27
Pendahuluan Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parientalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang utama brankus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelia, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotorak dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara. Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam- macam,terutama karena infeksi tuberkulosis atau non tuberkulosis, keganasan, trauma dll. Patofisiologi

Ketikan Ihsan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

you must read it

Citation preview

Pendahuluan

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parientalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi dengan cabang utama brankus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelia, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening.Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotorak dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara.Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam,terutama karena infeksi tuberkulosis atau non tuberkulosis, keganasan, trauma dll.

PatofisiologiPatofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui limfe sekitar pleura.Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang disebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema paru.Efusi cairan dapat membentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru seperti gagal jantung kengestif, sioris hati, sindrom nefrotik, dialisis peritonium, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru, dan pneumotoraks.Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kepiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kunoidal dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkolosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit, jamur, pneumonia atipik,keganansa paru, proses imunologik seperti pleiritis lupus, pleuritis rimatiod, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbessoris, pleuritis uremia dan akibat radiasi.Diagnosa Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisis yang teliti, diagnosis pasti ditegakan melalui fungsi cobaan, biopsi dan amalisa cairan pleura.Foto Toraks (X-Ray)Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dlam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi gravitas. Cairan dalan pleura bisa juga tidak membentuk kurva, kerna terperangkap atau terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang berbatasan dengan permukaan atas diagprgma. Cairan ini dinamakan juga sebagai efusi subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderungg menunjukan efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi subpulmonik sering terluhat sebagai bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan dengan diafragma kanan. Untuk jelasnya bisa dilihat dengan foto dada lateral dekubitus, sehingga gambaran perubahan efusi tersebut menjadi nyata. Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk mengelilingi lobus paru (biasanya lubus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus, bisa juga mnegumpul didaerah paramediastinal dan terlihat dalam foto sebagai fisura interlobaris, bisa juga terdapar secara paralel dengan sisi jantung, sehingga terlihat sebagai kardiomegali.Caiaran seperti empiema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat adalah sebagai bayangan dengan densitas keras diatas diagfragma, keadaan ini sulit dibedakan dengan tumor paru.Hal lain yang dapat dilihat dari foto dada pada efusi pleura adalah terdorongbta mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Disamping itu gambaran foto dada dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yaitu bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya densitas perenkim yang lebih keras pada [neumonia atau abses paru. Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sngat membantu sebagai menuntun waktu melakukan aspirasi cairan terutama pada efusi yang terlokalisasi. Pemeriksaan CT scan/ dada dapat membantu. Adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.TorakosentesisAsoirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaanya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi sebaiknya dikerjakan berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dpat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapar terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebelumnya belum diketahui betul, tetapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotorak (ini yang paling sering udara masuk melalui jarum), hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi.Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini terjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien dibaringkan pada sisi kiri dibagian bawah, posisi kepala lebih rendah dari leher, sehingga udara tersebut dapat terperangkap diatrium kanan. Menegakan diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan :Warna cairan. Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan. Bila agak kemerahh-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukan adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukan adanya abses karena amuba.Biokimia. Secara biokimia efusi pleura terbagia atas transudat dan eksudat. Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksan juga cairan pleura : Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artritis reumatoid dan neoplasma. Kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastisis adenokarsinoma.Transudat. Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainya. Biasanya hal ini tedapat pada : 1) meningkatnya tekanan kapiler sistemik, 2) sindrom nefrotik, 3) obstruksi vena cava superior, 4) asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek daifragma atau masuk melalui saluran getah bening), 5) sindrom meig ( asites denga tumor ovarium ), 6) efek tindakan dialisis peritoneal, 7) Ex vacuo effusion, karena ada pneumotoraks, tekanan intra pleura menjadi sub-atmosfir sehingga terdapat pembentukan transudat.

