengelolaan limbah

meliputi :

a. Pemilahan sampah di sumber-kontainer tajam, tempat sampah umum, dan tempat

sampah sitotoksik - semua standar dan warna-kode.

b. Penyimpanan dan transportasi-penyimpanan dingin untuk sampah terkontaminasi dan

bagian tubuh; transportasi yang aman, kontainer bukti kebocoran.

c. Pengolahan limbah-limbah terkontaminasi sterilisasi (autoclave uap); pembakaran

sitotoksik, farmasi dan bagian tubuh dalam insinerator memenuhi semua standar yang

relevan dan undang-undang.

10

Page 11: Komunitas kesehatan kerja

2.6 Tujuan Penerapan Keperawatan Terhadap Kesehatan Komunitas di Rumah Sakit

Tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas kerja adalah

menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes secara umum

sebagai berikut (Rachman, 1990):

a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan

sehat dan selamat.

b. Agar sumber–sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

c. Penyebab dasar

Faktor manusia atau pribadi, antara lain : kurangnya kemampuan fisik, mental

dan psikologis, kurang/lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress

dan motivasi yang kurang / salah.

Faktor kerja atau lingkungan, antara lain: ketidakcukupan kemampuan

memimpin atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau pengadaan

barang, perawatan (maintenance), alat–alat perlengkapan dan barang–barang atau

bahan–bahan, standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di

lingkungan kerja.

d. Penyebab langsung

Kondisi berbahaya (yang tidak memenuhi standar/unsafe condition), misalnya

peralatan pengaman, pelindung yang tidak memadahi atau memenuhi syarat,

bahan/peralatan yang rusak dan tidak memadai, system–system tanda peringatan

yang kurang memadai, bising, paparan radiasi dan ventilasi atau penerangan yang

kurang.

Tindakan berbahaya (yang tidak standar/unsafe act), misalnya: mengoperasikan

alat tanpa wewenang, gagal member peringatan dan pengamanan, bekerja dengan

kecepatan yang salah, menggunakan alat yang rusak.

Selain itu juga untuk mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit akibat kerja

(PAK), yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa cirri penyakit

akibat kerja adalah dipengaruhi populasi pekerja, disebabkan oleh penyebab yang

spesifik, ditentukan pemajanan di tempat kerja, ada tidaknya kompensasi. Contohnya :

keracunan timbel (Pb), asbestosis dan silicosis

11

Page 12: Komunitas kesehatan kerja

2.7 Fungsi dan Peran Perawat dalam Kesehatan, Keselamatan Komunitas Kerja di

Rumah Sakit

2.7.1 Fungsi Perawat

Mengkaji masalah kesehatan pasien.

Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada pasien.

Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pasien.

Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

2.7.2 Tugas Perawat

Mengawasi lingkungan kerja di rumah sakit.

Memelihara fasilitas kesehatan di rumah sakit

Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pasien.

Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan di lingkungan

rumah sakit.

12

Page 13: Komunitas kesehatan kerja

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan

Dalam melakukan penulisan ini, dengan memperhatikan tujuan penulisan yang

dikaitkan dengan topik yang diteliti, maka jenis penelitian studi kepustakaan dengan

pendekatan kualitatif.

Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk memaparkan dan menjelaskan

sejumlah variable yang terkait dengan masalah dan unit yang diteliti dengan

memgeksplorasi teori – teori serta data – data yang berasal dari kepustakaan.

3.2 Fokus Penulisan

Menurut Lexy J. Moloeng ( 1993:297 ) fokus penulisan adalah penetapan masalah

yang menjadi pusat perhatian penulisan. Melalui penetapan fokus penulisan akan dapat

membatasi studi agar terkonsentrasi untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan

permasalahan. Adapun fokus dari penulisan ini adalah : kesehatan komunitas kerja di

lingkungan Rumah Sakit.

3.3 Sumber Data

Sumber data penulisan karya tulis ini adalah data sekunder. Adapun data yang

digunakan dalam penulisan ini bersumber dari jurnal, literatur buku, situs internet dan

dokumen lain yang relevan dengan obyek penulisan bersangkutan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Teknik

dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dari dokumen, literature, arsip –

arsip termasuk internet sesuai dengan masalah yang diteliti

13

Page 14: Komunitas kesehatan kerja

3.5 Analisa Data

Data yang diperoleh dan dianalisa dengan analisa data sekunder. Data yang sudah

dikumpulkan dari berbagai sumber, kemudian diseleksi dan diklasifikasi menurut fokus

penulisan, sehingga mampu menjelaskan dan menjawab permasalahan. Selanjutnya data

tersebut diolah dengan melakukan penggalian teori, pemikiran dan penfasiran.

14

Page 15: Komunitas kesehatan kerja

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Makalah ini menyajikan gambaran singkat tentang bagaimana rumah sakit

berkaitan dengan perlindungan pekerja, mereka, masyarakat dan lingkungan pasien.

berbagai fungsi ini berada di bawah pengawasan, pengendalian dan peninjauan secara

luas berbeda unit kerja dan komite multidisiplin dalam organisasi tersebut. Rumah sakit

merupakan salah satu lembaga pelayanan kesehatan dan oleh karena itu memiliki

kesempatan baik untuk mengambil peran proaktif dalam masyarakat dengan:

a. Mempromosikan kesehatan pekerja melalui tempat kerja yang dan menghilangkan

stres bagi pekerja mereka.

b. Mempromosikan kesehatan masyarakat di masyarakat

c. Meningkatkan komitmen untuk kegiatan jaminan kualitas untuk memaksimalkan

perlindungan pasien terhadap hasil yang merugikan.

d. Meningkatkan kesehatan lingkungan dengan dukungan untuk pengurangan limbah,

pemakaian ulang dan daur ulang, penggunaan yang efisien energi, lingkungan

bangunan ramah, dan hijau, kebun organik. Bertujuan untuk praktek terbaik dalam

semua bidang akan menghasilkan lebih bahagia, dan lebih aman sehat staf dan

pasien, dan masyarakat yang lebih sehat lebih aman, dan lingkungan yang lebih

aman dan lebih hijau.

4.2 Saran

Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu diterapkan di

seluruh Rumah Sakit yang ada di Indonesia, hal ini untuk meningkatan Kesehatan dan

Kesejahteraan Perawat dan Pasien.

15

Page 16: Komunitas kesehatan kerja

DAFTAR PUSTAKA

bsodleir@orion_online.com.au di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

Http : //ohsonline.com/whitepapers/2010/09 di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam

19.00 wib.

__________ Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Studi

Observasional di RSUD dr. Soetomo Surabaya), Jurnal Ilmiah Internasional. Http :

//lib.atmaja.ac.id di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

_________tugassekolahonline.blogspot.com/.../konsep-keperawatan-kesehatan-komunitas.html

di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

Win. Handayani : Jurnal, Analisis Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perawat.

2009. Http : //eprints.undip.ac.id/ di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

16