Upload
votu
View
262
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
172
BAB III
KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL CHIMA<R AL-CHAKI<M :
SEBUAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA
Penelitian psikologi dalam karya sastra adalah penelitian dengan
mempelajari gejala dan kegiatan jiwa tokoh yang terdapat dalam tingkah lakunya.
Dengan begitu, pemahaman tokoh dalam karya sastra dengan psikologi dapat
diketahui secara mendalam. Penelitian ini menggunakan teori psikologi Carl
Gustav Jung tentang stuktur kepribadian yang terdiri dari dua dimensi, yaitu
dimensi kesadaran dan dimensi ketidaksadaran, dinamika kepribadian,
perkembangan kepribadian, dan tahap-tahap perkembangan kepribadian.
A. Struktur Kepribadian Tokoh Utama
Kepribadian seseorang terlihat dari tingkah lakunya. Kepribadian
menyangkut pada seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku yang disadari
maupun yang tidak disadari. Analisis pada sub bab kepribadian tokoh, penulis
mendeskripsikan kepribadian tokoh utama yaitu “Aku”. Fungsi dan peranan tokoh
utama “Aku” mendominasi seluruh bagian isi cerita. Pembahasan kepribadian
tokoh dibagi menjadi dua, yaitu dimensi kesadaran dan dimensi ketidaksadaran.
1. Dimensi Kesadaran Kepribadian
Dimensi kesadaran kepribadian terdiri dari dua komponen pokok yaitu
fungsi jiwa dan sikap jiwa. Masing-masing komponen mempunyai peranan
penting dalam orientasi dan dunia manusia. Berikut deskripsi dimensi kesadaran
kepribadian tokoh utama “Aku” dalam novel CaC karya Taufi>q al-Chaki>m.
173
a. Fungsi Jiwa
Pada dasarnya, fungsi jiwa terdapat empat komponen utama, yaitu pikiran,
perasaan, pendriaan, dan intuisi. Pikiran dan perasaan adalah fungsi jiwa yang
rasional, serta mampu menilai yang benar atau salah dan menyenangkan atau
tidak menyenangkan. Pendriaan mendapatkan pengamatan dengan sadar melalui
indra. Sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan dengan tidak sadar melalui
naluri.
Tingkah laku dan kepribadian tokoh utama “Aku” terbentuk secara sadar.
Karakter tokoh utama “Aku” terbentuk dengan sendirinya karena sejak kecil
tokoh utama “Aku” memperhatikan diri sendiri dihadapan sebuah cermin sampai
berlalu kehidupannya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
وتقدمت ىب احلياة إىل تلك ادلرآة الىت أرى فيها . فجنحت إىل التأمل الطويل منذ الصغر (.۱۹۴۰:۱۳۲احلكيم، )بل تأمل الباحث احلريان . مل يكن تأمل الزىو واالفتتان. نفسى
Fa janachtu ila ’t-ta’ammuli ’th-thawi>li mundzu ’sh-shughra. Wa taqaddamtu bil-chaya>ti ila> tilkal-mir’a>tu ’l-lati> ara> fi>ha> nafsi>. Lam yakun ta’ammala ’z-zahwi wal-iftata>ni. Bal ta’ammalal-ba>chitsul-chaira>ni (al-Chaki>m, 1940:132).
“Sejak kecil Aku sering berlama-lama memperhatikan sampai
berlalu kehidupanku menuju sebuah cermin agar dapat
memperhatikan diriku didalamnya. Perhatian ini bukanlah
perhatian kebanggan dan kecongkakan, melainkan perhatian
orang yang sedang mencari dalam kebingungan” (al-Chaki>m,
1940:132).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tingkah laku dan
kepribadian tokoh utama “Aku” secara sadar terbentuk sejak kecil berlama-lama
di depan cermin untuk memperhatikan dirinya. Selain itu, juga menghindari
kemegahan kehidupan yang menhanyutkan. Tokoh utama “Aku” berharap dapat
174
menemukan perkembangan kejelasan tentang kepribadiannya. Tokoh utama
“Aku” memperhatikan dirinya bukan perhatian kebanggan dan kecongkakan,
tetapi perhatian orang yang sedang mencari jati diri.
Selain itu, sejak kecil tokoh utama “Aku” lari dari kemegahan kehidupan,
sama seperti anak keledai yang menghindari makanannya. Tokoh utama “Aku”
mengibaratkan tingkah lakunya seperti anak keledai yang bernama “Filsuf”. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
خرج ((الفيلسوف))عثرنا عليو مث أطلقنا عليو اسم ((جحش))لقد كان شأن دائما شأن إىل مرآة اخلزائن يتأمل نفسو ((زجاجة اللنب))إىل احلياة منذ يومني فانصرف عن
(.۱۹۴۰:۱۳۱احلكيم، )
Laqad ka>na sya’ni da>’iman sya’nun ((Jachsyun)) ‘utsirna> ‘alaihi tsumma athliqna> ‘alaihi ismu ((al-Fi>lusu>f)) kharaja ilal-chaya>ti mundzu yaumaini fa’n-sharafa ‘an ((zuja>jatu ’l-laban)) ila> mir’a>til-khaza>’ina yata’ammala nafsahu (al-Chaki>m, 1940:131).
“Keadaanku selalu saja seperti anak keledai yang kami temukan
dan kami beri nama “Filsuf”. Dia terlahir sejak dua hari, dan
pergi dari botol susu menuju hadapan cermin lemari untuk
memperhatikan dirinya” (al-Chaki>m, 1940:131).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama “Aku”
menggambarkan dirinya seperti anak keledai. Persamaan keduanya adalah sama-
sama meninggalkan kemegahan dunia menuju cermin untuk memperhatikan diri.
Sama seperti anak keledai yang terlahir dua hari yang lalu. Anak keledai tersebut
lari dari makanannya menuju cermin untuk memperhatikan dirinya.
Perilaku dan kepribadian seseorang akan mudah terbentuk seiring dengan
lingkungan yang menjadi tempat bergumul kesehariannya. Kepribadian seseorang
akan terbentuk secara tidak sadar jika seseorang tidak pandai menyikapi. Hal
175
tersebut terlihat ketika tokoh utama “Aku” dewasa. Tokoh utama “Aku”
kehilangan kejelasan dalam mengarungi kehidupan. Kegamangan tersebut
mempengaruhi kepribadian Aku dikarenakan pendapat orang-orang tentang diri
Aku. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
فأنا عند البعض بسيط . لقد اختلف ىف أمرى من قدمي كل من عرفىن، وما زالو خيتلفون (.۱۳۱-۱۹۴۰:۱۳۰احلكيم، )وعند اآلخرين ماىر ماكر . ساذج
Laqad ikhtalafa fi> amri> min qadi>mi kullu man ‘arrafani>, wa ma> za>lu> yakhtalifu>na. Fa ana> ‘indal-bu‘dhi basi>thu sa>dzijun. Wa ‘indal-a>khari>na ma>hirun ma>kirun (al-Chaki>m, 1940:130-131).
“Sejak lama orang mengetahuiku berselisih pendapat denganku,
dan mereka masih demikian sekarang. Diantara sebagian orang
ada yang menganggap Aku ini sederhana. Ini benar, dan Aku
takkan mengatakan lebih dari itu. Tapi menurut orang lain Aku
seorang yang mahir lagi cerdik” (al-Chaki>m, 1940:130-131).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama “Aku” selalu
memperhatikan penilaian orang lain tentang dirinya sehingga berakibat
kegamangan serta kehilangan jati diri dan kejelasan dalam menjalani kehidupan.
Disisi lain, tokoh utama “Aku” membenarkan bahwa dirinya adalah seseorang
yang sederhana, baik dalam bersikap ataupun dalam pemikiran.
Pikiran seseorang yang dapat berpikir secara rasional menilai benar dan
salah. Hal tersebut terlihat ketika tokoh utama “Aku” akan menikah dengan
seorang wanita Mesir. Tokoh utama “Aku” mengetahui bahwa permasalahan yang
terjadi telah tertutup dengan dua puluh empat karat. Pikiran Aku pada saat itu
secara rasional menilai bahwa perbuatan orang yang memperhatikan Aku adalah
suatu kesalahan besar. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
176
وأنت . مضمون أربعة وعشرين قرياط، ثروهتا معروفة وحتريتنا صحيحة ((ادلوضوع)) - .حالتك ادلالية واضحة
؟ ((ادلوضوع))دا كل قصد كم من + فيو شىء غريه ؟. طبعا -
احلكيم، )وذىبت . فقمت دون أن أجشم نفسى مشقة اجلواب. فلم أطط صصاً ۱۹۴۰:۱۱۲.)
- ((al-Maudhu>‘u)) madhmu>nun arba‘atan wa ‘isyri>na qi>ra>thin, tsarwatuha> ma‘ru>fatan wa tachriyya>tuna> shachi>chatan. Wa anta cha>latakal-ma>liyatu wa>dhichah.
+ Da> kulla qashdi kum min ((al-Maudhu>‘u)) ?
- Thab‘an. Fi>hi syai’un ghairahu ?
Fa lam athaqqa shabran. Fa qumtu du>na an ujasysyima nafsi> musyaqqatul-jawa>bi. Wa dzahabtu (al-Chaki>m, 1940:112).
- “Permasalahan itu terbungkus dengan dua puluh empat karat.
Kekayaannya terkenal dan penyelidikan kita benar. Adapun
keadaan ekonomimu sudah jelas”
+ “Jadi itukah maksud kalian dari permasalahan itu ?”
- “Tentu saja, memangnya apa selain itu ?”
