19
Kolesistitis Akut et causa Kolelitiasis Zain Aiman Bin Mohd Zain 102013523 [email protected] ______________________________________________________________ _____________ Pendahuluan Kolesistitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan terbagi menjadi akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya terjadi akibat adanya sumbatan duktus sistikus oleh batu. Namun terdapat beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan insiden berlakunya kolesistitis yang akan dibahas kemudian. Sekitar 10-20% warga Amerika menderita kolelitiasis (batu empedu) dan sepertiganya juga menderita kolesistitis akut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita, terutama pada wanita-wanita hamil dan yang mengkonsumsi obat- obatan hormonal, insidensi kolesistitis akut lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan stasis aliran kandung empedu. Di Indonesia, walaupun belum ada data epidemiologis penduduk, insidens kolesistitis dan kolelithiasis relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara- negara barat. Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya perempuan, gemuk dan berusia di atas 40 tahun, 1

Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kolelitiasis

Citation preview

Page 1: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Kolesistitis Akut et causa Kolelitiasis

Zain Aiman Bin Mohd Zain

102013523

[email protected]

___________________________________________________________________________

Pendahuluan

Kolesistitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan terbagi menjadi

akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya terjadi akibat adanya sumbatan duktus sistikus

oleh batu. Namun terdapat beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan insiden

berlakunya kolesistitis yang akan dibahas kemudian. Sekitar 10-20% warga Amerika

menderita kolelitiasis (batu empedu) dan sepertiganya juga menderita kolesistitis akut.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering terjadi pada orang kulit

putih. Pada wanita, terutama pada wanita-wanita hamil dan yang mengkonsumsi obat-obatan

hormonal, insidensi kolesistitis akut lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini

berkaitan dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan stasis aliran kandung

empedu. Di Indonesia, walaupun belum ada data epidemiologis penduduk, insidens

kolesistitis dan kolelithiasis relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara barat.

Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya perempuan, gemuk dan berusia

di atas 40 tahun, tetapi hal ini sering tidak sesuai untuk pasien-pasien di Indonesia.1

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi keluhan utama, informasi

mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga,

riwayat social dan informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien. Biasanya nyeri di

perut kuadran kanan atas, dan biasanya timbul nyeri setelah makan banyak lemak karena

kandung empedu terangsang untuk berkontraksi mengeluarkan empedu. Ada demam dan

muntah.

1

Page 2: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Setelah dilakukan anamnesis, biasanya akan didapatkan gejala paling umum dari

kolesistitis akut adalah nyeri perut bagian atas. Tanda-tanda iritasi peritoneal mungkin dapat

ditemukan, dan pada beberapa pasien, nyeri dapat menyebar ke bahu kanan atau tulang

belikat . Seringkali rasa sakit dimulai dari daerah epigastrium dan kemudian terlokalisasi di

kuadran kanan atas. Kolik biliaris meskipun rasa sakit awalnya mungkin digambarkan

sebagai kolik (nyeri yang hilang timbul), pada akhirnya nyeri akan menetap dan konstan di

hampir semua kasus. Mual dan muntah umumnya ditemukan, dan pasien dapat menderita

demam.

Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut, akan mengutarakan adanya riwayat nyeri

bilier. Beberapa pasien mungkin telah positif dinyatakan menderita batu empedu. Kolik bilier

yang akalkulus (tanpa batu) juga dapat ditemukan, paling sering pada wanita muda hingga

paruh baya. Jumlahnya hampir sama dengan kolik bilier kalkulus dengan perbedaan : nilai

laboratorium kolik akalkulus dalam batas normal dan tidak ada temuan kolelitiasis pada

USG. Kolesistitis dapat dibedakan dari kolik bilier oleh nyeri berat yang konstan dan

menetap lebih dari 6 jam.

Pasien dengan kolesistitis akalkulus mempunyai gejala mirip dengan pasien dengan

kolesistitis kalkulus, tapi kolesistitis akalkulus sering terjadi secara tiba-tiba dan pasien

nampak sakit parah tanpa adanya riwayat kolik bilier sebelumnya. Seringkali, pasien dengan

kolesistitis akalkulus datang dengan keluhan demam dan sepsis saja, tanpa ada riwayat atau

temuan pemeriksaan fisik yang konsisten dengan kolesistitis akut.

Kolesistitis pada pasien lansia (terutama pasien dengan diabetes) dapat menampakkan

gejala kolesistitis yang samar-samar dan tanpa banyak temuan baik riwayat maupun fisik.