Eksudat. Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein transudat. Terjadi perubahan permeabilitas membran adlah karena adanya peradangan pada pleura : infeksi, infark paru atau neoplasma. Proten yang terdapat dalam cairab pleura kebanyakn berasal dari saluran getah bening. Tabel 1. Perbedaan Biokimia Efusi Pleura

Kegagalan aliran protein getah bening ini akan menyebabkan peningkatan konsentrasi proten cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.Sitologi Pemeriksan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu. Sel neurofil : menunjukan adanya infeksi akut. Sel limfosit : menunjukan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma maligma. Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukan adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit. Sel mesotel maligma : pada mesotelioma. Sel-sel besar dengan banyak inti : pada atritis reumatoid. Sel L.E : pada lupus eritematosus sistemik. Sel maligna : pada paru/metastase.Bakteriologi Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen. Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairab pleura adalah : pneumokokokus, E. Coli, klebsiela, pseudomonas, enterobakter. Pleuritis tuberkulosa, biarkan cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukan yang positif sampai 20%-30%.Biopsi PleuraPemeriksaan histopatologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menujukan 50%-75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila ternyata hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumonia, hemotoraks, penyebaran infeksi atau timor pada dinding dada.Pendekatan Pada Efusi Yang Tidak TerdiagnosisAnalisa terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang tidak dapat menegakan diagnosis. Dianjukan aspirasi dan analaisisnya diulang kembali sampai diagnosis menjadi jelas. Efusi yang menetap dlam waktu 4 minggu dan kondisi pasien tetap stabil, siklus pemeriksaan sebaiknya diulang kebali.Jika fasilitas memungkinkan dpat dilakukan pemeriksaan tambahan. Torakoskopi , pada kasus-kasus neoplasma atau tuberkulosis pleura.Cara : Dilakukan sedikit insisi pada dindidng dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks) cairan ditemukan penghisapan dan udara dimasukkan supaya dapat melihat kedua pleura.