Aku tak dapat menahan kesabaran. Aku bangun tanpa lama-lama
menunggu kesulitan jawaban itu, lalu pergi” (al-Chaki>m,
1940:112).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa pernikahan tersebut hanya
didasari oleh harta. Tokoh utama “Aku” tidak menyukai cara pernikahan tersebut.
Hal tersebut membuktikan bahwa pikiran menilai perbuatan tersebut adalah suatu
kesalahan. Aku tidak menahan kesabaran lalu pergi meninggalkan orang yang
memperhatikan keperluan Aku. Berakibat pemikiran Aku untuk menikah telah
hengkang dari kehidupannya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
ومل يعد شبحها يظره إال مقرتناً بذكرى ىذا احلوار . وقد ذىبت عىن فكرة الزواج إىل اليومفكانت ذكراه تقصيىن من فورى عن ادلضى ىف التفكري . بنصو وألفاظو كما مستعتها
(.۱۹۴۰:۱۱۲احلكيم، )
177
Wa qad dzahabat ‘anni> fikrata ’z-zuwa>ji ilal-yaumi. Wa lam ya‘ud syibchuha> yazhharu illa> muqtarinan bi dzikri> ha>dzal-chiwa>ru bi nashshihi wa alfa>zhihi kama> samata‘tuha>. Fa ka>nat dzikra>hu tuqashshi>ni> min fu>ri> ‘anil-madha> fi ’t-tafki>ri (al-Chaki>m, 1940:112).
“Sampai saat ini pemikiran untuk menikah telah hengkang
dariku. Tak pernah kembali lagi bersamaan dengan ingatanku
akan perbincangan ini. Dengan mengingatnya Aku langsung
muak untuk melanjutkan” (al-Chaki>m, 1940:112).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa dengan pengalaman yang
telah Aku alami mengakibatkan tidak ada dalam pikiran Aku untuk menikah.
Ingatan tersebut hadir kembali dalam perbincangan. Aku merasa muak untuk
menceritakan kisah hidupnya.
Perasaan sedih, kecewa, dan trauma merupakan bagian dari penilaian tidak
menyenangkan yang bekerja secara rasional. Hal tersebut didasari atas
pengalaman yang telah dialami oleh Aku. Aku memutuskan untuk menyendiri
dalam mengarungi kehidupan. Aku hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Sampai akhirnya Aku merasa terguncang dengan keadaannya.
Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
وال . مكان معروفىل وىكذا قضيت حياتى متنقال، تائها ليس . ورجعت إىل وحدتىفما تركت فندقا مل أنزلو وال نزال مل أىبطو حىت ضرجت ذات يوم وتصمت . عنوان دائم (.۱۹٤۰:۱۱۳احلكيم، ) هبذا احلال
Wa raja‘tu ila> wichdati>. Wa ha>kadza> qadhaitu chaya>ti> mutanaqqilan, ta>’aha> laisa li> maka>nin ma‘ru>fin. Wa la> ‘unwa>nin da>’imin. Fama> taraktu funduqan lam anzilhu wa la> nazalan lam ahbithhu chatta> dhajarat dza>ta yaumin wa tabarramat bi ha>dzihil-cha>l (al-Chaki>m, 1940:113).
“Kembalilah Aku menyendiri. Demikianlah Aku menjalani
hidup dengan berpindah-pindah, tersesat tanpa tau tempat atau
alamat yang jelas. Tak ada hotel atau penginapan yang tak
178
pernah Aku tempati, sampai suatu hari Aku terguncang dengan
keadaan ini” (al-Chaki>m, 1940:113).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa perasaan sedih dan
kecewa Aku mengambil keputusan untuk menjalani kehidupan dengan
kesendirian. Kehidupan Aku berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa
alamat yang jelas. Dengan keadaan tersebut, Aku mengalami guncangan dalam
jiwanya.
Pendriaan dalam diri seseorang didasarkan pada pengamatan terhadap
lingkungan sekitar. Pendriaan bekerja secara irrasional dalam menjalankan
fungsinya. Pendriaan tidak memberikan penilaian, melainkan hanya mendapat
pengamatan secara sadar. Fungsi jiwa “Aku” dalam bentuk pendriaan terlihat pada
saat sutradara selalu mengabadikan pemandangan dengan kameranya. Sutradara
mengatakan perbedaan antara Aku dengan dirinya pada saat mengungkapkan
suatu pemandangan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
عبارة ))إذا أردت أن تعص بقلمك عن ىذا ادلعىن فإنو تكفيك : وىو يقول ىل بامسا وىذا ىو ! قوامها الكلمات، أما أنا فأحتاج إىل عبارة سينمائية قوامها ادلرئيات ( (لغوية
(.۱۹۴۰:۶۱احلكيم، )وأعجبىن قولو !. الفرق بيىن وبينك
Wa huwa yaqu>lu li> ba>siman : idza> aradta an ta‘bira> bi qalamika ‘an ha>dzal-ma‘na> fa innahu tukaffi>ka ((‘iba>ratun lughawiyyah)) qawwa>mihal-kalima>tu, amma> ana> fa achta>ju ila> ‘iba>ratin si>nima>’iyyatin qawwa>mihal-mur’iyya>t ! wa hadza> huwal-firaqu baini> wa bainika ! wa a‘jabani> qauluhu (al-Chaki>m, 1940:61).
“Sambil tersenyum dia berkata padaku, “Jika kau ingin
mengungkapkan pemandangan ini dengan penamu, maka kau
cukup mengolah kata-kata. Tapi Aku membutuhkan ungkapan
secara visual ! Nah, inilah perbedaan antara Aku dan kau”.
Ucapannya membuatku takjub” (al-Chaki>m, 1940:61).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa pendriaan Aku terbentuk
setelah bertemu dengan sutradara yaitu rekan kerja dalam pembuatan film.
179
Pengamatan Aku terhadap sutradara bekerja secara sadar. Aku merasa takjub
dengan ucapan sang sutradara. Cara yang membedakan antara Aku dan sutradara
dalam mengabadikan suatu pemandangan. Aku dapat mengungkap pemandangan
cukup melalui pena dengan mengolah kata-kata, sedangkan sutradara
mengungkapkan secara visual.
Intuisi atau naluri seseorang muncul secara tidak sadar. Intuisi atau naluri
berkembang secara tidak sadar dalam diri manusia. Seperti pendriaan, intuisi
bekerja secara iirasional. Intuisi seseorang tidak memberikan penilaian, namun
hanya pengamatan secara naluri. Hal tersebut terlihat ketika Aku merasa kecewa
kepada dirinya sendiri lantaran tidak dapat menyelesaikan dialog. Meskipun Aku
bersemangat untuk bekerja setelah berlibur di Eropa. Aku putus asa karena para
tokoh dalam kisah sangat jauh dari perasaan Aku. Aku ingin memahamkan
sutradara bahwa Aku tidak bisa membuatkan pembicaraan orang lain. Penyesalan
tersebut membuat Aku berkeinginan untuk membatalkan perjanjian kerjasama.
Fungsi jiwa Aku dalam bentuk intuisi terlihat ketika sutradara
memperingatkan bahwa Aku tidak berputus asa dan tidak membatalkan
kerjasama. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
الوقت أمامك اآلن متسع للتفكري الطويل والعمل البطىء، . ال تيأس هبذه السرعةواطمأن قلىب كل . ىذا احلل غري ادلنتظر. وسنخطرك بالطبع عند االحتياج إليك
(.۱۹۴۰:۱۴۴احلكيم، )االطمئنان
La> tai’asu bi ha>dzihi ’s-sur‘ah. al-waqtu ama>makal-a>na muttasi‘u li ’t-tafki>ri ’th-thawi>li wal-‘amalul-bath’i, wa sanakhthuruka bi ’th-thab‘i ‘indal-ichtiya>ji ilaika. Ha>dzal-challu ghairul-muntazhiri. Wa’th-ma’anna qalbi> kullal-ithmi’na>ni (al-Chaki>m, 1940:144).
180
“Jangan buru-buru putus asa. Waktu di hadapan kita sangat luas
untuk berpikir panjang dan berpikir lambat. Kami tentunya akan
mengingatmu ketika kami memerlukanmu”. Penyelesaian ini tak
kuduga. Hatiku sangat senang mendengarnya” (al-Chaki>m,
1940:144).
Berdasarkan kutipan diatas menjelaskan bahwa Aku merasa senang
dengan keputusan yang telah dilontarkan sutradara untuk tidak membatalkan
perjanjian kerjasama. Intuisi bekerja secara tidak sadar melalui naluri, perkataan
sutradara juga membuat Aku tidak berputus asa karena tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan. Hal tersebut dikarenakan masih ada waktu panjang untuk berpikir.
Pihak perusahaan film Perancis tetap menghubungi Aku ketika membutuhkan
untuk bekerjasama. Keputusan penyelesaian dari sutradara membuat Aku senang
ketika mendengarnya.
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki keempat fungsi tersebut, akan
tetapi hanya satu fungsi yang berkembangan atau dominan. Fungsi yang paling
berkembang adalah fungsi superior dan menentukan tipe orangnya. Berdasarkan
keempat fungsi pokok jiwa, dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan
irrasional, yaitu pendriaan dan intuisi. Tokoh utama “Aku” dalam novel CaC
cenderung lebih dominan pada fungsi jiwa yang berdasarkan pada pikiran dan
perasaan. Hal tersebut terbukti ketika Aku mengambil keputusan tidak menikah.
