Upload
nikmatul-khoiriyah
View
31
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jbghoojhjhv
Citation preview
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma) adalah tumor malignansi renal
tersering, dua kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada
wanita. Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas
atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan
mendesak sel-sel disekitarnya. Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis
tumor yang sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang
ditemukan pada orang dewasa. Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat)
adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak.
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa,
jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi
tubulus renalis.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah
oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal
kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari kira-kira 1,3 juta nefron.1, 6,
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-
struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan
meninggalkan ginjal.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis
didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang)
x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau
kurag lebih 0,4% dari berat badan.
Gambar 1. Letak Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula
banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan
duktus kolegentes.
Gambar 2. Laju filtrasi glomerulus.
Ginjal menerima sekitar 20 % dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter
per menit darah dari 40 % hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600
ml/menit. Normalnya 20 % dari plasma disaring di glomerulus dengan LFG 120
ml/menit atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan terjadi di tubular ginjal
dengan lebih dari 99 % yang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin
terakhir 1-1,5 liter per hari.
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan
cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui
vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal
adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan
cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu
cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah
vaskularisasinya.
Gambar 3. Pembuluh darah ginjal
Fungsi utama ginjal adalah sebagai organ pengatur dalam mengekskresi
bahan-bahan kimia asing tertentu (misalnya obat-obatan) hormon dan metabolit
lain, tetapi fungsi yang paling utama adalah mempertahankan volume dan
komposisi ECF dalam batas normal. Tentu saja ini dapat terlaksana dengan
mengubah ekskresi air dan zat terlarut, kecepatan filtrasi yang tinggi
memungkinkan pelaksanaan fungsi ini dengan ketepatan tinggi. Pembentukan
renin dan eritropoietin serta metabolisme vitamin D merupakan fungsi
nonekskretor yang penting. Sekresi renin berlebihan yang mungkin penting pada
etiologi beberapa bentuk hipertensi. Defisiensi eritropoietin dan pengaktifan
vitamin D yang dianggap penting sebagai penyebab anemia dan penyakit tulang
pada uremia.
Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan pembentukan
sekelompok senyawa yang mempunyai makna endokrin yang berarti, yaitu
prostaglandin. Sekitar 20% insulin yang dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh
sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya penderita diabetes yang menderita payah ginjal
membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih sedikit. Prostaglandin merupakan
hormon asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam banyak jaringan tubuh.
Medula ginjal membentuk PGI dan PGE2 yang merupakan vasodilator potensial.
Prostaglandin mungkin berperan penting dalam pengaturan aliran darah ke ginjal,
pegeluaran renin dan reabsorpsi Na+. Kekurangan prostagladin mungkin juga turut
berperan dalam beberapa bentuk hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-bukti
yang ada sekarang ini masih kurang memadai.
2.3 Epidemiologi
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan
pada orang dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang
sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada
orang dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat.
75% ditemukan pada anak-anak yang normal; 25% nya terjadi dengan kelainan
pertumbuhan pada anak.
Tumor ini responsif dalam terapinya, 90% pasien bertahan hidup hingga 5
tahun. Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan
rata-rata kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Insidensi karsinoma sel
ginjal (kanker ginjal) mengenai 3 per 1000 orang dan ditemukan sekitar 31.000
kasus baru ditemukan disetiap tahun, serta 12.000 orang meninggal karena kanker
ginjal di AS. Kanker ginjal sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding
wanita (2:1) dan umumnya terdiagnosa pada usia antara 50 – 70 tahun, tapi dapat
terjadi pada usia berapa saja juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10%
keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya
merupakan lesi bilateral.
2.4 Etiologi
Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas
disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan
disekitarnya. sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah
tau system getah bening, dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini
dikenal sebagaimetastase tumor).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun, penelitian
telah menemukan factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko
terjadinya kanker ginjal. Risiko terjadinya karsinoma sel ginjal meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling sering terjadi pada usia 50-70 tahun.
Pria memiliki risiko 2 kali lebih besar dibandingkan wanita.
