Upload
metta-novita
View
36
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
demografi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang ini, kita tahu jika banyak penyakit menular maupun penyakit yang
tidak menular berkembang pesat. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan
serta budaya hidup sehat yang dijalani masyarakat semakin menunjukkan kemerosotannya.
Lingkungan sangat berperan penting dalam perkembangbiakan serta penyebaran suatu bibit
penyakit. Selain itu, lingkungan yang tidak sehat telah memunculkan berbagai endemik baru
yang sangat mengkhawatirkan, khususnya pada dunia kesehatan.
Berdasarkan Konsep hidup sehat H.L.Blum, kondisi sehat secara holistik bukan saja
kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk
menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga
kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya
masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor
tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling
sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor
perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan
hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
1 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Lingkungan yang terdiri dari lingkungan air, udara, tanah serta makanan. Keempat
lingkungan tersbut memegang peranan penting dalam kemunculan berbagai penyakit. Salah
satunya yakni lingkungan udara. Selama kita hidup pasti kita selalu berinteraksi dengan
udara, bahkan setiap detik kita selalu menghirup udara berupa gas oksigen. Namun, perlu kita
ketahui jika berbagai bibit penyakit dapat menular dan berkembang melalui bantuan udara.
Berdasarkan hal tersebut, kami akan mencoba memaparkan proses bagaimana
lingkungan udara dapat menjadi sumber dari berbagai penyakit, baikyang menular maupun
tidak menular.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari teori bluum
2. Untuk mengetahui penyakit berbasis lingkungan
3. Untuk mengetahui pengertian penyakit berbasis lingkungan
4. Untuk mengetahui paradigma kesehatan lingkungan
5. Untuk mengetahui contoh penyakit berbasis lingkungan
6. Untuk mengetahui faktor penunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan
7. Untuk mengetahui apa saja yang meminimalisir terjadinya penyakit berbasis
lingkungan
8. Mengetahui secara terperinci apa itu diare
9. Untuk mengetahui cara penularan dan pencegahan diare
2 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui konsep dari teori bluum
2. Dapat mengetahui penyakit berbasis lingkungan
3. Dapat mengetahui pengertian penyakit berbasis lingkungan
4. Dapat mengetahui paradigma kesehatan lingkungan
5. Dapat mengetahui contoh penyakit berbasis lingkungan
6. Dapat mengetahui faktor penunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan
7. Dapat mengetahui apa saja yang meminimalisir terjadinya penyakit berbasis
lingkungan
8. Dapat Mengetahui secara terperinci apa itu diare
9. Dapat mengetahui cara penularan dan pencegahan diare
3 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori HL. Blum
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.
Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual
dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan
suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat
faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor
tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling
sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor
perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan
hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
KONSEP BLUM
Dalam konsep Blum ada empat faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor
saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting
untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat
harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.
4 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga
lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi
hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.
2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan
sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi
penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah
perlu kesadaran semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial
kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya
harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan
masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan
dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
5 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi
dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang
memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-
program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif
sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
4. Genetik
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita
harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan
memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih banyak
saja anak Indonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk.
B. Konsep Penyakit Berbasis Lingkungan
Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan dan ’‘suhu’ kesehatan
masyarakat, melalui teorinya, berpendapat bahwa kesehatan lingkungan dan perilaku manusia
merupakan dua faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat. Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan dua
faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah menjadi kiblat berbagai
tindakan promotif dan preventif pada mayoritas masalah penyakit dan masalah kesehatan.
Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis lingkungan masih
menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan
penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh
Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah Dengue ( DBD ), Filariasis, TB
6 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang
buruk.
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antra lain Penyakit disebabkan oleh
faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan
aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah,
tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah
pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan.
C. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau
morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05). Sedangkan pengertian
Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata,
abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam
tersebut. (Sumirat’96).
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Lingkungan terdiri dari lingkungan udara, tanah, air serta makanan. Lingkungan udara
merupakan salah satu lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai endemik baru yang
berbahaya bagi kesehatan. Lingkungan udara sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan
semua makhluk hidup, karena setiap detik semua membutuhkan udara dalam bentuk oksigen.
Di sisi lain, udara yang kotor seperti debu, asap rokok, asap pembakaran, asap pabrik dapat
menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan khususnya dalam perkembangbiakan dan
penyebaran berbagai bibit penyakit.
7 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
D. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui perjalanan
penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensisecara
cepat dan tepat.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat)
simpul, yakni :
Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent
penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik
melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.
Beberapa contoh agent penyakit:
Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
8 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat memindahkan
agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai media transmisi adalah:
- Udara
- Air
- Makanan
- Binatang
- Manusia / secara langsung
Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:
- Perilaku
- Status gizi
- Pengetahuan
Simpul 4 :Pengobatan penderita sakit/ manajemen kasus
Pengobatan terhadap penderita kasus tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau penderita
penyakit. Agent penyakit yanng masuk ke tubuh seseorang akan menngalami proses yang amat
9 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia dengan sistem pertahanannya
tidak serta-merta menyerah begitu saja. Hal ini dikenal sebagai sistem pertahanan seluler maupun
humoral. Untuk kasus penyakit lingkungan yang menular, mikroba yang masuk ke dalam tubuh
manusia melalui berbagai media transmisi tentu akan dicoba di-contain, ditahan dan
dibunuh oleh sel-sel pertahanan tubuh manusia.
