12
Kelainan Plasenta (1,2) a. Kelainan Besar, Bentuk dan Berat Bentuk plasenta yang normal ialah ceper dan bulat. Diameternya 15-20 cm dan tebal 1½-3 cm. Plasenta pada kehamilan cukup bulan beratnya 1/6x berat anak atau ±500gr. Plasenta yang besar sekali terdapat pada eritroblastosis,sifilis dan penyakit ginjal. Macam-macam Plasenta yaitu : 1. Plasenta Fenestra : Plasenta yang berlubang ditengahnya. 2. Plasenta Bilobata : Plasenta yang terdiri dari dua lobi .

kelainan plasenta FIX.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kelainan plasenta FIX.docx

Kelainan Plasenta(1,2)

a. Kelainan Besar, Bentuk dan Berat

Bentuk plasenta yang normal ialah ceper dan bulat. Diameternya 15-20 cm dan tebal

1½-3 cm. Plasenta pada kehamilan cukup bulan beratnya 1/6x berat anak atau ±500gr.

Plasenta yang besar sekali terdapat pada eritroblastosis,sifilis dan penyakit ginjal.

Macam-macam Plasenta yaitu :

1. Plasenta Fenestra : Plasenta yang berlubang ditengahnya.

2. Plasenta Bilobata : Plasenta yang terdiri dari dua lobi .

3. Plasenta Suksenturiata : Kelainan yang terjadi ketika terbentuk satu

atau lebih lobus aksesorius kecil di membran pada jarak tertentu dari bagian

perifer plasenta utama,biasanya lobus-lobus ini memiliki hubungan vaskular

yang berasal dari janin. Lobus aksesorius kadang tertinggal didalam uterus

setelah plasenta utama lahir, dan kemudian dapat menyebabkan pendarang

serius pada sang ibu.

Page 2: kelainan plasenta FIX.docx

4. Plasenta Membranasea : Plasenta lebar dan tipis meliputi hampir

seluruh permukaan korion . Rupa-rupanya pemberian darah sedemikian

baiknya sehingga jonjot-jonjot kirion dalam desisua kapsularis tidak

mati,tetapi tumbuh terus . Plasenta ini dapat menyebabkan pendarahan

antepartum karena plasenta yang sukar keluar .

5. Plasenta Sirkumvalata : Pada permukaan fetal dekat dengan pada

pinggir plasenta terdapat cincin putih . Cincin putih ini menandakan pinggir

plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke

samping dibawah desidua, jadi bukan vilus pancang . Perdarahan antepartum,

baik akibat soluio plasenta maupun perdarahan janin serta persalinan

prematur, kematian perinatal, dan malformasi janin, diperkirakan meningkat

pada plasenta sirkumvalata .

Page 3: kelainan plasenta FIX.docx

b. Kelainan Insersi Plasenta

Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan rahim dekat pada

fundus. Jonjot-jonjot masuk kedalam rahim hanya sampai lapisan atas dari stratus

spongiosum.

Kalau implantasi plasenta rendah, yaitu pada segmen bawah rahim dan

menutup sebagian atau seluruh ostium internum, plasenta demikian disebut Plasenta

Praevia. Namun, apabila jonjot-jonjot korion masuk ke dinding rahim lebih dalam

daripada semestinya, plasentanya disebut plasenta akreta.

Menurut dalamnya pemasukan dinding rahim oleh jonjot-jonjot, plasenta

akreta dibagi menjadi :

a. Plasenta akreta : Jonjot-menembus desidua sampai berhubungan

dengan miometrium .

b. Plasenta inkreta : Jonjot-jonjot sampai ke dalam lapisan miometriun .

c. Plasenta perkreta : Jonjot-jonjot menembus miometrium hingga mencapai

perimetrium dan kadang-kadang juga menembus perimetrium, serta

menimbulkan ruptura uteri .

Page 4: kelainan plasenta FIX.docx

Plasenta akreta ada yang kompit, yang seluruh permukaan plasenta melekat

erat pada dinding rahim dan ada juga sebagian dibeberapa tempat saja melekat

dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta menimbulkan penyulit pada kala

III karena sulit lepas dari dinding rahim . Plasenta akreta tidak boleh dilepaskan

secara manual, karena dapat menimbulkan perforasi . Terapi yang lazim adalah

histerektomi .

c. Penyakit Plasenta

a. Infark Plasenta, lesi plasenta yang paling sering terjadi meskipun

penyebabnya beragam. Seperempat plasenta dari kehamilan aterm tanpa

komplikasi mengalami infark , sedangkan kehamilan dengan komplikasi

penyakit hipertensi berat mengalami infark pada sekitar dua pertiga kasus.