Rasa trauma menyelimuti Aku karena pengalaman Aku yang tidak menyenangkan
yaitu kegagalannya akan menikah. Selain itu, Aku tidak tega dengan seorang
wanita karena kebiasaan Aku yang merepotkan dan menyulitkan orang lain. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
181
ىو أىن أشفط عليها من : ولكن شيئا واحداً دينعىن . لقد وددت حقا لو أتزوج مبصريةقد يستعصى أمرىا حىت على األوربية احملنكة الىت اعتادت أن تفهم زوجها . طبيعىت ادلتعبة
(.۱۹۴۰:۱۰۳احلكيم، )
Laqad wadadtu chaqqan lau atazawwaju bi Mishriyyah. Wa la>kinna syai’an wa>chidan yamna‘uni> : Huwa anni> asyfaqu ‘alaiha> min thabi>‘atil-muta‘abati. Qad yasta‘sha> amra>ha> chatta> ‘alal-u>ru>biyyatil-Michnakati ’l-lati> i‘ta>dat an tafhama zaujuha> (al-Chaki>m, 1940:103).
“Aku dahulu ingin menikah dengan seorang wanita Mesir.
Tetapi ada suatu hal yang menghadangku yaitu Aku tak tega
dengannya karena kebiasaanku yang merepotkan. Aku dalam
keadaan sulit, mungkin dapat menyulitkannya, bahkan
menyulitkan wanita Eropa yang terbiasa memahami suaminya”
(al-Chaki>m, 1940:103).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa pikiran tokoh utama
“Aku” memutuskan untuk tidak menikah dengan wanita Mesir. Hal tersebut
didasari perasaan Aku yang tidak tega kepada seorang wanita untuk menanggung
beban Aku. Aku tidak tega karena memiliki kebiasaan yang merepotkan. Selain
itu, Aku juga dalam keadaan sulit yang dapat menyulitkan kehidupan wanita yang
akan dinikahi Aku ketika menjalani suatu kehidupan nantinya.
Pikiran dan perasaan tokoh utama “Aku” mendominasi pada kesadaran
kepribadiannya. Hal tersebut terlihat ketika Aku mengatakan tentang kriteria
seorang wanita yang akan menjadi istrinya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan
berikut.
فمن أراد أن يشاركىن احلياة عليو أن . ((ادلطلط))يعيش ىف جو ((مطلط))فأنا رجل يتحمل ىو مجيع األعباء وادلسئؤليات، وال يرتك ىل غري مظاىر الشركة، أو على األقل
. ((ملكا دستورياً ديلك وال حيكم))باالختصار لزوجىت أن جتعل مىن . مسائلها الكصي (.۱۹۴۰:۱۰۴احلكيم، )وأىن صاحب األمر والنهى . أشعروىن دائماً أىن مطلط احلرية
Fa ana> rajulun ((Muthliqun)) ya‘i>syu fi> jawwi ((al-Muthlaqi)). Fa man ara>da an yusya>rikunil-chaya>tu ‘alaihi an yatachammala
182
huwa jami>‘ul-a‘ba>’i wal-mas’u>liyya>ti, wa la> yatruka li> ghairu mazha>hiri ’sy-syirkah, au ‘alal-aqallu masa>’iluhal-kubra>. Bil-ikhtisha>ri li zaujati> an taj‘ala minni> ((mulukan dustu>riyyan yamliku wa la> yachkumu)). asy‘uru>ni> da>’iman anni> muthliqul-churriyyah. Wa anni> sha>chibul-amri wa ’n-naha> (al-Chaki>m, 1940:104).
“Aku seorang lelaki bebas yang hidup di udara bebas. Barang
siapa yang ingin hidup bersamaku, maka dia harus menanggung
segala kesusahan atau tanggung jawab, tidak meninggalkanku,
atau setidaknya dapat mengatasi permasalahan besar. Sebaiknya
istriku menjadikan Aku sebagai pemilik undang-undang dan
tidak menghukumi. Dia memberikan Aku perasaan kebebasan
mutlak, dan Akulah pemegang perintah serta larangan” (al-
Chaki>m, 1940:104).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa secara sadar fungsi jiwa
tokoh utama “Aku” berpikir normal tentang kriteria seorang wanita yang akan
menjadi pendamping hidupnya. Pada dasarnya, tokoh utama “Aku” adalah
seorang lelaki menyukai kebebasan. Barangsiapa yang ingin bersama Aku harus
mau hidup dalam kesusahan dan tanggung jawab. Selain itu, menjadikan tokoh
utama “Aku” sebagai pemilik undang-undang tanpa harus menghukumi,
memberikan kebebasan mutlak, serta pemegang perintah dan larangan. Kriteria
tersebut bukan sesuatu yang sulit. Aku tetap bersikeras berpendapat bahwa tidak
ada seorang wanita dimanapun yang mau meletakkan belenggu hidupnya kepada
Aku. Hal tersebut menjadikan Aku tetap dalam kesendirian mengarungi
kehidupan.
b. Sikap Jiwa
Sikap jiwa adalah arah dari energi psikis atau libido yang menjelma dalam
bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Setiap orang memiliki cara yang
berbeda-beda untuk mengadakan orientasi terhadap dunia sekitar. Orang bertipe
183
introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri.
Hal tersebut terlihat dalam orientasi tokoh utama “Aku”. Tokoh utama “Aku”
memiliki kepribadian dengan tipe introvert atau tertutup. Pikiran, perasaan, dan
tindakan dalam dirinya ditentukan faktor subjektif. Orang introvert suka
menyendiri, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang
lain, dan kurang dapat menarik hati orang lain. Sikap orang introvert yang tertutup
membuat dirinya menggantungkan kehidupan kepada orang lain. Ciri-ciri yang
telah dideskripsikan tersebut adalah ciri-ciri yang terdapat dalam diri Aku. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.
فأنا لست بارع احلديث وال حاضر الذىن، وال ظريف اجمللس، وال . لست رجل جمتمع (.۱۹۴۰:۱۳۰احلكيم، )أصلح للكالم ىف الناس
Lastu rajulun mujtami‘u. Fa ana> lastu ba>ri‘ul-chadi>tsi wa la> cha>dhiru ’dz-dzihni, wa la> zhari>ful-majlisi, wa la> ashlachu lil-kala>mi fi ’n-na>si (al-Chaki>m, 1940:130).
“Aku bukanlah orang yang suka berkumpul. Aku bukanlah
orang yang pandai berkata-kata, suka berguyon dalam
kumpulan, dan tak bisa berbicara di hadapan orang banyak” (al-
Chaki>m, 1940:130).
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bahwa tokoh utama “Aku”
adalah seorang yang berkepribadian introvert. Tokoh utama “Aku” lebih senang
menyendiri daripada harus berkata-kata dan berguyon ketika bertemu dengan
orang banyak. Selain itu, Aku juga seorang pendiam, dan pemalu sehingga
membuat dirinya tidak bisa berbicara dihadapan orang banyak.
Sikap tokoh utama “Aku” yang tertutup membuat dirinya
menggantungkan kehidupan kepada orang lain. Terlihat ketika Aku menitipkan
184
Filsuf kepada wanita berambut pirang. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut
ini.
احلكيم، )تركت اجلحش مع الغادة الشقراء مطمئنا واثقا أنو قد وضع بني يدين رحيمتني ۱۹۴۰:۴۸.)
Taraktul-Jachsya ma‘al-gha>dati ’sy-syuqra>’i muthma’innan wa>tsiqan annahu qad wadha‘a baina yadaini rachi>mataini (al-Chaki>m, 1940:48).
“Kutinggalkan anak keledai bersama wanita berambut pirang
dengan penuh ketenangan. Aku percaya bahwa dia telah berada
di tangan lembut yang menyayanginya” (al-Chaki>m, 1940:48).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama “Aku”
meninggalkan Filsuf bersama wanita berambut pirang. Aku percaya bahwa wanita
berambut pirang akan merawat anak keledai yang bernama Filsuf dengan penuh
kasih sayang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kehidupan Aku bergantung
kepada orang lain. Aku juga merasa bahwa terkadang Aku tidak dapat
menanggung beban hidupnya sendiri sehingga memerlukan bantuan dari orang
lain.
Sesungguhnya antara sikap jiwa ekstravers dan intravers terdapat
hubungan kompensatoris. Kehidupan alam tidak sadar yang merupakan realitas
yang sama pentingnya dengan kehidupan alam sadar. Kehidupan alam tidak sadar
berlawanan dengan kehidupan alam sadar. Berdasarkan uraian di atas, kehidupan
alam sadar Aku adalah pemikir-intravers, sehingga kehidupan alam tidak sadarnya
adalah perasa-ekstravers.
Satu permasalahan lagi dalam keadaan kehidupan alam sadar yaitu
persona. Persona adalah cara individu secara sadar menampakkan diri keluar.
185
Cara menunjukkan diri kepada sesama manusia, seperti dalam sikap, tingkah laku,
dan perbuatan. Persona dapat sesuai dengan keadaan pribadi yang sebenarnya atau
dengan menyembunyikan kelemahan.
Persona dalam diri tokoh utama “Aku” secara sadar dapat sesuai dengan
kepribadiannya yaitu seorang penulis. Cara tokoh utama “Aku” menunjukkan diri
kepada masyarakat dengan mengutarakan segala pembelaannya tentang wanita
Mesir kepada khalayak umum. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut ini.
فإىن من أشد الكتاب عناية بشئوهنا . إىن ال أترك مناسبة دون أن أمسعها آرائى فيها (.۱۹۴۰:۱۰۲احلكيم، )
Inni> la> atruku muna>sibatan du>na an asma‘aha> a>ra>’i> fi>ha>. Fa inni> man asyaddul-kutta>bu ‘ina>yatan bi syu’u>niha> (al-Chaki>m, 1940:102).