Walaupun penyebab pasti karsinoma sel ginjal belum diketahui, ada faktor
risiko tertentu yang dikaitkan dengan kanker ginjal. Faktor risiko yang paling
sering dikaitkan adalah merokok. Faktor lainnya adalah kontak dengan bahan
pewarna untuk tekstil, karet, logam, cat dan lateks (pemajanan tempat kerja).
Sekitar 3% dari tumor ginjal malignan adalah adenokarsinoma. (Baradero, 2009).
Faktor resiko terjadinya tumor ginjal menurut (Pierce A. Grace & Neil R.
Borley,2007) antara lain:
a. Diet: konsumsi tinggi lemak, minyak,
dan susu
Asupan tinggi bahan kimia yang ditemukan dalam daging panggang,
goreng, atau bakar juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
tumor ginjal. Selain itu, variasi genetik terkait dengan toleransi
laktosa dapat menjadi penanda hubungan antara konsumsi susu dengan
risiko karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma), sejenis kanker yang
menyerang pembuluh kecil dalam ginjal.
b. Agen toksik
Timah, cadmium, asbestos, produk-produk petroleum (metana, etana,
propana dan butane, kerosin). Saat tubuh terpapar oleh agen toksik, maka
akan dapat tersebar ke seluruh bagian tubuh melalui darah. Karena
darah di filtrasi di ginjal, maka resiko ginjal terpapar agen toksik akan
lebih besar sehingga merusak sel-sel di ginjal dan dapat menyebabkan
tumor.
c. Merokok
Ketika seseorang merokok, maka asap yang mengandung nikotin dan
tembakau akan masuk ke dalam tubuh. Nikotin bersama dengan bahan
kimia berbahaya lainnya seperti karbonmonoksida dan tar menyebabkan
perubahan denyut jantung, pernapasan sirkulasi dan tekanan darah.
Karsinogen yang disaring keluar dari tubuh melalui ginjal juga
mengubah sel DNA dan merusak sel-sel ginjal. Perubahan ini
mempengaruhi fungsi ginjal dan memicu tumor.
d. Faktor genetik
Onkogen (gen yang ketika bermutasi mengubah sel normal menjadi sel
tumor) pada lengan pendek kromosom 3, antigen HLA BW-44 dan DR-
88.
e. Penyakit lainnya
Sindrom von Hippel-Lindau (VHL), penyakit polikistik dewasa, pasien
dialisis ginjal jangka panjang. Penderita hemodialisa kronis dijumpai
adanya kista ginjal dan kadang-kadang terdapat tumor ginjal, namun
hubungannya masih belum diketahui secara pasti.
Faktor risiko lainnya, yaitu:
a. kegemukan
b. tekanan darah tinggi
c. lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes);
d. dialisa (penderita gagal jantung kronik yang menjalani dialisa menahun,
memiliki risiko tinggi)
e. penyinaran
f. gender/jenis kelamin
g. usia
h. rangsangan fisik berulang
gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam
waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada
tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.
i. hormon
hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. pada beberapa
penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti
payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).
j. infeksi
k. gaya hidup.
2.5 Klasifikasi Tumor Ginjal
2.5.1 Tumor Jinak
Tumor mulai pada sel-sel, blok-blok bangunan yang membentuk jaringan-
jaringan. Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel
tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh memerlukan
mereka. Ketika sel-sel tumbuh menua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil
tempat mereka. Adakalanya proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru
terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika
mereka seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk suatu massa dari
jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor.
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang
terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan
merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma.
Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya
simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena
pertumbuhan yang multisentrik . Lima puluh persen dari hamartoma ginjal
adalah pasien Tuberous sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu
kelainan bawaan yang ditandai dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma
seseum dan terdapat hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal.
Tumor ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria dengan perbandingan
4:1.
Hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala dan kadang-
kadang didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin dengan
ultrasonografi abdomen(Basuki, .Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan
adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas
dan kadang kala terdapat gejala perdarahan rongga retroperitonial.
b. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis
atau tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara
tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala
klinis yang signifikan. Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal
keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak dalam medula atau
papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi
tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang
terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi
didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis
tidak jelas perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis; keduanya tersusun
atas sel besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya
berdasarkan ukurannya; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm
ditentukan sebagai tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat
dipegang sebab karsinoma stadium awal juga mempunyai diameter kurang
dari 30 mm. Proses ganas dapat terjadi pada adenoma korteks.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan
mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat
begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel renalis.
