Upload
indah-noormala-santi
View
250
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KERJA GINJAL DALAM PENGAKTIFAN VITAMIN D.
Citation preview
KERJA GINJAL DALAM MENGAKTIFKAN VITAMIN D UNTUK REABSORPSI KALSIUM TULANG
Indah Noormala SantiFakultas Kedokteran 2014 Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
Jalan Kaliurang km.14.5, Yogyakarta, 55584Telepon: 085753311044. E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Defisiensi vitamin D dapat menggangu keseimbangan konsentrasi kalsium ditubuh. Dimana, vitamin ini dapat disintesis dari paparan sinar UV-B dan juga diet makanan sehari hari. Ternyata, vitamin ini masih perlu melalui hidroksilasi lagi di hati dan ginjal dalam bentuk aktifnya 1,25-dihydroxyvitamin D (kalsitriol). Oleh karena itu ginjal sebagai penghasil akhir bentuk aktif vitamin D, berperan besar dalam mengatur fungsi vitamin D aktif. Kalsitriol berfungsi mengatur jumlah kalsium di CES dan juga reabsorpsi kalsium ditulang dan organ lain. Jumlah kalstriol ini juga berada dibawah pengaturan hormone PTH. Apabila fungsi ginjal terganggu maka pembentukan kalsitriol juga akan terganggu, salah satunya menimbulkan penyakit rakitis pada anak-anak.
Katakunci: vitamin D, ginjal, 1,25-dihydroxyvitamin D (calcitriol), kalsium, PTH
PENDAHULUAN
Pelunakan tulang pada anak anak atau sering kita kenali sebagai penyakit
rakitis, disebabkan karena adanya defisiensi vitamin D pada tubuh. Defisiensi
vitamin D mengganggu pertumbuhan tulang pada manusia, karena vitamin D
diperlukan untuk penyerapan kalsium di usus dan ginjal. Dengan tidak adanya
vitamin D, kalsium tidak dapat diserap dan tidak terjadinya mineralisasi tulang,
sehingga diantaranya mengakibatkan hipokalsemia, rakitis, cacat tulang dan gigi,
serta timbul gejala neuromuskular. Vitamin D didapatkan secara oral pada
makanan yang mengandung vitamin D. Selain itu, uniknya sumber vitamin D
secara utama didapatkan melalui paparan sinar UV matahari. Akan tetapi, baik
oral maupun paparan uv, vitamin D ini masih dalam bentuk mentah. Sehingga
vitamin ini harus melalui ‘pematangan’ dulu dihati dan ginjal. Hingga menjadi
bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25 dihidroksikalsiferol, atau disebut sebagai
1
calcitriol sebagai hasil akhir dari vitamin D. Calcidiol di hati akan menerima
tambahan satu gugus hidroksilasi di mitokondria sel ginjal menjadi kalsitriol.
Hidroksilasi tersebut terjadi karena aktifitas 1-alpha-hydroxylase yang dikontrol
oleh hormone paratiroid.
Lantas apabila kerja ginjal rusak, secara tidak langsung dapat mengganggu
mineralisasi tulang dan kartilago khususnya pada anak-anak yang berada dalam
tahap pertumbuhan. Pada anak anak kekurangan kalsium dapat menyebabkan
gangguan tulang yaitu rakitis. Oleh karena itu, tujuan penulis membahas judul ini
agar penulis serta para pembaca memahami peran ginjal dalam pembentukan
vitamin D dan memahami fungsi dari vitamin D aktif itu sendiri.
METABOLISME VITAMIN D
Tidak seperti vitamin A, B dan C, vitamin D sebenarnya bukan vitamin,
melainkan merupakan hormone steroid yang dapat disintesis ketika kulit terpapar
oleh sinar UV (Wysolmerski & Insogna, n.d.). Terpaparnya kulit oleh sinar UV
merupakan sumber utama terbentuknya vitamin D. Selain itu juga diperoleh
melalui diet makanan apabila pajanan matahari untuk sintesis kulit kurang
tercukupi. Fungsi utama vitamin ini yaitu mengatur homeostasis dan penyerapan
kalsium. Dimana, bila vitamin ini kurang dalam tubuh kalsium tidak dapat
diserap sehingga menyebabkan rakitis pada anak, dan osteomalasia pada orang
dewasa.
