Upload
nurkholis-al-rosyid
View
71
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sippp
Citation preview
DEFINISI
Penyakit Parkinson adalah suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat
otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dsn mengatur gerakan. Karakteristik yang
muncul berupa bradikinesia( perlambatan gerakan ), tremor dan kekakuan otot ( Smeltzer dan
Bare 2002 ). Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut,
dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada
pengobatan yang dapat menyembuhkannya
ETIOLOGI
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya,
penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me
bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor
lainnya seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit
Parkinson,
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau
penyebab lain yang tidak diketahui
Patofisologi
Lesi utama tampak menyebabkn hilangnya neuron pigmen , terutama neuron di dalam
substansia nigra pada otak ( substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang
memproyeksikan serabut- serabut korpus striatum). Salah suatu neurotransmiter mayor didaerah
otak ini dan bagian bagian lain pada sistem saraf pusat adalah dopamin yang mempunyai fungsi
penting dalam menghambat gerakan pada pada pusat kontrol gerakan . secara normal dopamin
memiliki kosentrasi yang tinggi di bagian bagian otak tertentu , namun pada penyakit parkinson
kosentrasi dopamin menipis dan substansia nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamin
dalam basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia , kekakuan dan tremor .
Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit parkinson dan ada kejadian
demensia yang tinggi . Data patologis dan biokimia menunjukan bahwa klien demensia dengan
penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta alzheimer. Pada kebanyakaan klien penyebab
penyakit tersebut tidak diketahui parkinsonisme arterisklerosis terlihat lebih sering pada
kelompok usia lanjut . ini menyertai ensefalitis, keracunaan atau toksisitas ( mangan , karbon
monoksida ) hipoksia , atau dapat pengaruh obat
Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan , kaku otot , tremor
menyeluruh , kelemahan otot, dan kehilangan refleks postural . Gejala awal yang dialami klien
adalah kaku ekstermitas dan kaku pada semua gerakan. Klien mengalami kesulitan untuk
memulai , mempertahankan dan membentuk aktivitas motorik dan lambat dalam menghasilkan
aktivitas normal . Gejala yang terlihat sebagai pertanda bahwa penyakit telah berlanjut adalah
tremor, sering kali pada salah satu tangan dan lengan , kemudian kebagian yang lain dan
akhirnya pada bagian kepala , walaupun tremor ini tetap unilateral . Karekteristik tremor dapat
berupa lambat , gerakan membalik ( pronasi-supinasi ) pada lengan bawah dan telapak tangan,
dan gerakan ibu jari terhadap jari- jari seolah olah memutar sebuah pil diantara jari- jari .
Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkosentrasi atau merasa cemas , dan muncul pada
klien sedang beristirahat
Karakteristik lain adalah penyaknit ini mempengaruhi wajah , sikap tubuh , dan gaya berjalan .
klien mengalami kehilangan ayunan tangan normal , sehingga menyebabkan keterbatasan otot ,
wajah mengalami sedikit ekspresi . hal ini terlihat saat klien berbicara , wajah klien seperti
topeng ( sering mengedipkan mata ) raut wajah yang ada muncul sekilas.
Klien mengalami kehilangan refleks postural , berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan
berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong . Kesulitan dalam berputar dan hilangnya
keseimbangan ( salah satunya kedepan atau kebelakang ) dapat menyebabkan klien sering
terjatuh . tanda depresi ydenang muncul pada klien belum dapat ditetapkan apakah depresi
sebagai reaksi terhadap gangguan atau yang berhubungan dengan abnormalitas biokimia .
Rigiditas pada penyakit parkinson jelas sekali memperlihatkan tahanan yang bergelombang
sehingga dinamakan cogwheel rigidity. Pada rigiditas deserbrasi terdapat tahanan pada gerakan
fleksi dan ekstensi pasif anggota gerak yang memupunyai segi spastik juga. Rigiditas deserebrasi
merupakan manifestasi hilangnya pengaruh inhibisi dan meningkatnya pengaruh eksitasi
terhadap gamma loop akibat kerusakan di bagian rostral batang otak. Secara singkat dapat
dinyatakan bahwa sebenarnya pengaru inhibisi pada sumsum ekstrapiramidal adala faktor utama
terjadinya genesis rigiditas deserebrasi
Rigiditas deserebrasi memperlihatkan juga pengaruh penurunan implus vestibularis terhadap
sikap tubuh yang serba kaku itu. Sikap tubuh yang kaku tersebut adalah seluruh tubuh kaku ,
dengan kedua lengan dirotasikan pada sendi bahu dan lurus pada sendi siku. Kedua tangan
bersikap pronasi dengan jari jari lurus tapi ditekuk di sendi sendi metakarpofalangeal . kedua
tungakainya bersikap lurus disendi panggul dan lutut sedangkan kaki dan jari jarinya berfleksi
kaku . jika kepala diputar kekanan, lengan kiri akan melakukan gerakan fleksi di sendi siku
secara reflestorik . bila kepala ditengadahkan secara pasif sikap deserebrasi seperti yang
digambarkan diatas menjadi berlebihan ,berminyak dan sering menderita dermatitis seboronik ,
sulit menelan konstipasi dan gangguan kadung kemih yang diperberat oleh obat obatan anti
kolinergik dan hipertropi prostat .
