29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terdiri atas dua bagian yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van de Waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorbens biasanya rendah dan terjadi dilapisan pada permukaan adsorbens yang umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya panas atau reaksi antara zat yang diiserap oleh adsorbens. Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorbens dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik kea rah dalam karena tidak ada gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi. Ada berbagai teknik pemisahan yang dilakukan untuk memisahkan suatu senyawa atau zat dari campuran. Dalam kegiatan industri adsorpsi saat dilakukan pada proses penghilangan warna (misalnya sebelum kriistalisasi) dan

kinetika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kinetika

Citation preview

Page 1: kinetika

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terdiri atas dua

bagian yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi

yang disebabkan oleh gaya Van de Waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas

adsorbens biasanya rendah dan terjadi dilapisan pada permukaan adsorbens yang

umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia merupakan adsorpsi

yang terjadi karena adanya panas atau reaksi antara zat yang diiserap oleh adsorbens.

Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh

adsorbens dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena

adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,

mempunyai gaya tarik kea rah dalam karena tidak ada gaya-gaya ini menyebabkan

zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi.

Ada berbagai teknik pemisahan yang dilakukan untuk memisahkan suatu

senyawa atau zat dari campuran. Dalam kegiatan industri adsorpsi saat dilakukan

pada proses penghilangan warna (misalnya sebelum kriistalisasi) dan proses

pemutihan maupun perbaikkan rasa bahan ada makanan cair.

Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar kita lebih memahami dan lebih

mengerti tentang apa itu kinetika adsorpsi serta mengetahui manfaat serta

pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta untuk mengetahui dan

memahami proses penyerapan suatu zat yaitu CH3COOH oleh arang aktif sebagai

adsorben dalam fungsi waktu atau yang biasa disebut kinetika adsorpsi, agar dapat

menambah ilmu pengetahuan serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 2: kinetika

1.2 Tujuan

Mengetahui volume CH3COOH pada waktu 20 menit

Mengetahui nilai k pada orde 1 dan 2 pada 10 menit

Mengetahui nilai k pada orde 3 pada 20 menit.

1.3 Prinsip Percobaan

Didasarkan pada laju pergerakkan adsorben dalam pengadsorpsi suatu

adsorbat dengan variasi waktuu pengocokkan yang berbeda-beda yaitu 10, 20, 30 dan

40 menit. Dimana norit sebagai adsorben dan CH3COOH sebagai adsorbat. Dalam hal

ini terjadi 2 peristiwa adsorpasi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Dimana

konsentrasi CH3COOH yang berkurang karena pengshakeran dapat diketahui melalui

titrasi dengan NaOH dengan bantuan indikator pp untuk menunjukkan TAT yaitu

penambahan warna dari bening menjadi merah lembayung. Kemudian dilakukan

analisis kinetika adsorpsi yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu orde satu, orde dua

dan orde tiga.

Serta didasarkan hubungan konsentrasi terhadap perubahan waktu dimana

kinetika adsorpsi norit terhadap asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur

perubahan CH3COOH sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis

harga k melalui orde satu, orde dua dan orde tiga.

Selain itu juga didsarkan pada penentuan kadar koonsentrasi CH3COOH yang

telah mengalami proses adsorpsi dengan menggunakan norit sebagai adsorbennya.

Kemudian dengan proses filtrasi untuk memisahkan antara filtrat dan residu dengan

kertas saring whatmann melalui pompa vakum dan corong buchner untuk

mendapatkan filtrat yang lebih bersih dari sebelumnya.

Page 3: kinetika

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Absorbsi merupakan penyerapan oleh benda (padatan atau cairan) yang

berrlangsung keseluruh bagian benda itu dan juga penyerapan cahaya oleh bahan atau

benda yang dilewati cahaya itu; intesitas cahaya keluar menjadi rendah, dan cahaya

terserap menyebabkan atom atau molekul tereksitasi. Absorpsi oleh zat padat kadang-

kadang disebut juga sorpsi. Sedangkan, adsorpsi adalah proses penyerapan atau

penggumpalan pada benda yang berlangsung hanya pada permukaan benda itu (Fatih,

2008).

Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi pelarut

(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana

terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan peyerapannya. Adsorpsi

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Adsorpsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan

suatu proses bolak-balik apabila daya tarik-menarik antara zat terlarut dengan

pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.

Adsorpsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang

teradsorpsi (Atkins, 1997).

Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari

adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan

komponen mana yang lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya.

Apabila adsorbannya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat

lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi

juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat

keras kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan

suatu kation mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai

polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation

Page 4: kinetika

yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan

yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-

ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan

ion lemah. Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah

polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisari

akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil,

muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh

anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegativitas yang rendah. Ion

logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat

dengan anion lemah (Atkins, 1997).

Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses

kesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi.

Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa

desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi

cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung meningkat.

Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai

keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan tidak teramati perubahan

secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi

adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara

adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi

melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui

mekanisme kimia atau kimisorpsi (Castella, 1983).

Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa potensial kimia

dari tiap konstituen pada seluruh sistem harus sama. Bila aa beberapa fase ari tiap

konstituen, maka potensial kimia setiap konstituen pada tiap fase harus mempunyai

nilai yang sama. Dragam fase dalam hal kesetimbangan padat-cair dinyatakan secara

umum sebagai tekanan konstan, jadi derajat kebebasan diberikan oleh :

F = 3 – P

Page 5: kinetika

Untuk satu fase, dua derajat kebebasan dibutuhkan unutk menggambarkan sistem

secara sempurna; untuk dua fase, satu derajat kebebasan dan untuk tiga fase, derajat

kebebasannya nol. Titik ini sering disebut ‘titik eutektik’. Temperatur dan komposisi

pada titik ini dikenal sebagai temperatur eutektik dan komposisi eutektik (Dogra,

1990).

Kinetika adsorpsi meyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh

adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena

adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul

pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena

tidak ada gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya

adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke

dalam absorben sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada

permukaannya (Sukardjo, 1990).

Proses adsorpsi yang terjadi pada kemisorpsi, partikel melekat pada

permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan

cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan

substan. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di

permukaan adsorbens dimana adsorben yang biasa digunakan dalam percobaan

adalah karbon aktif, sedangkan zat yang diserap adalah asam asetat (Keenan, 1999).

Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu arde

satu, orde dua, dan oorde tuga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan

konsentrasi spesies terhadap perubahan wakru. Kinetika adsorpsi karbon aktif

terhadap asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam

asetat sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis harga K (konstanta

kesetimbangan adsorpasi) atau dengan grafik. Ketiga analisis kinetika adsorpsi

tersebut adalah

Orde satu

In C = -kt + In C0

Page 6: kinetika

Dari persamaan tersebut diperoleh grafik hubungan antara In C dengan t, yang

merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep In C0.

Orde dua

1C

= 1C

= kt

Dari persamaan diatas diperoleh grafik hubungan antara 1C

dengan t, yang

merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1C

Orde tiga1C

= 2 kt =1C

Dari persamaan diatas, maka grafik hubungan antara 1C

dengan t, yang

merupakan garis lurus dengan slope 2 k dan intersep 1C

(Tony, 1987).

0

0

0 02

2

02

Page 7: kinetika

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Pipet tetes

Buret

Tiang statif

Klem

Erlenmeyer

Gunting

Beaker glass

Shaker

Stopwatch

Corong kaca

Kaca arloji

Pompa vakum

Corong buchner

Botol semprot

Labu ukur

Spatula

Sentrifugasi

Tabung reaksi

3.1.2 Bahan

Norit

Page 8: kinetika

Larutan CH3COOH 0,5 M

Larutan NaOH 0,5 M

Kertas saring

Aquadest

Kertas saring whatman

Tissue

Kertas label

Indikator pp

Vasselin

Karet gelang

3.2 Prosedur Percobaan

Disiapkan 4 buah beaker glass

Dimasukkan 2 butir norit ke dalam masing-masing beaker glass

Ditambahkan 50 mL larutan CH3COOH ke dalam masing-masing beaker glass

Dishaker dalam waktu 10, 20, 30, dan 40 menit

Diangkat beaker glass tiap 10 menit

Disaring dengan kertas saring

Disaring dengan kertas saring whatman melalui corong buchner dan pompa

vakum

Diukur volume filtrat yang dihasilkan

Diambil 10 mL filtrat yang dihasilkan dan dimasukkan dalam erlenmeyer

Ditambah 3-5 tetes indikator pp

Dititrasi dengan NaOH 0,5 M

Dicatat volume titrasi

Dilakukan perlakuan yang sama unutk wakru 20, 30, dan 40 menit

Page 9: kinetika

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Tabel 1

Waktu

(menit)

