39
KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN OLEH : ROSARIO SYAHNUR 0910322016 MARYAM 0910322042 DEVITA HADIA NOVA 0910323080 KHARISMA ADYTAMA PUTRA 0910323088 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2010

keperawatan dasar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: keperawatan dasar

KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN

OLEH :

ROSARIO SYAHNUR 0910322016

MARYAM 0910322042

DEVITA HADIA NOVA 0910323080

KHARISMA ADYTAMA PUTRA 0910323088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2010

Page 2: keperawatan dasar

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunian-Nya sehingga makalah keterampilan dasar dalam keperawatan tentang Penampungan

urin,Kateterisasi dan Pengambilan specimen pada pria dan wanita ini dapat diselesaikan.

Makalah ini memuat tentang cara-cara pelaksanaan dan prosedur penggunaan alat-alat dalam

melakukan tindakan terhadap pasien.

Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan masukkan yang bersifat

membangun. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 21 September 2010

Penulis

Kelompok12

Page 3: keperawatan dasar

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………....

…………………………………………………………………………. 1

1

Daftar Isi……………………………………………………………………………………….. 2

Bab I

Pendahuluan……………………………………………………………………………………. 3

Bab II

Isi……………………………………………………………………………………………….. 5

Bab III

Penutup………………………………………………………………………………………… 28

Daftar pustaka………………………………………………………………………………….. 29

3

Page 4: keperawatan dasar

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagi seorang perawat yang professional baik di tuntut untuk melakukan tindakan

keperawatan terhadap pasien. Termasuk tindakan dalam pemasangan kateter dan cara

pengambilan spesimen urin.

Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk

mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi

kolaboratif dalam memberikan tindakan.

sebagian dari pasien yang mengalami gangguan perkemihan akan lebih sulit untuk mengeluarkan

urin yang merupakan kotoran atau racun-racun yang tersimpan di dalam tubuh, dari itu perawat

belajar tentang bagaimana menggunakan kateter dan pengambilan spesimen yang akan

membantu pasien untuk mengeluarkan urin.

Jumlah lanjut usia (usila) di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun tentunya akan

menimbulkan persoalan-persoalan baru, tidak saja di bidang sosial-ekonomi, tetapi juga di

bidang kesehatan, baik tingkat negara, masyarakat, maupun individu. Perubahan-perubahan

yang terjadi dapat mengakibatkan kemunduran fungsi sehingga kemampuan fisik menurun

(disability) atau kekacauan koordinasi (disorder) sehingga dapat menimbulkan hambatan atau

rintangan (handicap), bahkan sampai dapat mengarah pada suatu penyakit (disease).

Perubahan-perubahan itu akan berjalan terus, dan akan semakin cepat (progressive), setelah

umur melampaui dekade ke-enam. Dari sekian banyak Geriatric Giant (problem yang banyak

diderita usila) pada pria adalah inkontinentia urine (ketidakmampuan mengendalikan diri

Page 5: keperawatan dasar

dalam kencing) yang pada lanjut usia salah satu penyebabnya adalah Pembesaran Prostat

Jinak (PPJ).

BAB II

ISI

A. PENAMPUNGAN URIN

a) Pengertian

URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)

Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam

jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya

disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah

pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin

ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.

b) Tujuan

Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:

1. mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin

2. menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal

3. menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon

tertentu)

Hal yang perlu dilakukan perawat:

Page 6: keperawatan dasar

1. Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih

2. beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium

3. setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera

masukan dalam wadah yang lebih besar

4. setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet

5. perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi

6. wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

c) Persiapan peralatan

1) Bak instrumen berisi :

a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali dipasang kateter

biasanya dipakai no. 16)

b) Urine bag steril 1 buah

c) Pinset anatomi 2 buah

d) Duk steril

e) Kassa steril yang diberi jelly

2) Sarung tangan steril

3) Kapas sublimat dalam kom tertutup

4) Perlak dan pengalasnya 1 buah

5) Sampiran

6) Cairan aquades atau Nacl

7) Plester

8)  Gunting verband

9) Bengkok 1 buah

10) Korentang pada tempatnya

d) Prosedur

a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat

didekatkan ke klien

b. Pasang sampiran

c. Cuci tangan

Page 7: keperawatan dasar

d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien

e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kaki

sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien

f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat

genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.

g. Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan penis

dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan gerakan

memutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih.

