54
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA · Web viewOleh karena itu dalam tahun 1982/83 berbagai usaha terpadu untuk menurunkan tingkat kelahiran dan tingkat kematian serta peningkatan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

B A B XIX

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

A. PENDAHULUAN

Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan ku- rang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Ke- adaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk, semakin besar usaha yang diperlukan un- tuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi disebab- kan masih tingginya tingkat kelahiran disatu pihak dan rela- tif cepatnya penurunan tingkat kematian dilain pihak. Hal ini menyebabkan relatif besarnya golongan penduduk berusia muda dalam struktur penduduk Indonesia. Dengan demikian dalam struktur penduduk yang berlaku sekarang ini tingkat ketergantungan akan jumlah golongan penduduk yang hidupnya tergantung pada golongan penduduk lainnya lebih tinggi dibanding dengan penduduk yang struktur umurnya lebih seimbang. Selain itu, kebutuhan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, dan kesehat- an juga semakin meningkat.

Penyebaran penduduk yang kurang seimbang juga mempersulit pemanfaatan sumber alam dan sumber daya manusia bagi pembangunan. Lebih dari 63% penduduk Indonesia berada di Jawa yang merupakan hanya 7% dari luas Indonesia. Penyebaran yang kurang seimbang ini menimbulkan tekanan yang besar bagi ta- nah, hutan, dan air serta sumber-sumber alam lainnya di Pulau Jawa sementara sumber daya manusia masih belum termanfaatkan sepenuhnya.

Program kependudukan dan keluarga berencana bertujuan tu- rut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa. Untuk menca- pai tujuan tersebut, usaha-usaha secara operasional dijabar- kan kedalam sasaran untuk menurunkan tingkat kelahiran dalam rangka menciptakan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Usaha-usaha yang dilaksanakan sampai dengan tahun ke - 4 Repelita III di bidang kependudukan dan keluarga berencana telah memberikan hasil yang menggembirakan. Usaha-usaha dalam tahun 1982/83 merupakan kelanjutan dari peningkatan usaha-usaha tahun-tahun sebelumnya.

B. PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN

Berbagai langkah dan kebijaksanaan yang ditempuh dalam tahun 1982/83 di bidang program kependudukan dan keluarga be-rencana terutama diarahkan untuk mengintensifkan pelaksanaan program serta keterpaduan pelaksanaan di lapangan. Langkah-langkah ini antara lain adalah :

(1) meningkatkan tingkat keberhasilan daerah-daerah yang potensial, yaitu daerah yang sangat berpengaruh terhadap keseluruhan hasil program secara nasional dan yang ting- kat pencapaian sasaran masih bisa ditingkatkan. Daerahdaerah itu antara lain Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat;

(2) membina, mempertahankan dan memberikan pengayoman pada daerah-daerah yang relatif telah maju antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara dan Bengkulu;

(3) memberikan rangsangan kepada propinsi-propinsi lainnya untuk lebih meningkatkan pelaksanaan program di wilayah-nya masing-masing.

Kegiatan-kegiatan lain yang ditempuh pada tahun 1982/83 yang juga merupakan kegiatan lanjutan tahun-tahun sebelumnya adalah :

(1). usaha-usaha pemantapan keikutsertaan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana;

(2). meningkatkan keterpaduan pelaksanaan kegiatan penerangan dan motivasi dengan pelayanan kontrasepsi serta pengkai-tan pencapaian sasaran menurut penjadwalan waktu;

(3). meningkatkan keterpaduan program-program lintas sektoral dalam rangka menunjang keberhasilan program.

Dalam bidang keluarga berencana, pelaksanaan semakin ditingkatkan pada wilayah yang mempunyai potensi dan sumbangan yang besar dalam pencapaian peserta keluarga berencana serta

dampak program terhadap penurunan tingkat kelahiran. Dalam penyusunan sasaran program telah dilakukan penyempurnaan dimana sasaran program yaitu pasangan usia subur, telah lebih diperinci berdasarkan kelompok umur dan jumlah anak sehingga langkah operasional selanjutnya dapat diarahkan kepada penggunaan kontrasepsi yang sesuai dengan karakteristik dan pola pemakaian kontrasepsi yang lebih baik.

Di bidang kependudukan maka usaha terus ditingkatkan untuk memadukan berbagai kegiatan antar sektor, yaitu kegia- tan-kegiatan yang mempunyai dampak ganda baik di bidang kependudukan maupun di bidang-bidang lainnya.

Berbagai langkah dan usaha yang ditempuh diarahkan untuk mempercepat tercapainya sasaran jangka panjang di bidang kependudukan yaitu menurunkan tingkat kesuburan dengan 50% selambat-lambatnya pada tahun 2000 dari keadaan tahun 1971. Se-lain itu kegiatan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan tingkat harapan hidup, serta menurunkan tingkat kematian terutama kematian anak-anak. Oleh karena itu dalam tahun 1982/83 berbagai usaha terpadu untuk menurunkan tingkat kelahiran dan tingkat kematian serta peningkatan kesejahteraan keluarga yang telah dirintis pada tahun-tahun sebelumnya terus dilanjutkan dan ditingkatkan.

