22
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159 138 KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: 83-101 (Pendekatan Hermeneutik) Rukimin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Pagesangan Mataram E-Mail: [email protected] Abstract: This article traces and tells the story of Dzulqarnain found in the Holly Qur’an, it is due to the fact that this story is still covered by a mystery and unfinished controversial understanding for Moslem Scholars since from the classic to contemporary era, even in the orientalism one. This study applies a library research with the Holly Qur’an and valid hadiths are as primary sources of data while the interpretation of Moslem Scholars toward the verses telling the story of Dzulqarnain are as the secondary data source. This study uses empiric-normative approach and the collected data are analyzed by using hermeneutic, namely: Schleiermacher grammatical hermeneutic and theory of Muhammad Talbi humanistic-history. The result of the research shows that the grammatical sequences of the verses telling Dzulqarnain story has a very beautiful language style, completed with language style of Majaz in which the Dzulqarnain has gone through two long journeys; they are Western and Eastern journeys. He got the followers from his journeys above. Moreover, based on the humanistic-historically readability; first, the sequence of verses above shows that Islam is “RahmatanLil ‘Alamin”. It can be proved from the wise attitude containing full goodness without any bullying, done by Dzulqarnain. Second, the denied followers are invited to have more awareness and to go back to the right faith by warning them dealing with the statement that says “Allah will give a finalization to the denying followers”. Key Words: Dzhulqarnain; the Holly Qur’an; hermeneutic. Abstrak: Artikel ini mentelusuri dan menguak kisah Dzulqarnain di dalam al-Qur’an, karena kisah ini masih diselimuti misteri serta kontroversial berkepanjangan di tubuh ulama muslim sejak zaman klasik hingga kontemporer maupun di kalangan orientalis. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), dengan sumber data primer adalah al-Qur’an dan hadits-hadits shahih, sedangkan sumber data sekunder adalah tafsir para ulama terhadap ayat-ayat yang menceritakan kisah Dzulqarnain. Pendekatan yang digunakan adalah normatif-empiris, analisisnya dengan hermeneutik, yakni hermeneutik gramatikal Schleiermacher dan teori historis-humanistik Muhammad Talbi. Hasil penelitian adalah rangkaian gramatikal dari ayat-ayat kisah tentang Dzulqarnain sangatlah indah gaya bahasanya disertai dengan gaya bahasa majaz, di mana Dzulqarnain telah menempuh dua perjalanan panjang yaitu perjalanan ke Barat

KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

138

KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’ANSURAT AL-KAHFI: 83-101

(Pendekatan Hermeneutik)

RukiminFakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT)Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Pagesangan Mataram E-Mail: [email protected]

Abstract: This article traces and tells the story of Dzulqarnain found in the HollyQur’an, it is due to the fact that this story is still covered by a mystery and unfinishedcontroversial understanding for Moslem Scholars since from the classic to contemporaryera, even in the orientalism one. This study applies a library research with the HollyQur’an and valid hadiths are as primary sources of data while the interpretation ofMoslem Scholars toward the verses telling the story of Dzulqarnain are as the secondarydata source. This study uses empiric-normative approach and the collected data areanalyzed by using hermeneutic, namely: Schleiermacher grammatical hermeneutic andtheory of Muhammad Talbi humanistic-history. The result of the research shows thatthe grammatical sequences of the verses telling Dzulqarnain story has a very beautifullanguage style, completed with language style of Majaz in which the Dzulqarnain hasgone through two long journeys; they are Western and Eastern journeys. He got thefollowers from his journeys above. Moreover, based on the humanistic-historicallyreadability; first, the sequence of verses above shows that Islam is “RahmatanLil‘Alamin”. It can be proved from the wise attitude containing full goodness without anybullying, done by Dzulqarnain. Second, the denied followers are invited to have moreawareness and to go back to the right faith by warning them dealing with the statementthat says “Allah will give a finalization to the denying followers”.

Key Words: Dzhulqarnain; the Holly Qur’an; hermeneutic.

Abstrak: Artikel ini mentelusuri dan menguak kisah Dzulqarnain di dalam al-Qur’an,karena kisah ini masih diselimuti misteri serta kontroversial berkepanjangan di tubuhulama muslim sejak zaman klasik hingga kontemporer maupun di kalangan orientalis.Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), dengan sumber dataprimer adalah al-Qur’an dan hadits-hadits shahih, sedangkan sumber data sekunderadalah tafsir para ulama terhadap ayat-ayat yang menceritakan kisah Dzulqarnain.Pendekatan yang digunakan adalah normatif-empiris, analisisnya dengan hermeneutik,yakni hermeneutik gramatikal Schleiermacher dan teori historis-humanistik MuhammadTalbi. Hasil penelitian adalah rangkaian gramatikal dari ayat-ayat kisah tentangDzulqarnain sangatlah indah gaya bahasanya disertai dengan gaya bahasa majaz, dimana Dzulqarnain telah menempuh dua perjalanan panjang yaitu perjalanan ke Barat

Page 2: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

139

PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah kalam Allah swtyang diturunkan kepada Nabi Muhammadsaw. Ia merupakan media interaksi antaraSang Khalik (Allah) dengan makhluk(hamba)-Nya. Dalam interaksi tersebut, al-Qur’an menuturkan isi kandungannyadalam beberapa kategori tematik seperti;hal-hal yang berkaitan dengan tauhid dankeimanan, ibadah dan syari’ah (hukum),mu’amalah, ilmu dan akhlak, sejarahbangsa-bangsa terdahulu, kisah-kisah, danlain sebagainya.

Kisah-kisah di dalam al-Qur’an secarasederhana dapat dipetakan menjadi 3jenis.Pertama, kisah para Nabi (qashashal-anbiya’). Kedua, kisah para tokoh, baiksecara individu maupun kelompok/golo-ngan yang diceritakan dalam al-Qur’an;meliputi tokoh baik dan bijak maupuntokoh jahat dan ingkar. Ketiga, kisah yangterkait dengan berbagai macam peristiwayang terjadi di masa Rasul saw. Salah satukisah dalam al-Qur’an yang termasuk jeniskedua yakni kisah Dzulqarnain, seorangtokoh yang bijak lagi beriman kepada Allahswt yang melakoni pengembaraan.

Kisah Dzulqarnain menjadi obyekpenelitian didasarkan pada alasan bahwa,sampai sekarang ini masih diselimutimisteri serta kontroversial berkepanjangandi tubuh ulama muslim sejak zaman klasik

hingga kontemporer maupun di kalanganorientalis. Sebagian ulama meyakini bahwaAlexander Agung (The Great Alexander)dari Macedonia adalah sosok Dzulqarnainyang diceritakan al-Qur’an. Sebagian lagiberkeyakinan bahwa Cyrus Agung dariPersia adalah sosok Dzulqarnain juga danbeberapa pendapat lainnya.

Al--Qur’an al-Karim mengkisahDzulqarnain ini dalam surat Al-Kahfi (18):83-98. Sederetan ayat-ayat yang berjumlah16 ayat itu menceritakan pokok-pokokkisah perjalanan Dzulqarnain dengansangat menarik perhatian dan mengun-dang rasa tanya dan ingin tahu yangmendalam. Di dalam kisah Dzulqarnain iniditemukan juga istilah unik dan menarikyaitu Ya’juj dan Ma’juj. Istilah Ya’juj danMa’juj ini tidak bisa di-tashrif serta kedua-nya merupakan kosakata asing yang di-serap oleh bahasa Arab.

Telah banyak para ulama tafsir mem-berikan kontribusinya dalam menafsirkanQS. Al-Kahfi (18) ayat 83-98 yang men-ceritakan tentang kisah Dzulqarnaintersebut. Di antara mereka adalah ath-Thabariy dengan kitab tafsir ath-Thabariy,al-Qurthubiy dengan kitab tafsir al-Qurthubiy serta M. Quraish Shihab dengankitab tafsir al-Mishbah. Hasil tafsir-antentang kisah Dzulqarnain yang di-pro-duksi oleh ketiga ulama ini sangat lengkapdan menarik untuk dikaji.

dan ke Timur serta mendapatkan pada dua perjalanan tersebut segolongan kaum/umat.Pada perjalanan ke Barat (maghrib asy-syams). Lebih lanjut jika ditilik dari pembacaansecara historis-humanistik bahwasanya rangkaian ayat-ayat di atas menunjukkan Islamsebagai rahmatan lil ‘alamin. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap bijak yang penuh kebaikandan tanpa kekerasan yang ditonjolkan oleh Dzulqarnain, bahwasanya kepada umat yangingkar hendaknya diajak bertobat dan kembali kepada keimanan dengan diperingatkanakan kekufurannya bahwa Allah akan mengazab orang-orang yang ingkar.