Letakkan pinset dalam bengkok

h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira

10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan

cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter.

Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada

kandung kemih

i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur

j. Fiksasi kateter

k. Lepaskan sarung tangan

l. Klien dirapikan kembali

m. Alat dirapikan kembali

n. Mencuci tangan

e) Dokumentasi

1)Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien

2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan

tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

B. KATETER {FOLLEY KATETER dan KONDOM KATETER}

a) Konsep teori

Pengertian

Kateterisasi uretra adalah tindakan memasukan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.

Page 8: keperawatan dasar

Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih

melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Kateterisasi dapat menyebabkan hal -

hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar - benar diperlukan

serta harus dilakukan dengan hati – hati ( Brockop dan Marrie, 1999 ).

Anatomi

Kandung kemih yang berfungsi sebagai reservoir urine, pada masa anak-anak secara prinsip

terletak intra-abdominal dimana dua pertiga bagian atasnya ditutupi oleh peritoneum, sedangkan

pada orang dewasa kandung kemih sudah menjadi organ-organ pelvis (ekstra peritoneal) dimana

bagian atasnya saja yang ditutupi oleh peritoneum. Dalam keadaan kosong didepan kandung

kemih terdapat simpisis pubis, tetapi dalam keadaan penuh dia bisa membesar sehingga bisa

berada dibagian belakang bawah muskulus rektus abdominis. Pada laki-laki dibagian belakang

kandung kemih dipisah dengan rektum oleh dua lapisan peritoneum yang bersatu membentuk

Denonvilliers fascia, sedangkan pada perempuan kandung kemih terletak didepan uterus, servik

dan vagina. Pada laki-laki, dibawah kandung kemih terdapat prostat yang mengelilingi uretra

berbentuk seperti donat, dan dibawahnya terdapat diafragma pelvis. Pada bagian infero-lateral

permukaan kandung kemih berhubungan dengan pleksus vena vesiko-prostat, otot-otot levator

ani, pembuluh-pembuluh darah obturator interna dan dengan pelvic girdle (Blandy,1983;

Schulmann,1993).

Dinding kandung kemih dibentuk seperti buah keranjang oleh serabut-serabut otot polos

(detrusor) yang saling menyilang, tersusun tidaklah dalam bentuk longitudinal atau sirkuler

seperti pada dinding usus tetapi berupa suatu sistem rangkaian helik. Pada leher kandung kemih

susunan sirkuler lebih dominan yang membentuk suatu autonomic internal spincter. Beberapa

dari anyaman helik ini berlanjut melewati spingter interna dan melekat pada jaringan ikat uretra

prostatika pada daerah verumontanum, juga ada yang berlanjut pada spingter eksterna bahkan

yang lainnya berlanjut pada jaringan otot uretra itu sendiri (Tanagho,1995).

Mukosa kandung kemih terdiri atas lapisan epitel transitional yang tebal (5-8 lapis sel) dengan

sel-sel basal yang berbentuk torak. Permukaan mukosa lumen kandung kemih ini mensekresi

suatu lapisan Glycosaminoglycans, yang merupakan suatu protein yang melindungi dinding

kandung kemih dari infiltrasi bakteri atau zat-zat yang bersifat karsinogenik (Turek,1993).

Pada daerah trigonum, yang terletak dibagian posterior kandung kemih, antara muara ureter dan

bladder outlet, lapisan mukosa dan sub-mukosanya lebih tipis. Sedangkan ureter yang memasuki

Page 9: keperawatan dasar

kandung kemih dikelilingi oleh 1-2 cm otot detrusor yang berbentuk incomplete collar yang

disebut Waldeyer’s sheath (Brown,1982; Turek,1993).

Dibawah lapisan mukosa terdapat lapisan tunika propia yang longgar, disini sering dijumpai

serbukan limfosit. Dibawah lapisan tunika propria adalah lapisan tunika muskularis yang terdiri

atas otot-otot polos yang tersebar merata, dimana pada muara ureter dan uretra otot ini lebih

padat dan membentuk spingter. Lapisan paling luar adalah lapisan serosa, yang berupa selaput

tipis dan hanya terdapat pada bagian kandung kemih yang berhubungan dengan peritoneum.