Usaha terpadu yang telah dikembangkan antara lain prog-ram KB-Gizi. Kegiatan ini sampai dengan tahun 1982/83 telah mencakup sekitar 20.000 desa sedangkan pada tahun 1981/82 kegiatan ini baru meliputi sekitar 18.288 desa yang tersebar di Jawa, Bali, Lampung dan Sumatera Barat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pengayoman kelestarian peserta keluarga berencana melalui peningkatan mutu gizi anak-anak balita. Hal ini berarti pula usaha penurunan tingkat kematian anak-anak yang pada akhirnya akan memberikan dampak kepada penurunan tingkat kelahiran.

Upaya pengayoman lainnya juga dilakukan melalui program peningkatan pendapatan keluarga peserta keluarga berencana yang dilaksanakan melalui jalur paguyuban/kelompok-kelompok keluarga berencana yang telah tumbuh di dalam masyarakat. Usaha ini sampai dengan tahun 1982/83 telah dilaksanakan bagi sekitar 2.855 kelompok peserta keluarga berencana. Kegiatan utama dalam usaha peningkatan pendapatan keluarga ini berupa penyediaan modal kerja bagi peserta keluarga berencana mela- lui kelompoknya masing-masing, latihan ketrampilan bagi pemu- da dan wanita. Usaha dilaksanakan dibawah naungan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

XIX/5

Selain peningkatan kesejahteraan keluarga pars peserta keluarga berencana yang merupakan usaha langsung penurunan tingkat kesuburan, telah dilaksanakan pula berbagai kegiatan yang ditujukan kepada generasi muda untuk mendorong penundaan usia kawin. Dalam pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan kerjasama yang erat dengan berbagai organisasi pemuda melalui usaha pendidikan kependudukan.

a. Penerangan dan Motivasi

Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana da-lam tahun 1982/83 merupakan kelanjutan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan ini berusaha meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana baik di kalangan peserta baru maupun peserta keluarga berencana yang ada. Tujuannya adalah meningkatkan pemakaian kontrasepsi yang berkelanjutan dan mempercepat proses pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Sehubungan dengan itu usaha-usaha yang dilakukan di bi-dang penerangan dan motivasi telah berkembang pada ruang lingkup usaha penerangan yang tidak hanya berupa penyampaian pesan keluarga berencana tetapi berusaha meningkatkan penge-tahuan dan kesadaran masyarakat mengenai permasalahan kependudukan. Selain itu kegiatan penerangan dan motivasi juga diarahkan untuk memberikan pengayoman dalam rangka membina kelestarian para peserta keluarga berencana agar mereka tetap melaksanakan praktek keluarga berencana secara berkesinambungan.

Sasaran penerangan dan motivasi tetap diarahkan kepada 3 sasaran menurut wilayah-wilayah penggarapan. Pertama, berusa-ha mempercepat proses pelembagaan dalam rangka pemindahan tangungjawab program kepada masyarakat bagi wilayah-wilayah yang mencapai tingkat kesertaan cukup tinggi; kedua, meningkatkan peserta baru dan meningkatkan kelestarian peserta yang ada bagi wilayah-wilayah yang telah berkembang tetapi belum mempunyai pencapaian cukup tinggi; dan ketiga, berusaha mengembangkan program lebih luas bagi wilayah-wilayah baru. Pada akhirnya, kegiatan penerangan dan motivasi ditujukan kepada usaha pelembagaan yaitu mendorong tumbuhnya keikutser-taan masyarakat secara aktif dan kreatif dalam program kependudukan dan keluarga berencana.

Usaha-usaha untuk meningkatkan pelembagaan program kependudukan dan keluarga berencana tiap tahun memberi hasil

yang semakin meningkat. Ukuran keberhasilan tersebut terlihat dengan terus tumbuh dan berkembangnya jumlah organisasi-organisasi masyarakat yang aktip mengelola program di lapangan. Organisasi-organisasi masyarakat itu ialah Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan Paguyuban dimana pada tahun 1982/83 telah mencapai jumlah 176.823 unit organisasi, (Tabel XIX - 1). Keberhasilan ini terutama ditunjang oleh semakin meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan instansi/aparatur pemerintah baik langsung maupun tidak langsung.

Pertumbuhan PPKBD dan Paguyuban sampai ke setiap desa/ pedukuhan telah mempermudah usaha pelayanan pemberian kontrasepsi ulang kepada masyarakat. Dengan dimanfaatkannya saluran desa ini, maka secara nasional hampir 75% penyaluran pil keluarga berencana dan kondom kepada para peserta dilaksanakan melalui jalur PPKBD dan Paguyuban. Selain dari kegiatan pemberian kontrasepsi kepada para peserta keluarga berencana di wilayahnya, lembaga PPKBD dan Paguyuban ini telah berkembang pula sebagai wahana pengintegrasian program keluarga berenca-na dengan program pembangunan lainnya, terutama yang menun-jang kelestarian peserta.

