6
1104 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran Sungai Brantas Bersama Masyarakat Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Hodaifah, Tri Sulistyaningsih, Masduki Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRAK Kesadaran penduduk Kota Batu untuk menjaga Sungai Brantas masih rendah, padahal Pemerintah Daerah Kota Batu memiliki Peraturan Daerah (PERDA) No 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030 dan PERDA No 16 Tahun 2011 tentang Perlindungan, Pelestraian dan Pengelolan Lingkungan Hidup. Dari peraturan yang ada seharusnya cukup membantu akan keberadaan hutan yang menopang pengarian DAS Brantas, akan tetapi sistematisasi pengelolaan SDA masih belum terkomunikasi dengan baik oleh masyarakat sekitar.Kurangnya pemahaman serta kesadaran dalam kerjasama merupakan celah yang membuat tujuan dalam melindungi dan melestarikan DAS Brantas tidak terwujud. Pentingnya menumbuhkan sikap saling menjaga di kalangan masyarakat sangat dibutuhkan guna mengendalikan permasalaan yang terjadi di DAS Brantas. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi peneliti yang tertuang dalam rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana Tindakan Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas ? (2) Bagaiamana kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga Sungai Brantas? (3) Bagaimana kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga DAS Brantas?Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif (Description Research). Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penelitian ini menggunakan catatan lapangan dan wawancara mendalam para informan yaitu pihak Pemerintah Daerah dan masyarakat DAS Brantas. Data yang diperoleh akan dianialisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan data diperiksa keabsahannya dengan triangulasi. Temuan hasil penelitian, kerjasama Pemerintah dan Masyarakat Desa Sumber Brantas saat ini masih belum optimal, karena partisipasi masyarakat masih lemah, hal ini membuat problematika yang terjadi di DAS Brantas berlarut-larut dalam penanganannya. Mayarakat Desa Sumber Brantas tergolong sebagai masyarakat petani yang di kenal masih kental dengan gotong royong, hal ini bisa dilihat dalam keseharian masyarakatnya sekaligus sebagai modal untuk menambah pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga DAS Brantas bersama-sama. Pendahuluan Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk, kurangnya daerah serapan air dan makin bertambahnya pemukiman disekitar aliran sungai, menyebabkan kondisi sungai mengalami banyak penurunan dalam hal kualitas mutu air. Penurunan kualitas mutu air sungai juga diakibatkan oleh pola aktivitas masyarakat sekitar aliran sungai. Kerusakan dan pencemaran air diantaranya terjadi akibat dari penggunaan lahan serapan air yang dijadikan tempat tinggal sampai pada pembuangan sisa aktivitas rumah tangga dan limbah sisa hasil industri ke sekitar atau kedalam aliran sungai. Pemerintah Daerah Kota Batu sebenarnya juga memiliki Peraturan Daerah (PERDA) No 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010- 2030 dan PERDA No 16 Tahun 2011 tentang Perlindungan, Pelestraian dan Pengelolan Lingkungan Hidup. Dilain pihak Perum Perhutani telah mengeluarkan suatu kerja sama dengan masyarakat, yaitu Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan di kawasan DAS Brantas yang optimal dan peningkatan (Index Pembangunan Manusia) IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional dan profesional. PHBM juga bertujuan untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kemitraan (Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007).

Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

1104 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran Sungai Brantas

Bersama Masyarakat Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu

Hodaifah, Tri Sulistyaningsih, Masduki

Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Kesadaran penduduk Kota Batu untuk menjaga Sungai Brantas masih rendah, padahal Pemerintah Daerah Kota

Batu memiliki Peraturan Daerah (PERDA) No 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun

2010-2030 dan PERDA No 16 Tahun 2011 tentang Perlindungan, Pelestraian dan Pengelolan Lingkungan

Hidup. Dari peraturan yang ada seharusnya cukup membantu akan keberadaan hutan yang menopang pengarian

DAS Brantas, akan tetapi sistematisasi pengelolaan SDA masih belum terkomunikasi dengan baik oleh

masyarakat sekitar.Kurangnya pemahaman serta kesadaran dalam kerjasama merupakan celah yang membuat

tujuan dalam melindungi dan melestarikan DAS Brantas tidak terwujud. Pentingnya menumbuhkan sikap

saling menjaga di kalangan masyarakat sangat dibutuhkan guna mengendalikan permasalaan yang terjadi di

DAS Brantas. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi peneliti yang tertuang dalam rumusan masalah pada

penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana Tindakan Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas ?

