Upload
yuli-fitriana
View
369
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refarat
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embrional Gigi
Tahap pembentukan gigi merupakan proses yang berkesinambungan
namun memiliki karakteristik yang dapat dibedakan melalui tahap-tahapannya,
yaitu tahap bud, cap dan bell. Masing-masing tahap menjelaskan bentuk dari
organ epitel enamel yang merupakan bagian dari perkembangan gigi. Pada tahap
inisial, bud berbentuk bulat, pertumbuhan sel epitel bersifat lokal dikelilingi oleh
sel mesenkim yang mengalami proliferasi. Berangsur-angsur epitel bud yang bulat
itu membesar, permukaannya semakin konkaf, merupakan awal dari tahap cap.
Saat itu, sel epitelial menjadi organ dan sisanya menjadi lamina. Mesenkim
membentuk dental papila yang akhirnya menjadi dental pulpa. Jaringan yang
mengelilingi dua struktur ini disebut dental folikel. 2
Setelah perkembangan lebih lanjut dari papila dan enamel organ, gigi
mengalami tahap morfodiferensiasi dan histodiferensiasi yang dikenal dengan
tahap bud. Pada tahap ini sel iner epitelium dapat dikarakteristikkan dari
pembentukan bentuk gigi. Sel enamel organ juga berdiferensiasi menjadi sel outer
enamel epitelium yang menutupi enamel organ yang akhirnya menjadi ameloblast
yang membentuk enamel dari mahkota gigi. Antara kedua lapisan sel ini terdapat
sel retikulum stelata yang berbentuk “star shape” dimana prosesusnya melekat
satu sama lain.1
Lapisan keempat dalam enamel organ dibentuk sel stratum intermedium.
Sel ini terletak berseblahan dengan inner epitelium. Sel-sel ini membantu
3
ameloblas dalam pembentukan enamel. Fungsi outer enamel epitelium adalah
untuk mengatur jaringan kapiler yang membawanutrisi ke ameloblas. Dari
outerenamel nutrisi disalurkan melalui retikulum stelata ke ameloblas. Selama
tahap bell, sel yang terletak pada bagian luar dari dental papil menjadi odontoblas.
Sel ini berdiferensiasi menjadi mesenkim. Odontoblas memanjang dan menjadi
kolumner, merekat membentuk serat-serat matriks kolagen yang diidentidikasikan
predentin.1
Setelah 24 jam terjadi penambahan kalsifikasi matriks, pembentukkan
dentin. Ketika beberapa penambahan dentin terlah terbentuk, ameloblas yang
terdiferensiasu memiliki enamel matriks. Dentinogenesis, dental lamina mulai
berdegenerasi dan mengalami lisis. Dental lamina menghilang di bagian anterior
dari mulut walaupun yang tersisa menjadi aktif di tegio posterior selama beberapa
tahun. 1
Gambar 1. Ilustrasi Anatomi Pembentukan Gigi.1
4
Gambar 2. Anatomi Gigi 1
Gambar 3. Perkembangan gigi sesuai usia1
5
2.2 Definisi
Kista merupakan rongga patologis yang dibatasi epitelium. Kista berisi
cairan atau setengah cairan. Lapisan epitelium itu sendiri dikelilingi oleh jaringan
ikat fibrokolagen. Infeksi gigi yang kronis dapat menjadi salah satu faktor
terbentuknya kista. Kista Dentigerous memiliki nama lain yaitu Kista Follikular
sebab merupakan hasil pembesaran folikel. Kista ini mulai terbentuk bila cairan
menumpuk di dalam lapisan-lapisan epitel email yang tereduksi atau diantara
epitel mahkota gigi yang belum erupsi. Kista dentigerous berkembang dari
proliferasi sisa organ enamel. 3,4
Kista dentigerous merupakan salah satu dari jenis Kista Odontogenik
yang membungkus mahkota gigi yang dipengaruhi ekspasi folikel yang dibatasi
oleh kantung jaringan ikat yang berbatas epitelium skuamosa berlapis. Kista
odontogenik sendiri terdiri dari beberapa jenis yang dibagi dalam berbagai
klasifikasi. Berikut merupakan kista odontogenik yang berkaitan dengan gigi dan
sekitarnya.4
Gambar 4. Pembagian kista odontogenik berkaitan dengan gigi disekitarya6