Nyeri dan demam mungkin tidak ada, dan nyeri tekan (tenderness) lokal mungkin satu-

satunya tanda fisik. Kolesistitis pada pasien lansia dapat berkembang menjadi kolesistitis

berat dengan cepat dan tiba-tiba.2

Kolesistitis pada anak-anak juga dapat terjadi tanpa adanya gejala yang khas. Anak-

anak yang berisiko tinggi untuk menderita kolesistitis mencakup pasien anak dengan penyakit

sel sabit, anak-anak yang sakit parah, anak-anak yang mendapat infus (nutrisi parenteral)

berkepanjangan, mereka dengan kondisi hemolitik, dan mereka dengan anomali empedu

kongenital.

2

Page 3: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Pemeriksaan Fisik

Antara pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:

Memeriksa keadaan umum dan tanda vital. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Melakukan pemeriksaan Murphy sign – hasil (+).2

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien datang dengan keluhan nyeri di ulu hati terus menerus sejak 2 minggu, demam tinggi sejak 3 hari, mual-mual terus –menerus, mata kuning tidak disadari, riwayat maag 2 tahun dan diketahui ada batu empedu setahun yang lalu.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis kolesistitis meliputi

pemeriksaan laboratorium dan tes faal hepar, radiografi, CT Scan, ultrasonografi (USG),

MRI, Hepatobiliary Scintigraphy (HBS) dan Endoscopic Retrograde

Cholangiopancreatography (ERCP). Tentu saja pilihan pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan tergantung pada pusat kesehatan yang bersangkutan, apakah memilikinya atau

tidak.

Pada pemeriksaan laboratorium misalnya tes darah lengkap didapatkan adanya

leukositosis dan hitung jenis menunjukkan pergeseran ke kiri. Adanya gangguan tes fungsi

hati, seperti meningkatnya bilirubin serum, fosfatase alkali/ gamma GT, dan transaminase

serum, mengarah pada kecurigaan adanya obstruksi saluran empedu (batu

koledokus).Kenaikan kadar amilase dan atau lipase serum yang mencolok mengarah pada

kecurigaan adanya pakreatitis akut.

Pemeriksaan ultrasonografi akan menunjukkan batu empedu pada 90-95% kasus,

dinding empedu yang menebal (edema), batu dan saluran empedu ekstrahepatik dan tanda

Murphy sonografik. Cairan perikolesistik koleskintigrafi misalnya mempergunakan zat

radioaktif HIDA akan memastikan diagnosis bila menampakkan saluran empedu tanpa

visualisasi kandung empedu, yang merupakan bukti adanya obstruksi duktus sitikus. CT Scan

abdomen pula kurang sensitif dan mahal, namun mampu memperlihatkan adanya batu

empedu, penebalan dinding kandung empedu dan juga abses perikolisistikyang masih kecil

dan tidak terlihat di USG.2,3

3

Page 4: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Gambar 1. Pemeriksaan ultrasonografi pada pasien kolesistitis.

Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja yang didapatkan adalah kolesistitis akut et causa kolelitiasis.

Kolesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya kolesistitis akut

berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus sistikus, menyebabkan

distensi kandung empedu. Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat (batu

pigmen), atau campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu

dapat terjadi pada duktus koledokus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga

terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi.3

Diagnosis Banding

Pankreatitis Bilier Akut

Pankreatitis akut didefinisikan sebagai radang pankreas oleh enzim secara mendadak

dan menyeluruh (difus), yang diduga disebabkan oleh lepasnya enzim-enzim pankreas yang

bersifat litik dan aktif ke dalam parenkim kelenjar pankreas. Penyakit ini paling sering

ditemukan pada usia setengah baya dan seringkali dikaitkan dengan penyakit saluran empedu

dan alkoholisme. Patogenesis yang pasti tidak diketahui, tetapi dapat meliputi udem atau

obstruksi dari ampula/papila Vateri yang mengakibatkan refluks isi duodenum atau cairan

empedu ke dalam saluran pankreas atau trauma langsung pada sel-sel asinar. 