Fisiologi

Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam serabut-serabut spiral, longitudinal dan

sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak terlihat. Kontraksi peristalitik yang

reguler terjadi 1-5 kali permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal ke kandung kemih,

dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan gerakan gelombang peristaltik.

Ureter berjalan miring melalui dinding kandung kemih dan walaupun disini tidak terdapat alat

seperti spingter uretra, jalannya yang miring cenderung membiarkan ureter tertutup, kecuali

sewaktu gelombang peristaltik guna mencegah refluk urine dari kandung kemih (Ganong,1983).

Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

• Sensasi kandung kemih harus intak

• Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan rendah walaupun

volume urine bertambah.

• Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupun saat terjadi peninggian

tekanan intra abdomen yang tiba-tiba.

• Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter,

2.2.2. Pengosongan Kandung Kemih.

Page 10: keperawatan dasar

Kandung kemih hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan (pengisian) dan

mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak. Aktifitsas sistem saraf untuk kedua sistem

ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah suatu proses yang sangat komplet dan masih banyak

membingungkan. Berkemih dasarnya adalah suatu reflek spinal yang dirangsang dan dihambat

oleh pusat-pusat di otak, seperti halnya perangsangan defekasi, dan penghambatan ini volunter.

Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal

yang berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh.

Page 11: keperawatan dasar

Seperti otot polos lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat elastis bila

diregangkan. Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra

vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama untuk

berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan

muskulus spingter uretra eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor

mengalami kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang

terdapat pada sisi uretra tampaknya tidak mempunyai peranan sewaktu berkemih, dimana fungsi

utamanya diduga untuk mencegah refluk semen kedalam kandung kemih sewaktu ejakulasi

(Ganong,1983).

Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu peristiwa yang

mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang menyebabkan tarikan otot-otot

detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya. Otot-otot perineal dan spingter eksterna

berkontraksi secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra atau menghentikan

aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan untuk

mempertahankan spingter eksterna dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang dewasa

dapat menahan kencing sampai ada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih uretra wanita

kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra laki-laki dikeluarkan oleh

beberapa kontraksi muskulus bulbo kavernosus (Tanagho,1995;Turek,1993).

Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali reflek kontraksi

adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di pons dan

daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat berkontraksi walau hanya

mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter reflek pengosongan spiral.

Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran urine dengan menaikkan

tekanan intra abdomen. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa sensasi kencing dan

apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi spingter

(internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-buli. Tekanan uretra

posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O sementara itu tekanan didalam kandung kemih

naik sampai 40 cmH2O sehingga urin dipancarkan keluar melalui uretra (Rochani, 2000).

Page 12: keperawatan dasar

Sejarah :

Katerisasi merupakan suatu prosedur yang penting yang biasanya didelegasikan kepada staf

yang paling muda. Jika tidak dikerjakan dengan hati-hati (gentle) dan trampil mungkin akan

merusak dan menimbulkan striktur (penyempitan) uretra.

Pada masa ROMAWI PURBA digunakan kateter yang terbuat dari perunggu.

CELSUS mempunyai satu set kateter dengan lima ukuran yang berbeda,tiga untuk laki

laki

dan dua untuk perempuan, yang untuk lelaki mempunyai 2 lengkung,

ORIBASIUS (325 – 403AD) menggunakan kateter terbuat dari kertas, hampir

menyerupai sedotan jerami untuk minum.

ABULCASIS (936-1013M) kateter terbuat dari perak.

DESNOS (1914M) kateter perak yang keras digunakan sepanjang masa pertengahan,

dan sampai waktu baru-baru ini. Kateter itu berbentuk lurus untuk wanita

dan melengkung seperti uretra untuk pria, ujungnya bundar dan ujung lainnya sering

punya 2 bengkokan atau loop yang melekat padanya yang digunakan untuk mengikatkan

kateter pada kantong kemih.

Kateter yang lentur terbuat dari karet elastis digunakan pada abad ke 18.

Folley 1937 menggunakan kateter tetap dalam kantong kemih, dan ini merupakan kateter

yang ideal.