Kata Kunci: Dzhulqarnai; al-Qu’an; hermeneutika

Page 3: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

140

Telah banyak para ulama tafsirmenafsirkan kisah Dzulqarnain yangterhimpun dalam QS. Al-Kahfi (18) ayat 83-98 melalui sudut pandang ilmu tafsir(tradisi Islam). Maka di sisi lain, penulismerasa perlu untuk melakukan kajianterhadap kisah Dzulqarnain ini melaluikacamata hermeneutik (tradisi Barat). Halini dilakukan dengan keyakinan danharapan bahwa dengan analisis herme-neutik akan memperkaya khazanahkeilmuan, kajian intelektual Islam sertanuanasa/variasi baru di bidang tafsir danhermeneutik. Hermeneutik sebagai metodeanalisis telah berkembang pesat danmemiliki banyak pengertian yang bukansaja berarti ilmu tentang kritik teks(textcriticism) belaka yang menyangkalotensitas dan kesakralan al-Qur’an, tetapijuga yang lainnya seperti yang dinyatakanoleh Richard E. Palmer sebagaimana yangdikutip oleh Fariz Pari yakni; 1) herme-neutik sebagai teori penafsiran kitab suci(theory of biblical exegesis), 2) hermeneutiksebagai metode filologi, 3) hermeneutiksebagai ilmu untuk memahami bahasa(science of linguistic understanding), 4)hermeneutik sebagai dasar ilmu pengetahu-an tentang manusia (foundation forGeisteswissenschaft). Artinya bahwa pema-haman historis sangat dibutuhkan untukmenunjukkan ekspresi kehidupan manusia,sehingga kritik atas nalar yang berlakupada dataran pemahaman historis menjadikebutuhan yang paling mendasar, 5)sebagai fenomenologi das sein diri manusia

dan pemahaman eksistensial. Dalam hal inihermeneutik tidak terkait dengan ilmuatau aturan penafsiran teks, tidak puladengan metodologi ilmu tentang manusia,dan 6) hermeneutik sebagai sistem inter-pretasi (interpretation system), yaitu teori-teori tentang peraturan yang dipakai dalampenafsiran.1

Terkait dengan salah satu definisihermeneutik kontemporer dilihat dari segifungsinya yaitu sebagai sistem interpretasi(interpretation system) atau teori-teoritentang peraturan yang dipakai dalampenafsiran. Maka dalam hal ini secarametodologis-teoritis, objek kajian penelitiantentang kisah Dzulqarnain yang termuatdalam QS. Al-Kahfi (18): 83-98 ini dikajidengan menggunakan pendekatan herme-neutik dengan 2 (dua) macam teorinyayaitu; teori gramatikal-psikologis dan teorihistoris-humanistik. Pertama, teori herme-neutik gramatikal-psikologis-nya Schleier-macher2 yang menyatakan bahwa herme-neutika gramatikal adalah penafsiran yangdidasarkan pada analisa bahasa, dan her-meneutika psikologis adalah memperhati-kan aspek ‘kejiwaan’ pengarangnya. Kedua,teori historis-humanistik yang dicetuskanoleh Mohamed Talbi.3 Teori historis-humanistik atau dikenal juga dengan istilahqira’ah maqashidiyyah (pembacaan inten-sional) atau qira’ah tarikhiyyah insaniyyah(pembacaan historis-humaistik). Teori iniberpusat pada analisis arah teks (tahlilittijahi: analyse vectorielle) yakni pembacaanhistoris, humanistik dan tujuan akhir

1Lihat Fariz Pari, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an dan Hadis Teori dan Aplikasi(Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 71.

2Schleiermaher bernama lengkap Friedrich Daniel Ernst Scheleirmacher dilahirkan pada tahun1768 di Breslau (Jerman) dalam keluarga Protestan. Selengkapnya tentang biografinya, lihat di SahironSyamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Pesantren Nawasea Press,2009), hlm. 27.

3Mohamed Talbi atau Muhammad Talibi lahir pada tahun 1921 di Tunisia. Untuk biografiselengkapnya baca diFariz Pari, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika…, hlm. 241-242.

Page 4: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

141

(ghayah) sekaligus.Kedua teori herme-neutik tersebut kemudian ditarik ke dalamtataran anlisis isi teks (contentanalysis)dengan menitikberatkan pada 3 fokusutama yaitu; al-mabna (struktur teks), al-ma’na (makna teks), dan analisis al-maghza(signifikansi teks).

Berdasarkan latar belakang di atas,maka yang menjadi focus rumusan masa-lah adalah: Siapakah yang dimaksuddengan tokoh-tokoh yang terdapat dalamkisah Dzulqarnain secara eksplisit danimplisit?1. Apa saja implikasi nilai yang diperoleh

dari ayat-ayat al-Qur’an surat al-Kahfi(18): 83-98yang menceritakan kisahDzulqarnain?

2. Apakah penafsiran (interpretasi) yangdapat ditangkap dan dipahami dariayat-ayat al-Qur’an surat al-Kahfi (18):83-98 itu bersifat primer atau sekundersaja ataukah kedua-duanya, jikaditinjau dari analisis teori gramatikal-psikologis dan teori historis-humanistik?

Untuk menjawab rumusan masalahdi atas digunakan kerangka teoritik, yaknikisah Dzulqurnaian dengan analisishermeneutik. Kata “kisah” berasal daribahasa Arab (qishshah), bentukjama’nya (qishash). Secara etimologikamus ia berarti kisah, cerita, narasi, fiksi,novel, laporan.4 Kata kisah juga berasal darikata (qashash) yang berarti mencaribekas atau mengikuti bekas (jejak) (QS. Al-Kahfi (18): 64 dan Al-Qashash (28): 11).Qashash juga berarti berita-berita yangberurutan (QS. Ali Imran (3): 62 dan Yusuf(12): 111).5Tentu saja suatu kisah yangdituturkan sedemikian rupa terlebih lagi

tersurat dalam al-Qur’an mengandungmakna-makna serta hikmah-hikmah besaryang perlu digali, dihayati serta diapli-kasikan dalam kehidupan umat Islam. Al-Qur’an menyebutkan tiga jenis qashash(kisah), yaitu:6

1. Qashash al-Anbiya’ (Kisah Nabi-nabi).Al-Qur’an memuat kisah tentang da’-wah para Nabi dan mu’jizat-mu’jizatpara Rasul dan sikap umat-umat yangmenentang, serta tahapan-tahapanda’wah dan perkembangannya, disamping menerangkan akibat-akibatyang dihadapi para mu’min dangolongan-golongan yang mendustakanseperti qashash Nuh, Ibrahim, Musa,Harun, ‘Isa, Muhammad saw, dan lain-lain.

2. Qashash yang berpautan dengan peris-tiwa-peristiwa yang telah terjadi danorang-orang yang tidak dapat dipasti-kan kenabiannya, seperti kisah orang-orang yang pergi dari kampung ha-lamannya yang beribu-ribu jumlahnyakarena takut mati dan seperti kisahThalut dan Jalut, dua putra Adam,Ashhab al-Kahfi, Dzulqarnain, Qarun,Maryam, dan lain-lain.

3. Qashash yang berpautan dengan peris-tiwa-peristiwa yang terjadi di masaRasul saw., seperti; peperangan Badardan Uhud yang diterangkand alamsurat Ali Imran, peperangan Hunaindan Tabuk yang diterangkan dalamsurat At-Taubah, peperangan Ahzabyang diterangkan dalam surat Al-Ahzab, hijrah serta peristiwa isra’ danmi’raj dan lain-lain.

4Lihat Kamus Online Verbacepro Arab-Inggris-Indonesia.5Waharjani, Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam UAD

Yogyakarta), hlm. 83.6Waharjani, Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an ..., hlm. 83-84.

Page 5: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

142

Sementara kata Dzulqarnainterdiri dari dua suku kata yaitu (Dzu)dan (al-qarnain). Dzu artinya (orang)yang mempunyai, sedangkan al-qarnainmerupakan bentuk dual (mutsanna) darikata (qarn)yang secara harfiah berarti;tanduk, kurun, abad, masa dan generasi.7

Sampai sejauh ini, tokoh-tokoh yang dikait-kan dengan sosok Dzulqarnain memilikibanyak variasi tafsir. Dalam hal ini penulismelihat hal tersebut terjadi disebabkan olehsudut-sudut pandang yang berlainan da-lam tiap pribadi penafsir yang menafsirkansecara tekstual (hakiki) dari tokoh Dzul-qarnain ataupun secara majazi (metafora).Di samping itu sosok Dzulqarnain bukan-lah sebuah nama asli, tapi lebih tepatnyasebuah istilah/julukan yang dinisbahkankepadanya. Hal itu terbukti dari arti har-fiah dari rangkaian dua suku kata tersebut.

Teori Hermeneutik Gramatikal-Psikologis (Schleiermacher) menurutVeddar dalam bukunya yang berjudulWhat is Hermeneutik? Sebagaimana yangdikutip oleh Sahiron bahwa dalam pan-dangan Scheleirmacher, hermeneutika takhanya diposisikan sebagai perangkat pe-nafsiran terhadap teks Biebel dan teks-tekslainnya. Lebih dari itu, dia memposisikanhermeneutika secara luas, yakni problem ofhuman understanding as such, sehingga ob-yek penafsiran menjadi lebih luas. Tujuan-nya adalah menempatkan hermeneutikadalam konteks theories of knowledge (teoriilmu pengetahuan). Hermeneutika tidakhanya dipandang sebagai disiplin peda-gogis dalam bidang penafsiran, yang harusatau seharusnya diikuti oleh para penafsir,sebagaimana yang diadvokasi oleh pemi-kir-pemikir sebelumnya. Lebih dari itu,

hermeneutika di tangan Schleiermachermemunculkan pertanyaan-pertanyaantransedental dan mendasar: it enquired intothe basis and possibility of human under-standing. Dalam hal ini pemikirannya dapatdigolongkan ke dalam hermeneutika filo-sofis. Namun, karena pemikirannya jugamengandung metode penafsiran, maka iajuga digolongkan ke dalam hermeneutikadalam arti sempit, yakni ilmu dan teori yangberkenaan dengan metode pemahamandan penafsiran.8

Selanjutnya Schleiermacher menelur-kan 2 macam teorinya yang terkenal danfenomenal yaitu teori gramatikal danpsikologis. Hermeneutika gramatikal ada-lah penafsiran yang didasarkan padaanalisa bahasa. Karena itu, seorang penaf-sir teks harus menguasai aspek-aspek baha-sa. Semakin dia menguasai bahasa, semakinbaik penafsirannya. Bagi Schleiermacher,hermeneutik gramatikal ini merupakan sisi‘obyektif’ penafsiran. Dalam pandangan-nya, ada beberapa prinsip dan kaedahlinguistik yang harus dipegangi, di antara-nya sebagai beriku: pertama, “Everything ina given utterance which requires o more precisedetermination may only be determined fromthe language area which is common to theauthor and his original audience” (Segala halyang ada dalam ungkapan tertentu yangmenuntut penentuan (makna) yang lebihtepat hanya dapat ditetapkan melaluibidang bahasa yang telah diketahui olehpengarang dan audiens orisinal/aslinya).Kedua, “The sense or every word in a givenlocation must be determined according to itsbeing together with those that surround it”(makna setiap kata pada tempat tertentuharus ditentukan sesuai dengan keber-

7Lihat Kamus Online Verbacepro Arab-Inggris-Indonesia.8Lihat Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Pesantren

Nawasea Press, 2009), hlm. 29-30. Lebih lanjut lihat Veddar, What is Hermeneutik?, hlm. 50.