4

Page 5: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Sumbatan pada duktus pankreatikus (misalnya oleh batu empedu pada sfingter Oddi)

akan menghentikan aliran getah pankreas. Biasanya sumbatan ini bersifat sementara dan

menyebabkan kerusakan kecil yang akan segera diperbaiki. Namun bila sumbatannya

berlanjut, enzim yang teraktivasi akan terkumpul di pankreas, melebihi penghambatnya dan

mulai mencerna sel-sel pankreas, menyebabkan peradangan yang berat. Kerusakan pada

pankreas bisa menyebabkan enzim keluar dan masuk ke aliran darah atau rongga perut,

dimana akan terjadi iritasi dan peradangan dari selaput rongga perut (peritonitis) atau organ

lainnya.3

Pada pasien pankreatitis akut dengan gejala klinis sedang sampai berat akan tampak

keluhan sebagai berikut: lebih dari 90% pasien mengalami nyeri seperti ditusuk pada

midepigastrium yang menyebar ke punggung dalam beberapa menit atau jam. Rasa nyeri

sangat klasik, yaitu bersifat konstan, terus-menerus, dan bersifat datar. Rasa penuh perut akan

berkurang apabila pasien dalam posisi duduk atau pada posisi melengkung seperti bayi di

dalam kandungan.

Kolangitis Akut

Kolangitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran empedu akibat infeksi yang

disebabkan oleh infeksi pada traktus bilier akibat obstruksi traktus bilier oleh

koledokolitiasis. Obstruksi parsial memberikan risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan

obstruksi total. Infeksi secara luas diperkirakan terjadi akibat ekstensi lansung bakteri yang

berasal dari duodenum. Kolonisasi bakteri pada duktus koledokus saja pada umumnya tidak

mengakibatkan infeksi. Antara penyebab kolangitis bakterial akut koledokolitiasis atau

endapan, striktur bilier, stenosis papilla Vateri dan infeksi parasit. Manifestasi klinisnya dapat

berupa trias Charcot, demam, nyeri pada kuadran kanan atas dan ikterik.4

Koledokolitiasis

Koledokolitiasis adalah terdapatnya batu empedu di dalam saluran empedu yaitu di

duktus koledokus komunis. Koledokolitiasis terbagi dua tipe yaitu primer dan sekunder.

Koledokolitiasis primer adalah batu empedu yang terbentuk di dalam saluran empedu

sedangkan koledokolitiasis sekunder merupakan batu kandung empedu yang bermigrasi

masuk ke duktus koledokus melalui duktus sistikus. Koledokolitiasis primer lebih banyak

ditemukan di Asia, sedangkan di negara barat banyak yang sekunder. Biasanya batu ini

5

Page 6: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

terbentuk akibat obstruksi bilier parsial karena batu sisa, striktur traumatik, kolangitis

sklerotik, atau kelainan bilier kongenital. Infeksi dapat merupakan kejadian awal.

Obstruksi saluran empedu biasanya parsial dan intermitten karena batu tersebut

belaku sebagai ballvalve di ujung distal duktus koledokus. Manisfestasi batu koledokus dapat

silent dan tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada saat pencitraan, kolik bilier

disertai gangguan tes faal hati dengan atau tanpa ikterus paling sering.

Kelainan laboratorim berupa peningkatan bilirubin serum, peningkatan fosfatase

alkali, gamma GT serta peningkatan transaminase serum. Kadang infeksi timbul lebih akut

dan cairan empedu menjadi purulen. Duktus koledokus menebal dan melebar, dan kolangitis

ini dapat menyebar ke dalam saluran empedu intrahepatik dan menimbulkan abses hati, dan

pakreatitis bilier.4

Etiologi

Kolesistitis disebabkan oleh obstruksi dari duktus sistikus, biasanya oleh batu

empedu, yang mengakibatkan distensi dan inflamasi kimia atau bakterial setelahnya dari

vesika biliaris. Pada sebanyak 95% kasus kolesistitis akut, terdapat batu empedu (kolesistitis

kalkulus) dan 5% tidak terdapat batu empedu (kolesistitis akalkulus). Kultur positif dari

cairan empedu atau dinding kandung empedu ditemukan pada 50-75% kasus kolesistitis akut.

Penyebab kolesistitis akalkulus belum jelas dan dapat multifaktorial. Kadang suatu infeksi

bakteri dapat menyebabkan terjadinya peradangan.