2.5.2 Tumor Ganas (kanker)
a. Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang
berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh
keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur
lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya
alat bantu diagnosa USG dan CT scan.
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan
perbandingan 2:1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia
lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih
muda. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2% kasus.
Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma,
Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor. Serupa dengan sel korteks adrenal
tumor ini diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar
adrenal yang embrionik.
Klasifikasi stadium Robson
Kini sudah jarang dipakai, tapi literatur yang melaporkan kasus di masa lalu
sering memakai sistem klasifikasi ini.
Stadium I : tumor terlokalisasi dalam ginjal
Stadium II : tumor menginvasi lemak perirenal, tapi belum menembus fasia
Gerota
Stadium III : tumor telah menginvasi menembus fasia Gerota
IIIa : secara makroskopik tumor mengenai vena renal, vena kava
(supra dan subdiafragma serta atrium kanan)
IIIb : metastasis kelenjar limfe regional
IIIc : sekaligus terdapat invasi vena dan metastasis kelenjar limfe
Stadium IV : menginvasi organ sekitar atau metastasis jauh
IVa : menginvasi organ sekitar (kecuali kelenjar adrenal)
IVb : metastasis jauh
Gambar 4. Stadium adenokarsinoma
b. Nefroblastoma (tumor Wilms)
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak
berusia kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun.
Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang
anak-anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara
bersamaan. Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan dan
laki-laki sama banyaknya. Tumor Wilms merupakan 10% dari semua
keganasan pada anak. Tumor ini mungkin ditemukan pada anak dengan
kelainan aniridia, keraguan genitalia pada anak dan sindrom Beckwith-
Wiedemann (makroglosi, omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia neonatal).
Satu persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan secara
dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms telah dilokasi pada garis p 13
kromosom 11.
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau
karsinoma sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan
berupa: anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia.
The National Wilms Tumor Study Group (NWTSG) membagi 5
stadium tumor Wilms, yaitu:
1. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor
ini dapat di reseksi dengan lengkap.
2. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan
kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.
3. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum dan lain-lain.
4. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,otak
dan tulang.
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu karsinoma sel
transitional dan karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang terdapat
pada kaliks, buli-buli dan uretra proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel
transitional dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma transitional.
Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis
karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis.
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel
renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional
yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam
rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya hematuria
atau obstruksi. Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat
mengenai vena renalis.
2.6 Manifestasi Klinis
Yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah hematuria (80%),
kadang-kadang disertai dengan nyeri pinggang, dan terasa massa pada pinggang
keadaan tersebut disebabkan oleh massa tumor atau akibat obtruksi oleh tumor
yang menimbulkan hidronefrosis.Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect
yang nampak seolah-olah seperti batu radiolusen,tuberkuloma,atau hemangioma
pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan ultrasonografi atau Ctscan dapat
membedakanya.Pemeriksaan sitologi urine dengan mengambil contoh urine
langsung ke dalam pielum melalui kateter ureter. Melalui alat ureteronoskopi
dapat dilihat langsung ke dalama pielum. Jika ada massa pada pielum diambil
contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi.
a. Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium
lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalahhematuria (adanya
darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang
tampak kemerahan atau diketahui melalui analisis air kemih.
b. Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan
balik yang ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah
perienal atau perdarahan ke dalam jaringan ginjal.
c. Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor
bergerak turun melalui ureter.
d. Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa
bagian atau seluruh ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia
pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia
sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormone eritropoietin, yang
merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah
merah.
Tanda-tanda lain dari Karsinoma ginjal adalah:
a. warna urin abnormal (gelap atau coklat) karena terdapat darah dalam urin;
b. kehilangan berat badan lebih dari 5%;
c. kebanyakan karsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat
pemeriksaan diagnostic abdomen seperti CT-Scan;
d. gejala yang nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti
fraktur patologi pada paha.
e. Perut membuncit (tumor abdomen): 75%-90%.
f. Hipertensi diduga oleh karena penekanan tumor pada arteri renalis
sehingga terjadi iskemia jaringan ginjal atau akibat hipersekresi renin.
g. Anemia dan penurunan berat badan.
h. Demam, malaise, muntah-muntah, dan anoreksia.
i. Tanda-tanda infeksi saluran kencing (Amalia, 2014).
j. Adanya massa besar di abdomen, terutama pada anak-anak usia 1-5
tahun harus menimbulkan kecurigaan adanya Wilms tumor.