Dalam rangka meningkatkan jumlah peserta keluarga berencana di daerah perkotaan, dalam tahun 1982/83 telah mulai dikembangkan program keluarga berencana perkotaan di 5 kota besar yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang. Usaha-usaha penerangan dan motivasi bagi daerah perkotaan terutama diarahkan untuk menumbuhkan keikutsertaan pera-nan swasta dalam penanganan program melalui saluran komersial.

Sejalan dengan semakin meningkatnya wilayah dan jangkau- an program, maka telah ditingkatkan pula usaha-usaha per-luasan daya jangkau jaringan penerangan. Jalur yang digunakan adalah penerangan kelompok, penerangan massa, forum diskusi, penerangan melalui bahan cetakan, RRI dan TVRI, serta peman-faatan jalur-jalur kegiatan organisasi pemuda dan olahraga. Segi lain dari usaha penerangan adalah peningkatan mutu dan isi penerangan yang disesuaikan dengan kondisi dan wilayah melalui forum pertemuan berkala antar berbagai unit pelaksana di lapangan. Forum ini berusaha agar isi penerangan dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan program yang semakin meningkat, baik di bidang keluarga berencana maupun program-program pembangunan lainnya.

b. Pendidikan dan Latihan

Sasaran utama di bidang pendidikan dan latihan adalah

XIX/7

TABEL XIX - 1

JUMLAH PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA(PPKBD) DAN PAGUYUBAN,1978/79 - 1982/83(unit)

*) Angka diperbaiki

GRAFIK XIX - 1

JUMLAH PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA (PPKBD) DAN PAGUYUBAN,

1978/79 - 1982/83

XIX/9

melatih dan mendidik tenaga keluarga berencana untuk meningkatkan ketrampilan tehnis operasional para pelaksana dan mengembangkan lebih lanjut program pendidikan kependudukan di sekolah dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Se- lama tahun 1982/83 telah dapat dilaksanakan pendidikan dan latihan untuk berbagai jenis ketrampilan bagi sekitar 26.771 orang (Tabel XIX - 2).

Dalam rangka mendukung usaha pelembagaan dan pembudayaan melalui pendidikan kependudukan selama tahun 1982/83 telah dilatih sebanyak 10.759 tenaga guru pendidik kependudukan. Perkembangan tenaga guru pendidikan kependudukan yang dilatih dapat dilihat pada Tabel XIX - 3.

Sejalan dengan perkembangan program yang mencakup masa- lah kependudukan yang luas dan terpadu, maka telah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam materi pendidikan bagi te- naga pelaksana program dan pelaksana pendidikan kependudukan. Dengan demikian diharapkan para tenaga pelaksana dapat mengi-kuti perkembangan program dengan lebih baik.

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dan latihan pada tahun 1982/83 telah mulai dibangun pusat-pusat pendidikan dan latihan kependudukan keluarga berencana di 11 propinsi di luar Jawa dan Bali sebagai kelanjutan usaha pada masa Repelita II. Dengan demikian diharapkan pada akhir Repelita III seluruh propinsi telah memiliki Pusat Pendidikan dan Latihan Kependudukan Keluarga Berencana.

c. Pelayanan Keluarga Berencana

(1) Jumlah Peserta Keluarga Berencana Baru

Perkembangan jumlah peserta KB baru selama 4 tahun Repe-lita III dapat dilihat pada Tabel XIX - 4. Dalam tahun 1982/ 83 secara nasional telah diperoleh peserta KB baru sebanyak 3.885.476 peserta atau 107,3% dari rencana sasaran yang ditetapkan yaitu sebesar 3.621.595 peserta. Menurut daerah penggarapannya, dari seluruh peserta KB baru 2.825.938 peserta diperoleh di Jawa dan Bali, 851.598 peserta diperoleh di luar Jawa Bali I dan 207.940 peserta diperoleh di daerah luar Jawa Bali II.

Dalam pencapaian sasaran peserta KB baru tahun 1982/83, propinsi-propinsi yang sangat tinggi dalam pencapaiannya an- tara lain : Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Jambi, Bengkulu dan Kalimantan Tengah, yaitu masing-masing

XX/10

TABEL XIX - 2

JUMLAH TENAGA YANG MENDAPATKAN PENDIDIKANDAN LATIHAN KELUARGA BERENCANA,1978/79 - 1982/83(orang)

Kategori Tenaga

1978/79

1979/80

1980/81

1981/82

1983/84

1.

Dokter

362

850

977

776

527

2.

