Upload
dinda-putri
View
157
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kinetika
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terdiri atas dua
bagian yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi
yang disebabkan oleh gaya Van de Waals yang ada pada permukaan adsorben. Panas
adsorbens biasanya rendah dan terjadi dilapisan pada permukaan adsorbens yang
umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia merupakan adsorpsi
yang terjadi karena adanya panas atau reaksi antara zat yang diiserap oleh adsorbens.
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorbens dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat atau zat cair,
mempunyai gaya tarik kea rah dalam karena tidak ada gaya-gaya ini menyebabkan
zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi.
Ada berbagai teknik pemisahan yang dilakukan untuk memisahkan suatu
senyawa atau zat dari campuran. Dalam kegiatan industri adsorpsi saat dilakukan
pada proses penghilangan warna (misalnya sebelum kriistalisasi) dan proses
pemutihan maupun perbaikkan rasa bahan ada makanan cair.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar kita lebih memahami dan lebih
mengerti tentang apa itu kinetika adsorpsi serta mengetahui manfaat serta
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta untuk mengetahui dan
memahami proses penyerapan suatu zat yaitu CH3COOH oleh arang aktif sebagai
adsorben dalam fungsi waktu atau yang biasa disebut kinetika adsorpsi, agar dapat
menambah ilmu pengetahuan serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
1.2 Tujuan
Mengetahui volume CH3COOH pada waktu 20 menit
Mengetahui nilai k pada orde 1 dan 2 pada 10 menit
Mengetahui nilai k pada orde 3 pada 20 menit.
1.3 Prinsip Percobaan
Didasarkan pada laju pergerakkan adsorben dalam pengadsorpsi suatu
adsorbat dengan variasi waktuu pengocokkan yang berbeda-beda yaitu 10, 20, 30 dan
40 menit. Dimana norit sebagai adsorben dan CH3COOH sebagai adsorbat. Dalam hal
ini terjadi 2 peristiwa adsorpasi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Dimana
konsentrasi CH3COOH yang berkurang karena pengshakeran dapat diketahui melalui
titrasi dengan NaOH dengan bantuan indikator pp untuk menunjukkan TAT yaitu
penambahan warna dari bening menjadi merah lembayung. Kemudian dilakukan
analisis kinetika adsorpsi yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu orde satu, orde dua
dan orde tiga.
Serta didasarkan hubungan konsentrasi terhadap perubahan waktu dimana
kinetika adsorpsi norit terhadap asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan CH3COOH sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis
harga k melalui orde satu, orde dua dan orde tiga.
Selain itu juga didsarkan pada penentuan kadar koonsentrasi CH3COOH yang
telah mengalami proses adsorpsi dengan menggunakan norit sebagai adsorbennya.
Kemudian dengan proses filtrasi untuk memisahkan antara filtrat dan residu dengan
kertas saring whatmann melalui pompa vakum dan corong buchner untuk
mendapatkan filtrat yang lebih bersih dari sebelumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Absorbsi merupakan penyerapan oleh benda (padatan atau cairan) yang
berrlangsung keseluruh bagian benda itu dan juga penyerapan cahaya oleh bahan atau
benda yang dilewati cahaya itu; intesitas cahaya keluar menjadi rendah, dan cahaya
terserap menyebabkan atom atau molekul tereksitasi. Absorpsi oleh zat padat kadang-
kadang disebut juga sorpsi. Sedangkan, adsorpsi adalah proses penyerapan atau
penggumpalan pada benda yang berlangsung hanya pada permukaan benda itu (Fatih,
2008).
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi pelarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan peyerapannya. Adsorpsi
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Adsorpsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan
suatu proses bolak-balik apabila daya tarik-menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorpsi (Atkins, 1997).
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari
adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan
komponen mana yang lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya.
Apabila adsorbannya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat
lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi
juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat
keras kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan
suatu kation mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai
polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation
yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan
yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-
ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan
ion lemah. Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah
polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisari
akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil,
muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh
anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegativitas yang rendah. Ion
logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat
dengan anion lemah (Atkins, 1997).
Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses
kesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi.
Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa
desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi
cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung meningkat.
Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai
keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan tidak teramati perubahan
secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi
adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara
adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi
melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui
mekanisme kimia atau kimisorpsi (Castella, 1983).
Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa potensial kimia
dari tiap konstituen pada seluruh sistem harus sama. Bila aa beberapa fase ari tiap
konstituen, maka potensial kimia setiap konstituen pada tiap fase harus mempunyai
nilai yang sama. Dragam fase dalam hal kesetimbangan padat-cair dinyatakan secara
umum sebagai tekanan konstan, jadi derajat kebebasan diberikan oleh :
F = 3 – P
Untuk satu fase, dua derajat kebebasan dibutuhkan unutk menggambarkan sistem
secara sempurna; untuk dua fase, satu derajat kebebasan dan untuk tiga fase, derajat
kebebasannya nol. Titik ini sering disebut ‘titik eutektik’. Temperatur dan komposisi
pada titik ini dikenal sebagai temperatur eutektik dan komposisi eutektik (Dogra,
1990).