2.3 Epidemiologi
6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode survei deskriptif
dan sampel penelitian diambil dari Rekam Medis pasien selama periode Juli 2006
sampai Juli 2011 di Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUP Dr. Hasan
Sadikin, Kista dentigerous merupakan jenis kista odontogeni terbanyak yang
ditemukan yaitu sebesar 48,64 %.7 Kista dentigerous paling banyak disebabkan
impaksi gigi molar tiga bawah yaitu sebesar 13,89 %. Penderita Kista Dentigerous
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.5
2.4 Etiologi dan Patogenesis
Etiologi kista dentigerous biasanya berhubungan dengan ; a). Gigi
impaksi, b) Gigi erupsi tertunda, c) Perkembangan gigi dan d) Odontoma. Sebuah
kista terdiri atas 3 struktur dasar ; (1) Rongga sentral (lumen), (2) lapisan epitelial
dan (3) dinding luar. Pada rongga kista biasanya terisi cairan atau material semi
padat. Dinding kista terdiri atas jaringan ikat yang mengandung fibroblast dan
pembuluh darah. Kista merupakan lesi yang sering terjadi dan sangat penting
karena kista sendiri sering bersifat destruktif. 3,6
7
Gambar 5. Struktur Kista6
Ada dua teori mengenai pembentukan kista dentigerous. Teori pertama
menyatakan bahwa kista disebabkan oleh akumulasi cairan antara email tereduksi
dan mahkota gigi. Tekanan cairan mendorong proliferasi epitel email tereduksi ke
dalam kista yang melekat pada cemento-enamel juntion dan mahkota gigi. Teori
kedua menyatakan bahwa kista diawali dengan rusaknya stellate reticulum
sehingga membentuk cairan antara epitel email bagian dalam dan bagian luar.
Tekanan cairan tersebut mendorong proliferasi epitel email yang menyisakan
perlekatan pada gigi di bagian cemento-enamel juntion; lalu epitel email dalam
tertekan ke atas permukaan mahkota. Kista terbentuk mengelilingi mahkota dan
melekat pada cemento-enamel juntion dari gigi. Saat telah terbentuk sempurna
mahkota akan berproliferasi ke dalam lumen dan akar-akarnya memanjang ke sisi
luar kista.2
8
Pada setiap teori, cairan menyebabkan proliferasi kistik karena
kandungan hiperosmolar yang dihasilkan oleh produk-produk sel sehingga
menyebabkan gradien osmotik untuk memompa cairan ke dalam lumen kista.2
2.5 Gambaran Klinis
Kista dentigerous umumnya berkaitan dengan gigi molar tiga dan canina
maksilaris, yang mana paling banyak diakibatkan karena gigi yang impak.
Insidensi tertinggi dari kista dentigerous adalah terjadi saat usia 20-30 tahun.
Gejalanya yaitu terlambatnya erupsi gigi menjadi indikasi utama pembentukan
kista dentigerous. Kista ini mampu berkembang hingga ukuran yang besar,
kadang-kadang disertai dengan ekspansi tulang kortikal. Kista dengan ukuran
yang besar juga dapat disertai dengan pembengkakan intra oral, ekstra oral
maupun keduanya. Dengan ukuran ini juga dapat menyebabkan wajah yang
menjadi asimetris, pergeseran gigi. Kista dapat berkembang menjadi infeksi
sekunder yang mana bermanifestasi menyebabkan nyeri pada sekitaran kista.7,10
Gambar 6. Kista Dentigerous2
9
Sama dengan kista lainnya, pada umumnya kista dentigerous tidak
menimbulkan gejala, hingga pembengkakan terlihat secara nyata maupun
mengganggu kenyamanan pasien. Terkadang kista dentigerous diitemukan secara
tidak sengaja saat pasien melakukan pemeriksaan radiografi untuk gigi yang
terlambat tumbuh, hal ini disebabkan karena kista dentigerous terbentuk
disekitaran mahkota gigi yang impak atau gigi yang tertanam.6
Gambar 7. Gambaran gigi impak.6
Saat tidak ada infeksi, secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas
tegas. Kista yang infeksi menyebabkan rasa sakit dan sensitif bila disentuh.