Neoplasma ini bersifat agresif dan bermetastase ke berbagai organ, namun
responsive terhadap pemberian terapi kombinasi. Wilms tumor bila
terdiagnosa dan mendapatkan terapi yang tepat mempunyai angka
kesembuhan yang cukup tinggi yaitu mencapai 90%.
2.6 Patofisiologi
Karsinogen akan menyebabkan kerusakan pada DNA atau
bahasa kerennya mutasi DNA yang ada pada inti sel. Unit fungsional DNA
disebut gen yang terkenal sebagai pembawa sifat keturunan. Sebenarnya
fungsi DNA ini adalah pengatur semua kehidupan sel. Kerusakan-kerusakan
pada DNA akan diperbaiki oleh yang namanya DNA repair mechanism, bila
repair ini gagal maka sel akan mengalami Apoptosis. Apoptosis ini adalah
kematian sel dengan cara bunuh diri akibat terpapar asap rokok. Mutasi ini
dapat mengaktivasi gen-gen yang diberi nama oncogenes (dinamakan demikian
karena aktivasi berlebihan dari gen ini menyebabkan sel akan terus membelah
dan menjadi kanker) seperti gen RAS atau menginkativasi tumoursuppressor
genes (gen yang menekan timbulnya tumor jadi kerjanya berlawanan dengan
oncogene) (Nelson. 2008).
Karena onkogen seperti RAS teraktivasi akhirnya sel-sel jadi membelah
tidak teratur, dan membentuk sel-sel dengan struktur yang lebih primitif,
semaunya sendiri (otonom), tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku secara
alami, bahkan dengan mudah terlepas. Sel-sel yang terlepas paling sering masuk
aliran limfe dalam pembuluh limfe, juga darah dan kemudian bila dia berhenti
pada suatu tempat dia akan berkembang biak disitu menimbulkan yang disebut
dengan anak sebar (metastases) (Nelson. 2008).
Menurut Baradero (2009), penyebab pasti karsinoma sel ginjal belum
diketaui, ada faktor risiko tertentu yang dikaitkan yaitu merokok. Faktor lainnta
adalah kontak dengan bahan-bahan kimia (pemajanan tempat kerja). Sekitar 3%
dari tumor ginjal malingnan adalah adenokarsinoma. Biasanya karsinoma
sel ginjal adalah unilateral (mengenai hanya satu ginjal), tetapi mungkin
juga bilateral. Pada tahap I, tepi tumor jelas dan berkapsul. Tumor ini menekan
parenkim ginjal. Pada tahap I ini yang terkena adalah bagian atas ginjal
dan biasanya diketahui saat tumor seudah besar. Pada tahap II, tumor
bermetastasis ke jaringan lemak yang mengelilingi ginjal. Pada tahap III,
metastasis masih lokal, tetapi melalui vena renalis dan limfatik (kelenjar limfa).
Pada tahap IV, metastasis dapat menjalar ke organ tubuh yang lain misalnya
paru-paru, tulang, hepar, limpa, ginjal sebelah, dan otak.
Hematuria tanpa nyeri adalah tanda yang paling sering muncul.
Hematuria ini intermitten sehingga dapat membuat pasien menunda permintaan
bantuan medis. Pemeriksaan urologis yang cepat untuk mencari penyebab
hematuria tanpa nyeri dapat mengubah prognosis. Pasien dapat mengalami
hipertensi karena stimulasi di sistem renin-angiotensin. Pemeriksaan IVP
(intravenous pyelography) dapat menunjukkan perubahan bentuk ginjal karena
adanya tumor, (Baradero, 2009).
