Upload
kevin-restu-perdana
View
897
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN
OLEH :
ROSARIO SYAHNUR 0910322016
MARYAM 0910322042
DEVITA HADIA NOVA 0910323080
KHARISMA ADYTAMA PUTRA 0910323088
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunian-Nya sehingga makalah keterampilan dasar dalam keperawatan tentang Penampungan
urin,Kateterisasi dan Pengambilan specimen pada pria dan wanita ini dapat diselesaikan.
Makalah ini memuat tentang cara-cara pelaksanaan dan prosedur penggunaan alat-alat dalam
melakukan tindakan terhadap pasien.
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan masukkan yang bersifat
membangun. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, 21 September 2010
Penulis
Kelompok12
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………....
…………………………………………………………………………. 1
1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….. 2
Bab I
Pendahuluan……………………………………………………………………………………. 3
Bab II
Isi……………………………………………………………………………………………….. 5
Bab III
Penutup………………………………………………………………………………………… 28
Daftar pustaka………………………………………………………………………………….. 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagi seorang perawat yang professional baik di tuntut untuk melakukan tindakan
keperawatan terhadap pasien. Termasuk tindakan dalam pemasangan kateter dan cara
pengambilan spesimen urin.
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi
kolaboratif dalam memberikan tindakan.
sebagian dari pasien yang mengalami gangguan perkemihan akan lebih sulit untuk mengeluarkan
urin yang merupakan kotoran atau racun-racun yang tersimpan di dalam tubuh, dari itu perawat
belajar tentang bagaimana menggunakan kateter dan pengambilan spesimen yang akan
membantu pasien untuk mengeluarkan urin.
Jumlah lanjut usia (usila) di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun tentunya akan
menimbulkan persoalan-persoalan baru, tidak saja di bidang sosial-ekonomi, tetapi juga di
bidang kesehatan, baik tingkat negara, masyarakat, maupun individu. Perubahan-perubahan
yang terjadi dapat mengakibatkan kemunduran fungsi sehingga kemampuan fisik menurun
(disability) atau kekacauan koordinasi (disorder) sehingga dapat menimbulkan hambatan atau
rintangan (handicap), bahkan sampai dapat mengarah pada suatu penyakit (disease).
Perubahan-perubahan itu akan berjalan terus, dan akan semakin cepat (progressive), setelah
umur melampaui dekade ke-enam. Dari sekian banyak Geriatric Giant (problem yang banyak
diderita usila) pada pria adalah inkontinentia urine (ketidakmampuan mengendalikan diri
dalam kencing) yang pada lanjut usia salah satu penyebabnya adalah Pembesaran Prostat
Jinak (PPJ).
BAB II
ISI
A. PENAMPUNGAN URIN
a) Pengertian
URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah
pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin
ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
b) Tujuan
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1. mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2. menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3. menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon
tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1. Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2. beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3. setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera
masukan dalam wadah yang lebih besar
4. setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5. perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
6. wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
c) Persiapan peralatan
1) Bak instrumen berisi :
a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali dipasang kateter
biasanya dipakai no. 16)
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril
e) Kassa steril yang diberi jelly
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam kom tertutup
4) Perlak dan pengalasnya 1 buah
5) Sampiran
6) Cairan aquades atau Nacl
7) Plester
8) Gunting verband
9) Bengkok 1 buah
10) Korentang pada tempatnya
d) Prosedur
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat
didekatkan ke klien
b. Pasang sampiran
c. Cuci tangan
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kaki
sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat
genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
g. Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan penis
dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan gerakan
memutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih.
Letakkan pinset dalam bengkok
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira
10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan
cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter.
Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada
kandung kemih
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j. Fiksasi kateter
k. Lepaskan sarung tangan
l. Klien dirapikan kembali
m. Alat dirapikan kembali
n. Mencuci tangan
e) Dokumentasi
1)Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan
tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien
B. KATETER {FOLLEY KATETER dan KONDOM KATETER}
a) Konsep teori
Pengertian
Kateterisasi uretra adalah tindakan memasukan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.
Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Kateterisasi dapat menyebabkan hal -
hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar - benar diperlukan
serta harus dilakukan dengan hati – hati ( Brockop dan Marrie, 1999 ).