Self retaining catheter : yaitu kateter yang dapat dipakai menetap dan ditinggalkan di dalam

saluran kemih dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ujungnya melebar jika

ditinggalkan di dalam buli-buli. Kateter jenis ini antara lain adalah kateter Malecot, kateter

Pezzer, dan kateter Foley.

b) Tujuan

Tindakan kateterisasi ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun tujuan terapi. Kateterisasi

yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya dilepas setelah tujuan selesai, sedangkan pada

yang ditujukan untuk terapi tetap dipertahankan hingga tujuan ini terpenuhi.

Page 13: keperawatan dasar

Tindakan kateterisasi untuk tujuan terapi antara lain:

1. Draenase dari buli-buli pada keadaan obstruksi infra-vesika baik yang disebabkan oleh

hiperplasi prostat maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat uretra.

2. Mengeluarkan urin pada disfungsi buli-buli (neurogenik bladder, inkontinensia).

3. Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu pada prostatektomi,

vesikolitotomi.

4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi uretra.

5. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB).

6. Memasukkan obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik untuk buli-buli.

c) Manfaat

a. Bagi Penulis:

            Dapat mengetahui terutama dalam hal Pelepasan Kateter dan juga untuk menambah

pengalaman kami untuk membuat skripsi sehingga bisa lebih baik dalam pembuatan skripsi yang

akan kami buat.

     b. Bagi Mahasiswa:

               Sebagai wahana untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan baru dalam

bidang kesehatan, sehingga bisa mengerti bagian-bagian tentang kateterisasi urin dalam

hal kesehatan.

      c.  Bagi Institusi:

1.      Mengetahui tentang wawasan kami tentang ilmu kebutuhan dasar manusia

2.      Mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan perkemihan manusia

Page 14: keperawatan dasar

3.      Mengetahui macam-macam kebutuhan dasar manusia.

d) Indikasi

1.      Kateter sementara.

a.       Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria.

b.      Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria.

2.      Kateter tetap jangka pendek.

a.       Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)

b.      Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria, urethra

dan organ sekitarnya.

c.       Preventif pada obstruksi urethra dari pendarahan.

d.      Untuk memantau output urine.

e.       Irigasi vesika urinaria.

3.      Kateter tetap jangka panjang.

a.       Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI.

b.      Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.

c.       Klien dengan penyakit terminal. Indikasi pemasangan kateter:

1. Diagnostik (secepatnya dilepas)

1. Mengambil sample urin untuk kultur urin

2. Mengukur residu urine

3. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology

4. Urodinamik

5. Monitor produksi urine atau balance cairan.

2. Terapi (dilepas setelah tujuan dicapai)

1. Retensi urine

2. Self interniten kateterisasi (CIC)

3. Memasukan obat-obatan

4. Viversi urine

Page 15: keperawatan dasar

5. Sebagai splin

e) Kontraindikasi

Hematoria (keluarnya darah dari uretra)

f) Persiapan Alat

Alat-alat yang dibutuhkan :