“Aku takkan meninggalkan setiap kesempatan tanpa
mengutarakan pendapatku padanya, karena Aku adalah salah
satu penulis yang paling keras menjaga kepentingannya” (al-
Chaki>m, 1940:102).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama “Aku” dapat
menyesuaikan diri ke dunia luar dengan baik yaitu sebagai penulis yang paling
menjaga kepentingan wanita Mesir. Secara sadar, persona dalam diri Aku dapat
lancar dipergunakan.
Kutipan lain menyebutkan bahwa Aku bisa berbincang-bincang dengan
seorang salah satu wanita tamu undangan. Aku belum mengenal sebelumnya.
Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut ini.
.إىن أراك اآلن مثال قد بدأت خترج حديثا شيقا -
احلكيم، )ألنك عرفت كيف توخزين موضعاً من ادلواضع الىت يعنيىن الكالم فيها +۱۹۴۰:۱۲۹.)
186
- Inni> ara>kal-a>na matsalan qad bada’ta takhruju chadi>tsan syayyiqan.
+ Li annaka ‘araftu kaifa tuwakhkhizi>na maudhi‘an minal-mawa>dhi‘i ’l-lati> yu‘anni>nil-kala>mu fi>ha> (al-Chaki>m, 1940:129).
- “Aku lihat kau sekarang misalnya, telah memulai pembicaraan
yang menarik”.
+ “Karena kamu tahu bagaimana cara memasukkan perkataan
yang Aku perhatikan” (al-Chaki>m, 1940:129).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan secara alam sadar persona dalam
diri Aku bekerja dengan baik. Aku berkepribadian introvert tetapi dapat
berbincang-bincang dengan seseorang yang baru dikenalnya. Hal tersebut didasari
karena wanita yang di undang dapat memancing dan memasukkan kata-kata,
sehingga Aku merasa nyaman untuk berbincang-bincang.
2. Dimensi Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran,
yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Berikut deskripsi
dimensi ketidaksadaran kepribadian tokoh utama “Aku” dalam novel CaC karya
Taufi>q al-Chaki>m.
a. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman yang disadari tetapi
kemudian ditekan, dilupakan, diabaikan serta pengalaman yang terlalu lemah
untuk menciptakan kesan sadar pada pribadi seseorang. Ketidaksadaran pribadi
berisi hal yang teramati, terpikirkan, dan terasakan di bawah ambang kesadaran.
Hal tersebut terlihat pada saat Aku harus mengikuti saran sutradara untuk
ikut serta ke tempat pengambilan gambar yaitu desa kecil di al-Badrasyi>n.
187
Sebutan desa membuat Aku risih ketika pernah tinggal beberapa tahun lalu.
Pengalaman yang disadari adalah tentang bayangan pedesaan yang menyakitkan
yaitu pemandangan kehidupan petani yang jorok. Alasan tersebut membuat Aku
ingin melupakan segala sesuatu yang bersangkutan dengan pedesaan meskipun di
dalam pedesaan terdapat kemuliaan para petani desa. Hal tersebut terlihat dalam
kutipan berikut.
. فإن ذكر الريف وادلبيت ىف الريف يزعجىن منذ أن قضيت فيو أعواما ال تنسى من حياتىولئن كنت قد أحببت كثرياً روح الريف . ان الصور الىت أمحلها حلياة الريف مؤدلة أشد األمل
فإىن كرىت وأكره مظاىر الريف القبيحة وحياة . الصيئة ونفس الفالح السمحة الكردية (.۱۹۴۰:۴۶احلكيم، )الفالحني القذرة
Fa inna> dzakara ’r-ri>fu wal-mabi>tu fi ’r-ri>fi yuz‘ijuni> mundzu an qadha’itu fi>hi a‘wa>man la> tansa> min chaya>ti>. Inna ’sh-shuwara ’l-lati> achmiluha li chaya>ti ’r-ri>fi mu’allimatan asyaddul-alami. Wa la’in kunta qad achbabtu katsi>ran ru>chu ’r-ri>fil-bari>’ati wa nafsul-Falla>chi ’s-samchatil-kari>mah. Fa inni> karahtu wa akrahu mazha>hiru ’r-ri>fil-qabi>chati wa chaya>tul-Falla>chi>nal-qudzrah (al-Chaki>m, 1940:46).
“Sebutan desa dan hidup di sana membuatku risih semenjak Aku
tinggal di sana beberapa tahun lalu. Tak pernah akan terlupakan
dalam sejarah hidupku. Sesungguhnya bayangan pedesaan yang
Aku bawa sangatlah menyakitkan, meskipun dulu Aku
menyukai kejiwaan pedesaan yang tulus dan ruh petani yang
mulia. Tetapi Aku membenci pemandangan pedesaan yang
buruk dan kehidupan petani yang jorok” (al-Chaki>m, 1940:46).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan ketidaksadaran pribadi Aku yang
berasal dari pengalamannya tinggal di pedesaan. Ide, perasaan, dan ingatan yang
beruhubungan dengan pedesaan ditarik ke inti dan membentuk suatu kompleks.
Dengan begitu, pikiran, perasaan, dan perbuatannya dituntun oleh konsepsi
tentang kehidupan pedesaan yang jorok. Segala sesuatu yang dikatakan meskipun
188
tanpa penjelasan, Aku berkonsepsi bahwa pedesaan adalah sesuatu yang
menyakitkan bagi dirinya.
b. Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia
selama pertumbuhan jiwa melalui generasi terdahulu. Suatu endapan cara khas
manusia mereaksi sejak zaman dahulu dalam situasi ketakutan, bahaya,
perjuangan, kelahiran, kematian, dan sebagainya. Ketidaksadaran kolektif adalah
gudang bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang.
Hal tersebut terlihat ketika Aku bercerita kepada sutradara tentang Mesir
di tangan Aristokrat asing seperti Mongol atau Turki Utsmani. Mereka
menganggap petani Mesir sebagai hamba sahaya dari tanah kotor. Mereka tidak
memberikan peluang para petani laki-laki untuk masuk tentara atau mengikuti
pesta atau pertemuan. Wanita dari istri para lelaki yang kebanyakan dari selir-selir
berkulit putih, pekerjaannya hanya memuaskan nafsu tuannya. Hal tersebut
terlihat dalam kutipan berikut.
فما كان يسمح لو . السيد الرتكى العثماىن فكان يعتص الفالح ادلصرى من طينة قذرةأما عمل ادلرأة . بشرف اجلندية وال الفروسية وال بشرف ادلصاحبة ىف حفل أو اجتماع
فال شيء إال متعة سيدىا . وىى ىف أكثر األحيان من اجلوارى البيض. زوجة ىذا ادلوىل (.۱۹۴۰:۸٧احلكيم، )
a’s-Sayyidu ’t-Turkil-‘Utsma>ni> fa ka>na ya‘tabirul-Falla>chul-Mishra> min thi>natin qudzratin. Fa ma> ka>na yasmachu lahu bi syarafil-jindiyati wa lal-furu>siyati wa la> bi syarafil-musha>chabati fi> chafli au ijtima>‘in. Amma> ‘amalul-mar’atu zaujatun ha>dzal-maula>. Wa hiya fi> aktsaril-achya>ni minal-jiwa>ril-bi>dha. Fa la> syai’un illa> mut‘atan sayyidiha> (al-Chaki>m, 1940:87).
189
“Turki Utsmani menganggap petani Mesir dari tanah kotor.
Mereka takkan pernah memberikan peluang untuk masuk tentara
atau mengikuti pesta dan pertemuan. Adapun pekerjaan wanita,
istri para lelaki, yang kebanyakan adalah dari selir-selir berkulit
putih, tak ada pekerjaan lain kecuali memuaskan nafsu tuannya”
(al-Chaki>m, 1940:87).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa ketidaksadaran kolektif
merupakan sisa psikis manusia yang menumpuk akibat dari pengalaman yang
berulang selama banyak generasi. Keadaan Mesir belum berubah meskipun telah
berada pada zaman Demokrasi. Dikarenakan seorang raja mewarisi tabiat Tuan
Ustmani terdahulu. Berakibat para wanita tetap dalam belenggu keharaman.
Ketidaksadaran kolektif yang berhubungan dengan pengalaman generasi
masa lampau menjadikan Aku bereaksi terhadap dunia secara selektif.
Pengalaman Aku tentang dunia dipengaruhi ketidaksadaran kolektif meskipun
tidak sepenuhnya. Aku tidak pernah meninggalkan kesempatan untuk
mengutarakan pendapat tentang wanita Mesir. Hal itu disadari Aku adalah seorang
penulis yang paling keras menjaga kepentingannya. Sebagaimana yang tercantum
dalam kutipan berikut ini.
ىف . فإىن من أشد الكتاب عناية بشئوهنا. إىن ال أترك مناسبة دون أن أمسعها آرائى فيهااحلكيم، ) ىى أهنا قديرة على التطور السريع الصامت: ادلصرية فضيلة كصى
۱۹۴۰:۱۰۲.)
Inni> la> atruku muna>sibatan du>na an asma‘aha> a>ra>’i> fi>ha>. Fa inni> man asyaddul-kutta>bu ‘ina>yatan bi syu’u>niha>. Fil-Mishriyyati fadhi>latun kubra>: Hiya> annaha> qadi>ratun ‘ala ’t-tathawwuri ’s-sari>‘i ’sh-sha>miti (al-Chaki>m, 1940:102).
“Aku takkan meninggalkan setiap kesempatan tanpa
mengutarakan pendapatku padanya, karena Aku adalah salah
satu penulis yang paling keras menjaga kepentingannya.