Anatomi
Kandung kemih yang berfungsi sebagai reservoir urine, pada masa anak-anak secara prinsip
terletak intra-abdominal dimana dua pertiga bagian atasnya ditutupi oleh peritoneum, sedangkan
pada orang dewasa kandung kemih sudah menjadi organ-organ pelvis (ekstra peritoneal) dimana
bagian atasnya saja yang ditutupi oleh peritoneum. Dalam keadaan kosong didepan kandung
kemih terdapat simpisis pubis, tetapi dalam keadaan penuh dia bisa membesar sehingga bisa
berada dibagian belakang bawah muskulus rektus abdominis. Pada laki-laki dibagian belakang
kandung kemih dipisah dengan rektum oleh dua lapisan peritoneum yang bersatu membentuk
Denonvilliers fascia, sedangkan pada perempuan kandung kemih terletak didepan uterus, servik
dan vagina. Pada laki-laki, dibawah kandung kemih terdapat prostat yang mengelilingi uretra
berbentuk seperti donat, dan dibawahnya terdapat diafragma pelvis. Pada bagian infero-lateral
permukaan kandung kemih berhubungan dengan pleksus vena vesiko-prostat, otot-otot levator
ani, pembuluh-pembuluh darah obturator interna dan dengan pelvic girdle (Blandy,1983;
Schulmann,1993).
Dinding kandung kemih dibentuk seperti buah keranjang oleh serabut-serabut otot polos
(detrusor) yang saling menyilang, tersusun tidaklah dalam bentuk longitudinal atau sirkuler
seperti pada dinding usus tetapi berupa suatu sistem rangkaian helik. Pada leher kandung kemih
susunan sirkuler lebih dominan yang membentuk suatu autonomic internal spincter. Beberapa
dari anyaman helik ini berlanjut melewati spingter interna dan melekat pada jaringan ikat uretra
prostatika pada daerah verumontanum, juga ada yang berlanjut pada spingter eksterna bahkan
yang lainnya berlanjut pada jaringan otot uretra itu sendiri (Tanagho,1995).
Mukosa kandung kemih terdiri atas lapisan epitel transitional yang tebal (5-8 lapis sel) dengan
sel-sel basal yang berbentuk torak. Permukaan mukosa lumen kandung kemih ini mensekresi
suatu lapisan Glycosaminoglycans, yang merupakan suatu protein yang melindungi dinding
kandung kemih dari infiltrasi bakteri atau zat-zat yang bersifat karsinogenik (Turek,1993).
Pada daerah trigonum, yang terletak dibagian posterior kandung kemih, antara muara ureter dan
bladder outlet, lapisan mukosa dan sub-mukosanya lebih tipis. Sedangkan ureter yang memasuki
kandung kemih dikelilingi oleh 1-2 cm otot detrusor yang berbentuk incomplete collar yang
disebut Waldeyer’s sheath (Brown,1982; Turek,1993).
Dibawah lapisan mukosa terdapat lapisan tunika propia yang longgar, disini sering dijumpai
serbukan limfosit. Dibawah lapisan tunika propria adalah lapisan tunika muskularis yang terdiri
atas otot-otot polos yang tersebar merata, dimana pada muara ureter dan uretra otot ini lebih
padat dan membentuk spingter. Lapisan paling luar adalah lapisan serosa, yang berupa selaput
tipis dan hanya terdapat pada bagian kandung kemih yang berhubungan dengan peritoneum.
Fisiologi
Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam serabut-serabut spiral, longitudinal dan
sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak terlihat. Kontraksi peristalitik yang
reguler terjadi 1-5 kali permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal ke kandung kemih,
dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan gerakan gelombang peristaltik.
Ureter berjalan miring melalui dinding kandung kemih dan walaupun disini tidak terdapat alat
seperti spingter uretra, jalannya yang miring cenderung membiarkan ureter tertutup, kecuali
sewaktu gelombang peristaltik guna mencegah refluk urine dari kandung kemih (Ganong,1983).
Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
• Sensasi kandung kemih harus intak
• Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan rendah walaupun
volume urine bertambah.
• Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupun saat terjadi peninggian
tekanan intra abdomen yang tiba-tiba.
• Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter,
2.2.2. Pengosongan Kandung Kemih.
Kandung kemih hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan (pengisian) dan
mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak. Aktifitsas sistem saraf untuk kedua sistem
ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah suatu proses yang sangat komplet dan masih banyak
membingungkan. Berkemih dasarnya adalah suatu reflek spinal yang dirangsang dan dihambat
oleh pusat-pusat di otak, seperti halnya perangsangan defekasi, dan penghambatan ini volunter.
Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal
yang berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh.
