Upload
goutama-bachtiar
View
341
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
http://inet.detik.com/read/2011/08/11/140455/1701495/398/kala-jejaring-sosial-rasuki-jiwa-perusahaan Page 1
Kolom Telematika
Kala Jejaring Sosial Rasuki Jiwa Perusahaan Penulis: Goutama Bachtiar - detikinet Kamis, 11/08/2011 14:07 WIB
Jakarta - Manajemen puncak menekankan perlunya cetak biru dan rencana jejaring sosial perusahaan.
Public Relations ingin menggunakan Twitter. Departemen pemasaran lebih menyukai Facebook dan ingin
membuat fans page. Manajer Sumber Daya Manusia menyukai LinkedIn. Penyelia customer service
menginginkan adanya blog. Sementara bagian Teknologi Informasi mengagumi Google+. Inilah tanda jejaring
sosial sudah 'merasuki' jiwa dan sanubari perusahaan.
Peran dan Manfaat
Jejaring sosial sebagai bentuk Customer Relationship Management (CRM) yang paling mumpuni dengan
dukungan teknologi informasi adalah fakta yang tidak diragukan lagi. Dengan memanfaatkan jejaring ini,
perusahaan dapat berkomunikasi lebih dinamis dan interaktif dengan publik termasuk para
stakeholder (pembeli, pelanggan, pemasok dan mitranya) serta lebih cepat dalam
memperoleh feedback (kritik, saran, gagasan, keluhan).
'Multiplier effect' yang diperoleh jelas lebih dahsyat. Promosi program baru perusahaan dapat menjangkau
lebih banyak konsumen, calon konsumen maupun jenis audiens lainnya. Riset pemasaran juga bisa
memanfaatkan media ini di mana hasil riset diperoleh lebih cepat dan bisa digunakan langsung untuk
merancang strategi penjualan perusahaan. Jangkauan dan ruang lingkup perusahaan meluas.
Informasi yang disampaikan lewat media ini memiliki jangkauan global pengelolaan akun yang jauh lebih
mudah dibandingkan situs web. Dan lagi, semua jejaring sosial dapat dimanfaatkan secara gratis, kecuali
untuk beberapa fitur tambahan.
Dengan melakukan aktivitas browsing pada situs YouTube, Facebook, Twitter atau jejaring sosial lainnya, kita
dapat mengetahui feedback dan persepsi publik yang 'lebih jujur' dan 'lebih spontan' terhadap perusahaan
ataupun merek yang kita miliki. Apa yang disukai, tidak disukai, menarik perhatian, lucu, tidak berkenan dan
lainnya. Selain itu informasi sejenis bisa diperoleh melalui common interest group, fans page serta Google
Alert.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan media ini adalah memastikan konsistensi semua
pesan yang disampaikan melalui berbagai platform yang ada. Ini diperlukan untuk menjaga citra perusahaan.
Mudah dilaksanakan karena integrasi antar platform jejaring sosial sudah tersedia.
http://inet.detik.com/read/2011/08/11/140455/1701495/398/kala-jejaring-sosial-rasuki-jiwa-perusahaan Page 2
Walaupun suasana komunikasi bersifat informal, perlu diingat bahwa akun yang dibuat mewakili perusahaan
sehingga profesionalisme harus tetap dijaga. Dengan komunikasi yang lebih intensif dan ekstensif, user
engagement akan menjadi lebih lama, sehingga kedekatan emosional dan sense of belonging mereka juga
meningkat.
Perusahaan wajib memberikan respons dan jawaban terbaik agar 'mind share' maupun 'heart share' public
tetap terjaga. Jenis informasi yang disampaikan juga harus dibedakan berdasarkan jenis komunikan, apakah
itu pembeli, pengguna, konsumen, mitra, pemasok dan lainnya.
Penggunaan Jejaring Sosial
Mengutip riset yang dilakukan Burlingame's Jobvite Inc., 83% perusahaan akan menggunakan jejaring sosial
untuk proses rekrutmen tahun depan, 78% menggunakan Linkedin, 55% Facebook dan Twitter di tempat
ketiga dengan 45%.