Kinetika adsorpsi meyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul
pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena
tidak ada gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke
dalam absorben sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada
permukaannya (Sukardjo, 1990).
Proses adsorpsi yang terjadi pada kemisorpsi, partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan
substan. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di
permukaan adsorbens dimana adsorben yang biasa digunakan dalam percobaan
adalah karbon aktif, sedangkan zat yang diserap adalah asam asetat (Keenan, 1999).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu arde
satu, orde dua, dan oorde tuga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan
konsentrasi spesies terhadap perubahan wakru. Kinetika adsorpsi karbon aktif
terhadap asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam
asetat sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis harga K (konstanta
kesetimbangan adsorpasi) atau dengan grafik. Ketiga analisis kinetika adsorpsi
tersebut adalah
Orde satu
In C = -kt + In C0
Dari persamaan tersebut diperoleh grafik hubungan antara In C dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep In C0.
Orde dua
1C
= 1C
= kt
Dari persamaan diatas diperoleh grafik hubungan antara 1C
dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1C
Orde tiga1C
= 2 kt =1C
Dari persamaan diatas, maka grafik hubungan antara 1C
dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope 2 k dan intersep 1C
(Tony, 1987).
0
0
0 02
2
02
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pipet tetes
Buret
Tiang statif
Klem
Erlenmeyer
Gunting
Beaker glass
Shaker
Stopwatch
Corong kaca
Kaca arloji
Pompa vakum
Corong buchner
Botol semprot
Labu ukur
Spatula
Sentrifugasi
Tabung reaksi
3.1.2 Bahan
Norit
Larutan CH3COOH 0,5 M
Larutan NaOH 0,5 M
Kertas saring
Aquadest
Kertas saring whatman
Tissue
Kertas label
Indikator pp
Vasselin
Karet gelang
3.2 Prosedur Percobaan
Disiapkan 4 buah beaker glass
Dimasukkan 2 butir norit ke dalam masing-masing beaker glass
Ditambahkan 50 mL larutan CH3COOH ke dalam masing-masing beaker glass
Dishaker dalam waktu 10, 20, 30, dan 40 menit
Diangkat beaker glass tiap 10 menit
Disaring dengan kertas saring
Disaring dengan kertas saring whatman melalui corong buchner dan pompa
vakum
Diukur volume filtrat yang dihasilkan
Diambil 10 mL filtrat yang dihasilkan dan dimasukkan dalam erlenmeyer
Ditambah 3-5 tetes indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 0,5 M
Dicatat volume titrasi
Dilakukan perlakuan yang sama unutk wakru 20, 30, dan 40 menit
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Tabel 1
Waktu
(menit)
[CH3COOH]
(Co)
V
CH3COOH
[CH3COOH]
(C)
V
NaOH
[NaOH]
10 0,5 M 40 mL 0,4 M 8 mL 0,5 M
20 0,5 M 24 mL 0,49 M 9,8 mL 0,5 M
30 0,5 M 31 mL 0,37 M 7,4 mL 0,5 M
40 0,5 M 30 mL 0,475 M 9,5 mL 0,5 M
4.1.2 Tabel 2
Waktu
(menit)
ln C 1C
1
C2
10 -0,916 2,5 6,25
20 -0,713 2,04 4,16
30 -0,994 2,70 7,30
40 -0,74 2,10 4,43
4.2 Reaksi
4.2.1 Indikator pp + NaOH
4.2.2 Indikator pp + CH3COOH
4.2.3 CH3COOH + NaOH
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Konsentrasi CH3COOH yang diperoleh (Ct)
4.3.1.1 Saat 10 menit
VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH
10 mL x MCH3COOH = 8 mL x 0,5 M
MCH3COOH = 8 mL×0,5 M
10 mL
MCH3COOH = 0,4 M
4.3.1.2 Saat 20 menit
VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH
10 mL x MCH3COOH = 9,8 mL x 0,5 M
MCH3COOH = 9,8 mL× 0,5 M
10 mL
MCH3COOH = 0,49 M
4.3.1.3 Saat 30 menit
VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH
10 mL x MCH3COOH = 7,4 mL x 0,5 M
MCH3COOH = 7,4 mL× 0,5 M
10 mL
MCH3COOH = 0,37 M
4.3.1.4 Saat 40 menit
VCH3COOH x MCH3COOH = VNaOh x MNaOH
10 mL x MCH3COOH = 9,5 mL x 0,5 M
MCH3COOH = 9,5 mL× 0,5 M
10 mL
MCH3COOH = 0,475 M
4.3.2 Analisis Kinetika Adsorpsi
4.3.2.1 Orde Satu
Saat 10 menit
ln C=−kt+ lnCo
K= lnCo−ln Ct
¿ln (0,5 )−ln (0,4)
10
¿−0,69−(−0,916)
10
¿0,0226 M
Saat 20 menit
ln C=−kt+ lnCo
K= lnCo−ln Ct
¿ln (0,5 )−ln (0,49)
20
¿−0,69−(−0,713)
20
¿1,15 ×10−3 M
Saat 30 menit
ln C=−kt+ lnCo
K= lnCo−ln Ct
¿ln (0,5 )−ln (0,37)
30
¿−0,69−(−0,994)
30
¿0,0101 M
Saat 40 menit
ln C=−kt+ lnCo
K= lnCo−ln Ct
¿ln (0,5 )−ln (0,475)
40
¿−0,69−(−0,74)
40
¿1,25 ×10−3 M
4.3.2.2 Orde Dua
Saat 10 menit
kt=1c− 1
Co
k .10= 10,4
− 150
¿ 2,5−210
¿0,05 M
Saat 20 menit
kt = 1C
- 1
C0
k. 20 = 1
0,49 -
10,5
k = 2,04−2
20
= 2 x 10-3 M
Saat 30 menit
kt = 1C -
1C0
k. 20 = 1
0,49 - 1
0,5
k = 2,70−2
30
= 0,023 M
Saat 40 menit
kt = 1C -
1C0
k. 20 = 1
0,49 - 1
0,5
k = 2,10−2
40
= 2,5 x 10-3 M
4.3.2.3 Orde Tiga
Saat 10 menit
1
C2 = 2 kt - 1
C02
2kt = 1
C2 - 1
C02
2. k. 10 = 1
0,42 - 1
0 ,52
K = 6,25+4
20
= 0,5125 M
Saat 20 menit
1
C2 = 2 kt - 1
C02
2kt = 1
C2 - 1
C02
2. k. 20 = 1
0,492 - 1
0 ,52
K = 4,16+4
40
= 0,204 M
Saat 30 menit
1
C2 = 2 kt - 1
C02
2kt = 1
C2 - 1
C02
2. k. 30 = 1
0,372 - 1
0,52
K = 1
0,372 - 1
0 ,52
= 7,30+4
60
= 0,188 M
Saat 40 menit
1
C2 = 2 kt - 1
C02
2kt = 1
C2 - 1
C02
2. k. 40 = 1
0,4752 - 1
0 ,52
= 4,43+4
80
= 0,105 M
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Orde 1
5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
-0.916
-0.713
-0.994
-0.74
Orde 1
Waktu (menit)
ln C
4.4.2 Grafik Orde 2
5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2.5
2.04
2.7
-0.74
Orde 2
Waktu (menit)
1/C
4.4.3 Grafik Orde 3
5 10 15 20 25 30 35 40 45
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
6.25
4.16
7.3
-0.74
Orde 3
Waktu (menit)
1/C2
4.5 Pembahasan
Pada percobaan mengenai kinetika adsorpsi dimana norit sebagai karbon aktif
yang akan mengadsorpsi larutan CH3COOH dalam waktu yang berbeda – beda yaitu
selama 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40 menit sehingga terlebih dahulu
dimasukkan masing – masing dua butir norit ke dalam empat beaker glass dan
ditambahkan dengan 50 mL CH3COOH ke dalam masing – masing beaker glass lalu
dishaker dengan waktu yang berbeda – beda yaitu selama 10 menit, 20 menit, 30
menit, dan 40 m dan diangkat beaker glass setiap 10 menit kemudian disaring
menggunakan kertas saring biasa dan disaring lagi dengan menggunakan kerta saring
whatmann melalui corong Bucher dan pompa vakum agar filtrat yang didapat bisa
lebih jernih lagi sehingga norit tidak terlalu banyak terikut ke dalam filtrat lalu diukur
volume filtrat yang dihasilkan yaitu pada 10 menit adalah 40 mL, pada 20 menit
adalah 24 mL, pada 30 menit adalah 31 mL, dan pada 40 menit adalh 30 mL.