Sakit merupakan keadaan patologis pada individu maupun sekelompok orang berupa kelainan fungsi
maupun morfologi. Untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan sakit, bis melalui pemeriksaan
secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat teknologi tinggi. Kondisi gangguan penyakit
merupakan kegagalan pengendalian faktor risiko pada simpul 1, 2, dan 3. Saat itulah diperlukan
manajemen kasus penderita dengan baik dan tuntas, terutama untuk kasus penyakit menular. Kasus
penyakit menular memerlukan pengobatan yang baik untuk mencegah timbulnya penularan.
Sedangkan untuk penyakit yang tidak menular, upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan
dukungan teknik diagnostik dan penentuan faktor risiko agar orang lain tidak menderita penyakit
serupa.
E. Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan
1. Diare
2. Demam berdarah
3. Disentri
4. Hepatitis A
5. Kolera
6. Tiphus
7. Cacingan
8. Malaria
10 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
F. Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :
a. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana
ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas ketersediaan
air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Namun demikian, Indonesia
masih saja mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki
akses terhadap air bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih dari
penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data Bappenas
disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman
adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur
bor atau pompa, sumur terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada
anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak
1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan
kurangnya higienitas.
b. Akses sanitasi dasar yang layak
Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu
isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas
2009, menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti
ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban
yang tak berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih
tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.
11 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
c. Penanganan sampah dan limbah
Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari yang
berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan
banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah, pencemaran
lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya
banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau
keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat
beracun dari sampah.
d. Vektor penyakit
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit telah
beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan
hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat
perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain : perubahan lingkungan fisik seperti
pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan air bersih dengan
perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container
untuk penyediaan air; sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi
syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang
tidak bijaksana dalam pengendalian vektor; pemanasan global yang meningkatkan
kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk
perkembang-biakan vektor penyakit.
e. Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat, menurut studi
Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci
tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita
12 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum
menyiapkan makanan 6 %. Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum
rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50
% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Menurut studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
G. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
penyakit berbasis lingkungan
1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga
(Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah
(TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah,
sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
3. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran.
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
13 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan
tumbuhnya jentik.
14 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
BAB III
PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI
DIARE
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Untuk dapat melakukan upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, sangat
penting kita ketahui karakteristik penyakit dan patogenesis suatu penyakit.
Disini penulis mengambil topik tentang penyakit diare, karna diare sangat banyak
dijumpai dikalangan masyarakat di indonesia
DIARE
A. pengertian
adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas, meningkatnya frekuensi
buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda Diare dapat bervariasi sesuai
tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis penyebab diare.
Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total
koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera,
shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus
dan patogen perut lainnya.
Penularannya
15 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung
(lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli),
ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga
menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat
terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-
mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus
diutamakan.
B. Cara Penularan melalui :
Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang
hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.
Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai
digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.
Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci
tangan dengan sabun)
Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh
manusia.
C. Cara pencegahan penyakit diare
disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1. Gunakan air dari sumber terlindung
2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
16 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Pembuangan kotoran tidak saniter
1. Buang air besar di jamban
2. Buang tinja bayi di jamban
3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok
dengan tetangga.
Mengapa BAB harus sehat??kenapa jamban yang kita miliki harus sehat??? mungkin ini yang
belum pernah terpikirkan oleh sebaian besar masyarakat pedesaan kita. dari penjelasan di atas
sudah dapat diketahui penyakit yang timbul akaibat BAB dan jamban tidak sehat. jamban
sendiri Merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat untuk
mengamankannya, dengan tujuan:
1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia
akibat pembuangan kotoran manusia.
2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitarnya
17 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
Perilaku tidak higienis
1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
3. Minum air putih yang sudah dimasak
4. Menutup makanan dengan tudung saji
5. Cuci alat makan dengan air bersih
6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih
7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih
Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
2. Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat.
Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan,
buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.
Keberadaan lalat sangat berperan dalam penyebaran penyakit diare, karena lalat dapat
berperan sebagai reservoir. Lalat biasanya berkembang biak di tempat yang basah seperti
sampah basah, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan permukaan air kotor
yang terbuka. Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik
hitam. tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat.
Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-
18 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
rumput, dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan
tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat
istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari.
Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik (misalnya penggunaan air curtain),
kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut kecil berwana hitam Phiedoloqelon
affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat-tempat sampah). Lingkungan yang
tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal lalat dapat memindahkan mikroorganisme
patogen dari tinja penderita ke makanan atau minuman.
19 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Lingkungan memiliki andil dalam menimbulkan adanya penyakit. Bahkan menurut HL Blum,
faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala
sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Lingkungan terdiri dari lingkungan udara, tanah, air serta makanan. Lingkungan udara
merupakan salah satu lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai endemik baru yang
berbahaya bagi kesehatan.
B. Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait :
Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang harus dijalankan oleh
masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan preventif terhadap
perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat.
20 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n