(2) Bagaiamana kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga

Sungai Brantas? (3) Bagaimana kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga DAS

Brantas?Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif (Description Research). Daerah penelitian

dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penelitian

ini menggunakan catatan lapangan dan wawancara mendalam para informan yaitu pihak Pemerintah Daerah

dan masyarakat DAS Brantas. Data yang diperoleh akan dianialisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif

dan data diperiksa keabsahannya dengan triangulasi. Temuan hasil penelitian, kerjasama Pemerintah dan

Masyarakat Desa Sumber Brantas saat ini masih belum optimal, karena partisipasi masyarakat masih lemah,

hal ini membuat problematika yang terjadi di DAS Brantas berlarut-larut dalam penanganannya. Mayarakat

Desa Sumber Brantas tergolong sebagai masyarakat petani yang di kenal masih kental dengan gotong royong,

hal ini bisa dilihat dalam keseharian masyarakatnya sekaligus sebagai modal untuk menambah pemahaman

masyarakat akan pentingnya menjaga DAS Brantas bersama-sama.

Pendahuluan

Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk, kurangnya daerah serapan air dan makin bertambahnya

pemukiman disekitar aliran sungai, menyebabkan kondisi sungai mengalami banyak penurunan

dalam hal kualitas mutu air. Penurunan kualitas mutu air sungai juga diakibatkan oleh pola aktivitas

masyarakat sekitar aliran sungai. Kerusakan dan pencemaran air diantaranya terjadi akibat dari

penggunaan lahan serapan air yang dijadikan tempat tinggal sampai pada pembuangan sisa aktivitas

rumah tangga dan limbah sisa hasil industri ke sekitar atau kedalam aliran sungai.

Pemerintah Daerah Kota Batu sebenarnya juga memiliki Peraturan Daerah (PERDA) No 7

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010- 2030 dan PERDA No 16 Tahun

2011 tentang Perlindungan, Pelestraian dan Pengelolan Lingkungan Hidup. Dilain pihak Perum

Perhutani telah mengeluarkan suatu kerja sama dengan masyarakat, yaitu Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM). Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan

sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat

desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan

manfaat sumberdaya hutan di kawasan DAS Brantas yang optimal dan peningkatan (Index

Pembangunan Manusia) IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif. PHBM

dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek

ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional dan profesional. PHBM juga bertujuan untuk

meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang

berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan

sumberdaya hutan dengan model kemitraan (Keputusan Direksi Perum Perhutani No:

268/KPTS/DIR/2007).

Page 2: Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1105

Salahsatu praktek PHBM di Kota Batu ialah Sosialisasi Perlindungan dan Pengamanan

Hutan Terpadu (PPHT). Tetapi program ini belum berjalan optimal didaerah hulu DAS Brantas, oleh

sebab itu seharusnya pemerintah dan Perum Perhutani mampu memberi pengetahuan secara khusus

tentang jaringan ekosistem yang menjadi kesatuan antara hutan dan DAS Berantas. Salah satu

penghambatnya dari PHBM ialah kurangnya pemahaman masyarakat, sehingga masyarakat tidak

terkontrol dalam mengekploitasi hutan secara bebas, kemudian hal ini diperburuk dengan minimnya

pengetahuan terkait ekosistem lingkungan.

Pentingnya menjaga kelestarian sungai dengan kondisi yang terjadi saat ini mendorong

peneliti untuk mengetahui usaha lanjutan yang dilakukan pemerintah daerah dalam upaya

melestarian sungai Brantas. Baik tindakan langsung maupun sosialisasi terhadap masyarakat dan

kerjasama yang bertujuan dalam pelestarian DAS Brantas.

1. Rumusan Masalah a. Bagaimana Tindakan Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas ?

b. Bagaiamana kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber Brantas

dalam menjaga Sungai Brantas?

c. Bagaimana kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga DAS

Brantas?

2. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui langkah Pemerintah Daerah dalam upaya menanggulangi DAS Brantas.

b. Untuk mengetahui Kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat Desa Sumber

Brantas dalam menjaga Sungai Brantas.

c. Untuk mengetahui kehidupan sosial bermasyarakat Desa Sumber Brantas dalam menjaga

DAS Brantas

3. Kajian Pustaka a. Kerjasama

Anita Lie (2005: 28) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan hal yang sangat penting

dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada

keluarga, organisasi, khusunya tidak akan ada proses aktivitas dalam masyarakat. Sebagaimana

dikutip oleh Abdulsyani, Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti bersama-

sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling dasar. Biasanya

kerjasama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang

merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama. Sebagaimana ungkaan

Santosa (1992: 29-30) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial di

mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang

lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat

mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan.