Faktor risiko untuk kolesistitis kalkulus serupa dengan kolelitiasis yaitu jenis kelamin,

kelompok etnis tertentu, obesitas atau penurunan badan yang cepat, obat-obatan (terutama

terapi hormon pada wanita), kehamilan dan usia yang lebih tua. Kolesistitis akalkulus

berkaitan dengan kondisi yang menyebabkan empedu stasis, yaitu operasi besar atau trauma /

luka bakar parah, sepsis, penyakit yang parah sehingga menyebabkan nutrisi parenteral

jangka panjang dan kasus idiopatik.3

Epidemiologi

Dari mereka yang dirawat di rumah sakit karena penyakit traktus bilier, sebanyak

20% mengalami kolesistitis akut., dan jumlah kolesistektomi yang dilakukan secara perlahan

meningkat, terutama pada lansia. Distribusi jenis kelamin untuk batu empedu adalah 2-3 kali

6

Page 7: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, sehingga insiden kolesistitis kalkulus juga

lebih tinggi pada wanita. Kadar progesteron yang tinggi selama kehamilan dapat

menyebabkan empedu stasis, sehingga insiden penyakit kandung empedu pada wanita hamil

juga tinggi. Kolesistitis akalkulus dijumpai lebih sering pada pria usia lanjut.

Insidens kolesistitis meningkat seiring dengan usia. Penerangan secara fisiologi untuk

meningkatkatnya kasus penyakit batu empedu dalam populasi orang yang lebih tua kurang

difahami. Meningkatnya kadar insidens untuk laki-laki yang lebih berusia telah dikaitkan

dengan rasio perubahan androgen kepada estrogen.3,4

Patofisiologi

Seperti telah disebutkan sebelumnya, sembilan puluh persen kasus kolesistitis

melibatkan batu di saluran sistikus (kolesistitis kalkulus), dan 10% sisanya merupakan kasus

kolesistitis akalkulus. Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah

stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Kolesistitis

kalkulus akut disebabkan oleh tersumbatnya duktus sistikus hingga menyebabkan distensi

kandung empedu.

Biasanya sumbatan ini adalah disebabkan adanya batu empedu yang mempunyai 2

tipe yaitu batu kolesterol dan batu pigmen. Pada batu kolesterol, empedu yang disupersaturasi

dengan kolesterol dilarutkan dalam daerah hidrofobik micelle, kemudian terjadinya krstalisasi

dan akhirnya prepitasi lamellar kolesterol dan senyawa lain membentuk matriks batu. Pada

batu pigmen, ada dua bentuk yakni batu pigmen murni dan batu kalsium bilirubinat. Batu

pigmen murni lebih kecil, sangat keras dan penampilannya hijau sampai hitam. Proses

terjadinya batu ini berhubungan dengan sekresi pigmen dalam jumlah yang meningkat atau

pembentukan pigmen abnormal yang mengendap didalam empedu. Sirosis dan statis biliaris

merupakan predisposisi pembentukan batu pigmen.

Batu empedu yang mengobstruksi duktus sistikus menyebabkan cairan empedu

menjadi stasis dan kental, kolesterol dan lesitin menjadi pekat dan seterusnya akan merusak

mukosa kandung empedu diikuti reaksi inflamasi atau peradangan dan supurasi. Seiring

membesarnya ukuran kantong empedu, aliran darah dan drainase limfatik menjadi terganggu

hingga menyebabkan terjadinya di dinding kandung empedu iskemia, nekrosis mukosa dan

jika lebih berat terjadinya ruptur.

7

Page 8: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Sementara itu, mekanisme yang akurat dari kolesistitis akalkulus tidaklah jelas,

namun beberapa teori mencoba menjelaskan. Radang mungkin terjadi akibat kondisi

dipertahankannya konsentrat empedu, zat yang sangat berbahaya, di kandung empedu, pada

keadaan tertentu. Misalnya pada kondisi puasa berkepanjangan, kantong empedu tidak pernah

menerima stimulus dari kolesistokinin (CCK) untuk mengosongkan isinya, dengan demikian,

empedu terkonsentrasi dan tetap stagnan di lumen.5

Gambar 2. Kolesistitis Akut yang disebabkan oleh batu empedu.

Manifestasi Klinis

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah nyeri perut di sebelah

kanan atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikan suhu tubuh. Keluhan

tersebut dapat memburuk secara progresif dan nyerinya bersifat konstan. Kadang-kadang rasa

sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa

reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi

yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu.

Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan penggetaran atau

pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien mengalami anoreksia dan sering mual.

Muntah relatif sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala dan tanda deplesi volume

vaskular dan ekstraselular. Pada pemeriksaan fisik, kuadran kanan atas abdomen hampir

selalu nyeri bila dipalpasi. Pada seperempat sampai separuh pasien dapat diraba kandung

empedu yang tegang dan membesar. Inspirasi dalam atau batuk sewaktu palpasi subkostae

8

Page 9: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

kuadran kanan atas biasanya menambah nyeri dan menyebabkan inspirasi terhenti yaitu

Murphy sign positif menandakan adanya paradangan kandung empedu.

Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin<4,0 mg/dl).

Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra

hepatic misalnya duktus koledokus. Gejalanya juga bertambah buruk setelah makan makanan

yang berlemak. Pada pasien-pasien yang sudah tua dan dengan diabetes mellitus, tanda dan

gejala yang ada tidak terlalu spesifik dan kadang hanya berupa mual saja.3

Walaupun manifestasi klinis kolesistitis akalkulus tidak dapat dibedakan dengan

kolesistitis kalkulus, biasanya kolesistitis akalkulus terjadi pada pasien dengan inflamasi

kandung empedu akut yang sudah parah walaupun sebelumnya tidak terdapat tanda-tanda

kolik kandung empedu. Biasanya pasien sudah jatuh ke dalam kondisi sepsis tanpa terdapat

tanda-tanda kolesistitis akut yang jelas sebelumnya.4,5

Penatalaksanaan

Untuk kasus kolesistitis akut, tindakan umum yang dapat dilakukan adalah tirah

baring, pemberian cairan intravena dan nutrisi parentral untuk mencukupi kebutuhan cairan

dan kalori, diet ringan tanpa lemak dan menghilangkan nyeri dengan petidin (demerol) dan

buscopan dan terapi simtomatik lainnya.

Antibiotik pula diberikan untuk mengobati septikemia serta mencegah peritonitis

dan empiema. Antibiotik pada fase awal adalah sangat penting untuk mencegah komplikasi

Mikroorganisme yang sering ditemukan adalah Eschteria coli, Stretococcus faecalis, dan

Klebsiella, sering dalam kombinasi. Dapat juga ditemukan kuman anaerob seperti

Bacteriodes dan Clostridia. Antibiotik yang dapat dipilih adalah misalnya dari golongan

sefalosporin, metronidazol, ampisilin sulbaktam dan ureidopenisilin.

Terapi definitif kolestisistitis akut adalah kolesistektomi dan sebaiknya

dilakukan kolesistektomi laparoskopik secepatnya yaitu dalam waktu 2-3 hari (dalam 7 hari

sejak onset gejala) atau ditunggu 6-10 minggu selepas diterapi dengan pengobatan karena

akan mengurangi waktu pengobatan di rumah sakit.

9

Page 10: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Sebagian dokter memilih terapi operatif dini untuk menghindari timbulnya

gangrene atau komplikasi kegagalan terapi konservatif. Beberapa dokter bedah lebih

menyukai menunggu dan mengobati pasien dengan harapan menjadi lebih baik selama

perawatan, dan mencadangkan tindakan bedah bila kondisi pasien benar-benar stabil, dengan

dasar pemikiran bahwa aspek teknik kolesistektomi akan lebih mudah bila proses inflamasi

telah mulai menyembuh. Terapi operatif lanjut ini merupakan pilihan yang terbaik karena

operasi dini akan menyebabkan penyebaran infeksi ke rongga peritoneum dan teknik operasi

akan menjadi lebih sulit karena proses inflamasi akut di sekitar duktus akan mengaburkan

gambaran anatomi. Namun, jika berlakunya kasus emergensi atau ada komplikasi seperti

empiema atau dicurigai adanya perforasi, sebaiknya lansung dilakukan kolesistektomi.

Dibandingkan kolesistektomi konvensional, pada kolesistektomi laparoskopik, pasien

dapat keluar rumah sakit dalam 1-2 hari pascaoperasi dengan jarigan parut minimal dan dapat

berkativitas lebih cepat. Sekitar 10% kolesistektomi laparoskopik harus diubah menjadi

operasi terbuka (kolesistektomi konvensional) di kamar operasi karena adanya inflamasi yang

luas, perlekatan, atau adanya komplikasi, seperti cedera saluran empedu yang memerlukan

perbaikan. 6

Gambar 3. Kolesistektomi terbuka dan laparoskopik.

Pada pasien yang memerlukan penanganan secepatnya, namun dalam keadaan sakit

keras atau sangat berisiko tinggi untuk kolesistektomi, pasien harus diterapi secara medis

dengan pemberian cairan, antibiotika dan analgesik, bila terapi ini gagal, perlu

10

Page 11: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

dipertimbangkan suatu kolesistotomi perkutan. Di sini, isi kandung empedu dikeluarkan dan

lumen didrainase dengan kateter yang ditinggalkan. Pada pasien yang mengalami

kolesistosomi dan telah sembuh dari keadaan akut, harus dilakukan kolesitektomi 6-8 minggu

kemudian bila kondisi medisnya cukup baik.1

Di luar negeri tindakan ini hampir mencapai 90% dari seluruh kolesisteksomi.