Page 6: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

143

samaannya dengan kata-kata lain yangberada di sekitarnya). Ketiga, “Thevocabulary and the history of the era of anauthor relates as the whole from which hiswritings must be understood as the part, andthe whole must, in turn, be understood fromthe part” (Kosakata [bahasa] dan sejarahera pengarang dipandang sebagai ‘kese-luruhan [whole], yang darinya tulisan-tulisannya harus dipahami sebagai ‘bagian’[part], dan ‘keseluruhan [whole] padagilirannya harus dipahami dari bagian-bagiannya [part]).9

Hermeneutika psikologis dalam pan-dangan Scheleiermacher bahwa seseorangtidak bisa memahami sebuah teks hanyadengan semata-mata memperhatikan as-pek bahasa saja, melain juga dengan mem-perhatikan aspek ‘kejiwaan’ pengarang-nya. Seorang penafsir teks harus mema-hami seluk beluk pengarangnya. BagiSchleiermacher, makna teks tertentu tidakbisa dilepaskan dari intensi/maksud pe-ngarangnya. Menurutnya, teks itu tidaklahotonom melainkan dependent (tergantung)pada dan terikat oleh pencipta teks. Dalamhal ini Schleirmacher menawarkan duametode penting, yakni divinatory method(metode divinatori) dan comparative method(metode komparatif). Yang dimaksuddengan divinatory method adalah “The one,in which one transforms oneself into the otherperson and tries to understand the individualelement directly” (Metode di mana sese-orang mentransformasikan dirinya atau‘memasukkan’ dirinya ke dalam [kejiwaan]orang lain dan mencoba memahami orangitu secara langsung). Sementara kedua,comparative method adalah bahwa sese-

orang mufassir berusaha memahamiseseorang dengan cara membanding-kannya dengan orang-orang lain, denganasumsi bahwa mereka sama-sama memiliki‘sesuatu yang universal’ (universal things),atau dengan kata lain: ‘kesamaan-kesa-maan’. Sechleiermacher menegaskan bah-wa kedua metode tersebut tidak bisadipisahkan.10

Hermneutik sebagai metode pema-haman dan penafsiran, maka ini merupa-kan kontribusi positif jika dikombinasikanke dalam penafsiran al-Qur’an sertapengembangan ilmu-ilmu al-Qur’ansehingga lebih memperkaya khazanahintelektual keislaman kita. Lebih lanjut lagipenulis melihat dari pendapat-pendapatserta teori-teori yang dicetuskan olehSchleiermacher sangat menarik untukdijadikan kerangka teoritik terhadappenafsiran al-Qur’an itu sendiri sehinggapenulis merasa perlu untuk meminjamteori-teorinya untuk diterapkan dalammenganalisa kisah Dzulqarnain dalam QS.Al-Kahfi (18): 83-98.

Teori Hermeneutik Historis-Huma-nistik (Mohamed Talbi), menurutnyasebagai metodoe interprtasi sebagaimanayang dikutip oleh Sahiron, bahwa Talbimenawarkan “qira’ah maqashidiyyah”(pembacaan intensional; lecture finaliste)yang itu juga dia sebut sebagai “qira’ahtarikhiyyah insaniyyah” (pembacaan historishumanistik).11 Lebih lanjut ia mengan-jurkan: “Qira’ah maqashidiyyah” (pemba-caan historis-humanistik) seharusnyadilakukan sebelum semua investigasiterhadap teks dilakukan agar kita dapatmemahami di dalamnya secara setara

9Lebih lanjut baca Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan ...., hlm. 36-37.10Lebih lanjut lihat Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan ....., hlm. 38-39.11Lihat Fariz Pari, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika....., hlm. 261. Lebih lanjut baca Talbi, ‘Iyal Allah,

hlm. 142.

Page 7: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

144

kondisi pewahyuan (zharf at-tanzil) dantujuan syara’ (ghayat asy-syar’), yaitu titikberangkat dan tujuan syara’.12 Dua titik –titik berangkat dan titik tujuan – ini pentinguntuk diperhatikan, karena ini adalah intiteorinya “analisis arah” teks (tahlil ittijahi)dalam suatu konteks evolusi sejarahsyari’ah. Tentang hal ini Talbi mengatakan:

Qira’ah maqashidiyyah, pada fase per-tama, berpusat pada analisis arah teks(tahlil ittijahi; analyse vectorielle), yaknipembacaan historis, humanistik dantujuan akhir (ghayah) sekaligus. Ia ada-lah pembacaan yang dinamis terhadapteks, yang tidak berhenti pada huruf –dan apa yang di-qiyas-kan terhadap-nya tetapi berjalan dalam arah-tujuan-nya. Dalam hubungannya dengan per-budakan, arah ini adalah pembebasanperbudakan. Meskipun pemberantasanperbudakan tidak tercantum dalamteks, namun ia sejalan dengan arahnya,atau dengan maqashid asy-syar’. Dengandemikian, pemberantasan perbudakanitu adalah arah yang Islami, walaupuntidak ada ayat yang mengharam-kannya. Ini karena pembe-rantasanperbudakan, dalam kondisi-kondisihistoris dan humanistik yang menyertaipewahyuan, mendahului masanya.13

Teori hermeneutik atau metodepenafsiran yang digagas oleh MohamedTalbi sungguh menarik perhatian penulis.Teori historis-humanistik ini pun sangatcocok diterapkan dalam menganalisis kisahDzulqarnain, di mana ditemukan begitubanyak variasi pendapat yang kontroversialmengenai sosok Dzulqarnain tersebut.

Namun penulis lebih tertarik untuk meng-analisis arah teks dari kisah Dzulqarnainyang terekam dalam QS. Al-Kahfi (18): 83-98.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitiankepustakaan (library research) datanyaberasal dari bahan-bahan tertulis yangberkaitan dengan tema bahasan/kajian.Ada dua jenis sumber data; sumber dtaprimer dan sumber data sekunder. Sumberdata primernya adalah teks al-Qur’anMushaf Utsmani, khususnya pada surat Al-Kahfi (18): 83-98 yang menceritakantentang kisah Dzulqarnain. Adapunsumber data sekundernya adalah berupakitab-kitab tafsir al-Qur’an (Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Al-Qurthubi), buku-buku yang terkait denganhermeneutik atau teori penafsirandariSchleiermacher dan Muhammad Talbi danlain-lain.

Langkah-langkah penelitiannya ada-lah sebagai berikut:1. Membaca al-Qur’an surat al-Kahfi (18):

83-98 yang menceritakan kisah Dzul-qarnain sekaligus tafsiran dari ayat-ayat tersebut.

2. Menerapkan analisis hermeneutik (teoripenafsiran) yaitu teori Gramatikal &Historis-Humanistik terhadap al-Qur’ansurat al-Kahfi (18): 83-98 untukmengetahui; implikasi kandungan nilaiyang terdapat di dalamnya, apa dansiapa sebenarnya tokoh-tokoh yangdiceritakan dalam ayat-ayat tersebutserta corakpenafsiran (interpretasi)yang dapat ditangkap dan dipahami

12Lihat Lihat Fariz Pari, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika...., hlm. 262. Lebih lanjut baca Talbi, ‘IyalAllah, hlm. 143.

Page 8: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

145

dari ayat-ayat tersebut bersifat primeratau sekunder saja ataukah kedua-duanya.

3. Mengambil kesimpulan-kesimpulandari hasil kajian yang telah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Struktur Teks (al-Mabna), MaknaTeks (al-Ma’na), dan SignifikansiTeks (al-Maghzha) dari ayat-ayat QS.Al-Kahfi (18): 83-98

Ilustrasi tentang kisah petulangan danpengembaraan Dzulqarnain hanyatertuang dalam QS. Al-Kahfi (18): 83-98.Serangkaian ayat-ayat kisah Dzulqarnainini berjumlah 16 ayat. penulis akanmembahas bagian ayat-ayat tersebutdengan menggunakan analisis hermeneutikgramatikal-psikologis dan hermeneutikhistoris-humanistik, mulai dari menuliskanlafaz ayatnya kemudian terjemahan arti-nya, tafsirannya sekaligus signifikansinya.

Mereka akan bertanya kepadamu (Muham-mad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Akuakan bacakan kepadamu cerita tantang-nya”.Sesungguhnya Kami telah memberikekuasaan kepadanya di (muka) bumi, danKami telah memberikan kepadanya jalan

(untuk mencapai) segala sesuatu.Maka diapunmenempuh suatu jalan. (QS. Al-Kahfi (18):83-85).