Bila tipe interaksi ini berkembang di antara anggota masyarakat Desa Sumber Brantas

maka dapat diduga bahwa para masyarkat akan saling membantu, saling mendukung, saling

memberi/menerima, saling bergantung, dan saling menjaga satu sama lain, khususnya menjaga

lingkungan mereka DAS Brantas. Mereka akan berupaya untuk saling berkoordinasi dan saling

berkomunikasi dalam rangka menghindari kerusakan lingkungan. Pada umumnya, tipe interaksi

ini yang paling banyak dijumpai pada masyarakat pendesaan di Indonesia, karena masyarakat

pedesaan di Indonesia secara kultural dan historis memiliki jiwa gotong royong dan kerjasama.

b. Konsep Modal Sosial

Robert Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai institusi sosial yang

melibatkan jaringan atau network, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong

sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Diperlukan adanya suatu ikatan sosial

(network) sosial yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktifitas

komunitas. intinya Putnam melihat modal sosial meliputi jaringan sosial, norma sosial, dan

kepercayaan. (Field, 2010 :51-52). Sedangkan Menurut Fukuyama modal sosial mengacu

kepada norma-norma informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang

Page 3: Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

1106 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

muncul dari prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian

tertentu dari masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang

lebih besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas (Ahmadi, 2003: 6 ).

Modal sosial selalu tidak terlepas pada tiga elemen pokok yang ada pada modal sosial yang

mencakup (a) Kepercayaan (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurahan

hati); (b) Jaringan Sosial (parisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama); (c) Norma (nilai-nilai

bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan). Menurutnya ketiga elemen modal sosial di atas

berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah elemen-elemen yang ada atau seharusnya ada

dalam kehidupan sebuah kelompok sosial, apakah kelompok itu bernama komunitas,

masyarakat, suku bangsa, atau kategori lainnya atau dengan kata lain elemen-elemen modal

sosial tersebut merupakan pelumas yang melicinkan berputarnya mesin struktur sosial dengan

baik.

Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun

suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu dapat

bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan

kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerja sama dengan

mudah. Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari

warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang

relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya,

termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).

d. Peran Modal Sosial dalam Kerjasama

Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya

relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaringan, norma dan kepercayaan

yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan

modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (self-

reinforcing) (Putnam, 1993). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan,

melainkan semakin meningkat, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk

berasosiasi dengan orang lain (Coleman, 1988). Bersandar pada norma-norma dan nilai-nilai

bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya

memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur (Fukuyama, 1995).

Modal sosial adalah suatu hubungan sosial antarmanusia yang dapat digunakan untuk

mencapai suatu tujuan atau memperoleh suatu keuntungan, pengembangan modal sosial berdasar

pada pehaman konsep modal yang didalam pemikiran ekonomi awalnya dapat dipahami sebagai

akumulasi jumlah uang yang dapat diinvestasikan dengan harapan akan memperoleh hasil yang

menguntungkan dimsa yang akan datang (Field, 2011: 10). Modal sosial, sama seperti modal

lainnya, juga dapat dipandang sebagai invesatasi yang dapat digunakan untuk memperoleh

keuntungan.

Menurut Fukuyama (2002:22) modal sosial dapat diartikan sebagai norma informal yang

dapat mendorong pada terbentuknya suatu kerjasama antar individu. Dalam definisi ini, menurut

Fukuyama, kepercayaan, jaringan dan kelompok masyarakat merupakan hasil dari modal sosial

dan bukan merupakan modal sosial itu sendiri. Sedangkan norma yang dimaksud sebagai modal

sosial yang dapat mendorong pada pembentukan kerja sama diantaranya seperti kejujuran,

menjaga komitmen, kemampuan menjalankan tugas dengan handal, norma timbal balik, dan lain

sebagainya, adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial adalah sebagai setiap

hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual

understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk

membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

Metode Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian

Kualitatif deskriptif. Penelitian ini memfokuskan pada pengamatan dan analisis dari sikap dan

perilaku masyarakat Desa Sumber Brantas. Jenis penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia.

Page 4: Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1107

Dalam penelitian ini penulis berusaha mengumpulkan data selengkap- lengkapnya secara

menyeluruh dan integral untuk dapat memberikan gambaran secara jelas dari tindakan pemerintah

bersama masyarakat terkait pelestarian DAS Brantas.