Konversi ke tindakan bedah kolesisteksomi konvensional sebesar 1,9% kasus, terbanyak oleh

karena sukar dalam mengenali duktus sistikus yang disebabkan perlengketan luas (27%),

perdarahan dan keganasan kandung empedu. Komplikasi yang sering dijumpai pada tindakan

ini yaitu trauma saluran empedu (7%), perdarahan dan kebocoran empedu. Menurut

kebanyakan ahli bedah tindakan kolesisteksomi laparoskopik ini sekalipun invasif

mempunyai kelebihan seperti mengurangi rasa nyeri pasca operasi, menurunkan angka

kematian, secara kosmetik lebih baik, memperpendek lama perawatan di rumah sakit dan

mempercepat aktifitas pasien5,6

Komplikasi

Kolesistitis akut tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren, kadang dapat berkembang

dengan cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati,

dan peritonitis. Proliferasi bakteri pada kandung empedu yang mengalami obstruksi dapat

menimbulkan empiema pada organ  bersangkutan. Selain itu dapat juga terjadi komplikasi

lain termasuk sepsis dan pankreatitis.7

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari dari terjadinya kolesistitis ini

adalah dengan mengurangkan faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya proses

peradangan di kandung empedu. Misalnya faktor yang menyebabkan pembentukan batu

empede seperti hiperlipidemia dan obesitas. Diet yang diambil haruslah diet yang seimbang

dan kurangkan pengambilan makanan yang berlamak di samping olahraga yang rutin.6

11

Page 12: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Prognosis

Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu

menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi

kolesistitis rekurren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi

gangren, empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum.

Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan.

Tindakan bedah akut pada pasien tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek di

samping kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.8,9

Kesimpulan

Kolesistitis adalah peradangan pada dinding kandung empedu yang ditandai dengan

gejala seperti nyeri perut kanan atas, demam, mual terus menerus. Pasien biasanya ada

riwayat batu sebelumnya. Terdapar dua jenis kolesistitis berdasarkan penyebab utamanya

yaitu kolesistitis akut kalkulus dan kolesistitis akut alkakulus.

Kolesistitis akut kalkulus lebih banyak ditemukan pada wanita, usia atas 40 tahun,

obesitas dan pada wanita hamil yang mengkonsumsi obat hormonal, walaupun pada

kenyataannya tidak selalu seperti itu. Pasien-pasien yang menerima nutrisi parenteral total

(TPN) berisiko menderita kolesistitis akut akalkulus, sama halnya pada pasien dengan

riwayat DM dan demam tifoid.

12

Page 13: Kolesistitis Et Causa Kolelitiasis

Daftar Pustaka

1. Sudoyo W. Aru , Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Perhimpunan Doktor Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. EGC. Jakarta. 2009. Hal 721-6.

2. Bickley LS, Szylagyi PG. Bates’ guide to physical examination and history taking. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003.

3. Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS. Buku ajar ilmu penyakit hati. Ed 1. Jakarta: CV Sagung Seto; 2012. H 175-7, 184, 603-7

4. Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h 718-20.

5. Emmanuel A, Stephan I. Gastroenterologi dan hepatologi. Jakarta: Erlangga; 2014.6. Nurman A. Batu empedu. Dalam: Sulaiman HA, Akbar NA, Lesmana LA, Noer

HMS. Buku ajar ilmu penyakit hati. Jakarta: Jaya Abadi; 2007. H 161.7. Ndraha S. Bahan Ajar Gastroenterohepatologi. Penyakit Batu Empedu. Edisi ke-1.

Jakarta ; Fakultas Kedokteran Ukrida. 2013. Hal 82-69.8. Siddiqui T, Macdonald A, Chong PS, et al. Early versus delayed laparascopic

cholecystecsomy for acute cholecystitis : a meta-analysis of randomized clinical trials. Am J Surg. Jan 2008 ; hal 40-7.

9. Sahai AV, Mauldin PD, Marsi V. Kolesistitis. Diunduh dari http://www.medicinestuffs.com/2013/10/kolesistitis-cholecystitis-bagian.html 9 Juni 2014.

13