Pengobatan Efusi Pleura Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga cairanya sulit keluar atau bila empiemanya multilokular, perlu tindakan operatif. Mungkin cebalumnya dapat dibantu dengan irigasi caran garam fisiologis atau larutan antiseptik (betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya segara diberikan , tetapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.Untuk mencegah terjadinya efusi pleura setelah aspirasi, dpat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura fiseralis dan pleura parientalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin bliomisin, korinebakterium parvum, tio-tepa, 5 fluorurasil.Prosedur PleurodesisPipa sedang dimasukan antar ruang iga dan caira efusi dialirkan keluar secara perlahan-lahan. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar, masukan 500 mg tetrasiklik yang dilarutkan dalam 20cc garam fisiologis. Kunci selang selama 6 jam dan selama itu pasien diubah-ubah posisinya, sehingga tetrasiklik dapat didistribusikan kesaluran rongga pleura. Selang antar iga kemuadian dibuka dan cairan dlam pleura kembali dialirkan keluar sampai tidak ada lagi yang tersisa. Selang kemudian dicabut. Jika dipaka zat korinebakteriun parvum, masukan 7 mg yang dilarutkan kedalam 20cc garam fisiologis dengan cara seperti diatas. Komplikasi tindakan pleurodesis ini sedikit sekali dan biasanya berupa nyeri pleuritik atau demam.Penyakit Penyakit dengan Efusi PleuraPleuritis Karena Virus dan Mikoplasma Efusi pleura kare virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak banyak dan kejadianya hanya selintas saja. Jenis-jenis virus adalah : acho virus, cixsackie group, chlamidai, rickettsia dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6.000 per cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut. Kadang-kadang juga ditemukan juga gejala-gejala perikarditis. Diagnosis ditegakan dengan menemukan virus dalam cairan efusi, tapi cara termudah adalah dengan mendeteksi antibodi terhadap virus dalam caiarn efusi.Pleuritis Karena Bakteri Piogenik Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteria yang berasal dari jaringan perenkim paru yang menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diapragma, dinding dada atau esofagus. Aerob : streptokokus pneumonia, streptokokus mileri, stafilokokus aureus, hemofilus spp, eschericia koli, pseudomonas spp,Anaerob : bakteroides spp, peptostreptokokus, fuso bakterium. Pemberian kemoterapi dengan ampisilin 4x1 gram danmetronizasol 3x500 mg hendaknya sudah dimulai sebelum kultur dan sensitifitas bakteri didapat. Terapi lain yang lebih penting adalah mengalirkan cairan efusi yang terinfeksi tersebut keluar dari rongga pleura dengan efektif.Pleuritis Tuberkulosa Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero santrokron dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkolosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijauan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau kolumna veterbralis. Dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemoragik. Jumlah leukosit antara 500-2000 per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi kemuadian sel limfosit. Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tuberkolosis, tapi adalah karena reaksi hipersensitifitas tarhadap tuberkuloprotein. Pada dinding pleura dapar ditemukan adanya granuloma. Diagnosis pertama berdasarkan adanya kuman tuberkolosis dalam caira efusi atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana frekuensi tuberkulosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa walaupun tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsi jaringan pleura. Pengobatan dengan obat-obatan anti tuberkulosis ( rifampisisn, INH, pirazinamid/etambutol/streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan cara pemberian obat seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkannya aksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosintesia. Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-kadang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik (prednison 1mg/kg Bbselama 2 minggu kemudian dosis dturunkan secara perlahan).Pleuritis Fungsi Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru. Jeni fungi penyebab pleuritis adalah : aktinomikosis, koksidioimikosis, aspergilus, kriptokokus, histoplasmolisis, blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.Penyebaran fungi keprga tubuh lain amat jarang. Pengobatan dengan amfoteresin B memberikan respons yang baik. Prognosis penyakit ini relatif baik.Pleuritis ParasitParasi yang dapat menginfeksi kedalam rongga pleura hanyalah amuba. Bentuk tropozoidnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus keparenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karenya peradangan yang dtimbulkannya. Disamping ini dapat juga terjjadi empiema kerana amuba yang cairannya berwarna khas merah coklat. Disini parasi masuk kerongga pleura secara migrasi dari perenkim hati. Bisa juga karena adanya robekan dinding abses amuba pada hati kearah rongga pleura. Efusi parapneumonia karena amuba dari abses hati lebih sering terjadi daripada empiema amuba.Efusi Pleura Karena Kelainan Intra AbdominalEfusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan peradangan yang dpat dibawah diafragma seperti pankreas atau eksaserbasi akut pankreatitis kronik, abses ginjal, abses hati, abses limfa.Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri tetapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah karena berpindahnya cairan yang mengandung enzim pankreas kerongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa, tapi kadang-kadang bisa juga hemoragik. Kadar amilase dalam efusi lebih tinggi daripada dalam serum.Efusi pleura juga sering setelah 48-72 jam pasca operasi abdomen seperti splenektomi. Operasi terhadap obstruksi intestinal atau pasca orerasi atelektasis. Biasanya terjadi unilateral dan jumlah efusi tidak banyak. Caiaran biasanya bersifat eksudat dan mengumpul pada sisi operasi, efusi pleura operasi biasanya bersifat meligma dan kebanyakan akan sembuh secara spontan.Sirosis Hati. Efusi pleura dapat terjadi pada pasien dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan pleura dan asites, karena terdapat hubugan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Kebanyakan efusi menempati pleura kanan (70%) dan efusi bisa juga terjadi bilateral.Torakosentesis kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sesak nafas, tapi bila asitesnya padat sekali, cairan pleura akan timbul lagi dengan cepat. Dalam hal ini perlu dilakukan terapi peritoneosintesis dismaping terapi dengan diuretik dan terapi terhadap penyakit asalnya.Sindrom Meig. Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium (jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadi efusi pleura ini masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya massa dirongga pelvis disertai asites dan eksudat cairan pleura sering dikirakan sebagai neoplasma dan metastasisnya.Dialisis Peritoneal. Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritoneal. Efusi pleura dapat terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritonela ke rongga pleura terjadi melalui celah difragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.Efusi Pleura Karena Penyakit KolagenLupus Eritematosus. Pleuritis adalah salah satu gejala yang timbul belakangan pada penyakit lupus eritematosus sistemik (SLE). Dengan terjadinya efusi pleura yang kadang-kadang mendahului gejala sistemik lainnya, diagnosis SLE menjadi lebih jelas. Hampir 55% disertai pleuritis dan 25% daripadanya dengan efusi pleura.