Menurut Spreadley dan Faisal (1990), agar memperoleh informasi yang lebih terbukti, terdapat

beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan antara lain : (1) Subyek yang lama dan intensif dengan

suatu kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitiaN, (2) Subyek yang masih

terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian

penelitian, (3) Subyek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan

untuk dimintai keterangan, (4) Subyek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat

perlakuan yang mengetahui kejadian tersebut.

Kriteria yang ditentukan oleh penulis dalam menentukan informan berdasarkan pertimbangan

di atas, yaitu: (1)Bekerja atau beraktivitas di dalam lingkungan institusi yang menjadi objek

penelitian, seperti Perum Perhutani, RPH Batu (PHBM), Dinas Kehutanan dan Pertanian Kota Batu,

Kantor Lingkungan Hidup Kota Batu, Jasa Tirta Kota Malang dan Masyarakat Desa Sumber

Brantas. (2) Bekerja atau beraktivitas di dalam lembaga Perangkat Desa untuk mengetahui program

yang sudah bejalan dari pemerintah, (3) Memahami kehidupam sosial Masyarakat Desa Sumber

Brantas.

Untuk memahami sejumlah data penelitian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan

pengolahan terhadap data-data yang telah didapat. Bogdan (Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan.

Sedangkan Creswell (Herdiansyah, 2010) mengemukakan beberapa poin penting yang perlu

diperhatikan dalam melakukan analisis data kualitatif, antara lain: (1) Analisis data kualitatif dapat

dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, dan penulisan naratif lainnya. (2)

pastikan bahwa proses analisis data kualitatif yang telah dilakukan berdasarkan pada proses reduksi

data dan interpretasi. (3) Ubah data hasil reduksi ke dalam bentuk matriks. (4) Identifikasi prosedur

pengodean (coding) digunakan dalam mereduksi informasi ke dalam tema-tema atau kategori-

kategori yang ada. (5) Hasil analisis data yang telah melewati prosedur reduksi yang telah diubah

menjadi bentuk matriks yang telah diberi kode (coding), selanjutnya disesuaikan dengan model

kualitatif yang dipilih.

Pembahasan

1. Pembinaan Masyarakat

Daerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem dimana manusia termasuk

didalamnya mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai bagian dari komponen ekosistem DAS Brantas

dan fungsi dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Kerusakan DAS Brantas dapat disebabkan oleh

aktivitas manusia dan atau oleh bencana alam. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS Brantas

perlu melibatkan peran serta aktif masyarakat, sehingga tercapai manfaat yang maksimal dan

berkesinambungan. Oleh karena itu sasaran pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan

sumberdaya alam mencakup:

a. Penyuluhan/pendidikan dan pembinaan untuk meningkatkan persepsi dan kemampuan

mengelola lingkungan;

b. Mengurangi laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk;

c. Meningkatkan pendapatan penduduk;

d. Menciptakan lapangan kerja di luar sektor pertanian

e. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan gizi, peningkatan prasarana

kesehatan

f. Mengembangkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat

2. Pengelolaan DAS BrantasTerpadu

Page 5: Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

1108 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Kegiatan pengelolaan DAS meliputi 4 kegiatan, antara lain: (a) Pengelolaan hutan (vegetasi),

(b) Pengelolaan lahan, (c) Pengelolaan air, (d) Pembinaan aktivitas manusia dalam memanfaatkan

sumberdaya alam yang tersedia.

a. Pengelolaan Hutan

Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya,

maupun ekologi. Hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam, antara lain sebagai penghasil

kayu, sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah,

mencegah erosi dan lain-lain. Namun demikian sejalan dengan pertambahan penduduk dan

pertumbuhan ekonomi, teknologi terhadap sumberdaya hutan semakin meningkat. Untuk mengatasi

masalah tersebut, maka perlu dilakukan strategi pengelolaan hutan tidak saja dalam hal pemanfaatan

hutan, kelembagaan, aspek hukum dan aturan yang mendukung upaya pengelolaan hutan secara

berkelanjutan. Di dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan, sumberdaya hutan harus dilihat

dari perspektif baru tidak saja merupakan sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi yang

multiguna tetapi harus berubah, dari tree management ke ecosystem management. Pada prinsipnya

pengelolaan hutan harus dapat dilaksanakan secara maksimal dengan berlandaskan asas kelestarian.