Ayat di atas (QS. 18: 83) mencerita-kan bahwa kata “mereka” (orang-orangyang bertanya tentang kisah Dzulqarnain)menurut sebagian orang dinisbahkankepada Ahli Kitab,14 sementara sebagianlagi menyatakan dinisbahkan kepadakaum musyrik atau orang-orang kafirMekkah.15Menurut hemat penulis, kata“mereka” sebagai orang yang diajak ber-dialog oleh Nabi Muhammad saw (mukha-ththab) adalah orang-orang musyrik atauorang-orang kafir Makkah. Kecenderung-an ini diindikasikan oleh kesepakatansebagian besar ulama yang menyatakanbahwa ayat-ayat surat al-Kahfi merupakanayat-ayat Makkiyyah yang diturunkan diMakkah.

Terkait dengan kata Dzulqarnaindalam ayat di atas, maka berbeda-bedapendapat para ulama tentang apa dansiapa yang dimaksudkan dengannya(Dzulqarnain).16 Dzulqrnain secara harfiahberarti Pemilik dua tanduk. Ada yang ber-pendapat bahwa dia digelar demikiankarena rambutnya yang panjang disisirdan digulung sedemikian rupa, bagaikandua tanduk; atau karena dia memakaiperisai di kepala yang terbuat dari tembagayang menyerupai tanduk. Ada juga yangberkata bahwa dia mencetak uang logamdengan gambar berbentuk dua tandukyang melambangkan dirinya serupa

13Lihat Lihat Fariz Pari, dkk, Upaya Integrasi Hermeneutika....., hlm. 262. Lebih lanjut baca Talbi, ‘IyalAllah, hlm. 144.

14Lebih lanjut baca Ahmad Abdurraziq al-Bakri, dkk, Tafsir at-Thabari (Abu Ja’far Muhammad binJarir Ath-Thabari) Vol. 17, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 332-334.

15Lebih lanjut lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm.112.

16Lebih lanjut lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 113-115.

Page 9: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

146

dengan Dewa Amoun. Menurut sebagianulama Dzulqarnain adalah Alexander TheGreat dari Macedonia. Ada juga yang ber-pendapat dia adalah salah seorang pengu-asa Himyar (Yaman). Hal ini dengan alasanbahwa penguasa-penguasa Yamanmenggunakan kata Dzu pada awal nama-nya seperti Dzu Nuwas dan Dzu Yazin.Riwayat lain juga menyatakan dia adalahKoresy (539-560 SM) pendiri ImperiumPersia. Sementara menurut Thahir Ibn‘Asyur bahwa dia adalah seorang pengu-asa dari Cina dengan alasan yang kuatpula.

Sebagaimana yang dikutip oleh Mu-hammad Ibrahim Al-Hifnawi dan Mah-mud Hamid Utsman17 bahwasanya IbnuIshak menyatakan: “Diceritakan kepadakuoleh Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan Al-Kala’i – Khalid adalah orang yangpernah berjumpa dengan banyak sekalimanusa – bahwa Rasulullah saw ditanyatentang Dzulqarnain, maka beliaupunmenjawab:

Ia adalah seorang raja yang menyambangibumi dari bawahnya dengan berbagai jalan.

Sementara menurut Atsar dari Aliyang dicantumkan oleh Ath-Thabari dalamJami’ Al-Bayan (16/8) dan An-Nuhas dalamMa’ani Al-Qur’an (4/283) sebagaimanayang dikutip oleh Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman18

menyatakan bahwa Ibnu Al-Kawa’ pernah

bertanya kepada Ali r.a. tentang Dzul-qarnain, apakah ia seorang nabi ataukahmalaikat? Ali menjawab “Bukan ini (nabi)dan bukan itu (malaikat), ia adalah seoranghamba yang shalih, yang menyerukaumnya kepada Allah ta’ala, lalu merekamelukai kepalanya (sebelah), kemudian iamenyeru mereka lagi, namun merekamalah melukai lagi kepalanya (sebelahnyalagi). Karena itu dia dijuluki Dzulqarnain.

Menurut Quraish Shihab, kata مكنا(makkanna) (dalam QS. 18: 84) terambil darikata تمكين (tamkin), yakni memungkinkan danmenjadikan bisa dan mampu. Kemampuandimaksud adalah kemantapan dalam halkekuasaan dan pengaruh. Allah meman-tapkan bagi Dzulqarnain kekuasaandengan menganugerahkan kepadanyapengetahuan tentang tata cara mengen-dalikan wilayah, serta mempermudahbaginya perolehan saranan dan prasaranaguna mencapai maksudnya. Sementarakata سببا (sababan) pada mulanya berartitali, kemudian makna ini berkembangsehingga mencakup segala sesuatu yangdapat mengantar guna meraih apa yangdikehendaki. Dengan menggunakan tali,timba dapat diturunkan ke sumur untukmemperoleh air. Dengan tali juga sese-orang dapat memanjat ke atas.19

Terkait dengan firman Allah swt,

’ dan Kami telah mem-berikan kepadanya jalan (untuk mencapai)segala sesuatu”, maka Muhammad IbrahimAl-Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsmanyang mengutip dari Taqrib An-Nasyr, Jami’

17Lihat Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al-Qurthubi (SyaikhImam Al-Qurthubi) Vol. 11, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 121. Lebih lanjut silahkan merujuk As-Sirah an-Nabawiyah dan Ar-Raudh Al-Unf (2/43).

18Lihat Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al-Qurthubi .... hlm.126.

19M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 116.

.

Page 10: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

147

Al-Bayan, Al-Muharrar Al-Wajiz dan Al-BahrAl-Muhith menyatakan bahwa Ibnu Abbasmengatakan, “Ilmu tentang segala sesuatuuntuk mencapai apa yang dikehendaki”.Al-Hasan mengatakan, “Untuk mencapaiapa yang dikehendakinya”. Ada juga yangmengatakan, “Segala sesuatu yang dibu-tuhkan segala makhluk”. Ada juga yangmengatakan, “Segala sesuatu yang diperlu-kan oleh para raja untuk menaklukkankota-kota dan menundukkan para mu-suh.20

Terkait dengan ayat tersebut (QS. 18:85), menurut Ibnu Hatim dalam tafsir (7/2383) dan Al-Mawardi dalam An-Nukat waAl-Uyun (3/338) yang dikutip oleh AhmadAbdurraiz Al-Bakri, dkk menyatakanbahwa Bisyr menceritakan kepada kami, iaberkata: Sa’id menceritakan kepada kamidari Qatadah, mengenai firman Allah swt,فأتبع سببا “Maka dia menempuh suatu jalan”,ia berkata, maksudnya adalah mengikutitempat-tempat persinggahan dan tanda-tanda di muka bumi.21

Jika ditilik secara gramatikal, susunankata-kata dari ayat di atas tidak menyebut-kan kata (siapa), dan di dalam haditsRasulullah saw ataupun atsar sahabattidak didapatkan siapakah sebenarnyanama dari sosok Dzulqarnain tersebut.Kemudian di belakang penggalan ayattersebut terdapat lafaz منه (minhu) dan(dzikran). Dari susunan gramatikal teksayat-ayat di atas, maka secara psiko-logisjuga dapat dipahami bahwasanya Allahhendak memerintahkan kepda Rasul sawuntuk menjelaskan bagian dari kisahperjalanan Dzulqarnain kepada kaummusyrikin Makkah pada waktu itu. Hal ini

indikasinya dapat dilihat dari haditsRasulullah saw ataupun atsar para sahabathanya menceritakan tentang hal-ihwalatau keadaan sifat dari Dzulqarnain, bukansiapa dia (baca: nama aslinya). Sementarapembacaan secara historis-humanistik dariayat-ayat tersebut menerangkan bahwaRasul saw telah menerangkan kepadakaum Musyrikin Makkah pada waktu ituperihal perjalanan yang dilakukan olehDzulqarnain. Dan analisis arah teksnyamenuntun agar dapat menjadikannyasebagai pelajaran berharga dan bahanperenungan oleh umat Islam, khususnyakisah perjalanan atau pengembaraannyasebagai tafsiran primer, serta mengajakumat Islam untuk lebih meneliti danmengkaji secara mendalam apa dansiapakah sesungguhnya Dzulqrnainsebagai tafsiran yang sifatnya sekunder.

20Lihat Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al-Qurthubi ...... hlm.128. Lebih lanjut silahkan merujuk Taqrib An-Nasyr, hlm. 138, Jami’ Al-Bayan (16/9), Al-Muharrar Al-Wajiz (10/442) dan Al-Bahr Al-Muhith (6/159).

21Abdurraziq al-Bakri, dkk, Tafsir at-Thabari ..., hlm. 340.

Page 11: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

148

Hingga apabila dia telah sampai ketempatterbenam matahari, dia melihat matahariterbenam22di dalam laut yang berlumpur hitam,dan Dia mendapati di situ segolonganumat.23Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamuboleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan24

terhadap mereka. Berkata Dzulkarnain: “Ada-pun orang yang aniaya, Maka Kami kelak akanmengazabnya, kemudian dia kembalikankepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnyadengan azab yang tidak ada taranya.Adapunorang-orang yang beriman dan beramal saleh,maka baginya pahala yang terbaik sebagaibalasan, dan akan Kami titahkan kepadanya(perintah) yang mudah dari perintah-perintahKami.Kemudian dia menempuh jalan (yanglain).Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbit matahari (sebelah Timur) Diamendapati matahari itu menyinari segolonganumat yang Kami tidak menjadikan bagi merekasesuatu yang melindunginya dari (cahaya)matahari25itu. Demikianlah, dan sesungguh-nya ilmu Kami meliputi segala apa yang adapadanya.Kemudian dia menempuh suatu jalan(yang lain lagi).(QS. Al-Kahfi (18): 86-92).