Semua tanda klasik infeksi akut dapat terlihat ketika terjadi infeksi. 6
2.6 Pemeriksaan
Diagnosis Kista Dentigerous ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan. Beberapa yang dapat ditemui
berdasarkan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
2.6.1 Anamnesis
Kista Dentigerous biasanya tidak menimbulkan gejala, terutama pada
kista dengan ukuran kecil. Bila kista telah mencapai ukuran besar, akan terlihat
10
pembengkakan serta rasa mengganggu kenyamanan, pembengkakan intra atau
ekstra oral maupun keduanya sehingga menyebabkan wajah yang menjadi
asimetris. Kista Dentigerous tanpa infeksi sekunder tidak menimbulkan rasa nyeri,
namun bila disertai infeksi sekunder Kista Dentigerous akan memberi manifestasi
klinis nyeri karena terdapat proses inflamasi.4,7,10
Pasien dengan Kista Dentigerous biasanya tidak datang karena kista itu
sendiri, melainkan terkadang pasien datang dengan kasus trauma atau kasus-kasus
lain seperti gigi yang lambat erupsi sehingga mengindikasikan pasien untuk
melakukan pemeriksaan radiologi.4,6
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Dari inspeksi, Kista Dentigerous yang kecil biasanya tidak tampak
adanya kelainan pada rahang, baik pada maksila maupun mandibula. Kista
Dentigerous tanpa infeksi sekunder juga tidak bermanifestasi klinis nyeri pada
pemeriksaan palpasi pada kista. Pada pemeriksaan palpasi kista, dapat ditemukan
Pingpong ball phenomenon. Fenomena bola pingpong tersebut yakni bila
dilakukan palpasi pada kista, maka permukaan dinding kista akan ikut tertekan,
namun bila tangan pemeriksa dilepas dari kista, maka kista akan kembali ke
bentuk semula, sama seperti menekan bola pingpong. Fenomena ini terjadi karena
terjadi deformitas dan penipisan korteks tulang yang merupakan dinding dari
Kista Dentigerous.7,10
11
2.6.3 Pemeriksaan Radiologi
Kista dentigerous biasanya didiagnosis berdasarkan gambaran radiologi.
Gambaran dari kista ini berupa radiolusen yang mengelilingi mahkota dari gigi
yang tidak erupsi. Dari gambaran radiografi, kista dentigerous dapat terlihat
dengan jelas, unilocular dan kadang-kadang multilocular. Terlihat gambaran
radiolusen pada sekitaran mahkota gigi yang impak.8
Gambar 8 . Gambaran X-ray menunjukkan kista dentigerous tampak radiolusen mengelilingi mahkota pada gigi molar tiga mandibular2
12
Gambar 9. Gambaran X-ray menunjukkan kista dentigerous tampak radiolusen mengelilingi mahkota pada gigi molar tiga mandibular12
Kista dentigerous dibagi menjadi beberapa tipe sesuai posisi dimana kista
terbentuk dalam hubungannya dengan mahkota gigi.3
a. Tipe Sentral
Kista dentigerous tipe ini mengelilingi mahkota gigi dan mahkota
terproyeksi ke dalam kista. Pada tipe sentral, pembentukan kista terjadi sebelum
degenerasi organ email yang meliputi mahkota gigi. Kista dentigerous sentral
yang mengelilingi keseluruhan mahkota gigi secara berangsur-angsur akan
membesar.3
b. Tipe Lateral
Kista dentigerous tipe ini terbentuk pada sisi mesial atau distal gigi dan
meluas jauh dari gigi, namun hanya terjadi disekitar mahkota gigi. Kista ini
terbentuk pada bagian email yang menetap setelah bagian atas permukaan oklusal
telah berubah menjadi dental cuticle. Kista ini dapat memiringkan gigi atau
menggantikan gigi ke arah sisi yang terlibat.3
13
c. Tipe Sirkumrensial
Pada tipe ini, seluruh email disekitar leher gigi dapat menjadi kista
dentigerous, dan biasanya sering menyebabkan gigi untuk erupsi melalui kista
(seperti lingkaran donat), sehingga menghasilkan gambaran yang mirip kista
radikular. Kista tampak mengelilingi mahkota dan meluas sepanjang akar
sehingga akar tampak dalam kista.3
Gambaran radiografik kista dentigerous umumnya berupa lesi yang
halus, dan kadang-kadang multilokular. Lesi yang terlihat unilokular berhubungan
dengan gigi yang tidak erupsi atau odontoma. Daerah radiolusensi dibatasi oleh
lapisan tipis sklerotik yang menunjukkan terjadinya reaksi tulang yang hanya
tampak jika terjadi infeksi sekunder.3
Pada radiografik, kista terlihat sebagai radiolusensi perikoronal yang
diselubungi oleh jaringan kortikal, dimana harus dibedakan dari ruang folikular
normal. Kadang terdapat pseudoloculation sebagai hasil dari trabekulasi atau
penggabungan dinding yang keras (tulang). Lesi dapat menjadi cukup besar dan
kemungkinan dapat terjadi penetrasi kortikal lebih besar jika ukuran bertambah.