1. Xilocain jelly / instilagel

2. kasa steril

3. sarung tangan steril

4. betadine

5. kateter sesuai ukuran

6. urine bag

7. spuit 10 ml

8. agua untuk balon kateter

9. duk bolong steril

10. bengkok / nierbecken

11. pinset anatomis steril

12. plester

Prinsip- prinsip pemasangan kateter

1. gantle / lembut

2. Asepsis &antiseptic

3. Lubrikasi yang adekuat

4. Gunakan ukuran kateter yang lebih kecil / sesuai

g) Prosedur

a.       Pemasangan dengan selang kateter

1.      Letakan perlak di bawah pantat klien

2.      pakaikan selimut mandi, sehingga hanya area perineal yang keliatan

3.      Atur posisi klien:

4.      Pasien Terlentang

Page 16: keperawatan dasar

5.      Letakan bengkok/bedpan diatas perlak

6.      Pakai sarung tangan bersih

7.      Bersihkan daerah meatus dengan antiseptic (kapas sublimate) dan pinset

8.      Pegang daerah dibawah gland penis, preputium ditarik keatas

9.      Lepaskan sarung tangan bersih

10.  Pakai sarung tangan steril

11.  Pasang duk berlubang steril

12.  Pegang daerah gland penis, preputium ditarik kebawah (dengan tangan kiri)

13.  Memberi jelly pada kateter

14.  Masukan kateter (pria : sepanjang 18-20 cm sampai urine keluar)

15.  Tegakan penis sampai 90o

16.  Jika waktu memasukan kateter terasa adanya tekanan jangan dilanjutkan

17.  Selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam

18.  Isi balon kateter dengan aquadest sebanyak 10-20cc

19.  Tarik kateter sampai ada tahanan balon

20.  Lepas duk

21.  Lepas sarung tangan

22.  Fiksasi kateter dengan menggunakan plester

23.  Gantung urine bag dengan posisi rendah daripada vesicaurinaria

24.  Kembalikan posisi klien senyaman klien

25.  Ganti selimut mandi klien dengan selimut tidur, klau perlu ganti pakaian

26.  Bereskan alat

27.  Cuci tangan

28.  Dokumentasi

b.      pemasangan dengan kondom kateter

1.      Cuci tangan

2.      Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur

3.      Jelaskan prosedur kepada klien

4.      Gunakan sarung tngan sekali pakai

Page 17: keperawatan dasar

5.      Bantu klien pada posisi terlentang. Letakan selimut di atas tubuh dan tutu

pekstremitas dibawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia saja yang

keliatan

6.      Pasang perlak pengalas

7.      Bersihkan genetalia dengan sabun dan air dengan menggunakan waslap keringkan

secara menyeluruh.

8.      Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke kerangka tempat

tidur. Bawa selang drainase ke sisi pagar tempat tidur.

9.      Dengan tangan non dominan genggam penis klien di sepanjang batangnya. Dengan

tangan dominan, pegang kantong kondom pada ujung penis dan dengan perlahan

pasangkan pada batang penis.

10.  Sisakan 2,5-5 cm ruang antara glans penis dan ujung kondom kateter.

11.  Lilitkan batang penis dengan strip velcro atau perekat elastik. Strip harus menyentuh

hanya kantong kondom. Pasang dengan pas tetapi tidak ketat.

12.  Hubungkan slang drainase pada ujung kondom kateter.

13.  Letakan kelebihan gulungan slang drainase di tempat tidur dan ikatkan dengan peniti

pada dasar linen tempat tidur.

14.  Tempatkan klien pada posisi yang nyaman.

15.  Rapikan peralatan yang basah, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.

16.  Catat waktu pemasangan kondom kateter dan adanya urine pada kantong drainase.

Tindakan diagnosis antara lain adalah :

1. Kateterisasi pada dewasa untuk memperoleh contoh urin guna pemeriksaan kultur urin.

Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi sampel urin

oleh bakteri komensal yang terdapat disekitar kulit vulva atau vagina pada wanita,

preputium pada pria.

2. Mengukur residu urin (sisa) yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi.

Page 18: keperawatan dasar

3. Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain : sistografi atau

pemeriksaan adanya refluk vesiko-ureter melalui pemeriksaan voiding cysto-urethrography

(VCUG).

4. Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika.

5. Untuk menilai produksi urin pada saat dan setelah operasi besar dan sebagai gambaran

perfusi jaringan.

h) Evaluasi

Perawat mengukur ke efektifan semua intervensi

Klien mampu berkemih secara volunteer tanpa mengalami gejala-gejala (misalnya

aurgensi,disuria)

Urine yang keluar harus berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur

yang abnormal dan memiliki PH serta berat jenis dalam rentang nilai normal.

i) Dokumentasi

1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien

2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda

tangan/paraf pada lembar catatan klien

C.PENGAMBILAN SPESIMEN URINE pada PRIA dan WANITA}

Tanggungjawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:

1. memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan

spesimen.

2. menjelaskan tujuan pemeriksaan

3. melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan benar

4. mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar

Page 19: keperawatan dasar

5. melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal

PEMERIKSAAN SPESIMEN: URIN

a.Pengertian

a) URIN BERSIH (clean voided urine specimen)

Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa rutin

diperlukan:

1. Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung

konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.

2. Jumlah minimal 10mL

3. Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan

menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin

memerlukan bantuan.

