36
PEMBAHASAN ARTIKEL 1 A. Faktor-faktor penyebab tanah longsor 1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah. 2. Lereng Terjal

Artikel Kesling

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel Kesling

Citation preview

Page 1: Artikel Kesling

PEMBAHASAN ARTIKEL 1

A. Faktor-faktor penyebab tanah longsor

1. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring

meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan

menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah

besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan

dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke

bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada

awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu

singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor

karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan

terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan

lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah

karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi

sebagai pengikat tanah.

2. Lereng Terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.

Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air

laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor

adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya

mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat

dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah

jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila

terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan

Page 2: Artikel Kesling

tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu

panas.

4. Batuan yang kurang kuat

Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen

berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang

kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses

pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat

pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,

perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan

persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan

membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah

terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya

adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran

yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan,

getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang

ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah

menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng

menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi

longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan

kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,

terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah

Page 3: Artikel Kesling

sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah

lembah.

9. Pengikisan atau erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu

akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan

menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya

dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan

pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang

berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan

tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi

pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau

pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama

memilki ciri:

- Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal

kuda

- Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena

tanahnya gembur dan subur.

- Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.

- Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.

- Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran

kecil pada longsoran lama.

- Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan

longsoran kecil.

- Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas ( bidang tidak sinambung)

Page 4: Artikel Kesling

Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:

- Bidang perlapisan batuan

- Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar

- Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang

kuat.

- Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan

batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).

- Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.

- Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi

sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul

dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

14. Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam

jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah

dengan guyuran hujan.

B. Penanganan bencana tanah longsor

1. Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam

geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan

atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk

melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.

2. Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,

sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

3. Pemantauan

Page 5: Artikel Kesling

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis

secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya,

oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah

tersebut.

4. Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten

/Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan

akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai

cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat

juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah

5. Pemeriksaan bencana longsor

Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana

dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda

bencana tanah longsor.

6. Tanggap Darurat

Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah

penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak

bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

Kondisi medan, kondisi bencana, peralatan, informasi bencana

7. Rehabilitasi

Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,

ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan

tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak

berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah

longsor sulit dikendalikan.

8. Rekonstruksi

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor

tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang

Page 6: Artikel Kesling

disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-

bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

C. Solusi

Masyarakat was-was jika berada di tanah yang rawan longsor. Peran

pemerisntah (daerah) kembali dipertanyakan. Tanah longsong merupakan

permasalahan klasij lingkungan karena polanya yang kerap menimpa Negara

ini. Berikut ini 5 solusi untuk menangani tanah longsor.

1. Tanam Pohon

Gerakan sejuta pohon yang dicanangkan harus segera direalisasikan .

jangan indah dalam kata , namun miskin aksi nyata. Menanam pohon

akan membuat tanah menjadi segar kembali, asri dan sejuk. Fungsinya

pun akan kembali sebagai penjaga keseimbangan kehidupan manusia,

bukan perusak kehidupan manusia

2. Tata Ruang

Kebijakan makro oleh pemerintah daerah tercermin dari pengelolaan

tata wilayah. Berapa persen ruang terbuka hijau yang dialokasikan.

Apa kebijakan pemerintah mengenai pembangunan mall. Ini terpusat

pada rencana tata ruang dan wilayah. Tata ruang yang baik akan

memberikan porsi yang banyak untuk kawasan hijau

3. Cagar Alam

Sekiranya daerah tanah tersebut memang rawan diganggu tangan-

tangan jahil, sebaiknya dijadikan cagar alam , dan diawasi secara

serius oleh pihak keamanan. Jadi masyarakat yang membandel mau

melakukan pembalakan liar atau pembangunan rumah bisa dicegah.

Model kebijakan ini penting untuk aksi preventif.