Pada gambar radiografik ruang folikular dari molar tiga besarnya sekitar 2 mm
dimana 3 mm merupakan batas dari gigi kaninus yang impaksi.3
Terdapat kesamaan tampilan antara kista dentigerous kecil dengan folikel
yang hiperplastik. Odontogenik keratosis atau ameloblastoma juga kadang
menyelimuti mahkota gigi, dan keduanya dapat menciptakan gambaran
radiografik seperti kista dentigerous. Oleh karena itu identifikasi intraoperatif dari
14
lesi kista ini, paling baik dilakukan dengan cara dirujuk ke bagian Patologi
Anatomi.3
2.6.4 Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologis tidak dapat membedakan antara kista
dentigerous dengan kista odontogenik lainnya. Kista dentigerous terdiri dari
dinding jaringan ikat tipis dengan lapisan epitel skuamosa berlapis. tidak
ditemukan rete peg kecuali pada kista yang terinfeksi sekunder. Permukaan
epitelium umumnya dilapisi lapisan beralur dari jaringan ikat. Kandungan lumen
berupa cairan kuning, tipis, dan terkadang terdapat darah.11
Sediaannya menunjukkan jaringan ikat fibrokolagen yang padat sebagai
gambaran utamanya. Batas luminalnya terdiri dari epitelium skuamosa berlapis
non keratin. Pada gigi yang berkembang tidak wajar, dapat ditemukan email
epitelium tereduksi dengan eosinofilik sitoplasma yang berbentuk kubus atau
persegi panjang. Keseluruhan lumen biasanya tidak dibatasi dengan epitelium,
bahkan beberapa bagian tampak hanya dibatasi oleh jaringan ikat. 11
Gambar 10. Kista Dentigerous dilapisi oleh Epitelium tanpa keratinisasi8
15
Gambar 11 . Kista dentigerous dilapisi oleh epithelium squamosum stratifikatum bersilia8
Gambar 12. Kista dentigerous dengan epithelium enamel antara rongga enamel (E) dan kista (C)4
Gambar 13. Kista dentigerous yang melekat pada leher gigi/cemento enamel junction.4
16
Gambar 14. Kista Dentigerous yang disertai proses inflamasi.4
Gambar 15. Kista Dentigerous tanpa disertai proses inflamasi.4
2.6.5 Pemeriksaan Lainnya
Aspirasi jarum untuk dilakukannya biopsi pada lumen pada lesi kista
yang dicurigai dapat memberika informasi untuk keperluan konfirmasi diagnosis
dan menyingkirkan adanya lesi vaskular. Jika belum ada ekspanis yang signifikan
dari kista. Bila ingin dilakukannya aspirasi, dapat dilakukan insisi kecil pada
mukosa, diikuti dengan pembuatan lubang kecil melalui korteks bukal untuk
dilakukannya aspirasi menggunakan jarum. Dari hasil aspirasi dapat terlihat cairan
17
bewarna kekuningan yang merupakan karakteristik dari kista dentigerous.
Pemeriksaan histopatologis akan menunjukkan lapisan kista yang tidak
berkeratinisasi. Terjadinya infeksi sekunder dapat menyebabkan hiperplasi epitel.