4. Spesimen harus bebas dari feses

5. Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan

segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan

untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta

berubah menjadi alkalin.

b) URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)

Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk

mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada

kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan

menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar

spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.

Pengambilan dilakukan dengan cara:

Page 20: keperawatan dasar

1. bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus lalu

keringkan

2. biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan

bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-

hati memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan

perineum.

3. Jumlah yang diperlukan 30-60mL

b.Persiapan Peralatan dan Prosedur

Prosedur mengumpulkan urin midstream

Langkah Rasional

1. 1. ikuti kebijakan lembaga dalam

pengambilan spesimen

Kebijakan lembaga dapat berbeda –beda

dalam metode pengambilan

2. kaji status klien

a. pada saat terakir kali klien berkemih

b. tingkat kesadaran atau tahap

prkembangan

c. mobilisasi ,keseimbangan , dan

keterbatasan fisik

Dapat mengindikasikan penuhnya kandung

kemih

Menunjukan kemampuan klien dalam

bekerja sama selama prosedur

Menentukan tingkat bantuan

3. kaji tingkat pengetahuan klien

terhadap pemeriksaan

Informasi memungkinkan dapat

mengklarifikasi kesalah pahaman dan

meningktkan kerjasa sama dari klien

4. persiapkan peralatan :