[CH3COOH]

(Co)

V

CH3COOH

[CH3COOH]

(C)

V

NaOH

[NaOH]

10 0,5 M 40 mL 0,4 M 8 mL 0,5 M

20 0,5 M 24 mL 0,49 M 9,8 mL 0,5 M

30 0,5 M 31 mL 0,37 M 7,4 mL 0,5 M

40 0,5 M 30 mL 0,475 M 9,5 mL 0,5 M

4.1.2 Tabel 2

Waktu

(menit)

ln C 1C

1

C2

10 -0,916 2,5 6,25

20 -0,713 2,04 4,16

30 -0,994 2,70 7,30

40 -0,74 2,10 4,43

4.2 Reaksi

4.2.1 Indikator pp + NaOH

Page 10: kinetika

4.2.2 Indikator pp + CH3COOH

4.2.3 CH3COOH + NaOH

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

4.3 Perhitungan

4.3.1 Konsentrasi CH3COOH yang diperoleh (Ct)

4.3.1.1 Saat 10 menit

VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH

10 mL x MCH3COOH = 8 mL x 0,5 M

MCH3COOH = 8 mL×0,5 M

10 mL

MCH3COOH = 0,4 M

4.3.1.2 Saat 20 menit

VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH

10 mL x MCH3COOH = 9,8 mL x 0,5 M

MCH3COOH = 9,8 mL× 0,5 M

10 mL

MCH3COOH = 0,49 M

4.3.1.3 Saat 30 menit

VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH

Page 11: kinetika

10 mL x MCH3COOH = 7,4 mL x 0,5 M

MCH3COOH = 7,4 mL× 0,5 M

10 mL

MCH3COOH = 0,37 M

4.3.1.4 Saat 40 menit

VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH

10 mL x MCH3COOH = 9,5 mL x 0,5 M

MCH3COOH = 9,5 mL× 0,5 M

10 mL

MCH3COOH = 0,475 M

4.3.2 Analisis Kinetika Adsorpsi

4.3.2.1 Orde Satu

Saat 10 menit

ln C=−kt+ lnCo

K= lnCo−ln Ct

¿ln (0,5 )−ln (0,4)

10

¿−0,69−(−0,916)

10

¿0,0226 M

Saat 20 menit

ln C=−kt+ lnCo

K= lnCo−ln Ct

¿ln (0,5 )−ln (0,49)

20

¿−0,69−(−0,713)

20

¿1,15 ×10−3 M

Page 12: kinetika

Saat 30 menit

ln C=−kt+ lnCo

K= lnCo−ln Ct

¿ln (0,5 )−ln (0,37)

30

¿−0,69−(−0,994)

30

¿0,0101 M

Saat 40 menit

ln C=−kt+ lnCo

K= lnCo−ln Ct

¿ln (0,5 )−ln (0,475)

40

¿−0,69−(−0,74)