4. Relokasi

Kebijakan ini pasti akan menuai kontroversi karena menyedot dana

yang tidak sedikit. Namun, relokasi dapat dipertimbangkan serius jika

Page 7: Artikel Kesling

beban ancaman bagi masyarakat dirasa benar. Relokasi berguna sekali

untuk menghilangkan potensi tanah longsor yang sudah sangat

berbahaya.

5. Early warning system

Selayaknya bencana tsunami, tanah longsor pun mesti mempunyai

early warning system .

D. Pencegahan

Banyak cara yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya tanah

longsor, baik mengurangi untensi longsor (mitigasi) maupun mengurangi

dampak yang ditimbulkannya. Beberapa upaya mitigasi yang sering dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Megurangi timbunan material yang bisa mengakibatkan terjadinya

tanah longsor sehingga material lereng berada dalam keadaan stabil.

2. Mengarahkan atau memindahkan material yang akan longsor ke

tempat lain yang memiliki resiko lebih kecil

3. Melakukan rekayasa vegetasi dengan cara menanam stek batang

pohon yang mampu tumbuh pada material yang sering longsor.

Penanaman pohon ini bertujusn untuk mengikat tanah

4. Melakukan rekayasa teknologi dengan cara membuat tembok penahan

serta memasang geogrid

5. Membuat tanggul penghambat atau check dam di sungai guna

menahan laju longsoran yang masuk ke sungai. Cara ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya banjir bandang

6. Memasang alat peringatan yang dapat diketahui masyarakat sekitar.

7. Mengingatkan warga yang tinggal di sekitar lereng untuk selalu

waspada ketika musim hujan tiba. Warga pun harus dihimbau untuk

tidak melakukan hal-hal yang mampu merusak kestabilan lereng.

Page 8: Artikel Kesling

8. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan

jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan

kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman

tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih

pendek dan ringan , di bagian dasar ditanam rumput).

9. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat

10. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara

cepat kedalam tanah.

11. Terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase pada teras -

teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam

tanah)

12. Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke

dalam tanah melalui retakan. Jangan melakukan penggalian di bawah

lereng terjal.

Page 9: Artikel Kesling

PEMBAHASAN ARTIKEL 2

A. Faktor-faktor Penyebab banjir

Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3

faktor, yaitu :

1. Pengaruh Kativitas manusia, seperti:

a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan

industry

b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada

tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang

terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan

sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.

c. Pemukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran

banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak

direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurug

untuk dijadikan permukiman. Kondisi demikian banyak terjadi di

perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim

hujan menjadi tidak lancer dan menimbulkan banjir.

d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-

saluran air, terutama di perumahan-perumahan.

2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti :

a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena

badai atau siklon, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh.

b. Kondisi topografi yang cekung , yang merupakan dataran banjir,

seperti kota bandung yang berkembang pada cekungan Bandung.

c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,

berkelak-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol

Page 10: Artikel Kesling

(bottle neck) , dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah

pulau ( ambal sungai)

3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti :

a. Curah hujan yang tinggi

b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di

muara sungai atau pertemuan sungai besar.

c. Penurunan muka tanah atau amblesan, missal di sekitar pantai

utara Jakarta yang mengalami amblesan setiap tahun akibat

pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga menimbulkan

muka tanah menjadi lebih rendah.

d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.

Faktor pertama merupakan dampak langsung dari ulah tangan-tangan

manusia yang mencari kenyamanan hidup dengan mengeksploitasi,

membahayakan, dan merusak lingkungan baik di darat, laut, dan di udara.

Sementara factor kedua dan ketiga , alam yang statis dan factor peristiwa

alam yang dimanis , merupakan tantangan bagi manusia untuk dapat

berusaha mencari alternative yang dapat mengurangi terjadinya banjir dan

dampaknya.

B. Penanganan Banjir

Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap yaitu tindakan-tindakan

persiapan banjir , tindakan-tindakan penanganan saat banjir dan pemulihan

setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanganan

banjir yang berkesinambungan.