Rangkaian ayat-ayat tersebut26

melanjutkan kisah perjalanan Dzulqarnaindengan menyatakan bahwa dia berjalan,hingga apabila dia telah sampai ke tempatterbenam matahari , yakni tempat yangsangat jauh yang selama itu belumterjangkau di belahan bumi barat, diamenemukannya, yakni matahari bagaikanatau memang dia lihat terbenam di dalam

mata air, yakni lautan yang berlumpur hitam,dan dia mendapati di situ suatu kaum yangdurhaka kepada Allah swt atau kaum yangbelum mengenal agama. Kami mengilhamiDzulqarnain dengan berfirman, “Hai Dzul-qarnain, ajaklah mereka beriman. Engkauboleh menyiksa siapa saja yang membang-kang dan menghalangi dakwahmu atauberbuat kebaikan sekuat kemampuanterhadap mereka sesuai dengan hikmah ataukebijaksanaan demi meraih kemaslahatan”.Dia, yakni Dzulkarnain berkata, “Adapunorang yang berlaku aniaya, yakni engganberiman setelah aneka bukti dan paparandijelaskan, serta membangkang melawanagama, maka kami kelak akan menyiksanya,dengan siksaan duniawi kemudian diadikembalikan dengan kematian kepadaTuhannya, lalu Dia Yang Maha Kuasamengazabnya dengan azab yang sangat besartiada taranya. Adapun orang yang berimandan membuktikan keimanannya denganberamal saleh, maka baginya di dunia dan diakhirat ganjaran atas jalan dan amal-amalterbaik yang ditempuh dan diamalkannya,dan kami akan titahkan untuknya menyangkutperintah kami hal-hal yang mudah yang tidakmemberatkannya serta akan memperlaku-kannya dengan santun dan baik. Kemudiandia pun, yakni Dzulqarnain menempuhsekuat tenaga suatu jalan menuju ke satuarah, yakni belahan timur bumi denganmenggunakan cara, sarana, prasaranayang telah dianugerahkan Allah kepada-nya guna mencapai sukses.

22Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzulqarnain melihat matahari sedangterbenam. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (QS. Al-Kahfi (18): 86).

23Ialah umat yang tidak beragama. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(QS. Al-Kahfi (18): 86).

24Yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, (QS. Al-Kahfi (18): 86).

25Menurut sebagian ahli tafsir bahwa golongan yang ditemui Dzulqarnain itu adalah umat yangmiskin. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (QS. Al-Kahfi (18): 90).

26Lebih lanjut lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 117.

Page 12: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

149

Lebih lanjut menurut Quraish Shihabbahwa kata (maghrib asy-syams), demikian juga (mathli’asy-syams) tidak dapat dipahami dalam artitempat terbenam dan terbitnya matahari,karena pada hakikatnyaa tidak adatempatnya untuk terbenam dan terbit. Kataini juga tidak dapat dipahami dalam artitersebut dengan dalih bahwa itulahkepercayaan masyarakat masa lampau,karena jika demikian, itu dapat berartibahwa al-Qur’an membenarkan keper-cayaan yang keliru. Yang tepat adalahmemahami kata tersebut dalam pengertianmajazi sebagaimana dikemukakan di atas,yakni tempat yang dinilai terjauh ketikaitu.27

Sementara menurut Sayyid Quthubsebagaimana yang dikutip oleh QuraishShihab menyatakan bahwa memahamikata maghrib asy-syams dalam arti tempatdi mana seseorang melihat mataharitenggelam di ufuknya. Ini berbeda antarasatu tempat dengan tempat yang lain. Dibeberapa tempat matahari terlihat teng-gelam di belakang sebuah gunung, dan ditempat lain terlihat ia tenggelam di air,seperti halnya yang melihat ke samuderalepas. Bisa jug terlihat bagaikaan tenggelamdi lautan pasir jika seseorang berada dipadang pasir yang luas dan terbuka.Rupanya – tulisan Sayyid Quthub –Dzulqarnain sampai ke satu tempat dipantai Samudera Atlantik yang dahuludinamai lautan Gelap dan diduga bahwadaratan berakhir di sana. kemungkinanyang lebih kuat lagi – lanjut Sayyid Quthub– adalah ketika ia berada di muara salahsatu sungai, di mana terdapat banyakrerumputan dan berkumpul di sekitarnyatanah hitam yang lengket, mencair serta

terdapat pula daerah yang dipenuhi airbagaikan mata air, dn di sanalah diamelihat matahari terbenam. Namun demi-kian – tulis ulama yang syahid itu – kita ti-dak dapat memastikan di mana persislokasinya, karena teks ayat ini tidak men-jelaskan, dan tidak ada juga sumber yangdapat dipercaya yang menentukannya.28

Lebih lanjut lagi Quraish Shihabmengutip pendapat dari Dr. Anwar Qudri,peneliti dari Mesir yang melakukanpenelitian selama sepuluh tahun lebih danberdasarkan informasi sejarah dangeografis yang sangat teliti berpendapatbahwa perjalanan Dzulqarnain yang keBarat di mana dia menyaksikan matahariterbenam di dalam laut yang berlumpur hitamadalah kawasan hulu sungai Amazon diBrazil di Samudera Atlantik. Kawasan itumerupakan satu titik silang katulistiwagaris lurus 50 sebelah barat. Jaraknyaantara tempat itu dengan Mekkah sejauh90 garis lurus atau enam jam tepat. Tidakada satu kawasan yang lebih tepat dandengan sifat-sifat semacam ini daripadakawasan sungai Amazon itu. Demikiantulis Muhammad Ghallab dalam bukunyaJughrafiyatul ‘Alam (Geografi Dunia). Airsungai Amazon (sungai terpanjang didunia), tulisnya, mengalir secara umumdari barat ke timur pada suatu daratanrendah. Anak-anak sungainya mengalir-kan jumlah yang sangat besar dari lumpurhitam dan tanah liat. Sedang perjalananDzulqarnain ke timur berakhir di suatutempat di mana dia menemukan matahariterbit di suatu kawasan yang dihunisegolongan umat yang tidak terlindungioleh cahaya matahari. Ini menurut penelititersebut adalah Pulau Halmahera diMaluku, Indonesia. Daerah itu dahulunya

27M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 117-118.28M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 118.

Page 13: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

150

adalah hutan belantara, sehingga peru-mahan tidak dapat dibangun di kawasanitu, dan inilah – menurutnya – yang di-maksud oleh ayat berikut dengan tidak adabagi umat itu sesuatu yang melindunginyadari cahaya matahari.29

Menurut Quraish Shihab, firmanAllah (lam naj’allahum min duniha sitran/Kami tidak men-jadikan bagi mereka sesuatu yang melindungimereka darinya), di samping makna yangdikemukakan di atas ada juga yangmemahaminya dalam arti “suatu kaumyang hidup dengan fitrah asli mereka, tidakada penutup yang mengalangi mereka darisengatan panas matahari, tidak pakain,tidak ada juga bangunan. Kemudianfirman Allah (ahathnabima ladaihi khubran/Kami meliputi segala apayang ada padanya), bukan saja penegasanbahwa Allah Yang Maka Mengetahui, tetapiagaknya Dia juga bermakna Allah meng-awasi dan membimbing Dzulqarnain dalamlangkah-langkahnya . Atau dapat jugaberarti bahwa apa yang diceritakan ituadalah sebagian kisah perjalanannya danAllah Maha Mengetahui segala sesuatuyang terjadi dalam perjalanannya itu,termasuk suka duka dan perjuanganDzulqarnain. Karena itu jangan herjan jikainformasi ini sangat teliti, jangan juga dugasekian apa yang tidak diuraikan adalahkarena tidak diketahui-Nya.30

Dalam pandangan penulis, rangkaiangramatikal dari ayat-ayat di atas sangatlahindah gaya bahasanya disertai dengangaya bahasa majaz, di mana Dzulqarnaintelah menempuh dua perjalanan panjangyaitu perjalanan ke Barat dan ke Timur

serta mendapatkan pada dua perjalanantersebut segolongan kaum/umat.Padaperjalanan ke Barat (maghrib asy-syams),Dzulqarnain menemukan suatu kaumyang ingkar dan Dzulqarnain punberdakwah mengajak kepada kebaikan dankeimanan, sedangkan pada perjalan keTimur (masyriq asy-syams), ia menemukansuatu kaum yang sepertinya masih primitifjika dilihat dari tafsiran ayatnya. Secarapsikologis dapatlah dipahami bahwasanyaAllah hendak menginformasikan kepadakita bahwsanya secara garis besar, suatuumat digolongkan menjadi dua; yaitu umatyang ingkar dan umat yang beriman.Sebelum suatu umat itu beriman tentu sajamereka dikatakan sebagai umat yangprimitif atau belum mendapatkan ajakandakwah untuk beriman kepada Allah.

Lebih lanjut jika ditilik dari pemba-caan secara historis-humanistik bahwa-sanya rangkaian ayat-ayat di atas menun-jukkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.Hal ini dapat dibuktikan dari sikap bijakyang penuh kebaikan dan tanpa kekerasanyang ditonjolkan oleh Dzulqarnain, bah-wasanya kepada umat yang ingkarhendaknya diajak bertobat dan kembalikepada keimanan dengan diperingatkanakan kekufurannya bahwa Allah akanmengazab orang-orang yang ingkar. Ke-pada orang-orang yang ingkar sekalipunDzulqarnain dapat bersikap dan berbuatbijak, apalagi kepada orang-orang yangmasih primitif dan belum mendapatkanajakan kepada agama yang hak. Tentu sajaDzulqarnain akan lebih menonjolkan sikaprahmatan.

29M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 118-119.30M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah …, hlm. 120-121.