Bidan/Pembantu Bidan

828

1.788

2.084

1.798

956

3. PLKB, Pemimpin kelompok,

1.197

2.542

6.453

5.459

4.841

Pengawas, dan Koordinator

PLKB

4. Petugas Pencatatan

dan Pelaporan

3.554

321

720

774

1.143

5. Petugas Penerangan

1.147

2.473

870

484

90

6. Pembantu Pembina Keluarga

906

695

3.099

4.885

3.979

Berencana Desa (PPKBD)

7.

Lain-lain Petugas

228

1.554

4.927

4.603

15.235

Jumlah :

8.222

10.223

19.130

18.779

26.771

*) Petugas Lapangan Keluarga Berencana

XIX/ 11

GRAFIK XIX - 2

JUMLAH TENAGA YANG MENDAPATKAN PENDIDIKAN

DAN LATIHAN KELUARGA BERENCANA,

1978/79 - 1982/83

XIX/12

TABEL XIX - 3

JUMLAH TENAGA GURU PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN YANG DILATIH,1978/79 - 1982/83(orang)

1) Pendidikan Luar Sekolah

2) Sekolah Pendidikan Guru

XIX/13

GRAFIK XIX - 3

JUMLAH TENAGA GURU PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN YANG DILATIH,1978/79 - 1982/83

XIX/14

TABEL XIX - 4

HASIL PENCAPAIAN SASARAN PESERTA BARU KELUARGA BERENCANA,1978/79 - 1982/83(peserta)

*) Angka diperbaiki

XIX/15

GRAFIK XIX - 4

HASIL PENCAPAIAN SASARAN PESERTA BARUKELUARGA BERENCANA,1978/79 - 1982/83

mencapai diatas 125% dari sasaran peserta KB baru. Keadaan ini adalah sebagai hasil adanya intensifikasi penggarapan di lapangan dalam rangka meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam berkeluarga berencana. Dengan demikian jumlah peserta KB baru yang telah diperoleh selama 4 tahun dalam Repelita III ini tercatat sebanyak 12.133.408 peserta atau 89,88% dari sasaran Repelita III sebesar 13,5 juta peserta.

Dari para peserta KB baru yang diperoleh, apabila dili- hat dari metode kontrasepsi yang dipakai menunjukkan bahwa 52,9% menggunakan pil, 23,0% menggunakan IUD, 4,7% mengguna- kan kondom, 17,0% menggunakan suntikan dan menggunakan metode lainnya 2,4%. Perkembangan hasil peserta KB baru menurut metode kontrasepsi yang dipakai dapat dilihat pada Tabel XIX - 5. Dari Tabel XIX - 5 terlihat adanya penggeseran pengguna- an kontrasepsi kepada kontrasepsi yang lebih mantap dan mempunyai tingkat kelangsungan yang lebih tinggi. Sebagai con- toh, kalau dalam tahun 1979/80 peserta KB baru dengan metode pil 69,5% dan metode IUD 17,9%, maka dalam tahun 1982/83 te- lah bergeser menjadi 52,9% metode pil dan 23,0% metode IUD. Demikian pula metode suntikan telah berkembang peminatnya da- ri 2,9% pada tahun 1979/80 menjadi 17,0% pada tahun 1982/83. Hal ini menunjukkan bahwa usaha program dalam mengajak masyarakat berkeluarga berencana tidak saja mencapai kuantitas yang banyak tetapi telah diarahkan pula kepada pemakaian kontrasepsi yang lebih mantap dan mempunyai kelangsungan yang lebih tinggi.

Selain itu apabila dilihat dari ciri-ciri peserta KB ba-ru, maka terlihat bahwa sebagian besar peserta KB baru ber- umur di bawah 30 tahun (Tabel XIX - 6). Upaya untuk menggeser peserta KB yang berumur muda terus diusahakan dari tahun ke- tahun karena mereka mempunyai potensi melahirkan yang tinggi, sehingga penggarapan yang lebih awal akan mempunyai arti yang besar dalam usaha penurunan kelahiran. Ciri lain daripada pe-serta KB baru adalah bahwa sebagian besar 4ari mereka ber- asal dari keluarga petani yang tinggal di daerah pedesaan (Tabel XIX - 7).

(2) Pembinaan Peserta Keluarga Berencana

Dalam upaya membina kelestarian para peserta KB, maka pada tahun 1982/83 telah dilakukan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk lebih meningkatkan penerimaan gagasan keluarga berencana secara lestari, baik keikutsertaan sebagai peserta KB maupun dalam peran serta menggarap dan mengembangkan kegiatan-kegiatan program kependudukan dan keluarga berencana.