Gangguan saraf okulomotorius terlihat saat klien melakukan konvegerensi . penglihatan menjadi
kabur karena klien tidak mampu mempertahankan kontraksi otot otot bola mata . gerakan kedua
bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak tidak selalu berjalan searah , melainkan
bisa juga berlainan. Gerakan bola mata yang singkron dengan arah yang berlawanan hanyalah
gerakan kedua bola mata ke arah nasal . dalam gerakan itu bola mata kiri bergerak kekanan dan
bola mata kanan bergerak kekiri . gerakan kedua bola mata keara nasal dinamakan kovergen
yang terjadi karena kedua otot rektus medialis ( internus) berkontraksi . Krisis oligurik
menyertai parkinsonisme jenis pasca –ensefalitis yaitu terjadi spasme pada otot otot konjugasi
mata , mata terfiksasi biasanya keatas selama beberapa menit sampai beberapa jam. Saat ini ,
krisis oligurik jarang diketemukan karena jumla klien yang masih bertahan hidup dengan tipe
parkinsonisme ini semakin sedikit
Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri . otot otot kelelahan karena terjadi rigiditas pada otot
karena terjadi rigiditas pada otot . hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf
otonom .Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi , inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran jalan nafas .
PATHWAY Faktor predisposisi lesi di substansia nigra: Usia dan arteriosclerosis, post-ensefalitis, induksi
obat, dan keracunan logam berat
Dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum
Kehilangan kelola dari substansia nigra
Kerusakan control gerakan volunteer yang memiliki ketangkasan sesuai dan
gerakan otomatis
Aliran darah serebral regional menurun
Manifestasi psikiatrik
Perubahan kepribadian, psikosis, demensia, dan
konfusi akut
KognisiPersepsi
Akut
Kerusakan komunikasi verbal
Perubahan proses piker,
Koping individu tidak efektif
Gangguan S . III Manifestasi otonom Gangguan S . VIII Tremor ritmik
bradikinesiaGangguan kontraksi otot-otot bola mata
Gangguan konvergensi
Pandangan kabur
Perubahan persepsi sensorik visual
Berkeringat, kulit berminyak, sering
dermatitis, rasa lelah berlebihan dan otot
terasa nyeri, hipotensi post turnal, penurunan
kemampuan batuk elektif
Rigiditas deserebrasi
Perubahan wajah dan
sikap tubuh
Risiko tinggi kebersihan jalan nafas tidak efektif
Risiko penurunan perfusi perifer
Nyeri ototGangguan pemenuhan
ADL
Gangguan citra diri
Perubahan gaya berjalan , kekuatan dalam beraktivitas
Hambatan mobilitas fisik
Penurunan aktivitas fisik umum
Risiko konstipasi
Gangguan eliminasi alvi
Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem persarafan
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik , pemeriksaan dignostik dan pengkajian
psikososial
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia
50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsaa, agama, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks
postural.
RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
Pada anamnesis , sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan
lengan, kemudian ke bagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap
unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada
lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar
sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa
cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap
tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berkeringat,
dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung
kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :
Apakah anda mengalami kekakuan tangan atau kaki ?
Apakah anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki ?
Apakah anda mengalami ”beku” atau terpaku dan tidak mampu bergerak ?
Apakah air liur anda berlebihan ?
Pernahkah anda (orang lain) melihat diri anda meringis atau membuat gerakan wajah
atau mengunyah ?
Aktifitas fisik apa yang sulit anda lakukan ?
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya
riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu
yang lama.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit parkinson dengan sebab genetik
yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian
dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi
dan diabetes melitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang
dapat mempercepat progresifnya penyakit.