Page 14: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

151

Hingga apabila dia telah sampai di antaradua buah bukit, dia mendapati di hadapankedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidakmengerti pembicaraan.31Mereka berkata: “haiDzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj danMa’juj32itu orang-orang yang membuatkerusakan di muka bumi, maka dapatkah kamimemberikan sesuatu pembayaran kepadamu,supaya kamu membuat dinding antara kamidan mereka?” (QS. Al-Kahfi (18): 93-94).

Selanjutnya Dzulqarnain melanjutkanperjalanannya, hingga apabila dia telahsampai dalam perjalanan ketiga ini di antaradua buah gunung yang sangat tinggi yangmenyulitkan orang yang di belakangnyadapat melampauinya, dia yakni Dzul-qarnain mendapati di keduanya, yakni dibelakang atau di dekat kedua gunung itudari arah kedatangan Dzulqarnain – diamendapati – suatu kaum yang hampir tidakmengerti pembicaraan kecuali dengan susahpayah karena bahasanya asing, atau dankecerdasannya rendah. Mereka berkatamelalui penerjemah atau dengan bahasaisyarat, “Hai Dzulqarnain, kami sedangterancam dan menderita oleh sekolompok

orang yang bernama Ya’juj dan Ma’juj.Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu adalahperusak-perusakdi muka bumi dengan anekamacam perusakan, maka dapatkah kamimemberikan suatu pembayaran kepadamu,supaya engkau membuat suatu dinding antarakami dan mereka sehingga menghalangimereka menyerang kami?”33

Kata (Ya’juj) dan (Ma’juj)diperselisihkan bukan saja tentang siapamereka, tetapi juga tentang pengertiankebahasaannya. Sementara ulama berpen-dapat bahwa kata itu berasal dari kata

(al-aujah) yakni kebercampuran. Adajuga yang berpendapat dari kata (al-auj) yakni kecepatan berlari. Penamaan itulahir karena mereka adalah suku yangbercampur baur. Jika demikian, nama ituadalah terjemahan bahasa Arab dari satukata yang digunakan oleh suku penyerangitu. Ada juga yang berpendapat bahwa katatersebut asli dari bahasa Cina yang berubahpengucapannya dalam bahasa Arab.Thabathaba’i menulis bahwa dalambahasa Cina kata tersebut adalah Munkukatau Muncuk. Mereka adalah putra Adam,yakni Yafist, leluhur orang Turki. Demkiansatu pendapat. Ada juga yang berpendapatmereka adalah orang-orang Mongol. Salahseorang penganut paham ini adalahThabathaba’i. Sedang Thahir Ibn ‘Asyurcenderung memahami Ya’juj dan Ma’jujadalah aneka suku, atau satu bangsa yangmemiliki dua suku besar yaitu Tatar danMongol. Atau asal mereka adalah Ma’jujlalu suku-sukunya disebut dengan berbagai

31Maksudnya: mereka mereka tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa merekaAmat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat menerangkan maksud merekadengan jelas karena kekurangan kecerdasan mereka. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, (QS. Al-Kahfi (18): 93).

32Ya’juj dan Ma’juj ialah dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagai yang telahdilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya,(QS. Al-Kahfi (18): 94).

33M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 121.

Page 15: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

152

nama, antara lain Ya’juj, Tatar, Turkumandan Turki. Demikian sedikit dari banyakpendapat tentang mereka.34

Menurut hemat penulis, ayat-ayattersebut secara gramatikal memiliki su-sunan yang indah yang dapat dipahamisecara hakiki dan dapat pula secara majazi.Lebih lanjut disebutkan dalam ayat-ayattersebut ada suatu kaum/kelompok yanghampir tidak tahu lagi bagaimana me-nyampaikan berbagai macam keluhannyakarena diteror dan ditindas oleh dua go-longan perusak yang kejam (Ya’juj &Ma’juj) yang disertai dengan bahasa isyaratmengungkapkan keinginannya untuk me-minta bantuan kepada Dzulqarnain agardibantu menyelesaikan masalahnya ter-sebut. Secara psikologis dari ayat-ayat ter-sebut menunjukkan bahwa Allah telahmemberikan suatu pelajaran berharga bagikita dari kisah ayat-ayat tersebut, bagai-mana cara kita menyelesaikan suatu masa-lah jika kita tidak mampu untuk menye-lesaikannya sendiri.

Lebih lanjut jika ditelaah dari sisihistoris-humanistik, bahwasanya arah teksini mengindikasikan bagaimana sikap bijakyang diambil oleh Dzulqarnain dalammelerai sengketa dan permusuhan sertamenyelesaikan permasalahan tersebut dimana kedua pihak yang bertikai dapatdihindarkan dan tidak ada yang dirugikanolehnya. Dzulqarnain membuat dindingpemisah di antara keduanya. Dari ayat-ayat tersebut juga dapat dipahami bahwa-sanya antara kejahatan dan kebaikan/kejujuran itu dapat dikatakan 2 banding1. Hal tersebut disimbolkan oleh Ya’juj &Ma’juj sebagai simbol kejahatan dan kaumyang tertindas sebagai simbol kebaikan. Tapipada akhirnya simbol kebaikan, kejujurandan kebenaran pun akan menang.

Dzulkarnain berkata: “Apa yang telahdikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadap-nya adalah lebih baik, maka tolonglah akudengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agaraku membuatkan dinding antara kamu danmereka.Berilah aku potongan-potongan besi”.hingga apabila besi itu telah sama rata dengankedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzul-karnain: “Tiuplah (api itu)”. hingga apabilabesi itu sudah menjadi (merah seperti) api,diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yangmendidih) agar aku kutuangkan ke atas besipanas itu”.Maka mereka tidak bisa mendakinyadan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalahrahmat dari Tuhanku, Maka apabila sudahdatang janji Tuhanku, Dia akan menjadikan-nya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalahbenar”.(QS. Al-Kahfi (18): 95-98).

Mendengar tawaran yang diajukanoleh mereka yang terancam itu, Dzul-qarnain sang penguasa yang adil danbijaksana itu menolak imbalan tersebut. Diaberkata, “Apa yang telah dikuasakan kepadakuoleh Tuhanku seperti kekuasaan dankekayaan yang kamu lihat dan tidak lihat,

34Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah .., hlm. 122.

Page 16: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

153

lebih baik daripada yang kamu tawarkan itu.Karena itu tidak perlu memberi aku sesuatusebagai imbalan atau upeti. Aku hanyamengharapkan partisipasi kamu, makabantulah aku dengan kekuatan tenaga danalat-alat, agar aku membuatkan di antarakamu dan mereka sebuah dinding yang kokohdan berlapis-lapis sehingga menjadipenghalang bagi siapapun yang menye-rang kamu”.35

Selanjutnya Dzulqarnain merincikebutuhan pembangunan dinding itu. Diaberkata, “Berilah aku potongan-potonganbesi”. Mereka pun memenuhi permintaantersebut lalu dia meletakkan suatupotongan di atas potongan yang lain,hingga apabila besi itu telah sama rata dengankedua puncak gunung yang berhadapan itu,dia, yakni Dzulqarnain berkata memerin-tahkan kepada para pekerja, “Siapkanlahapi”. Dan mereka menyiapkannya bersamadengan alat-alat yang dibutuhkan. LaluDzulqarnain berkata, “Tiuplah apiitu”hingga apabila ia, yakni potongan besiyang bertumpuk-tumpuk itu sudahmenjadikannya merah seperti api, dia punberkata, “Berilah aku tembaga yang mendidihagar kutuangkan ke atasnya, yakni ke atasbesi panas itu”. Dengan demikian sempur-nalah bangungan dinding tersebut. Makadengan selesainya pembangunan itumereka, yakni Ya’juj dan Ma’juj demikianjuga selain mereka tidak mampu mendakinyakarena sangat tinggi dan mereka tidakmampu pula melubanginya karena sangatkokoh.36

Kata (radman) adalah benteng danpembendung yang kukuh. Ia adalah sesuatuyang diletakkan di atas sesuatu yang lainsehingga saling berdempet. Ini menjadikan-

nya jauh lebih kokoh daripada apa yangdinamai (sadd) yang juga dapatbermakna benteng atau pembendung. Iniberarti Dzulqarnain menjanjikan merekamembangun benteng yang lebih baik dankokoh daripada yang mereka minta. Kata

(zubr) adalah bentuk jamak dari kata(zubrah) yaitu potongan-potongan besi

yang besar. Tentu saja bangunan itu bukanhanya dari besi dan tembaga semata-mata,tetapi juga batu dan lain-lain. Hanya sajakarena besi itu yang terpenting apalagitidak semudah menemukan batu, sekaligusuntuk menggambarkan kekukuhannya,maka besi itulah yang secara khusus disebutdi sini. Kata (ash-shadafain) adalahbentuk dual dari kata (ash-shadaf)yaitu sisi dari suatu gunung. Kata ini tidakdigunakan kecuali dalam bentuk dual. Asalkatanya bermakna bertemu, sehingga tentusaja pertemuan memerlukan dua pihak.Dari sini kata yang digunakan al-Qur’anini berarti kedua sisi gunung. Maksudnya,besi yang ditumpuk tersebut telahmemenuhi kedua sisi pertemuan keduagunung dan telah rata dengan keduapuncak gunung itu. Kata (qithran)terambil dari kata قطر (qathara) yaknimenetes. Yang dimaksud di sini adalahtembaga yang mencair. Salah satu cara yangditempuh dewasa ini untuk menguatkanbesi adalah mencampurkannya dengankadar tertentuu dari tembaga. Dengandemikian petunjuk yang diberikan Allahkepada Dzulqarnain itu dan diabadikandalam kitab suci al-Qur’an ini merupakansalah satu hakikat yang mendahuluipenemuan ilmiah sekian abad lamanya. 37

Setelah dinding yang berlapis-lapis ituselesai terbangun dan masyarakat pun

35Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 124.36Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 124.37Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 124-125.