Diawali dengan respon sinar ultraviolet radiasi B (panjang gelombang
290-315 nm), keratinocyte pada epidermis kulit akan mengubah 7-
dehydrokolestrol –yang berperan sebagai precursor kolestrol—menjadi
kolekalsiferol atau vitamin D3 (Wysolmerski & Insogna, n.d.). Dimana perubahan
ini dipengaruhi oleh banyaknya paparan cahaya UV dan juga melanin pada
seseorang, semakin tinggi melanin maka pembentukan vitamin D3 akan menurun.
Disebabkan melanin menghalangi sinar UV untuk masuk ke stratum spinosum
dan stratum basal. Akan tetapi apabila terlalu banyak terpapar oleh sinar matahari
dapat mendegradasi previtamin D3 dan vitamin D3 menjadi produk yang tidak
2
aktif lagi.(Progress & Holick,
2007).
Sementara dari sisi oral,
didapatkan dalam makanan tertentu
seperti minyak ikan dan hati minyak
ikan tuna, ikan herring, dan salmon.
Selain itu juga didapat pada sereal,
susu, mentega, telur, margarin, dan
roti (Holick & Chen, 2008). Dari
konsumsi makanan sehari hari
tersebut berupa dalam bentuk
Vitamin D2 dan vitamin D3,
bergabung menjadi chylomicron
dan ditranspor melalui system limfa
dan sikrulasi vena. (Progress &
Holick, 2007). Bentuk vitamin D
setelah D2 dan D3 dapat disimpan
dalam bentuk sel lemak, dimana untuk sirkulasi vitamin ini akan berikatan dengan
vitamin D binding protein.
Baik dari sintesis sinar matahari maupun oral, “vitamin D setelah D2 dan
D3” akan dihidroksilasi dua kali untuk menjadi bentuk aktif. Hidroksilasi pertama
terjadi di hati diubah menjadi 25-hydroksilase Vitamin D3 oleh 25-hydroksilase.
Dilanjutkan hidroksilasi ke dua yang terjadi pada sel proksimal convoluted
tubulus ginjal untuk menjadi wujud aktif yaitu 1,25(OH)2 Vitamin D3. Perubahan
menjadi wujud aktif tersebut dikatalisis oleh 25(OH)D-1α-hydroxylase atau
disebut 1α-hydroxylase (“Section II. Vitamin D, PTH and Novel Regulators of
Phosphate,” n.d.). Enzyme ini distimulasi oleh phospat dan dihambat oleh
keadaan hiperkalsemia. (Wysolmerski & Insogna, n.d.). Selain itu, ternyata
dijaringan lain pada tubuh yaitu macrophage, otak, usus, prostat, dan payudara
juga memilik enzim yang dapat menghasilkan 1,25 (OH)2.(Holick & Chen, 2008).
Di ginjal sendiri pembentukan dari 1,25 (OH)2 D ini dapat meningkat atau
3
Gambar dari : Vitamin D deficiency: a worldwide problem with health consequences1–4
menurun dipengaruhi oleh phospat, kalsium, fibroblast growth factor 23 (FGF-23)
dan PTH.
REGULASI KALSIUM DIPENGARUHI VITAMIN D AKTIF DAN PTH
Organ yang berperan dalam regulasi kalsium meliputi kelenjar paratiroid,
ginjal, skelet, dan usus. Sedangkan hormone yangg berperan yaitu hormone
paratiroid (PTH) dan vitamin D. Apabila ada kelainan pada hormone dan organ
tersebut maka dapat menyebabkan keseimbangan kalsium terganggu dan memacu
terjadinya hiperkalsemia dan hipokalsemia.