1. Tindakan-tindakan persiapan banjira. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-

informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah,

berkaitan dengan masalah banjir

b. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus

Page 11: Artikel Kesling

c. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir

d. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya,

dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di

daerah rawan bencana

e. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen

pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya

yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu

dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan

ancaman/bahaya

f. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman

g. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti:

karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya

(pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi

yang diperkirakan rawan/kritis

h. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer,

dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis,

sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi.

i. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed

boat, perahu, pelampung, dan lain-lain

2. Tindakan-tindakan yang dilakukan saat terjadi banjir

a. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko

b. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)

- Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik

pantau.

- Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat

siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk kemudian

diinformasikan kepada masyarakat sesuai dengan Standar

Prosedur Operasional Banjir

c. Peramalan

Page 12: Artikel Kesling

- analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff

relationship),

- metode perambatan banjir (flood routing),

- metode lainnya.

d. Komunikasi

Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian

informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi,

telepon, faximili, dan sarana lainnya.

e. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)

Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan,

dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos

pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.

3. Sesudah Banjir

a. Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum,

bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.

b. Pengembalian penduduk ke tempat semula.

c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.

d. Mengadakan tempat perlindungan sementara atau pengungsian

e. Member bantuan makanan dan medis untuk para pengungsi dan

para korban

f. Menyediakan air bersih untuk pengungsi

g. Menyediakan sanitasi untun para korban yang berada di

pengungsian

h. Melakukan pengawasan terhadap bahaya penyakit menular

i. Melakukan perbaikan dan rekonstruksi wilayah yang terkena

banjir

j. Melakukan penghijauan kembali lahan-lahan yang telah gundul

C. Solusi Masalah Banjir

Page 13: Artikel Kesling

Semua orang baik individu maupun kelompok dapat berperan dengan

perannya masing-masing , dalam mengurangi resiko bencana banjir. Ada 3

cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

1. Kegiatan fisik ( struktur)

Upaya mengatasi masalah banjir sampai saat ini masih

mengandalkan pada kegiatan fisik (struktur) seperti membangun

sarana dan prasarana pengendali banjir dan atau memodifikasi

kondisi alamiah sungai sehingga membentuk suatu system

pengendali banjir. Langkah tersebut diterapkan hamper di seluruh

Negara-negara di dunia yang mengalami banjir. Di bawah ini

berbagai jenis kegiatan fisik (srtuktur) berikut manfaatnya :

a. Pembangunan waduk-waduk atau bendungan pengendali

banjir, yang sekaligus untuk irigasi pertanian, pembangkit

listrik, pariwisata dan sebagainya.

b. Pembangunan tanggul-tanggul di pinggir sungai pada titik-

titik daerah rawan banjir. Tujuannya adalah mencegah

meluapnya air pada tingkat ketinggian tertentu ke daerah

rawan banjir.

c. Pembangunan kanal-kanal yang bertujuan untuk menurunkan

tingkat ketinggian air di daerah aliran sungai dengan

menambah dan mengalihkan arah aliran sungai.

d. Pembangunan interkoneksi antar sungai, yang bertujuan

merendahkan tingkat ketinggian muka air sungai.

e. Pembangunan polder, bertujuan untuk mengumpylkan dan

memindahkan air dari tempat yang mempunyai elevasi lebih

tinggi dengan menggunakan mesin pompa.

f. Pelurusan sungai, bertujuan untuk melancarkan dan

mempercepat aliran air mencapai muara

2. Kegiatan non-struktur

Page 14: Artikel Kesling

Kegiatan non-struktur bertujuan untuk menghindari dan juga

menekan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh banjir, antara

lain dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir

dan di DAS. Untuk itu maka pelaku utama dari kegiatan ini

adalah masyarakat. Upaya non-struktur dapat berupa :

a. Konservasi tanah dan air du hulu sungai untuk menekan

besarnya aliran permukaan, mengendalikan besarnya debit

puncak banjir, dan pengendalian erosi untuk mengurangi

pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini

merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil dengan

teknik agro. Upaya pengendalian air tersebut antara lain

dapat dilakukan dengan membuat terasiring, bangunan

terjunan, dam penahan sedimen, dam pengendali sedimen,

kolam retensi, penghijauan dan reboisasi, serta sumur

resapan.