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat, dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diriyang
ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak
kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda depresi.
Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori
(ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, dimensia, konfusi
akut) umumnya terjadi pada lansia.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.
Keadaan Umum
Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi
pernapasan.
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan atau kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi , stridor, ronkhi pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh
otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
Penatalaksanaan Medis
Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan mencakup
antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamin oksidasi (MAO), dan
antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia meliputi:
Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu
dalam menghilangkan tremor.
Terapi antikolinergik
Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk
mengontrol tremor dan kekakuan parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf
pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur , wajah memerah, ruam padawajah,
konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena
obat-obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang
dialami klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap adanya
tanda-tanda retensi urine.
Amantadin Hidrokhlorida
Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agen anti virus yang digunakan pada awal
pengobatan penyakit Parkinson untun menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesia.
Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan
didalam saraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan perasaan
hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan
gangguan penglihatan.
Terapi levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling
efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L dan
(MD4)-dopa menjadi dopamine pada basal ganglia. Seperti disebutkan di atas dopamine
dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang
pada klien dengan penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar
dopamine yang lebih tinggi akibat pembarian levodopa.
Derivat Ergoet-Agonis Dopamin
Agen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai agonis reseptor dopamine,
agen ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada klien yang mengalami
reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis yang ringan.
Inhibitor MAO
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat
ini menghambat pemecahan dopamin, sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai,
tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.
Antidepresan
Anti depresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi
pada penyakit Parkinson.
INTERVENSI PEMBEDAHAN
Meskipun banyak pendekatan yang berbeda saat ini, penatalaksanaan
pembedahan terhadap penyakit Parkinson masih menjadi bahan penelitian dan
controversial. Pada beberapa klien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa
berat, pembedahan dapat dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala
pada klien tertentu, namun hal ini tidak menunjukkan adanya perubahan perjalanan
penyakit atau perkembangan kea rah permanen. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat
dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi.
Pendekatan lain mencakup transplantasi jaringan saraf kedalam basal ganglia dalam
upaya membuat pelepasan kembali dopamin normal. Transplantasi saraf pada medula
adrenal klien kedalam basal ganglia efektif mengurangi gejala pada sebagian kecil klien.
Transplantasi sel-sel saraf menggunakan jaringan fetus telah dicoba, bagaimananpun
prosedur ini masih diperdebatkan. Penelitian tenteng hal ini dan pembedahan lain serta
pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan
fisik.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemhan neuromuscular,
menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan
penurunan aktivitas
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengandepresi dan disfungsi
karena perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat.
RENCANA INTERVENSI
Sasaran yang ingin dicapai adalah klien mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, mencapai eliminasi usus adekuat, mencapai dan mempertahankan kepuasan status
nutrisi, pencapaian komunikasi dan pengembangan mekanisme koping.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran
darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
Pemeriksaan Fungsi Serebri
Status mental biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka
panjang.
Pemeriksaan Saraf Kranial
Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya
klien lanjut usia dengan penyakit parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi penglihatan
menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-oto bola mata.
Saraf V. Pada klien dengan penyakit parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah.
Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat
bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan
penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
Sistem Motorik
Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami regiditas
deserebrasi.
Tonus otot ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya
kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural , apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri
dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke
belakang) dapat menimbulkan sering jatuh
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit parkinson mengalami penurunan terhadap
sensasi sensori secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati.
B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi
klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten
dengan teknik steril.
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami
konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara umum pada
seluruh oto dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakkan karena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma
fisik bila melakukan aktivitas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan tremor, perlambatan
dalam proses makan , kesulitan dalam mengunyah dan menelan
Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan
berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Intervensi Rasionalisasi
Evaluasi kemampuan makan klien Klien mengalami kesulitan dalam
mempertahankan berat badan mereka. Mulut
mereka kering akibat obat-obatan dan
mengalami kesulitan mengunyah ndan
menelan.
Klien berisiko mengalami aspirasi akibat
penurunan reflex batuk
Observasi/timbang berat badan jika
memungkinkan
Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan
kekurangan asupan nutrisi menunjang
terjadinya masalah, katabolisme, kandungan
glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan.