Tanpa vitamin D, hanya sekitaar 10%-15% diet kalsium dan 60% phospat
yang akan di serap. Sementara dengan adanya interaksi 1,250OH2 dengan
reseptor vitamin D, akan meningkatkan jumlah diet menjadi 30-40% kalsium dan
80% phospat akan diserap (Progress & Holick, 2007). Sedangkan, untuk
pembentukan 1,25 dihidrovitamin D ini berkaitan erat oleh keberadaan hormone
paratiroid dan serum kalium dan level phospat. (Progress & Holick, 2007). Adanya 1,25(OH)2 vitamin D3 akan berikatan dengan vitamin D Reseptor
atau VDR (Wysolmerski & Insogna, n.d.), membuat komplek reseptor vitamin D
yang berikatan dengan DNA spesifik pada gen target. Organ yang memiliki
reseptor nuclear spesifik tersebut yaitu tulang, kulit, otot lurik, kardiomiosit, sel
endothelial vascular, monosit dan limfosit T dan B yang aktif. (Mahardhika &
Benediktus, n.d.)
Vitamin ini berfungsi untuk mendukung sirkulasi konsentrasi kalsium
melalui dua aksi, pertama menstimulasi absorpsi kalsium di usus, dengan
menstimulasi kanal kalsium di sel usus untuk menuju pada bagian apical. Selain
itu dengan meningkatkan absorpsi kalsium melalui paraselular sel di usus. Aksi
yang kedua yang tidak kalah penting, melalui 1,25(OH)2 vitamin D meningkatkan
resorpsi tulang dengan menstimulasi produksi osteoblast oleh RANKL.
(Wysolmerski & Insogna, n.d.). 1,25(OH)2 vitamin D dikenali oleh reseptornya di
osteoblast, menyebabkan ekspresi aktivasi reseptor nuclear factor-κB ligand
4
(RANKL). Adapun RANK, merupakan reseptor RANKL di preosteoclast, yang
akan mengikat RANKL, menyebabkan preosteoclast menjadi osteoclast yang
matang. Matangnya osteoclast ini mengeluarkan kalsium dan fosfat pada tulang
dan mempertahankan konsentrasi kalsium fosfat di darah Adekuat ini kalsium dan
fosfat ini mendorong mineralisasi dari tulang skelet. (Progress & Holick, 2007)
Pada sel paratiroid, terdapat G protein yang dikenal sebagai calcium
sensing receptor (CaR). Ketika kalsium berikatan dengan CaR akan mengaktifkan
signal sehingga sekresi PTH ditahan. Apabila level kalsium meningkat, reseptor
ini akan menurunkan mRNA dari PTH dan menginhibisi paratiroid sel
berpoliferasi. Selain itu, CaR juga mempengaruhi ginjal dengan menahan tubulus
renal untuk mereabsorption kalsium. Sehingga secara langsung ketika terjadi
hiperkalsemia akan mendorong eksresi kalsium melalui urin, dan ketika
hipokalsemia meningkatkan reabsopsinya. (Wysolmerski & Insogna, n.d.)
Rendahnya konsentrasi jumlah kalsium dicairan ekstraselular akan
menstimulsi sel chief pada kelenjar paratiroid mensekresi PTH dengan negative
feedback. Dimana PTH pada ginjal akan berdampak pada tiga hal
1. Pertama, pada bagian sel proksimal tubulus akan menginhibisi
reabsopsi fosfat. Transpor fosfat bergantung pada kanal na-fosfat
kotranspor, yang terletak pada membaran luminal sel tubulus
proksimal. PTH berperan menginhibisi rabsopsi fosfat dengan
menghilangkan NPT2a dan NPT2c dari membrane luminal.
2. Kedua, PTH menstimulasi aktifnya 1α-hydroxylase di sel proksimal
tubulus. Hal ini memicu terbentuknya 1,25 OH2 vitamin D3 dari
25(OH), yang akan menstimulasi absorpsi kalsium di intestinal
3. PTH juga menginhibisi 24-hydrosilase, yang menceegah pembentukan
dari metebolit inaktif 24,25(OH)2 vitamin D.