b. Pengelolaan dataran banjir berupa penataan ruang dan

rekayasa di dataran banjir yang diatur sedemikian rupa agar

resiko/kerugian bencana yang timbul apabila tergenang banjir

minimal. Rekayasa dalam bidang bangunan antara lain

berupa : rumah tipe panggung, rumah susun, jalan laying,

jalan dengan perkerasan beton, pengaturan penggunaan

rumah/gedung bertingkat, dan sebagainya. Sedangkan

rekayasa di bidang pertanian dapat berupa pemilihan jenis

tanaman yang tahan genangan.

c. Penanggulangan banjir untuk menekan besarnya bencana dan

mengatasinya secara darurat. Kegiatan ini merupakan bagian

dari kegiatan satkorlak penanggulangan bencana, yang

dilaksanakan sebelum kejadian banjir (meliputi perondaan

dan pemberian peringatan dini kepada masyarakat yang

Page 15: Artikel Kesling

tinggal di daerah rawan banjir/dataran banjir), pada saat

kejadian banjir berupa upaya penyelamatan, pengungsian,

penutupan tanggul yang bocor dan atau limpas, maupun

kegiatan pasca banjir yang berupa penanganan darurat dan

perbaikan terhadap kerusakan akibat banjir.

d. Penerapan system prakiraan dan peringatan dini untuk

menekan besarnya bencana bila banjir benar-benar terjadi.

e. Pengamanan terhadap banjir yang dilaksanakan sendiri oleh

perorangan, swasta maupun oleh kelompok masyarakat untuk

mengatasi masalah banjir secara local, misalnya di komplek

permukiman/real estat, industry, antara lain dengan

membangun tanggul keliling polder dan pompanisasi.

f. Pemetaan dataran banjir diperlukan, peta mencakup area-area

yang terkena banjir, frekuensi banjir, analisa frekuensi dan

laporan-laporan kerusakan, peta-peta infrastruktur

g. Pengawasan penegak hukum terhadap peran masyarakat

dalam menaati ketentuan penggunaan tata ruang dan pola

pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu, untuk

menghindari terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur

sungai akibat sampah padat maupun bangunan/ hunian dan

tanaman di bantaran sungai

h. Penetapan sempadan sungai yang didukung dengan

penegakkan hukum. Pada setiap sungai harus ditetapkan

batas sempadanya yang diatur dengan peraturan daerah.

i. Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media

tentang banjir dalam rangka meningkatkan pemahaman,

kepedulian dan peran masyarakat.

j. Penanggulangan kemiskinan. Masyarakat miskin di

perkotaan banyak yang terpaksa menghuni bantaran sungai

Page 16: Artikel Kesling

yang seharusnya bebas hunian karena sangat membahayakan

keselamatan jiwa. Demikian pula masyarakat petani lahan

kering di DAS hulu, pada umumnya miskin sehingga

kesulitan untuk melaksanakan pola bercocok tanam yang

menunjang upaya konservasi tanah dan air.

3. Kombinasi Upaya Struktur dan Non-Struktur

Masingmasing jenis upaya struktur berupa prasarana fisik

dapat berdiri ataupun dikombinasikan dengan upaya non-struktur

sehingga membentuk satu kesatuan system pengendalian banjir

yang menyeluruh dan terpadu. Kombinasi kedua jenis upaya

tersebut berfungsi untuk memperkecil besarnya masalah banjir

walaupun kita tidak dapat membebaskan diri dari masalah banjir

secara mutlak.