Artritis Reumatoid. Efusi pleura terdapat pada 5% RA selama masa sakit. Cairan efusi bersifat eksudat serosa yang banyak mengandung limfosit. Faktor reumatoid mungkin terdapat dalam caira efusi tapi tidak patognomik untuk RA, karena juga terdapat pada karsinoma, tuberkolusis ataupu pneumonia. Kadar glukosa biasanya sangatlah rendah (kuarang dari 20%mg%), malah tidak terdeteksi sama sekali( demikian juga pada tuberkolosis dan karsinoma).Skleroderma. Efusi pleura juga didapatkan pada penyakit skleroderma. Jumlah cairan efusinya tidak banyak, tapi yang menonjol disini adalah penebalan pleura attau adhesi yang terdapat pada 75% pasien skleroderma.Efusi Pleura Karena Gangguan SirkulasiGangguan Kardiovaskuler. payah jantung adalah sebab terbanyak timbulnya efusi pleura. Penyebab lain : perikardites kontritiva dan sindrom vena cava siperior. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah subpleura dan jaringan getah bening juga akan menurun(terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat. Emboli Pulmonal. Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli menyebabkan menurunnya aliran darah arteri pilmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim parau dan memberikan peradangan dengan efusi yang berdarah (warna merah). Hipoalbuminemia. Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti sindrom nefrotik, malasorbsi atau keadaan lain dengan asites serta edema anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat. Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian garam. Pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.Efusi Pleura Neoplasma. Neoplasma primer atau sekunder dapat menyerang pleura dan umumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada. Gejala adalah akumulasi carairannya cepat kembali dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis berkali-kali.Mesotelioma. Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura. Tumor ini jarang ditemukan, bila tumor masih terlokalisasi , biasanya tidak menimbulkan efusi pleura, sehingga dapat digolongkan sebagai tumor jinak. Sebaliknya bila ia tersebar (difus) digolongkan sebagai tumor ganas karena dapat menimbulnya efusi pleura yang maligma.Karsinoma Bronkus. Jenis karsinoma ini adalah yang terbanyak menimbulkan efusi pleura. Tumor bisa ditemukan dalam permukaan pleura karena perjalanan langsung dari paru-paru melalui pembuluh getah bening. Efusi dapat terjadi tanpa adanya pleura yang terganggu, yakni dengan cara obstruksi pneumonitis atau menurunnya aliran getah bening. Terapi operasi terhadap tumornya masih dapat dipertimbangkan, tetapi bila dapa pemeriksaan sitologi sudah ditemukan cairan pleura, pasien tidak dapat dioprasi lagi. Untuk mengurangi keluhan sesak nafasnya dapat dilakukan torakosenteis secara berulang-ulang. Tapi sering timbul lagi dengan cepat, sebaiknya dipasang pipa torakitomi pada dinding dada. Tindakan ini untuk mengurangi timbulnya lagi cairan adalah dengan pleurodesisi, memakai zat-zat seperti tetrasiklin, talk, sitoastatika,kuinakrin.Neoplasma Metastatik. Jenis-jenis neoplasma yang sering bermetastasis ke pleura dan menimbulkan efusi adalah karsinoma panyudara (terbanyak), ovarium, lambung,ginjal, pankreas dan bagian-bagian organ lain dalam abdomen. Efusi dari pleura yang terjadi dapat bilateral. Gambaran foto toraks mungkin tidak terlihat bayangan metastasis dijaringan paru, karena implamasi tumora dapat mengenai pleura viseralis saja. Pengobatan terhadap neoplasnma metastatik ini sama dengan karsinoma bromkus yakni dengan kemoterapi dan penanggulangan terhadap efusi pleuranya.Limfoma Maligma. Kasus-kasus limfoma maligma ternya 30% bermetatsis ke plaura dan juga menimbulkan efusi pleura. Didalam cairan efusi tidak selalu terdapat sel-sel ganas seperti pada neoplasma lainnya. Biasanya ditemukan sel-sel limfosit karena sel ini ikut dala aliran darah dan aliran getah bening melintasi rongga pleura. Dimana antara sel-sel yang bermigrasi inilah kadang-kadang ditemukan sel-sel yang ganas limfoma maligmun.Efusi Pleura Karena Sebab LainTrauma. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yakni trauma tumpul, laserasi,luka tusuk pada dada,ruptur esofagus karema muntah hebat atau karena pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi. Jenis cairan dapat berupa serosa, hemotoraks, kilotoraks dan empiema. Analisis cairan efusi dapat menentukan lokalisasi trauma, misal pada ruptura esofagus kadar pH nya rendah,kurang lebih 6,5 karena terkontaminasi dengan asam lambung, kadar amilase dalam cairan pleura meningkat karena adanya air ludah yang tertelan dan masuk ke dalam rongga pleura.Uremia. Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiri efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal. Mekanisme penumpukan cairan ini belum diketahui betul, tapi diketahui dengan timbulnya eksudat terdapat peningkatan permeabilita jaringan pleura, perikard atau peritoneum.Misedema. Efusi pleura dan efusi perikard dapar terjadi sebagai bagian dari penyakit miksema. Efusi datap terjadi tersendiri maupun secara barsama-sama. Cairan bersifat eksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi. Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan dan efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Beberapa pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna kekuning-kuningan. Patogenesis fusi pleura yang bersifat eksudat ini belum diketahui betul,tapi diperkirakan karena adanya kegagalan aliran getah bening.Demam Familial Mediteranian. Penyakit ini banyak terdapata didaerah timur tengah terutama pada bangsa yahudi. Penyakit dturunkan secara autosomal resesif dari orang tua keanaknya. Gejala penyakit berupa serangan demam berulang, rasa sakit abdominal dan pleuritis, pleuritis disini dapat memberikan rasa nyeri pleuritik dan efusi pleura. Pengobatan bersifat suportif saja dan operasi sebaiknya dihindari.Reaksi Hipertensif Terhadap Obat. Pengobatan dengan nitrofurantoin, metisergid, praktolol kadang-kadang memberikan reaksi/ perubahan terhadap paru-paru dan pleura berupa radang dan kemudian juga akan menimbulkan efusi pleura. Bila proses menjadi kronik bisa terjadi fibrosis paru atau pleura. Pengobatan dengan hidrazin, prokainamid dan kadang-kadang dengan definilhidatoin dan isoniazid sering juga menimbulkan pleuritis dan perikarditis. Radang dan efusi yang timbul dapat menghilang bila pemberian obat-obatan tersebut dihentikan.Sindrom Dressler. Pleuritis dan perikarditis dapat terjadi setelah 1-6 minggu serangan infark jantung akut, tindakan resusitasi jantung atau operasi kardiotomi. Cairan pleura /perikardium yang timbul bersifat eksudat, steril, berwarna serosa atau hemoragik. Keadaan ini disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas otot jantung dan perikard terhadap tindakan/ pengobatan. Terapi hanya simtomatik saja karena penyakit ini tergolong selflimited.Sarkoidosis. Efusi pleura sebenarnya jarang ditemukan pada sarkoidosis. Efusi biasanya unilateral tapi dapat juga bilateral. Cairan bersifat eksudat atau serosa tapi bisa juga hemoragik dengan banyak sel-sel limfosit. Diagnosis untuk sarkoidosis ialah dengan tuberkulin negatif, biopsi pleuranya mengandung granulomata non-kaseosa dan hasil biakann negatif untuk mikobakterium dan organisasi mikosis lainnya.Efusi Pleura Idiopatik. Sebagaian efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur diagnostik secara berulang-ualang. Pemeriksaan radiologis, analisis cairan, biopsi pleura dll. Kadang-kadang masih belum bisa didapatkan diagnostik yang pasti. Keadaan ini dpat digolongkan dalam efusi pleura idiopatik. Hasil pemeriksaan dengan oprasi pun kadang-kadang hanya menunjukan pleura yang menebal karena pleuritis yang non-spesifik. Analisan cairan pleura umumnya bersifat eksudat dan berisi beberapa jenis sel. Penyebab efusi pleura ini banyak yang belum jelas, tapi diperkirakan karena adanya infeksi, reaksi hipersensitifitas, kontaminasi dengan asbesto dll. Daerah-daerah dengan prevalensi tuberkolosis yang tinggi, yang ini kebanyakan dianggap sebagai pleuritis tuberkolosis, sedangakan pada negara-negara yang maju sering dianggap sebagai pleuritis karena penyakit kolagen atau neoplasma.