Kemudian diambil masing – masing 10 mL filtrat ke dalam labu erlenmeyer dan
ditambahkan 3 – 15 tetes indikator pp untuk menunjukkan titik akhir titrasi pada saat
dititrasi dengan perubahan warna menjadi merah lembayung lalu dititrasi dengan
perubahan warna menjadi merah lembayung lalu dititrasi dengan NaOH 0,5 M hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah lembayunguntuk mengetahui konsentrasi
CH3COOH setelah diadsorpsi oleh norit selama rentang waktu yang berbeda dan
dicatat volume titrasi yaitu pada saat 10 menit adalah 8 mL, pada saat 20 menit
adalah 9,8 mL, pada saat 30 menit adalah 7,4 mL dan pada saat 40 menit adalah 9,5
mL sehingga perhitungan yang didapatkan pada 10 menit yaitu konsentrasi
CH3COOH yang diperoleh setelah diadsorpsi oleh norit adalah sebesar 0,4 M ;
analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah 0,0226 ; pada orde dua adalah 0,05 ;
dan pada orde tiga adalah 0,5125. Perhitungan yang didapatkan pada saat 20 menit
yaitu konsentrasi CH3COOH yang diperoleh setelah diadsorpsi oleh norit adalah 0,49
M ; analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah 1,15 x 10-3 pada orde dua adalah
2 x 10-3 ; dan pada saat orde tiga adalah 0,204. Perhitungan yang didapatkan pada saat
30 menit yaitu konsentrasi CH3COOH yang dperoleh setelah disadsorpsi oleh norit
adalah sebesar 0,37 M ; analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah 0,0101 ; pada
orde dua adalah 0,023 ; dan pada orde tiga adalah 0,188. Perhitungan yang
didapatkan pada saat 40 menit yaitu konsentrasi CH3COOH yang diperoleh setelah di
adsorpsi oleh norit adalah 0,475 M ; analisis kinetika adsorpsi pada orde satu adalah
1,25 x 10-3 ; pada orde tiga adalah 0,105.
Faktor kesalahan dalam percobaan ini yaitu :
- Kurang teliti dalam mengukur reagen yang digunakan dalam percobaan
- Kurang lama dalam proses penyaringan dengan kertas saring biasa sehingga
filtrat masih tersisa dalam / diatas kertas saring
- Kurang teliti dalam melihat perubahan warna pada saat titrasi dilakukan
Fungsi reagen pada percobaan ini, yaitu :
- Norit sebagai adsorben yang dapat menyerap zat , ion, atau molekul yang
melekat pada permukaan
- CH3COOH sebagai adsorbat atau zat yang diserap oleh norit
- Indikator pp sebaga indikator yang membantu menunjuk titik akhir titrasi
pada suatu larutan dengan ditandai perubahan warna menjadi merah
lembayung
- NaOH sebagai larutan standar primer dalam proses titrasi untuk mengetahui
konsentrasi dari CH3COOH
Fungsi perlakuan pada percobaan ini adalah :
- Penyaringan untuk memisahkan filtrat (CH3COOH) dari residu (norit)
- Penititeran untuk mengetahui konsentrasi dari titrat (CH3COOH) yang telah
diserap oleh norit
- Pengocokan / dishaker untuk mempercepat terjadinya reaksi antara
CH3COOH dengan norit
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik antar atom atau molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan Absorpsi. Absorpsi zat yang
diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap
hanya terdapat pada permukaannya.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kinetika adsorpsi, antara lain :
- Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif dan semakin kecil ukuran
diameter maka semakin luas permukaan adsorben
- Macam adsorbat
Jenis adsorbat yang diadsorpsi karbon aktif sesuai dengan besar partikel zat
nya, semakin kecil partikel kemungkinan semakin mudah diadsorpsi
- Macam adsorben
Suatu adsorben dipandang baik dilihat dari sisi waktu, yaitu waktu penyerapan
sehingga komposisi yang diinginkan dan waktu pengeringan, adsorben. Makin
cepat dua variabel tersebut, berarti makin baik untuk kerja suatu adsorben
- Waktu format
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat – zat
organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanya
sekitar 10 – 15 menit
- Distribusi ukuran pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang
masuk ke dala partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben
merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama
pada dinding – dinding pori atau letak – letak tertentu didalam partikel
tersebut
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada waktu 20 menit didapatkan volume CH3COOH sebanyak 24 Ml
Pada orde 1 didapatkan nilai k 0,0226 dan pada orde 2 saat 10 menit didapatkan
nilai k 0,05
Pada orde 3 saat 20 menit didapatkan nilai k 0,204.
5.2 Saran
Sebaiknya dapat digunakan arang aktif lain untuk menggantikan norit agar
diketahui perbandingannya. Misal zeolit.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 1997. KimiaFisikaJilid2EdisiKeempat. Jakarta: Erlangga.
Castellan. 1983. PhysicalChemistryEdisiKetiga. Addison: Wesley Publishing
Company.
Dogra, S. K. dan S. Dogra. 1990. KimiaFisikdanSoal-soal. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
Fatih, Ahmad. 2008.KamusKimia. Jogyakarta: Panji Pustaka.
Keenan. 1999. KimiaUntukUniversitas. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1990. KimiaAnorganik. Jakarta: Rineka Cipta.
Tony, Bird. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.