40

¿1,25 ×10−3 M

4.3.2.2 Orde Dua

Saat 10 menit

kt=1c− 1

Co

k .10= 10,4

− 150

¿ 2,5−210

¿0,05 M

Saat 20 menit

Page 13: kinetika

kt = 1C

- 1

C0

k. 20 = 1

0,49 -

10,5

k = 2,04−2

20

= 2 x 10-3 M

Saat 30 menit

kt = 1C -

1C0

k. 20 = 1

0,49 - 1

0,5

k = 2,70−2

30

= 0,023 M

Saat 40 menit

kt = 1C -

1C0

k. 20 = 1

0,49 - 1

0,5

k = 2,10−2

40

= 2,5 x 10-3 M

4.3.2.3 Orde Tiga

Saat 10 menit

1

C2 = 2 kt - 1

C02

2kt = 1

C2 - 1

C02

Page 14: kinetika

2. k. 10 = 1

0,42 - 1

0 ,52

K = 6,25+4

20

= 0,5125 M

Saat 20 menit

1

C2 = 2 kt - 1

C02

2kt = 1

C2 - 1

C02

2. k. 20 = 1

0,492 - 1

0 ,52

K = 4,16+4

40

= 0,204 M

Saat 30 menit

1

C2 = 2 kt - 1

C02

2kt = 1

C2 - 1

C02

2. k. 30 = 1

0,372 - 1

0,52

K = 1

0,372 - 1

0 ,52

= 7,30+4

60

= 0,188 M

Saat 40 menit

Page 15: kinetika

1

C2 = 2 kt - 1

C02

2kt = 1

C2 - 1

C02

2. k. 40 = 1

0,4752 - 1

0 ,52

= 4,43+4

80

= 0,105 M

4.4 Grafik

4.4.1 Grafik Orde 1

5 10 15 20 25 30 35 40 45

-1.2

-1

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0

-0.916

-0.713

-0.994

-0.74

Orde 1

Waktu (menit)

ln C

4.4.2 Grafik Orde 2

Page 16: kinetika

5 10 15 20 25 30 35 40 45

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2.5

2.04

2.7

-0.74

Orde 2

Waktu (menit)

1/C

4.4.3 Grafik Orde 3

5 10 15 20 25 30 35 40 45

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

6.25

4.16

7.3

-0.74

Orde 3

Waktu (menit)

1/C2

4.5 Pembahasan

Page 17: kinetika

Pada percobaan mengenai kinetika adsorpsi dimana norit sebagai karbon aktif

yang akan mengadsorpsi larutan CH3COOH dalam waktu yang berbeda – beda yaitu

selama 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40 menit sehingga terlebih dahulu

dimasukkan masing – masing dua butir norit ke dalam empat beaker glass dan

ditambahkan dengan 50 mL CH3COOH ke dalam masing – masing beaker glass lalu

dishaker dengan waktu yang berbeda – beda yaitu selama 10 menit, 20 menit, 30

menit, dan 40 m dan diangkat beaker glass setiap 10 menit kemudian disaring

menggunakan kertas saring biasa dan disaring lagi dengan menggunakan kerta saring

whatmann melalui corong Bucher dan pompa vakum agar filtrat yang didapat bisa

lebih jernih lagi sehingga norit tidak terlalu banyak terikut ke dalam filtrat lalu diukur

volume filtrat yang dihasilkan yaitu pada 10 menit adalah 40 mL, pada 20 menit

adalah 24 mL, pada 30 menit adalah 31 mL, dan pada 40 menit adalh 30 mL.

Kemudian diambil masing – masing 10 mL filtrat ke dalam labu erlenmeyer dan

ditambahkan 3 – 15 tetes indikator pp untuk menunjukkan titik akhir titrasi pada saat

dititrasi dengan perubahan warna menjadi merah lembayung lalu dititrasi dengan

perubahan warna menjadi merah lembayung lalu dititrasi dengan NaOH 0,5 M hingga

terjadi perubahan warna menjadi merah lembayunguntuk mengetahui konsentrasi

CH3COOH setelah diadsorpsi oleh norit selama rentang waktu yang berbeda dan

dicatat volume titrasi yaitu pada saat 10 menit adalah 8 mL, pada saat 20 menit

adalah 9,8 mL, pada saat 30 menit adalah 7,4 mL dan pada saat 40 menit adalah 9,5

mL sehingga perhitungan yang didapatkan pada 10 menit yaitu konsentrasi

CH3COOH yang diperoleh setelah diadsorpsi oleh norit adalah sebesar 0,4 M ;

analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah 0,0226 ; pada orde dua adalah 0,05 ;

dan pada orde tiga adalah 0,5125. Perhitungan yang didapatkan pada saat 20 menit

yaitu konsentrasi CH3COOH yang diperoleh setelah diadsorpsi oleh norit adalah 0,49

M ; analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah 1,15 x 10-3 pada orde dua adalah