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan tumor ginjal adalah untuk menghilangkan
tumor sebelum terjadi metastasis. Nefrektomi radikal adalah terapi pilihan
jika tumornya dapat diangkat. Tindakan ini mencakup pengangkatan ginjal serta
tumornya. Kelenjar adrenal, lemak perirenal, disekitarnya serta fasia gerota dan
nodus limfatikus. Terapi radiasi, hormonal atau kemoterapi dapat dilakukan
bersama-sama pembedahan, imunoterapi dapat pula membantu (Smeltzer dan
Barre: 2002).
a. Pembedahan
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah
dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneall total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.
b. Radioterapi
Tumor renal di kenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi
dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung,
hati dan paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita
dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk
atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga di
berikan radioterapi.Radioterapi dapat juga di gunakan untuk metastase ke
paru, otak, hepar serta tulang.
c. Kemoterapi
Tumor renal termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika
yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek
samping yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat
diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-
32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah
selama 4-8 minggu. Jadi, tujuan pemberian terapi adalah untuk
menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan massa tumor
sehingga lebih mudah di reseksi total.
2.7.2 Terapi Pengobatan
a. Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal
adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek
atau nefrotomi radikal).
b. Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar
adrenal diatasnya, jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah
bening. Pada nefrektomi simplek, dilakukan pengangkatan ginjal saja.
c. Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat khusus ke dalam
pembuluh darah yang menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini,
tumor akan kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya.
d. Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum pembedahan atau untuk
mengurangi nyeri dan perdarahan jika pembedahan tidak mungkin
dilakukan. Embolisasi arteri bisa menyebabkan mual, muntah atau nyeri
yang bersifat sementara.
e. Terapi penyinaran biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri pada
kanker yang telah menyebar ke tulang. Efek samping dari terapi
penyinaran adalah kulit di tempat penyinaran menjadi merah atau gatal,
mual dan muntah.
f. Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis,
misalnya interferon atau interleukin-2. Secara normal, zat tersebut
dihasilkan oleh tubuh dan juga dibuat di laboratorium untuk membantu
mengobati penyakit. Efek samping yang timbul berupa menggigil, demam,
mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
Di beberapa pusat di Eropa, diberikan kemoterapi preoperatif untuk
memperkecil tumor dan hal ini diharapkan mempermudah reseksi definitif.
Pasien tanpa metastasis saat didiagnosis diberikan Vincristin dan
Actinomisin-D sebagai terapi preoperatif, pasien dengan metastase (paru, tulang)
diberikan Doxorubicin. Dosis Actinomisin D yang diberikan 15 mg/kgBB/hari
IV,dosis Vincristin0,05 mg/kgBB/hari IV, dan dosis Doxorubicin 1,0 mg/kgbb
IV. Kebanyakan pusat pengobatan mengikuti protokol kemoterapi yang
dikeluarkan oleh National Wilms Tumor Study Group. Untuk tumor stadium I
dan II dengan diferensiasi baik diberikan Vincristin dan Actinomisin-D.
Untuk tumor stadium III dengan diferensiasi baik diberikan Vincristin,
Actinomisin-D, dan Doxorubicin, dan terapi radiasi juga diberikan. Untuk tumor
stadium IV dengan diferensiasi baik, Vincristin, Actinomisin-D, dan
Doxorubicinjuga diberikan, dan terapi radiasi diberikan pada tempat-tempat
terdapatnya metastasis tumor, khususnya paru.
Pemantauan post-terapi dianjurkan pada pasien yaitu dengan pemeriksaan
radiografi thoraks setiap 3 bulan selama tahun pertama dan kedua, dan
setiap 6 bulan selama 5 tahun berikutnya. Pemeriksaan USG abdomen
dianjurkan setiap 3 bulan selama tahun pertama dan kedua setelah terapi, dan
selanjutnya tiap 6 bulan sampai 5 tahun setelah terapi.
2.8 Prognosis dan Komplikasi
2.8.1 Prognosis
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena
kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa
memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang
jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran,
kemoterapi maupun hormon.
Angka kesembuhan general untuk WT unilateral adalah 80% sampai
dengan 90%. Namun beberapa persen dari pasien yang dinyatakan sembuh
setelah jangka waktu yang lama akan menderita neoplasma malignant sekunder,
baik karena faktor predisposisi genetik terhadap neoplasia ataupun akibat terapi
yang dijalaninya.