Menurut riset Forrester Research, prediksi penjualan ritel secara online di dunia 3 tahun ke depan akan
bertambah 15% setiap tahunnya dimana tahun 2013 diperkirakan akan mencapai USD 410 miliar. Dengan
jumlah pasar sebesar itu, maka akan banyak sekali penjual, pembeli serta transaksi online yang terjadi.
Pada tahun yang sama, 33% pembeli online akan mengadakan 'riset skala kecil' terlebih dahulu untuk
menemukan harga yang paling kompetitif dan mereka juga akan menjadi pembeli yang lebih rasional
ketimbang impulsif. 54% pembelian offline dipengaruhi oleh riset online dan terutama jejaring sosial sehingga
investasi perusahaan atas platform jejaring sosial tidak pelak lagi merupakan sebuah keharusan.
Statistik Facebook, Twitter dan Linkedin
Total anggota Facebook di seluruh dunia saat ini sudah mencapai 730 juta di lebih dari 213 negara. Amerika
Serikat memiliki pengguna terbanyak dengan 153 juta, disusul Indonesia 39 juta, India 33 juta, Inggris 30 juta
dan Turki 29 juta sebagaimana data dari Socialbakers.com.
Jakarta merupakan kota dengan pengguna Facebook terbanyak di seluruh dunia dengan 17.5 juta, diikuti
Istanbul (9.6 juta), Mexico City (9.4 juta) dan London (7.7 juta).
Dengan pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 20% setiap bulannya, penetrasi dan perkembangan internet
di Brasil dan India, dua negara di dunia dengan populasi penduduk yang padat dan pertumbuhan pesat
pengguna Facebook di sana, diperkirakan akhir tahun ini jumlah pengguna akan mencapai 800 juta anggota.
Untuk brand, peringkat 5 besar didominasi oleh merek asal Amerika Serikat: Coca-Cola dengan 33 juta fans,
Disney 28 juta, Starbucks 24 juta, Oreo 23 juta dan Red Bull 22 juta.
Di Indonesia sendiri, Surfer Girl berada di peringkat teratas dengan 1.8 juta fans. Chocolatos berada di
peringkat kedua dengan 1.7 juta fans, diikuti BlackBerry Indonesia (1.3 juta), Yamaha Motor Indonesia (1.2
juta) dan Starbucks Indonesia (616 ribu).
Riset dari Exact Target menyebutkan bahwa, 69% pengguna Facebook merupakan fans dari satu atau lebih
perusahaan (Company Pages) sementara 92% pemasar sudah menggunakan Facebook untuk menjalankan
aktivitas penjualan dan pemasarannya. 75% di antaranya bakal lebih sering menggunakannya untuk kedua
aktivitas tersebut di masa yang akan datang.
Dari 300 juta pengguna Twitter di seluruh dunia, Indonesia kembali berada di peringkat pertama dengan
jumlah pengguna terbanyak di antara negara Asia lainnya dengan 7 juta pengguna, disusul Jepang (3.5 juta)
dan India (2.3 juta).
http://inet.detik.com/read/2011/08/11/140455/1701495/398/kala-jejaring-sosial-rasuki-jiwa-perusahaan Page 3
Secara global Indonesia berada di peringkat enam setelah Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Kanada dan
Australia. Ada 1.5 juta tweet dikirimkan setiap harinya oleh pengguna di Indonesia dengan jumlah paling
banyak dilakukan pada pukul 6 sore sampai dengan 10 malam. Total ada 200 juta tweet/post dikirimkan dan
500.000 akun Twitter baru yang dibuat setiap harinya.
Data tersebut sekedar memberikan gambaran aktivitas komunikasi pada situs web yang berada di posisi 9
sebagai situs yang paling banyak dikunjungi di dunia.
Di kalangan korporasi, dari survei yang dilakukan terhadap 100 perusahaan teratas di daftar Fortune Global
500, 77% di antara mereka sudah mempunyai akun Twitter dengan 72% perusahaan berasal dari Amerika
Serikat, 83% perusahaan Eropa dan 67% perusahaan di kawasan Asia Pasifik.
Setiap perusahaan rata – rata memiliki 5.8 akun Twitter dengan porsi posting berita dan informasi terbaru
perusahaan sebesar 88%, pelayanan pelanggan 40%, tawaran/promo 28% dan informasi pekerjaan 10%.