Infark terjadi akibat oklusi pasokan darah dari ibu. Gambaran histopatologik

utama meliputi degenerasi fibrinoid trofoblas, infark iskemik akibat oklusi

arteri spirals, dan akhirnya kalsifikasi. Fokus-fokus kecil (kurang dari 1 cm)

degenerasi subkorion dan marginal terdapat pada hapir semua plasenta aterm,

tetapi fokus yang lebih besar biasanya dianggap abnrmal. Secara sederhana,

lesi degeneratif pada plasenta memiliki dua faktor etiologi umum : (1)

Page 5: kelainan plasenta FIX.docx

Perubahan yang berkaitan dengan penuaan trofoblas, dan (2) Gangguan

sirkulasi uteroplasenta yang menyebabkan infark .

b. Kista Plasenta, kadang-kadang terdapat kista pada permukaan fetal plasenta.

Isinya cairan jernih kuning atanu kadang-kadang kemerahan. Kista ini terjadi

karena pencairan korion .

c. Tumor-tumor Plasenta, jenis tumor-tumor plasenta ialah korioangioma,

mola hidatidosa dan koriokarsinoma.

d. Radang Plasenta, dapat terjadi karena perjalanan infeksi desidua, misalnya

oleh gonokokus atau kuman lain; rdang plasenta juga dapat terjadi pada partus

lama . Pada kasus ketuban pecah lama, bakteri piogenik dapat menginvasi

permukaan fetal plasenta, dan memperoleh akses ke pembuluh korion,

menyebabkan infeksi pada janin. Infeksi semacam ini harus diwaspadai jika

ditemukan neutrofil dilempeng sukorion plasenta, di membran janin, atau di

tali pusat (funisitis) .

e. Pengapuran Plasenta, Pada permukaan maternal kadang-kadang terdapat

tempat-tempat yang mengalami pengapuran .

f. Edema Plasenta, Terjadi pada hidrops fetalis dan pada gangguan peredaran

darah dalam tali pusat .

g. Lesi Hipertrofik pada Vilus Korion, pada eritroblastosis yang parah dan

hidrops fetalis sering ditemukan pembesaran mencolok pada vilus korion .

h. Simpul Sintisium, dimulai setelah 32 minggu, terdapat gumpalan-gumpalan

nukleus sintisium plasenta ditemukan menonjol kedalam ruang antarvilus, dan

hal ini desebut simpul sintisium. Pada aterm, hingga 30 % vilus mungkin

nterlibat; namun pembentukan simpul oleh lebih dari sepertiga vilus dianggap

Page 6: kelainan plasenta FIX.docx

abnormal. Secara umum, peningkatan jumlah simpul sintisium dijumpai pada

plasenta yang mengalami penurunan aliran darah uteroplasenta, seperti

preeklamsia.

d. Disfungsi Plasenta

Apabila faal plasenta kurang baik sehingga membahayakan janin, neonatus,

atau memengaruhi secara negatif pertumbuhan fisik atau mental anak di kelak

kemudian hari, kita mempergunakan istilah disfungsi plasenta. Dlam perinatologi

sering dipakai istilah insufisiensi plasenta .

Gejala-gejala disfungsi plasenta :

a. Berat Plasenta yang kurang dari 500 gram indeks plasenta yang rendah

menambahkan kejadian mati dan fetal distress (gawat janin). Juga

bentuk makroskopis dan mikroskopis yang luar biasa (infark) dapat

menjurus ke disfungsi plasenta.

b. Uterus yang kurang membesar, berat badan ibu yang turun terutama

kalau disertai dengan gejala gawat janin. Penurunan kadar oestriol .

c. Hal ini dapat ditentukan dengan pengukuran kuantitatif atau dengan

pemeriksaan tidak langsung, misalnya dengan uji ferm (daun paku)

d. Persalinan dengan memperlihatkan BJ anak sewatu persalinan .

Solusion plasenta

Solusion plasenta adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari dinding

uterus sebelum waktunya. Kelainan ini terjadi pada sekitar 1% kehamilan tetapi menyebabkan

tingkat kematian perinatal 20-60 %.

Lokasi pelepasan plasenta bisa di daerah retroplasenta atau di daerah marginal. Pelepasan

plasenta di daerah retroplasenta terjadi karena ruptura arteri spiralis; sedangkan pelepasan plasenta

di daerah marginal terjadi karena ruptura vena-vena marginalis.

Solusion plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG, meskipun secara

klinis terdapat petanda kuat adanya solusion plasenta (perdarahan pervaginam, nyeri abdomen,

uterus yang sensitif, dan mungkin janin telah mati). Hal ini terutama terjadi pada solusion plasenta

marginal, kemungkinan karena perdarahan intrauterina mengalir keluar melalui serviks uteri dab

tidak membentuk hematoma di dalam kavum uteri. Solusion plasenta yang dapat terdeteksi melalui

Page 7: kelainan plasenta FIX.docx

pemeriksaan USG seringkali memberikan prognosis yang lebih buruk jika dibandingkan dengan

solusion plasenta yang tidak terdeteksi.