Kondisi dan permasalahan pada setiap sungai selalu berbeda-

beda, sehingga penetapan system pengendalian banjir yang

optimal pada setiap sungai harus melewati suatu kajian yang

menyeluruh dengan membandingkan beberapa alternative

kemungkinan.

D. Pencegahan Banjir

Cara pencegahan banjir tidak bisa dilakukan sendiri, butuh kerja sama

sekelompok warga untuk menangani banjir karena banjir akan menyerang

sebuah daerah atau wilayah.

1. Sikap Sadar Lingkungan

Jadi, hal pertama yang dilakukan untuk mencegah banjir adalah

menumbuhkan sifat dan sikap bersama-sama bahwa lingkungan tempat

tinggal atau wilayah penting sekali untuk dijaga. Jika hal ini tidak bisa

Page 17: Artikel Kesling

dilakukan, tentu saja kepentingan pribadi masing-masing akan muncul

seenaknya. Ada yang berusaha menjaga dan mementingkan lingkungan

agar terbebas dari banjir. Sebuah pemberitahuan saja tak bisa dilakukan

secara individual. Campur tangan pemerintah dalam pemberitahuan akan

pentingnya menjaga lingkungan akan menjadi satu hal yang di perhatikan

oleh warga. Sosialisasi yang tepat akan membuat kesadaran dalam benak

warga, untuk saling menjaga dan mengingatkan.

2. Sistem Saluran Air yang Baik

Seiring dengan itu, butuh diadakan system irigasi sampai pembuangan

akhir yang jelas. Jangan sampai akhir saluran air yang ada berujung pada

sebuah sungai mati atau tidak mengalir, sehingga airnya akan meluber,

Luberan inilah yang membahayakan. Apalagi , jika sungai mati tersebut

letaknya dekat dengan jalan raya. Tentu akan jelas terlihat akibat dari

saluran air yang meluber dan menggenangi jalan. Jika musim hujan, tentu

saja volume kiriman air dari sebuah saluran air ditambah air hujan, akan

menyebabkan banjir. Jadi, system saluran air jelas sangat penting.

3. Disiplin Membuang Sampah

Dibutuhkan kedisiplinan warga untuk membuang sampah di tempat

sampah dan berakhir di tempat pembuangan akhir sampah. Pengolahan

sampah di tempat pembuangan akhir sampah ini akan sangat diperlukan.

Pengolahan sampah yang tepat bisa membantu pencegahan banjir.

Sampah-sampah plastic yang kecil jika terkena hujan deras akan ikut

aliran air sampai sungai. Ini juga akan menjadi penyebab terjadinya banjir.

Tentu saja harus ada pemilahan dan pengolahan yang tepat. Misalnya,

dibedakan antara sampah yang harus dibakar. Sampah yang harus

ditumpuk dan didaur ulang, sampah yang ditumpuk untuk dijadikan pupuk

4. Pembersihan Saluran Air

Perbaikan-perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada. Di

wilayah tertentu bisa diadakan secara gotonh royon. Penjagaan ini harus

Page 18: Artikel Kesling

dilakukan secara terus menerus dengan waktu berkala. Bukan hanya

sampah yang terbuang di saluran air , namun juga ada sampah dari saluran

air. Tumbuhan-tumbuhan air yang telah mati jika berkumpul juga akan

menghambat saluran air. Tanggul-tanggul sebagai penahan membutuhkan

perawatan. Tamnaman-tanaman sekitar sungai pun perlu ditanam

sebanyak mungkin yang fungsinya untuk memperkuat bantaran sungai.

Tentu saja banaran sungai yang kuat ini akan mencegah longsornya tanah

di bantaran ke sungai. Jika longsor pun akan menghambat air mengalir, itu

juga akan menyebabkan banjir.