Seperti otot polos lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat elastis bila
diregangkan. Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra
vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama untuk
berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan
muskulus spingter uretra eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor
mengalami kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang
terdapat pada sisi uretra tampaknya tidak mempunyai peranan sewaktu berkemih, dimana fungsi
utamanya diduga untuk mencegah refluk semen kedalam kandung kemih sewaktu ejakulasi
(Ganong,1983).
Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu peristiwa yang
mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang menyebabkan tarikan otot-otot
detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya. Otot-otot perineal dan spingter eksterna
berkontraksi secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra atau menghentikan
aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan untuk
mempertahankan spingter eksterna dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang dewasa
dapat menahan kencing sampai ada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih uretra wanita
kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra laki-laki dikeluarkan oleh
beberapa kontraksi muskulus bulbo kavernosus (Tanagho,1995;Turek,1993).
Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali reflek kontraksi
adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di pons dan
daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat berkontraksi walau hanya
mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter reflek pengosongan spiral.
Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran urine dengan menaikkan
tekanan intra abdomen. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa sensasi kencing dan
apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi spingter
(internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-buli. Tekanan uretra
posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O sementara itu tekanan didalam kandung kemih
naik sampai 40 cmH2O sehingga urin dipancarkan keluar melalui uretra (Rochani, 2000).
Sejarah :
Katerisasi merupakan suatu prosedur yang penting yang biasanya didelegasikan kepada staf
yang paling muda. Jika tidak dikerjakan dengan hati-hati (gentle) dan trampil mungkin akan
merusak dan menimbulkan striktur (penyempitan) uretra.
Pada masa ROMAWI PURBA digunakan kateter yang terbuat dari perunggu.
CELSUS mempunyai satu set kateter dengan lima ukuran yang berbeda,tiga untuk laki
laki
dan dua untuk perempuan, yang untuk lelaki mempunyai 2 lengkung,
ORIBASIUS (325 – 403AD) menggunakan kateter terbuat dari kertas, hampir
menyerupai sedotan jerami untuk minum.
ABULCASIS (936-1013M) kateter terbuat dari perak.
DESNOS (1914M) kateter perak yang keras digunakan sepanjang masa pertengahan,
dan sampai waktu baru-baru ini. Kateter itu berbentuk lurus untuk wanita
dan melengkung seperti uretra untuk pria, ujungnya bundar dan ujung lainnya sering
punya 2 bengkokan atau loop yang melekat padanya yang digunakan untuk mengikatkan
kateter pada kantong kemih.
Kateter yang lentur terbuat dari karet elastis digunakan pada abad ke 18.
Folley 1937 menggunakan kateter tetap dalam kantong kemih, dan ini merupakan kateter
yang ideal.
Self retaining catheter : yaitu kateter yang dapat dipakai menetap dan ditinggalkan di dalam
saluran kemih dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ujungnya melebar jika
ditinggalkan di dalam buli-buli. Kateter jenis ini antara lain adalah kateter Malecot, kateter
Pezzer, dan kateter Foley.
b) Tujuan
Tindakan kateterisasi ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun tujuan terapi. Kateterisasi
yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya dilepas setelah tujuan selesai, sedangkan pada
yang ditujukan untuk terapi tetap dipertahankan hingga tujuan ini terpenuhi.
Tindakan kateterisasi untuk tujuan terapi antara lain:
1. Draenase dari buli-buli pada keadaan obstruksi infra-vesika baik yang disebabkan oleh
hiperplasi prostat maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat uretra.
2. Mengeluarkan urin pada disfungsi buli-buli (neurogenik bladder, inkontinensia).
3. Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu pada prostatektomi,
vesikolitotomi.
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi uretra.
5. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB).
6. Memasukkan obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik untuk buli-buli.
c) Manfaat
a. Bagi Penulis:
Dapat mengetahui terutama dalam hal Pelepasan Kateter dan juga untuk menambah
pengalaman kami untuk membuat skripsi sehingga bisa lebih baik dalam pembuatan skripsi yang
akan kami buat.
b. Bagi Mahasiswa:
Sebagai wahana untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan baru dalam
bidang kesehatan, sehingga bisa mengerti bagian-bagian tentang kateterisasi urin dalam
hal kesehatan.
c. Bagi Institusi:
1. Mengetahui tentang wawasan kami tentang ilmu kebutuhan dasar manusia
2. Mengetahui bagaimana cara mengatasi gangguan perkemihan manusia
3. Mengetahui macam-macam kebutuhan dasar manusia.
d) Indikasi
1. Kateter sementara.
a. Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria.
b. Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria.