a. sabun,lap basah,dan handuk

Di gunakan untuk

membersihkan,membilas,dan

mengeringkan perineum

Page 21: keperawatan dasar

b.peralatan komersial untuk mengambil

irine dengan cara bersih,gulungan kapas

steril atau bantalan kasa ukuran 2x2

c. larutan anti septik

d. air steril

e. wadah spesimen steril

f. sarung tangan steril dan non steril

g. pispot

h. label spesimen yang lengkap

Membilas larutan antiseptik

5. jelaskan prosedur

a. alasan dibutuhkannya spesimen

midstrem

b. cara agar klien dan keluarga dapat

membantu

c. cara mengambil spesimen yang bebas

dari feses

Mengurangi ansietas

Membantu klien mengumpulkan spesimen

urin secara mandiri

Feses dapat merubah karakteristik urindan

dapat menyebabkan nilai pengukuran

menjadi salah

6. apabila klien tidak merasakan

keinginan berkemih yang

mendesak, berikan air minum 30

menit sebelum pengambilan urin

Meningkatkan kemampuan berkemih

7. Privasi klien Memungkinkan kline bersifat rileks

8. berikan sabun,lap basah , dan

handuk untuk membersihkan daerah

perineum

9. .Pakai sarung tangan non steril dan Mencegah penularan mikroorganisme

Page 22: keperawatan dasar

bantu perawatan perineum pada

klien yang tidak dapat berjalan

10. ganti sarung tangan Mengurangi transfer infeksi

11. buka peralatan steril atau

persiapkan peralatan steril

12. tuang antiseptik diatas bola kapas Bola kapas digunakan untuk membersihkan

perineum

13. buka wadah steril

1. Bantu dan biarkan klien

membersihkan perineum dan

mengumpulkan spesimen urin nya

secara mandiri

a. pria

pegang penis dengan satu tangan

dan bersihkan ujung penis

dengan gerakan memutar dari

arah tengah keluar dan

menggunakan swab antiseptik

bersihkan daerah tersebut dengan

air sterildan keringkan dengan

bola kapas

setelah klien mulai mengeluarkan

aliran urin ,letakan wadah

pengumpul dibawah aliran urin

dan kumpulkan 30 – 60 ml

b. wanita

buka labia dengan ibu jari dan jari

Mengurangi jumlah bakteri

Mencegah kontaminasi spesimen dengan

larutan antiseptik

Urin yang pertama keluar membuang

mikroorganisme yangt dalam kondisi

normal terakumulasi di meatus urinarius

dan mencegah bakteri terkumpul di dalam

spesimen

Memungkinkan akses kemeatus uretra

Mencegah kontaminasi spesimen dengan

larutan antiseptik

Urin yang pertama keluar membuang

mikroorganisme yangt dalam kondisi

normal terakumulasi di meatus urinarius

dan mencegah bakteri terkumpul di dalam

spesimen

Page 23: keperawatan dasar

telunjuk dari tangan yang tidak

dominan

bersihkan daerah tersebut dengan

bola kapas ,dari bagian depan ke

belakang

bantu klien membersihkan daerah

perineum dan mengumpilkan secara

mandiri

bersihkan daerah tersebut dengan

air sterildan keringkan dengan

bola kapas

dengan tetap memisahkan labia,

klien harus mulai mengeluarkan

urin , dan setelah aliran keluar

letakan wadah spesimen dibawah

aliran urin dan kumpulkan 30 –

60 ml

15 pindahkan wadah spesimen sebelum

aliran urin terhentidan sebelum

melepaskan labia atau penis.klien

meyelesaikan berkemih dalam bedpend

tau toilet

Mencegah spesimen terkontaminasi oleh

flora kulit

16. tutup wadah spesimen dengan aman

dan kuat

Mempertahankan sterilitas bagian dalam

wadah

17. bersihkan urin yang mengenai

bagian luar wadah,dan letakan di

kantung plastikn spesimen

Mencegah transfer mikroorgani9sme

dengan orang lain

Page 24: keperawatan dasar

18. pindahkan bedpen dan bantu klien

untuk dapat posisi yang nyaman

Meningkatkan lingkungan yang rileks

19 berikan label pada daftar spesimen Mencegah identifikasi yang tidak akurat

20. lepaskan sarung tangan dan cuci

tangan

Mencegah transfer mikroorgani9sme

dengan orang lain

21 kirim spesimen ke labort dalam 15

menit atau m,asukan dalam lemari es

Bakteri dapat berkembang biak dalam urin

22. catat tanggal dan waktu

pengambilan spesimen dalam catatan

keperawatan

Mendokumentasikan implementasi yang

diprogramkan dokter

c) URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)

Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka

waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di

lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri

atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu

dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.

Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:

1. mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin

2.menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal

3.menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon

tertentu)

Hal yang perlu dilakukan perawat:

1.Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih

2.beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium

Page 25: keperawatan dasar

3.setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera

masukan dalam wadah yang lebih besar

4.setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet

5.perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi

6.wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

d) SPESIMEN URIN ACAK

1. Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin klien saat

berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang

mengalami diversi urinarius

2. Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis

3. Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL

urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat

4. Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah

spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan

wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.

e) SPESIMEN KATETER INDWELLING

Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan

untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika

tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk

urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.

Pengambilan specimen urin

a. Pengambilan Spesimen

1) Wadah Spesimen

a) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.

Page 26: keperawatan dasar

b) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.

c) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.

d) Wadah berwarna terang.

2) Bahan Pengawet

a) Formalin 37%.

b) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).

3) Cara Pengambilan Spesimen

a) Urine ditampung selama 24 jam

b) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan

dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga

homogen.

4) Identitas Spesimen.

diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi

yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis

pemeriksaan,

b. Pengiriman Spesimen

1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian

dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet

sementara (cool box).

Page 27: keperawatan dasar

2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau

tumpah.

3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih dari 3 hari)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Page 28: keperawatan dasar

Terhadap penggunaan memasang kateter dan pengambilan spesimen urin perawat di

tuntut untuk lebih teliti dalam mengerjakannya.

Saran:

Diharapkan agar mahasiswa mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam tentang

fungsi dan peran mahasiswa perawat/perawat dalam proses pemasangan kateter dan pengambilan

spesimen urin, batasan tindakan, dan prosedur kolaboratif dalam pelaksanaanya.

DAFTAR PUSTAKA

2008.Gangguan Prilaku Anak. Copyright: www.medicastore.com.

……....2008.Gangguan jiwa anak. Copyright: www.medicastore.com.

Page 29: keperawatan dasar

....…….2007. Depresi pada remaja dan anak. Copyright :www.medicastore.com.

Smeltzer, C. Suzanne, Bare, G. Brenda. Brunner and Suddarth’s Text Book of Medical Surgical Nursing. 8th vol 2 alih bahasa Kuncoro, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC; 2001

Perry, Anne, Griffin, Potter A. Patricia. Pocket Guide to Basic Skills and Procedures. Alih bahasa: Monica Ester, Jakarta: EGC; 2000