XIX/17

TABEL XIX - 5

JUMLAH PESERTA BARU KELUARGA BERENCANAMENURUT METODA KONTRASEPSI,1978/79 - 1982/83(ribu peserta)

*) Angka diperbaiki

GRAFIK XIX.- 5

JUMLAH PESERTA BARU KELUARGA BERENCANA

MENURUT METODA KONTRASEPSI,

1978/79 - 1982/83

XIX/19

TABEL XIX - 6

PERSENTASE PESERTA BARU KELUARGA BERENCANAMENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI,1978/79 - 1982/83(persen)

*) Angka diperbaiki

GRAFIK XIX – 6

PERSENTASE PESERTA BARU KELUARGA BERENCANAMENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI,1978/79 - 1982/83

XIX/21

TABEL XIX - 7

PERSENTASE PESERTA BARU KELUARGA BERENCANAMENURUT PEKERJAAN SUAMI, DI JAWA DAN BALI,1978/79 - 1982/83(persen)

Pekerjaan Suami

Peserta KB

1978/79

1979/80

1980/81

1981/82

1982/83

Pegawai Negeri

6,9

5,9

6,0

6,4

7,4

Pegawai

Swasta

6,7

6,5

6,3

6,8

9,3

ABRI

1,9

1,7

1,3

1,7

1,9

Pedagang

5,4

5,4

5,2

54,8*)

5,2

Petani

63,9

64,8

64,6

63,9

59,4

Pekerja Lepas

14,2

14,2

15,5

14,9

16,0

Tidak bekerja, dan lain-lain

1,0

1,5

1,1

0,5

0,8

Jumlah:

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

*) Angka diperbaiki

GRAFIK IX - 7

PERSENTASE PESERTA BARU KELUARGA BERENCANAMENURUT PEKERJAAN SUAMI, DI JAWA DAN BALI,1978/79 - 1982/83

XIX/23

Selama empat tahun terakhir ini keikutsertaan peserta KB aktif tampak semakin meningkat, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XIX - 8. Jumlah peserta meningkat dari 6,5 juta pada tahun 1979/80 menjadi 11,2 juta peserta atau 48,05% dari pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 1982/83. Jumlah peserta KB aktif ini telah melampaui sasaran Repelita III yang berjumlah 9,5 juta peserta. Meningkatnya jumlah peserta KB aktif ini selain dari merupakan hasil usaha intensifikasi penggarapan juga diakibatkan makin ditatanya manajemen pro- gram dan makin berkembangnya Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD), paguyuban KB atau kelompok-kelompok akseptor yang melakukan pembinaan kepada anggotanya.

Semakin meningkatnya kelestarian pemakaian kontrasepsi secara berlanjut oleh pars peserta KB, telah memberikan sumbangan yang berarti dalam usaha penurunan tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran kasar yang dihitung berdasarkan hasil sen- sus 1971, Susenas 1979 dan Sensus penduduk 1980 menunjukkan adanya penurunan dari 43,77 menjadi 33,99 perseribu penduduk dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini atau terdapat penurunan sebesar 22,3 persen. Penurunan angka kelahiran ini didukung pula oleh naiknya rata-rata usia perkawinan, berkat adanya usaha program KKB melalui jalur pendidikan kependu- dukan dan adanya program peningkatan peranan wanita dalam pembangunan. Faktor lain yang mendukung penurunan tingkat kelahiran ini adalah menurunnya tingkat kematian terutama kematian anak-anak balita, yang disebabkan oleh meningkatnya usaha pembangunan kesehatan maupun ajakan kepada masyarakat untuk memelihara lingkungan yang lebih sehat. Selain adanya kecenderungan penurunan kesuburan, hasil sensus penduduk 1980 menunjukkan pula beberapa indikator perubahan struktur kependudukan di Indonesia, antara lain terlihat adanya perubahan dalam struktur umur. Dalam sensus penduduk 1971, golongan penduduk berumur 0 - 4 tahun sebesar 15% - 17%, sedang dalam sensus 1980 angka ini, turun menjadi 13,2%.

(3) Pelembagaan/Pembudayaan Program KKB

Dalam tahun 1982/83 usaha pelembagaan/pembudayaan dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana te- rus ditingkatkan. Sasaran utama adalah meningkatkan diterima- nya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera secara membudaya dalam masyarakat. Dalam kegiatan ini termasuk pula usaha meningkatkan tanggung jawab serta peranan aktif masyarakat dan seluruh aparatur/instansi pemerintah untuk ikut serta mengelola program kependudukan dan keluarga berencana. Dengan adanya instruksi Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun

XIX/24

TABEL XIX - 8

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA LESTARIMENURUT METODA KONTRASEPSI,1978/79 - 1982/83(ribu peserta)

*) Angka diperbaiki

XIX/25

GRAFIK XIX - 8

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA LESTARIMENURUT METODA KONTRASEPSI ,1978/79 - 1982/83

1982, seluruh jajaran di lingkungan pemerintah Daerah serta Dharma Wanita dengan PKK dilibatkan, sehingga pengelolaan program KKB semakin mendapat dukungan yang sangat positif.