Tumor plasenta

Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah korioangioma (korangioma). Pada

pemeriksaan USG, korioangioma terlihat sebagai masa padat (hiperekoik atau hipoekoik) yang

letaknya di daerah subkorionik dan seringkali menonjol dari permukaan fetal plasenta. Letak tumor

biasanya berdekatan dengan tempat insersi tali pusat. Tumor yang kecil dan letaknya intraplasenta

sulit terdeteksi dengan USG. Korioangioma sulit dibedakan dari perdarahan plasenta . Dengan

pemeriksaan doppler akan terlihat gambaran vaskularisasi pada tumor, sedangkan pada perdarahan

plasenta tidak terlihat.

Tumor plasenta lainnya yang lebih jarang dijumpai adalah teratoma.

Kelainan pembuluh darah tali pusat

Arteri umbilikal tunggal (AUT) merupakan kelainan tali pusat yang paling sering terjadi, dan

ditemukan pada sekitar 0,2 – 1,1 % kelahiran (Gambar 20-15). Kelainan ini seringkali disertai kelainan

kongenital mayor, prematurasi, PJT, kematian perinatal, dan kelainan kromosom. Kelainan

kongenital dijumpai pada 20 – 50 % neonatus dengan AUT, dan 20 % di anataranya merupakan

kelainan multipel. Arteri umbilikal tunggal dijumpai pada lebih dari 80 % janin dengan trisomi 18,

dan pada 10-15 % janin dengan trisomi. Apabila tidak disertai kelainan kongenital mayor atau

kelainan kromosom, umumnya AUT tidak menimbulkan masalah pada neonatus.

Diagnosis AUT didasarkan atas ditemukannya gambaran 2 pembuluh darah di dalam tali pusat yang

berasal dari 1 arteri dan 1 vena umbilikal. Arteri umbilikal biasanya terlihat lebih besar dari ukuran

normal, mendekati ukuran vena umbilikal.

Kelainan pembuluh darah tali pusat lainnya yang sangat jarang dijumpai adalah terdapatnya 2 arteri

dan 2 vena umbilikal, atau 3 arteri dan 1 vena umbilikal. Pengaruh kelainan ini terhadap janin masih

belum jelas dan kontroversial. Kelainan 2 arteri dan 2 vena umbilikal kadang – kadang disertai

kelainan ektopia kordis dan kelainan kongenital multipel.

Simpul Tali Pusat

Simpul tali pusat aharus dibedakan dari simpul palsu pada tali pusat. Simpul tali pusat palsu

merupakan variasi normal, terjadi karena varises setempat dari pembuluh darah umbilikal atau

akumulasi setempat dari jeli Wharton, sehingga membentuk tonjolan yang letaknya eksentrik pada

tali pusat. Simpul tali pusat palsu tidak membahayakan janin.

Pada pemeriksaan USG simpul palsu terlihat sebagai tonjolan ireguler pada tali pusat, berisi

pembuluh darah yang terlihat kontinuitasnya. Pemeriksaan menjadi lebih mudah dengan

menggunakan Color Dopler.

Page 8: kelainan plasenta FIX.docx

Simpul tali pusat dapat tejadi karena gerak janin yang berlebihan, tali pusat yang panjang,

janin kecil, polihidramnion, dan kembar monokorionik. Simpul yang terjadi mungkin longgar dan

tidak membahayakan janin; atau erat sehingga menggangu sirkulasi janin dan menyebabkan

kematian perinatal. Pada pemeriksaan USG simpul tali pusat terlihat sebagai tonjolan ireguler berisi

pembuluh darah umbilikal yang saling bersilangan dan tidak terlihat adanya kontinuitas pembuluh

darah bagian proksimal dengan bagian distal simpul.

Lilitan Tali Pusat di Leher Janin

Seperti halnya simpul tali pusat, lilitan tali pusat terjadi karena gerakan janin yang

berlebihan, tali pusat yang panjang, janin kecil, dan polihidramnion. Lilitan tali pusat bisa terjadi di

bagian mana saja dari tumbuh janin, tetapi yang tersering adalah di bagian leher (muchal cord).

Jumlah lilitan leher bisa sekali (terjadi pada 21,3 % kehamilan ) atau lebih dari sekali lilitan (terjadi

pada 3,4 % kehamilan) . lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardi dan hipoksia janin; dan bila

jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan mortalitas perinatal.

Pada pemeriksaan USG lilitan tali pusat diketahui dengan melihat adanya satu atau lebih bagian tali

pusat yang melingkari leher janin (Gambar 20-16). Pemeriksaan akan lebih jelas dengan

menggunakan Color Doppler.

Lilitan tali pusat yang erat menyebabkan gangguan (kompresi) pada pembuluh darah umbilikal, dan

bila berlangsung lama akan menyebabkan hipoksia janin.

Daftar Pustaka

1. Leveno,Kenneth J. 2009. Obstetri Williams : panduan ringkas ed.21 .EGC. Jakarta2. Sastrawinata,Sulaiman et.al . 2004. Ilmu kdesehatan reproduksi : Obstetri patologi ed.2.

EGC.Jakarta3. Gilbert Barness,Enid.2003.Embryo and fetal pathology.Cambridge University:United

Kingdom4. G Kaplan,Cynthia.2007.Color Atlas of gross placental pathology second

edition.Springer:United Kingdom