Sasaran pengelolaan hutan terutama ditujukan untuk melestarikan fungsi hutan (vegetasi) , (1) hutan

sebagai sumber plasma nutfah; (2) hutan sebagai sumber produksi kayu; (3) hutan sebagai fungsi

hidro-orologis; (4) hutan sebagai pengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta; (5)

hutan sebagai pengontrol pencemar-an; (6) melindungi iklim dan memberi pengaruh yang baik; (7)

memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk alam, suaka margasatwa,

taman perburuhan dan taman wisata. Oleh karena itu sasaran pengelolaan hutan, anatara lain: (a)

meningkatkan keanekaragaman jenis; (b) reboisasi dan penghijauan pada lahan-lahan kritis; (c)

pemilihan jenis untuk meningkatkan nilai ekonomi dan nilai ekologis dari vegetasi/tanaman; (d)

pengaturan dan meningkatkan teknik penebangan; (e) meningkatkan proses produksi hasil hutan.

b. Pengelolaan Lahan

Meningkatnya kebutuhan tanah untuk keperluan pembangunan telah meningkatkan tekanan

terhadap sumberdaya tanah. Selain itu pengembangan sumberdaya tanah juga menghadapi masalah

ketidakserasian antar berbagai kepentingan dan berbagai sektor ekonomi yang pada gilirannya akan

menjadi counter productive antara satu dengan lainnya Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu

disusun suatu strategi dalam perencanaan sumberdaya tanah yang efisien, berkeadilan dan

berkelanjutan guna men-cegah dampak negatif dari kegiatan yang dilakukan. Pengelolaan lahan

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan/tanah yang tinggi dan dibarengi dengan usaha

menjaga kelestarian kualitas lahan. DAS sebagai sistem lahan pada dasarnya berkemampuan untuk

digunakan memenuhi berbagai kepentingan.

c. Pengelolaan Sumberdaya Air

Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang ketersediaanya dirasakan semakin terbatas.

Untuk menghindari hal tersebut strategi pengelolaan sumberdaya air harus diarahkan untuk

perlindungan dan pelestaran sumberdaya air dan merubah kebiasaan masyarakat yang menganggap

air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas. Selain itu, dalam pengelolaan sumberdaya air, perlu

dilakukan berbagai tindakan yang meliputi efisiensi dan distribusi sumberdaya air yang memadai

sesuai dengan kebutuhan. Sasaran pengelolaan air dalam pengelolaan DAS mencakup; (1) menjaga

kelestarian air (meningkatkan ketersediaan air, mengurangi kisaran aliran maksimum dan minimum,

mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas air). (2) mengelola pemanfaatan sumberdaya

air untuk berbagai kepentingan (air minum, irigasi, industri, rekreasi, perikanan.

Kesimpulan Pengelolaan DAS Brantas harus dilakukan secara bersama anatara Pemerintah Daerah dengan

masyarakat, melalui satu sistem yang dapat memberikan :

1. Produktivitas lahan yang tinggi

2. Kelestarian DAS Brantas

3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan pada

umumnya karena diakibatkan ulah manusia yang dalam pemanfaatan sumberdaya alam

Page 6: Kerjasama Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Daerah Aliran

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1109

tersebut tidak dilakukan secara arief dengan mendasarkan kaedah konservasi sumberdaya

alam.

4. Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, terutama dalam membina

masyarakat

5. Dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS terpadu dengan memperhatikan

kejelasan keterkaitan antar sektor terkait, pada tingkat lokal, regional dan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)

[2] Anonim. Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Agenda 21 Indonesia,

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, (Jakarta, 1997)

[3] Anonim. Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam

Pembangunan Jangka Panjang Kedua (1994/1995 – 2019/2020). Kantor Menteri Lingkungan

Hidup. (Jakarta, 1998).

[4] Field, Jhon. Modal Sosial (Bantul : Kreasi Kencana, 2010)

[5] Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif “Dasar-dasar dan Aplikasi (Malang : YA3 Malang,

1990)

[6] Fukuyama, Francis, 2002:. The Great Disruption, Human Nature and The Reconstitutions of

Social Order, New York, Touchstone.

[7] Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta :

Salemba Humanika, 2010)

[8] Lie, Anita. Cooperative Learning (Jakarta:Grasindo, 2005)

[9] Putnam, Robert The Prosperous Community, Social Capital and Public Life, Journal The

American Prospec (1993)

[10] Santoso, Slamet. Dinamika Kelompok (Jakarta:Bumi Aksara, 1992)

[11] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif dan R&D”

(Bandung : Alfabeta, 2010).