Sesungguhnya dalam diri wanita Mesir ada keutamaan besar,
190
yaitu mampu berkembang cepat dalam kesenyapan” (al-Chaki>m,
1940:102).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan ketidaksadaran kolektif
merupakan bekas ingatan laten yang diwariskan dari leluhur masa lampau yaitu
wanita Mesir dalam belenggu keharaman. Hal tersebut mempengaruhi kepribadian
Aku. Ketidaksadaran kepribadian Aku menjadikan Aku selalu berusaha untuk
membela dan menjaga kepentingan para wanita Mesir. Mengutarakan secara
terang-terangan segala pendapat dan pemikiran melalui tulisan-tulisan yang keras.
Bertujuan agar wanita Mesir memandang kembali segala kebaikan ketika
melangkah luas dengan meninggalkan tabiat terdahulu.
Selain itu, Aku berkeinginan revolusi besar-besaran kebangkitan wanita
Mesir untuk meninggalkan belenggu haram, segala bekas selir, dan sampai pada
tingkatan “nyonya”. Sebutan “nyonya” yaitu seorang wanita yang telah mengalir
darah kebebasan dan kepemimpinan. Wanita atau “nyonya” tersebut dapat
merasakan bahwa dirinya sedang menjaga atau melindungi manusia.
Beberapa bentuk khusus dari isi ketidaksadaran adalah bayang-bayang,
proyeksi atau imago, animus dan anima. Bayang-bayang adalah segi lain dari
kepribadian yaitu kekurangan yang tidak disadari. Hal tersebut terlihat ketika Aku
mengetahui jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan. Satu hal yang
membuat Aku terkesima adalah pada pasal terakhir. Disebutkan bahwa
perusahaan akan segera membayar uang muka setelah penandatanganan kontrak.
Selain itu, dalam persyaratan disebutkan bahwa pengumuman nama Aku di atas
papan perak dengan huruf yang sama besar dengan nama sutradara. Aku
191
merasakan kuatnya penaruh harta dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut
terlihat dalam kutipan berikut.
وأدركت أن ادلال قدير أحياناً على تقرير مصري األشياء . وعندئذ شعرت بسلطان ادلال (.۱۹۴۰:۳۶احلكيم، )حىت ىف مسائل األدب
Wa ‘inda’idzin sya‘artu bi sultha>nil-ma>li. Wa adraktu annal-ma>la qadi>run achya>nan ‘ala> taqri>ri mashi>rul-asyya>’i chatta> fi> masa>’ilil-adabi (al-Chaki>m, 1940:36).
“Aku mulai merasakan betapa kuatnya pengaruh harta, dan Aku
mengetahu bahwa harta terkadang mampu menentukan
pengambilan suatu keputusan, bahkan dalam permasalahan
sastra” (al-Chaki>m, 1940:36).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa secara tidak sadar Aku
memiliki kepribadian yang mudah tergiur atau terpengaruh dengan harta dunia.
Bayang-bayang pada kepribadian Aku terbentuk dari fungsi dan sikap jiwa
inferior karena pertimbangan moral yang dimasukkan ke dalam ketidaksadaran.
Pada dasarnya manusia atau seniman pasti memerlukan harta untuk hidup, selain
itu juga untuk menghasilkan suatu karya. Sesungguhnya bayang-bayang dari
ketidaksadaran mengandung insting hewani yaitu kecenderungan kuat untuk
menjadi tidak bermoral, agresif, dan penuh hasrat. Terkadang hal tersebut
menjadikan manusia mengambil cara-cara menghanyutkan untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan.
Proyeksi atau imago adalah menempatkan isi batin sendiri pada objek lain
di luar dirinya secara tidak sadar. Terlihat ketika Aku telah membeli seekor
keledai yang indah. Kemudian Aku memberi nama anak keledai tersebut dengan
nama “Filsuf”. Aku berpikir bahwa cara anak keledai berjalan mirip dengan Aku,
192
serta pandangannya yang kering terhadap dunia. Hal tersebut terlihat dalam
kutipan berikut.
إن مشيىت كمشيتو أحيانا، ونظراتى أحيانا كنظراتو اجلامدة ادلشرفة على عامل ساكن صاف احلكيم، )جمهول، قد أغلقت دون اآلدميني أبوابو السبعة ادلختومة بسبعة أختام
۱۹۴۰:۱۸.)
Inna masyaiti> kamasyaituhu achya>nan, wa’n-zhura>ti> achya>nan kanazhra>tihil-ja>midatil-masyrufati ‘ala> ‘a>lamin sa>kinin sha>fin majhu>lin, qad ughliqat du>nal-a>damiyyi>na abwa>bahu ’s-sab‘atil-makhtu>mati bi sab‘ati akhta>min (al-Chaki>m, 1940:18).
“Cara jalanku terkadang sepertinya, pandanganku juga
terkadang seperti pandangannya yang kering terhadap dunia
yang tenang dan aneh, dan pandangan itu yang menghalangi
manusia dari ketujuh pintu yang dicap itu” (al-Chaki>m,
1940:18).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa secara tidak sadar Aku
telah menempatkan dirinya pada obyek lain yaitu seekor anak keledai. Kemiripan
keduanya yaitu dari cara berjalan dan pandangan terhadap dunia. Pandangan yang
menjadikan penghalang manusia menuju pintu surga.
Bentuk khusus isi ketidaksadaran yang lain adalah anima dan animus. Hal
terpenting yang terjadi pada orang dewasa. Animus bagi seorang perempuan dan
anima terjadi pada laki-laki yaitu sifat atau kualitas jenis kelamin yang terdapat
dalam ketidaksadaran manusia. Pada dasarnya, setiap manusia mempunyai sifat
yang terdapat pada jenis kelamin lawannya. Seorang laki-laki ketidaksadarannya
adalah perempuan. Sebaliknya, seorang perempuan ketidaksadaran adalah laki-
laki.
Aku merupakan seseorang berjenis kelamin laki-laki. Biasanya sifat dalam
diri laki-laki adalah kemandirian, agresif, kompetisi, dan petualangan. Tidak
193
dipungkiri, Aku memiliki komponen feminim psikhe pria yang dihasilkan oleh
pengalaman yang Aku miliki terhadap wanita. Meliputi kehalusan budi,
sentimentalitas, dan kepedulian. Sebuah gambaran kolektif yang diwariskan
tentang wanita hadir di bawah sadar pria, sehingga menjadikan pria dapat
memahami sifat wanita. Hal tersebut terlihat ketika Aku menunjukkan kepedulian
kepada wanita Mesir. Bertujuan para wanita dapat keluar dari belenggu selir Turki
Utsmani. Sebagaimana tercantum dalam kutipan berikut ini.
: فما علينا إال أن ننبهها إىل خلع ىذه الثياب شيئا فشيئاً لتبدو حقيقتها األوىل اجمليدة . تلك الىت كانت حتسن إدارة البيت وادلملكة وتعىن بأمر الفنون، وتضع أسس احلضارة
احلكيم، )سأتكلم دائماً ىذا الكالم ولن أكف عنو، وإن تعرضت للسخط العام ۱۹۴۰:۱۰۲-۱۰۳.)
Fama> ‘alaina> illa> an nanbihaha> ila> khal‘in ha>dzihi ’ts-tsiya>bu syai’an fa syai’an li tabdu> chaqi>qatahal-’u>lal-mujayyidah : tilka ’l-lati> ka>nat tachsunu ida>ratal-baiti wal-mamlakati wa tu‘anni> bi amril-funnu>ni, wa tadha‘u asasul-chadha>rah. Sa-atakallamu da>’iman ha>dzal-kala>mu wa lan akuffa ‘anhu, wa in ta‘arradhtu li’s-sukhthil-‘a>mi (al-Chaki>m, 1940:102-103).
“Kewajiban kita adalah mengingatkannya untuk menanggalkan
pakaian ini sedikit demi sedikit, agar tampak hakikat kebesaran
terdahulu, yaitu mampu mengatur rumah, kerajaan,
memperbaiki kesenian, dan meletakkan dasar-dasar peradaban.
Aku akan selalu berbicara seperti itu dan takkan berhenti,
walaupun dirintangi oleh kebencian umum” (al-Chaki>m,
1940:102-103).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa kepedulian Aku terhadap
wanita Mesir adalah bagian dari ketidaksadaran yang dimiliki oleh seorang pria
atau disebut dengan anima. Pengalaman kolektif Aku berinteraksi dengan wanita
sehingga membentuk gambaran wanita yang komplek dan ideal disepanjang
hidupnya.
194
B. Dinamika Kepribadian
Struktur kepribadian bersifat dinamis dalam gerak yang terus dan mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan. Dinamika kepribadian disebabkan oleh energi
psikis yaitu libido. Libido adalah intensitas kejadian psikis yang dapat diketahui
lewat peristiwa psikis. Kepribadian adalah suatu sistem energi yang tertutup
karena kepribadian mempunyai prinsip mengatur diri sendiri atas dasar hukum
tertentu.
Hal tersebut terlihat ketika Aku mendapat tawaran kerjasama dengan
perusahaan film Perancis. Aku menolak karena musim pekerjaan telah selesai.
Aku mengatakan kepada sutradara bahwa Aku siap memberikan kabar tentang
desa disaat waktu yang memungkinkan untuk bertemu. Aku tidak menyukai
perlakuan mengikat kontrak dalam jangka waktu tertentu. Sebagaimana terlihat
dalam kutipan berikut.