Page 17: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

154

menerimanya dengan penuh sukacita,Dzulqarnain bersyukur kepada Allah swt.Dia berkata, “Dinding atau kemampuanyang dianugerahkan Allah untuk mem-bangun dinding ini adalah rahmat yangbesar untuk hamba-hamba Allah dariTuhanPemeliara dan yang selalu berbuatbaik kepada-ku. Ia telah berdiri tegak berkatbantuan-Nya dan dapat berfungsi meng-halangi suku-suku yang bermaksud burukterhadap masyarakat yang tidak berdosadan tidak berdaya. Dinding ini akan tetapberdiri tegar hingga waktu yang dijanjikanAllah bagi kehancurannya, maka apabilatelah datang janji Tuhanku itu menjelangKiamat atau sebelumnya, Dia akan men-jadikannya hancur luluh hingga menjadi ratadengan tanah, karena tidak ada sesuatubetapapun kekar dan kuatnya kecuali akanhancur dan punah. Itu adalah keniscayaanyang telah ditetapkan dan dijanjikan AllahTuhanku; dan janji Tuhanku itu adalah benardan pasti terlaksana”.38

Kata (dakka’) terambil dari kata- (dakka - yadukku) yang mempu-

nyai beberapa arti antara lain hancursehingga rata dengan tanah. Kata ini me-nyifati unta, maka ia berarti unta yang tidakberpunuk (yakni yang tidak memiliki da-ging yang menonjol pada punggungnya).Ia juga dapat berarti hina sehinggadiabaikan. Makna terakhir ini disinggungoleh Thabathaba’i dengan mengutip darikamus besar Lisan al-‘Arab, dan dari sini –tulis ulama ini – ia dapat juga berartibenteng itu tidak dihiraukan lagi karenasudah tidak berfungsi akibat kemajuanyang dicapai manusia. Maksudnya janjiAllah yang dimaksud adalah ketika dindingitu dakka’, yakni ketika manusia mencapaikemajuan dalam penggunaan alat-alat danpenyingkiran hambatan sehingga peng-

halang yang dibuat Dzulqarnain itu tidakberfungsi lagi dalam membendung se-rangan serta menghalangi kemajuan Ya’jujdan Ma’juj . Ini menurut Thabathaba’idikuatkan oleh firman-Nya yang melukis-kan keluarnya mereka yakni:

Hingga apabila dibukakan (tembok)Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengancepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS.Al-Anbiya’ (21): 96). Di sini, tulisnya, samasekali tidak disebutkan tentang dindingtersebut. Makna lain dari kata dakka’ adalahtertimbun di bawah tanah. Nah, boleh jadijuga dinding tersebut tidak lagi terlihatsekarang ini, karena ia telah tertimbun dibawah tanah akibat berbagai sebab danfaktor sebagaimana terjadi atas sekianbanyak bangunan masa lampau.39

Penulis melihat bahwa secara grama-tikal, susunan kata per kata, kalimat perkalimat dari rangkaian ayat-ayat tersebutsungguhlah menakjubkan yang mencerita-kan tentang kebijaksanaan, kecerdasan dibidang teknologi serta religiusitas yangditonjolkan oleh sosok Dzulqarnain. Secarapsikologis juga dapat dipahami bahwasa-nya Allah hendak mengajarkan kita agarkita mampu berniat, berkata, berbuat danbersikap seperti Dzulqarnain. Lebih lanjutlagi secara historis-humanistik rangkaianayat-ayat tersebut mengarahkan bahwadalam menolong suatu kaum yang ter-tindas harus disertai dengan keikhlasandan jangan setengah-setengah. Hal inidapat dilihat dari kesuksesan Dzulqarnainmembuat dinding yang benar-benar kokohdan kuat. Terlebih lagi dari ayat-ayat

38Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 126.39Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah .., hlm. 126-127.

Page 18: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

155

tersebut mengandung implikasi pengguna-an teknologi besi dan tembaga yangmemiliki fungsi yang hebat dan hal ini telahdibuktikan di era kontemporer seperti inidengan banyak negara-negara industriyang menerapkan konsep penggabungankedua unsur logam tersebut. Namun takboleh dilupakan bahwa sehebat apapunteknologi yang kita capai harus tetap kitasyukuri sebagai karunia dan rahmat dariAllah dan kita tidak boleh bersikap som-bong, karena tak ada yang abadi di duniasemuanya akan hancur musnah padawaktu yang telah ditentukan kecuali hanyaDia.

Demikianlah akhir kisah Dzulqar-nain. Maka penulis sangat mengapresiasipendapat sekaligus pertanyaan bagi kitayang dicetuskan oleh Quraish Shihab yangmenyatakan: “Mengapa Dzulqarnainmelakukan perjalanan ke Timur dan Barat?Apakah ia haus kekuasaan? Tidak! Menu-rut sementara ilmuwan, tujuannya adalahuntuk “mempertemukan” Barat danTimur. Barat memiliki cara pandang yangberbeda dengan Timur. Barat mengandal-kan akal, penalaran dan analisis untukmembaca fenomena alam. Ini menjadikanmereka tidak jarang melupakan nilai-nilaispiritual. Sedang Timur mengandalkanintuisi dan penyucian jiwa guna meraihkebenaran. Timur hampir-hampir sajamengabaikan nalar, sehingga mereka lebihbanyak memandang dengan jiwa daripadaakal. Mempertemukan, bahkan menyatu-kan akal dan jiwa, nalar dan rasa, adalahkeinginan Dzulqarnain, tetapi rupanyahasilnya sejalan dengan kesimpulan pe-nyair Inggris kenamaan Rudyard Kiplingyang berkata, “East is East and West is Westand they can never meet” (Timur adalanTimur dan Barat adalah Barat, dan mereka

tidak akan pernah bertemu). Mereka hanyaakan dapat bertemu bila semua sepakatmengikuti tuntunan-tuntunan Allah danRasul-Nya.40

Mengakhiri kisah-kisah yangdikemukakan al-Qur’an dalam surah inikita perlu menggarisbawahi bahwa al-Qur’an mengemukakan banyak sekali kisahdan sejarah masa lampau, tetapi sebagiandi antaranya belum atau tidak dapatdibuktikan oleh sejarawan. Ada beberapahal yang harus dicatat dalam konteksuraian al-Qur’an itu. Pertama, ilmu sejarahadalah sesuatu yang relatif baru. Sekianbanyak hal yang tidak sempat tercatat.Jangankan terjadi sebelum pra-sejarah,peristiwa-peristiwa yang terjadi di abadmodern pun banyak yangg tidak jelashakikatnya. Kedua, sejarah yang dicatatatau diuraikan oleh para pakar tidak jarangdibumbui oleh oleh aneka bumbu, ataudisampaikan dalam bentuk informasi yangtidak lengkap, bahkan keliru dna tidakjarang juga dipengaruhi oleh subjektivitaspenuturnya. Ketiga, salah satu sumberyang sangat berharga adalah kitab suci.Dalam konteks ini, kalaulah seseorang tidakmempercayainya sebagai wahyu Ilahi,maka paling tidak ia dapat dianggapsebagai satu manuskrip yang dapat dijadi-kan salah satu sumber informasi. Keempat,walaupun berbeda-beda penilaian orangterhadap kitab suci, tetapi menyangkut al-Qur’an paling tidak kita dapat berkatabawah sebagian informasinya telah ter-bukti kebenarannya secara ilmiah. Sekianbanyak uraiannya yang dahulu tidak jelas,tetapi melalui aneka penelitian arkeologi,studi kebahasaan atau antropologi, uraian-uraiann tersebut terbukti kebenarannyadengan sangat jelas. Memang harus diakuibahwa sebagian informasinya belum

40Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah .., hlm. 128.

Page 19: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

156

terbukti. Atas dasar itulah bukanlah sikapilmiah menolak informasi al-Qur’an hanyadengan alasan belum terbukti. Karenasebagian yang tadinya belum terbukti kinitelah terbukti. Paling tidak, jika seseorangenggan menggunakan pendekatan iman,maka sikap ilmiah yang sewajarnya diaambil adalah tidak membenarkaninformasinya dan tidak pula memper-salahkannya.41

2. Tokoh-Tokoh dalam Kisah Dzulqar-nain, Implikasi Nilai serta Corak Pe-nafsiran dengan Analisis Herme-neutik Gramatikal-Psikologis& Her-meneutik Historis-Humanistik

a. Tokoh-tokoh yang disebutkan dalamKisah Dzulqarnain

Dari rangkaian ayat-ayat QS. Al-Kahfi (18): 83-98 yang menceritakankisah perjalanan seorang Dzulqarnainsebagaimana yang telah penulis urai-kan sebelumnya, maka penulis men-dapatkan beberapa tokoh-tokoh ter-sebut sebagai berikut:1) Dzulqarnain

Dari uraian-uraian yang penu-lis ketengahkan di atas bahwasanyasecara eksplisit tidak disebutkansiapa sesungguhnya (sosok asli) dariseorang Dzulqarnain. Namun se-cara implisit disebutkan bahwa se-orang Dzulqarnain adalah sosokpetualang/pengembara yang memi-liki keimanan yang kuat, tidak mu-dah menyerah, seorang da’i yangmenyeru kepada kebaikan dankeimanan, seorang yang memilikikecerdasan teknologi, penolong bagikaum yang tertindas, seorang yangmenyelesaikan setiap masalahdengan penuh kebijaksanaan,

seorang yang selalu tawakkal,istiqamah dan selalu mensyukurinikmat Tuhannya.