1. Gangguan menelan disebabkan oleh
tremor pada lidah,ragu-ragu dalam
memulai menelan. Kesulitan dalam
membentuk makanan dalam bentuk
bolus
2. Makanan setengah padat dengan
sedikit air memudahkan untuk
Meningkatkan kemampuan klien dalam
menelan dan dapat membantu pemenuhan
nutrisi klien melalui oral.Tujuan lain adalah
mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan
masuknya makanan, dan mencegah gangguan
pada lambung
menelan
3. Klien dianjurkan untuk menelan
secara berurutan
4. Klien duanjurkan untuk meletakkan
makanan diatas lidah, menutup bibir
dan gigi, dan menelan
5. Klien dianjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian kesisi yang lain
6. Untuk mengontrol air liur,klien
dianjurkan untuk menahan kepala
tetap tegak dan membuat keadaan
sadar untuk menelan
7. Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu
8. Berikan makanan kecil dan lunak
Monitor pemakaian alat bantu Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga
makanan agar tetap hangat dank lien
dianjurkan untuk tetap istirahat selama waktu
yang ditetapkan untuk makan,alat-alat khusus
juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang
tidak mudah pecah. Alat-alat makan yang
dapat digenggam sendiri digunakan sebagai
alat bantu.
Kaji fungsi system GI meliputi suara bising
usus, catat terjadinya perubahan didalam
lambung seperti mual, muntah.Observasi
perubahan gerakan usus misalnya diare,
konstipasi
Fungsi system GI sangat penting untuk
asupan makanan. Ventilator dapat
menyebabkan kembung pada lambung dan
perdarahan lambung
Anjurkan pembeerian cairan 2500 cc/hari Mencegah terjadinya dehidrasi akibat
selama tidak terjadi gangguan jantung penggunaan ventilator selama klien tidak
sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang
diindikasikan
Memberikan informasi yang tepat tentang
keadaan yang dibutuhkan klien
Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,pelambatan
bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien
dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka
yang lemah, monoton, dan terdengar halus
menuntut kesadaran berupaya untuk bicara
dengan lambat, dengan penekanan perhatian
pada apa yang mereka katakana.
Menentukan cara-caara komunikasi seperti
mempertahankan kontak mata, memberikan
pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak,
menggunakan kertas dan pensil/bolpoin,
gambar, atau papan tulis, bahasa isyarat,
perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan
Mempertahankan kontak mata akan membuat
klien tertarik selama berkomunikasi. Jika klien
dapat mengerakan kepala, mengedipkan mata,
atau sedang dengan isyarat-isyarat
sederhana,lebih baik dengan menggunakan
pertanyaan ya atau tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan klien, selain itu dapat
mengakibatkan frustasi dalam upaya
memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga
dapat bekerjasama untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Katter yang terpasang ditangan akan
terpasang kateter intravena mengurangi kebebasan klien dalam menulis
atau memberi isyarat
Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan klien
dan berikan penjelasan cara penggunaannya.
Jawab panggilan tersebut dengan segera.
Penuhi kebutuhan klien. Katakan pada klilen
bahwa perawat selalu siap membantu jika
dibutuhkan
Ketergantungan klien pada vebtilator akan
membuat klien lebih baik dan rileks, merasa
aman, dan mengerti bahwa selama
menggunakan ventilator, perawat akan
memenuhi segala kebutuhannya
Buatlah catatan pada kantor perawat tebtabg
keadaan klien yang tidak dapat berbicara
Menginggatkan staf perawat untuk berespon
dengan klien selama memberikan perawatan
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat
dengan klien untuk berbicara denga klien ,
memberikan informasi tentang keluarganya,
dan keadaan yang sedang terjadi
Keluarga dapat merasa akrab dengan klien dan
berada dekat klien selama bicara. Pengalaman
ini dapat membantu dan mempertahankan
kontak nyata seperti merasakan kehadiran
anggita keluarganya yang dapat mengurangi
perasaan kaku
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa Ahli terapi wicara bahasa dapat embantu dalam
membentuk peningkatan latihan pecakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasionalisasi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
fungsi motoric
Lakukan program latihan yang meningkatkan
kekuatan otot
Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,
menurunkan kekuatan otot dan mencegah
kontraktur bila otot tidak digunakan
Lakukan latihan postural Lakukan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher tertarik
kedepan dan kebawah
Ajarkan teknik berjalan khusus
Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan
tegak, memandang lurus ke depan, dan
menggunakan cara berjalan dengan dasar
lebar (missal nya berjalan dengan kaki
terpisah)
Klien dianjurkan untuk latihan berjalan
dengan diiringi music marching dan atau