2. Kateter tetap jangka pendek.
a. Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
b. Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria, urethra
dan organ sekitarnya.
c. Preventif pada obstruksi urethra dari pendarahan.
d. Untuk memantau output urine.
e. Irigasi vesika urinaria.
3. Kateter tetap jangka panjang.
a. Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI.
b. Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
c. Klien dengan penyakit terminal. Indikasi pemasangan kateter:
1. Diagnostik (secepatnya dilepas)
1. Mengambil sample urin untuk kultur urin
2. Mengukur residu urine
3. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology
4. Urodinamik
5. Monitor produksi urine atau balance cairan.
2. Terapi (dilepas setelah tujuan dicapai)
1. Retensi urine
2. Self interniten kateterisasi (CIC)
3. Memasukan obat-obatan
4. Viversi urine
5. Sebagai splin
e) Kontraindikasi
Hematoria (keluarnya darah dari uretra)
f) Persiapan Alat
Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Xilocain jelly / instilagel
2. kasa steril
3. sarung tangan steril
4. betadine
5. kateter sesuai ukuran
6. urine bag
7. spuit 10 ml
8. agua untuk balon kateter
9. duk bolong steril
10. bengkok / nierbecken
11. pinset anatomis steril
12. plester
Prinsip- prinsip pemasangan kateter
1. gantle / lembut
2. Asepsis &antiseptic
3. Lubrikasi yang adekuat
4. Gunakan ukuran kateter yang lebih kecil / sesuai
g) Prosedur
a. Pemasangan dengan selang kateter
1. Letakan perlak di bawah pantat klien
2. pakaikan selimut mandi, sehingga hanya area perineal yang keliatan
3. Atur posisi klien:
4. Pasien Terlentang
5. Letakan bengkok/bedpan diatas perlak
6. Pakai sarung tangan bersih
7. Bersihkan daerah meatus dengan antiseptic (kapas sublimate) dan pinset
8. Pegang daerah dibawah gland penis, preputium ditarik keatas
9. Lepaskan sarung tangan bersih
10. Pakai sarung tangan steril
11. Pasang duk berlubang steril
12. Pegang daerah gland penis, preputium ditarik kebawah (dengan tangan kiri)
13. Memberi jelly pada kateter
14. Masukan kateter (pria : sepanjang 18-20 cm sampai urine keluar)
15. Tegakan penis sampai 90o
16. Jika waktu memasukan kateter terasa adanya tekanan jangan dilanjutkan
17. Selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam
18. Isi balon kateter dengan aquadest sebanyak 10-20cc
19. Tarik kateter sampai ada tahanan balon
20. Lepas duk
21. Lepas sarung tangan
22. Fiksasi kateter dengan menggunakan plester
23. Gantung urine bag dengan posisi rendah daripada vesicaurinaria
24. Kembalikan posisi klien senyaman klien
25. Ganti selimut mandi klien dengan selimut tidur, klau perlu ganti pakaian
26. Bereskan alat
27. Cuci tangan
28. Dokumentasi
b. pemasangan dengan kondom kateter
1. Cuci tangan
2. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
3. Jelaskan prosedur kepada klien
4. Gunakan sarung tngan sekali pakai
5. Bantu klien pada posisi terlentang. Letakan selimut di atas tubuh dan tutu
pekstremitas dibawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia saja yang
keliatan
6. Pasang perlak pengalas
7. Bersihkan genetalia dengan sabun dan air dengan menggunakan waslap keringkan
secara menyeluruh.
8. Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke kerangka tempat
tidur. Bawa selang drainase ke sisi pagar tempat tidur.
9. Dengan tangan non dominan genggam penis klien di sepanjang batangnya. Dengan
tangan dominan, pegang kantong kondom pada ujung penis dan dengan perlahan
pasangkan pada batang penis.
10. Sisakan 2,5-5 cm ruang antara glans penis dan ujung kondom kateter.
11. Lilitkan batang penis dengan strip velcro atau perekat elastik. Strip harus menyentuh
hanya kantong kondom. Pasang dengan pas tetapi tidak ketat.
12. Hubungkan slang drainase pada ujung kondom kateter.
13. Letakan kelebihan gulungan slang drainase di tempat tidur dan ikatkan dengan peniti
pada dasar linen tempat tidur.
14. Tempatkan klien pada posisi yang nyaman.
15. Rapikan peralatan yang basah, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.
16. Catat waktu pemasangan kondom kateter dan adanya urine pada kantong drainase.
Tindakan diagnosis antara lain adalah :
1. Kateterisasi pada dewasa untuk memperoleh contoh urin guna pemeriksaan kultur urin.
Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi sampel urin
oleh bakteri komensal yang terdapat disekitar kulit vulva atau vagina pada wanita,
preputium pada pria.