فلقد عرضت عليو استعدادى إلحاطتو بكل ما ينفعو من أخبار الريف على أن يكون أما أن أرتبط بعمل . ذلك أثناء حمادثات كمحادثاتنا تلك، كلما سنحت لنا فرصة اللقاء
(.۱۹۴۰:۳۳احلكيم، )أسأل عنو ىف ذلك الوقت فهو موقف ال أحب
Fa laqad ‘aradhtu ‘alaihi isti‘da>dil-icha>thatihi bi kulli ma> yanfa‘uhu min akhba>ri ’r-ri>fi ‘ala> an yaku>na dza>lika atsna>’a mucha>datsa>tin kamucha>datsa>tina> tilka, kullama> sanachtu lana> furshata ’l-liqa>’i. amma> an artabitha bi ‘amalin as’alu ‘anhu fi> dza>likal-waqti fa huwa mauqifun la> uchibbu (al-Chaki>m, 1940:33).
“Aku telah mengatakan padanya bahwa Aku siap untuk
memberitahukan segala kabar tentang pedesaan, asalkan hal itu
dilakukan pada waktu yang memungkinkan kami untuk
bertemu. Tapi dengan cara mengikat kontrak kerja yang ditanyai
pada waktu tertentu, itulah perlakuan yang Aku tidak suka” (al-
Chaki>m, 1940:33).
195
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Aku tidak menyukai
kontrak kerjasama karena dapat mengikat dirinya dengan pekerjaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Aku memiliki kepribadian untuk mengatur dirinya sendiri,
tanpa campur tangan orang lain dalam mengambil keputusan.
Kepribadian bersifat tertutup tetapi sistem tertutup tersebut tidak sempurna
sehingga sistem luar dapat masuk. Terlihat ketika Aku membaca perjanjian
kerjasama dari sutradara. Suatu hal yang membuat Aku berpikir adalah pada pasal
terakhir. Perusahaan akan membayar uang muka pada saat penandatanganan
kontrak. Aku berkata bahwa hanya dengan satu cara untuk mendapatkan dua ratus
Pound yaitu dengan membubuhkan tanda tangan di surat perjanjian. Sebagaimana
yang tercantum dalam kutipan berikut ini.
وفيو تعجل الشركة بقسط وافر . على أن الذى دعاىن إىل التفكري قليال ىو البند األخريىنا فقط بدأت انطر إىل األمر كلو بعني اجلد حمدثاً . من ادلبلغ يدفع عند توقيع العقد
((ليس بيىن وبني أن أقبض مائتني من اجلنيهات إال أن أضع إمضائى ىا ىنا )): نفسى (.۱۹۴۰:۳۶احلكيم، )
‘ala> anna ’l-ladzi> da‘a>ni> ila ’t-tafki>ri qali>lan huwal-bundul-akhi>ru. Wa fi>hi ta‘ajjala ’sy-syirkatu bi qisthi wa>firun minal-mublaghi yadfa‘u ‘inda tauqi>‘ul-‘aqdi. Huna> faqad bada’tu unzhur ilal-amri kullahu bi ‘ainil-jiddi muchdatsan nafsi> : ((laisa baini> wa baina an uqbadha mi>’ataini minal-jani>ha>ti illa> an adha‘a imdha>’i> ha> huna>)) (al-Chaki>m, 1940:36).
“Suatu hal yang membuatku berpikir sedikit adalah pasal
terakhir. Di sana disebutkan bahwa perusahaan akan segera
membayar uang muka yang jumlahnya agak banyak pada saat
penandatanganan kontrak. Di sini Aku mulai memperhatikan
permasalahan secara keseluruhan dengan sungguh-sungguh,
seraya berkata dalam hati, “Hanya satu cara untuk mendapatkan
dua ratus Pound, yaitu dengan membubuhkan tanda tanganku di
sini” (al-Chaki>m, 1940:36).
196
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Aku menerima kontrak
kerja lantaran pasal-pasal yang tertera dalam surat perjanjian. Hal tersebut
membuktikan bahwa sistem luar dapat masuk sehingga mempengaruhi
kepribadian Aku. Kenyataan bahwa kepribadian adalah sistem yang dapat
dipengaruhi atau dimodifikasi oleh sumber dari luar. Menunjukkan bahwa
kepribadian tidak pernah mencapai stabilitas yang sempurna, melainkan hanya
stabilitas nisbi atau sementara.
Hukum pokok yang terdapat dalam sistem kepribadian adalah hukum
kebalikan atau lebih tepatnya hukum pasangan berlawanan. Aku tidak
membayangkan pekerjaan apa yang akan Aku lakukan pada waktu itu. Selain itu
juga tidak memikirkan Aku dapat menuntaskan atau tidak. Sesuatu yang Aku
rasakan pada saat itu adalah perasaan takjub, senang, dan puas dengan
penghargaan yang akan Aku dapatkan dari perusahaan film Perancis.
Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut ini.
دون أن خيطر على باىل وقتئذ ذلك . جعلىن ابتسامة خيالطها شىء من العجب والرضاالعمل الذى طلب إىلَّ أداؤه، ودون أن أفكر ىف قدرتى على إدتامو ىف ذلك الزمن احملدد
(.۱۹۴۰:۳٧احلكيم، )
Ja‘alani> ibtisa>matan yukha>lithuha> syai’un minal-‘ajabi wa’r-ridha>. Du>na an yakhthura ‘ala> ba>li> waqta’idzin dza>likal-‘amalu ’l-ladzi> thalaba ilayya ada>’ahu, wa du>na an ufakkira fi> qadrati> ‘ala> itma>mihi fi> dza>lika ’z-zamanil-muchaddadi (al-Chaki>m, 1940:37).
“Perihal yang membuatku tersenyum bercampur dengan
perasaan takjub dan puas. Tanpa terbayang olehku pekerjaan apa
yang akan Aku lakukan pada waktu itu, juga tanpa memikirkan
apakah Aku mampu menuntaskannya dalam jangka waktu yang
terbatas” (al-Chaki>m, 1940:37).
197
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa ketika Aku merasakan
kesenangan dan kepuasan dalam dirinya membuat Aku tidak memikirkan dampak
dari keputusannya. Hukum pokok dalam kepribadian adalah hukum berkebalikan
atau hukum berlawanan pasangan. Hal tersebut yang mendasari ketika perasaan
menonjol maka pikiran akan menurun.
Dinamika kepribadian terdapat dua prinsip pokok, yaitu prinsip ekuivalens
dan entropi. Prinsip ekuivalens dalam kepribadian bahwa apabila sesuatu nilai
menurun atau hilang, maka jumlah energi yang di dukung oleh nilai tidak hilang
dari kepribadian tetapi akan muncul dalam nilai baru. Hal tersebut terlihat ketika
Aku telah sampai di desa al-Badrasyi>n. Penilaian Aku terhadap para petani yang
merupakan sesama manusia telah menurun. Pedesaan kumuh tanpa ada faedah
yang bisa diharapkan serta para petani miskin yang kumuh serta jorok.
Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut ini.
وأشرقت علينا فتيات الريف وحسانو من فوق األسطح وقد . يتبعنا الصبية ادلرضىوال فائدة ترجى منو . إنو الريف القذر الذى أعرفو دائماً . تلطخت أكفهن بروث البهائم
(.۱۹۴۰:۵۸احلكيم، )
yattabi‘una ’sh-shabiyyatul-mardha>. Wa asyraqtu ‘alaina fataya>tu ’r-ri>fi wa chisa>nuhu min fauqil-asthachi wa qad talaththakhtu akfahunna bi ru>tsil-baha>’imi. Innahu ’r-ri>fil-qadzri ’l-ladzi> a‘rafahu da>’iman. Wa la> fa>’idatan turja> minhu (al-Chaki>m, 1940:58).
“Anak-anak kecil berpenyakit dan anjing kurapan mengikuti
kami. Para pemuda-pemudi bermunculan menengok kami dari
atas loteng dengan tangan berlumuran kotoran binatang. Itulah
pedesaan kumuh yang selalu Aku ketahui. Tidak ada faedah
yang dapat diharapkan darinya” (al-Chaki>m, 1940:58).
Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan kepribadian Aku menilai
sesama manusia telah mengalami penurunan. Di sisi lain, nilai tersebut tidak
198
hilang tetapi muncul dalam nilai baru. Terlihat ketika Aku sangat menyukai
keindahan seekor anak keledai. Penilaian Aku terhadap binatang mengalahkan
penilaiannya kepada manusia. Aku menggambarkan anak keledai, Filsuf,
memiliki sifat bagus, bijakasana, dan zuhud. Sebagaimana yang tercantum dalam
kutipan berikut ini.
(.۱۹۴۰:۱۴۵احلكيم، )لقد كان مجيال زاىداً حكيما . منظره ورزانتو وصيامو
Manzhiruhu wa raza>natuhu wa shiya>muhu. Laqad ka>na jami>lan
za>hidan chaki>man (al-Chaki>m, 1940:145).
“Bayangan bentuknya, kepiawaiannya, puasanya. Dia dahulu
bagus, zuhud, dan bijaksana” (al-Chaki>m, 1940:145).
Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan ketika penilaian Aku kepada
manusia menurun tergantikan dengan penilaian yang baru yaitu tentang anak
keledai “Filsuf”. Pada dasarnya manusia adalah sebaik-baiknya makhluk yang
diciptakan dengan berakal. Seharusnya manusia mendapatkan penilaian yang
lebih utama dan baik daripada sekor anak keledai. Alasan Aku adalah terkadang
dalam diri binatang memiliki sifat kemanusiaan yang melebihi manusia itu
sendiri. Sebagian binatang mencintai kedamaian, kekeluargaan, dan kenyamanan.