lagu, karena ini akan memberikan rangsang
ensorik
Latihan bernafas sambil berjalan membantu
intuk menggerakan rangka tulang rusuk dan
transport oksigen untuk mengisi bagian paru-
paru yang kadar oksigennya rendah
Melakukan periode isttirahat yang sering
untuk membantu pencegahan frustrasi dan
kelelahan
Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari
untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret
dan kecenderungan tubuh condong ke depan
Anjurkan mandi hangat dan masasse otot Mandi hangat dan masasse membantu otot-otot
rileks saat melakukan aktifitas aktif dan pasif
dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang
mengkibatkan kekakuan
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri, sesuai toleransi
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisiotherapi untuk Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
latihan fisik klien ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan
fisik oleh tim fisiotherapi
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya
kekuatan, kehilangan control otot/ koordinasi
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
merawat diri, klien mampu melakukan aktivita perawatan firi sesuai dengan tingkat
kemampuanyya, mengidentifikasi personal/ masyarakat yang dapat membantu
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam
skala 0-4 untuk melakukan ADL
Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan individu
Hindarri apa yang tidak dapat dilakukan klien
dan bantu bila perlu
Menghindari lien dari keadaan cemas dan
ketergantungan untuk mencegah frustasi dan
harga diri klien yang rendah
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas Dukungan pada klien selama aktivitas
kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
perawatan diri
Rencanakan tindakan untuk mengatasi
keterbatasan penglihatan seperti tempatkan
makanan dan peralatan dalam satu tempat,
dekatkan tempat tidur ke dinding
Klien akan mampu melihat dan memakan
makanan, akan mamou melihat keluar
masuknya orang lain
Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan diperlukan untuk
mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
Gunakan pagar disekeliling tempat tidur Gunakan pagar disekeliling tempat tidur baik
tempat tidur di rumah maupun di rumah sakit,
atau tali yang diikatkan pada tali yang
diikatkan pada kaki tempat tidur untuk
memberi bantuan dalam mendorong diri untuk
bangun tanpa banatuan orag lain
Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air
kecil, kemampuan menggunakaan
urinal,pispot. Antarkan kre kamar mandi bila
kondisi memungkinkan
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan
perawat dapat menimbulkan masalah
pengosongan kandung kemih oleh karena
masalah neurologik
Identifikasi kebiasaan buang air besar,
anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah
konstipasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria dan
obat pelumas feses/pencahar
Pertolongan pertama terhadap fungsi bowel
atau BAB
Konsultasi terhadap dokter okupasi Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi
kebutuhan khusus
Gangguan komunikasi alvi(konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan
aktivitas
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi
Kriteria hasil : Kllien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat,
konsistensi feses lembek, tidak teraba masa pada kolon, bising usus normal (15-30x/menit)
Intervensi Raionalisasi
Monitor adanya konstipasi Klien Parkinson mempunyai masalah
konstipasi berat. Faktor-faktor yang
menyebabkan kondii ini adalah melemahnya
otot-otot yang digunakan dalam defekasi,
kurangnya latihan , tidak adekuatnya
masukan cairan, dan penurunan system saraf
otonom dan obat-obatan yang digunakan
untuk mengobati penyakit, juga menghambat
sekrei normal usus
Berikan penjelasan pada klien tentang
penyebeb konstipasi.
Klien dan keluarga akan mengerti penyebab
konstipasi
Modifikasi defekasi yang teratur, anjurkan
pada klien untuk makan makanan yang
Defekasi yang teratur dan rutin dapat
membangun semangat untuk mengikuti pola
mengandung serat yang teratur, sadar untuk meningkatkan
asupan cairan dan makan makanan yang
mengandung serat. Diet seimbang tinggi
kandungan serat. Diet seimbang tinggi
kandungan serat merangsang peritaltik dan
eliminasi regular
Atur posisi duduk toilet Dudukan toilet ditinggikan untuk
memudahkan aktivitas toilrting karena klien
sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisi
duduk
Bila klien mampu minum, berikan asupan
cairan yang cukup (2liter/hari) jika tidak ada
kontra indikasi
Asupan cairann adekuat membantu
mempertahankan konsisteni feses yang sesuai
pada usus dan membantu eliminai regular
Kolaborasi dengan tim kedokteran dalam
memberikan pelunak feses(laksatif,
supositoria, enema)
{Pelunak feses meningkatkan efisiensi
pembasahan air pada usus, yang melunakkan
maa feses dan membantu eliminasi.
DAFTAR PUSTAKA