Perdarahan mural dapat disebabkan oleh celah kolesterol, giant cell, dan
hemosiderin pada dinding kista.2
Gambar 16. Aspirasi cairan yang bewarna kekuningan dari lumen kista dentigerous.2
Awalnya dilakukan aspirasi pada lesi. Kista dentigerous menghasilkan
straw-colored fluid. Jika aspirasi tidak menghasilkan cairan apapun, implikasinya
lesi ini merupakan lesi solid sehingga pada kasus tersebut sebaiknya dilakukan
biopsi. Jika lesi menghasilkan darah, pertimbangan pertama hal tersebut mungkin
terjadi gangguan angiogram, masuknya jarum menyebabkan perdarahan. Jika
pada aspirasi kedua yang dilakukan beberapa hari kemudian juga menghasilkan
darah dan darah tersebut menyembur dari jarum dengan syringe barrel
disconnected atau Doppler sounding yang positif untuk suara vaskular maka
dibutuhkan angiogram. Computer Tomography (CT) Scan atau Magnetic
18
Resinance Imaging (MRI) Scan dapat dilakukan untuk membedakan kista yang
berisi cairan dan tumor solid. Namun densitas cairan kistik sangat beragam
sehingga sulit untuk membandingkannya.3
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari Kista Dentigerous mencakup Keratocyst
odontogenic, ameloblastoma. Kista dentigerous dapat bertransformasi menjadi
neoplasma sebenarnya dengan riset menunjukkan bahwa 17% dari ameloblastoma
dikaitkan dengan kista dentigerous yang sudah ada. Berikut perbandingan dari
Kista Dentigerous dengan diagnosis-diagnosis bandingnya.3,13
Jenis Kista Gejala Klinis Gambaran Radiologi
Gambaran Histopatologis
Kista Dentigerous - Tidak ada nyeri tekan
- Ukuran kecil tidak menimbulkan gejala klinis, biasanya ditemukan saat pemeriksaan rutin atau saat dilakukan imaging pada kasus trauma dan lain-lain.
- Tampak radiolusen yang mengelilingi mahkota gigi yang tidak erupsi
- Tampak gigi impak
- Biasanya unilocular.
- Kista dilapisi oleh epitelium stratificatum squamosum non keratin.
Odontogenic Keratocyst - Tidak ada nyeri tekan
- Ukuran kecil tidak menimbulkan gejala klinis, biasanya ditemukan saat
Kista dapat muncul sebagai lesi unilocular, lesi lobulated, dan lesi multilocular. Paling sering lesi unilocular
- Bentuk lapisan epitel skuamosa mengalami parakeratinisasi
19
pemeriksaan rutin atau saat dilakukan imaging pada kasus trauma dan lain-lain.
dengan gambaran radiolusen disekeliling lapisan sklerotik berupa radio-opak yang sangat tipis.
Ameloblastoma - Tidak ada nyeri tekan
- Ukuran kecil tidak menimbulkan gejala klinis, biasanya ditemukan saat pemeriksaan rutin atau saat dilakukan imaging pada kasus trauma dan lain-lain.
Terbagi atas beberapa bagian tergantung arah dan derajat sel tumor :
-Tipe folikuler : adanya sarang-sarang folikular dan sel-sel tumor.
-Tipe pleksiform : adanya sel tumor berbentuk pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain.
-Tipe acanthomatou : adanya squamous metaplasia dari retikulum stelata diantara pulau-pulau tumor.
-Tipe sel graular : adanya transformasi dari sitoplasma biasanya
Muncul sebagai gambaran radiolusensi yang multilokular dan unilokular.- Multilokular :
Akan memberikan gambaran soap bubble.
- Unilokular :Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupu keteraturan ini tidak dijumpai pada saat operasi.
20
berbentuk seperti retikulum stelata, sehingga memberi gambaran yang sangat kasar, granular, dan eosinofilik.
-Tipe sel basal : sel ephitelial tumor lebih primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam lembaran-lembaran.