2. Mengukur residu urin (sisa) yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi.
3. Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara lain : sistografi atau
pemeriksaan adanya refluk vesiko-ureter melalui pemeriksaan voiding cysto-urethrography
(VCUG).
4. Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika.
5. Untuk menilai produksi urin pada saat dan setelah operasi besar dan sebagai gambaran
perfusi jaringan.
h) Evaluasi
Perawat mengukur ke efektifan semua intervensi
Klien mampu berkemih secara volunteer tanpa mengalami gejala-gejala (misalnya
aurgensi,disuria)
Urine yang keluar harus berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur
yang abnormal dan memiliki PH serta berat jenis dalam rentang nilai normal.
i) Dokumentasi
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien
C.PENGAMBILAN SPESIMEN URINE pada PRIA dan WANITA}
Tanggungjawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
1. memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan
spesimen.
2. menjelaskan tujuan pemeriksaan
3. melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan benar
4. mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar
5. melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal
PEMERIKSAAN SPESIMEN: URIN
a.Pengertian
a) URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa rutin
diperlukan:
1. Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung
konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
2. Jumlah minimal 10mL
3. Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan
menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin
memerlukan bantuan.
4. Spesimen harus bebas dari feses
5. Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan
segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan
untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta
berubah menjadi alkalin.
b) URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk
mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada
kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan
menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar
spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1. bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus lalu
keringkan
2. biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan
bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-
hati memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan
perineum.
3. Jumlah yang diperlukan 30-60mL
b.Persiapan Peralatan dan Prosedur
Prosedur mengumpulkan urin midstream
Langkah Rasional
1. 1. ikuti kebijakan lembaga dalam
pengambilan spesimen
Kebijakan lembaga dapat berbeda –beda
dalam metode pengambilan
2. kaji status klien
a. pada saat terakir kali klien berkemih
b. tingkat kesadaran atau tahap
prkembangan
c. mobilisasi ,keseimbangan , dan
keterbatasan fisik
Dapat mengindikasikan penuhnya kandung
kemih
Menunjukan kemampuan klien dalam
bekerja sama selama prosedur
Menentukan tingkat bantuan
3. kaji tingkat pengetahuan klien
terhadap pemeriksaan
Informasi memungkinkan dapat
mengklarifikasi kesalah pahaman dan
meningktkan kerjasa sama dari klien
4. persiapkan peralatan :
a. sabun,lap basah,dan handuk
Di gunakan untuk
membersihkan,membilas,dan
mengeringkan perineum
b.peralatan komersial untuk mengambil
irine dengan cara bersih,gulungan kapas
steril atau bantalan kasa ukuran 2x2
c. larutan anti septik
d. air steril
e. wadah spesimen steril
f. sarung tangan steril dan non steril
g. pispot
h. label spesimen yang lengkap
Membilas larutan antiseptik
5. jelaskan prosedur
a. alasan dibutuhkannya spesimen
midstrem
b. cara agar klien dan keluarga dapat
membantu
c. cara mengambil spesimen yang bebas
dari feses
Mengurangi ansietas
Membantu klien mengumpulkan spesimen
urin secara mandiri
Feses dapat merubah karakteristik urindan
dapat menyebabkan nilai pengukuran
menjadi salah
6. apabila klien tidak merasakan
keinginan berkemih yang
mendesak, berikan air minum 30
menit sebelum pengambilan urin
Meningkatkan kemampuan berkemih
7. Privasi klien Memungkinkan kline bersifat rileks
8. berikan sabun,lap basah , dan
handuk untuk membersihkan daerah
perineum
9. .Pakai sarung tangan non steril dan Mencegah penularan mikroorganisme
bantu perawatan perineum pada
klien yang tidak dapat berjalan
10. ganti sarung tangan Mengurangi transfer infeksi
11. buka peralatan steril atau
persiapkan peralatan steril
12. tuang antiseptik diatas bola kapas Bola kapas digunakan untuk membersihkan
perineum
13. buka wadah steril
1. Bantu dan biarkan klien
membersihkan perineum dan
mengumpulkan spesimen urin nya
secara mandiri
a. pria
pegang penis dengan satu tangan
dan bersihkan ujung penis
dengan gerakan memutar dari
arah tengah keluar dan
menggunakan swab antiseptik
bersihkan daerah tersebut dengan
air sterildan keringkan dengan
bola kapas
setelah klien mulai mengeluarkan
aliran urin ,letakan wadah
pengumpul dibawah aliran urin
dan kumpulkan 30 – 60 ml
b. wanita
buka labia dengan ibu jari dan jari
Mengurangi jumlah bakteri
Mencegah kontaminasi spesimen dengan
larutan antiseptik
Urin yang pertama keluar membuang
mikroorganisme yangt dalam kondisi
normal terakumulasi di meatus urinarius