5. Kerja Sama yang Baik dari Seluruh Pihak

Bila kerja sama warga di suatu wilayah dapat terjalin dengan baik,

pencegahan banjir ini bisa dilakukan dengan mudah. Tentusaja jalinan

warga dan pemerintah tetap harus dilakukan. Bila ada pembangunan di

suatu wilayah oleh proyek tertentu dan hal itu akan mengganggu

lancarnya saluran air , tentu warga harus segera melaporkan ke pemerintah

untuk diadakan sebuah tindakan yang tepat. Jika langkah-langkah yang

ditempuh masih belum bisa mencegah banjir karena banjir yang dating

merupakan banjir kiriman atau murni sebuah bencana karena hujan yang

deras tak henti-henti, hendaknya kita tidak perlu melempar kesalahan.

Kesadaran yang tinggi yang diperlukan untuk suatu pencegahan dan

penanggulangan bencana banjir. Bukan malah menyalahkan pihak

tertentu karena sebuah bencana itu untuk ditangani dan ditanggulangi

bukan malah mencari kambing hitam dari bencana tersebut.

Page 19: Artikel Kesling

PEMBAHASAN ARTIKEL 3

A. Faktor penyebab pemanasan global

1. Gas Rumah Kaca

Rumah kaca atau green house sebenarnya adalah suatu bangunan

tertutup yang dinding dan atapnya terbuat dari kaca. Rumah kaca ini

berfungsi untuk mengatur iklim mikro (iklim di dalam rumah kaca ) sesuai

dengan keinginan kita. Jadi seumpama di luar sedang musim dingin, maka

di dalam rumah kaca ini bisa kita bikin hangat suhunya. Caranya dengan

menahan panas dari sinar matahari yang masuk melalui dinding dan atap

kaca tadi tetap berada di dalam rumah kaca.

Prinsip yang mirip efek rumah kaca ini juga menyebakan terjadinya

pemanasan global di bumi. Panas dari matahari yang masuk ke atmosfer

bumi, tidak semuanya bisa dipantulkan kembali keluar atmosfer. Sebagian

panas tersebut tetap tertahan di dalam atmosfer bumi. Penyebabnya adalah

polusi besar-besaran gas CO2 . Gas CO2 yang berlebihan bisa

menghambat keluarnya panas matahari yang dipantulkan Bumi.

Polusi gas CO2 ini paling besar berasal pembakaran bahan bakar fosil.

Bahan bakar fosil ini adalah bahan bakar yang terbentuk dari fosil

tumbuhan atau hewan purba. Bahan bakar ini misalnya minyak bumi

(yang kemudian jadi bensin dan solar) dan batu bara. Kemajuan teknologi

industri dan kendaraan adalah penyumbang terbesar pembakaran bahan

bakar fosil ini. Mobil, hingga saat ini, sebagian besar masih menggunakan

bensin atau solar, sementara industri masih banyak yang memanfaatkan

batu bara sebagai sumber tenaganya.

2. Rusaknya Lapisan Ozon

Masalah penipisan lapisan ozon adalah masalah yang sangat perlu

untuk diperhatikan. Karena banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari

permasalahan penipisan lapisan ozon ini. Polutan yang paling merugikan

Page 20: Artikel Kesling

mempengaruhi lapisan ozon adalah fluorocarbon, terutama yang

mengandung chlorida/bromida. Bahan yang paling bertanggung jawab

terhadap penipisan sebagian besar lapisan ozon adalah yang mengandung

chlorida yaitu chlorofluorocarbon/CFC. CFCs biasanya digunakan pada

lemari es, dan spray deodorant. Tentunya kasus penipisan ini terjadi tidak

hanya disebabkan oleh satu negara saja, akan tetapi banyak negara yang

sudah memproduksi lemari es dan deodorant berCFC. Sehingga kasus

penipisan ozon ini adalah kasus global yang berdampak lokal. Global

karena penipisan ozon terjadi karena sumbangan CFC dari berbagai

negara yang terakumulasi, dan lokal karena efek yang ditimbulkan

menyebar ke semua wilayah di bumi ini. Sebenarnya terjadinya penipisan

lapisan ozon tidak hanya disebabkan karena penggunaan CFC, akan tetapi

bisa juga dari emisi bahan bakan kendaraan bermotor atau pabrik, dan

juga efek dari rumah kaca.