2.8 Tata Laksana
Enukleasi kista dan pengangkatan dari gigi yang terkait merupakan
pilihan pengobatan. Enukleasi pada umumnya dilakukan pada kista dentigerous
yang terbentuk pada gigi molar tiga. Pada kasus kista dentigerous pada
canina/maksilla cuspid teetht, kista dapat dikeluarkan dengan teknik
marsupialisasi atau eksisi dan pada gigi yang terdorong dapat direposisi ke posisi
yang tepat dengan menggunakan alat ortodontik. 2,9
Pada kasus kista yang mempengaruhi sebagian besar mandibula, maka
tindakan yang dilakukan juga adalah eksterlorization atau marsupialisasi kista
sehingga memungkinkan terjadinya dekompensasi (pengurangan tekanan udara)
dan penyusutan pada lesi. Dengan demikian dapat mengurangi luas bagian yang
21
akan dibedah nantinya. Untuk mendapat akses ke kistanya, diperlukan pembuatan
flap mukoperiosteal yang cukup. Alternatifnya gigi dapat ditransplantasi ke
alveolar ridge atau di ekstraksi lalu kista dienukleasi.3
2.9 Komplikasi
Komplikasi berhubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh
perkembangan kista termasuk destruksi tulang, infeksi, melemahnya rahang,
pergeseran gigi, resorpsi akar gigi, penjalaran pada dasar sinus maksilaris, dan
defleksi alveolar inferior kanal. Selain itu perubahan lapisan epitel kista
dentigerous menjadi ameloblastoma. Komplikasi yang terkait tindakan
pembedahan kista termasuk devitalisasi gigi yang berdekatan, infeksi post operasi,
defisit neurosensorik, fistula oral-antral, fraktur rahang, maupun rekurensi kista.2
Dinding epitel kista dentigerous dapat berubah sehingga dapat terjadi
komplikasi yakni transformasi neoplastik dari epitel kistik menjadi
ameloblastoma. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 17% kasus
ameloblastoma diawali dengan adanya kista dentigerous. Adanya korelasi yang
erat antara kista dentigerous dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli.
Walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari
kedua kasus tersebut. dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam
dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagian dari kemungkinan
proses terbentuknya ameloblastoma.3,13
Transformasi malignansi lebih sedikit terjadi dibandingkan dengan
transformasi ameloblastik. Kemungkinan transformasi malignansi tersebut dapat
22
berupa karsinoma ameloblastik namun jarang sekali terjadi. Malignansi yang
sering dihubungkan dengan kista dentigerous yakni karsioma sel skuamosa dan
karsinoma mukoepidermoid.13
Selain adanya kemungkinan terjadinya rekurensi setelah pembedahan yang
tidak paripurna, beberapa komplikasi lainnya juga dapat terjadi seperti 3 :
a. Perkembangan Ameloblastoma
- Berkembang pada dinding kista dentigerous dari lapisan atau sisa-sisa
epitel.
- Hasil penelitian dari 641 kasus ameloblastoma, 17% kasus berkaitan
dengan gigi impaksi/folikular/kista dentigerous. Disposisi dan proliferasi
epitel neoplastik dalam bentuk ameloblastoma ini telah sering ditemui
pada kista dentigerous dibandingkan dengan kista odontogenik lainnya.
- Manifestasi formasi tumor ini sebagai penebalan nodular pada dinding
kista tetapi gambaran klinis yang jelas sulit ditetukan sehingga perlu
pemeriksaan mikroskopis dari jaringan kista dentigerous tersebut.
b. Perkembangan Karsinoma Epidermoid
- Penebalan berasal dari penebalan epitel.
- Faktor predisposisi dan mekanisme perkembangan belum diketahui, tetapi
menampakkan unequivocal.
c. Perkembangan Karsinoma Mukoepidermoid
- Merupakan bentuk tumor kelenjar saliva malignan dari lapisan epitel kista
dentigerous yang mengandung sel sekresi mukus.
- Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan karsinoma epidermoid.
23
- Sering terjadi pada kista dengan impaksi molar tiga mandibula.3
2.10 Prognosis
Pada umumnya prognosis setelah terapi pada kista adalah baik, dengan
harapan kerusakan saat operasi dapat menyembuh dengan sendirinya. Tingkat
rekurensi dari kista sangat rendah bila tindakan pembedahan dilakukan dengan
baik. 2
24