Semakin meningkatnya peranan lembaga-lembaga masyarakat dalam pengelolaan program KKB, seperti Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD), Sub PPKBD, kelompok akseptor/paguyuban KB, te- lah mendorong semakin cepat terwujudnya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dalam tahun 1982/83, se- cara nasional jumlah PPKBD dan paguyuban KB telah tercatat sebanyak 176.823 (Tabel XIX - 1). Berkembang tumbuhnya PPKBD dan paguyuban sampai ke setiap perdukuhan telah memberikan manfaat dengan cara mempermudah pelayanan pemberian kontra-sepsi kepada masyarakat sehingga tidak lagi hanya menggantungkan pelayanan kepada pusat-pusat pelayanan yang ada saja. Hal ini terlihat dari hasil perkembangan peranan saluran desa dalam pelaksanaan distribusi pil dan kondom kepada peserta keluarga berencana. Secara nasional peranan saluran desa da- lam pemberian pil terns meningkat, sehingga pada saat ini le- bih dari 75% seluruh distribusi pil kepada masyarakat dilaksanakan melalui saluran pos keluarga berencana desa.

Selain dari kegiatan pemberian kontrasepsi kepada pa-sangan usia subur diwilayahnya, lembaga PPKBD telah berkem- bang pula sebagai wahana pengintegrasian program keluarga berencana dengan program pembangunan lainnya, khususnya yang bersifat menunjang kelestarian peserta keluarga berencana. Program-program kependudukan ini antara lain, berupa program usaha peningkatan gizi keluarga. Program gizi melalui jalur program keluarga berencana ini telah mencakup 20.000 desa di Jawa Bali, Lampung dan Sumatera Barat. Dari program ini telah tercatat adanya 44.459 pos yang secara periodik melakukan kegiatan penimbangan anak-anak balita. Diharapkan program ini akan meningkatkan gizi anak balita khususnya dari keluarga berencana peserta KB sehingga diperoleh suatu generasi yang lebih sehat dan cerdas.

Peranan wanita yang semula berorientasi sempit hanya melahirkan dan memelihara anak saja kini telah berobah menjadi potensi sosial ekonomi. Pada beberapa desa telah tumbuh kelompok akseptor yang siap ikut dalam usaha produktif membantu suami mereka dalam menambah pendapatan atau penghasilan keluarga. Dalam hubungan ini melalui program KKB telah dilaku- kan upaya dengan memberikan bantuan modal untuk usaha kegia- tan kelompok akseptor. Bantuan modal ini digunakan sebagai modal kelompok akseptor dalam kegiatan usahanya yang berupa

koperasi simpan pinjam atau memberikan kredit bagi usaha-usa- ha yang produktif.

Selain itu kepada para kelompok diberikan penyuluhan dan tambahan ketrampilan untuk usaha-usaha yang akan dilakukan seperti memelihara ternak, anyam-anyaman, jahit-menjahit dan sebagainya. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan para akseptor dalam rangka pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Sampai dengan tahun 1982/83 program ini telah memberikan bantuan modal kepada kelompok-kelompok akseptor keluarga berencana di 147 kecama- tan yang meliputi 805 desa.

Di samping itu telah dilakukan usaha kegiatan dengan melakukan pendekatan kepada pars pemuda, para pelajar dan mahasiswa dalam rangka program peningkatan usia perkawinan maupun program pendidikan kependudukan. Program ini bertujuan agar generasi muda mempunyai kesadaran dan pengetahuan serta tingkah laku yang lebih bertanggungjawab dan rasional me-ngenai masalah kependudukan di Indonesia.

Sejalan dengan usaha untuk lebih memberikan dukungan psikologis bagi peserta keluarga berencana, pada tahun 1982/ 83 telah dilakukan pemberian piagam penghargaan kepada para peserta keluarga berencana lestari 5 tahun, peserta keluarga berencana lestari 10 tahun dan kepada lembaga masyarakat pengelola program keluarga berencana di tingkat pedesaan.

(4) Pelayanan Kontrasepsi

Semakin meluasnya wilayah dan jangkauan program serta makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan keluarga berencana maka semakin mendesak pula kebutuhan sa- rana pelayanan yang cukup mudah dijangkau. Sarana utama untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat adalah klinik ke- luarga berencana, rumah sakit dan team media keliling. Jumlah klinik keluarga berencana senantiasa meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XIX - 9. Pada tahun 1979/80 terdapat 5.118 klinik meningkat menjadi 6.586 buah klinik pada tahun 1982/83. Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan maka kegiatan pelayanan melalui Team Medis Keliling terus dikembangkan tiap tahun. Untuk itu selama tahun 1982/83 team gerak klinik keluarga berencana telah menjangkau lebih banyak desa-desa dan dukuh-dukuh dari tahun sebelumnya.