Berikut ini adalah faktor prognostik dari parameter klinis dan morfologi
tumor.
a. Usia penderita
Pasien di bawah 2 tahun mempunyai resiko metastasis yang lebih kecil
dan 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan dengan yang >2
tahun.
b. Stage
Stage klinikopatologi merupakan determinator yang paling penting.
Invasi kapsuler, ruptur durante ops, invasi ekstrarenal, implant tumor di
tempat lain, metastase KGB dan jauh, juga bila mengenai kedua belah
ginjal, prognosisnya akan bertambah buruk.
c. Diferensiasi tubuler extensif
Merupakan petanda prognosis baik. Begitu juga dengan diferensiasi
glomerular.
d. DNA ploidy
Prognosis tumor Wilms dipengaruhi oleh stadium dan histologi tumor.
Bentuk anaplastik mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan
dengan tumor Wilms yang klasik. Umur penderita juga mempengaruhi
prognosis, semakin tua usia anak , semakin sering metastase dan
semakin luas metastasis semakin jelek prognosisnya. Angka kesembuhan
pada tumor Wilms terlokalisir pada saat didiagnosis lebih dari 85%,
sedangkan pasien dengan metastasis paru mempunyai disease-free
survivalsekitar 70%-80%. Stadium I sampai III mempunyai tingkat
kesembuhan lebih dari 90%.
2.8.2 Komplikasi
Tumor ini dapat melakukan metastase yang luas ke berbagai organ
(Nursalam, 2008). Metastase dapat mencapai ke paru-paru, tulang, hati, otak, dan
ginjal yang lain. Seperempat hingga setengah bagian pasien tumor ginjal sudah
mengalami kelainan metastasik pada saat penyakitnya didiagnostik (Smeltzer
dan Barre, 2002).
2.9 Pencegahan
Ambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan Anda dapat
membantu mengurangi risiko kanker ginjal. Untuk mengurangi risiko Anda,
cobalah untuk:
a. Berhenti merokok. Jika Anda merokok, berhenti. Banyak pilihan untuk
berhenti termasuk program-program dukungan, obat-obatan dan produk-
produk pengganti nikotin. Beritahu dokter Anda Anda ingin berhenti,
dan diskusikan pilihan Anda bersama-sama.
b. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Tambahkan lebih banyak buah
dan sayuran untuk diet Anda. Berbagai buah-buahan dan sayuran
membantu memastikan bahwa Anda memperoleh semua nutrisi yang
dibutuhkan tubuh Anda. Mengganti beberapa camilan Anda dan lauk
pauk dengan buah-buahan dan sayur-sayuran dapat membantu Anda
menurunkan berat badan.
c. Menjaga berat badan yang sehat. Bekerja untuk mempertahankan berat
badan yang sehat. Jika Anda kelebihan berat badan atau kegemukan,
mengurangi jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari dan mencoba
untuk melaksanakan sebagian besar hari dalam seminggu. Tanyakan
kepada dokter Anda tentang strategi lain yang sehat untuk membantu
Anda menurunkan berat badan.
d. Kontrol tekanan darah tinggi. Mintalah dokter Anda untuk memeriksa
tekanan darah Anda pada pertemuan berikutnya. Jika tekanan darah
Anda tinggi, Anda dapat mendiskusikan pilihan-pilihan untuk
menurunkannya. Langkah-langkah gaya hidup seperti berolahraga,
penurunan berat badan dan perubahan diet dapat membantu. Beberapa
orang mungkin perlu menambahkan obat-obatan untuk menurunkan
tekanan darah mereka. Diskusikan pilihan dengan dokter Anda.