Hanya manusia yang memandang bahwa penindasan terhadap sesama manusia
adalah kejayaan dan kebanggaan.
Prinsip kedua adalah entropi. Prinsip entropi adalah apabila ada dua nilai
(intensitas energi) tidak sama kekuatannya, maka energi dapat mengalir dari yang
199
lebih kuat ke yang lebih lemah sampai keduanya seimbang. Aspek yang lemah
akan berusaha memperbaiki statusnya dengan menggunakan aspek yang lebih
kuat (pasangan lawannya). Terlihat ketika sutradara kecewa dengan sikap Aku
menolak ikut serta ke desa al-Badrasyi>n dan terus memohon kepada Aku untuk
membantu dalam pekerjaan. Bukan karena perjanjian yang telah disepakati tetapi
karena persahabatan yang mulai terjalin. Ucapan sutradara menyentuh perasaan
Aku. Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut ini.
ال لالتفاق الذى يربطىن هبم، بل للفن، . وطلب إىّل أن أعينو ىف عملو بقدر ما أستطيع (.۱۹۴۰:۴٧احلكيم، )فأثر قولو ىف نفسى . وللصداقة الىت بدأ حيسها حنوى
Wa thalaba ilayya an u‘ayyinahu fi> ‘amalihi bi qadri ma> astathi>‘u. La> lil-ittifa>qi ’l-ladzi> yarbithuni> bihim, bal lil-fanni, wa li’sh-shada>qati ’l-lati> bada’a yachussuha> nachwa>. Fa atsara qaulahu fi> nafsi> (al-Chaki>m, 1940:47).
“Dia memohon padaku agar Aku dapat membantu dalam
pekerjaan sekuat mungkin. Bukan karena pekerjaan yang telah
mengikatku dengan mereka, tapi demi kesenian dan
persahabatan yang mulai terjalin antara kami” (al-Chaki>m,
1940:47).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa perasaan Aku lebih kuat
daripada pemikirannya. Aku menolak ikut serta ke desa al-Badrasyi>n karena
pemikiran Aku tentang desa yang tidak berfaedah. Ucapan sutradara yang
menyentuh perasaan Aku melemahkan pikirannya. Hal tersebut membuktikan
bahwa aspek yang lemah yaitu pikirannya memperbaiki status Aku dengan aspek
perasaannya. Keseimbangan kedua aspek menghasilkan persahabatan yang mulai
terjalin dengan sutradara, dan Aku merasa untuk pertama kalinya menyukai
persahabatan tersebut.
200
Gerak energi dalam kepribadian mempunyai arah. Gerakan tersebut
dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerak progresif dan gerak regresif. Setiap
individu membutuhkan progresif dan regresif. Progresif terjadi atas dasar
keharusan individu menyesuaikan diri terhadap dunia luar. Adapun regresif terjadi
atas dasar kesadaran individu menyesuaikan diri ke dalam diri sendiri.
Hal tersebut terliat ketika Aku mengatakan kepada sutradara bahwa Aku
tidak dapat membuat dialog seorang wanita Mesir kepada kekasihnya. Aku
kesulitan mengkhayalkannya. Tidak ada sejarah dalam hidup Aku sebelumnya
yang dapat membantu untuk mengungkapkan. Sebagaimana yang tercantum
dalam kutipan berikut ini.
من العسري . إىن باعتبارى روائياً ال أستطيع أن أتصور حواراً رائعاً بني مصرية ورجل حتبو (.۱۰۰-۱۹۴۰:۹۹احلكيم، )أن أختيل شيئاً مجيال يقال بني ىذين احملبني
Inni> bi‘tiba>ri> rawa>’iyan la> astathi>‘u an atashawwara chiwa>ran ra>’i‘an baina Mishriyyatin wa rajulun tuchibbuhu. Minal-‘asi>ri an atakhayyala syai’an jami>lan yuqa>lu baina ha>dzainil-muchibbi>na (al-Chaki>m, 1940:99-100).
“Sesungguhnya Aku yang kapasitasku adalah seorang periwayat
tak mampu membuat dialog antara seorang wanita Mesir kepada
seseorang yang dicintainya. Sangat sulit Aku mengkhayalkan
sesuatu yang indah yang terlintas di antara mereka berdua” (al-
Chaki>m, 1940:99-100).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa secara progresif adalah
penyusaian Aku dengan dunia luar yaitu Aku tidak mengetahui cara
mengungkapkan cinta dua orang yang menjalin kasih. Adapun secara regresif
adalah penyesuaian diri ke dalam diri sendiri terlihat bahwa Aku tidak dapat
mengkhayalkan ungkapan cinta seorang wanita Mesir kepada seseorang yang
dicintainya. Selain itu, tidak ada sesuatu yang terpikirkan tentang cinta.
201
Sifat pokok proses energi selain arah adalah nilai intensitasnya. Bentuk
khusus dalam jiwa berupa gambaran. Gambaran dalam konteks yang satu
merupakan pemegang peran utama. Adapun konteks yang lain memegang peran
yang tidak penting. Kompensasi dapat terjadi pada pasangan berlawanan yang
ditunjukkan dalam fungsi jiwa dan sikap jiwa. Orang yang ektravers
ketidaksadarannya adalah intravers. Sebaliknya, kepribadian Aku adalah seorang
yang intravers sehingga ketidaksadarannya adalah ekstravers. Sebagaimana yang
tercantum dalam kutipan berikut ini.
أنا أعيش منفرداً بال أصدقاء ال أرى أحداً إال دلاماً، للتحدث قليال ىف شئون األدب أو أما أكثر أيامى فأنا . تقضى الضرورة أن ألقاىم. أناس من أىل مهنتهى. الفكر أو الفن
(.۱۹۴۰:۱۳۲احلكيم، )بعيد عن اجملتمع
Ana> a‘i>syu munfaridan bi la> ashdiqa>’in la> ara> achadan illa> luma>man, li’t-tachaddutsi qali>lan fi> syu’u>nil-adabi awil-fikri awil-fanni. Una>sun min ahli mihnatihi>. Taqdha ’dh-dharu>ratu an alqa>hum. Amma> aktsaru ayya>mi> fa ana> ba‘i>dun ‘anil-mujtami‘i (al-Chaki>m, 1940:132).
“Aku orang yang tinggal sendirian dalam masyarakat tanpa
teman. Aku tak melihat orang kecuali berkepentingan untuk
berbincang-bincang sedikit perihal sastra, pemikiran, atau
kesenian, yaitu orang-orang yang seprofesi denganku. Dengan
terpaksa Aku berjumpa dengan mereka. Adapun sisa
kehidupanku adalah jauh dari masyarakat” (al-Chaki>m,
1940:132).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa pertentangan atau
perlawanan terjadi antara berbagai aspek dalam kepribadian. Gambaran dalam
kepribadian Aku sebagai peran utama adalah kepribadian intravers. Sedangkan
kepribadian ektrovers adalah peran yang tidak penting. Pasangan kepribadian
yang berlawanan dan berhubungan menyebabkan kepribadian selalu dinamis dan
kepribadian Aku mengarah pada dinamis yang positif.
202
C. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh dua hal, yaitu kausalitas dan
teleologi. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas), serta
tidak juga ditentukan masa depan atau masa datang (teleologi), tetapi keduanya.
Kehidupan psikis harus berdimensi ganda. Pada satu sisi membuat gambaran yang
terjadi di masa lampau, pada sisi lain menggambarkan yang akan terjadi di masa
datang selama orang menciptakan masa depannya.
Gambaran masa lampau Aku bahwa sejak kecil selalu menjauhi segala
kemegahan dunia menuju sebuah cermin. Aku sering berlama-lama
memperhatikan diri sampai berlalu kehidupan. Perhatian orang yang sedang
mencari dalam kebingungan. Berharap terhadap perkembangan untuk dirinya.
Aku merupakan orang yang menerobos penjuru diri sendiri. Orang-orang
berselisih pendapat tentang Aku. Sebagian orang menganggap Aku sederhana,
tapi menurut orang lain Aku seorang yang mahir dan cerdik.
Sedangkan gambaran yang akan terjadi di masa datang selama orang
menciptakan masa depannya. Hal tersebut terlihat dalam diri Aku yang
mengalami ketidakjelasan dalam mengarungi kehidupan. Penilaian orang lain
tentang diri Aku mempengaruhi kepribadian dan Aku senantiasa mencari.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kausalitas yang terjadi dalam diri Aku
dengan mencari jati diri dan berlangsung hingga dewasa. Masa depan atau
teleologi kepribadian Aku tetap mengalami kegamangan akan dirinya. Berakibat
menjadikan Aku sebagai orang yang berkepribadian introvert. Menjauhi
203
bersosialisasi dengan masyarakat. Aku menyadari tidak memiliki sifat yang dapat
menarik perhatian orang lain atau meladeni orang lain ketika ingin bersahabat.
Sesungguhnya kepribadian mempunyai kecenderungan untuk berkembang
ke arah suatu kebulatan yang stabil. Perkembangan kepribadian adalah kebulatan
asli yang semula tidak punya diferensiasi dan tujuan sehingga memiliki tujuan
perkembangan. Aku memiliki pemikiran yang kuat meskipun perasaan dirinya
mengalami kegamangan dalam menjalani kehidupan. Semua hasil pemikiran Aku
tuangkan dalam bentuk tulisan karya buku. Hal tersebut mengantarkan Aku
menjadi seorang penulis. Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut ini.