TABEL XIX - 9

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANAMENURUT STATUS,1978/79 - 1982/83(klinik)

Status Klinik

1978/79

1979/80

1980/81

1981/82

1982/83

1. Departemen Kesehatan

3.411

4.237

4.652

5.082

5.412

2. ABRI

319

372

401

427

466

3. Instansi Pemerintah

lain

109

164

176

192

220

4. Swasta

295

345

380

428

488

Jumlah:

4.134

5.118

5.609

6.129

6.586

GRAFIK XIX - 9

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS,

1978/79 - 1982/83

Selain daripada itu mutu pelayanan kepada calon peserta dan peserta yang ada terus ditingkatkan antara lain sebelum sesuatu alat kontrasepsi diberikan, dilaksanakan pemeriksaan kepada calon peserta. Demikian pula kepada para peserta lama diadakan pelayanan kesehatan. Selanjutnya kepada semua peser- ta diberikan penerangan yang intensif mengenai berbagai meto- de kontrasepsi.

Usaha meningkatkan pelayanan keluarga berencana disam- ping melalui klinik keluarga berencana dan team medis keli- ling juga dikembangkan pelayanan melalui rumah sakit. Pada tahun 1982/83 jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan keluarga berencana adalah 382 rumah sakit. Bila dibandingkan dengan sasaran Repelita III yang berjumlah 164 rumah sakit maka pencapaian pada tahun keempat Repelita III adalah 133% di atas sasaran.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan keluarga berencana di daerah perkotaan, maka sejak tahun 1981/82 telah dilaksanakan pengamatan yang seksama dan penjajagan cara penggarapan keluarga berencana yang setepat-tepatnya di daerah perkotaan. Pada tahun 1982/83 mulai diusahakan pengembangan keluarga berencana di daerah kota. Dengan semakin meluasnya daerah penggarapan dan semakin meningkatnya jumlah klinik keluarga berencana, jumlah rumah sakit, frekuensi pelayanan melalui. Team Media Keliling dan semakin meningkatnya jumlah peserta keluarga berencana, semakin di rasakan kebutuhan penambahan tenaga pelayanan tenaga medis dan pars media seperti dokter, bidan, pembantu bidan, dan tenaga pencatat pelaporan. Jumlah tenaga dokter telah meningkat dari 3.594 orang pada tahun 1979/80 menjadi 4.303 orang pada tahun 1982/83, jumlah tenaga bidan telah meningkat dari 5.476 orang menjadi 6.239 orang, tenaga pembantu bidan naik dari 4.319 orang menjadi 4.928 orang dan tenaga pencatatan pelaporan naik dari 3.927 orang menjadi 4.478 (Tabel XIX - 10).

Untuk melakukan penanganan yang serasi dan saling menunjang antara kegiatan penerangan motivasi dan pelayanan kontrasepsi di daerah pedesaan kegiatan melalui Team Keluarga Berencana Keliling (TKBK) terus dikembangkan. Dengan demikian klinik keluarga berencana telah berfungsi tidak saja sebagai tempat pelayanan tetapi sebagai pusat bergeraknya TKBK dalam rangka memperluas daerah jangkauan klinik. Sejalan dengan meningkatnya usaha penyediaan sarana pelayanan maka diusahakan pula untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui pertemuan yang teratur antara tenaga-tenaga pelayanan medis/kontrasepsi baik

TABEL XIX - 10

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANAMENURUT KATEGORI,1978/79 - 1982/83(orang)

GRAFIK XIX - 10

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANAMENURUT KATEGORI,1978/79 - 1982/83

XIX/33

di tingkat Pusat, tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten/ kotamadya. Melalui pertemuan-pertemuan ini dikembangkan cara pemberian pelayanan keluarga yang setepat-tepatnya baik bagi pria maupun wanita, yang bersifat klinik maupun non klinik.

d. Perbekalan dan Perlengkapan

Sasaran utama kegiatan perbekalan dan perlengkapan dalam menunjang program kependudukan keluarga berencana adalah menyediakan alat kontrasepsi yang cukup, teratur dan tepat pada saat dibutuhkan. Dalam hubungan ini telah dirumuskan pola penyediaan alat kontrasepsi diberbagai tingkatan. Pola penye- diaan alat kontrasepsi yang berupa penyediaan pada tingkat nasional selama 3 bulan, pada tingkat propinsi selama 3 bu- lan, pada tingkat kabupaten/kodya 6 bulan dan pada tingkat desa untuk persediaan selama 3 bulan terus dikembangkan dan dimantapkan. Demikian pula untuk menjaga kemantapan pola penyediaan tersebut kegiatan monitoring pergudangan yang sudah berjalan terus ditingkatkan. Perkembangan penyediaan alat kontrasepsi sejak tahun 1979/80 - 1982/83 yang meliputi Pil KB, IUD dan Kondom dapat dilihat pada Tabel XIX - 11. Dalam tahun 1982/83, penyediaan pil, kondom dan suntikan meningkat dengan pesat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam rangka menghindarkan ketergantungan penyediaan kontrasepsi dari luar negeri, produksi perakitan pil KB yang dilakukan PT. Kimia Farma di dalam negeri terus ditingkatkan. Produksi pil KB PT. Kimia Farma yang pada tahun pertama sebanyak 18 juta siklus, pada tahun 1982/83 ini telah meningkat menjadi 30 juta siklus. Sebagai tindak lanjut dari produksi pil KB di dalam negeri telah dijajagi antara lain, pendirian pabrik kondom dan study produksi kontrasepsi IUD jenis multiload di dalam negeri. Produksi dalam negeri IUD jenis Lippes Loop yang merupakan jenis IUD yang banyak diper- gunakan pada saat ini, telah mulai dirintis dalam tahun 1982/83.