2 x 10-3 ; dan pada saat orde tiga adalah 0,204. Perhitungan yang didapatkan pada saat

30 menit yaitu konsentrasi CH3COOH yang dperoleh setelah disadsorpsi oleh norit

adalah sebesar 0,37 M ; analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah 0,0101 ; pada

Page 18: kinetika

orde dua adalah 0,023 ; dan pada orde tiga adalah 0,188. Perhitungan yang

didapatkan pada saat 40 menit yaitu konsentrasi CH3COOH yang diperoleh setelah di

adsorpsi oleh norit adalah 0,475 M ; analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah

1,25 x 10-3 ; pada orde tiga adalah 0,105.

Faktor kesalahan dalam percobaan ini yaitu :

- Kurang teliti dalam mengukur reagen yang digunakan dalam percobaan

- Kurang lama dalam proses penyaringan dengan kertas saring biasa sehingga

filtrat masih tersisa dalam / diatas kertas saring

- Kurang teliti dalam melihat perubahan warna pada saat titrasi dilakukan

Fungsi reagen pada percobaan ini, yaitu :

- Norit sebagai adsorben yang dapat menyerap zat , ion, atau molekul yang

melekat pada permukaan

- CH3COOH sebagai adsorbat atau zat yang diserap oleh norit

- Indikator pp sebaga indikator yang membantu menunjuk titik akhir titrasi

pada suatu larutan dengan ditandai perubahan warna menjadi merah

lembayung

- NaOH sebagai larutan standar primer dalam proses titrasi untuk mengetahui

konsentrasi dari CH3COOH

Fungsi perlakuan pada percobaan ini adalah :

- Penyaringan untuk memisahkan filtrat (CH3COOH) dari residu (norit)

- Penititeran untuk mengetahui konsentrasi dari titrat (CH3COOH) yang telah

diserap oleh norit

- Pengocokan / dishaker untuk mempercepat terjadinya reaksi antara

CH3COOH dengan norit

Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh

adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena

adanya gaya tarik antar atom atau molekul pada permukaan zat padat atau zat cair

mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan Absorpsi. Absorpsi zat yang

Page 19: kinetika

diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap

hanya terdapat pada permukaannya.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kinetika adsorpsi, antara lain :

- Luas permukaan

Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,

sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif dan semakin kecil ukuran

diameter maka semakin luas permukaan adsorben

- Macam adsorbat

Jenis adsorbat yang diadsorpsi karbon aktif sesuai dengan besar partikel zat

nya, semakin kecil partikel kemungkinan semakin mudah diadsorpsi

- Macam adsorben

Suatu adsorben dipandang baik dilihat dari sisi waktu, yaitu waktu penyerapan

sehingga komposisi yang diinginkan dan waktu pengeringan, adsorben. Makin

cepat dua variabel tersebut, berarti makin baik untuk kerja suatu adsorben

- Waktu format

Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan

penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat – zat

organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya

sekitar 10 – 15 menit

- Distribusi ukuran pori

Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang

masuk ke dala partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben

merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama

pada dinding – dinding pori atau letak – letak tertentu didalam partikel

tersebut

Page 20: kinetika

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada waktu 20 menit didapatkan volume CH3COOH sebanyak 24 Ml

Pada orde 1 didapatkan nilai k 0,0226 dan pada orde 2 saat 10 menit didapatkan

nilai k 0,05

Pada orde 3 saat 20 menit didapatkan nilai k 0,204.

5.2 Saran

Sebaiknya dapat digunakan arang aktif lain untuk menggantikan norit agar

diketahui perbandingannya. Misal zeolit.

Page 21: kinetika

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1997. KimiaFisikaJilid2EdisiKeempat. Jakarta: Erlangga.

Castellan. 1983. PhysicalChemistryEdisiKetiga. Addison: Wesley Publishing

Company.

Dogra, S. K. dan S. Dogra. 1990. KimiaFisikdanSoal-soal. Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press).

Fatih, Ahmad. 2008.KamusKimia. Jogyakarta: Panji Pustaka.

Keenan. 1999. KimiaUntukUniversitas. Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 1990. KimiaAnorganik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tony, Bird. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.