2) Umat yang ingkarUmat yang ingkar yang penu-

lis maksudkan di sini adalah seba-gaimana yang penulis uraikan diatas yaitu suatu umat yang dijumpaioleh Dzulqarnain pada perjalanan-nya pertama kali ke arah Barat(maghrib asy-syams) yang diajakoleh Dzulqarnain kepada keimanandan kebaikan serta memperingatkanmereka dengan azab Allah bagiorang-orang yang berlaku aniaya.

3) Umat yang primitif dan belummendapat ajakan dakwah keaga-maan

Sedangkan umat yang primitifdan belum mendapat ajakandakwah adalah sebaliknya yaitusuatu umat yang ditemui olehDzulqarnain pada perjalanannyayang kedua kali ke arah Timur(masyriq asy-syams)

4) Umat yang tertindasUmat yang tertindas yang

dimaksud di sini sebagaimanauraian penulis sebelumnya yaituumat yang dijumpai oleh Dzul-qarnain pada perjalanannya di kaliketiga yang meminta bantuannyauntuk menghindari bencana yangditebarkan oleh kaum-kaum yangmembuat kerusakan (Ya’juj danMa’juj).

5) Umat yang menindas yaitu; Ya’juj& Ma’juj

Sedangkan Ya’juj dan Ma’jujadalah sebaliknya yaitu duagolongan yang selalu berbuatkerusakan dan menindas kaum

41Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah ..., hlm. 128.

Page 20: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

157

yang tertindas yang ditolong olehDzulqarnain sebagaimana disebut-kan dalam poin keempat di atas.

b. Implikasi Nilai yang dapat diperolehdari kisah Dzulqarnain

Dari rangkaian ayat-ayat QS. Al-Kahfi (18): 83-98 yang menceritakankisah perjalanan Dzulqarnain memilikibanyak nilai yang dapat dipetik sebagaipelajaran berharga bagi semua umatmanusia terlebih lagi bagi umat Islamdi era kontemporer sekarang ini. Bebe-rapa implikasi nilai yang dimaksudkanpenulis antara lain sebagai berikut:- Ayat-ayat yang menceritakan kisah

Dzulqarnain tersebut mengandungunsur-unsur nilai keimanan kepadaAllah swt dan semangat dakwahbagi umat Islam sebagaimanaditonjolkan oleh Dzulqarnain.

- Mengandung nilai-nilai humanisyang disertai dengan penuhkebijaksanaan dalam menyelesaikansuatu sengketa/permusuhan, sertanilai-nilai keikhlasan dalam mem-bantu orang yang tertindas.

- Mengandung nilai-nilai kemajuanuntuk kesejahteraan umat khusus-nya di bidang teknologi sebagaimanayang dicontohkan oleh Dzulqarnaindalam memanfaatkan unsur logambesi dan tembaga. Dalam hal ini jugaterkandung nilai gotong-royong dankebersamaan dalam meraih tekno-logi tersebut.

- Mengandung nilai-nilai keteguhandan keistiqamahan yang disertaidengan penuh rasa syukur terhadapnikmat dan rahmat Allah sertamenghindari sikap sombong.

- Selain di atas, ayat-ayat tersebutjuga mengandung nilai-nilai ke-imanan terhadap alam gaib/transendental (kiamat kubra) bahwa

dunia ini pada akhirnya akanmusnah karena tak ada yang abadikecuali hanya Dia.

c. Corak Penafsiran dengan AnalisisHermeneutik Gramatikal-Psiko-logis& Hermeneutik Historis-Humanistik

Dalam analisis penulis sebagai-mana telah diutarakan sebelumnya,bahwasanya penggunaan teori-teorigramatikal-sikologis dan historis-humanistik sangat memberikankontribusi positif dalam memperkayakhazanah teori penafsiran sertapengembangan ulumul qur’an kedepan. Dengan teori gramatikal, kitabisa gunakan untuk menganalisiskaidah kebahasaan yang dipakai olehal-Qur’an yang memiliki keindahanyang luar biasa dan belum adatandingannya yang banyak diakuikemukjizatannya baik dari kalanganulamama Muslim dan sebagian darikaum orientalis. Dengan teori psiko-logis, penulis memandang hal ini dapatmemicu seseorang baik secara langsungatau tidak langsung, terpaksa atau tidakharus melebur dan merasakan kejiwa-an pengarang teks. Dalam konteks al-Qur’an, tentu saja hal ini menuntutseseorang untuk beriman kepada Allahdengan sebenar-benarnya dan secarakaffah sebelum ia melakukan penaf-siran terhadap al-Qur’an. Sedangkandengan teori historis-humanistik,penulis melihat bahwa hal sangatefektif untuk menemukan apa arti danmakna yang dimaksudkan oleh suatuayat al-Qur’an pada masa diturun-kannya serta ditarik ke arti dan maknayang sekarang yang semakin berkem-bang. Di samping itu juga dengan teoriini yang lebih mengarahkan analisisarah teks yang berkutat pada tujuan/

Page 21: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014: 138-159

158

maqashid syar’i dari suatu ayat ituadalah lebih penting untuk diaplikasi-kan dalam kehidupan yang ril. Selan-jutnya penulis memandang bahwadengan toeri-teori atu metode penaf-siran tersebut akan lebih memperkuathasil tafsiran yang bersifat primer danmendesak untuk dikembangkan lebihdalam lagi.

PENUTUP

Dari uraian tersebut dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut1. Kisah Dzulqarnain

Kata “kisah” berasal dari bahasa Arab (qishshah), bentuk jama’nya

(qishash). Secara etimologi kamus iaberarti kisah, cerita, narasi, fiksi, novel,laporan. Kata kisah juga berasal darikata (qashash) yang berarti men-cari bekas atau mengikuti bekas (jejak)(QS. Al-Kahfi (18): 64 dan Al-Qashash(28): 11).Di dalam al-Qur’an palingtidak terdapat tiga jenis qashash (kisah),yaitu: Qashash al-Anbiya’ (Kisah Nabi-nabi), Qashash yang berpautan denganperistiwa-peristiwa yang telah terjadidan orang-orang yang tidak dapatdipastikan kenabiannya dan Qashashyang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulsaw. Sementara kata Dzul-qarnain terdiri dari dua suku kata yaitu

(Dzu>) dan (al-qarnain). Dzuartinya (orang) yang mempunyai,sedangkan al-qarnain merupakanbentuk dual (mutsanna>) dari kata ÞÑä(qarn)yang secara harfiah berarti;tanduk, kurun, abad, masa dangenerasi.

2. Hermeneutika secara luas, yakniproblem of human understanding as such,

sehingga obyek penafsiran menjadi lebihluasTujuannya adalah menempatkanhermeneutika dalam konteks theories ofknowledge (teori ilmu pengetahuan).Hermeneutika tidak hanya dipandangsebagai disiplin pedagogis dalambidang penafsiran, yang harus atauseharusnya diikuti oleh para penafsir,sebagaimana yang diadvokasi olehpemikir-pemikir sebelumnya.

3. Dalam pandangan penulis, rangkaiangramatikal dari ayat-ayat di atas sangat-lah indah gaya bahasanya disertaidengan gaya bahasa majaz, di manaDzulqarnain telah menempuh dua per-jalanan panjang yaitu perjalanan keBarat dan ke Timur serta mendapatkanpada dua perjalanan tersebut sego-longan kaum/umat.Pada perjalanan keBarat (maghrib asy-syams). Lebih lanjutjika ditilik dari pembacaan secarahistoris-humanistik bahwasanya rang-kaian ayat-ayat di atas menunjukkanIslam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Halini dapat dibuktikan dari sikap bijakyang penuh kebaikan dan tanpa keke-rasan yang ditonjolkan oleh Dzul-qarnain, bahwasanya kepada umatyang ingkar hendaknya diajak bertobatdan kembali kepada keimanan dengandiperingatkan akan kekufurannyabahwa Allah akan mengazab orang-orang yang ingkar

4. Menurut hemat penulis, ayat-ayattersebut secara gramatikal memilikisusunan yang indah yang dapatdipahami secara hakiki dan dapat pulasecara majazi. Lebih lanjut disebutkandalam ayat-ayat tersebut ada suatukaum/kelompok yang hampir tidaktahu lagi bagaimana menyampaikanberbagai macam keluhannya karenaditeror dan ditindas oleh dua golonganperusak yang kejam (Ya’juj & Ma’juj)

Page 22: KISAH DZULQARNAIN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI: …

Kisah Dzulqarnain dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi: 83-101 ... (Rukimin)

159

yang disertai dengan bahasa isyaratmengungkapkan keinginannya untukmeminta bantuan kepada Dzulqarnainagar dibantu menyelesaikan masalah-nya tersebut.

5. Kita perlu menggaris bawahi bahwa al-Qur’an mengemukakan banyak sekalikisah dan sejarah masa lampau, tetapisebagian di antaranya belum atau tidakdapat dibuktikan oleh sejarawan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bakri, Ahmad Abdurraziq dkk. 1999. Tafsir at-Thabari (Abu Ja’far Muhammad bin JarirAth-Thabari) Vol. 17, Jakarta: Pustaka Azzam.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Al-Hifnawi, Muhammad Ibrahim dan Mahmud Hamid Utsman. 2008. Tafsir Al-Qurthubi(Syaikh Imam Al-Qurthubi) Vol. 11. Jakarta: Pustaka Azzam.

Kamus Online Verbacepro Arab-Inggris-Indonesia.

Pari, Fariz dkk. 2009. Upaya Integrasi Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an dan Hadis Teoridan Aplikasi. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah Vol. 8. Jakarta: Lentera Hati.

Syamsuddin, Sahiron. 2009. Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an. Yogyakarta:Pesantren Nawasea Press.

Waharjani, 2005. Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta: Lembaga PengembanganStudi Islam UAD Yogyakarta.