e. Pelaporan, Data Kependudukan dan Penelitian/Pengkajian

Monitoring kegiatan pelaksanaan program dilakukan mela- lui sistem pencatatan pelaporan yang mampu memberikan berba- gai informasi pelaksanaan program di seluruh wilayah sampai tingkat kecamatan dan desa. Dalam tahun 1982/83 terus dilaku- kan peningkatan dan penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada. Sejalan dengan meningkatnya peranan Petu- gas Lapangan Kependudukan dan Keluarga Berencana (PLKB) dan

TABEL XIX - 11

PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI PADA KLINIKKELUARGA BERENCANA,1978/79 - 1982/83

1) Angka diperbaiki

2) Uraian diperbaiki

GRAFIK XIX - 11

PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI PADA KLINIK KELUARGA BERENCANA,1978/79 - 1982/83

pengawas (PLKKB) di kecamatan, maka telah dilakukan penyempurnaan sistem pelaporan yang sekaligus mengintegrasikan pelaporan penerangan dan PPKBD. Dengan berkembangnya peranan pelayanan keluarga berencana di Rumah Sakit yang melibatkan seluruh bagian rumah sakit, maka sistem pelaporannyapun telah dikembangkan pula dalam rangka memonitor berbagai kegiatan dari seluruh bagian rumah sakit. Selanjutnya dalam rangka melakukan penilaian pelaksanaan program diperlukan suatu sistem penilaian yang dapat diterapkan pelaksanaannya diberbagai tingkat, sehingga hasil penilaian tersebut dapat bermanfaat bagi kebijaksanaan dan pelaksanaan program KKB selanjutnya. Untuk itu dalam tahun 1982/83 ini telah disusun rancangan sistem penilaian program KKB beserta buku pedoman pelaksanaan sistem penilaian operasional.

Dalam rangka meningkatkan data kependudukan dan penyeba- ran informasi data pada tahun 1982/83 telah dilakukan berba- gai usaha antara lain percobaan pelaksanaan registrasi vital pelaporan pengolahan dan pencarian data kependudukan yang lengkap dan menyeluruh (lahir, lahir mati, pindah/migrasi) yang dapat digunakan untuk perencanaan program pembangunan. Kegiatan Registrasi Vital ini mencakup 6 Propinsi Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali) dan 3 propinsi Luar Jawa Bali I (Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) yang terdiri dari 18 Kabupaten/Kotamadya, 97 kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya meliputi 1.195 desa. Adapun jumlah desa yang me-lapor setiap bulannya mencapai rata-rata + 90% selama 2 ta- hun. Berdasarkan laporan tersebut maka dapat diketahui ke- adaan penduduk di setiap wilayah secara lebih terperinci.

Dalam rangka kerjasama penelitian yang lebih luas telah dirintis kerjasama Internasional antara negara-negara berkembang terutama di kawasan ASEAN dalam mencoba pendekatan baru yang bersifat komparatif. Kegiatan ini kemudian diperluas dengan usaha pertukaran para ahli dibidang pengkajian program KKB. Demikian pula dalam usaha menghindarkan ketergantungan dari luar negeri dalam pengadaan kontrasepsi telah dilakukan penelitian pendahuluan untuk menggali berbagai potensi ta- naman yang mengandung bahan baku alat kontrasepsi Pil KB un- tuk dikembangkan lebih lanjut.

XIX/37

Mengingat luasnya aspek penelitian yang ingin dicakup dan potensi pendukung yang ada, maka mulai dikembangkan pendekatan baru yaitu penelitian dengan sistem modular yang meliputi aspek social ekonomi, migrasi, tingkat kesertaan KB, gizi dan kesehatan lingkungan, kelangsungan pemakaian kontrasepsi serta fertilitas yang akan dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai situasi program. Dengan demikian, penelitian/pengkajian ditetapkan berdasarkan prioritas-prioritas yang disesuaikan dengan perkembangan jalannya program dan kebutuhan akan adanya data di lapangan.

XIX/3

XIX/4

XIX/6

XIX/8

XIX/14

XIX/16

XIX/18

XIX/20

XIX/22

XIX/26

XIX/27

XIX/28

XIX/29

XIX/30

XIX/31

XIX/32

XIX/34

XIX/35

XIX/36

XIX/38