Jadi kerja ginjal mensintesis bentuk aktif vitamin D dipengaruhi oleh
hormone parathyroid. Selain itu PTH mendorong reabsorpsi sebagian kalsium
pada bagian tebal ansa henle dengan cara meningkatkan muatan positif di
membran luminal dari tubulus, sehingga meningkatkan perpindahan reabsorpsi
5
paraselular kalsium dan magnesium. Sementara, pada tubulus distal PTH akan
memicu kanal kalsium menuju bagian apikal membrane sel dan menstimulasi
pertukaran na-k di basolateral. Pertukaran na-k memicu jumlah muatan listrik
sehingga kalsium masuk melalui transelular dari lumen tubulus, menyebrangi sel,
dan menuju CES.
Diluar ginjal, PTH juga mengatifkan osteoblast, yang menstimulasi
preosteoclast menjadi bentuk matang osteoclast. Osteoklas akan melarutkan
mineral kolagen matrix pada tulang, dimana bila berlebihan dapat menyebabkan
osteoporosis.
GAGAL GINJAL
Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa pasien dengan disfungsi
ginjal memiliki aktivitas abnormal pada regulasi kalsium, yang disebabkan karena
defisiensi vitamin D pada gagal ginjal (Foley et al., 1996 didalam “Section II.
Vitamin D, PTH and Novel Regulators of Phosphate,” n.d.). Dimana regulasi
kalsium tersebut dapat diatasi dengan perawatan diet dengan mengkonsumsi
banyak 1,25 vitamin D3yang akan meninggikan jumlah kalsium. Bagaimanpun,
vitamin D aktif ini akan menekan kerja PTH secra langsung (Russell et al., 1986)
pada (Wysolmerski & Insogna, n.d.). Dikatakan sebagai kekurangan vitamin D
ketika jumlah 25-hidroksivitamin D kurang dari 20 ng per millilitre (50 nmol per
liter) (Progress & Holick, 2007).
6
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan bahwa
peran vitamin D aktif sangat penting dalam penyerapan kalsium dan fosfat.
Dengan demikian diet vitamin D dan paparan UV-B sangat diperlukan untuk
menjaga keseimbangan kalsium dan fosfat ditubuh. Ginjal sebagai organ
menyempurna akhir vitamin D ini juga berperan penting, apabila kerja ginjal
bermasalah, maka vitamin ini tidak dapat terbentuk. Contohnya apabila kerja
ginjal rusak, maka pembentukan kalsitriol terhambat, maka pada anak-anak yang
mengalami gagal jantung kongenital dapat menyebabkan rakitis.
7
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan terselesaikannya referat ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT. Atas limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan referan ini dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dalam mengerjakan
referat ini.
3. Tutor Diskusi Tutorial 9, Dr. Asri Hendrawati, M.Sc. yang telah
membimbing penulis dengan sabar selama proses pembuatan referat
ini.
4. Tutorial 9 dan Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran yang turut
membantu dan saling menyemangati dalam mengerjakan referat ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Holick, M. F., & Chen, T. C. (2008). Vitamin D deficiency : a worldwide problem with health, 87, 1080–1086.
Mahardhika, W. P., & Benediktus, A. (n.d.). Hubungan Vitamin D dengan Gagal Jantung Metabolisme vitamin D, 3, 347–349.
Progress, M., & Holick, M. F. (2007). Vitamin D Deficiency, 266–281.
Section II. Vitamin D, PTH and Novel Regulators of Phosphate. (n.d.). http://doi.org/10.1016/B978-0-12-373870-7.00006-5
Wysolmerski, J. J., & Insogna, K. L. (n.d.). 253 - The Parathyroid Glands, Hypercalcemia, and Hypocalcemia. Goldman’s Cecil Medicine, 24/e (Twenty Fourth Edition). Elsevier Inc. http://doi.org/10.1016/B978-1-4377-1604-7.00253-0
9