الكاتب احلقيقى ىو أيضا ذلك الذى خيضع كل شىء دلشيئتو، ىو الذى جيمع الصور وادلشاىدات وادلالحظات والتجاريب الشخصية وحوادث اجملتمع وأخبار التاريخ وأساطري األقدمني، ويستخلص من كل ىذا أو من بعضو عناصر وأجزاء يؤلف من بينها عمال فنياً
(.۱۹۴۰:۱۳٧احلكيم، )واحداً قائماً بذاتو
Al-Ka>tibul-chaqi>qi> huwa aidhan dza>lika ’l-ladzi> yakhdha‘u kulla syai’in li masyi>’atihi, huwa ’l-ladzi> yajma‘u ’sh-shuwaru wal-musya>hada>tu wal-mula>chazha>tu wa ’t-taja>ri>bu ’sy-syakhshiyyati wa chawa>ditsul-mujtami‘i wa akhba>ru ’t-tari>khi wa asa>thi>rul-aqdami>na, wa yastakhlishu min kulli ha>dza> au min ba‘dhihi ‘ana>shiru wa ajza>’un ya’allifu min bainiha> ‘amalan faniyyan wa>chidan qa>’iman bi dza>tihi (al-Chaki>m, 1940:137).
“Seorang penulis yang sesungguhnya adalah yang menundukkan
segala sesuatu dibawah kehendaknya. Dialah yang
mengunpulkan gambar, pertunjukkan, penelitian, percobaan,
kejadian di masyarakat, berita sejarah, dan legenda para
pendahulu. Dia meramu dari semua atau sebagian, sebuah unsur
kesenian yang berdiri dengan sendirinya” (al-Chaki>m,
1940:137).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa aspek kepribadian Aku
telah mencapai taraf diferensiasi dan berkembang sepenuhnya. Tujuan
perkembangan manusia adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri berarti diferensiasi
204
sempurna dan saling berhubungan yang selaras seluruh aspek kepribadian. Proses
diferensiasi dan berkembang secara penuh disebut proses pembentukan diri atau
proses individuasi. Proses tersebut menjadikan Aku seorang penulis yang cerdik
dan terkenal. Hal tersebut merupakan bagian dari aktualisasi diri Aku.
D. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Proses individuasi ditandai dengan bermacam-macam perjuangan batin
melalui berbagai tahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan kepribadian
adalah sebagai berikut.
1. Tahap pertama
Sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran.
Bertujuan tegangan dalam batin berkurang dan kemampuan untuk mengadakan
orientasi serta penyesuaian diri meningkat.
Aku adalah seseorang yang berkepribadian pemikir-intravers, sehingga
ketidaksadarannya adalah perasa-ektravers. Terlihat ketika sutradara
menginginkan Aku untuk menghadiri jamuan malam bersama keluarga Eropa
yang terlibat dalam proses pembuatan film. Aku menolak karena Aku menyadari
tidak menyukai berkumpul dengan orang banyak. Sutradara bersikeras bahwa
jamuan malam tidak melebihi dua jam. Akhirnya, Aku mengikuti kemauan
sutradara. Sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut ini.
وإنو سيبعث إىل السيارة حتملىن من الفندق . وقال إهنا نزىة لن تستغرق أكثر من ساعتني (.۱۹۴۰:۱۲۶احلكيم، )إىل الغد : مث هنض مستأذناً ىف االنصراف قائال . قبل الثامنة
Wa qa>la innaha> nazhatun lan tastaghraqa aktsaru min sa>‘ataini. Wa innahu sayab‘atsu ilayya ’s-sayya>ratu tachmiluni> minal-
205
funduqi qabla ’ts-tsa>minah. Tsumma nahadha musta’dzanan fil-inshira>fi qa>’ilan : ilal-ghaddi (al-Chaki>m, 1940:126).
“Dia mengatakan bahwa selingan takkan melebihi dua jam, dan
akan ada mobil yang membawaku kembali ke hotel sebelum jam
delapan malam. Kemudian dia bangkit minta izin dan berkata,
“Sampai besok” (al-Chaki>m, 1940:126).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa perasaan Aku
mengalahkan pikirannya. Sedikit rasa tanggung jawab dengan pekerjaan membuat
Aku mengikuti kemauan sutradara untuk menghadiri jamuan malam. Aku
menyadari bahwa Aku tidak menyukai perkumpulan. Kesadaran akan kekurangan
pada diri Aku menjadikan tegangan batin berkurang sehingga kemampuan untuk
mengadakan orientasi serta penyesuain diri dengan dunia luar dapat meningkat.
2. Tahap Kedua
Sadar secara imago. Bertujuan orang akan mampu melihat kelemahan-
kelemahannya sendiri yang diproyeksikan. Aku menyadari bahwa tabiatnya
adalah tidak dapat mendengarkan orang berbicara lebih dari lima menit. Aku
memproyeksikan asal pikir seperti gas yang banyak. Sebagaimana yang tercantum
dalam kutipan berikut ini.
وأنا بطبعى غري قادر على اإلصغاء إىل متكلم أكثر من مخس دقائط، أىيم بعدىا ىف وخييل إىلَّ أن األصل ىف . وديان وأوغل ىف سحب، وأنسى وجودى ووجود من معى
-۱۹۴۰:۳۰احلكيم، )فكرى أنو كالغاز الشائع يقتضيىن دائما اجلهد جلمعو وحصره
۳۱.)
Wa ana> bi thab‘i> ghaira qa>dirin ‘alal-ishgha>’i ila> mutakallima aktsaru min khamsa daqa>’iqin, uhayyimu ba‘duha> fi> wadya>ni wa uwaghghila fi> suchbin,wa ansa> wuju>di> wa wuju>du man ma‘i>. Wa yakhi>lu ilayya annal-ashla fi> fikri> annahu kal-gha>zi ’sy-sya>’i‘i yaqtadhaini> da>’iman al-juhdu li jam‘ihi wa chashrihi (al-Chaki>m, 1940:30-31).
206
“Tabiatku adalah tidak dapat tahan mendengarkan orang
berbicara lebih dari lima menit. Setelah itu Aku melanglang
buana di lembah, melayang di angkasa, kemudian lupa akan
keberadaanku dan orang di sekelilingku. Aku membayangkan
bahwa asal pikiranku adalah bagai gas banyak, yang mana Aku
harus berusaha untuk mengumpulkannya” (al-Chaki>m, 1940:30-
31).
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa Aku sadar dengan
kelemahan yang terdapat dalam diri Aku yaitu asal pikir seperti gas yang mudah
lepas. Hal tersebut disebut sadar secara imago. Aku memproyeksikan pikiran
seperti gas banyak dan harus berusaha untuk mengumpulkan. Jika tidak berusaha
maka pikiran tersebut dapat hilang. Berakibat Aku seperti orang linglung dan
menghalangi Aku untuk bekonsentrasi saat mendengarkan orasi penting.
3. Tahap Ketiga
Manusia hidup dalam berbagai tegangan pasangan yang berlawanan, baik
rohaniah maupun jasmaniah. Manusia tabah dalam menghadapi masalah serta
dapat mengatasi. Terlihat jelas bahwa Aku tidak menyukai perkumpulan, lebih
memilih menyelinap, dan pergi ke suatu tempat untuk menyendiri. Pergi dari
semua orang sebelum mereka lari dari Aku. Berkhayal segala sesuatu yang ada di
pikirannya. Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikut ini.
انسللت من بني اجلميع وانطرحت فوق مقعد طويل أتأمل الصحراء ادلمتدة أمامى كأهنا (.۱۹۴۰:۱۲۸احلكيم، )البحر
Insalaltu min bainil-jami>‘i wa’n-tharachtu fauqa maq‘adi thawi>lin ata’ammalu ’sh-shachra>’al-mumtaddatu ama>mi> ka annahal-bachru (al-Chaki>m, 1940:128).
“Aku menyelinap di antara para hadirin, dan duduk di atas kursi
panjang sambil memperhatikan padang pasir yang terbentang
dihadapanku bagaikan lautan” (al-Chaki>m, 1940:128).
207
Hal tersebut yang dilakukan oleh Aku untuk mengatasi kepribadiannya
yang pemikir-intravers. Aku menjauhi semua orang sebelum mereka menjauhi
Aku. Aku merasa lebih nyaman ketika menyendiri dan berkhayal dengan segala
pemikirannya.
4. Tahap Keempat
Hubungan yang selaras antara kesadaran dan ketikdasadaran, antar segala
aspek dari kepribadian yang ditimbulkan oleh titik pusat kepribadian yaitu diri.
Fungsi diri adalah menerangi, menghubungkan, serta mengkoordinasikan seluruh
aspek kepribadian. Gambaran manusia yang mampu mengkoordinasikan seluruh
aspek disebut manusia integral atau manusia “sempurna”.
Aku mampu mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian terutama
kesadaran dan ketidaksadaran secara selaras. Kepribadian kesadaran Aku adalah
pemikir-intravers, tetapi mampu mengatasi kepribadian ketidaksadarannya yaitu
perasa-ektravers. Kepribadian pemikir yang menonjol mengantarkan Aku menjadi
seorang penulis yang berbakat. Disisi lain, kepribadian perasa menjadikan Aku
sebagai penulis yang peling keras menjaga kepentingan wanita Mesir.
Gambaran secara singkat bahwa Aku dapat mengkoordinasikan seluruh
aspek kepribadian, maka disebut dengan manusia sempurna. Disisi lain, tidak
dapat dipungkiri bahwa manusia memiliki kekurangan, meskipun manusia
diciptakan secara sempurna daripada makhluk lain. Suatu kekurangan tersebut
dapat menjadi sesuatu yang berarti sehingga berubah menjadi kelebihan. Hal
tersebut terjadi bergantung pada jiwa, sikap, dan usaha manusia.