e. Kurangi atau hindari paparan racun lingkungan. Jika Anda bekerja
dengan bahan kimia beracun, ambil tindakan pengamanan khusus seperti
memakai masker dan sarung tangan tebal. Di Amerika Serikat,
perusahaan diwajibkan untuk memberi tahu Anda apa bahan kimia Anda
mungkin terpapar pada pekerjaan. Mengikuti prosedur keselamatan
kerja, dan bertanya kepada dokter Anda jika ada cara lain untuk
melindungi diri dari paparan bahan kimia.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Massa abdomen pada masa kanak-kanak harus dipertimbangkan sebagai
keganasan sampai pemeriksaan pencitraan dan laboratorium menegaskan asal
massa tersebut. Jika diragukan, biopsi atau eksisi dan pemeriksaan histologi
adalah jalan terakhir untuk menegakkan diagnosis. Ketika massa abdomen
ditemukan, sebaiknya langsung dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
lengkap diikuti oleh pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan ginjal,
Pemeriksaan pencitraan menurut (Basuki, 2003) meliputi:
a. CT-Scan
CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma
ginjal. Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam
mengetahui adanya penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi
perirenal dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal. CT Scan
berguna sebagai tambahan ketepatan dalam membedakan antara kista atau
tumor padat terutama dalam melakukan staging. Dapat juga dilakukan untuk
melihat adanya sisa tumor setelah pembedahan atau adanya rekurensi tumor
pasca bedah. CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada
karsinoma ginjal. Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi
dalam mengetahui adanya penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava,
ekstensi perirenal dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.
b. USG
Apabila terdapat keraguan antara kista atau tumor padat ginjal,
maka pemeriksaan tersederhana dan murah adalah pemeriksaan
ultrasonografi. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada
massa solid atau kistik. Pemeriksaan USG umumnya dapat membedakan
karsinoma renal, angioleiomiolipoma renal dan kista renal sederhana.
Lemak menunjukkan hiperekoik, karsinoma sel renal tidak mengandung
lemak sehingga USG dapat membedakan dengan baik karsinoma renal
dan angioleimiolipoma renal. Tapi angioleimiolipoma renal yang
mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis keliru sebagai karsinoma
renal.
c. MRI
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor. MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis
dan vena cava tanpa membutuhkan kontras, tetapi kelemahannya adalah
kurang sensitif mengenali lesi solid yang berukuran kurang dari 3 cm. MRI
juga bermanfaat untuk magnetic resonance venography untuk membantu
diagnosis trombus pada vena renalis. MRI dapat menunjukkan informasi
penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior
termasuk perluasan ke daerah intarkardia.
d. Laboratorium
Urinalisis. Pemeriksaan makroskopik didapatkan adanya darah dalam
urine. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan sel-sel darah merah. Kultur
urine untuk mendeteksi adanya ISK. Hb menurun karena kehilangan darah,
infeksi, uremia, leukositosis, acid phospatase meningkat, ACTH
meningkat, alkalin phospatase meningkat, SGPT SGOT meningkat.
e. Sitoskopi dan Biopsi
Dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan
mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik
f. Sitologi
Pengecetan dengan media sieman/ papanicelaou pada sedimen urine
terdapat transionil sel daripada tumor.
g. Pemeriksaan Gross
Pemeriksaan spesimen bedah sangat penting dalam menetapkan staging
penyakit. Pewarnaan kapsul spesimen sebelum fiksasi dan insisi juga harus
dilakukan untuk mencegah over diagnosis dari keterlibatan invasi kapsular.
Ahli patologi harus secara rutin mengidentifikasi vena renalis dan
memeriksa lumen vena tersebut untuk keberadaan tumor intralumen. Blok
histologi batasan tumor dan ginjal merupakan bagian yang sangat informatif
karena dapat menggambarkan lesi prekusor tumor ini. Sinus renal juga
harus disampling. Sampai saat ini invasi ke sinus renalis tidak menaikkan
staging penyakit menjadi stage 2 pada tumor yang terlokalisir (Chrestella,
2009).
Amalia, Z. 2014. Tumor Wilms (Nephroblastoma). Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Baradero, Mary, dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Basuki P. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.
Basuki, Purnomo. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Brooker, C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Edisi 31. Jakarta: EGC. Chrestella,
J. 2009. Wilms Tumor. Medan: Universitas Sumatera Utara,
Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dorland, W.A.N. 2010. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta:
EGC.
Grace a. Pierce & Borley R. Neil. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta:
Erlangga.
Nelson, W. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidayat & De Jong, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8 Vol. 1,2). Alih bahasa oleh Agung Waluyo dkk.
Jakarta: EGC.
Surharyanto, et al. 2009 . Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: TIM.
Wulandari, E. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.