3. Kerusakan hutan

Hutan merupakan rumah bagi pohon dan tumbuhan lain yang memiliki

kemampuan untuk mengkonsumsi gas karbon tersebut dan menghasilkan

gas oksigen.Tetapi akibat meningkatnya populasi,yang diiringi dengan

meningkatnya kebutuhan akan lahan pemukiman,lahan indusri,lahan

pertanian,lahan untuk fasilitas umum seperti jalan dan

gedung,menyebabkan jumlah hutan berkurang drastis. Belum lagi

permintaan pasar akan kayu yang semakin melambung tinggi.

4. Industri

Negara industri atau yang disebut sebagai negara maju adalah yang

paling bertanggung jawab terjadinya pemanasan global. Bagaimana tidak,

negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa menyumbang 50 persen

lebih penyebab pemanasan global. Yang paling buruk adalah industri

mobil yang dulu pusatnya di Amerika. Kini industri besar-besaran tidak

cuma di Amerika, tapi juga di negara yang sedang berkembang seperti

Page 21: Artikel Kesling

China, India, dan Indonesia. Polusi dari industri hampir merata di seluruh

di dunia

5. Peternakan dan Konsumsi daging

Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)

mengeluarkan laporan “Livestock’s Long Shadow” dengan kesimpulan

bahwa sektor peternakan merupakan salah satu penyebab utama

pemanasan global. Sumbangan sektor peternakan terhadap pemanasan

global sekitar 18%, lebih besar dari sumbangan sektor transportasi di

dunia yang menyumbang sekitar 13,1%. Selain itu, sektor peternakan

dunia juga menyumbang 37% metana (72 kali lebih kuat daripada CO2

selama rentang waktu 20 tahun), dan 65% nitro oksida (296 kali lebih kuat

daripada CO2).

B. Penanganan Masalah Pemanasan Global

Pemanasan global merupakan masalah multikompleks dan memiliki

pengaruh dalam skala yang besar, yaitu mempengaruhi seluruh aktivitas

manusia di dunia. Oleh karena itu, penanganan masalah pemanasan global

bukanlah masalah bagi satu negara saja, bukan hanya masalah bagi Negara-

negara industri saja, melainkan masalah bagi seluruh negara di dunia ini.

Maka, sangat diperlukan kesadaran seluruh Negara di dunia untuk

berkolaborasi menangani pemanasan global ini. Berikut adalah bentuk-bentuk

kerjasama untuk menangani pemanasan global.

1. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara

berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk

menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat.

2. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang

lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Ada tiga mekanisme yang

diatur di Protokol Kyoto ini yaitu berupa joint implementation; Clean

Development Mechanism; dan Emission Trading. Joint Implementation

Page 22: Artikel Kesling

(implementasi bersama) adalah kerja sama antar negara maju untuk

mengurangi emisi GRK mereka. Clean Development Mechanisme

(Mekanisme Penmbangunan Bersih) adalah win-win solution antara

negara maju dan negara berkembang, di mana negara maju berinvestasi di

negara berkembang dalam proyek yang dapat megurangi emisi GRK

dengan imbalan sertifikat pengurangan emisi (CER) bagi negara maju

tersebut. Emission Trading (Perdagangan emisi) adalah perdangan emisi

antar negara maju.

3. Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi menghadapi peningkatan emisi

karbon diwujudkan dalam Conference on Parties ke-13 United Nations

Framework Convention on Climate ( COP ke-13 UNFCC ) tanggal 13 –

14 Desember 2007 di Denpasar, Bali. Indonesia turut berpartisipasi dalam

konferensi ini.

4. Konsensus internasional akhirnya dicapai untuk dapat meluncurkan

laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suatu

jejaring ilmuwan beranggotakan sekitar 2.000 ilmuwan dan delegasi dari

120 negara.