Dari jumlah followers, Whole Foods Market merupakan merk terpopuler (2 juta follower), disusul JetBlue
Airways (1.7 juta), Threadless (1.62 juta), woot.com (1.61 juta) dan Starbucks Coffee (1.6 juta)
Sementara itu, situs jejaring professional terbesar di dunia yaitu Linkedin, yang mulai populer di kawasan Asia
termasuk Indonesia, 'dikuasai' oleh Amerika Serikat dengan 51 juta pengguna, India dengan 11 juta, Inggris 7
juta, Brazil 5.3 juta dan Kanada dengan 4.3 juta dengan latar belakang pengguna berasal dari 190 lebih
industri. Jejaring ini berkembang pesat di Brazil dengan pertumbuhan tiga digitnya, 428%, selama setahun
diikuti oleh Mexico dan India.
Saat ini tercatat 1 juta guru bergabung dengan 20% pengguna berasal dari sektor jasa, 9% dari keuangan
dan 8% dari teknologi. Mengutip situs mashable, ada sekitar 18 juta anggota berpatisipasi pada Linkedin grup
dengan 1.2 juta post dan komentar per minggunya.
Sejak tahun lalu, hampir semua eksekutif puncak perusahaan di Fortune 500 memiliki akun Linkedin. Tercatat
73 perusahaan Fortune 100 menggunakan layanan Linkedin Hiring Solutions untuk proses rekrutmennya.
Perusahaan dapat memanfaatkan layanan direktori service provider untuk aktivitas promosi, bergabung
maupun membuat grup untuk mendiskusikan topik tertentu, berpartipasi dalam Linkedin Q & A, company
profile dan company buzz.
Kisah Sukses
American Express dan HSBC adalah dua perusahaan di dunia yang menggunakan 'teknologi jejaring sosial'
dengan cara yang inovatif dan berorientasi pada bisnis untuk memberdayakan mitra mereka agar mampu
mengembangkan bisnis mereka secara mandiri. Keduanya bisa dijadikan contoh kesuksesan jejaring sosial
untuk model bisnis Business-to-Business (B2B).
Amex mengembangkan forum terbuka dimana para mitranya bisa mengakses informasi dari berbagai topik
inovasi, manajemen, gaya hidup sampai teknologi. Pada forum yang memiliki 2 juta anggota ini, mitra bisa
saling mendiskusikan topik tertentu dan memanfaatkan direktori bisnis yang eksklusif untuk berjejaring
sesama mitra.
Di sisi lain, HSBC mengembangkan Business Network dimana para mitra disediakan aplikasi dan blog serta
jejaring sosial yang dikembangkan sendiri untuk memfasilitasi pertukaran informasi, saling berbagi serta
berjejaring.
Secara makro, sebagaimana dilaporkan oleh situs web thenextweb.com, jejaring sosial lebih banyak
http://inet.detik.com/read/2011/08/11/140455/1701495/398/kala-jejaring-sosial-rasuki-jiwa-perusahaan Page 4
digunakan oleh model bisnis B2B dibandingkan B2C. Mengapa? Karena pengguna jejaring sosial terbanyak
dari kalangan korporasi adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang notabene menjalankan usahanya
dengan model bisnis B2B.
Berbeda dengan usaha besar (big enterprise) yang fokus pada produk maupun layanan dengan model bisnis
B2C. UKM akan lebih 'lincah', 'fleksibel' dan responsif dalam penggunaannya.
Untuk medianya sendiri, Facebook dan Twitter lebih cocok digunakan oleh perusahaan B2C dimana kisah
sukses OldSpice dan Lionsgate Film menjadi menarik untuk disimak sementara Linkedin lebih banyak
digunakan oleh perusahan B2B.
Terlepas dari model bisnis perusahaan, apakah B2B atau B2C, setiap perusahaan sudah semestinya
mengetahui platform jejaring sosial terbaik untuk digunakan oleh mereka dengan mempertimbangkan
beberapa faktor lain seperti merk, pemasok, pembeli, konsumen dan terutama pelanggan.
Bagi yang belum menggunakan, bisa mulai merencanakan cetak biru jejaring sosial termasuk menentukan
SDM dan departemen ataupun SubKontraktor yang akan menangani serta membuat panduan jejaring sosial
bagi para karyawannya.