dan mencegah bakteri terkumpul di dalam
spesimen
Memungkinkan akses kemeatus uretra
Mencegah kontaminasi spesimen dengan
larutan antiseptik
Urin yang pertama keluar membuang
mikroorganisme yangt dalam kondisi
normal terakumulasi di meatus urinarius
dan mencegah bakteri terkumpul di dalam
spesimen
telunjuk dari tangan yang tidak
dominan
bersihkan daerah tersebut dengan
bola kapas ,dari bagian depan ke
belakang
bantu klien membersihkan daerah
perineum dan mengumpilkan secara
mandiri
bersihkan daerah tersebut dengan
air sterildan keringkan dengan
bola kapas
dengan tetap memisahkan labia,
klien harus mulai mengeluarkan
urin , dan setelah aliran keluar
letakan wadah spesimen dibawah
aliran urin dan kumpulkan 30 –
60 ml
15 pindahkan wadah spesimen sebelum
aliran urin terhentidan sebelum
melepaskan labia atau penis.klien
meyelesaikan berkemih dalam bedpend
tau toilet
Mencegah spesimen terkontaminasi oleh
flora kulit
16. tutup wadah spesimen dengan aman
dan kuat
Mempertahankan sterilitas bagian dalam
wadah
17. bersihkan urin yang mengenai
bagian luar wadah,dan letakan di
kantung plastikn spesimen
Mencegah transfer mikroorgani9sme
dengan orang lain
18. pindahkan bedpen dan bantu klien
untuk dapat posisi yang nyaman
Meningkatkan lingkungan yang rileks
19 berikan label pada daftar spesimen Mencegah identifikasi yang tidak akurat
20. lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
Mencegah transfer mikroorgani9sme
dengan orang lain
21 kirim spesimen ke labort dalam 15
menit atau m,asukan dalam lemari es
Bakteri dapat berkembang biak dalam urin
22. catat tanggal dan waktu
pengambilan spesimen dalam catatan
keperawatan
Mendokumentasikan implementasi yang
diprogramkan dokter
c) URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka
waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di
lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri
atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu
dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1. mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2.menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3.menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon
tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1.Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2.beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3.setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera
masukan dalam wadah yang lebih besar
4.setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5.perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
6.wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
d) SPESIMEN URIN ACAK
1. Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin klien saat
berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang
mengalami diversi urinarius
2. Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3. Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL
urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
4. Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah
spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan
wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
e) SPESIMEN KATETER INDWELLING
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan
untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika
tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk
urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin
a. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d) Wadah berwarna terang.
2) Bahan Pengawet
a) Formalin 37%.
b) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
3) Cara Pengambilan Spesimen
a) Urine ditampung selama 24 jam
b) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan
dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga
homogen.
4) Identitas Spesimen.
diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi
yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis
pemeriksaan,
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian
dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet
sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau
tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih dari 3 hari)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Terhadap penggunaan memasang kateter dan pengambilan spesimen urin perawat di
tuntut untuk lebih teliti dalam mengerjakannya.
Saran:
Diharapkan agar mahasiswa mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam tentang
fungsi dan peran mahasiswa perawat/perawat dalam proses pemasangan kateter dan pengambilan
spesimen urin, batasan tindakan, dan prosedur kolaboratif dalam pelaksanaanya.
DAFTAR PUSTAKA
2008.Gangguan Prilaku Anak. Copyright: www.medicastore.com.
……....2008.Gangguan jiwa anak. Copyright: www.medicastore.com.
....…….2007. Depresi pada remaja dan anak. Copyright :www.medicastore.com.
Smeltzer, C. Suzanne, Bare, G. Brenda. Brunner and Suddarth’s Text Book of Medical Surgical Nursing. 8th vol 2 alih bahasa Kuncoro, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC; 2001
Perry, Anne, Griffin, Potter A. Patricia. Pocket Guide to Basic Skills and Procedures. Alih bahasa: Monica Ester, Jakarta: EGC; 2000